Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PROPULSI KAPAL MERANCANG PROPELLER

Disusun Oleh :

1. Antoni Salim (161.0313.012)

2. Verlando Hisar Ben Hardy M. (161.0313.018)

3. Rivaldy Amiyono Saputro (161.0313.035)

4. Tesalonika Deby (161.0313.027)

TEKNIK PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2018
Propeller (baling-baling) kapal

Baling-baling (propeller) adalah Alat untuk menghasilkan gaya dorong yang sekarang
paling banyak dipakai. Baling-baling diputar dengan poros yang digerakkan oleh penggerak
utama dalam Kamar Mesin.

Jenis-jenis Propeller

1. Fixed Pitch Propeller


Propeller dengan pitch tetap (fixed pitch propeller) Propeller dengan langkah tetap
(fixed pitch propeller , FPP) biasa digunakan untuk kapal besar dengan rpm relatif
rendah dan torsi yang dihasilkan tinggi, pemakaian bahan bakar lebih ekonomis, noise
atau getaran minimal, dan ka-vitasi minimal, biasanya di desain secara individual
sehingga memiliki karakteristik khusus untuk kapal tertentu akan memiliki nilai
effisiensi optimum.

Gbr. 1 Sumber : www.1.bp.blogspot.com

2. Controllable Pitch Propellers


Propeller dengan pitch yang dapat diubah (controllable pitch propellers) Propeller
dengan pitch yang dapat diubah-ubah, (controllable pitch propeller,
CPP) merupakan baling-baling kapal dengan langkah daun pro-pellernya dapat
diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan misal untuk rpm rendah biasa digu-nakan pitch
yang besar dan rpm tinggi digunakan pitch yang pendek, atau dapat digunakan untuk
mendorong kedepan dan menarik kapal mundur ke belakang, sehingga hal ini dapat
menciptakan pemakaian bahan bakar seefektif mungkin.

Gbr. 2 Sumber : www.2.bp.blogspot.com


3. Integrated Propeller & Rudder
Propeller yang berpadu dengan rudder (Integrated propeller & rudder).
Propeller yang terintegrasi dengan rudder, IPR merupakan propeller yang hubnya
dihubungkan dengan rudder, ini adalah pengembangan terbaru dari propulsi kapal.
Kondisi ini menyebabkan arus air dari propeller yang melewati rudder akan
memberikan peningkatan pengendalian dan pengaturan rudder, sehingga di peroleh
penurunan pemakaian bahan bakar. (improved steering and control, and also reduces
fuel consumption).

Gbr. 3 Sumber : www.3.bp.blogspot.com

4. Adjustable Bolted Propeller (ABP)


Adjustable Bolted Propeller (ABP) merupakan pengembangan FPP, dimana daun
baling – balingnya dapat dibuat terpisah kemudian dipasang pada boss propeller
dengan baut, sehingga dapat disetel pitchnya pada nilai optimum yang akan dicapai
(allows the most efficient blade matching for optimum efficiency while simplifying
the installation process), dengan membuat daun secara terpisah, ongkos pembuatan
dapat ditekan, termasuk pengirimannya.

Gbr. 4 Sumber : www.blogkapal.blogspot.com


5. Waterjet
Propulsi jenis ini adalah memanfaatkan fluida air untuk mendapatkan daya dorong
kapal. Propulsi jenis ini banyak digunakan untuk kapal berkecepatan tinggi, air yang
melewati impeler dipercepat dengan menggunakan pompa melewati bagian bawah
lambung kapal, selanjutnya meninggalkan kapal dari bagian buritan kapal.

Gbr. 5 Sumber : www.blogkapal.blogspot.com

Propulsi ini memiliki banyak keuntungan terhadap kerusakan serta bahaya baling-
baling khususnya untuk kapal penyelamat. Pada saat manuver, kemudi kapal dapat
diabaikan karena kapal dapat memutar hanya dengan mengarahkan outlet pada
waterjet sesuai keperluan. Propulsi waterjet juga sangat menguntungkan jika
digunakan pada perairan dangkal.

6. Contra Rotating
Contra Rotating atau dua propeller yang dipasang secara berlawanan pada satu poros
pendorong. Dengan menempatkan baling-baling kedua (belakang) satu poros
pendorong dengan baling-baling pertama (depan) hal tersebut mendapatkan sejumlah
keuntungan tambahan diantaranya adalah baling-baling kedua (belakang) dapat
memulihkan rotasi slip stream yang disebabkan oleh baling-baling pertama (depan).
Gbr. 6 Sumber : www.blogkapal.blogspot.com
7. Azimuth Thruster
Azimuth Thruster digunakan untuk mempermudah kapal dalam manuver. Umumnya
propeller ini dipasang baik secara terbuka maupun menggunakan saluran. Sudut
propeller umumnya dibuat lebih rumit dibanding poros propeller normal sehingga
propeller jenis ini lebih mahal. Keuntungan propeller jenis ini adalah jika difungsikan
sebagai propulsi penarik, baling-baling dapat dipasang didepan poros vertikal,
demikian pula sebaliknya ketika thruster difungsikan sebagai pendorong kapal, maka
akan dibelakang poros vertikal.

Gbr. 7 Sumber : www.blogkapal.blogspot.com

Pengertian Hambatan Kapal


Hambatan Kapal adalah gaya yang menahan kapal ketika melaju dengan kecepatan
dinasnya. Gaya hambat ini harus dilawan oleh gaya dorong yang dihasilkan oleh
mesin kapal agar tercapai kecepatan yang dikehendaki. Hambatan total kapal dibagi
atas beberapa komponen, antara lain yaitu :
1. Hambatan Gesek
Hambatan gesek ini terjadi karena adanya suatu volume air yang melekat pada bagian
kapal yang terbentuk pada permukaan bagian yang terendam dari badan kapal yang
sedang bergerak. Dikenal sebagai lapisan batas (Boundary Layer).
2. Hambatan Gelombang
Kapal yang bergerak dalam air akan mengalami hambatan sehingga menyebabkan
terbentuknya suatu sistem gelombang. Sistem gelombang ini terbentuk akibat
terjadinya variasi tekanan air terhadap lambung kapal pada saat kapal bergerak
dengan kecepatan tertentu. Ada tiga jenis gelombang yang biasanya akan terbentuk
pada saat kapal bergerak yaitu gelombang haluan, gelombang melintang pada sisi
lambung, dan gelombang buritan.
3. Hambatan Bentuk
Hambatan ini terjadi karena terbentuknya partikel-partikel air yang bergerak dalam
satu pusaran. Pusaran-pusaran ini terjadi antara lain karena bentuk-bentuk yang tidak
stream line, bentuk yang demikian ini terdapat dibagian belakang kapal.
4. Hambatan Udara
Hambatan ini terjadi pada badan kapal yang berada diatas permukaan air. Seperti
halnya pada badan kapal yang berada dibawah garis air, maka hambatan udara juga
terbagi dua menjadi hambatan gesek dan hambatan tentuk. Kecuali dalam cuaca buruk
maka hambatan udara yang dialami kapal hanya berkisar 2% - 4% dari hambatan
total.
5. Hambatan Tambahan
Hambatan ini terjadi karena adanya penonjolan daripada alat-alat bantu pada lambung
kapal seperti kemudi, lunas sayap, zinc anode, bentuk buritan dan lain-lain. Besarnya
hambatan ini dapat mencapai sepuluh persen dari hambatan total yang dialami.
6. Hambatan Sisa
Hambatan sisa merupakan gabungan dari hambatan gelombang, hambatan bentuk,
hambatan udara, dan juga hambatan tambahan.

Untuk menghitung hambatan pada kapal ini, ada tiga metode yang dapat digunakan
antara lain :

 Metode Harvald
 Metode Yamagata
 Metode Newman
 Metode Taylor
 Metode Remmers
 Metode Guldhammer.
 Dan lain-lain
Didalam tugas ini kami menghitung hambatan kapal menggunaka metode holtrop
dengan rincian sebagai berikut :

METODE HOLTROP

1. Hambatan total

Rtotal = Rf (1+k1) + RAPP + RW +RB + RTR + RA

Dimana :

Rf = Frictional Resistance, Acc. To.ITTC 1957 formula


(1+k1) = Form factor
RAPP = Resistance of appendages
RW = Wave making and wave breaking resistance
RB = Additional pressure resistance of bulbous bow
RTR = Additional pressure resistance of immersed transom stren
RA = model ship correlation resistance

2. Form factor

1 + k1 = c13 {0,93 + c13 +(B / LR)0,92497(0,95 – CP)-0,521448(1 - CP+ 0,0225 lcb)0,6906}

Dimana,

 Koefisien c13
C13 = 1 + 0,003 Cstren

After form Cstern


V – shaped section -10
Normal section shape 0
U – shaped section with hogner stern 10

 Koefisien c12

C12 requirement
(T/L)0,2228446 When T/L >0,05
48,2(T/L – 0,02)2,078 + 0,479948 When 0,02 < T/L <0,05
0,479948 When T/L <0,02

3. LR formula
𝐿𝑟 lcb
= 1 − Cp + 0,06 Cp x
𝐿 (4Cp − 1)

Dimana,
 Wetted area of the hull
𝐵
S = L (2T + B) √𝐶𝑚 (0,453 + 0,4425 – 0,2862Cm – 0,003467 𝑇 +
𝐴𝑏𝑡
0,3696Cwp) +2,38 𝐶𝑏
 1 + K2 value
Rudder behind skeg 1,5 – 2,0
Rudder behind stern 1,3 - 1,5
Twin – screw balance rudders 2,8
Shift brackets 3,0
Skeg 1,5 – 2,0
Strut bossing 3,0
Hull bossing 2,0
Shafts 2,0 – 4,0
Stabilizer fins 2,8
Dome 2,7
Bilge keels 1,4

Nilai 1 + K2 akhir bias ditentukan dari


∑(1 + 𝐾2 )𝑆𝐴𝑃𝑃
1 + 𝐾2 =
∑ 𝑆𝐴𝑃𝑃
 CF value Acc.To.ITTC – 1957 formula
0,075
𝐶𝑓 =
(log 𝑅𝑛 − 2)2

4. Wave Resistance

R 𝑤 = c1 c2 c3 ∇ 𝑝𝑔 exp{m1 𝐹𝑛𝑑 + m2 cos(ℷ𝐹𝑛−2 )}

Dimana,
 Koefisien c1
𝑇
c1= 2223105 𝑐73,78613(𝐵)1,07961 (90 – iE)-1,37565
 Koefisien c7
c7 requirement
3 When B / L < 0,11
0,229577 (√B/ L)
B/L When 0,11 < B / L < 0,25
0,5 – 0,0625 L / B When B / L > 0,25

 IE value
IE = 1 + 89 exp
𝐿 𝐿 ∇
{- 𝐵 0,80856 (1 -CWP)0,30484 (1 –CP – 0,0225lcb)0,6367 ( 𝐵𝑅)0,34574 (100𝐿3 )0,16302}

 Koefisien c3
𝐴1,5
C3 = 0,56 {𝐵𝑇(0,31√𝐴 𝐵𝑇+𝑇
𝐵𝑇 𝐹 − ℎ𝐵 )}

HB = position of the center of the transverse area Agr above the keel line
TF = forward draught of the ship
 Koefisien C5
𝐴
C5 1 – 0,8 𝐵𝑇𝐶𝑇
𝑀
 ℷ value
ℷ Requirement
1,446 CP – 0,03 L/B When L/B < 12
1,446 CP – 0,36 When L/B > 12

 M1 value
1
𝐿 ∇3 𝐵
M1 = 0,0140407 𝑇 – 1,75254 – 4,79323 𝐿 –c16
𝐿
 Koefisien C16
C16 Requirement
8,07981 Cp – 13,8673 Cp2 + 6,984388 When Cp < 0,80
Cp3
1,73014 – 0,7067 Cp When Cp > 0,80

 M2 value
M2 = c15 Cp2 exp (-0,1 Fn-2)

 Koefisien C15
C15 Requirement
-1,69385 For L3 / ∇ < 512
1
−8,0
(𝐿/∇3 ) For 512 < L3 / ∇ < 1727
-1,69385 + 2,36
0,0 For L3 / ∇ > 1727

5. Additional resistance of the bow


𝑝𝑔
RB = 0,11 exp (-3PB-2) Fni3ABT1,5 (1+𝐹2 )
𝑛𝑖
Dimana,
Measure for the emergence of the bow
√𝐴𝐵𝑇
PB = 0,56 (𝑇
𝑓 −1,5 ℎ𝐵 )

6. Additional resistance of immersed transom stern


RRT = 0,5 pv2 AT c6
Dimana,
 Koefisien c6
c6 Requirement
0,2(1 – 0,2 FnT) When FnT < 5
0 When FnT ≥ 5

 FnT value
𝑣
FnT = 2𝑔𝐴
√(𝐵+𝐵 𝐶𝑇
𝑊𝑃

7. Model ship correlation resistance


RA = 0,5 pv2 S CA
Dimana,
 Koefisien CA
𝐿
CA = 0,006 (L + 100)-0,16 – 0,00205 + (-0,003 √7,5 CB4 c2 (0,04 – c4)

 Koefisien c4
c4 Requirement
Tf /L Whent Tf /L ≤ 0,04
0,04 Whent Tf /L > 0,04

Tahap selanjutnya jika kita sudah mendapatkan nilai dari hambatan total (Rtotal)
maka kita sudah bisa merancang propulsi kapalnya. Dibawah ini adalah perhitungan propulsi
kapal :

PERHITUNGAN DESIGN PROPULSI


1. Diameter Propeller
D = 0,7 * T

2. Putaran Propeller
V tip = π * D * n / 60

3. Wake Factor
W = (0,5 * Cb) – 0,05

4. Advance Of Speed
Va = (1-W) * Vs

5. Thrust Deduction Factor


t = (0,77 * Cp) – 0,3

6. Gaya Dorong (Thrust)


T = (Rtot/(1-t)) * Zp
Zp = Jumlah Propeller

7. Jumlah Daun Propeller


Jumlah daun propeller ditentukan oleh nilai Kd dan Kn, dengan ketentuan sebagai
berikut : 1. Bila Kd ˃ 2 atau
2. bila Kn ˃ 1
Maka daun propeller berjumlah 3. Tetapi bila kedua nilai tersebut lebih kecil dari
ketentuan, maka daun propeller berjumlah 4.


Kd  D.v a .
T

8. Diameter Optimum, Pitch ratio, Efisiensi propeller


Untuk menentukan baling-baling dengan menggunakan diameter optimum ini,
digunakan metode perhitungan yang memanfaatkan Bp-  diagram. Dimana Bp
adalah koefisien propeller dan  adalah edvanced koefisien.
Koefisien Bp dapat dihitung dengan persamaan :

Tenaga Gerak Poros (Nw) ;


V 3 x2/3
Nw 
Ca
Ca = (0,95 x LPP) + 197

1
xNwx75 x9,807
Pd  DxVa
2 xxxVa

Anda mungkin juga menyukai