Anda di halaman 1dari 88

PERANCANGAN LINES PLAN

Bangunan LAUT TERapung

Mas Murtedjo
PERANCANGAN LINES PLAN
BANGUNAN LAUT TERAPUNG

Mas Murtedjo

2014

i
PERANCANGAN LINES PLAN
BANGUNAN LAUT TERAPUNG

Penulis: Mas Murtedjo


2014, Surabaya
Edisi: 1 (Pertama)

SANKSI Pelanggaran Pasal 22

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan


dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat
(1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar
rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak


sebagaian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis.

ii
KATA PENGANTAR

Penulis menyampaikan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
ilmu yang diberikan serta Ridho-Nya semata akhirnya buku berjudul
Perancangan Lines Plan Bangunan Laut Terapung ini dapat diselesaikan
penyusunannya. Buku ini disusun dari beberapa materi kuliah Perancangan
Lines Plan dan Teori Bangunan Apung I, yang selama beberapa tahun ini telah
diajarkan oleh penulis kepada mahasiswa S-1 di Jurusan Teknik Kelautan,
Fakultas Teknologi Kelautan ITS.

Komposisi isi materi didalam buku ini terdiri dari beberapa bab sebagai berikut.
Bab yang pertama adalah Bab Pendahuluan yang memuat tentang pengertian
umum mengenai jenis struktur bangunan lepas pantai yang terdiri dari
Floating Offshore Structures dan Fixed Offshore Structures. Untuk
perancangan khususnya bangunan Floating Offshore Stuctures dalam
melaksanakannya harus didahului perancangan Lines Plan. Dalam bab ini
dijelaskan juga tentang latar belakang perlunya perancangan Lines Plan secara
manual.

Bab berikutnya menjelaskan tentang definisi-definisi ukuran utama, koefisien-


koefisien bentuk dan potongan-potongan badan kapal sebagai dasar
pemahaman.

Bab selanjutnya menjelaskan tentang langkah-langkah merancang Lines Plan


(Metode NSP-Diagram), seperti melakukan perhitungan untuk menentukan L wl,
Speed Ratio, menggunakan diagram NSP, merencana CSA (Curve of Sectional
Area), merencana Curve of Waterline, merencana Body Plan, Half Breadth
Plan, Sheer Plan, sampai pada perancangan kemudi dan propeller cleareance.

Bab berikutnya membahas tentang contoh perhitungan dalam merancang Lines


Plan, sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengaplikasikan
proses dalam melakukan Perancangan Lines Plan Bangunan Laut Terapung.

iii
Mempertimbangkan pada keseluruhan materi yang dimuat, maka buku ini
utamanya disusun untuk memberikan referensi bagi para mahasiswa S-1 dalam
lingkup teknologi kelautan dan bidang-bidang lain yang terkait, serta bagi para
praktisi yang ingin mempelajari implementasi praktis dari teori Perancangan
Lines Plan, khususnya dalam hal Bangunan Laut Terapung. Bagi para mahasiswa
pada jenjang S-2 dan S-3, serta para peneliti, buku ini diharapkan dapat
memberikan dasar pemahaman untuk mempelajari, mengkaji dan
mengembangkan pemodelan perilaku hidrodinamis bangunan laut terapung
dengan menerapkan aplikasi Perancangan Lines Plan lanjut dengan
menggunakan perangkat lunak (software) yang canggih dan mutakhir.

Pada akhir pengantar ini penulis menyampaikan terima kasih kepada para
mahasiswa dan rekan-rekan dosen di Jurusan Teknik Kelautan ITS, yang telah
bersama-sama belajar dan mengembangkan ilmu Perancangan Lines Plan, baik
melalui perkuliahan ataupun tugas akhir dan berbagai penelitian. Penulis
menyadari bahwa dalam buku ini dimungkinkan adanya beberapa kekeliruan
ataupun kekurangan, yang membuat para pembaca dan pihak-pihak tertentu
tidak berkenan. Untuk itu penulis menyampaikan permohonan maaf, serta
sekaligus harapan untuk dapat diberikan kritik dan saran agar pada waktu
mendatang buku ini dapat dikoreksi dan dikembangkan menjadi lebih baik dan
lebih lengkap lagi.

Semoga buku yang tersusun ini akan memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi semua pihak yang memerlukannya.

Surabaya, 01 Januari 2014

Mas Murtedjo

iv
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR HAL CIPTA ................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI .......................................................................................... v

DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 PENGERTIAN UMUM ................................................................1

1.2 LATAR BELAKANG ...................................................................2

2.1 UKURAN UTAMA .....................................................................7

2.1.1. Length Between Perpendicular (Lpp)........................................7

2.1.2. Length of Water Line (LWL) ...................................................7

2.1.3. Length of Displacement (Ldisp) ...............................................7

2.1.4. Length Over All ( Loa ) ........................................................8

2.1.5. Breadth ( B ) ...................................................................8

2.1.6. Depth ( H )......................................................................8

2.1.7. Draught / Draft ( T ) ..........................................................8

2.1.8. Service Speeds (Vs) .......................................................... 10

2.1.9. Displacement () ............................................................ 10

2.1.10. Volume Displacement ( ) ................................................. 10

2.1.11. Light Weight (LWT) .......................................................... 10

2.1.12. Dead Weight (DWT) ......................................................... 11

2.2 POTONGAN-POTONGAN BADAN KAPAL ........................................ 11

2.2.1. Station ........................................................................ 11

v
2.2.2. Buttock Line .................................................................. 12

2.2.3. Water Line .................................................................... 12

2.3 KOEFISIEN BENTUK KAPAL ....................................................... 13

2.3.1. Block Coefficient (Cb) ....................................................... 13

2.3.2. Prismatic Coeffisient (Cp) .................................................. 13

2.3.3. Midship Coeffisient (Cm) .................................................... 14

2.3.4. Waterline Coefficient (Cw) ................................................. 14

2.3.5. Radius Bilga (R) .............................................................. 15

2.3.6. Luas Penampang Melintang Tengah Kapal / Midship ................... 15

2.4 KOMPONEN-KOMPONEN LINES PLAN ........................................... 15

2.4.1. Curve of Sectional Area (CSA) ............................................. 15

2.4.2. Body Plan ..................................................................... 16

2.4.3. Half breadth Plan ............................................................ 17

2.4.4. Sheer plan .................................................................... 18

2.4.5. Geladak Utama (Main Deck) ............................................... 19

2.4.6. Lengkung Memanjang Geladak Utama (sheer) .......................... 19

2.4.7. Lengkung Melintang Geladak Utama (Chamber) ........................ 19

2.4.8. Geladak Akil (Forecastle Deck) ............................................ 19

2.4.9. Geladak Kimbul (Poop Deck) ............................................... 20

3.1 DATA-DATA KAPAL (diketahui):................................................. 21

3.2 LANGKAH-LANGKAH : ............................................................ 21

3.2.1. Menghitung Lwl & Ldisp. ................................................... 21

3.2.2. Menghitung Speed Ratio : ....................................... 21

3.2.3. Menghitung Luas Midship (Am) ............................................ 23

3.2.4. Menghitung Volume Displacement Kapal Berdasarkan Ldispl. ........ 23

vi
3.2.5. Cara Menentukan % Luas dan Luas Tiap-Tiap Station Berdasarkan
Diagram NSP .................................................................. 23

3.2.6. Cara Menentukan Letak LCB Berdasarkan Diagram NSP (LCB NSP) ..... 24

3.2.7. Menghitung Volume Displasemen-Ldispl. (Tabel) ....................... 25

3.2.8. Menghitung Letak LCB (Tabel) ............................................. 25

3.2.9. Menggambar Curve of Sectional Area (CSA) ............................. 26

3.2.10. Menggambar Curve of Sectional Area yang Sudah diFairkan (CSAF) .. 27

3.2.11. Menghitung Wl dan Letak LCB Berdasarkan CSAF ...................... 31

3.2.12. Koreksi Total Volume Displascement dan Total LCB : ................. 32

3.2.13. Merencana Curve Of Water Line / Curve Of Water Plane Area . 33

3.2.14. Merancang Body Plan Kapal ................................................ 37

3.2.15. Merancang Half Breadth Plan Kapal ...................................... 41

3.2.16. Merencanakan Sheer Plan .................................................. 41

3.2.17. Pembuatan Sent Line (Garis Diagonal) ................................... 42

3.2.18. Merencanakan Bentuk Linggi Haluan (Stem) dan Linggi Buritan (Stern)
Kapal. ......................................................................... 43

3.2.19. Merencanakan Bangunan Atas Kapal ...................................... 44

3.2.20. Merencanakan Kemudi dan Propeler ..................................... 44

4.1 DATA-DATA KAPAL ................................................................ 46

4.2 LANGKAH LANGKAH ............................................................ 46

4.2.1. Menghitung Lwl dan Ldispl ................................................. 46

4.2.2. Menghitung Speed Ratio .................................... 46

4.2.3. Menghitung Luas Midship (Am) ............................................. 47

4.2.4. Menghitung Volume displacement ( Ldispl ) menurut rumus .......... 47

4.2.5. Menghitung Volume Displacement Kapal Berdasakan L disp (tabel).... 47

4.2.6. Menghitung letak LCB Berdasarkan Tabel 4.1 ........................... 49

vii
4.2.7. Menggambar Curve of Sectional Area (CSA) Berdasakan Ldispl ......... 50

4.2.8. Menggambar Curve of Sectional (CSA) yang sudah di fairkan . ....... 50

4.2.9. Menghitung volume displacement (Ldispl) dan LCB berdasarkan CSA yg


sudah di fairkan untuk Main Part dan Cant Part. ....................... 50

4.2.10. Menghitung Volume Displacement (Ldisp ) dan LCB Total Main Part
dan Cant Part ................................................................ 53

4.2.11. Menghitung Volume Displacement (Ldisp) dan LCB Total berdasarkan


rumus .......................................................................... 53

4.2.12. Perencanaan Bidang Garis Air (Water Line) ............................. 54

4.2.13. Koreksi Awl Hasil dari Perencanaan Bidang Garis Air ................... 55

4.2.14. Perencanaan Body Plan ..................................................... 57

4.2.15. Perencanaan Half Breadth Plan pada Kapal ............................. 59

4.2.16. Perencanaan Sheer Plan pada Kapal ...................................... 59

4.3 PERENCANAAN KEMUDI DAN PROPELLER CLEARENCE ........................ 61

4.3.1. Perencanaan Kemudi ........................................................ 61

4.3.2. Perhitungan Propeller dan Propeller Clearences ....................... 62

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 63

LAMPIRAN ................................................................................ 64

viii
Daftar Tabel

Tabel 3.1 Prosentase Luas dan Luas Tiap-Tiap Station Berdasarkan Pembacaan pada
DiagramNSP
....................................................................................... 24

Tabel 3.2 Perhitungan Ldispl .................................................................... 25

Tabel 3.3 Perhitungan Letak LCB .............................................................. 26

Tabel 3.4 Perhitungan LWL dan Letak LCB Berdasarkan CSAF (Main Part) ............... 31

Tabel 3.5 Perhitungan LWL dan Letak LCB Berdasarkan CSAF (Cant Part) .............. 32

Tabel 3.6 Perhitungan WPA Main Part Berdasarkan Curve of Water Line ................ 36

Tabel 3.7 Perhitungan WPA Cant Part Berdasarkan Curve of Water Line ................ 36

Tabel 3.8 Ordinat Lebar dan A/2T untuk Merancang Body Plan ........................ 37

Tabel 4.1 Perhitungan Ldispl dan Letak LCB ................................................. 48

Tabel 4.2 Perhitungan Volume Displacement dan LCB pada Main Part .................. 51

Tabel 4.3 Perhitungan Volume Displacement dan LCB pada Cant Part .................. 52

Tabel 4.4 Perhitungan Bidang Garis Air untuk Main Part ....................................... 55

Tabel 4.5 Perhitungan Bidang Garis Air untuk Cant Part ................................... 56

Tabel 4.6 Ordinat Lebar Bidang Garis Air untuk Main Part ................................. 57

Tabel 4.7 Ordinat Lebar Bidang Garis Air untuk Cant Part .............................. 58

ix
Daftar Gambar

Gambar 1.1 Floating Offshore Structure .. 4

Gambar 1.2 Fixed Offshore Structure . 5

Gambar 1.3 Lines Plan Tanker 80000 DWT 6

Gambar 2.1 Ukuran Utama Kapal .. 9

Gambar 2.2 Station ..12

Gambar 2.3 Block Coefficient 13

Gambar 2.4 Prismatic Coefficient ..14

Gambar 2.5 Midship Section ..14

Gambar 2.6 Water Plan Area .15

Gambar 2.7 Body Plan ...16

Gambar 2.8 Half Breadth Plan ..17

Gambar 2.9 Sheer Plan ....18

Gambar 2.10 Forecastle Deck ... 20

Gambar 2.11 Poop Deck ... 20

Gambar 3.1 Diagram NSP ....22

Gambar 3.2 Contoh CSA dan CSA yang sudah difairing ................................. 28

Gambar 3.3 Curve of Sectional Area sebelum dan sesudah Transformasi 29

Gambar 3.4 Letak Titik Tekan (Z) diatas Garis Dasar CSA .. 30

Gambar 3.5 Grafik Untuk Menentukan Sudut Masuk (ie). 34

Gambar 3.6 Curve of Water Line (Water Plan Area) 35

Gambar 3.7 Kurva Stream Line Station pada Body Plan 39

Gambar 3.8 Jari-Jari Bilga 39

Gambar 3.9 Cara Mencari Sent Line ........................................... 41

Gambar 3.10 Contoh Gambar Proyeksi Sheer Plan Dan Half Breadth Plan 42

Gambar 3.11 Bentuk Lingga Haluan ... 43

x
Gambar 3.12 Bentuk Linggi Buritan . 44

Gambar 3.13 Bentuk dan Ukuran Kemudi 45

Gambar 3.14 Gambar Propeller Clearences 45

Gambar 4.1 Awal Perencanaan Body Plan .. 58

Gambar 4.2 Body Plan ... 58

Gambar 4.3 Pembagian Water Line (WL) pada Body Plan . 60

Gambar 4.4 Half Breadth .. 60

Gambar 4.5 Bentuk dan Ukuran Kemudi .. 61

Gambar 4.6 Perencanaan Propeller dan Kemudi ...62

xi
BAB
PENDAHULUAN
1
1.1 PENGERTIAN UMUM
Jenis struktur bangunan lepas pantai khususnya yang berkaitan
dengan eksploitasi dan eksplorasi minyak dan gas di lepas pantai secara
umum terdiri dari:
Floating Offshore Structures
Bangunan-bangunan di lepas pantai yang terapung dalam fungsinya
menunjang operasi eksploitasi dan eksplorasi minyak dan gas.
Beberapa jenis bangunan ini antara lain: Motor tanker, Floating
Production Storage Offloading (FPSO), Floating Storage Offloading
(FSO), Floating Storage & Regasification Unit (FSRU), Floating
Liquefied Natural Gas (FLNG), Drilling Ship, Offshore Supply Vessel,
Crew Boat, dll. (Lihat Gambar 1.1)

Fixed Offshore Structures


Bangunan-bangunan di lepas pantai yang terpancang di dasar laut,
dalam fungsinya menunjang operasi eksploitasi dan eksplorasi minyak
dan gas. Beberapa jenis bangunan ini antara lain: Rig dan Jacket.
(Lihat Gambar 1.2)

Khususnya untuk jenis bangunan-bangunan Floating Offshore


Structures dalam perancangannya maupun fabrikasinya pada saat
membangun baru pertama kali harus dilaksanakan Perancangan Lines
Plan. Perancangan Lines Plan merupakan proses perhitungan-
perhitungan sehingga akan diperoleh Gambar Lines Plan.
Gambar Lines Plan merupakan gambar potongan-potongan badan
suatu floating structure (kapal) dalam 3 dimensi. Apabila pada floating
offshore structure digambarkan sistem sumbu koordinat, maka sumbu-x

1
adalah horizontal memanjang, sumbu-y adalah horizontal melintang,
sumbu-z adalah vertical, maka diperoleh gambar-gambar penampang
bidang sebagai berikut:
Gambar penampang bidang pada sumbu y - z
Gambar penampang bidang pada sumbu x y
Gambar penampang bidang pada sumbu x z

Selanjutnya pengertian umum dari Gambar Lines Plan adalah terdiri


dari gambar gambar sebagai berikut:
Gambar potongan potongan melintang kapal (Body Plan)
Gambar potongan-potongan horizontal memanjang kapal (Half
Breadth Plan)
Gambar potongan-potongan vertikal memanjang kapal (Sheer
Plan).
Contoh gambar Lines Plan dapat dilihat pada Gambar 1.3.

Selain pada saat perancangan/ pembangunan baru, demikian juga


pada saat suatu floating offshore structure yang sudah ada mengalami
reparasi besar/ modifikasi/ konversi, sering kali gambar lines plannya
(hardcopy/ softcopy) tidak ada, sehingga perlu dilaksanakan lagi
Perancangan Ulang Lines Plan agar diperoleh gambar Lines Plan yang
sesuai dengan aslinya.
Dalam Perancangan Lines Plan secara manual akan dilaksanakan
langkah-langkah perhitungan dan perencanaan secara manual sehingga
akan diperoleh Gambar Lines Plan suatu floating structure.

1.2 LATAR BELAKANG


Untuk memahami dalam proses perancangan Lines Plan maka
diperlukan filosofi pemahaman dasar-dasar perancangan Lines Plan.
Dalam mencapai pemahaman dasar-dasar perancangan Lines Plan,
metodologi langkah-langkah perancangannya pada tahap perhitungan-
perhitungan dilaksanakan dengan cara manual selanjutnya proses

2
perencanaan Body Plan, Half Breadth Plan, dan Sheer Plan dilaksanakan
dengan menggunakan Auto-cad.
Perancangan Lines Plan secara manual, tanpa memakai software
(Maxsurf), pada umumnya memakai Metode Diagram NSP atau Metode
Scheltema D.H. seperti dijelaskan oleh Scheltema D.H dan A. R Baker,
1969 dalam bukunya yang berjudul Bouyancy and Stability of Ships.
Dalam buku Langkah-Langkah perancangan Lines Plan ini yang dipakai
adalah Metode Diagram NSP.
Dalam proses pembangunan baru maupun modifikasi/ konversi
Offshore Floating Structure, mutlak diperlukan Lines Plan dalam format
gambar autocad maupun dalam format pemodelan maxsurf untuk
menghitung/ mendesain tahapan materi-materi berikutnya antara lain:
Hydrostatic/ Bonjean, Resistance and Propulsion System, General
Arrangement, Tank Capacity Plan, Engine Room Lay-out, Construction
Profile, Shell Expansion, Midship/ Frames Section, Prelimanary
Stability, Damage Stability/ Stability Booklet, dll. Berdasarkan latar
belakang seperti tersebut diatas, betapa pentingnya filosofi pemahaman
Perancangan Lines Plan bagi para mahasiswa, praktisi, serta engineer
baik yang beraktifitas di bidang perencanaan, pembangunan maupun
pengawasan.
Dengan diperolehnya pemahaman dasar-dasar perancangan Lines
Plan yang dilaksanakan dengan perhitungan secara manual maka
diharapkan tercapainya Basic Philosophy pemahaman Lines Plan secara
mendalam, sehingga nantinya pada saat merancang Lines Plan dengan
menggunakan software (maxsurf,dll) akan lebih memahami,lebih
mudah, cepat dan dapat diperoleh hasil Lines Plan yang optimal dan
akurat.

3
Gambar 1.1 Floating Offshore Structures

4
Gambar 1.2 Fixed Offshore Structures

5
6
Gambar 1.3 Lines Plan Tanker 80000 DWT

7
BAB
DEFINISI - DEFINISI
2
2.1 UKURAN UTAMA
2.1.1. Length Between Perpendicular (Lpp)
Panjang kapal yang menghubungkan antara 2 garis tegak
yaitu jarak horizontal antara garis tegak depan/haluan/(FP)
dengan garis tegak belakang/buritan/(AP).
- After Perpendicular (AP)
Adalah garis tegak buritan yaitu garis tegak yang terletak
berimpit pada sumbu poros kemudi.

- Fore Perpendicular (FP)


Adalah garis tegak haluan yaitu garis tegak yang terletak
pada/melalui titik potong antara linggi haluan dengan garis air
pada sarat air muatan penuh yang telah direncanakan.

2.1.2. Length of Water Line (LWL)


Adalah panjang garis air yang diukur mulai dari
perpotongan linggi buritan dengan garis air pada sarat sampai
dengan pada perpotongan linggi haluan dengan garis air / FP
(jarak mendatar antara kedua ujung garis muat). Sebagai
pendekatan, panjang garis air dapat dirumuskan sebagai fungsi
dari Lpp yaitu:
LWL = Lpp + (2 ~ 4)% Lpp (m)

2.1.3. Length of Displacement (Ldisp)


Adalah panjang kapal imajiner yang terjadi karena adanya
perpindahan fluida sebagai akibat dari tercelupnya badan kapal.
Dalam kaitan perancangan Lines Plan dengan metode diagram
NSP, panjang ini digunakan untuk menentukan seberapa besar

7
luasan-luasan bagian yang tercelup air, pada saat L disp dibagi
menjadi 20 station.
Panjang displacement dirumuskan sebagai rata-rata antara
Lpp dan LWL, yaitu:

= ( Lpp + LWL ) (m)

2.1.4. Length Over All ( Loa )


Adalah panjang keseluruhan kapal yang diukur dari ujung
bagian belakang kapal sampai dengan ujung bagian depan badan
kapal.

2.1.5. Breadth ( B )
Lebar kapal yang diukur pada sisi dalam plat di tengah
kapal (midship).

2.1.6. Depth ( H )
Tinggi geladak utama (main deck) kapal adalah jarak
vertikal yang diukur pada bidang tengah kapal (midship) dari atas
keel (lunas) sampai sisi atas geladak di sisi kapal.

2.1.7. Draught / Draft ( T )


Sarat air kapal yaitu jarak vertikal yang diukur dari sisi atas
lunas sampai dengan garis air/ waterline pada bidang tengah
kapal (midship).
Selanjutnya definisidefinisi ukuran utama kapal diatas
lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.1.

8
Gambar 2.1 Ukuran Utama Kapal

9
2.1.8. Service Speeds (Vs)
Kecepatan dinas adalah kecepatan operasional kapal saat
berlayar di laut. Kecepatan dinas umumnya (60 ~ 80) % kecepatan
maximum.

2.1.9. Displacement ()
Merupakan berat keseluruhan badan kapal termasuk
didalamnya adalah konstruksi badan kapal, permesinan dan
sistemnya, elektrikal dan sistemnya, furniture dan interior, crew
dan bawaannya, logistic, bahan bakar, pelumas, air tawar, dan
muatan kapal. Dengan definisi diatas, satuan displacement adalah
ton. Displacement dapat dirumuskan sebagai berikut:
= LWT+ DWT

= LWL x B x T x Cb x air laut (ton)

=x air laut (ton)

2.1.10. Volume Displacement ( )


Adalah volume perpindahan fluida (air) sebagai akibat
adanya bagian badan kapal yang tercelup di bagian bawah
permukaan air, yang dirumuskan sebagai:
= LWL x B x T x Cb (m3)

2.1.11. Light Weight (LWT)


Adalah berat komponen-komponen dalam kapal yang tidak
berubah dalam fungsi waktu operasional kapal. Secara umum yang
termasuk dalam LWT adalah berat-berat konstruksi badan kapal,
mesin induk dan sistemnya, mesin bantu dan sistemnya, pompa-
pompa dan sistemnya, elektrikal dan sistemnya, permesinan
geladak, perlengkapan keselamatan, interior/furniture kapal,
serta ditambah juga perlengkapan lainnya.

10
2.1.12. Dead Weight (DWT)
Adalah berat komponen-komponen dalam kapal yang bisa
berubah dalam fungsi waktu operasional kapal. Secara umum yang
termasuk dalam DWT adalah berat-berat muatan kapal, bahan
bakar, pelumas, air tawar, bahan-bahan logistic, crew dan
bawaannya.

2.2 POTONGAN-POTONGAN BADAN KAPAL


Dalam perancangan floating offshore structures khususnya pada
tahapan perancangan Lines Plan, perlu dipahami beberapa macam
potongan-potongan badan kapal sebagai berikut seperti dijelaskan oleh
Bryan Barrass dan D.R. Derrett (2006) dalam bukunya yang berjudul Ship
Stability for Masters and Mates, Sixth Edition.
2.2.1. Station
- Merupakan bidang penampang melintang sepanjang kapal dari
belakang (buritan) sampai depan (haluan). Selain itu,
merupakan potongan-potongan vertikal melintang sepanjang
kapal. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 2.2.
- Pada umumnya panjang kapal (Lpp) dibagi menjadi 20 station
dari AP sampai dengan FP dengan jarak antar station sama.
- Station no.10 yang merupakan bagian melintang tengah kapal
disebut sebagai Midship Section. Luasan bidang/station
no.10/ luasan bidang tengah kapal disebut sebagai Midship
Section Area.
- Bagian badan kapal dari station AP sampai dengan station FP
disebut sebagai Main Part. Sedangkan bagian badan kapal di
daerah belakang (buritan) yaitu dari station AP sampai dengan
ujung buritan kapal disebut sebagai Cant Part. Panjang Cant
Part ini diberi notasi Lcp, dimana Lcp = Lwl - Lpp.

11
Station

Gambar 2.2 Station

2.2.2. Buttock Line


- Adalah bidang penampang vertikal memanjang, merupakan
potongan-potongan vertical memanjang kapal.
- Pada umumnya dalam perancangan Lines Plan, dari bagian
tengah memanjang kapal (center line) kesamping kanan atau
kiri lambung kapal dibuat potongan-potongan buttock line
seperti BL-0m; BL-0,5m; BL-1m; BL-1,5m; BL-2m; BL-3m; dst,
melebar sampai dengan lambung kanan/kiri kapal. Jadi, dalam
hal ini BL-0m berada tepat/ berimpit pada center line (C L).

2.2.3. Water Line


- Adalah bidang penampang horizontal memanjang kapal,
merupakan potongan-potongan horizontal memanjang kapal
dari bagian dasar badan kapal sampai dengan sarat air (draft)
maksimum.
- Pada umumnya dalam perancangan Lines Plan dibuat
potongan-potongan horizontal memanjang kapal dari bidang
dasar kapal (base line) seperti WL-0m; WL-0,5m; WL-1m; WL-
1,5m; WL-2m; WL-3m; dst, sampai dengan sarat air (draft)
maksimum. Jadi dalam hal ini, WL-0m merupakan bidang
dasar badan kapal.
- Bidang penampang horizontal memanjang kapal pada posisi
sarat air maksimum pada umumnya disebut sebagai Water
Plane Area (WPA).

12
2.3 KOEFISIEN BENTUK KAPAL
2.3.1. Block Coefficient (Cb)
Adalah perbandingan antara volume kapal dengan hasil kali
antara panjang, lebar dan sarat kapal. Koefisien blok ini
menunjukkan kerampingan kapal. Rumusnya yaitu:

Cb =

Gambar 2.3 Block Coefficient

2.3.2. Prismatic Coeffisient (Cp)


Merupakan perbandingan antara bentuk kapal di bawah
sarat dengan sebuah prisma yang dibentuk oleh bidang tengah
kapal.
- Prismatic Coeffisient of Perpendicular ( )

CP lpp =

- Prismatic Coeffisient of Water Line ( )

CP lwl =

- Prismatic Coeffisient of Displacement ( )

CP Ldispl =

13
Gambar 2.4 Prismatic Coefficient

2.3.3. Midship Coeffisient (Cm)


Merupakan perbandingan antara luas penampang melintang
tengah kapal (Midship Area) dengan luasan suatu bidang yang
lebarnya B dan tingginya T pada penampang melintang tengah
kapal.

Cm =

Gambar 2.5 Midship Section

2.3.4. Waterline Coefficient (Cw)


Adalah perbandingan antara luas bidang garis air dibagi
dengan luasan bidang yang panjangnya L WL dikalikan dengan
lebarnya B.

Cw =

14
WPA

Gambar 2.6 Water Plane Area

2.3.5. Radius Bilga (R)


Adalah jari-jari lengkung bagian penampang menghitung
tengah kapal yang menghubungkan antara bagian samping dan
bagian dasar kapal, yang dirumuskan sebagai:

R= (m)

2.3.6. Luas Penampang Melintang Tengah Kapal / Midship


Merupakan luasan bagian tengah kapal yang dipotong secara
melintang yang memiliki lebar B dan tinggi T, yang dirumuskan
sebagai:
Am = Cm x B x T (m2)

2.4 KOMPONEN-KOMPONEN LINES PLAN


2.4.1. Curve of Sectional Area (CSA)
Curve of Sectional Area atau CSA adalah kurva yang
menggambarkan area (luasan) pada tiap-tiap station. Cara
pembuatannya adalah panjang kapal (L disp) dibagi menjadi 20
station (st.0 st.20) dengan mencari prosentase area setiap
station terhadap luas midship dengan menggunakan diagram NSP,

yaitu dengan cara menghitung nilai dari , kemudian membuat

garis datar dari nilai itu. Dari garis mendatar tersebut akan

15
didapatkan nilai , , ; presentase luas tiap station (st.0
st.20) terhadap luas midship, dan letak titik tekan memanjang
(LCB).

2.4.2. Body Plan


Body plan adalah bentuk potongan-potongan melintang
station-station pada kapal dari pandangan depan maupun
belakang. Jadi body plan adalah potongan-potongan badan kapal
secara melintang. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar
berikut:

Gambar 2.7 Body Plan

Gambar pada body plan biasanya hanya digambar setengah


dari keseluruhan garis potongan melintang kapal untuk setiap
station, maksudnya adalah gambar body plan kapal untuk setiap
station digambar dari center line sampai dengan lebar sisi kapal.
Hal ini dimaksudkan agar gambar tidak penuh dengan garis-garis
sebenarnya saling bersimetri antara sisi kiri (port side) dan sisi
kanan (starboard side). Kemudian pada sisi kiri center line pada
gambar body plan adalah garis-garis proyeksi pada station-station
dibelakang midship, sedangkan pada sisi kanan center line pada
gambar body plan adalah garis-garis proyeksi pada station-station
didepan midship.
Pada gambar body plan terdapat garis-garis proyeksi setiap
station secara melintang kapal yang berupa garis-garis lengkung,

16
garis-garis air (waterline) yang berupa garis-garis horizontal,
garis-garis buttock line yang berupa garis-garis vertikal, sent line
yang berupa garis diagonal, dan fairness line yang dibentuk dari

titik-titik perpotongan antara dengan garis body plan disetiap

stationnya.

2.4.3. Half breadth Plan


Half Breadth plan merupakan gambar potongan-potongan
horizontal memanjang kapal jika dilihat dari atas pada setiap
garis air (waterline). Jadi half breadth plan adalah potongan-
potongan bentuk kapal secara horizontal memanjang. Untuk lebih
jelasnya perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 2.8 Half Breadth Plan

Gambar half breadth plan pada umumnya hanya digambar


setengah dari keseluruhan garis proyeksi kapal, yaitu dari center
line sampai dengan lebar sisi kapal. Kemudian pada sisi atas dari
center line pada gambar half breadth plan adalah garis-garis
proyeksi pada tiap-tiap water line, sedangkan pada sisi bawah
dari center line pada gambar half breadth plan adalah garis sent
line yang jaraknya dari masing-masing station yang telah diukur
berdasarkan gambar body plan. Pada gambar half breadth plan
terdapat garis-garis proyeksi setiap water line secara horizontal

17
memanjang kapal yang berupa garis-garis lengkung, garis-garis
body plan yang berupa garis-garus vertikal, garis buttock line yang
berupa garis-garis horizontal, dan sent line yang berupa garis
lengkung.

2.4.4. Sheer plan


Sheer plan ini merupakan gambar irisan-irisan kapal jika
dilihat dari samping pada setiap buttock line. Jadi sheer plan
adalah potongan-potongan bentuk kapal secara vertikal
memanjang. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 2.9 Sheer Plan

Pada gambar sheer plan terdapat garis-garis proyeksi setiap


buttock line secara vertikal memanjang kapal yang berupa garis-
garis lengkung, garis-garis body plan yang berupa garis-garis
vertikal, garis-garis half breadth plan yang berupa garis-garis
horizontal. Biasanya pada station-station parallel middle body
dipotong dan dihilangkan yang kemudian menjadi ruang kosong
pada gambar. Ruang kosong ini kemudian diisi oleh gambar body
plan yang sebelumnya sudah digambar. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan dalam penarikan garis-garis proyeksi ke masing-
masing garis (body plan, half breadth plan, dan sheer plan).
Selain itu juga untuk menghemat ruang dari kertas.

18
2.4.5. Geladak Utama (Main Deck)
Geladak utama merupakan deck utama yang berada di
permukaan air. Geladak Utama secara memanjang maupun
melintang dibuat melengkung agar air laut tidak sampai naik ke
atas geladak, kalaupun air laut naik ke atas kapal, lengkungan ini
berfungsi agar air laut cepat keluar kembali dari atas geladak
utama.

2.4.6. Lengkung Memanjang Geladak Utama (sheer)


Lengkung geladak secara memanjang biasa disebut sebagai
Sheer. Pada perkembangannya, khusus untuk kapal jenis tanker
tidak perlu dibuat garis miring memakai sheer. Jadi tidak
mempunyai lengkung geladak. Hal ini berdasarkan pertimbangan
utama agar dalam tangki-tangki muatan cair tidak ada permukaan
bebas cairan.

2.4.7. Lengkung Melintang Geladak Utama (Chamber)


Selain membuat lengkung secara memanjang, geladak
utama juga perlu dibuat lengkung secara melintang. Titik
lengkung geladak berada pada pada tengah-tengah geladak utama
(center line). Besarnya tinggi lengkungan tergantung pada lebar
kapal yang nilainya ditentukan sebagai chamber yang nilainya
seperlimapuluh lebar geladak di detiap satuan memanjang kapal.

2.4.8. Geladak Akil (Forecastle Deck)


Geladak Akil atau Forecastle deck adalah geladak yang
berada di bagian depan kapal yang berfungsi untuk mengurangi
atau mencegah air laut masuk melalui haluan kapal. Dimana

perencanaannya yaitu setinggi 2,25 ~ 2,50m di atas upper deck


side line, dan panjangnya dimulai dari linggi haluan sampai

collision bulkhead. (Jarak collision bulkhead dari FP adalah 0,05 ~

19
0,08 LPP dimana collision bulkhead terletak pada nomor gading,
bukan nomor station). Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.10.

Gambar 2.10 Forecastle Deck

2.4.9. Geladak Kimbul (Poop Deck)


Poop Deck adalah superstructure yang berada pada bagian
buritan kapal. Fungsinya sama seperti forecastle deck pada

haluan. Perencanaannya adalah setinggi 2,25 ~ 2,50m diatas

geladak utama (upper deck side line).


Panjang dari geladak ini dimulai dari ujung belakang
umumnya sampai dengan sekat kamar mesin, dimana sekat kamar
mesin diletakan pada nomor gading, bukan nomor station. Sebagai
perkiraan awal, dapat dipakai estimasi pendekatan panjang kamar

mesin 17 ~ 20% LPP dihitung dari AP.

Linggi buritan

Gambar 2.11 Poop Deck

20
BAB LANGKAH-LANGKAH
MERANCANG LINES PLAN
3 (Metode NSP-Diagram)

3.1 DATA-DATA KAPAL (diketahui):


Jenis kapal : Tanker dll.
Panjang antara Garis Tegak : Lpp (m)
Lebar (Breadth) :B (m)
Tinggi (Depth) :H (m)
Sarat Air (Draught) :T (m)
Kecepatan Dinas : Vs (knot)

3.2 LANGKAH-LANGKAH :
3.2.1. Menghitung Lwl & Ldisp.

Lwl = Lpp + (2 ~ 3)% Lpp (m)

(hasilnya ambil harga bukan pecahan)

Ldisp. = (Lwl + Lpp) (m)

3.2.2. Menghitung Speed Ratio :

Dimana:

Vs = Kecepatan Dinas (knot)

L = Ldisp (feet)

21
Gambar 3.1 Diagram - NSP

22
Harga dimasukkan Ke Diagram NSP (De Heere, Scheltema

and Baker, A. R, 1969). Lihat pada Gambar 3.1. Kemudian dari

harga tersebut buat garis lurus horizontal ke kanan, maka akan

diperoleh harga-harga berikut:


Koefisien Midship - (Cm)
Koefisien Block - (Cb)
Koefisien Prismatik - (Cp)
Prosentase luas untuk setiap station (st.0 st.20) terhadap
luas midship
Letak titik tekan memanjang/ Longitudinal Center Of
Bouyancy (LCB)

3.2.3. Menghitung Luas Midship (Am)


Am = B x T x Cm (m2)

3.2.4. Menghitung Volume Displacement Kapal Berdasarkan Ldispl.


Dengan rumus : Ldispl. = Ldispl. x B x T x Cb (m3)

3.2.5. Cara Menentukan % Luas dan Luas Tiap-Tiap Station


Berdasarkan Diagram NSP

Harga masukkan pada Diagram NSP (gambar 3.1), kemudian

tarik garis horizontal ke kanan sehingga memotong grafik-


grafik station 1 s/d 19.
Dari titik-titik perpotongan pada tiap-tiap station, tarik garis
vertical.0
ke atas hingga memotong garis horizontal maka akan diperoleh
harga-harga % luas untuk setiap station. Harga-harga % luas
yang diperoleh untuk setiap station ini masukkan dalam kolom-
2 tabel-3.1.

23
Dari harga-harga % luas pada tiap-tiap station dikalikan Am
akan diperoleh harga-harga luas untuk tiap-tiap station (St.0
s/d St.20). Harga-harga luas yang diperoleh untuk setiap
station ini masukkan dalam kolom-3 tabel-3.1.
St.0 s/d St.20 diperoleh dari Ldispl. dibagi 20 station.

Tabel 3.1. Prosentase Luas dan Luas Tiap-Tiap Station


Berdasarkan Pembacaan Pada Diagram NSP
Station % Luas Luas = [2] x Am
[1] [2] [3]
0 0 0
1 A1

10 A10

19 A19
20 0 0

3.2.6. Cara Menentukan Letak LCB Berdasarkan Diagram NSP (LCBNSP)

Harga masukkan pada diagram NSP (gambar 3.1) kemudian

tarik garis horizontal ke kanan, hingga memotong lengkungan


grafik-grafik a atau b atau c, pilih salah satu berdasarkan
pertimbangan letak LCB di belakang atau di depan midship.
Ambil titik perpotongan dengan grafik a/ b/ c, kemudian dari
titik ini tarik garis vertikal ke bawah hingga memotong garis
horizontal yang memuat angka-angka prosentase (%) letak LCB
terhadap Ldispl.
LCBNSP = % x Ldispl. = . m (dari station 10)
Dimana harga (+) adalah depan station 10
(-) adalah belakang station 10

24
3.2.7. Menghitung Volume Displasemen-Ldispl. (Tabel)
Perhitungan ini berdasarkan Ldisp./20

Tabel 3.2 Perhitungan Ldispl.


Station % Luas Luas Simpson Fungsi Volume
[1] [2] [3] = [2] x Am [4] [5] = [3] x [4]
0 0 0 1 0
1 A1 4 4A1
2 A2 2 2A2
3 ... A3 4 4A3

10 A10 2 2A10

18 A18 2 2A18
19 A19 4 4A19
20 0 0 1 0

1 = .

Ldispl. (tabel) = x x 1 = ... (m3)

Koreksi Ldispl. = x 100 %

= 0.5 % (memenuhi)

3.2.8. Menghitung Letak LCB (Tabel)


Perhitungan letak LCB ini juga masih berdasarkan Ldisp dan
perhitungannya dilaksanakan secara tabulasi (Tabel 3.3) dengan
memakai dasar/melanjutkan Tabel 3.2.

25
Tabel 3.3 Perhitungan Letak LCB
Stasion % Luas Luas Simpson Fungsi Volume Lever Fungsi Momen
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] = [5] x [6]
0 0 0 1 0 -10 0
1 A1 4 4A1 -9 -9 x 4.A1
2 A2 2 2A2 -8 -8 x 2.A2

10 0 0

18 A18 2 2A18 8 8 x 2.A18
19 A19 4 4A19 9 9 x 4.A19
20 0 0 1 0 10 0

1 = 2 =

LCB (tabel) = x = ... [m] dari station 10

Dimana , [-] = Belakang Station 10


[+] = Depan Station 10

Koreksi LCB = x 100% = 0.1% (memenuhi)

3.2.9. Menggambar Curve of Sectional Area (CSA)


Dengan skala panjang, tarik garis horizontal sepanjang Ldispl.
Panjang Ldispl. dibagi menjadi 20 bagian yang sama jaraknya
sehingga diperoleh titik-titik station 0 s/d station 20.
Dari setiap titik station 0 s/d 20 tarik garis vertikal ke atas.
Dengan skala luas, pada garis-garis vertikal dari tiap-tiap
station (0-20) ukurkan besaran luas masing-masing (Tabel-3.3,
kolom 3)
Dengan demikian diperoleh gambar 3.2 Curve of Sectional
Area.

26
3.2.10. Menggambar Curve of Sectional Area yang Sudah diFairkan
(CSAF)
Dari station 10 pada Ldisp ditarik garis datar yang panjangnya
Lwl ke bagian depan sehingga ujung terdepan merupakan
titik FP, kemudian juga ditarik garis LWL ke bagian belakang
sehingga ujung belakang merupakan titik A. Jadi panjang dari
titik A sampai FP adalah panjang garis air atau L wl.
Selanjutnya dari FP ditarik garis ke belakang sepanjang Lpp
sehingga diperoleh titik AP.
Selanjutnya panjang Main Part-Lpp (dari AP FP) dibagi 20
station. Sedangkan panjang Cant Part-Lcp (dari AP A) dibagi 2.
Selanjutnya dibuat gambar CSA yg difairkan (CSAF) dari bagian
belakang (titik A) sampai bagian depan di titik FP (Lihat
gambar 3.2)
Dari tengah-tengah Ldispl kita ukuran ke kiri dan ke kanan
garis yang panjangnya = Lwl.

Ujung- ujung curve of sectional area yang sudah kita buat


diatas kita fairkan hingga melalui titik ujung dari Lwl.
Sekarang letak FP Kapal kita tertentu dan kemudian kita
ukurkan panjang Lpp hingga letak AP tertentu pula, kemudian
Lpp kita bagi menjadi 20 bagian yang sama, dan kita lakukan
pembacaan luas station lagi pada titik pembagian yang baru,
dimana station no.10 adalah midship kapal kita.
Kemudian dengan perhitungan (cara simpson dll) kita dapat
menghitung letak titik tekan dengan memperhatikan cant part
dan demikian juga besarnya volume displacement kapal kita.
Displacement perhitungan ini kita cek dengan displacement
yang didapat dengan:
Rumus : V = L x B x T x ( m3 )
Dengan perbedaan yang diijinkan sebesar 0,5%. Dengan
demikian curve of sectional area selesai.

27
CSA awal CSA awal

Gambar 3.2 Contoh CSA dan CSA yang sudah difairing

28
Pada Pembuatan Curve of Sectional Area dengan
menggunakan diagram-NSP kadangkadang letak titik tekan kapal
(LCB dan VCB) tidak dapat diperoleh seperti yang ditentukan oleh
diagram NSP (garis-b). Dalam hal ini kita lakukan sistem
transformasi dengan cara sebagai berikut:
CSA
Q = Hasil NSP CSAF
P = Hasil perhitungan

A 0 AP 20 FP
Gambar 3.3 Curve of Sectional Area sebelum dan sesudah Transformasi

Setelah curve of sectional area difairkan, kita gambarkan


sesuai panjang garis air-Lwl, kemudian kita tentukan/gambarkan
letak titik tekan memanjang yang kita dapatkan dari perhitungan
berdasarkan garis b pada diagram-NSP.
Untuk letak tekan vertikal (VCB/KB) dapat ditentukan
berdasarkan rumus pendekatan dari rumus JOHOW dan
PROHASKA. Besarnya a atau b, yaitu tinggi titik tekan terhadap
garis dasar dari curve didapatkan dari rumus JOHOW dan
PROHASKA didapat titik P. Kemudian pada tinggi yang sama, kita
gambarkan letak titik tekan memanjang (LCB terhadap midship)
yang diperoleh dari diagram NSP, dimana titik tekan memanjang
ini kita beri notasi titik Q. Titik P kita proyeksikan pada garis
dasar akan didapatkan titik R. Dalam hal ini titik R dan titik P
berada pada garis vertikal station (Station midship). Dari titik
perpotongan garis R-P (station midship) dengan curve of sectional
area (CSA lama), ditarik garis horizontal yang sejajar dengan garis
dasar. Selanjutnya garis horizontal yang sejajar dengan garis dasar

29
ini akan berpotongan dengan garis stream line yang merupakan
perpanjangan garis R-Q. Demikian kita lakukan dengan cara yang
sama untuk station-station berdasarkan panjang LPP, sehingga akan
diperoleh beberapa titik-titik perpotongan yang apabila kita
hubungkan akan diperoleh curve of sectional area yang baru (CSA
yang sudah di fairing)
Jadi untuk, curve I = Luas stational yang lama.
curve II = Luas stational yang baru.

Kemudian kita lakukan pembacaan baru dari luas station


dan kita periksa volume displacement dan letak titik tekan
memanjang berdasarkan CSA fairing dengan cara seperti dimuka.
Besar kesalahan yang diijinkan juga sama yaitu 0.5 % untuk
Volume dan 0,1 % Lpp untuk letak titik tekan memanjang.
Letak titik tekan (z) diatas garis dasar Curve of Sectional
Area (CSA) dapat juga ditentukan dengan rumus-rumus PROHASKA
atau JOHOW sebagai berikut:

=1

Gambar 3.4 Letak Titik Tekan (Z) diatas Garis Dasar CSA

JOHOW : a = = untuk ( = 1)
:a=

30
PROHASKA

b= Untuk bentuk curve of section area yang cekung (concave).

b= Untuk curve section areas yang cembung (convex).

3.2.11. Menghitung Wl dan Letak LCB Berdasarkan CSAF


Berdasar CSAF yang sudah difairkan dengan panjang LWL
(Lpp+LCant Part), diukur besaran luas untuk semua station:
- Main Part: AP FP
- Cant Part: A AP
Tabel 3.4 Perhitungan LWL dan letak LCB berdasarkan CSAF (Main Part)
Station Luas Simpson Fungsi Volume Lever Fungsi Momen
[1] [2] [3] [4] = [2] x [3] [5] [6] = [4] x [5]

AP 1 - 10 -
1 4 - 9 -
2 2 - 8 -
-
10 () 0 0

18 2 8
19 4 9
FP 0 1 10 0
3 =.. 4 =

Main Part : mp = x x 3 (m3)

LCBmp = x = ... [m] dari station 10/midship

[+] = depan station 10 (midship)

31
[-] = belakang station 10 (midship)
Tabel 3.5 Perhitungan LWL dan letak LCB berdasarkan CSAF (Cant Part)
Stasion Luas Simpson Fungsi Volume Lever Fungsi Momen
[1] [2] [3] [4] = [2] x [3] [5] [6] = [4] x [5]
AP 1 0 0
B 4 -1 -
A 0 1 0 -2 0
5 = 6 =

Cant Part : CP = x x 5 (m3)

LCBCP = x (m)

= - m belakang AP
= (- m belakang AP) + (- )

= m belakang station 10/midship


[+] = depan station 10 (midship)
[-] = belakang station 10 (midship)

3.2.12. Koreksi Total Volume Displascement dan Total LCB :


LWL (tabel) = mp + cp = ... (m3)
LWL (rumus) = LWL x B x T x Cb = ... (m3)

Koreksi Volume = x

100% = 0.5%
(memenuhi)

LCB total (tabel) =

= m (dari midship)
[+] = depan station 10 (midship)
[-] = belakang station 10 (midship)
LCBNSP = % x Ldispl = . m (dari midship)

32
Koreksi LCB = x 100%

= 0.1% (memenuhi)

3.2.13. Merencana Curve Of Water Line / Curve Of Water Plane


Area
Dengan skala panjang, buat garis horizontal L WL dan tetapkan
titik-titik stationnya (Main Part : AP FP; Cant Part: A AP)
Menghitung Sudut Masuk -

Fungsi dari koefisien prismatic bagian depan - f

f = (1.40 + ) e

dimana : e = ; = Koefisien Prismatik

tanda [] : [+] didepan Ldispl


[-] di belakang Ldispl
Dengan memasukkan harga f pada Gambar 3.6 (potongkan
harga f dengan garis NSP), akan diperoleh harga sudut
masuk bidang garis air bagian depan - [0]

Pada FP buat garis memotong LWL yang membentuk sudut -


[0]
Dari titik-titik station tarik garis-garis vertikal. Ukurkan
(merencanakan) lebar/ ordinat untuk masing-masing station
(dengan skala lebar) pada garis vertikal. Khusus pada midship

lebar ordinat = (maximum. Hasil perencanaan lebar/

ordinat pada masing-masing station untuk main part


masukkan pada tabel 3.6 kolom 2, sedangkan untuk Cant
Part masukan tabel 3.7 kolom 2.
Apabila dari titik-titik lebar/ ordinat pada setiap station dari

station A ~ AP (Cant part) sampai dengan station AP ~ FP

(Main Part) kita hubungkan dengan membuat lengkung yang

33
stream line maka akan diperoleh Curve of Water Line
(gambar 3.5)

Gambar 3.5 Grafik Untuk Menentukan Sudut Masuk (ie)


(Sumber: A. J. P. Lap, UIT Fundamental of Ship Resistance and Propulsion)

Keterangan gambar:
---------------- : Sixty Series
: N.S.P (Matig V Spant)

34
Gambar 3.6 Curve of Water Line (Water Plan Area)

35
Tabel 3.6 Perhitungan WPA Main Part berdasarkan Curve of Water Line
Stasion Ordinat(B/2) Simpson Fungsi Luas
[1] [2] [3] [4]=[2]x[3]
AP 1
1 4
2 2
3 4

10 B/2 2

17 4
18 2
19 4
FP 1 0

8= .

Luas Bidang Garis Air Main Part: WPAmp = 2 x x x 8 = . (m2)

Tabel 3.7 Perhitungan WPA Cant Part berdasarkan Curve of Water Line

Stasion Ordinat(B/2) Simpson Fungsi Luas


[1] [2] [3] [4]=[2]x[3]
AP 1

B 4

A 0 1 0

9 =

Luas Bidang Garis Air Cant Part :

WPAcp =2x x x 9

=2x x x 9

36
= .. (m2)
Dari lengkung Curve of Water Line dengan memakai faktor
simpson akan dapat dihitung luas bidang garis air total (WPAtotal)
yaitu WPAMain Part ditambah WPACant Part sebagai berikut :
WPA Total = WPAMP + WPACP .[m2]

Menghitung Luas Bidang Garis Air berdasarkan rumus :


WPA rumus= Lwl x B x Cw . [m2]

Dimana: Cw = +( x CbLWL)

CbLWL =

Koreksi WPA :

Koreksi = x 100%

= 0,5 % ( Memenuhi)

3.2.14. Merancang Body Plan Kapal


Tabel 3.8. Ordinat Lebar dan A/2T untuk Merancang Body Plan

Stasion Luas A/2T B/2


[1] [2] [3] [4]
AP AAP AAP/2T BAP/2
1 A1 A1/2T B1/2

4 A4 A4/2T B4/2

10 A10 A10/2T B10/2

18 A18 A18/2T B18/2
19 A19 A19/2T B19/2

37
FP 0 0 BFP/2

38
Langkah-langkah menggambar body plan kapal sebagai
berikut:
Pertama kita buat persegi panjang dengan B sebagai sisi
lebar dan T sebagai sisi tinggi. Kemudian bagi B menjadi 2
bagian dengan sebuah garis tengah yang dinamakan Centre
Line(C),sehingga ada dua bagian
L persegi panjang. Bagian
kanan Centre Line adalah untuk station-station bagian
depan/ haluan, sedangkan untuk bagian kiri adalah station-
station bagian belakang/ buritan.
Sebagai contoh, misal merencana bentuk body station-18 (st
18)
Pada garis air T dari titik O diukurkan kekanan selebar A18/2T
sehingga diperoleh titik Q. Dari titik Q dibuat garis vertikal
ke bawah memotong garis dasar pada titik L. Kemudian pada
garis air T dari O juga diukurkan lagi ke kanan ordinat
selebar B18/2 sehingga diperoleh titik P .
Selanjutnya dari titik P dibuat direncana bentuk body
station-18 yaitu diperoleh kurva stream line PK .
Kurva stream line PK memotong garis vertikal QL pada titik
R.
Langkah berikutnya harus dilaksanakan koreksi yaitu dengan
mengukur luasan PQR harus atau luasan KLR dengan memakai
alat ukur planimetri atas dapat juga dengan memakai
software komputer AutoCAD .
Sebagai contoh lain, misal merancang bentuk body station 4
(st 4) .
Dengan cara yang sama, pada garis air T dari titik O diukur
kekiri ordinat selebar B4/2 (diperoleh titik G) dan diukurkan
kekiri selebar A4/2T (diperoleh titik H) Dari titik G dibuat
bentuk body station 4 yaitu diperoleh kurva stream line GK.
Selanjutnya harus dilaksanakan koreksi luasan GHI harus =
luasaan IJK .

39
O Q

Gambar 3.7 Kurva Stream Line Station Pada Body Plan

Untuk mengetahui luasannya dapat dibantu dengan alat yang


disebut planimeter. Jika menggunakan autocad maka
luasannya dapat dicari dengan perintah hatch dan melalui
properties jika ingin melihat apakah luasan yang dibagi garis
stream line telah sama luasannya.
Sedangkan untuk station midship atau station pada paralel
middle body, tidak lagi menggunakan cara di atas, melainkan
menggunakan perhitungan jari-jari bilga.
Jari-jari Bilga (R) tanpa rise of floor dapat dicari dengan
rumus :

R = (m)

Gambar 3.8 Jari-Jari Bilga

40
Setelah semua station baik pada bagian haluan maupun
buritan tergambar pada body plan selanjutnya adalah
membuat garis sent (sent line) atau bilge diagonal expended
serta membuat garis stream line yang merupakan garis
perpotongan antara station dengan garis A/2T. garis ini
berfungsi sebagai koreksi terhadap bentuk base line kapal.
Selanjutnya contoh-contoh bentuk body plan kapal lebih
jelas dapat dilihat pada gambar 5.2

3.2.15. Merencanakan Sheer Plan


Membuat garis buttock line baik pada body plan maupun
pada half breadth plan.
Dari perpotongan antara garis-garis lurus itu dengan garis-
garis air (water lines), diproyeksikan ke sheer plan, dengan
cara menarik garis lurus ke atas. Garis-garis vertikal ini jika
dipotongkan dengan garis-garis air (water lines) pada sheer
plan yang sesuai pada half breadth plan, maka akan
terbentuk titik-titik yang jika dihubungkan akan terbentuk
buttock line pada sheer plan seperti gambar 3.9.
Tiap-tiap garis baik pada water line maupun pada buttock
line harus mempunyai bentuk yang stream line. Jika tidak,
maka harus dirubah supaya bisa stream line. Tentu saja
perubahan ini akan berpengaruh pada bagian-bagian
sebelumnya, misalnya merubah body plan dan half breadth
plan.

3.2.16. Merancang Half Breadth Plan Kapal


Menentukan jumlah water line (WL) yang akan dibuat.
Pada umumnya garis air WL dibuat berdasarkan ukuran
meter (WL 0; WL 0,5; WL 1; WL 1,5; WL 2; WL 4; dan WL 6,
dst)

41
Garis WL diukur mulai Base Line (garis dasar kapal/ wl-0).
Pada kapal dengan sarat air 6,0 m, misal pembagian sarat
airnya dapat dibagi menjadi 7 WL yaitu WL 0; WL 0,5; WL 1;
WL 1,5; WL 2; WL 4; dan WL 6.
Selanjutnya garis-garis WL tersebut digambar pada body
plan.
Kemudian dari center line ukur jarak setiap station pada
garis WL.
Setelah diukur, gambar half breadth plan sesuai dengan
jarak WL terhadap center line pada tiap-tiap station.
Lebih jelasnya lihat gambar 3.9.

3.2.17. Pembuatan Sent Line (Garis Diagonal)


Membuat Sent Line dengan cara menarik garis diagonal pada
kedua sisi Body Plan dimulai dari center line kesisi bawah
body plan. Kemudian ukur jarak tiap station pada garis sent
line terhadap titik awal garis diagonal atau sent line.
Setelah diketahui dimension (jarak) garis sent line antara
center line dengan masingmasing station, langkah
selanjutnya adalah mentransformasi jarak (dimensi) tersebut
ke proyeksi Half Breadth.

Gambar 3.9 Cara Mencari Sent Line

42
MENGGAMBAR SHEER-PLAN BAGIAN HALUAN
Misalkan untuk menggambar BL 2
Bulwark
Fcle deck sideline

Deck sideline
19
BL 3 BL 2 BL 1

Perpotongan 18 BL 3 BL 2 BL 1
BL 2 dengan 17 16
station
BL 3 BL 2 BL 1 C
L BL 1 BL 2 BL 3

BL 1 BL 2 BL 3

BL 3

BL 2
Perpotongan
BL 2 dengan BL 1

WL

Gambar 3.10 Contoh Gambar Proyeksi Sheer Plan Dan Half Breadth Plan

PRINCIPLE DIMENSION
N TABLE ORDINAT OF HEIGHT ABOVE BASELINE Lpp : 107.02 m

15 16 17 18 19 FP AP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 FP B : 19.4 m

BL 1 H : 10.4 m

BL 2 T : 8.00 m

BL 3 Cb : 0.7 m

DECK SIDELINE TYPE : BULK CARRIER

POOP DECK 42
FORECASTLE DECK

BULWARK
3.2.18. Merencanakan Bentuk Linggi Haluan (Stem) dan Linggi Buritan
(Stern) Kapal.
Perancangan Bentuk Linggi Haluan

Dalam merancang bentuk linggi haluan harus mengacu pada:


Bentuk Stream Line dan Buttock Line (B.L) yang paling
dekat dengan Linggi Haluan.
Titik potong antara garis air/ sarat maximum dengan garis
perpendicular dari F.P.

Dari 2 (dua) acuan tersebut dibuat bentuk Linggi Haluan


yang harus melewati titik potong antara garis sarat
maximum dengan garis perpendicular FP dan bentuk
kemiringannya mengikuti kemiringan Stream Line Buttock
Line (B.L) yang terdekat.

Gambar 3.11 Bentuk Linggi Haluan

Perancangan Bentuk Linggi Buritan

Dalam merancang bentuk linggi buritan terlebih dahulu harus


merencanakan kemudi, propeller dan propeller clearence.
Berdasarkan dimensi kemudi, dimensi propeller, serta
propeller clearence dan bentuk stream line dan buttock line
yang terdekat dengan linggi buritan, akan dapat dibuat
bentuk linggi buritan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar
3.12.

43
Linggi buritan

Baseline

Gambar 3.12 Bentuk Linggi Buritan

3.2.19. Merencanakan Bangunan Atas Kapal


Sesuai yang diatur oleh Biro Klasifikasi Indonesia (2009), Rules
For The Classification and Construction Seagoing Steel Ship
Volume II-Section 13.

Tinggi bulwark = 1m
Panjang Forecastle Deck = 10% x Lpp
Tinggi Forecastle Deck = 2.25 m
Panjang Poop Deck = 23% x Lpp
Tinggi Poop Deck = 2,25 m

3.2.20. Merencanakan Kemudi dan Propeler

Perhitungan Kemudi
Sesuai yang diatur oleh Biro Klasifikasi Indonesia (2009), Rules
For The Classification and Construction Seagoing Steel Ships
Volume II-Section 13.

Luas daun kemudi :


A = T . LPP { 1 + 25 ( B / LPP )2 } (m2)
100
A = 23 % x A (m2)

b = A (m)
1,8

44
h = 1,8 x b (m)
b = A / H (m)
a = 5% x H (m)

Gambar 3.13 Bentuk dan Ukuran Kemudi

Perhitungan Propeller dan Propeller Clearences


Menurut Schneekluth, H and Bertram, V, 1998. Ship
Design for Efficiency and Economy, Second Edition dan Det
Norske Veritas. Perhitungan diameter propeller dan
propeller clearence sebagai berikut :

Keterangan Gambar :
Dp : Diameter propeler = 0,6 x T
Db : Diameter poros propeler = 0.12 x T
R : Jari-jari propeller = 0.5 x Dp

a > 0,10 Dp
b > 0,27 Dp
c > 0,20 Dp
e > 0,035 Dp
f = 8 10

Gambar 3.14 Gambar Propeller Clearences

45
BAB PERHITUNGAN
RENCANA GARIS
4
(LINES PLAN)

4.1 DATA-DATA KAPAL


Nama Kapal :
Tipe Kapal : TANKER
Ukuran Ukuran Utama :
Panjang ( Lpp ) : 84 m
Lebar (B) : 15 m
Sarat Air (T) : 7 m
Tinggi (H) : 9 m
Kecepatan Dinas ( Vs ) : 15 knot

4.2 LANGKAH LANGKAH


4.2.1. Menghitung Lwl dan Ldispl
LWL = LPP + (2 ~ 4% x LPP )
= 84 + (2,5 % x 84 )
= 86 m

Ldispl = x ( LPP + LWL ) 1 feet : 0.3048 m


= x ( 86 + 84 )
= 85 m
= 278,8714 feet

4.2.2. Menghitung Speed Ratio

Speed Ratio = Vs / ( Ldispl )1/2


= 15 / (278,8714)1/2

46
= 0.719 knot/feet

Harga speed ratio diplotkan pada diagram NSP (lihat

gambar 3.1). kemudian dari harga tersebut buat garis

lurus horizontal ke kanan, maka dari diagram NSP dapat diperoleh


data-data sebagai berikut:
(koefisien midship) = Cm = 0,98373
(koefisien blok) = Cb = 0,70313
(koefisien prismatik) = Cp = 0,71364
Prosentase luas tiap-tiap station terhadap luas midship
Letak LCB terhadap midship = + 1,12% x Ldispl.

4.2.3. Menghitung Luas Midship (Am)


A midship = B x T x Cm
= 15 x 7 x 0,98373
= 103,292 m

4.2.4. Menghitung Volume displacement ( Ldispl ) menurut rumus


Ldispl (rumus)= Ldispl x B x T x Cb
= 85 x 15 x 7 x 0.703
= 6275,435 m3

4.2.5. Menghitung Volume Displacement Kapal Berdasakan Ldisp (tabel)


Menentukan prosentase luas tiap-tiap station terhadap luas
midship, sepeti pada kolom 2 tabel 4.1.
Menentukan Luas tiap-tiap station sepeti pada kolom 3
tabel4.1.
Menentukan factor simpson tiap-tiap station pada kolom 4
tabel 4.1.
Menentukan fungsi volume tiap-tiap station sebagai perkalian
antara luas tiap-tiap station dikalikan faktor simpson sepeti
pada kolom 5 tabel 4.1.

47
Menghitung volume displacement kapal berdasakan Ldispl
dengan rumus:
Ldispl = 1/3 x Ldipl/20 x 1
Hasil perhitungan nya dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Perhitungan Ldispl dan Letak LCB


Fungsi Fungsi
St % Luas Luas Simpson Lever
Volume Momen
(3) = (2) x
(1) (2) (4) (5) = (3) x (4) (6) (7) = (5) x (6)
Amidship
0 0,000 0,00 1 0,000 -10 0,000
1 10,500 10,85 4 43,382 -9 -390.442
2 30,250 31,25 2 62,491 -8 -499,932
3 51,250 52,94 4 211,748 -7 -1482,235
4 70,450 72,77 2 145,538 -6 -873,228
5 84,500 87,28 4 349,126 -5 -1745,629
6 92,700 95,75 2 191,503 -4 -766,011
7 97,000 100,19 4 400,772 -3 -1202,315
8 99,500 102,78 2 205,550 -2 -411,101
9 100,000 103,29 4 413,167 -1 -413,167
10 100,000 103,29 2 206,583 0 0.000
11 100,000 103,29 4 413,167 1 413,167
12 100,000 103,29 2 206,583 2 413,167
13 100,000 103,29 4 413,167 3 1239,500
14 97,500 100,71 2 201,419 4 805,675
15 91,750 94,77 4 379,080 5 1895,402
16 80,000 82,63 2 165,267 6 991,600
17 62,650 64,71 4 258,849 7 1811,942
18 38,900 40,18 2 80,361 8 642,887
19 15,000 15,49 4 61,975 9 557,775
20 0,000 0,00 1 0.000 10 0,000

1 = 4409,727 2 = 987,055

Ldispl (tabel) = 1/3 (Ldispl/20) x 1


= 1/3 (85/20) x 4409,727
= 6247,113 m3

48
Koreksi = Ldispl (rumus) - Ldispl (tabel) x 100 %
Ldispl (rumus)
= 6275,435 6247,113 x 100%
6275,435
= 0,441313 % < 0.5% (memenuhi)

4.2.6. Menghitung letak LCB Berdasarkan Tabel 4.1


Menentukan lever (jarak) tiap-tiap station terhadap midship.
Apabila terhadap midship maka besaran lever pada midship
adalah 0 (nol), kearah belakang besaran angka nya negatif dan
keaah depan besaran angkanya positif. Lihat kolom 6 tabel
4.1.
Menentukan fungsi momen untuk tiap-tiap station sebagai
perkalian antara fungsi volume dikalikan dengan lever. Lihat
kolom 7 tabel 6.
Menghitung letak LCB berdasarkan tabel 4.1 seperti tesebut
dibawah.
* Dari tabel
LCBtabel = 2 / 1 x (Ldispl/20)
= 987,055/4409,727 x (85/20)
= (+) 0,952 m (depan Midship)

* Dari diagam NSP


LCBNSP = LCB NSP % x Ldisp
= 1,120 % x 85
= (+) 0,9513 m ( depan Midship)

* Koreksi = X 100%

= 0,9513 0,952 x 100%


0,9513
= 0,007328 < 0.1% (memenuhi)

49
4.2.7. Menggambar Curve of Sectional Area (CSA) Berdasakan Ldispl
Dengan skala panjang, tarik garis horizontal sepanjang Ldispl.
Panjang Ldispl. dibagi menjadi 20 bagian yang sama jaraknya
sehingga diperoleh titik-titik station 0 s/d station 20.
Dari setiap titik station 0 s/d 20 tarik garis vertikal ke atas.
Dengan skala luas, pada garis-garis vertikal dari tiap-tiap
station (0-20) ukurkan besaran luas masing-masing (Tabel-3.3,
kolom 3).
Dengan demikian diperoleh gambar 3.2 Curve of Sectional
Area.

4.2.8. Menggambar Curve of Sectional (CSA) yang sudah di fairkan .


Dari station 10 pada Ldisp ditarik garis datar yang panjangnya
Lwl ke bagian depan sehingga ujung terdepan merupakan
titik FP, kemudian juga ditarik garis L WL ke bagian belakang
sehingga ujung belakang merupakan titik A. Jadi panjang dari
titik A sampai FP adalah panjang garis air atau L wl. Selanjutnya
dari FP ditarik garis ke belakang sepanjang Lpp sehingga
diperoleh titik AP.
Selanjutnya panjang Main Part-Lpp (dari AP FP) dibagi 20
station. Sedangkan panjang Cant Part-Lcp (dari AP A) dibagi 2.
Selanjutnya dibuat gambar CSA yg difairkan (CSAF) dari bagian
belakang (titik A) sampai bagian depan di titik FP (gambar 3.2)

4.2.9. Menghitung volume displacement (Ldispl) dan LCB berdasarkan


CSA yg sudah di fairkan untuk Main Part dan Cant Part.
Menentukan Luas setiap station baik dari Main Part (AP FP)
dan Cant Part (A- AP) yang sesuai dengan CSA yg telah di
fairkan. Lihat kolom 2 tabel 4.1 dan tabel 4.2.
Menentukan factor simpson tiap-tiap station pada kolom 3 tabel
7 dan tabel 4.2.

50
Menentukan fungsi volume tiap-tiap station sebagai perkalian
antara luas tiap-tiap station dikalikan factor simpson sepeti
pada kolom 4 tabel 4.1 dan tabel 4.2.
Menentukan lever (jarak) tiap-tiap station terhadap midship.
Apabila terhadap midship maka besaran lever pada midship
adalah 0 (nol), kearah belakang besaran angka nya negatif dan
kearah depan besaran angkanya positif. Lihat kolom 5 tabel 4.1
dan tabel 4.2.
Menentukan fungsi momen untuk tiap- tiap station sebagai
perkalian antara fungsi volume dikalikan dengan lever. Lihat
kolom 6 tabel 4.1 dan tabel 4.2.

Tabel 4.2. Perhitungan volume displacement dan LCB pada Main Part
Station Luas Simpson Fungsi Volume Lever Fungsi momen
(1) (2) (3) (4) = (2) * (3) (5) (6) = (4) * (5)
AP 6,000 1 6,000 -10 -60,000
1 23,000 4 92,000 -9 -828,000
2 40,000 2 80,000 -8 -640,000
3 59,000 4 236,000 -7 -1652,000
4 77,000 2 154,000 -6 -924,000
5 90,500 4 362,000 -5 -1810,000
6 102,000 2 197,000 -4 -788,000
7 103,292 4 408,000 -3 -1224,000
8 103,292 2 206,000 -2 -412,000
9 103,292 4 413,168 -1 -413,168
10 103,292 2 206,584 0 0.00
11 103,292 4 413,168 1 413,168
12 102,000 2 204,000 2 408,000
13 100,000 4 400,000 3 1200,000
14 95,000 2 190,000 4 760,000
15 85,000 4 340,000 5 1700,000
16 70,000 2 140,000 6 840,000
17 51,000 4 204,000 7 1428,000
18 33,000 2 66,000 8 528,000
19 16,000 4 64,000 9 576,000
FP 0.00 1 0.00 10 0.00
3 = 4381,960 4 = -898,160

51
Volume Main Part = 1/3 x (LPP/20) x 3
= 1/3 x (84/20) x 4381,960
= 6134,744 m
LCB Main Part = (LPP/20) x (4/3)
= (84/20) x (-898,160/4381,960)
= ( - ) 0,861 m (di belakang midship)

Tabel 4.3. Perhitungan Volume Displacement dan LCB Pada Cant Part

Luas Simpson Fungsi Volume Lever Fungsi Momen


Station
(2) (3) (4)=(2)*(3) (5) (6)=(4)*(5)
AP 6,000 1 6,000 0 0,000
B 2,552 4 10,210 -1 -10,210
A 0,000 1 0,00 -2 0,00
5 = 16,210 6 = -10,210
*. Mencari jarak antar station (d) Cant Part = (LWL LPP)

= (86 84)
=1m

*. Volume Cant Part = 1/3 x d x 5


= 1/3 x 1 x 16,210
= 5,403 m3

*. LCB Cant Part = (6 / 5) x d


= (10,210 / 16,210) x 1
= () 0.630 m ( di belakang AP )
= 0,630 (LPP)
= 0.630 (84)
= 42,63 m (di belakang Midship)

52
4.2.10. Menghitung Volume Displacement (Ldisp ) dan LCB Total Main
Part dan Cant Part
* Volume Displacement Total (total) = Vol. MP + Vol. CP
= 6134,744 + 5,403
= 6140,147 m3
( LCBCP x VolCP) ( LCB MP x VolMP)
* LCB total =
V gab

= (-42,63 x 5,403) + (-0,861 x 6140,744)


6140,147
= - 0.8976 m (di belakang midship)

4.2.11. Menghitung Volume Displacement (Ldisp) dan LCB Total


berdasarkan rumus
Volume displacement rumus = Lwl x B x T x Cb
= 86 x 15 x 7 x 0.703
= 6348,09 m 3

LCB Total = %LCB x LWL(dari diagram NSP)


= 1,120 % x 85
= (+) 0,9513 m ( depan Midship)

*) Koreksi Volume displacement = ( rumus total ) x 100%


rumus
= (6348,09 6140,147 ) x 100%
6140,147

= -0,033 % 0.5 % (memenuhi)

*) Koreksi LCB = LCB NSP LCB total x 100%


LCB NSP
= ( 0,9632 0,8976 ) x 100%
0,9632
= 0,030% 0.1 % (memenuhi)

53
4.2.12. Perencanaan Bidang Garis Air (Water Line)
Menentukan Sudut Masuk

Cpf = ( 1,4 + ) x e, dimana e = LCB NSP / Ldispl


= -0,8976 / 85
= -0,011
Cpf = ( 1,4 + ) x e
Cpf = 0,71364 + (1,4 + 0,71364 ) x -0,011= 0,736

Dari hasil (Cpf) dimasukan dalam grafik fungsi Cpf terhadap


fungsi sudut masuk (ie) seperti terlihat pada gambar 3.4.
Untuk mendapatnya sudut masuk dai grafik fungsi Cpf ditarik
garis vertical keatas dipotongkan terhadap curve NSP
selanjutnya dari titik perpotongan tesebut ditarik horizontal
kekiri memotong ordinat sudut masuk (ie).
Dengan demikian diperoleh besarnya sudut masuk (ie) adalah
18o.

Merencanakan Bidang garis air (AWL/ WPA)


Menggambar garis horizontal sepanjang Lwl , dimana ujung
terdepannya adalah titik FP dan ujung terbelakang adalah
titik A.
Selanjutnya dari titik FP diukurkan panjang kebelakang
sepanjang Lpp sehingga ujung belakang LPP merupan titik AP.
Dari AP diukurkan kebelakang sepanjang (Lwl LPP) = Lcant
part Selanjutnya dari AP FP (Main Part) dibagi menjadi 20
station dan dari AP- A(Cant Part) dibagi menjadi 3 station.
Pada tiap-tiap station pada Main Part maupun Cant Part
direncanakan ordinat untuk masing-masing station dimana
pada station 10 (midship) ordinatnya adalah maksimum
selebar B/2.
Selanjutnya titik-titik ordinat tiap-tiap station dihubungkan
dengan tetap mengacu batasan-batasan pada FP dengan

54
sudut masuk ie 18o dan pada station 10 ordinatnya selebar
B/2, maka akan diperoleh grafik bidang garis air (Curve of
WaterLine) seperti pada gambar 3.4.

4.2.13. Koreksi Awl Hasil dari Perencanaan Bidang Garis Air


Dari grafik bidang garis air diukur ordinat Lebar untuk
setiap station pada Main Part maupun Cant Part.

Tabel 4.4. Perhitungan Bidang Garis Air untuk Main Part


Station Luas A / 2t B/2 Simpson I
AP 7,000 0,500 2,70 1 2,70
1 23,000 1,643 4,25 4 17,00
2 40,000 2,857 5,20 2 10,40
3 59,000 4,214 5,80 4 23,20
4 77,000 5,500 6,40 2 12,80
5 90,500 6,464 6,90 4 27,60
6 98,520 7,037 7,20 2 14,40
7 102,000 7,286 7,38 4 29,52
8 103,000 7,357 7,40 2 14,80
9 103,292 7,378 7,50 4 30,00
10 103,292 7,378 7,50 2 15,00
11 103,292 7,378 7,50 4 30,00
12 102,000 7,286 7,35 2 14,70
13 100,000 7,143 7,25 4 29,00
14 95,000 6,786 6,90 2 13,80
15 85,000 6,071 6,50 4 26,02
16 70,000 5,000 5,90 2 11,80
17 51,000 3,643 5,30 4 21,20
18 33,000 2,357 4,29 2 8,59
19 16,000 1,143 2,14 4 8,59
FP 0.000 0.000 0.0000 1 0.00
7 = 361,12
AWL Main Part =2x x 7 x

= 2 x 1/3 x 361,12 x ( 84 /20)

= 1011,14 m2

55
Tabel 4.5. Perhitungan Bidang Garis Air untuk Cant Part
Station Luas A / 2t B/2 Simpson I
AP 6,00 0,43 2,70 1 2,70
B 2,55 0,18 2,20 4 8,80
A 0,00 0.00 0.00 1 0,00
8 = 11,50

Awl Cant Part =2x x 8 x

= 2 x 1/3 x 11,50 x 1
= 7,67 m2

AWL Total = Awl Maint Part + Awl Cant Part


= 1011,14 + 7,67
= 1018,81 m2
Koreksi :
Awl total Awl rumus
Awl = x100 %
Awl total

= ( 1018,81 1020,629 ) x 100%


1018,81
= 0,18 % < 0,5 % (memenuhi)

Awl (rumus) = LWL x B x Cw, dimana :

Cw = 1/3 + (2/3 CbLwl)

CbLwl = CbLdispl x (Ldispl / LWL)


= 0,70313 x (84/ 86 )
= 0,687

Cw = 1/3 + 2/3 x 0,687


= 0,791
jadi :
AWL (rumus) = LWL x B x Cw
= 86 x 15 x 0,791
= 1020,629 m

56
4.2.14. Perencanaan Body Plan
Menentukan Luas setiap station baik dari Main Part (AP FP)
dan Cant Part (A- AP). Yang sesuai dengan CSA yg telah di
fairkan. Lihat kolom 2 tabel 4.6 dan tabel 4.7.
Merencanakan besar nilai A/2T yang telah didapat dari
perencanaan pada bidang garis air. Dapat di lihat dari kolom 3
tabel 4.6 dan 4.7.
Menentukan besar nilai ordinat yang didapatnya dari
perencanaan pada bidang garis air yang telah terlampir di
atas. dapat dilihat dari kolom 4 tabel 4.6 dan tabel 4.7
Menentukan faktor simpson tiap-tiap station pada kolom 5
tabel 4.6 dan tabel 4.7.
Menentukan fungsi volume tiap-tiap station sebagai perkalian
antara luas tiap-tiap station dikalikan faktor simpson sepeti
pada kolom 6 tabel 4.6 dan tabel 4.7.

Tabel 4.6. Ordinat Lebar Bidang Garis Air untuk Main Part

Station Luas A / 2t B/2


AP 7,000 0,500 2,70
1 23,000 1,643 4,25
2 40,000 2,857 5,20
3 59,000 4,214 5,80
4 77,000 5,500 6,40
5 90,500 6,464 6,90
6 98,520 7,037 7,20
7 102,000 7,286 7,38
8 103,000 7,357 7,40
9 103,292 7,378 7,50
10 103,292 7,378 7,50
11 103,292 7,378 7,50
12 102,000 7,286 7,35
13 100,000 7,143 7,25
14 95,000 6,786 6,90
15 85,000 6,071 6,50
16 70,000 5,000 5,90
17 51,000 3,643 5,30
18 33,000 2,357 4,29
19 16,000 1,143 2,14
FP 0.000 0.000 0.0000

57
Tabel 4.7. Ordinat Lebar Bidang Garis Air untuk Cant Part
Station Luas A / 2t B/2
AP 6,00 0,43 2,70
B 2,55 0,18 2,20
A 0,00 0.00 0.00

Gambar 4.1 Awal Perencanaan Body Plan

Gambar 4.2 Body Plan

58
4.2.15. Perencanaan Half Breadth Plan pada Kapal
Menentukan jumlah water line (WL) yang akan dibuat.
Pada umumnya garis WL dibuat berdasarkan ukuran meter
(WL 0; WL 0,5; WL 1; WL 2; WL 3; WL 4; dan WL 5)
Garis WL diukur mulai Base Line (garis dasar kapal). Pada
kapal dengan sarat air 5,0 m, misal pembagian sarat airnya
dapat dibagi menjadi 7 WL yaitu WL 0; WL 0,5; WL 1; WL 2;
WL 3; WL 4; dan WL 5.
Selanjutnya garis-garis WL tersebut digambar pada body
plan.
Kemudian ukur jarak tiap station pada garis WL terhadap
garis sumbu atau center line.
Didapatkan hasil jarak tiap-tiap station terhadap center line
di masing-masing WL yang ditentukan.
Setelah diukur, gambar breadth plan sesuai dengan jarak WL
terhadap CL pada tiap-tiap station. Dengan cara membuat
garis lurus sepanjang Lwl setelah itu bagi dengan tiap station
(titik A-FP)
Setelah mendapatkan hasil pengukuran tiap station terhadap
center line di setiap WL. Maka bisa kita transformasikan hasil
tersebut di garis yg telah dibuat sepanjang Lwl yang telah di
bagi dari titik A hingga FP.

4.2.16. Perencanaan Sheer Plan pada Kapal


Membuat garis buttock line baik pada body plan maupun
pada half breadth plan.
Dari perpotongan antara garis-garis lurus itu dengan garis-
garis air (water lines), diproyeksikan ke sheer plan, dengan
cara menarik garis lurus ke atas. Garis-garis vertikal ini jika
dipotongkan dengan garis-garis air (water lines) pada sheer
plan yang sesuai pada half bread plan, maka akan terbentuk

59
titik-titik yang jika dihubungkan akan terbentuk buttock line
pada sheer plan.
Tiap-tiap garis baik pada water line maupun pada buttock
line harus mempunyai bentuk yang fair dan stream line. Jika
tidak, maka harus dirubah supaya bisa fair dan stream line.
Tentu saja perubahan ini akan berpengaruh pada bagian-
bagian sebelumnya, misalnya merubah body plan dan half
breadth plan.

Gambar 4.3 Pembagian Water Line (WL) pada Body Plan

Gambar 4.4 Half Breadh

60
4.3 PERENCANAAN KEMUDI DAN PROPELLER CLEARENCE
4.3.1. Perencanaan Kemudi
Sesuai yang diatur oleh Biro Klasifikasi Indonesia (2009),
Rules For The Classification and Construction Seagoing Steel Ship
Volume II-Section 13.
Luas daun dan ukuran kemudi:

A = T . LPP { 1 + 25 ( B / LPP )2 } [m2 ] A = 23 % x A


100 = 23 % x 10,53
= 7 . 84 { 1 + 25 ( 15 / 84 )2 } [m2 ] = 2,422 m2
100
= 10,53 m2

A
b = b = A / H
1,8
= (10,53 /1.8) = 2,422 / 7.5
= 2,42 m = 0.323 m

H = 1,8 x b a = 5 % x H
= 1,8 x 2,42 = 5 % x 4,356
= 4,356 m = 0.217 m

Gambar 4.5 Bentuk dan Ukuran Kemudi

61
4.3.2. Perhitungan Propeller dan Propeller Clearences
Menurut Schneekluth, H and Bertram, V,1998. Ship Design for
Efficiency and Economy, Second Edition dan Det Norske Veritas.
Perhitungan propeller dan propeller clearence sebagai berikut :

Diameter propeler (Dp) = 0,6 x T


= 0,6 x 7
= 4,2 m
Jari-jari propeler (R) = x Dp
= x 4,2
= 2,1 m
Diameter poros propeler (Db) = 0,12 x T
= 0,12 x 7
= 0,84 m

Propeller Clearences Mininum


a = 0,1 x Dp c = 0,20 x Dp
= 0,1 x 4,2 = 0,20 x 4,2
= 0,42 m = 0,84 m
b = 0,27 x Dp e = 0,035 x Dp
= 0.27 x 4.2 = 0,035 x 4,2
= 1,134 m = 0,147 m
f = 8

Gambar 4.6 Perencananaan Propeler Dan Kemudi

62
Daftar Pustaka

Amrina, Obrien CGIA T.P, 1969. The Design of Marine Screw Propellers, Third
impression.

Barras, Bryan and Derret, Captain D.R, 2006. Ship Stability For Masters and
Mates, Sixth Edition.

Biro Klasifikasi Indonesia, 2009. Rules for the Classification and Construction
Seagoing Steel Ship Volume II-Section 13.

De Heere, Scheltema and Baker, A. R, 1969. Bouyancy and Stability of Ships.

Lap, A. J. W. UIT Fundamentals of Ship Resistance and Propulsion Part

Murtedjo, Mas, 2010. Modul Ajar Lines Plan. Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Schneekluth, H and Bertram, V, 1998. Ship Design for Efficiency and Economy,
Second Edition.

63
Lampiran Gambar

64
Contoh Body Plan

65
Contoh Body Plan dan Sheerplan sesuai Cb

66
67
68
69
70
71
72
73
Ir. Mas Murtedjo, M.Eng. menyelesaikan
pendidikan program sarjana pada tahun 1977
dan bertugas sebagai staff pengajar sejak
tahun 1978 di FT.Perkapalan ITS Surabaya.
Selanjutnya penulis melanjutkan studi dan
menyelesaikan pendidikan program Master of
Engineering (M.Eng) pada tahun 1983 di
Department of Naval Architecture and Offshore
Engineering, Hiroshima University, Japan.
Kemudian betugas kembali sebagai staff
pengajar pada tahun 1983 di Jurusan Teknik
KeLautan, F.T.Kelautan ITS khususnya pada bidang keahlian Hidrodinamika Bangunan
Laut Lepas Pantai dan Perancangan Bangunan Laut.

Penulis telah menghasilkan beberapa karya ilmiah dalam jenis penelitian dan publikasi-
publikasi pada seminar-seminar dan jurnal-jurnal ilmiah nasional maupun internasional.
Karya-karya ilmiah tersebut utamanya dalam lingkup Hidro-Struktur Bangunan Laut
Terapung Khususnya topik-topik kajian: Resistance & Propulsion, Analisis Karakteristik
Gerakan & Stabilitas, Efek Dinamis Slamming & Green Water, Analisis Tension pada
Mooring System pada Gelombang Regular maupun Irregular.

Selain sebagai staff pengajar, penulis juga pernah aktif dalam kegiatan Pengabdian
Masyarakat dalam tim pengkajian pengembangan antara lain di Bappeda tk I Jawa Timur,
Laboratoium Hidrodinamika Indonesia - Badan Penerapan & Pengembangan Teknologi (LHI
BPPT) dan Litbang Kemen Hankam RI.

Disamping itu sebagai Senior Expert, penulis telah menghasilkan karya-karya phisik antara
lain Perancangan/ Pembangunan : Landing Craft Utility (LCU TNI AD), Police Patrol
Boat (Polair Mabes POLRI), Aluminum Fast Patrol Boat (PT Badak NGL), Marine Disaster
Prevention Ship (KPLP Perhubungan Laut), Conversion of Motor Tanker (MT Niria) to
Mooring Storage Tanker, Engineering Modification of FSO Arco Ardjuna (PHE ONWJ),
Design Verification of FPSO Belanak, Slipway (Armabar TNI AL) , Galangan Kapal dan
Jetty di PT. Badak NGL - Bontang serta beberapa hasil desain dermaga / jetty lainnya.

Selama berkarir di ITS penulis telah pernah bertugas dalam beberapa jabatan antara lain
Pembantu Dekan III FT. Kelautan ITS, Sekretaris Proyek Pengembangan Perguruan Tinggi
(P2T ITS), dan Koordinator Bidang Study Offshore Hydrodinamic - Jurusan Teknik
Kelautan FT. Kelautan ITS.

74

Anda mungkin juga menyukai