Mas Murtedjo
2014
i
PERANCANGAN LINES PLAN
BANGUNAN LAUT TERAPUNG
ii
KATA PENGANTAR
Penulis menyampaikan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
ilmu yang diberikan serta Ridho-Nya semata akhirnya buku berjudul
“Perancangan Lines Plan Bangunan Laut Terapung” ini dapat diselesaikan
penyusunannya. Buku ini disusun dari beberapa materi kuliah Perancangan
Lines Plan dan Teori Bangunan Apung I, yang selama beberapa tahun ini telah
diajarkan oleh penulis kepada mahasiswa S-1 di Jurusan Teknik Kelautan,
Fakultas Teknologi Kelautan – ITS.
Komposisi isi materi didalam buku ini terdiri dari beberapa bab sebagai berikut.
Bab yang pertama adalah Bab Pendahuluan yang memuat tentang pengertian
umum mengenai jenis struktur bangunan lepas pantai yang terdiri dari
“Floating Offshore Structures” dan “Fixed Offshore Structures”. Untuk
perancangan khususnya bangunan “Floating Offshore Stuctures” dalam
melaksanakannya harus didahului perancangan Lines Plan. Dalam bab ini
dijelaskan juga tentang latar belakang perlunya perancangan Lines Plan secara
manual.
iii
Mempertimbangkan pada keseluruhan materi yang dimuat, maka buku ini
utamanya disusun untuk memberikan referensi bagi para mahasiswa S-1 dalam
lingkup teknologi kelautan dan bidang-bidang lain yang terkait, serta bagi para
praktisi yang ingin mempelajari implementasi praktis dari teori Perancangan
Lines Plan, khususnya dalam hal Bangunan Laut Terapung. Bagi para mahasiswa
pada jenjang S-2 dan S-3, serta para peneliti, buku ini diharapkan dapat
memberikan dasar pemahaman untuk mempelajari, mengkaji dan
mengembangkan pemodelan perilaku hidrodinamis bangunan laut terapung
dengan menerapkan aplikasi Perancangan Lines Plan lanjut dengan
menggunakan perangkat lunak (software) yang canggih dan mutakhir.
Pada akhir pengantar ini penulis menyampaikan terima kasih kepada para
mahasiswa dan rekan-rekan dosen di Jurusan Teknik Kelautan – ITS, yang telah
bersama-sama belajar dan mengembangkan ilmu Perancangan Lines Plan, baik
melalui perkuliahan ataupun tugas akhir dan berbagai penelitian. Penulis
menyadari bahwa dalam buku ini dimungkinkan adanya beberapa kekeliruan
ataupun kekurangan, yang membuat para pembaca dan pihak-pihak tertentu
tidak berkenan. Untuk itu penulis menyampaikan permohonan maaf, serta
sekaligus harapan untuk dapat diberikan kritik dan saran agar pada waktu
mendatang buku ini dapat dikoreksi dan dikembangkan menjadi lebih baik dan
lebih lengkap lagi.
Semoga buku yang tersusun ini akan memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi semua pihak yang memerlukannya.
Mas Murtedjo
iv
Daftar Isi
v
2.2.1. Station ................................................................................ 11
vi
3.2.5. Cara Menentukan Persentase Luas dan Luas Tiap-Tiap Station Berdasarkan
Diagram NSP ......................................................................... 23
3.2.6. Cara Menentukan Letak LCB Berdasarkan Diagram NSP (LCBNSP) ............. 24
3.2.10. Menggambar Curve of Sectional Area yang Sudah diFairkan (CSAF) ......... 28
3.2.13. Merencana “Curve Of Water Line” / “Curve Of Water Plane Area” ......... 33
3.2.18. Merencanakan Bentuk Linggi Haluan (Stem) dan Linggi Buritan (Stern)
Kapal. ................................................................................. 43
vii
4.2.4. Menghitung Volume displacement ( Ldispl ) menurut rumus.................. 47
4.2.9. Menghitung Volume Displacement ( Ldispl) dan LCB Berdasarkan CSA yang
Sudah diFairkan untuk Main Part dan Cant Part. ............................... 50
4.2.10. Menghitung Volume Displacement ( Ldisp ) dan LCB Total Main Part dan Cant
Part ................................................................................... 52
4.2.11. Menghitung Volume Displacement ( Ldisp) dan LCB Total berdasarkan rumus
........................................................................................ 53
viii
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Prosentase Luas Tiap-Tiap Station Pembacaan Pada Berdasarkan Diagram–NSP
....................................................................................................... 24
Tabel 3.4 Perhitungan LWLdan Letak LCB Berdasarkan CSAF (Main Part) ................. 31
Tabel 3.5 Perhitungan LWLdan Letak LCB Berdasarkan CSAF (Cant Part) ................. 31
Tabel 3.6 Perhitungan WPA Main Part Berdasarkan Curve of WaterLine ................. 36
Tabel 3.7 Perhitungan WPA Cant Part Bedasarkan Curve f WaterLine ................... 36
Tabel 3.8 Ordinat ½ Lebar dan A/2T untuk Merancang Body Plan ........................ 37
Tabel 4.2 Perhitungan Volume Displacement dan LCB pada Main Part .................. 51
Tabel 4.3 Perhitungan Volume Displacement dan LCB pada Cant Part .................. 52
Tabel 4.5 Perhitungan Bidang Garis Air untuk Cant Part .................................. 55
Tabel 4.6 Ordinat ½ Lebar Bidang Garis Air untuk Main Part.................................. 57
ix
Daftar Gambar
Gambar 3.2 Contoh CSA dan CSA yang sudah di fairing ……………………………………………… 27
Gambar 3.3 Curve of Sectional Area sebelum dan Sesudah Transfomasi …………………… 28
Gambar 3.4 Letak Titik Tekan (Z) diatas Garis Dasar CSA …………………………………….…… 29
Gambar 3.7 Kurva Stream Line Station pada Body Plan …………………………………….…………39
Gambar 3.9 Contoh Gambar Proyeksi Bl 2 pada Body Plan ke Sheer Plan dan ke Half
Breadth Plan Bagian Buritan Kapal …………………….................................. 41
x
Gambar 3.11 Bentuk Linggi Haluan ………………………….……………………….….……………….….…43
Gambar 4.2 Gambar Body Plan, Sheer Plan, dan Half Breadth Plan …………………………. 59
xi
BAB
PENDAHULUAN
1
1.1 PENGERTIAN UMUM
Jenis struktur bangunan lepas pantai khususnya yang berkaitan
dengan eksploitasi dan eksplorasi minyak dan gas di lepas pantai secara
umum terdiri dari:
“Floating Offshore Structures”
Bangunan-bangunan di lepas pantai yang terapung dalam fungsinya
menunjang operasi eksploitasi dan eksplorasi minyak dan gas.
Beberapa jenis bangunan ini antara lain: Motor tanker, Floating
Production Storage Offloading (FPSO), Floating Storage Offloading
(FSO), Floating Storage & Regasification Unit (FSRU), Floating
Liquefied Natural Gas (FLNG), Drilling Ship, Offshore Supply Vessel,
Crew Boat, dll. (Lihat Gambar 1.1)
“Fixed Offshore Structures”
Bangunan-bangunan di lepas pantai yang terpancang di dasar laut,
dalam fungsinya menunjang operasi eksploitasi dan eksplorasi minyak
dan gas. Beberapa jenis bangunan ini antara lain: Rig dan Jacket.
(Lihat Gambar 1.2)
1
sumbu-z adalah vertical, maka diperoleh gambar-gambar penampang
bidang sebagai berikut:
Gambar penampang bidang pada sumbu y -z
Gambar penampang bidang pada sumbu x – y
Gambar penampang bidang pada sumbu x – z
2
perencanaan Body Plan, Half Breadth Plan, dan Sheer Plan dilaksanakan
dengan menggunakan Auto-cad.
Perancangan Lines Plan secara manual, tanpa memakai software
(Maxsurf), pada umumnya memakai Metode Diagram NSP atau Metode
Scheltema D.H. seperti dijelaskan oleh Scheltema D.H dan A. R Baker,
1969 dalam bukunya yang berjudul “Bouyancy and Stability of Ships”.
Dalam buku Langkah-Langkah perancangan Lines Plan ini yang dipakai
adalah “Metode Diagram NSP”.
Dalam proses pembangunan baru maupun modifikasi/konversi
Offshore Floating Structure, mutlak diperlukan Lines Plan dalam format
gambar autocad maupun dalam format pemodelan maxsurf untuk
menghitung/mendesain tahapan materi-materi berikutnya antara lain:
Hydrostatic/Bonjean, Resistance and Propulsion System, General
Arrangement, Tank Capacity Plan, Engine Room Lay-out, Construction
Profile, Shell Expansion, Midship/Frames Section, Prelimanary Stability,
Damage Stability/Stability Booklet, dll. Berdasarkan latar belakang
seperti tersebut diatas, betapa pentingnya filosofi pemahaman
Perancangan Lines Plan bagi para mahasiswa, praktisi, serta engineer
baik yang beraktifitas di bidang perencanaan, pembangunan maupun
pengawasan.
Dengan diperolehnya pemahaman dasar-dasar perancangan Lines
Plan yang dilaksanakan dengan perhitungan secara manual maka
diharapkan tercapainya Basic Philosophy pemahaman Lines Plan secara
mendalam, sehingga nantinya pada saat merancang Lines Plan dengan
menggunakan “software“ (maxsurf, dll) akan lebih memahami, lebih
mudah, cepat dan dapat diperoleh hasil Lines Plan yang optimal dan
akurat.
3
Gambar 1.1 Floating Offshore Structures
4
Gambar 1.2 Fixed Offshore Structures
5
Gambar 1.3 Lines Plan Tanker 80000 DWT
6
BAB
DEFINISI - DEFINISI
2
2.1 UKURAN UTAMA
2.1.1. Length Between Perpendicular (Lpp)
Panjang kapal yang menghubungkan antara 2 garis tegak
yaitu jarak horizontal antara garis tegak depan/haluan/(FP)
dengan garis tegak belakang/buritan/(AP).
- After Perpendicular (AP)
Adalah garis tegak buritan yaitu garis tegak yang terletak
berimpit pada sumbu poros kemudi.
- Fore Perpendicular (FP)
Adalah garis tegak haluan yaitu garis tegak yang terletak
pada/melalui titik potong antara linggi haluan dengan garis air
pada sarat air muatan penuh yang telah direncanakan.
7
luasan-luasan bagian yang tercelup air, pada saat L disp dibagi
menjadi 20 station.
Panjang displacement dirumuskan sebagai rata-rata antara
Lpp dan LWL, yaitu:
2.1.5. Breadth ( B )
Lebar kapal yang diukur pada sarat air (T) di sisi dalam plat
di bagian tengah kapal (midship).
2.1.6. Depth ( H )
Tinggi geladak utama (main deck) kapal adalah jarak
vertikal yang diukur pada bidang tengah kapal (midship) dari atas
keel (lunas) sampai sisi atas geladak di sisi (lambung) kapal.
8
Potongan Melintang pada Midship
9
2.1.8. Service Speeds (Vs)
Kecepatan dinas adalah kecepatan operasional kapal saat
berlayar di laut. Kecepatan dinas umumnya (60~80)% kecepatan
maximum.
10
2.1.12. Dead Weight (DWT)
Adalah berat komponen-komponen dalam kapal yang bisa
berubah dalam fungsi waktu operasional kapal. Secara umum yang
termasuk dalam DWT adalah berat-berat muatan kapal, bahan
bakar, pelumas, air tawar, bahan-bahan logistic, crew dan
bawaannya.
11
Gambar 2.2 Station
12
2.3 KOEFISIEN BENTUK KAPAL
2.3.1. Block Coefficient (Cb)
Adalah perbandingan antara volume kapal dengan hasil kali
antara panjang, lebar dan sarat kapal. Koefisien blok ini
menunjukkan kerampingan kapal. Rumusnya yaitu:
Cb=
CP lpp =
CP lwl =
CPldispl =
13
Gambar 2.4 Prismatic Coefficient
Cm =
Cw =
14
WPA
R= (m)
15
didapatkan nilai δ, φ, β; presentase luas tiap station (st.0–
st.20) terhadap luas midship, dan letak titik tekan memanjang
(LCB).
16
garis-garis buttock line yang berupa garis-garis vertikal, sent line
yang berupa garis diagonal, dan fairness line yang dibentuk dari
stationnya.
17
station yang berupa garis-garis vertikal, garis buttock line yang
berupa garis-garis horizontal, dan sent line yang berupa garis
lengkung.
18
2.4.5. Geladak Utama (Main Deck)
Geladak utama merupakan deck utama yang berada di
permukaan air. Geladak Utama secara memanjang maupun
melintang dibuat melengkung agar air laut tidak sampai naik ke
atas geladak, kalaupun air laut naik ke atas kapal, lengkungan ini
berfungsi agar air laut cepat keluar kembali dari atas geladak
utama.
19
0,08 LPP dimana collision bulkhead terletak pada nomor gading,
bukan nomor station). Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.10.
Linggi buritan
20
BAB LANGKAH-LANGKAH
MERANCANG LINES PLAN
3 (Metode NSP-Diagram)
3.2 LANGKAH-LANGKAH :
3.2.1. Menghitung Lwl & Ldisp.
Rumus :
Dimana:
L = Ldisp(feet)
21
Gambar 3.1 Diagram –NSP
22
Harga dimasukkan Ke “Diagram NSP” (De Heere, Scheltema and
23
s/d St.20). Harga-harga luas yang diperoleh untuk setiap
station ini masukkan dalam kolom-3 tabel-3.1.
St.0 s/d St.20 diperoleh dari Ldispl. dibagi 20 bagian yang
berjarak sama.
24
3.2.7. Menghitung Volume Displasemen- Ldispl. (Tabel)
Perhitungan ini berdasarkan Ldisp./20
∑1 = ………………….
= 0.5% (memenuhi)
25
Tabel 3.3 Perhitungan Letak LCB
Stasion % Luas Luas Simpson Fungsi Volume Lever Fungsi Momen
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] = [5] x [6]
0 0 0 1 0 -10 0
1 … A1 4 4A1 -9 -9.4.A1
2 … A2 2 2A2 -8 -8.2.A2
… … … … … … …
10 … … … … 0 0
… … … … … … …
18 … A18 2 2A18 8 8.2.A18
19 … A19 4 4A19 9 9.4.A19
20 0 0 1 0 10 0
∑1 = …………… ∑2 = ……………
= 0.1% (memenuhi)
26
Gambar 3.2 Contoh CSA dan CSA yang sudah difairing
27
3.2.10. Menggambar Curve of Sectional Area yang Sudah di Fairkan
(CSAF)
Dari station 10 pada Ldisp ditarik garis datar yang panjangnya ½ Lwl
ke bagian depan sehingga ujung terdepan merupakan titik FP,
kemudian juga ditarik garis ½ LWL ke bagian belakang sehingga
ujung belakang merupakan titik A. Jadi panjang dari titik A sampai
FP adalah panjang garis air atau Lwl. Selanjutnya dari FP ditarik
garis kebelakang sepanjang Lpp sehingga diperoleh titik AP.
Selanjutnya panjang Main Part-Lpp (dari AP FP) dibagi 20 station.
Sedangkan panjang Cant Part-Lcp (dari AP A) dibagi 2.
Selanjutnya dibuat gambar CSA yg difairkan (CSAF) dari bagian
belakang (titik A) sampai bagian depan di titik FP (Lihat gambar
3.2)
CSA
CSAF
A AP FP
Q = Hasil NSP
P = Hasil perhitungan
28
Setelah curve of sectional area kita gambarkan pada Lwl sesudah di
fairkan, kemudian kita gambarkan letak titik tekan. Letak titik tekan
memanjang kita dapatkan dari perhitungan pada diagram-NSP.
Besarnya a atau b, yaitu tinggi titik tekan terhadap garis dasar dari
curve didapatkan dari rumus JOHOW dan PROHASKA didapat titik P.
Kemudian pada tinggi yang sama, kita gambarkan letak titik tekan
memanjang menurut permintaan, didapat titik Q. Titik P kita proyeksikan
pada garis dasar maka didapatkan titik R. (lihat gambar 3.3)
Kita hubungkan R dan Q. Kemudian, dari titik station pada garis dasar
kita tarik garis-garis yang sejajar garis dasar (lihat gambar). Pertolongan
kedua garis yang baru ini menentukan titik-titik dari curve of sectional area
yang baru.
Jadi untuk, curve I = Luas stational yang lama.
curve II = Luas stational yang baru. (CSAF)
Kemudian kita lakukan pembacaan baru dari luas station dan kita
periksa volume dan letak titik tekan memanjang dengan cara seperti
dimuka. Besar kesalahan yang diinjinkan juga sama yaitu 0.5 % untuk
Volumedan 0,1% Lpp untuk letak titik tekan memanjang.
Letak titik tekan (z) diatas garis dasar Curve of Sectional Area (CSA)
dapat juga ditentukan dengan rumus-rumus PROHASKA atau JOHOW
sebagai berikut:
=1 z
b
Gambar 3.4 Letak Titik Tekan (Z) diatas Garis Dasar CSA
29
JOHOW : a = ¤= untuk ( ¤= 1)
:a=
PROHASKA
Dari tengah-tengah Ldispl kita ukuran kekiri dan ke kanan garis yang
panjangnya = Lwl.
Ujung- ujung curve of sectional area yang sudah kita buat diatas kita
fairkan hingga melalui titik ujung dari L wl. Sekarang letak FP Kapal kita
tertentu dan kemudian kita ukurkan panjang L pp hingga letak AP tertentu
pula, kemudian Lpp kita bagi menjadi 20 bagian yang sama, dan kita lakukan
pembacaan luas station lagi pada titik pembagian yang baru, dimana
station no.10 adalah midship kapal kita.
Kemudian dengan perhitungan (cara simpson dll) kita dapat
menghitung letak titik tekan dengan memperhatikan can part dan demikian
juga besarnya volume displacement kapal kita. Displacement perhitungan
ini kita cek dengan displacement yang di dapat dengan:
Rumus : V = L x B x T x δ ( m3 )
30
Tabel 3.4 Perhitungan LWL dan letak LCB berdasarkan CSAF (Main Part)
Station Luas Simpson Fungsi Volume Lever Fungsi Momen
[1] [2] [3] [4] = [2] x [3] [5] [6] = [4] x [5]
AP … 1 … -10 -…
1 … 4 … -9 -…
2 … 2 … -8 -…
… … … … … -…
10 ( ¤) … … … 0 0
… … … … … …
18 … 2 … 8 …
19 … 4 … 9 …
FP 0 1 … 10 0
3 =……….. 4 =±………
Tabel 3.5 Perhitungan LWL dan letak LCB berdasarkan CSAF (Cant Part)
Stasion Luas Simpson Fungsi Volume Lever Fungsi Momen
[1] [2] [3] [4] = [2] x [3] [5] [6] = [4] x [5]
AP … 1 … 0 …
B … 4 … -1 -…
A … 1 … -2 -…
5 = 6 =
31
LCBCP = x [m]
= - …… m belakang AP
= (- …… m belakang AP) + (- )
= 0.5% (memenuhi)
LCBNSP = ±… % x Ldispl
= ±…. m (dari midship)
= ≤ 0.1% (memenuhi)
32
3.2.13. Merencana “Curve Of Water Line” / “Curve Of Water Plane
Area”
Dengan skala panjang, buat garis horizontal L WL dan tetapkan
titik-titik stationnya (Main Part : AP FP; Cant Part: A AP)
Menghitung Sudut Masuk -
Fungsi dari koefisien prismatic bagian depan - f
f= ± (1.40 + ) e
33
Gambar 3.5 Grafik Untuk Menentukan Sudut Masuk (ie)
(Sumber: A. J. P. Lap, “UIT Fundamental of Ship Resistance and Propulsion)
Keterangan gambar:
---------------- :Sixty Series
: N.S.P (Matig V Spant)
34
Gambar 3.6 Curve of Water Line (Water Plan Area)
35
Tabel 3.6 Perhitungan WPA Main Part berdasarkan Curve of Water Line
Stasion Ordinat(B/2) Simpson Fungsi Luas
[1] [2] [3] [4]=[2]x[3]
AP … 1 …
1 … 4 …
… … … …
10 B/2 2 …
… … … …
19 … 4 …
FP … 1 0
Ʃ8= ………….
Luas Bidang Garis Air Main Part: WPAmp =2 x x xƩ8 = ……. (m2)
Tabel 3.7 Perhitungan WPA Cant Part berdasarkan Curve of Water Line
B … 4 …
A 0 1 0
Ʃ9 = ………
=2x x x Ʃ9
= …….. (m2)
Dari lengkung “Curve of Water Line” dengan memakai faktor
simpson akan dapat dihitung luas bidang garis air total (WPAtotal)
yaitu WPAMain PartditambahWPACant Partsebagai berikut :
WPA Total= WPAMP + WPACP …….[m2]
36
Menghitung Luas Bidang Garis Air berdasarkan rumus :
WPA rumus= Lwl x B x Cw …. [m2]
Dimana: Cw = + ( x CbLWL)
CbLWL=
Koreksi WPA :
Koreksi = x 100%
= 0,5% ( Memenuhi)
37
Langkah-langkah menggambar body plan kapal sebagai berikut:
Pertama kita buat persegi panjang dengan B sebagai sisi lebar dan T
sebagai sisi tinggi. Kemudian bagi B menjadi 2 bagian dengan sebuah
garis tengah yang dinamakan Centre Line(C),
L sehingga ada dua
bagian persegi panjang. Bagian kanan Centre Line adalah untuk
station-station bagian depan/haluan, sedangkan untuk bagian kiri
adalah station-station bagian belakang/buritan.
Sebagai contoh, misal merencana bentuk body station-18 (st 18)
Pada garis air T dari titik O diukurkan kekanan selebar A 18/2T
sehingga diperoleh titik Q. Dari titik Q dibuat garis vertikal ke bawah
memotong garis dasar pada titik L. Kemudian pada garis air T dari O
juga diukurkan lagi ke kanan ordinat selebar B18/2 sehingga diperoleh
titik P .
Selanjutnya dari titik P dibuat direncana bentuk body station-18
yaitu diperoleh kurva stream line PK .
Kurva stream line PK memotong garis vertikal QL pada titik R .
Langkah berikutnya harus dilaksanakan koreksi yaitu dengan
mengukur luasan PQR harus atau luasan KLR dengan memakai alat
ukur planimetri atas dapat juga dengan memakai software komputer
AutoCAD .
Sebagai contoh lain, misal merancang bentuk body station 4 (st 4) .
Dengan cara yang sama, pada garis air T dari titik O diukur kekiri
ordinat selebar B4/2 (diperoleh titik G) dan diukurkan kekiri selebar
A4/2T (diperoleh titik H) Dari titik G dibuat bentuk body station 4
yaitu diperoleh kurva stream line GK. Selanjutnya harus dilaksanakan
koreksi luasan GHI harus = luasaan IJK .
38
O Q
R = (m)
39
line yang merupakan garis perpotongan antara station dengan garis
A/2T. garis ini berfungsi sebagai koreksi terhadap bentuk base line
kapal.
Selanjutnya contoh-contoh bentuk body plan kapal lebih jelas dapat
dilihat pada gambar 5.2.
40
SHEER PLAN BODY PLAN SHEER PLAN
FP
WL 6.0 m WL 6.0 m
AP
1 19
2
WL 4.0 m 18 WL 4.0 m
3
17
4 16
WL 2.0 m WL 2.0 m
5
15 WL 1.5 m
BL 6.0 6 BL 6.0
14
87 13
12
WL 1.0 m
9-11 11-9 WL 0.5 m
Base line Base line
AP 1 2 3 4 5 6 7 8 12 13 14 15 16 17 18 19 FP
BL 6.0 m
BL 4.0 m BL 4.0 m
BL 2.0 m BL 2.0 m
BL 1.5 m
BL 1.0 m
BL 0.5 m BL 0.5 m
AP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15 16 17 18 19 FP
SENT LINE
PRINCIPAL DIMENSION
LOA : 75 m
LWL : 72 m
LPP : 70 m
B : 10.8 m
H : 7.5 m
T : 6.0 m
Vs : 13 knot
Cb : 0.629
TYPE : TANKER
Gambar 3.9 Contoh Gambar Proyeksi BL 2 pada Body Plan ke Sheer Plan dan ke Half Breadth Plan Bagian Buritan kapal
41
Tiap-tiap garis baik pada water line maupun pada buttock line
harus mempunyai bentuk yangstream line. Jika tidak, maka
harus dirubah supaya bisa stream line. Tentu saja perubahan ini
akan berpengaruh pada bagian-bagian sebelumnya, misalnya
merubah body plandan half breadth plan.
9
62
20 79
53 14 22
88
92
4 74 7 47
11 40 2
12 m - WL 19.75 12 m - WL
0.5
10 m - WL 1.5 10 m - WL
19.5
2.0
8 m - WL 8 m - WL
2.5 19.25
6 m - WL 3.0 6 m - WL
19.0
4.0
4 m - WL 18.5 4 m - WL
5.0 18.0
2 m - WL 2 m - WL
6.0 17.5
BASELINE BASELINE
42
3.2.18. Merencanakan Bentuk Linggi Haluan (Stem) dan Linggi Buritan
(Stern) Kapal.
3.2.18.1 Perancangan Bentuk Linggi Haluan
Dalam merancang bentuk linggi haluan harus mengacu
pada:
Bentuk Stream Line dari Buttock Line (B.L) yang paling
dekat dengan Linggi Haluan.
Titik potong antara garis air/ sarat maximum dengan garis
perpendicular dari F.P.
Dari 2 (dua) acuan tersebut dibuat bentuk Linggi Haluan
yang harus melewati titik potong antara garis sarat
maximum dengan garis perpendicular FP dan bentuk
kemiringannya mengikuti kemiringan Stream Line Buttock
Line (B.L) yang terdekat.
Linggi buritan
Baseline
Gambar 3.12 Bentuk Linggi Buritan
43
3.2.19. Merencanakan Bangunan Atas Kapal
Sesuai yang diatur oleh Biro Klasifikasi Indonesia(2009), Rules For
TheClassification and ConstructionSeagoing Steel Ship Volume II-
Section 13.
Tinggi bulwark=1m
Panjang Forecastle Deck= 10% x Lpp
Tinggi Forecastle Deck= 2.25 m
Panjang PoopDeck= 23% x Lpp
Tinggi PoopDeck = 2,25 m
b’ = A (m2)
1,8
h = 1,8 x b’ (m2)
b’’ = A / H (m2)
a’ = 5% x H (m2)
44
h
Gambar 3.13 Bentuk dan Ukuran Kemudi
45
BAB PERHITUNGAN
RENCANA GARIS
4
(LINES PLAN)
Rumus :
46
Dari diagram NSP dapat diperoleh data-data sebagai berikut:
(koefisien midship) = Cm = 0,98373
(koefisien blok) = Cb = 0,70313
(koefisien prismatik) = Cp = 0,71364
Prosentase luas tiap-tiap station terhadap luas midship
Letak LCB terhadap midship = ± 0,5% x Ldispl.
47
Tabel 4.1. Perhitungan Ldispl dan Letak LCB
Fungsi Fungsi
St % Luas Luas Simpson Lever
Volume Momen
(3) = (2) x
(1) (2) (4) (5) = (3) x (4) (6) (7) = (5) x (6)
Amidship
0 0,000 0,00 1 0,000 -10 0,000
1 10,500 10,85 4 43,382 -9 -390.442
2 30,250 31,25 2 62,491 -8 -499,932
3 51,250 52,94 4 211,748 -7 -1482,235
4 70,450 72,77 2 145,538 -6 -873,228
5 84,500 87,28 4 349,126 -5 -1745,629
6 92,700 95,75 2 191,503 -4 -766,011
7 97,000 100,19 4 400,772 -3 -1202,315
8 99,500 102,78 2 205,550 -2 -411,101
9 100,000 103,29 4 413,167 -1 -413,167
10 100,000 103,29 2 206,583 0 0.000
11 100,000 103,29 4 413,167 1 413,167
12 100,000 103,29 2 206,583 2 413,167
13 100,000 103,29 4 413,167 3 1239,500
14 97,500 100,71 2 201,419 4 805,675
15 91,750 94,77 4 379,080 5 1895,402
16 80,000 82,63 2 165,267 6 991,600
17 62,650 64,71 4 258,849 7 1811,942
18 38,900 40,18 2 80,361 8 642,887
19 15,000 15,49 4 61,975 9 557,775
20 0,000 0,00 1 0.000 10 0,000
Σ1 4409,727 Σ2 987,055
48
4.2.6. Menghitung letak LCB Berdasarkan Tabel 4.1
Menentukan lever (jarak) tiap-tiap station terhadap midship.
Apabila terhadap midship maka besaran lever pada midship
adalah 0 (nol), kearah belakang besaran angka nya negatif dan
keaah depan besaran angkanya positif. Lihat kolom 6 tabel 4.1.
49
4.2.8. Menggambar Curve of Sectional (CSA) yang sudah di fairkan .
Berdasarkan dari gambar CSA sebelum di fairkan, dari station 10
pada Ldisp ditarik garis yang panjangnya ½ Lwl ke bagian depan
sehingga ujung terdepan merupakan titik FP.
Demikian juga ditarik garis ½ LWL ke bagian belakang sehingga
ujung belakang merupakan titik AP. Jadi titik AP sampai FP adalah
panjang garis air atau Lwl.
Selanjutnya dilaksanakan CSA yg di fairkan pada bagian belakang
sampai titik A dan di bagian depan sampai titik FP
(Lihat gambar 3.2)
50
Tabel 4.2.Perhitungan volume displacement dan LCB pada Main Part
Station Luas Simpson Fungsi Volume Lever Fungsi momen
(1) (2) (3) (4) = (2) * (3) (5) (6) = (4) * (5)
AP 6,000 1 6,000 -10 -60,000
1 23,000 4 92,000 -9 -828,000
2 40,000 2 80,000 -8 -640,000
3 59,000 4 236,000 -7 -1652,000
4 77,000 2 154,000 -6 -924,000
5 90,500 4 362,000 -5 -1810,000
6 102,000 2 197,000 -4 -788,000
7 103,292 4 408,000 -3 -1224,000
8 103,292 2 206,000 -2 -412,000
9 103,292 4 413,168 -1 -413,168
10 103,292 2 206,584 0 0.00
11 103,292 4 413,168 1 413,168
12 102,000 2 204,000 2 408,000
13 100,000 4 400,000 3 1200,000
14 95,000 2 190,000 4 760,000
15 85,000 4 340,000 5 1700,000
16 70,000 2 140,000 6 840,000
17 51,000 4 204,000 7 1428,000
18 33,000 2 66,000 8 528,000
19 16,000 4 64,000 9 576,000
FP 0.00 1 0.00 10 0.00
Σ3 = 4381,960 Σ4 = -898,160
= (84/20) x (-898,160/4381,960)
= ( - ) 0,861 m (di belakang midship)
51
Tabel 4.3.PerhitunganVolume Displacement dan LCB Pada Cant Part
= ½ (86 – 84)
=1m
= 1/3 x 1 x 16,210
= 5,403 m3
= 6134,744 + 5,403
= 6140,147 m3
52
( LCBCP x VolCP) ( LCB MP x VolMP )
*. LCB total =
V gab
53
Dari hasil (Cpf) dimasukan dalam grafik fungsi Cpf terhadap fungsi
sudut masuk (ie) seperti terlihat pada gambar 3.4.
Untuk mendapatnya sudut masuk dari grafik fungsi Cpf ditarik garis
vertical keatas dipotongkan terhadap curve NSP selanjutnya dari titik
perpotongan tesebut ditarik horizontal kekiri memotong ordinat sudut
masuk (ie).
Dengan demikian diperoleh besarnya sudut masuk (ie) adalah 18o.
54
Tabel 4.4. Perhitungan Bidang Garis Air untuk Main Part
Station Luas A / 2t B/2 Simpson I
AP 7,000 0,500 2,70 1 2,70
1 23,000 1,643 4,25 4 17,00
2 40,000 2,857 5,20 2 10,40
3 59,000 4,214 5,80 4 23,20
4 77,000 5,500 6,40 2 12,80
5 90,500 6,464 6,90 4 27,60
6 98,520 7,037 7,20 2 14,40
7 102,000 7,286 7,38 4 29,52
8 103,000 7,357 7,40 2 14,80
9 103,292 7,378 7,50 4 30,00
10 103,292 7,378 7,50 2 15,00
11 103,292 7,378 7,50 4 30,00
12 102,000 7,286 7,35 2 14,70
13 100,000 7,143 7,25 4 29,00
14 95,000 6,786 6,90 2 13,80
15 85,000 6,071 6,50 4 26,02
16 70,000 5,000 5,90 2 11,80
17 51,000 3,643 5,30 4 21,20
18 33,000 2,357 4,29 2 8,59
19 16,000 1,143 2,14 4 8,59
FP 0.000 0.000 0.0000 1 0.00
Σ7 361,12
AWL Main Part =2x 1x 7
Lpp
3 20
= 2 x 1/3 x 361,12 x ( 84 /20)
= 1011,14m2
55
AWL Total = Awl Maint Part + Awl Cant Part
= 1011,14 + 7,67
= 1018,81 m2
Koreksi :
Awl total Awl rumus
Awl = x100%
Awl total
= ( 1018,81 – 1020,629 ) x 100%
1018,81
= 0,18 % < 0,5 % (memenuhi)
jadi :
AWL (rumus) = LWL x B x Cw
= 86 x 15 x 0,791
= 1020,629 m
56
Menentukan faktor simpson tiap-tiap station pada kolom 5 tabel
4.6 dan tabel 4.7.
Menentukan fungsi volume tiap-tiap station sebagai perkalian
antara luas tiap-tiap station dikalikan faktor simpson sepeti pada
kolom 6tabel 4.6 dan tabel 4.7.
Tabel 4.6. Ordinat ½ Lebar Bidang Garis Air untuk Main Part
57
4.2.15. Perencanaan Sheer Plan pada Kapal
Membuat garis buttock line baik pada body plan maupun pada half
breadth plan.
Dari perpotongan antara garis-garis buttock line (BL) itu dengan
garis-garis station pada Body Plan diproyeksikan ke Sheer Plan,
dengan cara menarik garis lurus (horizontal) ke samping kiri
(bagian belakang kapal) maupun ke kanan (bagian depan kapal)
pada sheer plan. Maka akan terbentuk titik-titik yang jika
dihubungkan akan terbentuk buttock line pada sheer plan. Sebagai
contoh menggambar buttock line 2 (BL 2) seperti gambar 4.2.
58
Gambar 4.2 Gambar Body Plan, Sheer Plan, dan Half Breadth Plan.
59
4.3 PERENCANAAN KEMUDI DAN PROPELLER CLEARENCE
4.3.1. Perencanaan Kemudi
Sesuai yang diatur oleh Biro Klasifikasi Indonesia (2009), Rules For The
Classification and Construction Seagoing Steel Ship Volume II-Section 13.
Luas daun dan ukuran kemudi:
b’ = A b’’ = A / H
1,8
= (10,53 /1.8)½ = 2,422 / 7.5
= 2,42 m = 0.323 m
H = 1,8 x b’ a’ = 5 % x H
= 1,8 x 2,42 = 5 % x 4,356
= 4,356 m = 0.217 m
60
4.3.2. Perhitungan Propeller dan Propeller Clearences
Menurut Schneekluth, H and Bertram, V, 1998. Ship Design for
Efficiency and Economy, Second Edition dan Det Norske Veritas.
Perhitungan propeller dan propeller clearence sebagai berikut :
61
Daftar Pustaka
Amrina, O’brien CGIA T.P, 1969. The Design of Marine Screw Propellers, Third
impression.
Barras, Bryan and Derret, Captain D.R,2006.Ship Stability For Masters and
Mates, Sixth Edition.
Biro Klasifikasi Indonesia, 2009. Rules for the Classification and Construction
Seagoing Steel Ship Volume II-Section 13.
Murtedjo, Mas, 2010. Modul Ajar Lines Plan. Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
62
Lampiran Gambar
63
64
Contoh Body Plan dan Sheerplan sesuai Cb
65
66
67
68
69
70
71
Ir.Mas Murtedjo, M.Eng. menyelesaikan
pendidikan program sarjana pada tahun 1977
dan bertugas sebagai staff pengajar sejak
tahun 1978 di FT.Perkapalan – ITS Surabaya.
Selanjutnya penulis melanjutkan studi dan
menyelesaikan pendidikan program Master of
Engineering (M.Eng) pada tahun 1982 di
Department of Naval Architecture and Offshore
Engineering,Hiroshima University, Japan.
Kemudian betugas kembali sebagai staff
pengajar pada tahun 1982 di Jurusan Teknik
KeLautan,F.T.Kelautan – ITS khususnya pada bidang keahlian Hidrodinamika Bangunan
Laut Lepas Pantai dan Perancangan Bangunan Laut .
Penulis telah menghasilkan beberapa karya ilmiah dalam jenis penelitian dan publikasi-
publikasi pada seminar-seminar dan jurnal-jurnal ilmiah nasional maupun internasional.
Karya-karya ilmiah tersebut utamanya dalam lingkup Hidro-Struktur Bangunan Laut
Terapung Khususnya topik-topik kajian: Resistance & Propulsion, analisis karakteristik
gerakan & stabilitas, efek dinamis slamming & green water, analisis tension pada mooring
system pada gelombang regular maupun irregular.
Selain sebagai staff pengajar, penulis juga pernah aktif dalam kegiatan Pengabdian
Masyarakat dalam tim pengkajian pengembangan antara lain di Bappeda tk I Jawa Timur,
Laboratoium Hidrodinamika Indonesia - Badan Penerapan & Pengembangan Teknologi (LHI
– BPPT) dan Litbang – Kemen Hankam RI.
Disamping itu sebagai Senior Expert, penulis telah menghasilkan karya-karya phisik antara
lain Perancangan/ Pembangunan : Landing Craft Utility (LCU – TNI AD), Police Patrol
Boat (Polair Mabes POLRI), Aluminum Fast Patrol Boat (PT Badak NGL), Marine Disaster
Prevention Ship (KPLP – Perhubungan Laut), Conversion of Motor Tanker (MT Niria) to
Mooring Storage Tanker, Engineering Modification of FSO Arco Ardjuna (PHE – ONWJ),
Design Verifikation of FPSO Belanak, Slipway (Armabar – TNI AL) , Galangan Kapal dan
Jetty di PT . Badak Bontang serta beberapa hasil disain dermaga / jetty lainnya.
Selama berkarir di ITS penulis telah pernah bertugas dalam beberapa jabatan antara lain
Pembantu Dekan III FT. Kelautan ITS, Sekretaris Proyek Pengembangan Perguruan Tinggi
(P2T – ITS), dan Koordinator Bidang Study Offshore Hydrodinamic - Jurusan Teknik
KeLautan FT. Kelautan ITS.
72