Anda di halaman 1dari 7

1.

Perawatan Lambung Kapal Baja yang mengalami deformasi pada tanktop

1. Posisi kapal sudah bersandar di pelabuhan, sehingga tidak perlu masuk dock, tetapi kargo terlebih
dahulu dipindahkan, dan jika proses reparasi kapal mengganggu aktivitas bongkar muat, maka kapal
perlu dipindahkan ke tempat yang dibutuhkan. Dilakukan floating repair
2. Pembersihan pelat yang akan direparasi.
3. Penandaan gading2 normal dari ap sampai fp, diketahui dengan diketok, dan penandaan dengan cat
putih, agar terbaca dari gading brp sampai brp, dibantu dengan shell expansion
4. Setelah proses pembersihan, dilanjutkan dengan pemeriksaan kondisi pelat yang mengalami
deformasi.
5. Kemudian, dilakukan pengukuran lendutan dengan cara menarik benang pada daerah deformasi
yang terdalam kemudian diukur lendutannya. Jika lendutannya > ⅓ dari ketebalan pelat atau > 20 %
jarak gading atau perbandingan besar dan panjangnya lenturan > (1:20) maka sesuai ketentuan
class dilakukan tindakan perawatan penggantian/croping dengan ukuran minimal 30 x 30 cm dimana
replating pelat berbentk elips tidak boleh berada tepat di gading, harus sebelum/sesudah gading
dengan jarak antara 10 s/d 15 cm untuk proses pengelasan sesuai gambar.
frames frames

deformasi(lendutan)
panjang replating
10~15 cm

L replating pelat baja kapal


berbentuk elips

Gambar 10. Perawatan deformasi pelat lambung

6. Dengan memperhatikan luas areal pelat yang akan diganti, kemudian hasil pengukuran direcord dan
dicantumkan pada gambar bukaan kulit.
7. Kemudian dilakukan pemotongan pelat yang diperlukan. Jika daerah disekitar ketebalan yang
berkurang 20 % masih tebal maka luasan yang akan direplating dapat disesuaikan dengan
memperhatikan pemotongan pelat tidak boleh tepat pada gading (frame).
8. Setelah dilakukan pemotongan pelat, lakukan pembersihan terhadap bekas las-lasan yang
menempel pada gading/wrang kemudian proses marking dan cuting pelat baru yang rencana
akan dipasang, sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar 11
Gambar 11. Penggantian pelat lambung kapal
(replating)

9. Jika pelat yang diganti ketebalannya > antara 8 s/d 10 mm maka sekeliling sambungan pelat
diverseng satu sisi bagian luar), jika > antara 11 s/d 13 mm diverseng dua sisi (bagian luar dan
dalam) hal ini dimaksud agar kampuh las akan terisi secara baik untuk kekuatan sambungan las.
10. Berikutnya adalah penyetelan/pemasangan pelat baru dengan cantuman las (las titik-titik)
sampai sekeliling pelat terpasang dengan baik dan sempurna
11. Kemudian dilanjutkan dengan pengelasan sempurna pada bagian luar dan dalam sambil
memperhatikan ukuran lebar (10-12) mm dan tinggi kampuh las (4-4,5) mm sesuai ketentuan
badan klasifikasi. Jika pada daerah las-lasn terjadi under cut maka harus diperbaiki dengan
cara digojing menggunakan kawat las dan pengelasan ulang karena las-lasan yang terdapat
under cut dapat menimbulkan konsentrasi tegangan yang dapat menyebabkan keretakan
kampus las.
12. Pengujian sambungan las yakni dengan cara sambungan las bagian luar dioles kapur putih
dan bagian dalam dioles minyak solar.
13. Jika pada bagian luar terlihat kapur berubah berwarna kecoklatan menunjukan terdapat
keretakan las sehingga las-lasannya harus diperbaiki dengan cara daerah kapur berwarna
coklat digojing menggunakan kawat las dan lakukan pengelasan ulang. Hal ini dilakukan
sampai seluruh sambungan las dinyatakan aman terhadap keretakan.
14. Setelah proses reparasi kapal selesai, dilanjutkan dengan pengecatan. Dengan pengecatan 2 x
AC dan 1 x cat finishing disesuaikan warna cat sebelumnya.

2. Perawatan lambun kapal berbahan fiberglass

1. Kapal terlebih dahulu naik dock. Salah satu caranya adalah dengan diangkat menggunakan crane.
Terlebih dahulu menyusun blok dudukan kapal, dengan tinggi blok diperkirakan 1 m, dan ditumpuk.
Penyusunan blok menyesuaikan kondisi dan desain kapal yang akan menjalani perawatan. Setelah
blok tersusun maka kapal akan didudukkan dengan menggunakan crane.
2. Kemudian, dilakukan pembersihan lambung kapal dibawah garis air terhadap tiram laut dan
tumbuh-tumbuhan laut (fouling organisme) yang tubuh dan berkembang pada badan kapal. Tiram
laut dan tumbuhan laut dilepaskan dengan tenaga manusia menggunakan peralatan sekrap,
kemudian pencucian lambung dengan air tawar untuk menghilangkan kadar garam yang
melekat pada pelat zona lambung.
3. Setelah pencucian selesai, maka dilakukan pengeringan terlebih dahulu. Untuk mempercepat
pengeringan, digunakan lampu sorot 500-600 watt, sejumlah 4 buah atau lebih (disesuaikan dengan
ukuran kapal), dibawah badan kapal atau mengelilingi badan kapal.
4. Setelah kering, dilanjutkan dengan pemeriksaan secara visual terhadap pitting defect sebagai akibat
menempelnya tiram laut pada badan kapal, sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar 19.

Gambar 19. Pitting defect pada zona lambung


kapal fiber glass
5. Kemudian, dilakukan pengukuran kelembaban pelat zona lambung dengan alat electrophysics
(skipper) dengan metode pengukuran sistem melingkar, jarak memanjang (500-600) mm dan tinggi
(300-400) mm, sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar. Namun dalam hal tertentu dapat
disesuaikan dengan kondisi luas permukaan zona lambung bawah garis air. Hasil pengukuran
di record dalam format pengukuran.

No Value (%) H2O Remarks


A PS PB Syarat minimum ± 14 % H2O Visual Serat Fiberglass
1
2
3
4
B
1
2
3
4
C
1
2
3
4

6. Ambang batas pngukuran kelembaban (kandungan air) pada serat penguat fiber glass adalah
14%H2O.
7. Jika hasil pengukuran < ambang batas pengukuran maka pitting defect di dempul. Kemudian bagian
permukaan digrinding/dihalus kan mesin gurinda dan gelcoat painting.
8. Apabila hasil pengukuran kelembaban > ambang batas pengukuran maka dilakukan tindakan
treatmen, dalam hal ini perawatan perbaikan (croping) atau penggantian pelat. (CROPING ATAU
PENGGANTIAN PELAT)
9. Laminasi perawatan cropping, jumlah layer serat fiberglass disesuaikan dengan bangunan
kapal lama sehingga permukaan zona lambung maupun bottom menjadi rata,
digrinding/haluskan permukaan serat kemuadian gelcoat painting. Berikut adallah tata cara
mencropping :
a. digerinda kedalam 1/3 bagian pada bagian lambung luar yang akan diperbaiki,
membentuk sudut, dan dibentuk seperti puzzle, kemudian lakukan cor
b. setelah dicor, lakukan proses gerinda kembali, sekeliling, cropping kembali 3 -5mm,
c. kemudian laminasi menggunakan resin epoxy, dan ditutup
d. untuk sambungan tersebut jangan tegak lurus, tetapi miring
10. Laminasi perawatan penggantian pelat, prosesnya sama dengan perawatan cropping, namun
sebelum gelcoat painting bagian permukaan sambungan pelat di cropping keliling sedalam 2 mm
dan lebar 100 mm kemudian laminasi serat fiberglass sehingga permukaan menjadi rata dan
dihaluskan dengan grinding machine. Hal ini dengan PERTIMBANGAN EKONOMIS DALAM
PERAWATAN CROPING ATAU PENGGANTIAN PELAT ZONA LAMBUNG BGA , MENGINGAT
HARGA RESIN EPOXY LEBIH MAHAL DARI RESIN POLYESTER. SEDANGKAN AREAL LAINNYA
DILAMINASI DENGAN RESIN POLYESTER UNTUK MEMPERTAHANKAN KEKUATAN KONSTRUKSI
11. Proses laminasi dilakukan seperti biasa, contohnya: mirror bagian yang akan dilaminasi,
kemudian gelcoat, dilanjutkan peletakan mat, dempul, kemudian gelcoat kembali dan
seterusnya hingga selesai. Laminasi serat fiberglass selain menggunakan kuas roll bulu atau
kuas tangan untuk meratakan media resin, agar digunakan kuas roll baja untuk menekan
laminasi serat guna menghindari air trap. Dapat juga menggunakan spray gun untuk
menyemprot gel coat.
12. Setelah proses perawatan selesai, maka dilanjutkan dengan pengecatan kapal. Pengecatan
mengikuti standar yang telah ditetapkan.

3. Perawatan dan Reparasi Kapal Kandas

1. Terhadap kapal yang kandas, diusahakan untuk dilakukan proses evakuasi kapal khususnya
penumpang terlebih dahulu. Kemudian dilakukan proses pemeriksaan kapal terutama bagian
bottom kapal, untuk melihat kondisi kerusakan kapal, dan membuat perencanaan evakuasi atau
pemindahan kapal yang aman. Selanjutnya, pihak-pihak terkait seperti kepala pelabuhan dan Duty
Pilot harus mengetahui ketinggian pasang surut air laut pada lokasi perairan dimana kapal kandas
dan mencari kemungkinan kapal kandas tersebut dapat dievakuasi.
2. Untuk menghindari kebocoran kapal atau yang sudah bocor tetapi agar tidak meluas dan lebih
merugikan, dilakukan pemaksimalan sekat kedap air sesegera mungkin, dengan cara menutup
saluran yang dapat dilalui air pada bagian kapal yang kandas. Mengaktifkan peralatan darurat yang
terdapat pada kapal, contohnya mesin darurat bila mesin mati, menghidupkan pompa darurat, dan
lain sebagainya.
3. Bila kapal tidak dapat diapungkan kembali atau kondisi kerusakannya sedemikian rupa sehingga
kapal tidak dapat dikompilasi dengan aman dan dipindahkan ke perairan terbuka yang lebih dalam,
maka Harbour Master memutuskan situasi tersebut dan menentukan pelayanan apa yang
dibutuhkan oleh kapal tersebut. Termasuk keputusan penggunaan kapal tunda untuk menahan
kapal dan kapal kerja lainnya untuk memindahkan personil dan peralatan kapal yang mengalami ke
kapal lain.
4. Jika kapal kandas pada dermaga dan kapal terkunci, maka peralatan kemudi kapal dan kondisi
baling-baling harus diperiksa dengan hati-hati.
5. Bila terdapat pasang surut air laut yang cukup dan kondisi kapal memungkinkan kapal dapat
diapungkan kembali maka kapal sesegera mungkin dipindahkan ke posisi lain untuk engker
(anchorage) sampai proses pemeriksaan kapal oleh inspector atau surveyor class terhadap potensi
kondisi kerusakan kapal dapat dilakukan. Jika kondisi kapal aman maka kapal dapat dipindahkan ke
tempat lain untuk engker sampai dengan pemeriksaan terhadap kondisi kapal bisa dilakukan. Dapat
juga segera dipindahkan langsung menuju dok reparasi kapal terdekat.
6. Pada tempat yang aman dan bukan berada di dok reparasi atau berada di pelabuhan terdekat,
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan untuk melihat kerusakan yang terjadi, dan rencana
perbaikan kapal sementara untuk dapat dipindahkan menuju dok reparasi kapal sesuai yang
terdekat.
a. Kemungkinan kerusakan yang terjadi adalah lambung kapal bagian bawah (bottom) yang
rusak.
b. Setelah dilakukan pemeriksaan, proses reparasi sementara dilakukan dengan menambal
atau menutup plat yang mengalami kerusakan dengan las bawah air.
c. Bila kapal dapat melanjutkan pemindahan ke dok reparasi terdekat, maka kapal tersebut
langsung di dok.
7. Kapal dilakukan proses pengedokan.
8. Proses perawatan kapal dilakukan seperti pembersihan terlebih dahulu, tank cleaning, penyekrapan,
dan pengeringan.
9. Kemudian, dilanjutkan pemeriksaan kapal secara visual terutama bagian kapal yang kandas.
10. Dilakukan pengukuran dan marking atau penandaan gading-gading kapal dengan cat putih untuk
mengetahui posisi gading dari kapal tersebut dan mencocokkan dengan shell expansion.
11. Kemungkinan kerusakan kapal yang terjadi yaitu kerusakan lambung kapal. Proses reparasinya
adalah sebagai berikut:
a. Penandaan bagian-bagian yang akan dilakukan replating, jika ada kerusakan pada gading,
maka gading tersebut juga akan dilakukan pemotongan dan penyambungan kembali.
b. Pengelasan plat kapal dilakukan oleh tenaga ahli dengan memperhatikan rencana reparasi
kapal dibantu shell expansion kapal, linesplan, GA dan profile plan kapal.
c. Setelah selesai dilakukan pengelasan, dilakukan pengahalusan badan kapal dan pemeriksaan
kembali terhadap perbaikan plat yang sudah dilakukan.
d. Tahap terakhir adalah proses pengecatan kapal, dan pemeriksaan mesin-mesin kapal.
12. Jika kemungkinan kerusakan kapal yang terjadi yaitu kemudi dan tongkat kemudi kapal. Proses
reparasinya adalah sebagai berikut:
a. Melepaskan dop yang terpasang dibagian bawah dan atas daun kemudi untuk membuang
minyak/solar bekas yang diisi dalam rongga daun kemudi untuk menghindari karosi pada
terhadap konstruksi bagian dalam daun kemudi.
b. Melepaskan daun kemudi dengan membuka baut-baut presisi pada flange yang
dihubungkan dengan tongkat kemudi (rudder stock) kemudian diturunkan ke lantai dock
dengan menggunakan tackel.
c. Menurunkan tongkat kemudi dari kedudukannya (yang sudah diawali dengan dilepaskan
baut-baut presisi flage,diturunkan ke lantai dock dengan menggunakan takel, kemudian
dengan menggunakan mobil crane tongkat kemudi dibawa ke bengkel dan dinaikan di atas
mesin bubut.
d. Jika dapat dilakukan perbaikan, maka dilakukan reparasi pada bagian-bagian yang
diperlukan.
e. Jika tidak dapat dilakukan perbaikan, maka diganti dengan baru.
f. tongkat kemudi di bawa kembali ke lantai dock kemudian dipasang pada kedudukan semula
dengan pemasangan kembali baut-baut presisi pada flange yang merupakan kopel antara
tongkat dan daun kemudi.
g. Pasang kembali dop bagian bawah daun kemudi, kemudian pengisian kembali minyak bekas
kedalam daun kemudi dilanjut dengan penutupuan dop bagian atas kemudi.
h. Penyemenan dop bagian bawah dan atas dauun kemdi dan baut-baut presisi.
i. Pemasangan daun kemudi pada kedudukannya setelah pemasangan tongkat kemudi.
13. Jika kemungkinan kerusakan kapal yang terjadi yaitu propeller kapal. Proses reparasinya adalah
sebagai berikut:
Propeller kapal:
a. Ujung daun propeller yang mengalami sompel, dilas dengan menggunakan kawat las bronze
sampai terbentuk ujung daun propeller, kemudian di grinding/pada permukaan las yang
kasar dan disesuaikan dengan ketebalan daun.
b. Ujung daun propeller yang bengkok, dipanaskan menggunakan blander potong sambil
diketok dengan palu sampai permukaan daun menjadi rata
c. Jika tidak dapat dilakukan perbaikan, maka propeller kapal diganti dengan yang baru.
d. Setelah proses selesai, propeller dibawa kembali ke dock dan selanjutnya dipasang kembali
pada kedudukannya semula.

As Propeller kapal:

a. Pengukuran clereance antara as propeller dengan bantalan di bagian belakang daerah


buritan kapal pada posisi bagian atas dan kiri/kanan.
b. Jika kerusakan yang terjadi tidak dapat diperbaiki, maka diganti dengan yang baru.
c. Melepaskan baut-baut kopel flanes antara as propeller dengan intermediate shaft di daerah
kamar mesin kemudian membuka riemers packing as propeller pada bantalan bagian depan
dalam kamar mesin.
d. Melepaskan daun kemudi dari kedudukannya, kemudian as propeller ditarik keluar pada
daerah buritan kapal dan diletakan di atas lantai dok.
e. As propeller diangkat menggunakan mobil crane dan dibawa ke bengkel mekanik, kemudian
dibersihkan dan dilanjut dengan pemeriksaan permukaan secara visual terhadap
kerusakan/keretakan.
f. Proses rekondisi atau penggantian as propeller baru.
g. As propeller ke atas mesin bubut untuk pemeriksaan kelurusan untuk pengecekan puntiran
yang kemungkinan dapat terjadi.
h. As propeller di bawa kembali ke lantai dock kemudian dipasang pada kedudukan semula.
14. Setelah proses reparasi selesai, maka kapal dapat beroperasi secara normal kembali.

Anda mungkin juga menyukai