Item to be concern :
HOT WORKING di area tangki dan sekelilingnya diselesaikan terlebih dahulu, untuk
meminimalkan adanya COATING DEFECT AFTER APPLICATION
Remain Hot Working
• Welding draft mark pada lambung Kapal serta marking
lainnya (tank name, tug area, serta hull marking lainnya)
yang berhubungan langsung dengan tangki ballast/APT
/FPT serta pemasangan bilge keel di lambung Kapal.
• Welding outfitting di dalam ballast tank, misal : Vertical
ladder, pipe support, zinc anode, sounding pipe,
doubling plate, bottom plug, echo sounder dan
speedlog
• Welding outfitting di area main deck, misal : bollard,
sounding pipe, railing, accommodation ladder, pondasi
hose handling crane.
Scaffolding Erection & Arrangement
• Kebersihan, akses, jumlah, ketinggian dan jarak dari
scaffolding ke permukaan pelat yang akan aplikasi
PSPC harus diperhatikan.
• Bahan galvanis, mudah di bongkar pasang &
dibersihkan.
• Jarak dengan dinding 15 – 30 cm, interval ketinggian
2 m.
• Dilaksanakan safety inspection sebelum
dipergunakan.
Fresh water cleaning & drying untuk
semua tangki ballast
• PSPC mensyaratkan pengujian tingkat kandungan
garam pada permukaan pelat yang akan di-coating.
• Pencucian dengan air tawar ini dapat dilakukan
dengan cara :
- spray atau semprot dengan nozzle
- dengan mengisi penuh tangki sekaligus dilakukan
pengujian “strength test atau Hidrostatic test”
sesuai regulasi dari Class guna menguji tingkat
kekedapan welding antar tangki serta kekuatan/
deformasi dari tangki tersebut.
Fresh water cleaning & drying
untuk semua tangki ballast
• Air tawar yang digunakan harus memiliki pH balance
=7
• Dilaksanakan bertahap sesuai schedule shipyard
maupun debit air tawar yang digunakan.
• Dilaksanakan juga solvent cleaning SSPC SP1, untuk
membersihkan minyak, grease atau kontaminan
lainnya.
• Pengeringan dilakukan dengan membuka bottom
plug + penyemprotan compress air/ dilap majun
untuk mempercepat pengeringannya.
Sweep Blasting
• Dijadikan alternatif untuk shipyard yang memiliki
fasilitas memadai guna mempersingkat waktu
inspeksi.
• Sweep Blasting, guna mempercepat waktu untuk
pembersihan di tangki ballast untuk memudahkan
proses inspeksi kondisi final welding dan konstruksi
before Full Blasting.
Steel condition inspection
• Cek kondisi final welding defect & konstruksi sebelum
dilakukan tahap final Surface preparation
• Free sharp edges, digerinda dengan radius 2 mm atau
Three Pass Grinding (# 3G), untuk menghilangkan
sudut tajam profil konstruksi serta welding spatters.
• Pembersihan permukaan pelat dapat dilakukan dengan
menggunakan Hand Tool, SSPC‐SP2 (misal: amplas,
sikat besi, chipping hammer) atau power tooling, SSPC–
SP3 (misal: mesin gerinda, needle gunning, wire brush
bertenaga udara tekan/ compress air).
• Pada tahap ini jika ditemukan hot working‐repair
welding (minor defects) harus segera diselesaikan.
List outstanding pekerjaan dan masalah yang harus diselesaikan
setelah dilakukan inspeksi “Steel Condition”
steel work preparation, masih ditemukan beberapa comment
seperti : welding spatter yang harus dibersihkan menggunakan
scraper, edges harus masih di‐rounded 2 mm atau minimal
3‐pass grinding
Final Surface Preparation –Full Blasting Sa 2 ½
Setelah semua bagian tangki ballast di full blasting dan di-vacuum untuk membersihkan
permukaan dari sisa abrasive dan debu blasting maka beberapa pengujian seperti yang
disebutkan sebelumnya wajib dilaksanakan dan harus memenuhi semua kriteria yang
ditentukan oleh IMO‐PSPC. Apabila ada salah satu dari pengujian mengalami kegagalan
maka wajib dilakukan kembali tahapan surface preparation diatas sampai pengujian
dinyatakan berhasil.
Dari foto diatas tampak dilakukan metode perbandingan dengan alat comparator
khusus langsung dengan permukaan pelat after blasting.
Replica Tape test dapat juga dilakukan untuk pengujian ini.
Uji Kebersihan Permukaan dari debu (Dust Assessment Level)
Selanjutnya dilakukan pengujian kebersihan debu (dust assessment), dimana sesuai
aturan PSPC, dust katagori 1, secara visual inspection permukaan pelat after blasting
harus bebas dari partikel debu sesuai dengan ISO 8502‐3:1993. Metode pengujian
dilaksanakan dengan menggunakan pressure-sensitive tape .
Uji Kandungan Kadar Garam (Salt Test Contamination) Water soluble salt Limit
Uji selanjutnya adalah pengujian Kadar garam pada permukaan Pelat (Salt Content test),
menggunakan metode “Bresle Patch” sesuai rekomendasi IMO‐ PSPC. Diatur bahwa kadar
garam maksimal pada permukaan pelat setelah dilakukan full blasting adalah 50 mg/m2 (
NaCl max 50 mg/m2). Dan pengujian ini dilaksanakan secara random di tangki ballast
sesuai rekomendasi PSPC menggunakan Standar ISO 8502‐9:1998.
Salt Content Test dapat dilakukan selesai full blasting pada kondisi permukaan sebelum
dibersihkan dengan Vacuum serta kondisi setelah dilakukan Vacuum dan thoroughly
clean up sebagai pembanding data.
Dalam pengujian diatas, digunakan faktor konversi 4x, yang artinya dari hasil sampling air
(10 ml) yang diuji pada “bresle patch”, nilai selisih angka salt test (micro‐siemens)
dikalikan 4, akan setara dengan satuan unit mg/m2 (milligram per meter persegi).
Contoh :
Air murni = 10 ml ; faktor konversi = 4x
Hasil test I = 1 mS/m2 (mikro‐siemens/meter persegi)
Hasil test II = 26.6 mS/m2
Maka: (26,6 – 1 ) x 4 = 100,24 mg/m2 (tidak lulus, melebihi 50 mg/m2)
Dari hasil pengujian ini maka dikeluarkan rekomendasi untuk dilakukan pembersihan
kembali permukaan dan dilakukan pengujian ulang sampai memenuhi persyaratan
Dari hasil diatas, terjadi perbedaan hasil pengujian yang sangat significant, sbb. : Kondisi
(kanan) : After Full Blasting Sa 2 ½ , uji salt test dilakukan namun belum dilanjutkan dgn
“thoroughly dust cleaning” atau dibersihkan dgn vacuum cleaner, hasil yang diperoleh
adalah kadar garam Na Cl, melebihi ambang batas, yaitu 100,24 mg/m2 ( max 50
mg/m2) Kondisi (kiri) : After Full Blasting Sa 2 ½ , uji salt test dilakukan setelah
melakukan tahap “Thoroughly dust cleaning by vacuum cleaner & dust colector”, serta
equipment Dehumidifier (penjaga kelembaban udara tetap dibawah 85%) dalam kondisi
running, diperoleh hasil kadar garam sebesar : 21,6 mg/m2 (dibawah ambang batas
max.50 mg/m2).
Jika pada pengujian akhir tetap terjadi hasil Salt test melebihi ambang batas lebih dari 5
spot pengujian di areal tangki yang sama, maka tangki tersebut wajib dilakukan kembali
pencucian dengan Air tawar, kemudian dikeringkan serta di‐sweep blasting kembali.
Selanjutnya tetap dilakukan salt content test kembali sampai memenuhi standar
tersebut diatas. Kadar garam ini sangat diatur dalam IMO‐PSPC karena apabila melebihi
ambang batas maka kemungkinan besar terjadi “Coating Failure” yang salah satu
diantaranya yaitu terjadi “osmotic‐blistering”, permukaan pelat setelah di cat akan
mengalami cacat seperti “melepuh” dan gelembung kecil dalam jumlah yang banyak,
sehingga target PSPC yaitu proteksi coating selama 15 tahun tidak akan tercapai.
Kondisi kadar garam yang tinggi akan lebih tinggi resikonya apabila Shipyard berada di
dekat laut karena lingkungan salinitas yang tinggi dimiliki secara alami (ISO 12944
Classification Of Environments pada table 1. Corrosivity Of Environments masuk dalam
katagori C 5M Very High Marine, dengan tingkat korosifitas 650-1500 g/m2 per tahun
dan diperlukan DFT 320 m multi coat system). Untuk itu bagi para Coating Inspector
yang bertugas dan kebetulan di shipyard yang dekat dengan laut wajib untuk selalu
mengontrol semua uji lingkungan sesuai rekomendasi IMO‐PSPC
ISO 12944 Classification Of Environments table 1. Corrosivity Of Environments
Sebagai tambahan informasi, guna memastikan semua kondisi kadar
garam setelah blasting tetap dalam kondisi yang diijinkan perlu
kiranya dilakukan assessment terhadap jenis abrasive yang akan
digunakan (steel grit, steel shoot, copper slag). Untuk kondisi yang
dianjurkan (rekomendasi), kandungan kadar garam pada abrasive
tidak melebihi 30mS/m (microSiemens/meter) atau setara dengan 300
mS/cm. hal ini diatur dalam standar ISO 11127‐6:1993. Informasi
kandungan garam dalam abrasive ini bisa diperoleh dalam sertifikat
abrasive.
Dalam aplikasi coating IMO‐PSPC ini, harus dipastikan produk cat yang digunakan
telah memiliki TAC (Type Approval Certificate) dari pihak klasifikasi (IACS member)
yang digunakan dalam klas notasi Kapal dan cat diproduksi berdasarkan Statement
Of Compliance (SOC) yang dilaksanakan oleh RIME (Research Institute of Marine
Engineering, Jepang) atau MARINTEK (Marine Technology Research Institute,
Norwegia). Adapun beberapa catatan penting yang harus diperhatikan sesuai
regulasi IMO‐PSPC terkait dengan tahap aplikasi ini adalah sbb :
Pengukuran DFT yang dilakukan yaitu pada area tertentu (namun tidak
terbatas) sbb.:
Paling kurang 1 pengukuran per 5m² pada permukaan yang datar
Paling kurang 1 pengukuran pada setiap jarak 2 – 3 meter dan pada jarak
15mm dari ujung batas tangki
Bagian penguat memanjang dan melintang serta bagian penopang utama/L
ongitudinal and transverse stiffener members and Main Supporting Members
Pengukuran dilaksanakan sesuai dengan gambar (IMO‐PSPC) ‐ pada standar
dengan interval 2 – 3 meter dan tidak kurang dari 3 set antara bagian penopang
utama, dimana satu set pada masing‐masing ujung dan satu set lainnya pada
bagian tengah‐tengah
Disekeliling bukaan, satu set untuk tiap sisi
5 kali pengukuran per m² tetapi tidak kurang dari 3 pengukuran pada area yang
rumit seperti siku penguat/ brackets dari bagian utama
Tambahan pengukuran sebagaimana disarankan oleh coating advisor.
Dan untuk diingat kembali, untuk Coating Inspector Leader IMO‐PSPC harus
telah memiliki sertifikat NACE level 2 atau FROSIO III dengan pengalaman
minimum 2 tahun untuk bidang yang sama. Untuk standar pelaksanaan
selanjutnya dapat pula mengacu pada dokumen Tripartite Agreement Coating
Aplication on WBT as per IMO‐PSPC, yang mana sebelum aplikasi dokumen ini
sudah ditandatangani bersama oleh Pihak Owner Kapal, Paint maker dan
Shipyard yang kemudian direview oleh Class sebagai salah satu kelengkapan
dari CTF (Coating Technical File).
Faktor faktor pendukung lainnya:
Ventilasi
Ventilasi yang mencukupi untuk aplikasi, pengeringan/ drying dan curing serta proses
lanjutan setelah aplikasi sesuai dengan rekomendasi coating manufacturer
Pengujian coating
Uji merusak/ Destructive testing harus dihindari
DFT harus diperiksa setelah setiap lapis yang diaplikasikan dan tebal akhir DFT setelah
coating selesai diaplikasikan
Perbaikan/ Repair
Setiap kerusakan seperti, pin holes, bubbles, voids dsb., ditandai dan kemudian
diperbaiki sesuai coating manufacturer rekomendasi
Seluruh pekerjaan perbaikan harus dicatat dan diperiksa ulang serta didokumentasikan
Dan apabila semua persyaratan diatas memenuhi, maka dilanjutkan pada tahap
Aplikasi layer coating berikutnya sesuai dengan painting scheme yang telah disepakati.
Cover Tripartite Agreement for Application Pengesahan Coating Inspector IMO‐PSPC dari
IMO‐PSPC, yang ditandatangani oleh Owner‐ pihak Owner‐Paint Maker & Shipyard, dan
Paint maker & Shipyard penunjukan Coating Inspector Leader
Sertifikat Coating Inspector (NACE Level 2 atau Type Approval Certificate (TAC) yang telah
FROSIO III), dan memiliki minimal 2 tahun di‐approve Class untuk jenis produk cat yang
pengalaman di bidang yang sama akan digunakan dalam IMO‐PSPC
Sertifikat dari maker‐Abrasive
(copper slag), untuk kandungan
salt content
Abrasive : Copper Slag ;
Dengan salt content = 24 mS/m
(memenuhi standard)
Sesuai rekomendasi, ISO
11127‐6:1993 maksimal
kandungan salt content 30
mS/m
Corrosion never sleep
so beware with
CORROSION
TERIMA KASIH