i
ii
iii
iv
RINGKASAN
NRP : 0114040020
Kapal Angkut Tank adalah salah satu kapal perang Indonesia (KRI)
diamana kapal tersebut berfungsi untuk menjaga keamanan wilayah atau negara
melalui jalur laut baik saat berlayar maupun melakukan pertempuran. Kapal
angkut tank selain digunakan untuk mengangkut tank leopard antar pulau juga
dilengkapi dengan persenjataan yang memadai untuk melindungi dari serangan
lawan dan harus memiliki kecepatan yang tinggi. Dimana penelitian tugas akhir
ini, akan membahas seberapa besar kekutan pondasi dan deck haluan akibat
meriam saat ditembakkan oleh meriam OtoMelara Twin 40L70 dengan kaliber 40
mm, sehingga dapat diketahui sejauh mana kapal tersebut dapat dioperasikan pada
saat kapal melakukan serangan atau tidak. Metode pengerjaan yang dilakukan
adalah analisa pada pondasi senjata dan deck haluan. Penyelesaian tugas akhir
menggunakan software berbasis Finite Element. Diharapkan hasil tugas akhir
dapat memberikan kontribusi pada pihak galangan, mahasiswa dan pembaca
mengenai kekuatan pondasi terhadap senjata pada kapal untuk mengoptimalkan
tingkat serangan pada musuh dengan beberapa aspek yang perlu diperhatikan
pondasi senjata dan deck haluan, dan jenis senjatanya.
v
vi
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................ i
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iii
Ringkasan ......................................................................................................... v
Daftar Isi........................................................................................................... vii
Daftar Gambar ................................................................................................. ix
BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 2
1.5 Batasan Masalah ...................................................................................... 3
BAB II Tinjauan Pustaka ................................................................................. 4
2.1 Senjata Meriam ........................................................................................ 4
2.1.1 Pengenalan Meriam .............................................................................. 4
2.1.2 Meriam Modern .................................................................................... 5
2.1.3 Meriam Otomatis .................................................................................. 7
2.2 Meriam OtoMelara Twin 40L70 ............................................................. 8
2.3 Material Konstruksi & Perhitungan ......................................................... 9
2.4 Hukum III Newton ................................................................................... 11
2.5 Tegangan .................................................................................................. 12
2.6 Regangan ................................................................................................. 13
2.6.1 Regangan Normal ................................................................................ 13
2.6.2 Regangan Geser .................................................................................... 13
2.7 Jenis – jenis Pembebanan ........................................................................ 14
2.8 Pembebanan Meriam ............................................................................... 15
BAB III Metodologi Penelitian ........................................................................ 17
3.1 Study Literatur ......................................................................................... 18
3.2 General Arrangement & Spesifikasi Senjata ........................................... 18
3.3 Input Data Konstruksi .............................................................................. 18
3.4 Analisa Data ............................................................................................. 18
vii
3.5 Kriteria ..................................................................................................... 19
3.6 Kesimpulan .............................................................................................. 19
Daftar Pustaka .................................................................................................. 20
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
kekayaan alam dan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
2
3. Bagi Industri
- Dapat membantu pihak galangan menganalisa dan menemukan
hasil perhitungan dari pondasi senjata agar kapal yang dibuat bisa
dioperasikan secara optimal.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Didalam islam terdapat jenis meriam genggam (bahasa arab “midfa”)
dimana meriam tersebut pertama kali digunakan di kota Mesir untuk
menangkal serangan dari pertempuran Ain Jalut tahun 1206 dan terjadi
kembali di tahun 1304. Ada 4 jenis campuran bubuk yang umumnya
digunakan sebagai bahan amunisi meriam diantaranya adalah dengan daya
ledak yang terbilang tinggi (74% potasium nitrat, 11% sulfur, 15% karbon)
serupa dengan bubuk mesiu modern (75% potasium nitrat, 10% sulfur,
15% karbon). Campuran tersebut memiliki daya ledak atau kekuatan lebih
besar dibandingkan dengan bubuk mesiu buatan dari Tiongkok maupun
Eropa. Campuran komposisi dari bubuk mesiu digunakan pertama kali
pada pertempuran Ain Jalut dengan menggunakan tombak api dan meriam
genggam. Agama islam telah mengembangkan jenis meriam otomatis,
yang khusus dirancang untuk membunuh infanteri. Meriam tersebut
ditemukan pertama kali oleh Fathulloh Shirazi pada abad ke-16.
5
pertengahan tahun 1500-an, kerajaan di Eropa mulai mengklarifikasikan
jenis – jenis meriam. Hal ini untuk tidak membingungkan bagi
penggunanya. Henry II dan Perancis menggunakan enam jenis ukuran
meriam. Akan tetapi di kerajaan lain memiliki jenis yang lebih banyak.
Seperti kerajaan Spanyol 12 jenis ukuran, dan kerajaan inggris 16 ukuran.
Pada era ini dimana bubuk mesiu yang dijadikan sebagai amunisi mampu
dikembangkan menjadi lebih baik. Sebelumnya, bubuk mesiu dihaluskan
menjadi butiran kecil, namun kemudian digantikan dengan butiran yang
lebih besar seukuran biji jagung. Bubuk yang lebih kasar memiliki udara
diantara butiran – butirannya, yang mampu membuat api lebih cepat
menyebar.
Diakhir tahun 1500-an, terdapat teknologi baru yang mulai
dikembangkan untuk membuat meriam sehingga meriam tersebut lebih
mudah untuk digerakkan. Trunnion atau disebut kereta meriam disebut
sering digunakan, apalagi setelah ditemukannya limber membuat
transportasi artileri lebih mudah. Kemudian munculah artileri medan, yang
pertamakali digunakan dengan meriam yang ukurannya lebih besar dan
biasa digunakan pada saat pengepungan. Perlahan perkembangan dari
bubuk mesiu, peluru meriam, dan adanya standarisasi membuat meriam
ringan bisa jadi sangat mematikan. Dalam The Art of War Niccolo
Machiavelli mengungkapkan bahwa “arquebus dan artileri kecil berbahaya
dibandingkan dengan artileri berat.” Pengamatannya terrealisasikan pada
pertemuan Floden Field tahun 1513, saat meriam medan inggris
mengalahkan artileri pengepungan skotlandia, dengan menembak dua
hingga tiga kali lebih cepat. Meriam besar inggris membutuhkan 23 kuda
dan 9 culverin untuk menarik meriam tersebut. Meskipun ditarik dengan
kuda akan tetapi kecepatan sama dengan manusia berjalan kaki.
6
Gambar 2.2 Jenis Meriam Tsar Cannon
Sumber : ( Chokov, Abad 15)
2.1.3 Meriam Otomatis
Meriam otomatis merupakan meriam yang mempunyai sistem kerja
utnuk menembak ke arah lawan secara otomatis, seperti senapan mesin.
Meriam tersebut memiliki mekanisme secara otomatis pada saat pengisian
amunisi. Sehingga dapat menembak dengan jarak yang lebih jauh dan
lebih cepat daripada artileri. Pada umumnya kaliber meriam otomatis lebih
besar daripada senapan mesin. Pada perang dunia II umumnya
menggunakan yang berkaliber 20 mm.
Terdapat beberapa negara yang mengunakan meriam otomatis pada
kendaraan lapis baja ringan untuk menggantikan jenis meriam berat, kuat,
dan lambat, yaitu meriam tank. Salah satu contohnya adalah meriam rantai
“Bushmaster” dengan kaliber 25 mm dipakai pada kendaraan tempur
infanteri LAV-25 dan M2 Bradley. Meriam otomatis tidak hanya
digunakan di kapal perang saja melainkan pesawat tempur. Meriam udara
pertama kali dipakai pada saat perang dunia ke II, namun taip pesawat
hanya membawa satu sampai dua meriam, karena beratnya yang lebih
berat dari senapan mesin. Dengan berkembanganya zaman kini hampir
semua pesawat tempur modern menggunakan jenis meriam otomatis.
Untuk meriam otomatis terbesar, berat, dan kuat digunakan oleh militer
Amerika Serikat dengan tipe Gatling GAU-8/A Avenger, yang besarnya
hanya dikalahkan oleh meriam artileri udara khusus yang dipakai pada
peswat tempur AC-130.
7
Gambar 2.3 Meriam Otomatis GAU-8/A Avenger
Sumber : ( GAU-8/a Avenger meriam )
8
Gambar 2.5 Meriam Oto Melara Twin 40L70
Sumber : ( Katalog Meriam)
9
Pada umumnya konstruksi lambung kapal yang menggunakan baja (steel)
adalah baja yang bertipe mild steel yang mengandung 0,15 – 0,25% carbon,
dan memiliki kandungan magnense yang tinggi. Selain itu didalam mild steel
terdapat kandungan lain seperti sulphur dan phosphorus memiliki kandungan
minimum (< 0,05 %). Dengan tingginya kandungan yang dimiliki oleh
keduanya yang terdapat pada mild steel, maka akan berakibatkan kerusakan
pada welding propertis dari baja, dan akan timbul crack pada proses rolling
apabila terindikasi kandungan sulphur yang tinggi. Baja yang digunakan oleh
kapal secara umum diproduksi berdasarkan hasil inspeksi dan pengujian
sebulum baja tersebut dikirim dan digunakan. Serta material – material
tersebut harus memiliki sertifikat atau ditandai dengan logo / lembaga
klasifikasi material.
Setiap lembaga klasifikasi kapal memiliki kriteria dari berbagai macam
spesifikasi baja. Pada tahun 1959 sebuah lembaga membuat suatu
kesepakatan untuk menimalkan grade dari baja. Sehingga pada saat ini ada 5
macam grade, dimana dari tiap grade mempunyai kualitas dari baja tersebut
serta memenuhi standart dari IACS (International Classification of Society)
yaitu grade A, B, C, D, dan E. Grade A merupakan mild steel yang sesuai dan
rekomendasikan oleh Lloyd Register umumnya digunakan untuk ship
building. Untuk grade B mempunyai tingkat kualitas yang lebih baik daripada
grade A dan memiliki tingkat ketebalan plat yang lebih dan bisa digunakan
pada tempat – tempat yang dianggap kritis (tempat yang terjadi pembebanan).
Sedangkan untuk grade C, D, dan E memiliki karakteristik notchtough yang
tinggi dimana grade C biasa direkomendasikan oleh ABS (American Bereau
of Shipping). Lloyd Register memiliki karakteristik untuk baja grade A, B, C,
D, dan E di chapter 3 Lloyd Rules for the Manufacture Testing and
Certification of Material.
Berdasarkan Rules Class yang telah ditetapkan oleh pihak TNI –AL.
Bahwa dalam perancangan kapal bangunan baru salah satunya adalah dengan
menetapkan jenis material yang akan digunakan pada kapal angkut tank. Pada
kapal angkut tank nantinya menggunakan pelat mild steel yang di sertifikasi
10
oleh BKI. Di dalam menentukan tebal pelat yang telah ditetapkan berdasarkan
Rules BKI For The Classification And Construction Of Seagoing Steel Ships,
Rules Vol II for Hull dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
Untuk kapal dengan L dibawah 200 m
tmin = [4,5 + 0,05L] √𝑘 (mm)
pengurangan ketebalan maksimum (tk) pada permukaan pelat yang luas &
merata dan pada web profile:
untuk t ≤ 11,5 mm: tk = 1,5 mm
untuk t > 11,5 mm: tk = 0,9 t + 0,45 mm
Dimana: t = Tebal pelat hasil perhitungan sesuai Rules BKI Vol II
k = Faktor material
L = Panjang kapal
FA = - FB
Dimana:
Fa : merupakan gaya yang diberikan oleh benda A
Fb : merupakan gaya yang diberikan oleh benda B
Tanda negatif menjalaskan arah gaya dari benda. Hal ini menunjukan
bahwa gaya aksi dan gaya reaksi menunjukan berlawanan arah. Sebagai
contoh seseorang memukul sebuah dinding, maka hasil yang didapatkan
adalah rasa sakit. Hal ini dikarenakan sebuah dinding memberikan gaya
11
yang sama besar dengan pukulan orang tersebut sehingga dinding tersebut
tidak dapat berpindah tempat.
2.5 Tegangan
Tegangan merupakan intensitas gaya dalam pada elemen struktur sebagai
reaksi terjadinya deformasi yang timbul akibat bekerjanya beban luar, pada
umumnya intensitas gaya ini berarah miring pada bidang potongan.
(Popov, 1984). Dalam praktek keteknikan intensitas gaya tersebut
diuraikan menjadi tegak lurus dan sejajar dengan irisan yang sedang
dianalisis. Penguraian intensitas gaya ini dapat dilihat pada Gambar 2.7,
sehingga menghasilkan tegangan normal dan geser.
∆𝐹
σ = lim
𝛥𝐴→0 ∆𝐴
12
2.6 Regangan
Deformasi yang terjadi pada elemen batang yang menerima beban
luar tergantung pada ukuran awal penampang, sehingga lebih tepat jika
dinyatakan dalam bentuk regangan yang merupakan nilai banding perubahan
dimensi per satuan ukuran terhadap dimensi awalnya, regangan dapat
juga didefinisikan sebagai ekspresi non-dimensional dari deformasi.
ΔL
ε=
𝐿𝑂
13
Gambar Error! No text of specified style in document..9 Regangan Geser
Sumber : Popov, 1994
14
2. Beban terbagi merata
Disebut sebagai beban terbagai merata karena beban yang dibagikan
pada specimen tersebar merata di sepanjang batang specimen
dinyatakan dalam qm (kg/m atau KN/m).
15
Berdasarkan dari ilustrasi gambar diatas tentang pembebanan meriam,
dapat diartikan bahwa gaya F1 adalah suatu gaya yang bekerja pada partikel
1, dalam hal ini adalah pressure meriam dari caliber 40. Sedangkan untuk
gaya F2 adalah suatu gaya yang berasal dari hentakan partikel 1 atau bisa
dikatakan hentakan antara pressure dan peluru meriam berkaliber 40 mm.
Pada ilustrasi yang diberikan pada gambar diatas, maka besar F1 bisa
didapatkan melalui persamaan berikut,
F1 = P x A
Dimana:
F1 : Gaya meriam (N)
P : Pressure meriam (Pa)
A : Luas permukaan silinder meriam (cm²)
Sedangkan untuk mencari besar gaya F2 bisa menggunakan persamaan,
F1 + mg sinα – F2 = ma atau
F1 + mg (sinα - µk cosα) = ma
Dimana:
F1 : Gaya meriam (N)
F2 : Gaya balik meriam (N)
m : Massa peluru (kg)
g : Percepatan grafitasi (m/s²)
a : Percepatan (m/s²)
µk : Gaya gesek
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Study Literatur
General
Arranggemnet &
Spesifikasi Senjata
Input Data
Kontruksi
Analisa Data
Berhasil
Kesimpulan
Selesai
17
3.1 Study Literatur
Pada tahap ini hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa adalah mencari
sumber referensi dari sebuah permasalahan serta dilengkapi dengan solusinya
dan keduanya dapat diimplementasikan pada tugas akhir ini, sehingga dapat
merencanakan suatu hal untuk memecahkan permaslahan tersebut. Didalam
tahap study literatur dapat dilakukan dengan mencari paper atau jurnal yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan dipecahkan, bisa juga digunakan
untuk mencari atau mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berasal
dari buku, internet, maupun dengan diskusi atau wawancara.
3.2 General Arrangemen & Spesifikasi Senjata
Untuk tahap ini hal yang perlu dilakukan mencari data kapal, berupa
gambar general arrangement dan spesifikasi senjata dan data – data yang
terkait lainnya. Untuk data kapal yang secara umum adalah ukuran utama
kapal seperti L, B, H, T, Cb dan dilengkapi dengan gambar – gambarnya,
sedangkan untuk senjata adalah data spesifikasi dari senjata tersebut.
3.3 Input Data Konstruksi
Untuk tahap penginputan data terhadap software, hasil layout dari kapal
AT-117 M untuk diinput pada software yang berbasis finite element untuk
mengetahui hasil analisa deformation dan stress pada konstruksi pondasi
senjata tersebut.
3.4 Analisa Data
Berdasarkan hasil dari penginputan data diatas yang telah dilakukan
maka diperoleh data yang dibutuhkan untuk dilakukan analisa terhadap
pondasi senjata, sudut atau posisi pada saat senjata menembak, efek dari
kekuatan meriam pada saat senjata menembak di kapal AT-117 M. Dari
percobaan tersebut dapat diketahui seberapa effisien pondasi senjata pada
deck kapal dan sudut manakah yang mempunyai deformation yang lebih
besar.
18
3.5 Kriteria
Pada tahap kriteria ini adalah dimana untuk memastikan atau memeriksa
hasil dari tahapan analisa data tersebut, apakah hasil dari analisanya telah
memenuhi kriteria yang dibutuhkan. Dari tahapan validasi jika telah
memenuhi, maka bisa dilakukan pengmabilan kesimpulan.
3.6 Kesimpulan
Kesimpulan diperoleh dari hasil analisa layout pondasi senjata yang di
input di software dan data outputnya yang di analisa sehingga menghasilkan
analisa yang diinginkan untuk mengetahui deformation dan stress pada kapal
AT-117 M.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sumarsono, Joko 2009. Fisika I kelas 10. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional
Biro Klasifikasi Indonesia. 2017. Rules For The Classification And Construction
Of Seagoing Steel Ships, Volume II Rules For Hull, Jakarta.
20