RENCANA
UMUM
Gaguk Suhardjito
gagukesha@gmail.com
archimedia 2006
1
Faktor yang berpengaruh thd Rencana Umum sebuah kapal antara lain :
• Untuk kapal kargo harus bisa dipastikan bahwa muatan yang direncanakan harus
dimuat dengan biaya semurah mungkin didalam ruang muat yang didesain, juga
harus bisa dipastikan muatan dalam keadaan yang baik ditempat tujuan dan
dengan methode bongkar muat yang cepat dan ekonomis.
• Untuk kapal penumpang, cabin, ruang publik dan pelayanan kepada penumpang
harus menunjang kenyamanan penumpang selama dalam perjalanan sehingga
memungkinkan para penumpang akan menggunakan kapal yang sama pada
kesempatan yang akan datang
• Untuk kapal service harus dipastikan bahwa kapal mampu melaksanakan tugas
servicenya secara efisien
Kapal-kapal modern dengan bebrapa perkecualian seperti kapal ikan, kapal tunda
dsbnya. Dibangun tanpa sheer, untuk menjamin kebutuhan freeboard yang
disyaratkan oleh regulasi, kompensasi bisa dilakukan dengan menambah tinggi
geladak pada tengah kapal, kebutuhan freeboard yang lebih tinggi bisa dilakukan
dengan menambah tinggi poop deck dan atau forecastle deck.
Tinggi geladak accomodasi tidak boleh kurang dari 2,4 meter untuk memastikan
kecukupan head room untuk ABK atau penumpang setelah dikurangi tinggi beam
serta kabel dan pipa ventilasi dll.
Pada sisi Poop deck harus terdapat ruang terbuka sebagai tempat berjalan dengan
lebar 800 hingga 1000 mm ditambah 300 hingga 400 mm untuk penyimpanan tangga
akomodasi.
Bagian belakang Poop deck harus terdapat ruang terbuka paling kurang 5 meter dari
stern untuk memberi ruang yang cukup bagi penempatan mesin-mesin geladak pada
bagian buritan, seperti capstan, bollard, winch, emergency exit ruang kemudi.
2
Bagian depan blok akomodasi biasanya merupakan penerusan dari sekat depan kamar
mesin.
3
PEMBAGIAN LAMBUNG KAPAL
• Propeller post pada stern –ujung belakang dari bagian lambung bawah air- harus
memberikan aliran air yang baik untuk propeller, Posisi propeller post yang sesuai
berjarak antara 0,035 hingga 0,040 LBP didepan AP, pada bagian ini seringkali
dibuat stern bulb untuk meningkatkan kinerja propelleratau bahkan bentuk stern
asimetri.
• Sekat tabung poros (Stern tube bulkhead) sekat bagian belakang ruang mesin
paling kurang harus berjarak 3 jarak gading dari ujung stern tube, sekat ini haris
menerus hingga poop deck
• Sekat depan kamar mesin dilokasikan sejauh mungkin kebelakang untuk memberi
kapasitas ruang muat yang lebih besar, pada umumnya lokasi sekat depan kamar
mesin berjarak 17% hingga 22% didepan AP, lokais sekat ini pada satu sisi
tergantung dari panjang mesin pada sisi lain tergantung pada fullness
(kegemukan) kapal, kapal-kapal high blok(gemuk) memberikan ruang yang lebih
besar pada lantainya dibanding dengan kapal langsing.
• Sekat ruang muat , jumlah sekat pada ruang muat tergantung pada tuntutan
keamanan atau pemisahan muatan. Jumlah minimum sekat ruang muat termasuk
sekat tubrukan, Stern tube bulkhead, sekat depan kamar mesin untuk
• Panjang kapal 65 meter diperlukan 3 sekat (tidak diperlukan tambahan
sekat di Ruang muat)
• Panjang kapal 85 meter diperlukan 4 sekat (satu tambahan sekat pada
ruang muat) selanjutnay untuk setiap penambahan panjang 20 meter
diperlukan tambahan sekat 1 (satu) buah
• Untuk tanker, menurut BKI/GL jarak antar sekat tangki tidal lebih dari
0,1 LBP dan tidak boleh kurang dari 15 meter.
• Double Bottom, Untuk kapal dengan panjang tidak lebih dari 50 meter tidak
disyaratkan adanya Double bottom, untuk kapal yang besar klasifikasi
mensyaratkan double bottom mulai dari sekat tubrukan hingga sekat tabung
buritan (stern tube bulkhead) , tinggi Double bottom adalah h= 0,35 + 0,045 B,
untuk alasan praktis dimana orang bisa bekerja didalamya, tinggi double bottom
4
paling tidak adalah 0,75 meter, untuk Tanker tinggi double bottom yang
disyaratkan rule adalah h = B/15 namun harus tidak kurang dari 1 meter dan tidak
lebih dari 3 meter. Pada kamar mesin, tinggi double bottom disesuaikan dengan
dengan kebutuhan tinggi fondasi mesin, pada umumnya lebih tinggi dibanding
double bottom yang ada di ruang muat.
• Penggunaan Double Bottom, Ruang double bottom bisa digunakan untuk air tawar,
ballast, bahan bakar dan waste oli tetapi tidak untuk air minum, Minyak pelumas
hanya dapat disimpan di double bottom bila kapal memiliki separator (purifier)
untuk menghindari kontaminasi air laut dan atau kotoran lainnya. Semua tangki
ballast harus bersih, tidak bisa digunakan untuk untuk bahan bakar atau minyak
pelumas, antara tangki minyak dan tangki air harus dipisahkan oleh koferdam
untuk menghidari kontaminasi akibat kebocoran, Peak tanks (tangki ujung) depan
dan belakang hanya digunakan sebagai tangki ballast dan tangki trim.
• Main deck, area antara sekat depan blok akomodasi dan sekat tubrukan digunakan
untuk lubang palka (cargo hatches) dan rumah geladak (deck houses), lubang
palka harus memiliki panjang total sebesar 0,5 LBP, lebar lubang palka dibuat
selebar mungkin untuk memudahkan bongkar muat dan menghindari kerusakan
muatan, lebar palka 0,8 Bmld harus bisa dicapai. Tinggi lubang palka (hatches)
ditentukan oleh type penutup palka (hatch cover), type cargo dan total volume
5
cargo yang diinginkan, tinggi minimum hatch sekitar 1,1 meter, panjang hatch
(lubang palka), panjang ruang penyimpanan hatch cover (penutup palka), gang
(walkways) dari sisi kiri kapal (port side) ke sisi kanan kapal (starboard side), dan
panjang rumah geladak (deck house) harus didesain secara layak/sesuai.
• Lebar geladak (deck) pada ujung-ujung kapal, Fore castle deck harus memiliki
lebar yang cukup untuk instalasi windlass dan mesin-mesin/peralatan lainnya yang
berhubungan dengan mooring (penambatan) dan anchoring (jangkar), kebutuhan
lebar fore castle akan tercukupi bila gading (frame) 5% LBP dibelakang Fpmemiliki
lebar pada fore castle selebar (0,5 hingga 0,6) Bmld. Poop deck akan memiliki
lebar yang cukup bila pada ujung belakang geladak memiliki lebar (80% hingga
95%) Bmld.
• Jarak Gading (Frame spacing), BKI 1996 vol II, jarak gading normal/main frame
(ao) untuk daerah 0,1 dari sekat tubrukan dan sekat buritan, untuk LBP < 100 m
adalah
ao = L/500 + 0,48 (meter), biasanya diambil 0,6 meter
6
BLOK AKOMODASI
Pada saat kita mendesain blok akomodasi kapal cargo hal utama yang harus
diperhatikan adalah jumlah geladak dimana blok akomodasi berada, pertimbangannya
adalah adanya visibilitas dari wheelhouse ke forecastle deck dan atau melampaui
hambatan maximum visibilitas yang diakibatkan oleh kontainer.
Komposisi ABK/Crew
Deck crew
Engine crew
Service crew
7
Social order on Board of Ships (Dr.Ing. Hans W. Schlott)
Jumlah ABK yang direncanakan harus kurang dari atau sama dengan hasil dari
persamaan berikut:
Dimana:
Cst = koefisien steward deck ( 1,2 – 1,33 )
Cdk = koefisien deck department ( 11,5 – 14,5 )
Ceng = koefisien engine department ( 8,5 – 11,0 )
BHP = tenaga mesin ( HP )
Cadets= perwira tambahan / tamu
CN = ( L.B.H ) / 1000
1. DECK DEPARTMENT
• Master (Nakhoda)
• Perwira
1. Chief Officer ( Mualim I )
2. Second Officer ( Mualim II )
3. Radio Operator
4. Dokter
8
• Bintara
1. Quarter Master ( Juru Mudi )
2. Boatswain ( Kepala Kelasi )
3. Seaman ( Kelasi )
2. ENGINE DEPARTMENT
• Perwira
1. Chief Engineer ( Kepala Kamar Mesin )
2. Second Engineer
3. Electrician
• Bintara
1. Fireman
2. Oiler
3. CATERING/SERVICE DEPARTMENT
• Perwira:
1. Chief Cook
• Bintara:
1. Assistant Cook
2. Steward
3. Boys
• Semua kabin ABK terletak pada dinding luar sehingga mendapat cahaya matahari.
• Bridge deck terdapat ruang tidur Captain dan Radio Operator.
• Boat deck terdapat ruang tidur Chief Officer, Chief Engineer dan Dokter.
• Poop deck terdapat ruang tidur Second Officer, Second Engineer dan Electrician
dan Quarter Master.
• Main deck terdapat ruang tidur Chief Cook, Assistant Cook, Oiler, Fireman,
Boatswain, Seaman, Steward dan Boys.
• Tidak boleh ada hubungan langsung ( opening ) di dalam ruang tidur dari ruang
muat, ruang mesin, dapur, ruang cuci umum, WC, paint room dan dry room (
ruang pengering ).
9
• Luas lantai untuk ruangan tidur tidak boleh kurang dari 2,78 m2 untuk kapal di atas
3000 BRT.
• Tinggi ruangan dalam keadaan bebas minimum 190 m.
UKURAN PERABOT
• Tempat tidur
Ukuran tempat tidur minimal 190 x 68 cm.
Syarat untuk tempat tidur bersusun:
Tempat tidur yang bawah berjarak 40 cm dari lantai.
Jarak antara tempat tidur bawah dan atas 60 cm.
Jarak antara tempat tidur dan langi-langit 60 cm.
Jarak antar deck diambil 240 cm.
• Lemari pakaian, ukuran lemari pakaian bervariasi misalnya, 60 x 60 x 60 cm
• Meja tulis, ukuran meja tulis 80 x 50 x 80 cm
10
RUANG MAKAN ( MESS ROOM )
• Harus cukup menampung seluruh ABK.
• Untuk kapal yang lebih dari 1000 BRT harus tersedia ruang makan yang terpisah
untuk perwira dan bintara.
• Letak ruang makan sebaiknya dekat dengan pantry dan galley ( dapur ).
SANITARY ACCOMODATION
• Jumlah WC minimum untuk kapal lebih dari 3000 BRT adalah 6 buah.
• Untuk kapal dengan radio operator terpisah maka harus tersedia fasilitas sanitary di
tempat itu.
• Toilet dan shower untuk deck departement, catering departement harus disediakan
terpisah.
• Fasilitas sanitari minimum:
1 Bath tub atau shower untuk 8 orang atau kurang.
1 WC untuk 8 orang atau kurang.
1 Wash basin untuk 6 orang atau kurang.
11
HOSPITAL ACCOMODATION
Sesuai dengan persyaratan bahwa untuk kapal yang berlayar lebih dari 3 hari dengan
ABK lebih dari 15 orang harus dilengkapi dengan hospital accomodation, yang
dilengkapi obat-obatan, wash basin, toilet serta shower.
Harus tersedia tempat tidur minimal 1 buah dan maksimal 6 buah.
12
DRY PROVISION AND COLD STORAGE ROOM
Dry Provision Room
13
DAPUR ( GALLEY )
Letaknya berdekatan dengan ruang makan, cold dan dry store.
Luas lantai 0,5 m2 / ABK.
Harus dilengkapi dengan exhaust fan dan ventilasi untuk menghisap
debu dan asap.
Harus terhindar dari asap dan debu serta tidak ada opening antara
galley dengan sleeping room.
14
Gambar jarak pandang dari wheel house
Diletakan setinggi mungkin di ata kapal dan harus terlindungi dari air
dan gangguan suara.
Ruang ini harus terpisah dari kegiatan lain.
Ruang tidur radio operator harus terletak sedekat mungkin dan dapat
ditempuh dalam waktu 3 menit.
15
BATTERY ROOM.
Adalah tempat untuk menyimpan Emergency Sourse of Electrical Power (ESEP)
Terletak di tempat yang jauh dari pusat kegiatan karena suara bising
akan mengganggu.
Harus mampu mensupply kebutuhan listrik minimal 3 jam pada saat
darurat.
Instalasi ini masih bekerja jika kapal miring sampai 22,5o atau kapal
mengalami trim 10o.
Untuk peraturan ESEP lihat SOLAS Chapter II-1 PART D.
PERHITUNGAN-PERHITUNGAN
16
PERHITUNGAN CONSUMABLES
1. Berat Bahan Bakar Mesin Induk
Volume tangki bahan bakar mesin bantu ada penambahan sebesar 4 % Vfb.
17
4. Berat Air Tawar ( Wfw )
Wp = 5 kg / orang hari
= ( 5 . Jml ABK . S ) / ( 24 . Vs )
7. Berat Cadangan ( Wr )
18
PERHITUNGAN VOLUME TANGKI-TANGKI
Tangki-Tangki Consumable
Misalnya: tangki bahan bakar ( fuel oil tank ), tangki minyak pelumas ( lubricating
oil tank ), tangki air tawar ( fresh water tank ).
Khusus untuk tangki air tawar biasanya terletak pada tangki ceruk buritan (after
peak tank ). Perhitungan volume tangki-tangki di atas disesuaikan dengan letak
tangki –tangki yang telah direncanakan (terletak pada frame berapa sampai
berapa).
Tangki-Tangki Ballast
Tangki-tangki ballast biasanya terletak di bawah ruang muat ( pada double bottom )
Perhitungan volume tangki-ceruk haluan disesuaikan dengan letak tangki yang telah
direncanakan ( terletak pada frame berapa sampai berapa ). Volume total dari
tangki ceruk haluan sama dengan volume tangki ceruk haluan dikurangi volume dari
kotak rantai jangkar ( chain locker ).
Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan metode Simpson.
Kapal oil tanker dengan BRT lebih besar dari 1500 BRT harus mempunyai slop tank
dengan kapasitas 3 % dari kapasitas ruang muatnya.
Perhitungan volume ruangan ada penambahan sebesar kurang lebih 2 % karena
adanya internal struktur.
Lampu navigasi adalah lampu yang harus menyala pada saat pelayaran di malam hari
sedangkan lampu signal menyala pada malam hari bila dibutuhkan seperti lampu
jangkar. Untuk kapal barang harus tersedia lampu jangkar haluan untuk pelayaran
samudera dan sungai dan lampu jangkar buritan apabila kapal berlayar disungai.
Tujuan melengkapi lampu navigasi pada kapal untuk mencegah atau menghindari
tubrukan di laut.
19
• JENIS LAMPU NAVIGASI
• Mast head and range light.
• Side light.
• Stern light.
• Anchor light.
• Not under command light.
• Special lamp pada kapal seperti towing vessel, dred gees, cabel ship,
under water survey ships, pilot vessel, dan fishing vessel.
20
LAMPU BURITAN (STERN LIGHT)
Lampu dipasang diburitan kapal tanpa ketentuan tingginya dan berwarna putih
bersudut 135o terhadap bidang horisontal.
Warna : Putih
Jumlah : 1 buah
Visibilitas : 3 mil ( minimal )
Sudut sinar : 135o horisontal
Tinggi : 3,5 meter
Letak : Buritan
21
Setiap kapal dengan L > 150 ft pada saat lego jangkar harus
menyalakan anchor light.
Warna : Putih
Jumlah : 1 buah
Visibilitas : 3 mil ( minimal )
Sudut sinar : 360o horisontal
Tinggi : 6 meter (min)
Letak : Forecastle
MORSE LIGHT
Warna : Putih
Sudut sinar : 360o horisontal
Letak : di top deck, satu tiang dengan mast head light,
antena UHF dan radar
22
TANDA SUARA
Tanda suara ini dilakukan pada saat kapal melakukan manouver di pelabuhan dan
dalam keadaan berkabut atau visibilitas terbatas. Setiap kapal dengan panjang lebih
dari 12 meter harus dilengkapi dengan bel dan pluit.
Setiap kapal dengan BRT di atas 500 gross ton dan melakukan pelayaran internasional
harus dilengkapi dengan pengukur kedalaman yang diletakkan di anjungan atau ruang
peta.
COMPASS
Setiap kapal dengan BRT di atas 1600 gross ton harus dilengkapi dengan gyro
compass yang terletak di compass deck dan magnetic compass yang terletak di wheel
house.
23
RADIO DIRECTION FINDER DAN RADAR
Setiap kapal dengan BRT 1600 gross ton harus dilengkapi dengan direction finder dan
radar yang masing-masing terletak di ruang peta dan wheel house. Fungsi utama dari
radio direction finder adalah untuk menentukan posisi kapal sedangkan radar
berfungsi untuk menghindari tubrukan.
24
B. Pintu Dalam
Tinggi : 1800 mm
Lebar : 750 mm
Tinggi ambang : 200 mm
C. Lorong
Lorong harus dipastikan mudah untuk dilewati lebar minimum lorong 80 cm
JENDELA
25
TANGGA / LADDER
A. Accomodation Ladder
26
SHIP STEEL VERTICAL LADDER
Digunakan untuk tangga pada escape gang, tangga main hole dan digunakan
untuk tangga menuju ke top deck, direncanakan:
Lebar tangga = 350 mm
Interval treads = 300 s/d 340 mm
Jarak dari dinding = 150 mm
PERLENGKAPAN KAPAL
1. Perhitungan Alat Bongkar Muat
KAPAL TANKER
27
A. Perhitungan Pipa dan Pompa Bongkar Muat
Kapasitas Pompa
Diameter Pipa
Tenaga Pompa
28
η = Efisiensi total pompa ( 0,5 s/d 0,9 )
H = Pressure head
= H satatis + H dinamis
H dinamis = V2/( 2.g ) ( m )
V2 = Kecepatan aliran ( 2 m/s )
g = Percepatan gravitasi ( 9,81 m/s2 )
H statis = ( Z + P )/ γ ( m )
Z = H + 0,76 – 0,4 ( m )
P = Tekanan pancar ( 25 ton/m2 )
- Tenaga pompa bantu ( Stripping Pump )
Ns = 25% x N ( kw )
C. Derrick Boom
29
V = Rated Hoisting speed ( 30 m/min )
Input Of Motor Power ( Ip )
Ip = f x Pe ( HP )
Dimana:
f = 1,05 – 1,1
Dari data di atas dapat diperoleh data sebagai berikt:
Type Cargo Winch
Pulls ( kN )
Daya Motor ( kW )
Berat ( kg )
KAPAL CARGO
A. Batang Muat
30
C. Winch
Winch Power ( Pe )
Pe = ( W x V ) / ( 75 x 60 ) ( HP )
Dimana:
Pe = Effective Power ( HP )
W = Rated Load ( kg )
V = Rated Hoisting speed ( 40 m/min )
31
KAPAL KONTAINER
Kapal pengangkut kontainer dibagi menurut jenis muatannya menjadi :
a. Full container ship.
b. Semi container ship, kadang-kadang berfungsi mengangkut kontainer
dan sebagai General cargo ship.
32
Gambar ukuran kontainer
33
Gambar penumpukan kontainer dikapal
34
Gambar sistem penumpukan kontainer diruang muat
35
PERLENGKAPAN KESELAMATAN KAPAL
Kapal harus dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan pelayaran sesuai
yang ada.Menurut fungsinya alat keselamatan dibagi tiga, yaitu:
A. Sekoci
36
Gambar penurunan sekoci dengan cara berputar
2. Dengan cara gravitasi.
3. Dengan cara menuang.
37
B.2. Baju Penolong ( Life Jacket )
Bila berupa signal dapat beruap cahaya, misal lampu menyala, asap,
roket, lampu sorot, kaca dsb.
Bila berupa radio dapat berupa suara radio, misal radio dalam sekoci,
auto amateur resque signal transmitter dsb.
38
D. Alat Pemadam Kebakaran
39
JANGKAR, RANTAI JANGKAR DAN TALI
TAMBAT.
A. Penentuan Jangkar
Penentuan jangkar berdasarkan peraturan BKI 1996 Vol. III ( tergantung angka Z )
40
Diameter rantai jangkar
Berat rantai
Komposisi dan konstruksi dari rantai jangkar meliputi:
Ordinary link
Large link
End link
Connecting Shackle
Shackle bot
Anchor kenter shackle
Swivel
Kenter shackle
B. Tali Tambat
Bahan yang dipakai untuk tali tambat terbuat dari nylon. Adapun ukuran-ukuran
yang dipakai berdasarkan BKI 1996 Vol. III melalui angka penunjuk Z didapatkan:
Jumlah tali tambat
Panjang tali tambat
Beban putus
Berdasrkan tabel normalisasi pada Practical Ship Building yang didasarkan dari
Breaking Stress dari BKI 1996 didapatkan:
Keliling tali
Diameter tali
Perkiraan beban
Perkiraan kekuatan tarik
Keuntungan dari tali nylon untuk tambat:
Tidak rusak oleh air dan sedikit menyerap air.
41
A. Penentuan Bollard
Dari Practical Ship Building dapat dipilih type bollard sehingga diketahui:
Ukuran bollard
Berat bollard
Jumlah dan diameter baut
Dari Breaking Stress tali penarik, dapat diambil ukuran fair laid berdasarkan
Practical Ship Building.
42
C. Penentuan Chain Locker
Volume chain locker dihitung berdasarkan panjang dan diameter rantai jangkar.
Dalam perencanaannya ditambah volume cadangan kurang lebih 20%. Pada chain
locker diberi sekat pemisah antara kotak sebelah kanan dan kotak sebelah kiri.
( diketahui 1 fathom = 25 meter )
43
Gambar chain locker dan hawse pipa
44
dimana :
η = Efisiensi total ( 0,772 – 0,85 )
Ia = Nm/Ncl
Nm = 523 rpm – 1165 rpm
Ncl = ( 60 x Va )/0,04d
Va = 0,2 m/s
Daya efektif windlass
Pe = (τ x Nm )/716,2 ( HP )
Dari data di atas dapat ditentukan:
Type windlass
Pulling force
Speed
Daya motor
Berat
B. Capstan
Dihitung juga:
Gaya pada capsta barrel
Twb = Pbr/6
Dimana:
Pbr = Tegangan putus dari wire ropes = 17000 kg
Momen pada poros capstan barrel
Mr = ( Twb x Dwb )/( 2 x Ia x ηa ) ( kg m )
Daya efektif
Pe = ( Mr x 1000 )/975 ( HP )
45
Dari Practical Ship Building dapat ditentukan:
Type capstan
Pulling force
Daya
Berat
C. Steering Gear
Luas Balansir:
A’ = 235 x A ( m2 )
Untuk baling-baling tunggal dengan kemudi balansir:
λ = 1,8
λ = h /b
dimana:
h = tinggi kemudi
b = lebar kemudi
h = λ x b = 1,8 b
A = h x b = 1,8 b2
b2 = A / 1,8
b = √( A / 1,8 )
Maka:
h = 1,8 b
x’ = A’ / h
46
Kapasitas mesin kemudi ( power steering year )
Dasarnya adalah gaya dan momen yang bekerja pada mesin tersebut.
Gaya normal kemudi ( Pn )
Pn = 1,56 x A x Va2 x sin α ( kg )
Dimana:
A = Luas daun kemudi ( m2 )
Va = Kecepatan kapal ( knot )
Sin α = 35o
Momen puntir kemudi ( Mp )
Mp = Pn ( x – a ) ( kgm )
Dimana:
a = Jarak poros kemudi
x = b ( 0,195 + 0,305 sin 35o )
b = Lebar kemudi
Daya Steering gear ( D )
D = ( 1,4 x Mp x nrs )/ ( 1000 x sg ) ( HP )
Dimana:
nrs = 1/3 x α/τ
α= 35o
τ = 30o
sg = 0,1 s/d 0,35
Diameter tongkat kemudi ( Dt )
Menurut BKI:
Dt = 9 x 3√Mp ( mm )
47
Gambar macam tipe steering gear (mesin penggerak kemudi)
48
VENTILASI
Maksud dan tujuan:
Untuk menjaga udara di dalam ruang muat atau ruang akomodasi dalam
kapal selalu segar dan terasa nyaman.
Kerusakan dan pembusukan muatan oleh besarnya kelembaban dapat
diperkecil.
Dv = √ ( Vrm x n x n1/900 x π x v x n2 )
Dimana:
Vrm = Volume ruang muat ( m3 )
v = kecepatan aliran udara yang masuk lewat ventilator
= 2 s/d 4 m/s
n = banyaknya pergantian udara
- untuk udara masuk n = 15 m/s
- untuk udara keluar n = 10 m/s
n1 = dencity udara bersih ( kg/m3 )
n2 = dencity udara ruangan ( kg/m3 )
Maka : n1/n2 = 1
49
BEBERAPA CONTOH
50
RELOADED FROM DIKTAT RU AFIF SOBACH/BAMBANG TS/GAGUK SUHARDJITO
51
52