(SPM)
3
Persyaratan Pelayanan Minimal untuk Penumpang
a. Waktu atau lama berlayar yang dibagi menjadi 5 (lima) kategori sbb :
3) Penumpang kamar :
a) Kapasitas maksimal tiap kamar untuk 6 (enam) orang;
b) Harus mempunyai tempat tidur tetap, berukuran minimal 1,08 m
panjang dan 0,70 m lebar;
c) Luas lantai per orang minimal 1,36 m2.
7
3) Kursi reklining (reclining) :
a) Tempat duduk dengan sandaran punggung yang dapat diatur
dan ditempatkan pada ruangan penumpang geladak tertutup,
yang merupakan tempat duduk kelas bisnis dan eksekutif;
b) Luas ukuran kursi minimal 0,50 m2 tiap kursi;
c) Bentuk dan ukuran kursi seperti dalam gambar berikut :
8
d. Gang/jalan melintas untuk orang/penumpang :
Jarak antara (lebar) dari gang tempat untuk melintas penumpang,
ditetapkan sebagai berikut :
1) Sampai dengan 100 penumpang, jarak 0,80 m;
2) DI atas 100 penumpang, jarak 1,00 m;
3) Di atas 1000 penumpang, jarak minimal 1,20 m;
4) Sudut kemiringan tangga penumpang yang menghubungkan antar
geladak, tidak boleh melebihi 450.
9
2) Lebih dari 500 penumpang, untuk setiap 100 atau bagian dari 100
penumpang, harus ada tambahan 1 wc;
3) Kamar mandi dan wc dibagi untuk pria dan wanita, serta harus
dilengkapi dengan dinding-dinding pemisah yang baik;
4) Harus terdapat persediaan air di tempat-tempat air dengan jumlah
sedikitnya 1/6 dari jumlah kamar mandi dan wc, sejauh
perlengkapan kamar mandi dan wc masih belum memenuhi hal
tersebut secara cukup;
5) Untuk kapal dengan penumpang tidak lebih dari 12 orang, paling
sedikit harus ada 1 kamar mandi dan 1 wc bagi awak kapal, yang
harus dapat digunakan juga untuk penumpang;
6) Untuk kapal yang melayani kategori 3 dan 4 (pembagian menurut
jam berlayar), harus tersedia cukup waktu bagi penumpang untuk
mandi;
7) Ruang kamar mandi dan wc harus terpisah dari ruang akomodasi
dengan baik dan ruang-ruang tersebut harus cukup luas serta
cukup sirkulasi udaranya, dengan penataan ruangan dan
konstruksi sehingga memudahkan penyaluran air dan kotoran
dalam pembersihannya.
10
f. Sistem lubang angin/ventilasi udara dan penerangan :
1) Ruang akomodasi penumpang harus diberikan lubang
angin/ventilasi udara yang cukup;
2) Ruang akomodasi penumpang di geladak tertutup, harus memakai
sistem penghisap (exhaust) dan sirkulasi udara minimal 10 kali per
jam;
3) Ruang akomodasi kelas bisnis dan eksekutif, harus memakai fan
atau sistem pendingin udara (AC);
4) Ruang akomodasi penumpang harus mendapat cukup cahaya
melalui kaca jendela pada tingkap-tingkap sisi, atau melalui kaca-
kaca lain yang dipasang untuk itu;
5) Pada malam hari tiap-tiap ruangan harus diberi penerangan yang
cukup;
6) Kapal yang berukuran di atas 2500 m3 ke atas, harus
menyediakan ruangan untuk perawatan orang sakit (klinik dan
kamar perawatan) dengan sistem ventilasi udara tersendiri, begitu
pula untuk pembuangan air dan kotoran harus dengan sistem
pencuci kuman sebelum dibuang keluar kapal.
11
g. Dapur dan kafetaria :
1) Dapur tidak boleh ditempatkan di geladak kendaraan;
2) Dapur harus mempunyai sistem lubang angin/ventilasi udara dan
pembuangan air kotor yang terpisah dengan ruang akomodasi;
3) Kompor yang digunakan harus jenis kompor listrik;
4) Bila menggunakan sistem pembakaran dengan gas, tangki
penyimpan gas harus terpisah dan pada saluran gas masuk harus
dipasang minimal satu buah keran penutup cepat (shut-off valve)
yang terletak di luar ruang dapur;
5) Untuk pelayanan penumpang, diizinkan penempatan kafetaria di
ruang penumpang;
6) Kafetaria harus menggunakan kompor/pemanas listrik;
7) Sistem lubang angin/ventilasi udara dan pembuangan air kotor
harus terpisah dengan ruang penumpang;
8) Pengelola/petugas kafetaria wajib menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan.
12
h. Ruang rekreasi sebagai public area dan ruang ibadah :
1) Kapal yang memuat lebih dari 50 penumpang, dapat menyediakan
ruang terbuka untuk tempat santai/rekreasi bagi penumpang;
2) Kapal penumpang wajib menyediakan ruangan untuk ibadah
dengan luas yang sesuai jumlah penumpang dan ruang kapal yang
tersedia, serta harus selalu dijaga kebersihan dan kerapihannya.
13
Persyaratan SPM Pemuatan Kendaraan di Kapal
1. Pintu rampa
Terdiri dari 2 (dua) pintu, yang dipasang di bagian haluan dan
buritan untuk tipe ro-ro atau samping kiri atau kanan yang berguna
sebagai jalan masuk dan keluar kendaraan.
14
4) Daya dukung harus mampu mendukung beban kendaraan
minimal dengan jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) 17,5
ton dan muatan sumbu terberat (MST) sebesar 8 ton.
Daya dukung ini disesuaikan dengan kapasitas lalu lintas dan
angkutan serta daya dukung jalan yang akan dilayani.
16
e. Antara pintu rampa haluan/buritan dengan batas sekat
pelanggaran, dilarang ditaruh kendaraan.
17
PEMUATAN KENDARAAN DI KAPAL RO-RO
a. Pengaturan kendaraan
20
PERSYARATAN PELAYANAN PEMENUHAN JADWAL KAPAL
22
Kapal yang keluar dari jadwal disebabkan kerusakan
dan setelah diadakan perbaikan tanpa perlu docking
atau kapal yang keluar dari jadwal guna menjalani
pemeliharaan, perawatan dan perbaikan,
berdasarkan jadwal docking atau diluar jadwal
docking, diwajibkan melaporkan kepada pejabat
yang menetapkan jadwal kapal sebelum beroperasi
kembali untuk masuk ke dalam jadwal guna
mendapat persetujuan beroperasi kembali serta
dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu oleh petugas
di bidang kelaikan guna memperoleh persetujuan
kelaikan.
23
PENETAPAN JADWAL KAPAL
24
Pengaturan jadwal dilakukan oleh Kepala Cabang Pelabuhan
Penyeberangan setempat berdasarkan :
25
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan jadwal
pelayaran adalah :
26
Pembagian Golongan Kendaraan Berdasarkan SUP
28
Formula yang dipergunakan untuk menentukan faktor muat tiap-tiap
kapal penyeberangan :
KP
LF = x 100 %
KT
N
Fp =
365 x K x LF x M
dimana :
Fp = Frekuensi keberangkatan kapal berdasarkan
penumpang
K = Koefisien waktu operasi kapal / tahun ( = 0,9 )
30
LF = Faktor muat
M = Kapasitas angkut kapal (penumpang)
N = Jumlah penumpang naik/turun di pelabuhan per
tahun.
N
Fc =
365 x K x LF x M
dimana :
Fc = Frekuensi keberangkatan kapal berdasarkan
kendaraan
K = Koefisien waktu operasi kapal / tahun ( = 0,9 )
31
LF = Faktor muat
M = Kapasitas angkut kapal (kendaraan)
N = Jumlah kendaraan naik/turun di pelabuhan per
tahun.
32
3. Jumlah Dermaga Penyeberangan.
33
5. Waktu Kapal Berlayar.
Waktu kapal berlayar adalah jarak yang ditempuh kapal dari asal
sampai dengan tujuan dalam satuan waktu.
35
Jadwal Keberangkatan dan Kedatangan Kapal
A B
No. Kapal
Berangkat Tiba Berangkat Tiba
1 KMP 1 06.00
08.00
2 KMP 2 07.00
09.00
3 KMP 3 06.00
08.00
4 KMP 4 07.00
09.00
5 KMP 1 09.00
11.00
6 KMP 2 10.00
12.00
7 KMP 3 09.00
11.00
8 KMP 4 10.00
12.00
9 KMP 1 12.00
14.00
10 KMP 2 13.00
15.00
36
A B
No. Kapal
Berangkat Tiba Berangkat Tiba
11 KMP 3 12.00
14.00
12 KMP 4 13.00
15.00
13 KMP 1 15.00
17.00
14 KMP 2 16.00
18.00
15 KMP 3 15.00
17.00
16 KMP 4 16.00
18.00
37
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 62
Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan
Penyeberangan :
38
(1) SPM Angkutan Penyeberangan untuk pelayanan penumpang
meliputi aspek :
a. keselamatan;
b. keamanan;
c. kenyamanan;
d. kemudahan; dan
e. kesetaraan.
a. keselamatan;
b. keamanan; dan
c. kemudahan.
39
(3) SPM Angkutan Penyeberangan untuk pengoperasian kapal
meliputi aspek :
a. keamanan;
b. kenyamanan; dan
c. Keteraturan.
40
SPM Angkutan Penyeberangan untuk pemuatan kendaraan terdiri
atas :
1. pintu rampa;
2. ruang untuk kendaraan; dan
3. fasilitas pemuatan kapal.
41
Pemenuhan jadwal tersebut terdiri atas :
42
Dalam hal tidak terpenuhinya jadwal perjalanan
kapal, Perusahaan Angkutan Penyeberangan
harus memberikan kompensasi kepada pengguna
jasa berupa konsumsi.
43
Jadwal perjalanan kapal merupakan waktu
Kapal Angkutan Penyeberangan untuk melakukan
keberangkatan dan kedatangan yang terdiri atas
jam, hari, bulan, tahun, dan lokasi dermaga.
44
Jadwal operasi kapal ditentukan berdasarkan :
45
Jadwal siap operasi merupakan jadwal Kapal Angkutan
Penyeberangan yang siap operasi untuk memberikan bantuan
pelayanan angkutan apabila jumlah kapal yang beroperasi berkurang
dari yang diperlukan.
46
Jadwal istirahat merupakan jadwal istirahat operasi Kapal Angkutan
Penyeberangan.
47
Dalam kondisi tertentu kapal Angkutan Penyeberangan dapat tidak
memenuhi jadwal operasi kapal.
Kondisi tertentu tersebut adalah kapal dalam kondisi rusak atau kapal
dalam perawatan.
Kapal yang akan beroperasi kembali harus meminta izin kepada Balai
atau unit pelaksana teknis daerah untuk masuk kedalam jadwal
operasi.
48
Untuk memenuhi SPM Angkutan Penyeberangan,
dilakukan pemeriksaan oleh Petugas Pemeriksa SPM
Angkutan Penyeberangan.
49
Pemenuhan Surat Keputusan SPM Angkutan
Penyeberangan, ditetapkan oleh :
50
Pemenuhan penetapan Surat Keputusan yang
ditetapkan oleh Menteri, ditandatangani oleh Direktur
Jenderal.
51
Petugas Pemeriksa SPM Angkutan
Penyeberangan harus memiliki kompetensi
pemeriksa SPM Angkutan Penyeberangan.
52
MONITORING DAN EVALUASI
53
Monitoring dan evaluasi secara insidental
dilaksanakan dalam hal terdapat laporan atau aduan
dari pengguna jasa.
54
Dalam hal hasil monitoring dan evaluasi secara berkala
ditemukan pelanggaran terhadap pemenuhan SPM
Angkutan Penyeberangan, Perusahaan Angkutan
Penyeberangan dikenai sanksi berupa dikeluarkan dari
jadwal operasi sampai dengan terpenuhinya SPM
Angkutan Penyeberangan.
55
56