Anda di halaman 1dari 12

BAB XV

KULIT KAPAL (SHELL PLATING)

A. KEGUNAAN

Kunt kapal berguna untuk mmbuat kapal kedap air dari samping dan dari
bawah". Ka-rena kulit kapal dipasang secara membujur, maka kulit kapal juga
bergiina untuk memper-kuat konstruksi kapal agar sanggup menahan tegangan-
tegangan membujur kapal, baik yang berasal dari luar seperti angin, ombak, arus
dll., maupun yang berasal dari dalam seperti muatan-muatan. Pemasangan kulit
kapal umumnya secara membujur (muka belakang). Kulit kapal terbuat dari baja
yang cukup kuat mengingat fungsinya.

Susunan pelat-pelat kulit kapal yang dipasang secara membujur dari muka
kebelakang dan mengelilingi lambung disebut lajur (strake). Lajur-lajur kulit
kapal biasanya diberi na-ma sesuai dengan tempat dan fungsinya, yang
dihubungkan satu sama lain dengan cara keling maupun cara las.
Nama-nama lajur kulit kapal.
1. lunas datar (horizontal keel)
2. lajur pengapit lunas (garboard strake)
3. lajur alas (bottom shell plating)
4. lajur samping (bilge strake)
5. lajur boottopping
6. lajur bingkai (sheer strage)
7. pagar (bulwark)

Lunas datar merupakan lajur lunas bagian bawah yang terbentang muka
belakang sepanjang badan kapal. Lajur pengapit lunas terdapat di kiri-kanan lajur
lunas datar, yang langsung berhubungan dengan lunas datar, sekaligus
memperkuat lunas datar.

Lajur-lajur dasar/alas adalah lajur-lajur pada bagian bawah badan kapal


yang berfungsi untuk membuat kapal kedap air dari bawah dan menahan
tegangan-tegangan membujur yang timbul. Lajur samping ialah lajur yang terletak
pada bagian samping badan kapal. Lajur Boottopping ialah lajur-lajur yang
terletak antara sarat maksimum dan sarat minimum kapal itu. Lajur boottopping
paling banyak mengalami keausan sehubungan dengan karat kapal. Hal ini
disebabkan karena lajur-lajur tersebut kadang-kadang berada di bawah permukaan
air dan kadang-kadang diatas air, sehingga proses perkaratan baja paling sering
terjadi pada bagian ini sebagai akibat dari oksidasi maupun galvanisasi.

Lajur bingkai ialah lajur pertama yang terletak di bawah geladak atas dan
dibawah pa-gar. Lajur ini merupakan tempat dimana balok geladak, pelat geladak
atau lajur luar geladak (deck stringer) dan gading-gading bertemu, sekaligus
merupakan suatu perpaduan da-lam membagi beban geladak kebagian-bagian lain
di bawah dan disekitarnya.

B. PEMBERIAN NQMOR DAN TANDA PADA KULIT KAPAL

Sebagaimana halnya dengan gading-gading dan pelat geladak, pelat kulit


kapal (lajur) perlu diberi nomor dan tanda. Pemberian tanda pada kulit kapal
dimulai dari pelat pengapit lunas (garboard strake) yaitu pelat lajur sepanjang kiri-
kanan lunas datar sebagai lajur A. Lajur-lajur lainnya ditandai dari bawah ke atas
pada tiap-tiap sisi secara alphabetis, A, B, C, dst. kecuali I. Pemberian nomor pada
lajur, diberi secara berurutan dari belakang kedepan atau dari depan kebelakang.
Pemberian tanda dan nomor pada lajur gunanya ialah agar kita dapat mengetahui
lokasi dari pelat dalam kaitannya dengan pemeriksaan atau perbaikan karena
kerusakan, sobek, maupun survey sehubungan dengan penggantian pelat tersebut.
Pemberian tanda dan nomor lajur selalu dikaitkan dengan gading-gading ditempat
tersebut, untuk memberi kepasti-an pada bagian mana pelat yang dimaksud
berada. Mis. pelat F kiri 6. - 100 - 118, artinya pelat F dilambung kiri, nomor 6
diantara gading-gading no. 110 s/d 118.
C. CARA-CARA PENYAMBUNGAN PELAT KULIT KAPAL

Agar supaya kapal itu kuat dan kokoh, maka berbagai bagian didalam
badan kapal di-sambungkan satu dengan yang lain secara baik dan semestinya.
Kekuatan dari sambungan atau hubungan itu harus sejauh yang dapat
dilaksanakan, sama dengan kekuatan dari ma-sing-masing bagian yang
disambung. Bentuk dari sambungan-sambungan yang akan diba-has disini adalah
bentuk yang memang lazim dipakai di dalam bangunan kapal. Di dalam
sambungan-sambungan kulit kapal secara keling kita mengenal beberapa istilah
seperti:
– Kampuh (seams = edge laps) yaitu sambungan antara kedua pelat secara
membujur dimana ujung yang satu menindih ujung pelat yang lain sepanjang
sisi panjangnya.
– Dampit (butt = end laps) yaitu sambungan antara kedua pelat secara melintang
atau tegak di mana ujung yang satu menindih ujung pelat yang lain sepanjang
sisi melebar-nya.

Namun sambungan secara las, ujung-ujung pelat tidak saling menindih.

Di dalam penerapan dan kenyataannya baik kampuh maupun dampit dapat


dilakukan dengan cara keling atau las. Terlepas dari apakah dikeling atau dilas,
sambungan pelat kulit kapal ini sesuai fungsinya harus:
– Kedap air dan kedap minyak
– Sanggup menahan tekanan-tekanan dari luar maupun dari dalam.

Untuk itu kulit kapal baja perlu diperkuat dengan gading-gading, balok
geladak, pelat siku dan bagian konstruksi lainnya yang saling mengikat dan
terpadu. Bahkan pada bagian-bagi-an tertentu pada kulit kapal perlu diberikan
perkuatan ekstra seperti pemasangan gading-gading besar (gading sarang = web
frame), atau pelat yang digunakan lebih tebal dibanding-kan dengan pelat-pelat
lainnya. Bagian kulit kapal yang dipertebal itu antara lain terdapat pada:
– Lajur bingkai (sheer strakes) dan lajur samping (bilge strakes)
– Tempat-tempat yang memerlukan daya tahan yang besar terhadap tekanan
yang kuat seperti disekitar lubang-lubang pembuangan.
– Dibagian tengah panjang kapal dikedua lambung pada jarak kurang lebih 0,2
panjanfc kapal dimuka dan dibelakang bidang simetri.
– Disekitar lubang-lubang jendela pintu-pintu atau bukaan-bukaan dilambung,
ulup jang-kar dan lain sebagainya.

D. METOPE-METOPE PENYAMBUNGAN LAJUR

Walaupun cara keling sudah jarang dipakai namun cara ini masih tetap
ada. Cara modern yang biasanya dipakai dalam penyambungan lajur dengan cara
kelingan ialah dengan penekukan ujung pelat Goggled plate) atau dengan
penekukan gading-gading (joggled framing). Penekukan pelat tidak membutuhkan
pelapis/pengisian dibawahnya, dengan de-mikian lebih murah dan lebih ringan.
Hanya saja membutuhkan alat khusus untuk mene-kuk pelat tersebut, sebab kalau
pelat mengalami kerusakan atau keretakan, sulit untuk memperbaikinya. Pada
penekukan gading-gading lebih ringan dan lebih murah, juga mudah merasapinya.
Andaikata di dalam pemasangan kulit kapal cara ini yang akan dipakai, ma-ka
bagian dampitnya dikeling terlebih dahulu lalu menyusul bagian kampuhnya agar
sam-bungan tersebut bisa serasi.

Pada sambungan pelat dengan cara las, permukaan kulit kapal akan lebih
licin dan hams dan terjadi pengurangan bobot sebesar 10-2Qpersen. Pada
sambungan yang dilas, jika kapal mendapat tekanan akibat adanya hogging
maupun sagging, kemungkinan pelat akan menjadi retak lebih besar dibandingkan
dengan jika penyambungan dengan cara keling. Biasanya keretakan semacam itu
akan terjadi jika ada lubang di atas lajur bingkai. Namun untuk itu para pembuat
kapal telah memperhitungkan hal itu dengan cara memberi lapisan pelat ganda
disekeliling lubang tersebut. Jika mungkin dilaksanakan, janganlah melas bagian
lainnya kesekitar lubang tadi.

Pada pemasangan kulit kapal penyambungan lajur-lajumya dilakukan dengan


metode/ cara atau campuran dari metode-metode berikut ini.
1. Metode luar dan dalam (in dan out)
a. dengan gading-gading ditekuk (in & out plating-joggled frame)
b. dengan pelat ditekuk Goggled plating-straight frame)
c. dengan pelat pengisian (in & out plating with liners and straight frame)

2. Metode tepi (clinker). Umumnya dapat dilaksanakan dengan gading-gading


tidak dite-kuk (lurus) atau dengan gading-gading ditekuk. (clinker plating -
joggled beam).

3. Metode rata (flush). Umumnya pada sistim ini digunakan cara las dimana baik
pelat maupun gading:gadingnya rata.
E. Ketentuan peraturan Kapal-kapal 1935 Bab. II pasal 6 9 dan 10 mengenai kulit
kapal fdok kering, pintu-pintu dermaga, pintu-pintu muat dan pintu-pintu batu
bara, lobang-lobang masuk dan lobang-lobang buang di kulit kapal).

Pasal 6.

(1) Setiap .kapal paling sedikit sekali dalam 12 bulan naik dok kering agar
seluruh bagian alas dan lunas serta linggi linggi dapat diperiksa dengan
sempurna.
(2) Direktur Jenderal Perhubungan Laut -dan pengawas keselamatan Pelayaran
(syahban-dar) dapat memberikan dispensasi dari apa yang disebutkan di atas
termasuk kapal penumpang kayu, kecuali kapal penumpang yang digerakkan
dengan tenaga mesin.
(3) Setiap kali kapal naik dok, dirombak atau diperbaiki sehingga mempengaruhi
kesem-purnaan, lambung timbul, stabilitas atau perbaikari-perbaikan pada
alat-alat mesinnya, harus memberi tahukan kepada syahbandar di tempat
dimana kapal tersebut naik dok. Di luaf negeri kepada pejabat Indonesia yang
ditunjuk untuk pemeriksaan di tempat .yang bersangkutan.

Pasal 9.

(1) Konstruksi pintu-pintu dermaga, pintu-pintu muat dan pintu-pintu batu bara
harus baik dan dapat ditutup dan dikunci dengan baik pula.
(2) Pintu-pintu muat dan pintu batu bara yang letaknya sebagian atau seluruhnya
di ba-wah garis air maksimum, hanya boleh dipasang atas ijin Dirjenla.
(3) Lobang-lobang dalam dari tiap tabung buang untuk abu, kotoran, dan lain-
lain harus dilengkapi dengan penutup yang baik. Jika letaknya di bawah garis
batas benam, maka penutupnya harus kedap air dan dilengkapi dengan katup
yang baik di dalam tabung dan dipasang di tempat yang mudah dicapai di atas
garis air.

Pasal 10.
(1) Tiap kapal harus dilengkapi dengan lobang-lobang bilas dalam jumlah dan
ukuran yang cukup untuk membuang air secara cepat yang mengalir di atas
geladak.
(2) Pipa-pipa pembuang dari lobang bilas, wc-wc, tempat-tempat cuci harus
dibuat sede-mikian rupa sehingga susunannya baik dan dilindungi dengan
baik pula. Pada kapal-kapal baja, perlindungan di tempat-tempat
penyimpanan bahan bakar tidak boleh dibuat dari kayu.
(3) Lobang-lobang di kulit kapal jumlahnya seminimal mungkin (lobang
pembuangan, lobang saniter, lobang air pendingin dan lain sebagainya).
(4) Pipa-pipa pembuang yang lobang buangannya terletak lebih rendah dari 0.75
m di atas garis muat maksimum, kalau bagian bawahnya melengkung dan
lobang keluarnya terletak di bawah garis muat, pipa tersebut harus terbuat
dari baja, tembaga, besi atau logam lain dengan daya tahan yang kuat.
(5) Pipa-pipa dalam ruang mesin dan ruang ketel yang lobang buangannya keluar
pada atau di bawah garis muat maksimum, harus dilengkapi dengan sebuah
penutup atau keran yang terletak di dekat kulit kapal. Penutup atau keran ini
harus dapat dilihat dan dipasang sedemikian rupa sehingga mudah dilayani
tanpa terlebih dahulu meng-angkat pelat lantai. Keran ini harus dapat ditutup
dengan mudah dan ketinggian tersebut memungkinkan air tidak cepat masuk.
Kedudukan penutup dan keran tersebut dapat dilihat dari merkah-merkah.
Kunci-kuncinya hanya dapat dilepaskan jika penutup atau keran dalam
keadaan tertutup.
(6) Lobang-lobang yang lebih besar di kulit kapal untuk memasukkan air laut,
harus dilengkapi dengan kisi-kisi.

F. Pelat pelat khusus (special plates).

Di antara seluruh kulit kapal terdapat beberapa pelat khusus.

Kekhususan pelat-pelat ini disebabkan karena sifat pemasangan dan letak dari
pelat itu sen-diri, antara lain:
1. Pelat buntu (stealer plate).
Karena bentuk haluan dan buritan yang mengecil ke arah depan dan ke arah
belakang, maka lebar pelat lambung harus berkurang pada bagian-bagian
tersebut. Untuk men-jaga agar pelat tersebut tidak terllau kecil pada kedua
ujung, biasanya dua pelat dari lajur-lajur bersebelahan dijadikan satu lajur.
Pelat dari lajur yang menjadi satu ini di-sebut pelat buntu.
Dari gambar terlihat B4 adalah pelat buntu (stealer plate) dan nama pelat-
pelat dalam lajur ini diambil dari lajur terbawah (B).

2. Shoe plate ialah pelat yang dipakai untuk menghubungkan batang linggi
depan dengan pelat datar lunas.

3. Coffin plate ialah pelat yang dipakai untuk menghubungkan gading-gading di


buritan dengan pelat datar lunas.

4. Boss plate ialah pelat yang berbentuk cembung yang dipasang di atas linggi
baling-baling.

5. Oxter plate ialah pelat lengkung yang dipasang pada pertemuan linggi baling-
baling dengan bagian yang menggantung dari buritan.
PERTANYAAN – PERTANYAAN

1. Apa kegunaan kulit kapal itu? Apa yang dimaksud dengan lajur kulit kapal?

2. Sebutkan nama lajur lajur kulit kapal dan tunjukkan dengan gambar scdcrhana
untuk memperjelas jawaban anda!

3. Bagaimana cara pemberian nomor dan tanda pada kulit kapal.

4. Apa yang dimaksud dengan kampuh dan dampit itu? Tunjukkan dengan gambar
sederhana untuk membedakan keduanya.

5. Bagian-bagian manakah dari kulit kapal yang perlu dipertebal? Terangkan mengapa
demikian.

6. Metode-metode apakah yang sering digunakan untuk penyambungan kulit


kapal/lajur, terangkan seperlunya dengan disertai gambar penjelas.

7. Bagaimana ketentuan Peraturan Kapal mengenai kulit kapal, pintu-pintu muat di


lambung serta lobang-lobang pembuangan di kulit kapal.

8. Apakah yang dimaksud dengan pelat-pelat khusus dan sebutkan nama-nama dan
letaknya.

Anda mungkin juga menyukai