Anda di halaman 1dari 52

TENTANG

RENCANA
UMUM

Gaguk Suhardjito
gagukesha@gmail.com
archimedia 2006

1
Faktor yang berpengaruh thd Rencana Umum sebuah kapal antara lain :
• Untuk kapal kargo harus bisa dipastikan bahwa muatan yang direncanakan harus
dimuat dengan biaya semurah mungkin didalam ruang muat yang didesain, juga
harus bisa dipastikan muatan dalam keadaan yang baik ditempat tujuan dan
dengan methode bongkar muat yang cepat dan ekonomis.
• Untuk kapal penumpang, cabin, ruang publik dan pelayanan kepada penumpang
harus menunjang kenyamanan penumpang selama dalam perjalanan sehingga
memungkinkan para penumpang akan menggunakan kapal yang sama pada
kesempatan yang akan datang
• Untuk kapal service harus dipastikan bahwa kapal mampu melaksanakan tugas
servicenya secara efisien

Desain General Arrangement harus mempertimbangkan kesesuaian dengan rencana


garis yang telah dikembangkan, kesesuaian terhadap DWT, kapasitas dan kecepatan
yang dibutuhkan.

General Arrangement digunakan untuk beberapa kegunaan, tidak hanya sekedar


menunjukan jenis kapal dan featurenya , Galangan kapal juga menggunakan untuk
membuat kalkulasi awal biaya pembangunan kapal serta sebagai dasar untuk
membuat detail drawing.

Kapal-kapal modern dengan bebrapa perkecualian seperti kapal ikan, kapal tunda
dsbnya. Dibangun tanpa sheer, untuk menjamin kebutuhan freeboard yang
disyaratkan oleh regulasi, kompensasi bisa dilakukan dengan menambah tinggi
geladak pada tengah kapal, kebutuhan freeboard yang lebih tinggi bisa dilakukan
dengan menambah tinggi poop deck dan atau forecastle deck.

Tinggi geladak accomodasi tidak boleh kurang dari 2,4 meter untuk memastikan
kecukupan head room untuk ABK atau penumpang setelah dikurangi tinggi beam
serta kabel dan pipa ventilasi dll.

Geladak akomodasi sebaiknya dibangun tanpa camber untuk memudahkan


pemasangan furniture, blok akomodasi sedapat mungkin dibangun dengan dinding
yang lurus tanpa kurvature.

Pada sisi Poop deck harus terdapat ruang terbuka sebagai tempat berjalan dengan
lebar 800 hingga 1000 mm ditambah 300 hingga 400 mm untuk penyimpanan tangga
akomodasi.

Bagian belakang Poop deck harus terdapat ruang terbuka paling kurang 5 meter dari
stern untuk memberi ruang yang cukup bagi penempatan mesin-mesin geladak pada
bagian buritan, seperti capstan, bollard, winch, emergency exit ruang kemudi.

2
Bagian depan blok akomodasi biasanya merupakan penerusan dari sekat depan kamar
mesin.

3
PEMBAGIAN LAMBUNG KAPAL

Lambung kapal dibagi secara melintang oleh sekat-sekat.

• Sekat tubrukan (Collision Bulkhead) pada stem(linggi haluan) berjarak (0,05 –


0,08) LBP dari FP, untuk kapal penumpang berjarak 0,05 LBP + 3,5 meter, sekat
tubrukan harus menerus hingga main deck lebih lanjut hingga ke Fore castle deck,
bukaan yang terdapat pada sekat antara main deck dan fore castle deck harus
ditutup dengan pintu kedap air.

• Propeller post pada stern –ujung belakang dari bagian lambung bawah air- harus
memberikan aliran air yang baik untuk propeller, Posisi propeller post yang sesuai
berjarak antara 0,035 hingga 0,040 LBP didepan AP, pada bagian ini seringkali
dibuat stern bulb untuk meningkatkan kinerja propelleratau bahkan bentuk stern
asimetri.

• Sekat tabung poros (Stern tube bulkhead) sekat bagian belakang ruang mesin
paling kurang harus berjarak 3 jarak gading dari ujung stern tube, sekat ini haris
menerus hingga poop deck

• Sekat depan kamar mesin dilokasikan sejauh mungkin kebelakang untuk memberi
kapasitas ruang muat yang lebih besar, pada umumnya lokasi sekat depan kamar
mesin berjarak 17% hingga 22% didepan AP, lokais sekat ini pada satu sisi
tergantung dari panjang mesin pada sisi lain tergantung pada fullness
(kegemukan) kapal, kapal-kapal high blok(gemuk) memberikan ruang yang lebih
besar pada lantainya dibanding dengan kapal langsing.

• Sekat ruang muat , jumlah sekat pada ruang muat tergantung pada tuntutan
keamanan atau pemisahan muatan. Jumlah minimum sekat ruang muat termasuk
sekat tubrukan, Stern tube bulkhead, sekat depan kamar mesin untuk
• Panjang kapal 65 meter diperlukan 3 sekat (tidak diperlukan tambahan
sekat di Ruang muat)
• Panjang kapal 85 meter diperlukan 4 sekat (satu tambahan sekat pada
ruang muat) selanjutnay untuk setiap penambahan panjang 20 meter
diperlukan tambahan sekat 1 (satu) buah
• Untuk tanker, menurut BKI/GL jarak antar sekat tangki tidal lebih dari
0,1 LBP dan tidak boleh kurang dari 15 meter.

• Double Bottom, Untuk kapal dengan panjang tidak lebih dari 50 meter tidak
disyaratkan adanya Double bottom, untuk kapal yang besar klasifikasi
mensyaratkan double bottom mulai dari sekat tubrukan hingga sekat tabung
buritan (stern tube bulkhead) , tinggi Double bottom adalah h= 0,35 + 0,045 B,
untuk alasan praktis dimana orang bisa bekerja didalamya, tinggi double bottom

4
paling tidak adalah 0,75 meter, untuk Tanker tinggi double bottom yang
disyaratkan rule adalah h = B/15 namun harus tidak kurang dari 1 meter dan tidak
lebih dari 3 meter. Pada kamar mesin, tinggi double bottom disesuaikan dengan
dengan kebutuhan tinggi fondasi mesin, pada umumnya lebih tinggi dibanding
double bottom yang ada di ruang muat.

• Penggunaan Double Bottom, Ruang double bottom bisa digunakan untuk air tawar,
ballast, bahan bakar dan waste oli tetapi tidak untuk air minum, Minyak pelumas
hanya dapat disimpan di double bottom bila kapal memiliki separator (purifier)
untuk menghindari kontaminasi air laut dan atau kotoran lainnya. Semua tangki
ballast harus bersih, tidak bisa digunakan untuk untuk bahan bakar atau minyak
pelumas, antara tangki minyak dan tangki air harus dipisahkan oleh koferdam
untuk menghidari kontaminasi akibat kebocoran, Peak tanks (tangki ujung) depan
dan belakang hanya digunakan sebagai tangki ballast dan tangki trim.

• Main deck, area antara sekat depan blok akomodasi dan sekat tubrukan digunakan
untuk lubang palka (cargo hatches) dan rumah geladak (deck houses), lubang
palka harus memiliki panjang total sebesar 0,5 LBP, lebar lubang palka dibuat
selebar mungkin untuk memudahkan bongkar muat dan menghindari kerusakan
muatan, lebar palka 0,8 Bmld harus bisa dicapai. Tinggi lubang palka (hatches)
ditentukan oleh type penutup palka (hatch cover), type cargo dan total volume

5
cargo yang diinginkan, tinggi minimum hatch sekitar 1,1 meter, panjang hatch
(lubang palka), panjang ruang penyimpanan hatch cover (penutup palka), gang
(walkways) dari sisi kiri kapal (port side) ke sisi kanan kapal (starboard side), dan
panjang rumah geladak (deck house) harus didesain secara layak/sesuai.

• Lebar geladak (deck) pada ujung-ujung kapal, Fore castle deck harus memiliki
lebar yang cukup untuk instalasi windlass dan mesin-mesin/peralatan lainnya yang
berhubungan dengan mooring (penambatan) dan anchoring (jangkar), kebutuhan
lebar fore castle akan tercukupi bila gading (frame) 5% LBP dibelakang Fpmemiliki
lebar pada fore castle selebar (0,5 hingga 0,6) Bmld. Poop deck akan memiliki
lebar yang cukup bila pada ujung belakang geladak memiliki lebar (80% hingga
95%) Bmld.

• Jarak Gading (Frame spacing), BKI 1996 vol II, jarak gading normal/main frame
(ao) untuk daerah 0,1 dari sekat tubrukan dan sekat buritan, untuk LBP < 100 m
adalah
ƒ ao = L/500 + 0,48 (meter), biasanya diambil 0,6 meter

6
BLOK AKOMODASI

Pada saat kita mendesain blok akomodasi kapal cargo hal utama yang harus
diperhatikan adalah jumlah geladak dimana blok akomodasi berada, pertimbangannya
adalah adanya visibilitas dari wheelhouse ke forecastle deck dan atau melampaui
hambatan maximum visibilitas yang diakibatkan oleh kontainer.

JUMLAH ABK/NUMBER OF CREW


Jumlah dan komposisi ABK akan tergantung dari
ƒ Ukuran Kapal (BRT)
ƒ Type Kapal (Tanker, dry Cargo, Passanger Ship etc.)
ƒ Tingkat otomatisasi Mesin Penggerak
ƒ Radius dan wilayah pelayaran

Kapal Eropa pada umumnya memiliki 22-24 ABK


Kapal Asia di Perairan Internasional memiliki 28-36 ABK
Kapal penyusur pantai (Coaster) memiliki ABK yang lebih kecil

Komposisi ABK/Crew
ƒ Deck crew
ƒ Engine crew
ƒ Service crew

7
Social order on Board of Ships (Dr.Ing. Hans W. Schlott)

Level Deck Dept Service dept. Engine dept.


Officer Ranks
1. Captain
2. Chief Engineer
3. Chief Officer 2nd Engineer
2nd Officer 3rd Engineer
3rd Officer 4th Engineer
Radio Operator Electrician
Petty Officer
4. Boatswain Chief Cook, Chief Steward
Carpenter
Crew
5. Quarter master Ass. Cook, Steward Pumpman
Seaman Boys Cleaner
Fireman

CARA LAIN MENGHITUNG KEBUTUHAN ABK

Jumlah ABK yang direncanakan harus kurang dari atau sama dengan hasil dari
persamaan berikut:

Zc = Cst [ Cdk ( CN/1000 )1/6 + Ceng ( BHP/1000 )1/3 + Cadets ]

Dimana:
Cst = koefisien steward deck ( 1,2 – 1,33 )
Cdk = koefisien deck department ( 11,5 – 14,5 )
Ceng = koefisien engine department ( 8,5 – 11,0 )
BHP = tenaga mesin ( HP )
Cadets= perwira tambahan / tamu
CN = ( L.B.H ) / 1000

CONTOH SUSUNAN ABK ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

1. DECK DEPARTMENT

• Master (Nakhoda)

• Perwira
1. Chief Officer ( Mualim I )
2. Second Officer ( Mualim II )
3. Radio Operator
4. Dokter

8
• Bintara
1. Quarter Master ( Juru Mudi )
2. Boatswain ( Kepala Kelasi )
3. Seaman ( Kelasi )

2. ENGINE DEPARTMENT

• Perwira
1. Chief Engineer ( Kepala Kamar Mesin )
2. Second Engineer
3. Electrician

• Bintara
1. Fireman
2. Oiler

3. CATERING/SERVICE DEPARTMENT

• Perwira:
1. Chief Cook

• Bintara:
1. Assistant Cook
2. Steward
3. Boys

CABIN (RUANG TIDUR)


Cabin harus diletakkan di atas garis air muat di tengah / di belakang kapal.
Direncakan ruang tidur :

• Semua kabin ABK terletak pada dinding luar sehingga mendapat cahaya matahari.
• Bridge deck terdapat ruang tidur Captain dan Radio Operator.
• Boat deck terdapat ruang tidur Chief Officer, Chief Engineer dan Dokter.
• Poop deck terdapat ruang tidur Second Officer, Second Engineer dan Electrician
dan Quarter Master.
• Main deck terdapat ruang tidur Chief Cook, Assistant Cook, Oiler, Fireman,
Boatswain, Seaman, Steward dan Boys.
• Tidak boleh ada hubungan langsung ( opening ) di dalam ruang tidur dari ruang
muat, ruang mesin, dapur, ruang cuci umum, WC, paint room dan dry room (
ruang pengering ).

9
• Luas lantai untuk ruangan tidur tidak boleh kurang dari 2,78 m2 untuk kapal di atas
3000 BRT.
• Tinggi ruangan dalam keadaan bebas minimum 190 m.

PERABOT DALAM RUANG TIDUR:

• Ruang tidur kapten:


Tempat tidur single bad, lemari pakaian, sofa, meja tulis dengan kursi putar,
TV, kamar mandi, bathtub, shower, wash basin dan WC.

• Ruang tidur perwira:


Tempat tidur single bad, lemari pakaian, sofa, meja tulis dengan kursi putar,
kamar mandi, shower, wash basin dan WC.

• Ruang tidur Bintara:


Tempat tidur minimal single bad untuk satu orang, maksimal tempat tidur
susun untuk dua orang, lemari pakaian, meja tulis dengan kursi putar.

UKURAN PERABOT

• Tempat tidur
Ukuran tempat tidur minimal 190 x 68 cm.
Syarat untuk tempat tidur bersusun:
Tempat tidur yang bawah berjarak 40 cm dari lantai.
Jarak antara tempat tidur bawah dan atas 60 cm.
Jarak antara tempat tidur dan langi-langit 60 cm.
Jarak antar deck diambil 240 cm.
• Lemari pakaian, ukuran lemari pakaian bervariasi misalnya, 60 x 60 x 60 cm
• Meja tulis, ukuran meja tulis 80 x 50 x 80 cm

10
RUANG MAKAN ( MESS ROOM )
• Harus cukup menampung seluruh ABK.
• Untuk kapal yang lebih dari 1000 BRT harus tersedia ruang makan yang terpisah
untuk perwira dan bintara.
• Letak ruang makan sebaiknya dekat dengan pantry dan galley ( dapur ).

SANITARY ACCOMODATION
• Jumlah WC minimum untuk kapal lebih dari 3000 BRT adalah 6 buah.
• Untuk kapal dengan radio operator terpisah maka harus tersedia fasilitas sanitary di
tempat itu.
• Toilet dan shower untuk deck departement, catering departement harus disediakan
terpisah.
• Fasilitas sanitari minimum:
1 Bath tub atau shower untuk 8 orang atau kurang.
1 WC untuk 8 orang atau kurang.
1 Wash basin untuk 6 orang atau kurang.

11
HOSPITAL ACCOMODATION
Sesuai dengan persyaratan bahwa untuk kapal yang berlayar lebih dari 3 hari dengan
ABK lebih dari 15 orang harus dilengkapi dengan hospital accomodation, yang
dilengkapi obat-obatan, wash basin, toilet serta shower.
Harus tersedia tempat tidur minimal 1 buah dan maksimal 6 buah.

KANTOR ( SHIP OFFICE )


Dilengkapi dengan meja tulis dengan kursi putar ( untuk Kapten, Chief Officer, Chief
Engineer ) serta lemari buku.

12
DRY PROVISION AND COLD STORAGE ROOM
Dry Provision Room

Dry provision berfungsi untuk menyimpan bahan bentuk curah yang


tidak memerlukan pendinginan dan harus dekat dengan galley dan
pantry.

Cold Storage Room

Untuk bahan yang memerlukan pendinginan agar bahan-bahan tersebut


tetap segar dan baik selama pelayaran.
Temperatur ruang pendingin dijaga terus dengan ketentuan
Untuk meyimpan daging suhu maksimum adalah -22o C.
Untuk menyimpan sayuran suhu maksimum adalah -12o C.
Luas provision store yang dibutuhkan untuk satu orang ABK adalah ( 0,8
s/d 1 ) m2.

13
DAPUR ( GALLEY )
Letaknya berdekatan dengan ruang makan, cold dan dry store.
Luas lantai 0,5 m2 / ABK.
Harus dilengkapi dengan exhaust fan dan ventilasi untuk menghisap
debu dan asap.
Harus terhindar dari asap dan debu serta tidak ada opening antara
galley dengan sleeping room.

RUANG NAVIGASI ( NAVIGATION ROOM )


Ruang Kemudi ( Wheel House )

Terletak pada deck yang paling tinggi sehingga pandangan ke depan


dan ke samping tidak teralang ( visibility 360o ).
Flying wheel house lebarnya dilebihkan 0,5 meter dari lebar kapal,
untuk mempermudah waktu berlabuh.
Jenis pintu samping dari wheel house merupakan pintu geser.

14
Gambar jarak pandang dari wheel house

Ruang Peta ( Cart Room )

Terletak di dalam ruang wheel house.


Ukuran ruang peta 2,4 m x 2,4 m.
Ukuran meja peta 1,8 m x 11,2 m.
Antara ruang peta dan wheel house bisa langsung berhubungan
sehingga perlu dilengkapi jendela atau tirai yang dapat menghubungkan
keduanya.

Ruang Radio ( Radio Room )

Diletakan setinggi mungkin di ata kapal dan harus terlindungi dari air
dan gangguan suara.
Ruang ini harus terpisah dari kegiatan lain.
Ruang tidur radio operator harus terletak sedekat mungkin dan dapat
ditempuh dalam waktu 3 menit.

15
BATTERY ROOM.
Adalah tempat untuk menyimpan Emergency Sourse of Electrical Power (ESEP)
Terletak di tempat yang jauh dari pusat kegiatan karena suara bising
akan mengganggu.
Harus mampu mensupply kebutuhan listrik minimal 3 jam pada saat
darurat.
Instalasi ini masih bekerja jika kapal miring sampai 22,5o atau kapal
mengalami trim 10o.
Untuk peraturan ESEP lihat SOLAS Chapter II-1 PART D.

(SHIP DESIGN AND CONSTRUCTION 1980) .

PERHITUNGAN-PERHITUNGAN

PERHITUNGAN BHP MESIN METHODE A.J. van LAPP


Lihat lampiran

PERHITUNGAN BHP MESIN dengan SOFTWARE HULLSPEED


Lihat manual dan jalankan aplikasi softwarenya

16
PERHITUNGAN CONSUMABLES
1. Berat Bahan Bakar Mesin Induk

Wfo = BHPme . bme . S/Vs . 10-6 . C ( ton )


Dimana: BHPme = Bhp mesin induk ( katalog mesin ) kW
bme = spesifik konsumsi bahan bakar mesin induk
( 171 g/kWh )
S = jarak pelayaran ( mil )
Vs = kecepatan dinas ( knot )
C = koreksi cadangan ( 1,3 – 1,5 )

Menentukan volume bahan bakar mesin induk:

V ( Wfo ) = Wfo/ρ ( m3 ) dimana: ρ = 0,95 ton/m3

Volume bahan bakar mesin induk ada penambahan karena:


Double bottom ( 2 % )
Ekspansi karena panas ( 2 % )

2. Berat Bahan Bakar Mesin Bantu ( Wfb )

Wfb = ( 0,1 – 0,2 ) Wfo ( ton )

Menentukan bahan bakar mesin bantu ( Vfb ):

Vfb = Wfb / ρ diesel ( m3 ) dimana: : ρ = 0,95 ton/m3

Volume tangki bahan bakar mesin bantu ada penambahan sebesar 4 % Vfb.

3. Berat Minyak Pelumas ( Wlo )

Wlo = BHPme . blo . S/Vs . 10-6 . ( 1,3 – 1,5 ) ( ton )

Dimana: blo = 1,2 – 1,6

Menentukan volume minyak pelumas ( lubricating oil ):

Vlo = Wlo / ρ ( m3 ) dimana: ρ = 0,90 ton/m3

Volume tangki ada penambahan sebesar 4 % Vlo.

17
4. Berat Air Tawar ( Wfw )

a. Untuk diminum = ( 10 – 20 ) kg / orang hari


= [ (10 -20 ) . Jml ABK . S ] / ( 24 . Vs )
b. Untuk cuci = ( 80 – 200 ) kg / orang hari
= [ (80 -200 ) . Jml ABK . S ] / ( 24 . Vs )
c. Untuk pendinginan mesin = ( 2 -5 ) kg / BHP

Berat Total air tawar = = a + b + c ( ton )

5. Berat Bahan Makanan ( Wp )

Wp = 5 kg / orang hari
= ( 5 . Jml ABK . S ) / ( 24 . Vs )

6. Berat Crew Dan Barang Bawaan ( Wcp )

a. Untuk crew = 75 kg / orang hari


b. Untuk barang = 25 kg / orang hari

Wcp = berat crew + berat barang

7. Berat Cadangan ( Wr )

Terdiri dari peralatan di gudang:


Cat
Peralatan reparasi kecil yang dapat diatasi oleh ABK
Peralatan lain yang diperlukan dalam pelayaran

Wr = ( 0,5 – 1,5 ) % . Displ. ( ton )

8. Berat Muatan Bersih ( Wpc )

Wpc = Vrm / Sf ( ton )


Dimana: Vrm = volume ruang muat ( m3 )
Sf = stowage factor ( m3 / ton )

DWT = Wfo + Wfb + Wlo + Wfw + Wp + Wcp + Wr + Wpc (ton)


LWT = Displacement – DWT ( ton )

18
PERHITUNGAN VOLUME TANGKI-TANGKI

Tangki-Tangki Consumable

Misalnya: tangki bahan bakar ( fuel oil tank ), tangki minyak pelumas ( lubricating
oil tank ), tangki air tawar ( fresh water tank ).
Khusus untuk tangki air tawar biasanya terletak pada tangki ceruk buritan (after
peak tank ). Perhitungan volume tangki-tangki di atas disesuaikan dengan letak
tangki –tangki yang telah direncanakan (terletak pada frame berapa sampai
berapa).

Tangki-Tangki Ballast

Tangki-tangki ballast biasanya terletak di bawah ruang muat ( pada double bottom )

Tangki Ceruk Haluan ( Fore Peak Tank )

Perhitungan volume tangki-ceruk haluan disesuaikan dengan letak tangki yang telah
direncanakan ( terletak pada frame berapa sampai berapa ). Volume total dari
tangki ceruk haluan sama dengan volume tangki ceruk haluan dikurangi volume dari
kotak rantai jangkar ( chain locker ).
Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan metode Simpson.

Tangki Slop ( Slop Tank )

Kapal oil tanker dengan BRT lebih besar dari 1500 BRT harus mempunyai slop tank
dengan kapasitas 3 % dari kapasitas ruang muatnya.
Perhitungan volume ruangan ada penambahan sebesar kurang lebih 2 % karena
adanya internal struktur.

LAMPU DAN PERLENGKAPAN NAVIGASI

Lampu navigasi adalah lampu yang harus menyala pada saat pelayaran di malam hari
sedangkan lampu signal menyala pada malam hari bila dibutuhkan seperti lampu
jangkar. Untuk kapal barang harus tersedia lampu jangkar haluan untuk pelayaran
samudera dan sungai dan lampu jangkar buritan apabila kapal berlayar disungai.
Tujuan melengkapi lampu navigasi pada kapal untuk mencegah atau menghindari
tubrukan di laut.

19
• JENIS LAMPU NAVIGASI
• Mast head and range light.
• Side light.
• Stern light.
• Anchor light.
• Not under command light.
• Special lamp pada kapal seperti towing vessel, dred gees, cabel ship,
under water survey ships, pilot vessel, dan fishing vessel.

LAMPU TIANG AGUNG (MAST HEAD LIGHT)


Kapal yang memiliki dua tiang agung dilengkapi dua lampu tiang agung berwarna
putih dengan sudut pancar 225o pada bidang horisontal. Tinggi lampu pada tiang
bagian depan, terpendek 6 m dan tertinggi 12 m dan pada lampu tiang dibelakang
berada 4.5 m lebih tinggi dari lampu tiang depan, dan berjarak horizontal antara
kedua lampu, terpendek L/2 dan terpanjang 100 m. Bila kapal hanya memiliki satu
tiang agung maka satu lampu diletakkan di atas rumah geladak paling atas, dapat
dilihat pada jarak 2 mil. Jarak horisontal antara kedua lampu sedikit-dikitnya 3 kali
jarak vertikal kedua lampu tiang.

LAMPU SAMPING (SIDE LIGHT)


Lampu dipasang pada kanan dan kiri rumah geladak dan berada ¾ dari tinggi lampu
tiang agung yang terdepan dan berwama hijau untuk lampu sebelah kanan dan merah
pada lampu sebelah kiri, dan bersudut 112.5o dari sisi lambung dalam bidang
horisontal ke arah luar, dan diletakkan pada geladak navigasi dan dapat dilihat sedikit-
dikitnya 2 mil.

Jumlah : Starboard Side : 1 buah


Port Side : 1 buah
Warna : Starboard Side : Hijau
Port Side : Merah
Visibilitas : 2 mil ( minimal )
Sudut sinar : 112,5o horisontal
Letak : Navigation deck ( pada fly wheel house )

20
LAMPU BURITAN (STERN LIGHT)
Lampu dipasang diburitan kapal tanpa ketentuan tingginya dan berwarna putih
bersudut 135o terhadap bidang horisontal.

Warna : Putih
Jumlah : 1 buah
Visibilitas : 3 mil ( minimal )
Sudut sinar : 135o horisontal
Tinggi : 3,5 meter
Letak : Buritan

LAMPU JANGKAR (ANCHOR LIGHT)


Kapal yang sedang lego jangkar pada malam hari harus menyalakan lampu berwama
putih sudut pancar 360o terhadap bidang horisontal dan diletakkan pada ketinggian
minimal 6 m dari geladak utama, sedangkan untuk siang hari fungsi lampu diganti
dengan menaikkan bola hitam pada tiang lampu jangkar. Sedangkan jangkar buritan
diletakkan diburitan kapal pada tinggi tidak kurang 4.5 m dibawah lampu jangkar
haluan dan jarak pandang kedua lampu adalah 3 mil

21
Setiap kapal dengan L > 150 ft pada saat lego jangkar harus
menyalakan anchor light.
Warna : Putih
Jumlah : 1 buah
Visibilitas : 3 mil ( minimal )
Sudut sinar : 360o horisontal
Tinggi : 6 meter (min)
Letak : Forecastle

LAMPU DILUAR KENDALI (NOT UNDER COMMAND).


Lampu diluar komando (not undercommand) berwarna merah terdiri dari dua lampu
yang diletakkan dalam satu garis vertikal berjarak satu terhadap yang lain sejarak
1.8m dan dapat dilihat disemua keliling horisontal berjarak sedikit-dikitnya 2 mil dan
instalasinya dapat portable atau permanen.

LAMPU KHUSUS (SPECIAL LIGHT)


dipasang pada kapal-kapal khusus dan diletakkan pada tiang navigasi dan biasanya
lampu berwama putih jumlahnya lebih dari satu. Untuk lampu pada kapal tunda pada
saat menarik kapal harus tersedia dua lampu yang dipasang satu vertikal dengan
lampu tiang dan berjarak satu sama lain tidak kurang 1.8m bersudut 225o instalasinya
kadang-kadang portable.

MORSE LIGHT

Warna : Putih
Sudut sinar : 360o horisontal
Letak : di top deck, satu tiang dengan mast head light,
antena UHF dan radar

22
TANDA SUARA

Tanda suara ini dilakukan pada saat kapal melakukan manouver di pelabuhan dan
dalam keadaan berkabut atau visibilitas terbatas. Setiap kapal dengan panjang lebih
dari 12 meter harus dilengkapi dengan bel dan pluit.

PENGUKUR KEDALAMAN ( DEPTH SOUNDER GEAR )

Setiap kapal dengan BRT di atas 500 gross ton dan melakukan pelayaran internasional
harus dilengkapi dengan pengukur kedalaman yang diletakkan di anjungan atau ruang
peta.

COMPASS

Setiap kapal dengan BRT di atas 1600 gross ton harus dilengkapi dengan gyro
compass yang terletak di compass deck dan magnetic compass yang terletak di wheel
house.

23
RADIO DIRECTION FINDER DAN RADAR

Setiap kapal dengan BRT 1600 gross ton harus dilengkapi dengan direction finder dan
radar yang masing-masing terletak di ruang peta dan wheel house. Fungsi utama dari
radio direction finder adalah untuk menentukan posisi kapal sedangkan radar
berfungsi untuk menghindari tubrukan.

PINTU, JENDELA DAN TANGGA


PINTU

A. Pintu Baja Kedap Cuaca ( Ship Steel Water tight Door )

Digunakan sebagai pintu luar yang berhubungan langsung dengan cuaca


bebas.
Tinggi : 1800 mm
Lebar : 800 mm
Tinggi ambang : 300 mm

24
B. Pintu Dalam

Tinggi : 1800 mm
Lebar : 750 mm
Tinggi ambang : 200 mm

C. Lorong
Lorong harus dipastikan mudah untuk dilewati lebar minimum lorong 80 cm

JENDELA

Jendela bundar tidak dapat dibuka ( menurut DIN ISO 1751 ),


direncanakan menggunakan jendela bundar type A dengan ukuran d =
400 mm.
Jendela empat persegi panjang, direncanakan:
1. Panjang ( W1 ) = 400 mm Tinggi ( h1 ) = 560 mm
Radius ( r1 ) = 50 mm Tinggi ( h1 ) = 800 mm
2. Panjang ( W1 ) = 500 mm Tinggi ( h1 ) = 800 mm
Radius ( r1 ) = 100 mm
Untuk wheel house
Berdasarkan simposium on the design of ships budges:
Semua jendela bagian depan boleh membentuk 15o.
Bagian sisi bawah jendela harus 1,2 meter di atas deck.
Jarak antara jendela tidak boleh kurang dari 100 mm.

25
TANGGA / LADDER

A. Accomodation Ladder

Accomodation ladder diletakkan menghadap ke belakang kapal. Sedangkan


untuk menyimpannya diletakkan di poop deck ( diletakkan segaris dengan
railing / miring ). Sudut kemiringan diambil 45o.

LWT = Displ – DWT

Sarat kapal kosong ( TE ) = LWT / ( Lpp x B x Cb x 1,004 x 1,025 )

Karena tangga akomodasi diletakkan di poop deck:


a = ( H + 2,4 ) - TE
Jadi:
Panjang tangga akomodasi ( L ) = a / sin 45o
Dimensi tangga akomodasi: ( direncanakan )
Width of ladder = 600 s/d 800 mm
Height of handrail = 1000 mm
The handrail = 1500 mm
Step space = 200 s/d 350 mm

STEEL DECK LADDER

Digunakan untuk menghubungkan deck satu dengan deck lainnya.,


Nominal size = 700 mm
Lebar = 700 mm
Sudut kemiringan = 450
Interval of treads = 200 s/d 300 mm
Step space = 400 mm

26
SHIP STEEL VERTICAL LADDER

Digunakan untuk tangga pada escape gang, tangga main hole dan digunakan
untuk tangga menuju ke top deck, direncanakan:
Lebar tangga = 350 mm
Interval treads = 300 s/d 340 mm
Jarak dari dinding = 150 mm

PERLENGKAPAN KAPAL
1. Perhitungan Alat Bongkar Muat

KAPAL TANKER

27
A. Perhitungan Pipa dan Pompa Bongkar Muat

Volume ruang muat effective = sesuai yag direncanakan


Berat jenis muatan ( γ ) = 0,865 ton/m3
Waktu bongkar muat = direncanakan misalnya 10 s/d 12
jam

Kapasitas Pompa

Perhitungan Debet Muatan ( Qe )


Qe = Volume ruang muat / Waktu bongkar muat ( m3 / jam )
- Kecepatan aliran = 2 m/s
- Kapasitas Pompa Bantu ( Qs )
Qs = 25% x Qe (m3 / jam )

Diameter Pipa

Diameter pipa utama ( Main cargo line )


Qe = V x [( π x Db2 )/4 )] x 3600
Qe = 0,565 x Db2
Db = √ ( Qe / 0,565 ) ( m )
Dimana:
V = Kecepatan aliran = 2 m/s
Qe = Kapasitas pompa utama (m3 / jam )
Db = Diameter pipa utama ( m )
Diameter pipa bantu ( Qs )
Qs = V x [(π x Dbs2 )/4 )] x 3600
Qs = 0,565 x Dbs2
Dbs = √ ( Qs / 0,565 ) ( m )
Dimana:
V = Kecepatan aliran = 2 m/s
Qs = Kapasitas pompa bantu (m3 / jam )
Dbs = Diameter pipa bantu ( m )

Tenaga Pompa

Tenaga pompa utama ( Main Pump )


N = ( Qe x γ x H )/ ( 3600 x 75 x η) ( kW )
Dimana:
Qe = Debet muatan (m3 / jam )
γ = Berat jenis muatan ( 0,865 ton/ m3 )

28
η = Efisiensi total pompa ( 0,5 s/d 0,9 )
H = Pressure head
= H satatis + H dinamis
H dinamis = V2/( 2.g ) ( m )
V2 = Kecepatan aliran ( 2 m/s )
g = Percepatan gravitasi ( 9,81 m/s2 )
H statis = ( Z + P )/ γ ( m )
Z = H + 0,76 – 0,4 ( m )
P = Tekanan pancar ( 25 ton/m2 )
- Tenaga pompa bantu ( Stripping Pump )
Ns = 25% x N ( kw )

Sistem pipa ruang muat Oil Tanker

B. Tiang Agung ( Mast )

Jarak jangkauan derrick boom


L = [ ( 0,5 x ( 0,5 x B + 3 ))/sin 60o ] ( m )
Beban yang harus diterima boom ( misalnya direncanakan SWL = 2000 kg )
W = 0,1 x SWL x d ( cm3 )
W = 3,14 ( D4 – d4 ) / ( 32D ) ( cm3 ), dimana: d = 0,96 D
Maka harga D dan d dapat diketahui.
Tebal plat = 0,02D ( mm )
Tinggi gooseneck dari upper deck = ( 2,6 – 2,8 ) m
Tinggi topping bracket dari upper deck = ( 0,6 – 0,8 ) L ( m )

C. Derrick Boom

Save pressure direncanakan misalnya ( 2000 kg ), diperoleh data sebagai


berikut:
L1, L2, n, D, d, S, GI, GII
Winch Motor ( Pe )
Pe= ( W x V )/ ( 75 x 60 ) ( HP )
Dimana:
Pe = Effective Power ( HP )
W = Rated Load ( kg )

29
V = Rated Hoisting speed ( 30 m/min )
Input Of Motor Power ( Ip )
Ip = f x Pe ( HP )
Dimana:
f = 1,05 – 1,1
Dari data di atas dapat diperoleh data sebagai berikt:
Type Cargo Winch
Pulls ( kN )
Daya Motor ( kW )
Berat ( kg )

KAPAL CARGO

A. Batang Muat

Panjang jangkauan batan muat:


L’ = ( 2/3 Panjang Palkah + Jarak Mast ke Sisi Kapal ) ( m )
Panjan batang muat:
L = L’ / cos 45o
Dari beban yang direncanakan ( misal SWL = 8000 kg ), maka diperoleh data
sebagai berikut: L1, L2, n, D, d, S, GI, GII.

B. Tiang Agung ( Mask )

W = 0,1 [ ( SWL x L1 ) + ( SWL x L2 ) ] (cm3 )


W = 3,14 ( D4 – d4 ) / ( 32D ) ( cm3 ), dimana: d = 0,84 D
Maka harga D dan d dapat diketahui.

30
C. Winch

Winch Power ( Pe )
Pe = ( W x V ) / ( 75 x 60 ) ( HP )
Dimana:
Pe = Effective Power ( HP )
W = Rated Load ( kg )
V = Rated Hoisting speed ( 40 m/min )

Input Of Motor Power ( Ip )


Ip = f x Pe ( HP )
Dari data di atas dapat diperoleh data sebagai berikt:
Type Cargo Winch
Pulls ( kN )
Daya Motor ( kW )
Berat ( kg )

31
KAPAL KONTAINER
Kapal pengangkut kontainer dibagi menurut jenis muatannya menjadi :
a. Full container ship.
b. Semi container ship, kadang-kadang berfungsi mengangkut kontainer
dan sebagai General cargo ship.

32
Gambar ukuran kontainer

33
Gambar penumpukan kontainer dikapal

34
Gambar sistem penumpukan kontainer diruang muat

35
PERLENGKAPAN KESELAMATAN KAPAL
Kapal harus dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan pelayaran sesuai
yang ada.Menurut fungsinya alat keselamatan dibagi tiga, yaitu:

A. Sekoci

Persyaratan sekoci penolong:


Dilengkapi dengan tabung udara yang diletakkan dibawah tempat
duduk.
Memiliki kelincahan dan kecepatan untuk menghindar dari tempat
kecelakaan.
Cukup kuat dan tidak berubah bentuknya saat mengapung dalam air
ketika dimuati ABK beserta perlengkapannya.
Stabilitas dan lambung timbul yang baik.
Mampu diturunkan ke dalam air meskipun kapal dalam kondisi miring
15o.
Perbekalan cukup untuk waktu tertentu.
Dilengkapi dengan peralatan navigasi, seperti kompas radio
komunikasi.

1. Dengan cara berputar.

36
Gambar penurunan sekoci dengan cara berputar
2. Dengan cara gravitasi.
3. Dengan cara menuang.

Gambar penurunan sekoci dengan cara menuang dan cara gravitasi

B. Perlengkapan Apung ( Bouyant Aparatus )

B.1. Pelampung Penolong ( Life Buoy )

Persyaratan pelampung penolong:


Dibuat dari bahan yang ringan ( gabus / semacam plastik )
Berbentuk lingkaran atau tapal kuda.
Harus mampu mengapung dalam air selama 24 jam dengan beban
sekurang-kurangnya 14,5 kg besi.
Tahan pada pengaruh munyak, berwarna menyolok dan diberi tali
pegangan, keliling pelampung dilengkapi dengan lampu yang
menyala secara otomatis serta ditempatkan pada dinding atau pagar
yang mudah terlihat dan dijangkau.
Jumlah pelampung untuk kapal dengan panjang 60 – 12 meter
minimal 12 buah.

37
B.2. Baju Penolong ( Life Jacket )

Persyaratan baju penolong:


Mampu mengapung selam 24 jam dengan beban 7,5 kg besi.
Jumlah sesuai banyaknya ABK, berwarna menyolok dan tahan minyak
serta dilengkapi dengan pluit.

C. Tanda Bahaya Dengan Signal Atau Radio

Bila berupa signal dapat beruap cahaya, misal lampu menyala, asap,
roket, lampu sorot, kaca dsb.
Bila berupa radio dapat berupa suara radio, misal radio dalam sekoci,
auto amateur resque signal transmitter dsb.

38
D. Alat Pemadam Kebakaran

Dalam kapal terdapat alat pemadam kebakaran berupa:


Foam ( busa )
CO 2
Air laut

Gambar sistem pemadam kebakaran dengan air laut

Gambar sistem pemadam kebakaran dengan CO 2

39
JANGKAR, RANTAI JANGKAR DAN TALI
TAMBAT.
A. Penentuan Jangkar

Penentuan jangkar berdasarkan peraturan BKI 1996 Vol. III ( tergantung angka Z )

Z = D2/3 + 2.h.B + A/10


Dimana:
D = Displacement kapal
B = Lebar kapal
h = fb + h
fb = Lambung timbul ( H – T )
h = Jumlah bangunan atas x tinggi masing-masing bangunan atas tersebut.
A = Luas penampang membujur dari bangunan atas di atas garis air pada
centre
Line.
Dari angka Z akan diperoleh data-data antara lain:
Jumlah jangkar
Berat jangkar
Panjang total
Diameter
Tali tarik
Tali tambat
Akhirnya dapat ditentukan type jangkar

A. Penentuan Rantai Jangkar

Panjang keseluruhan rantai jangkar.

40
Diameter rantai jangkar
Berat rantai
Komposisi dan konstruksi dari rantai jangkar meliputi:
Ordinary link
Large link
End link
Connecting Shackle
Shackle bot
Anchor kenter shackle
Swivel
Kenter shackle

B. Tali Tambat

Bahan yang dipakai untuk tali tambat terbuat dari nylon. Adapun ukuran-ukuran
yang dipakai berdasarkan BKI 1996 Vol. III melalui angka penunjuk Z didapatkan:
Jumlah tali tambat
Panjang tali tambat
Beban putus
Berdasrkan tabel normalisasi pada Practical Ship Building yang didasarkan dari
Breaking Stress dari BKI 1996 didapatkan:
Keliling tali
Diameter tali
Perkiraan beban
Perkiraan kekuatan tarik
Keuntungan dari tali nylon untuk tambat:
Tidak rusak oleh air dan sedikit menyerap air.

4. Penentuan Bollard, Fair laid, Hawse Pipe dan Chain Locker

41
A. Penentuan Bollard

Dari Practical Ship Building dapat dipilih type bollard sehingga diketahui:
Ukuran bollard
Berat bollard
Jumlah dan diameter baut

B. Penentuan Fair laid

Dari Breaking Stress tali penarik, dapat diambil ukuran fair laid berdasarkan
Practical Ship Building.

C. Penentuan Hawse Pipe

Berdasarkan Practical Ship Building penentuan hawse pipe tergantung dari


ukuran dan diameter rantai jangkar.

42
C. Penentuan Chain Locker

Volume chain locker dihitung berdasarkan panjang dan diameter rantai jangkar.
Dalam perencanaannya ditambah volume cadangan kurang lebih 20%. Pada chain
locker diberi sekat pemisah antara kotak sebelah kanan dan kotak sebelah kiri.
( diketahui 1 fathom = 25 meter )

43
Gambar chain locker dan hawse pipa

5. Penentuan Tenaga Windlass, Capstan Dan Steering Gear

A. Penentuan Tenaga Windlass

Perhitungan ini berdasarkan pada Practical Ship Building.


Gaya tarik cable lifter
Tcl = 2,35 ( Ga + Pa x La ) ( kg )
Dimana:
Ga = berat jangkar ( kg )
Pa = berat tiap rantai jangkar = 0,023 x d2 ( kg/m )
La = panjang rantai jangkar yang menggantung ( m )
Diameter cable lift
Dcl = 0,013 d ( m)
Torsi pada cable lifter
τcl = ( Tcl x Dcl )/( 2 x ηcl ) ( kg m )
dimana ηcl = ( 0,9 – 0,92 )
Torsi pada poros motor windlass
τw = τcl / ( Ia x ηa ) ( rpm )

44
dimana :
η = Efisiensi total ( 0,772 – 0,85 )
Ia = Nm/Ncl
Nm = 523 rpm – 1165 rpm
Ncl = ( 60 x Va )/0,04d
Va = 0,2 m/s
Daya efektif windlass
Pe = (τ x Nm )/716,2 ( HP )
Dari data di atas dapat ditentukan:
Type windlass
Pulling force
Speed
Daya motor
Berat

B. Capstan

Dihitung juga:
Gaya pada capsta barrel
Twb = Pbr/6
Dimana:
Pbr = Tegangan putus dari wire ropes = 17000 kg
Momen pada poros capstan barrel
Mr = ( Twb x Dwb )/( 2 x Ia x ηa ) ( kg m )

Daya efektif
Pe = ( Mr x 1000 )/975 ( HP )

45
Dari Practical Ship Building dapat ditentukan:
Type capstan
Pulling force
Daya
Berat

C. Steering Gear

Berdasarkan BKI, luas daun kemudi:


A = [( T x L )/100] / [ 1 + 25 ( B/L )2] ( m2 )
Dimana:
T = sarat kapal
L = panjang kapal
B = lebar kapal

Luas Balansir:
A’ = 235 x A ( m2 )
Untuk baling-baling tunggal dengan kemudi balansir:
λ = 1,8
λ = h /b
dimana:
h = tinggi kemudi
b = lebar kemudi
h = λ x b = 1,8 b
A = h x b = 1,8 b2
b2 = A / 1,8
b = √( A / 1,8 )
Maka:
h = 1,8 b
x’ = A’ / h

46
Kapasitas mesin kemudi ( power steering year )
Dasarnya adalah gaya dan momen yang bekerja pada mesin tersebut.
Gaya normal kemudi ( Pn )
Pn = 1,56 x A x Va2 x sin α ( kg )
Dimana:
A = Luas daun kemudi ( m2 )
Va = Kecepatan kapal ( knot )
Sin α = 35o
Momen puntir kemudi ( Mp )
Mp = Pn ( x – a ) ( kgm )
Dimana:
a = Jarak poros kemudi
x = b ( 0,195 + 0,305 sin 35o )
b = Lebar kemudi
Daya Steering gear ( D )
D = ( 1,4 x Mp x nrs )/ ( 1000 x sg ) ( HP )
Dimana:
nrs = 1/3 x α/τ
α= 35o
τ = 30o
sg = 0,1 s/d 0,35
Diameter tongkat kemudi ( Dt )
Menurut BKI:
Dt = 9 x 3√Mp ( mm )

47
Gambar macam tipe steering gear (mesin penggerak kemudi)

48
VENTILASI
Maksud dan tujuan:
Untuk menjaga udara di dalam ruang muat atau ruang akomodasi dalam
kapal selalu segar dan terasa nyaman.
Kerusakan dan pembusukan muatan oleh besarnya kelembaban dapat
diperkecil.
Dv = √ ( Vrm x n x n1/900 x π x v x n2 )
Dimana:
Vrm = Volume ruang muat ( m3 )
v = kecepatan aliran udara yang masuk lewat ventilator
= 2 s/d 4 m/s
n = banyaknya pergantian udara
- untuk udara masuk n = 15 m/s
- untuk udara keluar n = 10 m/s
n1 = dencity udara bersih ( kg/m3 )
n2 = dencity udara ruangan ( kg/m3 )
Maka : n1/n2 = 1

49
BEBERAPA CONTOH

50
RELOADED FROM DIKTAT RU AFIF SOBACH/BAMBANG TS/GAGUK SUHARDJITO

51
52

Anda mungkin juga menyukai