Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN


1.1.1 Jalur Pantura
Kemacetan dan kondisi jalan di pantura dari dahulu adalah sangat amat
mudah rusak yang akhirnya mengganggu arus transportasi, baik barang dan
penumpang. Sehingga para pemakai jalan hanya menghabiskan waktu di
jalanan karena macet. Tidak hanya itu, kondisi jalan yang rusak membuat tak
sedikit korban jiwa dan luka akibat rusaknya jalan yang dilalui.
Jalan utama di Pulau Jawa yang lebih dikenal dengan nama Jalur Pantura
(Jalur Pantai Utara) merupakan jalur dengan signifikansi yang sangat tinggi
dan menjadi urat nadi pertama transpow rtasi darat di Indonesia. Jalan ini
melewati lima provinsi dengan panjang mencapai 1.316 km yang
menghubungkan pesisir pantai utara Jawa, mulai dari Banten, Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
Keberadaan jalur Pantura menjadikan wilayah tersebut sebagai jalur utama
dalam proses distribusi barang dan sebagai salah satu lintas utama koridor
perekonomian nasional yang berperan besar dalam mendorong industri
barang dan jasa nasional.
Pergerakan arus barang melalui jalur Pantura khususnya koridor Jakarta-
Surabaya sangat padat dengan angkutan barang jenis umum (general cargo)
atau paket. Meski jalur darat koridor Jakarta-Surabaya sudah dapat dilayani
moda kereta api namun dari segi kuantitas pengiriman barang ekspedisi
masih didominasi angkutan truk.
Pemilihan pengiriman barang ekspedisi menggunakan moda truk banyak
dipilih oleh perusahaan jasa pengiriman ekspedisi karena tidak terikat oleh
waktu mengingat pengiriman barang dapat dilakukan kapan saja, dengan
demikian angkutan truk menjadi pilihan utama untuk pengiriman barang
melalui jalur Pantura sehingga volume terus meningkat tiap tahunnya.
Besarnya volume pengguanaan truk untuk angkutan barang di jalur Pantura
menyebabkan tingginya beban jalan di sepanjang jalur Pantura. Kondisi ini
pada akhirnya menimbulkan kerusakan jalan, kemacetan, serta dampak lain
seperti meningkatnya polusi udara, efisiensi penggunaan BBM,
bertambahnya biaya pemeliharaan dan perawatan jalan, serta meningkatnya
risiko kecelakaan lalu lintas.
Konsekuensi dari dampak tersebut adalah biaya yang tinggi pada transportasi
khususnya distribusian barang. Oleh karena itu, diperlukan sinergi dan
integrasi antarmoda transportasi agar tercipta konektivitas untuk menekan
biaya tinggi transportasi.
1.1.2 Tol Trans Jawa
Selain jalur Jalan Pantura, kini masyarakat mendapatkan pilihan jalur untuk
melakukan perjalanan untuk angkutan penumpang maupun barang dengan
menggunakan jalur tol trans jawa. Jalan tol merupakan infrastruktur strategis
yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas lapangan
kerja, menumbuhkan potensi-potensi ekonomi baru, memperlancar lalu
lintas barang dan jasa, meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan
keadilan serta meringankan beban dana Pemerintah melalui partisipasi
pengguna jalan.
Pengalaman telah menunjukkan bahwa peningkatan infrastruktur
memberikan efek yang berlipat bagi pembangunan terkait dengan
peningkatan aktivitas ekonomi yang juga berdampak pada terciptanya
lapangan kerja dan kesempatan bisnis. Selain dapat memberi manfaat bagi
perkembangan wilayah & peningkatan ekonomi, pembangunan jalan tol akan
meningkatkan mobilitas dan aksesibilitas orang dan barang, penghematan
biaya operasi kendaraan (BOK) dan penghematan waktu dibanding apabila
melewati jalan non tol, serta mendapatkan pengembalian investasi bagi
Badan Usaha melalui pendapatan tol.
1.1.3 Angkutan Penyeberangan Coastal Ferry/Long Distance Ferry(LDF)
Oleh karena itu untuk mengurangi beban jalan raya di sepanjang jalur pantai
utara Pulau Jawa (Pantura), Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,
Kementerian Perhubungan, meresmikan pelayaran perdana angkutan
penyeberangan jarak jauh (Long Distance Ferry/LDF) lintas Jakarta-Surabaya.
Angkutan penyeberangan dipilih karena memiliki beberapa kelebihan yaitu
moda angkutan penyeberangan berpadu dengan moda angkutan jalan dan
kereta api dengan penanganan barang/muatan lebih sederhana (tidak terjadi
kegiatan bongkar muat dalam perpindahan moda angkutan di tambah bahwa
kapal angkutan penyeberangan juga tidak memerlukan fasilitas pandu untuk
olah gerak di kolam pelabuhan, memiliki jadwal yang tetap dan teratur (ada
atau tidak ada muatan tetap berangkat), dan bersifat door to door.
Kemacetan yang terjadi di jalur pantura berdampak pada pemborosan Bahan
Bakar Minyak (BBM), kerugian waktu, polusi, korban jiwa dan berkurangnya
daya tarik wisata. Hal-hal itulah yang kemudian memacu Kementerian
Perhubungan untuk memberikan solusi yaitu dengan mengalihkan sebagian
arus logistik dari jalan raya ke angkutan penyeberangan.
Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan kereta api yang
dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan
beserta muatanya (UU no 17 tahun 2008 tentang Pelayaran)
Pengembangan transportasi penyeberangan sebagai penghubung jaringan
jalan atau jalan rel menjadi cukup mendesak mengingat laju perkembangan
otonomi daerah yang ditandai dengan semangat pemekaran wilayah yang
disertai dengan pesatnya pembangunan infrastruktur wilayah terutama jalan
raya. Beberapa daerah yang semual relatif terisolasipun diharapkan dapat
dikembangkan dengan penyelenggaraan moda penyeberangan
Implikasi dari penerapan konsepsi ideal jaringan/lintas pelayanan
penyeberangan pada wilayah geografis Indonesia yang salah satunya
mempunyai pola karakteristrik pelayanan penyeberangan coastal ferry
sebagai implikasi atas kondisi jaringan jalan yang memadai untuk
menghubungan dua titik asal tujuan.
1.2 IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
1.2.1 Bagaimana para sopir truk/pengguna jasa menentukan pilihan untuk
menggunakan moda angkutan penyeberangan coastal ferry Surabaya –
Jakarta di banding dengan menggunakan angkutan jalan?
1.2.2 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi para sopir/pengguna jasa
transportasi dalam memilih moda penyeberangan coastal ferry Jakarta -
Surabaya dan moda Truk melalui Tol Trans Jawa sebagai pilihan moda yang
paling banyak digunakan.
1.2.3 Bagaimana model probabilitas penggunaan moda penyeberangan coastal
ferry Jakarta - Surabaya berdasarkan persepsi dari pengguna jasa?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji probabilitas moda darat yaitu tol
Trans Jawa dan moda air yaitu penyeberangan coastal ferry/long distance ferry
dalam melayani perpindahan orang dan barang pada koridor Surabaya jakarta,
dengan membandingkan struktur biaya, waktu tempuh dan variabel lain yang
didapatkan dari preferensi pengguna jasa secara langsung. Berdasarkan tujuan
diatas, maka ditetapkan sasaran - sasaran sebagai tahapan untuk mencapai tujuan
diatas. Adapun sasaran tersebut meliputi:
1. Teridentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan pengguna jasa lebih memilih
moda darat melalui Tol Trans Jawa daripada moda penyeberangan coastal
ferry/long distance ferry.
2. Terciptanya model probabilitas preferensi pemindahan angkutan
penyeberangan coastal ferry/long distance ferry.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Dapat mengatasi atau menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi dalam
pelaksanaan kebijakan moda angkutan penyeberangan coastal ferry/long
distance ferry Surabaya – Jakarta.
2. Sebagai alat dalam pertimbangan pengambilan keputusan dalam menentukan
kebijakan moda angkutan penyeberangan coastal ferry/long distance ferry
Surabaya – Jakarta.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

.3 PENYEBERANGAN LONG DISTANCE FERRY

UU Nomor 17 Tahun 2008 mendefinisikan bahwa moda transportasi


penyeberangan merupakan moda transportasi yang berfungsi sebagai
sebuah jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan kereta
api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan
kendaraan beserta muatannya. Indonesia sebagai negara kepulauan
terbesar di seluruh dunia memiliki lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil.
Mengingat kondisi geografis Indonesia, maka sudah seharusnya apabila kita
memiliki transportasi laut yang kuat untuk menghubungkan ribuan pulau -
pulau tersebut. Moda transportasi penyeberangan merupakan moda laut
yang efisien karena dapat memindahkan manusia dan barang melalui
kendaraan karena dalam proses bongkar muat cepat dan tidak
membutuhkan waktu yang lama dan peralatan bongkar.

Lintas penyeberangan jarak jauh Jakarta – Semarang - Surabaya untuk bisa


dibuka sebagai alternatif untuk melayani pergerakan kendaraan dan orang
dari Jakarta menuju Semarang sampai Surabaya dan sebaliknya.
Sebagai sebuah pendekatan pengembangan lintasan penyeberangan jarak
jauh Jakarta – Semarang – Surabaya mempunyai keunggulan dan potensi
sebagai berikut:

a. Secara geografis posisi pelabuhan penyeberangan dan alur lintas


penyeberangan merupakan alternatif lintasan yang strategis sebagai
pilihan moda transportasi, selain moda transportasi jalan raya dan jalan
rel.

b. Pembukaan lintasan ini juga bisa mendukung kebijakan pemerintah untuk


membentuk poros maritim dan sebagai feeder dari program tol laut.

c. Pembukaan lintasan ini juga akan membantu mengurangi kepadatan di


jalur pantai utara Jawa.

d. Lintasan ini mempunyai potensi demand yang sangat tinggi, karena


tingginya jumlah penduduk dan pusat industri di Jawa Bagian Barat dan
Jawa Bagian Tengah dan Timur, sebagai zona yang diprediksi sebagai
pangsa pasar lintasan ini. Jakarta-Surabaya
Jarak = 389 nm

Tj. Priok

Jakarta-Semarang
Jarak = 225 nm Paciran Gresik
Tj. Emas Surabaya

Gambar 1.1.Gambaran Lintasan Penyeberangan Rute Jakarta-Semarang &Jakarta-Surabaya.


.3 PEMILIHAN MODA

Dalam melakukan pemilihan moda, konsumen lebih menekankan pada


sekumpulan atribut yang ditawarkan oleh moda (a bundle of atribut). Yang
disebut sebagai utilitas, dalam melakukan penialaian, konsumen dianggap
selalu bertindak rasional. Nilai utilitas merupakan fungsi dari beberapa
atribut pelayanan yang mungkin dipersepsikan /ditafsirkan secara berbeda
bagi setiap individu, sesuai dengan banyaknya informasi yang diterima dan
latar belakang sosial ekonomi.

Menurut (Tamin, 1997) sebagai mana dikutip oleh Elsa Tri Mukti (1999),
menjelaskan bahwa secara umum model pemilihan diskrit dinyatakan
sebagai peluang setiap individu memilih suatu pilihan merupakan fungsi ciri
sosio-ekonomi dan daya tarik pilihan tersebut. Untuk menyatakan daya tarik
suatu alternatif, digunakan konsep utilitas. Alternatif tidak menghasilkan
utilitas, tetapi didapatkan dari karakteristik dan dari setiap individu.

Model Logit Binomial, di mana pengambilan keputusan dihadapkan pada


sepasang alternatif diskrit. Alternatif yang akan dipilih adalah yang
mempunyai utility terbesar, utility dalam hal ini dipandang sebagai variabel
acak (random). Probabilitas alternatif i yang dipilih oleh individu n yang
dihadapkan pada sejumlah alternatif Cn adalah sebagai berikut :

dengan

Dalam model logit binomial, Cn terdiri dari dua alternatif (dalam hal ini i dan
j), sehingga probabilitas individu n memilih alternatif i adalah

Sedangkan probabilitas memilih alternatif j adalah

Model logit dibangun atas dasar asumsi bahwa

akan bersifat bebas dan terdistribusi secara identik (Independent and


Identically Distributed/ IID) menurut fungsi distribusi logistik atau Gumbell,
yaitu sebagai berikut:

untuk μ > 0 dan , di mana μ merupakan parameter positif


maka dihasilkan:     
Pada penelitian ini perilaku pemilihan moda angkutan barang yang akan
diamati adalah antara moda kapal penyeberangan dan truk angkut.

Probabilitas bahwa individu memilih kapal barang (PKB) adalah fungsi


perbedaan utilitas antara kedua moda. Dengan menganggap bahwa fungsi
utilitas linier, maka perbedaan utilitas dapat diekspresikan dalam bentuk
perbedaan sejumlah n yang relevan diantara kedua moda, dirumuskan
sebagai berikut :

Dengan cara lain, nilai utilitas sebagai respon individu dapat juga dinyatakan
dalam bentuk probabilitas memilih moda tertentu, seperti diberikan pada
persamaan berikut :

Sehingga dari persamaan tadi dapat dirumuskan bentuk persamaan


transformasi sebagai berikut:

.3 Metode State Preference


Stated preference merupakan teknik pengumpulan data yang berdasar pada
pendekatan terhadap pendapat responden dalam menghadapi berbagai
pilihan alternatif [ CITATION Luk15 \l 1033 ]. Stated preference mempunyai ciri
khas pada teknik pengumpulan data yang berdasar pada pendekatan
terhadap pendapat responden dalam menghadapi berbagai pilihan alternatif
(Pearmain, 1991) dalam Hastuti (2004). Teknik ini menggunakan desain
eksperimental untuk membuat sejumlah alternatif situasi imajiner. Hal ini
dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada responden tersebut.
Pendapat responden tersebut bisa dinyatakan dalam rangking, rating
maupun pilihan.

Sifat utama dari stated preference adalah sebagai berikut:


 Stated preference didasarkan pada pernyataan pendapat responden
tentang bagaimana respon mereka terhadap beberapa alternatif hipotesa.
 Setiap pilihan direpresentasikan sebagai suatu ‘paket’ dari atribut yang
berbeda seperti waktu, tarif, headway, dan lain-lain.
 Peneliti membuat alternatif hipotesa sedemikian rupa sehingga pengaruh
individu pada setiap atribut dapat diestimasi, hal tersebut dapat diperoleh
dengan teknik desain eksperimen.
 Kuesioner harus memberikan alternatif hipotesa yang dapat dimengerti
oleh responden, tersusun rapi dan masuk akal.
 Responden menyatakan pendapatnya pada setiap pilihan dengan
melakukan rating, rangking dan choice pendapat terbaiknya dari
sekelompok pernyataan.

Respon sebagai jawaban yang diberikan oleh individu dianalisa untuk


mendapatkan ukuran secara kuantitatif mengenai hal yang penting yang
bersifat relative pada setiap atribut.
Kemampuan penggunaan teknik stated preference terletak pada kebebasan
membuat desain eksperimen dalam upaya menemukan variasi yang luas
bagi keperluan penelitian. Kemampuan ini harus diimbangi oleh keperluan
untuk memastikan bahwa respon yang diberikan cukup realistis.
Namun teknik stated preference juga memiliki kelemahan antara lain
berupa:
a. Penyimpangan respon yaitu penyimpangan yang diakibatkan oleh tidak
jujurnya jawaban responden, karena bila situasi yang dipilih benar-benar
ada, maka responden tersebut tidak akan melakukannya.
b. Penyimpangan strategis yaitu penyimpangan karena dengan mengisi
kuesioner tersebut responden mengharapkan hasil tertentu.

Oleh karena itu dalam pelaksanaan teknik stated preference harus


benar-benar memperhatikan hal berikut:
a. penyusunan skenario pilihan dan identifikasi atribut harus masuk akal dan
realistik;
b. penyusunan desain formulir survei harus mudah dimengerti agar
responden dapat memberikan respon terhadap pertanyaan yang
diberikan;
c. penyusunan cara pengambilan data perlu dibuat strategi sampling yang
akan dikerjakan agar diperoleh data yang representatif;
d. pelaksanaan survei harus diberikan penjelasan awal mengenai maksud
dan tujuan survei, skenario pilihan yang ditawarkan dan cara memberikan
jawaban;
e. analisis data memerlukan model analisis yang sesuai dengan tujuan
analisis dan ketersediaan data yang ada.

Tahap-tahap untuk melaksanakan survei dan analisis dalam teknik stated-


preference adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi atribut kunci dari setiap alternatif dan dibuat “paket” yang
mengandung pilihan. Seluruh atribut penting dan harus dipresentasikan
dan pilihan harus dapat diterima dan realistis;
b. Cara yang digunakan untuk memilih akan disampaikan kepada responden
dan responden diperkenankan untuk mengekspresikan apa yang lebih
disukainya. Bentuk penyampaian alternatif harus lebih mudah dimengerti
oleh responden.
c. Strategi sampel harus dilakukan untuk menjamin perolehan data yang
representatif.

Untuk dapat mengidentifikasi atribut kunci dari setiap alternatif (tahap No.
a), perlu dilakukan suatu proses survei pendahuluan sebagai langkat
experimental-design untuk memastikan bahwa atribut yang digunakan
sesuai dengan karakteristik yang ada di lapangan.
Desain eksperimen ini terdiri dari tiga tahap penyampaian, antara lain adalah
:
a. Penyelesaian level atribut dan kombinasi susunan setiap alternatif;

b. Persyaratan responden yang akan didapatkan dari jawaban responden


(specification of responses);

c. Desain eksperimen apa yang akan disampaikan mengenai alternatif


(presentation of alternative);

Kemudian untuk mengekspresikan pilihannya, responden dapat diarahkan


untuk melakukan pemilihan dalam 3 cara berikut:
a. Rangking responses

Cara ini adalah responden dengan bebas menyampaikan seluruh pilihan


pendapat, kemudian responden akan diminta untuk merangking pendapat
dari pilihan yang diajukannya kemudian dimasukan kedalam pilihan lain
segingga secara tidak langsung ini merupakan nilai hirarki dari sebuah
utilitas.
b. Rating Techniques

Responden akan diminta untuk mengisi pilihan dengan menggunakan skala,


dengan diberi keterangan untuk masing-masing skala yang ditetapkan, skor
yang didapat akan ditransformasikan menjadi probablitas yang masuk akal
dari pilihan-pilihan yang diajukan.
c. Eksperimen Pilihan

Responden akan ditanya untuk memilih dari beberapa alternatif (dua atau
lebih), responden diperkenankan untuk mengekspresikan derajat keyakinan
kedalam pernyataan pilihan.

Adapun pemilihan sampel yang tepat dengan jumlah yang memadai adalah
faktor terpenting yang harus diperhatikan. Petunjuk umum dalam
menentukan sampel SP adalah sebagai berikut:
- Sebanyak 30 responden per segmen perjalanan merupakan jumlah yang
cukup [ CITATION DPe90 \l 1033 ];
- Simulasi yang dilakukan secara internal oleh Steer Davies Gleave dan
Bradley dan Kroes (1990) menyarankan sekitar 75 – 100;
- Beaton et al. (1996) menemukan bahwa sampel sebesar 100 - 200
responden sudah mampu untuk menghasilkan estimasi parameter yang
stabil.
- Untuk kebutuhan pilot survey, paling tidak 15 - 20 wawancara
(Pearmain et al. 1991).

Tahapan akhir dari analisis stated preference adalah kalibrasi model dari data
stated preference. Pelaksanaan kalibrasi dan validasi model ini dilakukan
untuk mendapatkan model pemilihan moda (fungsi logit biner) berupa kurva
diversi potensi/probabilitas pemilihan moda pengguna kapal Ro-Ro dan non-
pengguna kapal Ro-Ro. Oleh karena itu model pemilihan moda yang
dihasilkan harus memiliki kualitas yang memadai, yakni mampu mewakili
kondisi aktual/representatif. Untuk itu diperlukan proses kalibrasi dan validasi
model pemilihan moda dengan tujuan:
a. Kalibrasi model dilakukan untuk mendapatkan parameter model
pemilihan moda (khususnya parameter pada fungsi utilitas) dengan
memanfaatkan data hasil survei wawancara revealed/stated preference.
Kalibrasi model dilakukan dengan 2 pendekatan, yakni:
 Maximum likelihood: di mana data penilaian responden diasumsikan
adalah diskrit, sehingga jika sampel diambil acak dari semua
populasi, peluang dari semua sampel merupakan produk likelihood
dari pengamatan-pengamatan individu.
 Regresi multilinier: di mana data penilaian responden diasumsikan
terpola secara rating dan terdistribusi normal.

b. Validasi model dilakukan untuk memeriksa apakah paremeter model


yang dihasilkan dari proses kalibrasi dari point a. memiliki kualitas yang
memadai untuk merepresentasikan kondisi eksisting. Validasi dilakukan
dengan menggunakan data aktual yang bukan berasal dari survei yang
dilakukan sebagai pembanding terhadap data hasil estimasi yang
diperoleh dari aplikasi model yang dikalibrasi. Pendekatan validasi
dilakukan dengan membentuk fitted-curve actual data vs
estimated/modelled data sehingga diperoleh data simpangan bakunya
(makin kecil simpangan baku, model makin valid).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian


Kerangka pikir penelitian berisi acuan langkah-langkah penelitian yang
sistematis agar lebih mudah dipahami. Adapun tujuan akhir yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan pengguna jasa menggunakan Jalur Pantura sebagai sarana
untuk melakukan perpindahan dari Jakarta ke Surabaya.
Adapun jika dijelaskan, maka tahapan penelitian dilakukan sebagai berikut :
1. Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan desain penelitian meliputi penelusuran latar
belakang penelitian, rumusan masalah yang ingin dijawab, dan
metodologi untuk menjawab rumusan masalah.

2. Peninjauan pustaka
Setelah mengetahui permasalahan yang ingin dijawab dan metode yang
akan digunakan untuk menjawab permasalahan, selanjutnya dilakukan
peninjauan kepustakaan atau pustaka yang terkait. Hal ini penting
dilakukan untuk mengetahui di mana posisi studi ini, apakah melengkapi
yang sudah ada, menjelaskan fenomena yang belum ada, dan
sebagainya. Selain itu, tinjauan pustaka ini penting sebagai dasar dalam
melakukan pengumpulan data dan analisis.

3. Pengumpulan data sekunder


Pada tahapan ini dilakukan proses pengumpulan data, meliputi data
sekunder berupa data jaringan transportasi eksisting antara Surabaya dan
Jakarta, serta data primer berupa penyebaran kuesioner kepada
pengguna jasa terkait dengan preferensi mereka dalam melakukan
pergerakan dari Jakarta menuju Surabaya.
Gambar 0-1 Kerangka Pikir Penelitian

4. Penyusunan Desain Kuesioner


Karena metode yang digunakan adalah dengan stated preferences, maka
desain kuesioner memegang peranan yang sangat penting. Oleh sebab
itu, penentuan desain kuesioner dilakukan dengan lebih teliti.
5. Penyebaran Kuesioner
Setelah desain kuesioner terbentuk dan jumlah responden ditetapkan,
maka tahapan berikutnya adalah menyebarkan kuesioner kepada
responden yang sudah ditetapkan.
6. Pengolahan Data
Setelah data kueioner terkumpul, maka dilakukan pengolahan data terkait
karakteristik responden dan preferensi responden terhadap pemilihan
moda.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam studi ini terdiri dari data sekunder dan data
primer. Data sekunder yang dibutuhkan antara lain data operasional Tol
Jembatan Suramadu beserta rencana pengembangannya dan data
operasional pelabuhan penyeberangan ferry RO-RO Jakarta dan Surabaya.
Sementara untuk data primer diperoleh dari survey lapangan langsung pada
pengguna jasa yang melakukan pergerakan di koridor Jakarta - Surabaya.
Tabel 0-1 Karakteristik Data

Cara
No Jenis Data Kegunaan Sumber Data
Memperoleh
1 Jaringan transportasi Memahami kondisi Kemenhub, Studi pustaka
eksisting dan Studi
permasalahan terdahulu,
jaringan transportasi
barang di wilayah
studi
2 Data operasional Dasar dalam PT. Jasa Studi pustaka,
Pelabuhan menentukan skenario Marga dan PT. kunjungan,
Penyeberangan Ferry pengembangan ASDP dan
dan Jalan Pantura Indonesia wawancara
terkait dan rencana Ferry
pengembangan (Persero)
cabang
Surabaya
3 Data karakteristik Mengetahui Pengguna Jasa Kuesioner dan
pengguna jasa kedua karakteristik wawancara
moda transportasi di pengguna jasa
wilayah studi
4 Komponen dan Analisis perbandingan Pengguna Jasa Kuesioner dan
besaran biaya biaya antara Jalan wawancara
Pantura dengan RO-
RO
5 Preferensi pemilihan Dasar dalam Pengguna Jasa Kuesioner dan
moda transportasi memodelkan wawancara
berdasarkan persepsi alternative pemilihan
pengguna jasa moda transportasi
melalui RO-RO
3.3 Penentuan Sampel
Dalam menentukan jumlah sampel, terlebih dahulu penulis menganalisis dari
seluruh jumlah pengguna jasa baik yang melalui Tol Jembatan Suramadu dan
penyeberangan ferry RO-RO Jakarta - Surabaya. Jumlah populasi yang
digunakan didasarkan pada jumlah data produksi rata-rata kendaraan per hari
pada tahun 2015 di dua moda yang diteliti yaitu moda Tol Jembatan Suramadu
dan penyeberangan ferry RO-RO Jakarta – Surabaya yaitu sebanyak 29.579
kendaraan per hari dimana proporsi antara keduanya masing-masing 96% dan
4% dan di masing-masing proporsi terdapat pembagian jenis kendaraan yaitu
kendaraan penumpang dan kendaraan barang. Untuk menghitung jumlah sampel
penulis menggunakan beberapa teknik perhitungan antara lain :
a. Roscoe (1975) sebagaimana dikutip Arifudin (2010) yaitu minimal antara 30
sampai 100 sampel.
b. Menurut Slovin, untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus
N
n=
1+ N e 2

n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = toleransi kesalahan (eror)
Tabel 0-2 Perhitungan Jumlah Sampel

Metode Jumlah populasi Tingkat error Jumlah sampel


Roscoe 29.579 - 30-100
Slovin 29.579 5% 395
Sumber : Hasil perhitungan, 2016

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dipilih metode perhitungan sampel


menurut Roscoe yaitu 30 - 100 sampel. Di samping karena sesuai dengan tipe
penelitian, juga jumlahnya dinilai wajar dilihat dari jumlah proporsi populasi.
Dimana proporsi terbesar adalah kendaraan barang di Jalur Pantura.

Proporsi pengguna kedua moda antara Jalur Pantura dan penyeberangan ferry
RO-RO adalah 90% berbanding 10%, dimana jika diambil 100 sampel menjadi
90 kendaraan untuk pengguna Jalur Pantura dan 10 kendaraan untuk pengguna
penyeberangan ferry RO-RO. Jumlah sampel yang terlalu sedikit untuk pengguna
penyeberangan ferry RO-RO dikhawatirkan tidak menggambarkan hasil secara
keseluruhan, untuk itu jumlah sampel pengguna penyeberangan ferry RO-RO
mengikuti jumlah minimal sampel metode Roscoe, yaitu 30 sampel. Jadi total
keseluruhan sampel adalah 120 sampel dengan perincian seperti dijelaskan pada
Gambar 3.2

Gambar 0-2 Skema Pembagian Proporsi Sampel

3.4 Desain Penelitian


Desain eksperimen digunakan sebagai dasar dalam penyusunan kuisioner
terutama metode stated preferences, ini didasarkan pada faktor yang akan
diteliti dalam penelitian ini yaitu faktor yang mempengaruhi responden dalam
menentukan pemilihan moda. Hal-hal yang perlu ditentukan yaitu:

1. Menentukan faktor atau atribut penelitian (dalam hal ini pilihan atau
preferensi yang ingin dimodelkan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya).
2. Penentuan level atribut
3. Menentukan tipe eksperimen (spesifikasi model dan ukuran eksperimen)

4. Menerjemahkan desain eksperimen ke dalam kuesioner

a. Penentuan Variabel Penelitian

Preferensi yang ingin ditampilkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pemilihan responden terhadap angkutan RO-RO dari pilihan-pilihan yang
ditawarkan berupa skenario biaya dan waktu tempuh dalam 4 skenario per biaya
dan per waktu tempuh. Jika di total dari 5 biaya dan waktu tempuh yang
ditawarkan maka terdapat 40 skenario yang akan menjadi dasar dari persepsi
responden untuk menunjukkan probabilitas di level biaya mana dan level waktu
tempuh berapa responden akan memilih angkutan RO-RO.

Dalam hal ini, pengguna jasa akan memilih alternatif moda yang memiliki utilitas
tertinggi diantara alternatif-alternatif yang tersedia pada saat pengambilan
keputusan. Semakin tinggi utilitas yang dirasakan, maka akan semakin besar
pula kemungkinan moda tersebut dipilih oleh seorang pengguna jasa. Pengguna
jasa yang berbeda akan mempertimbangkan atribut yang berbeda pula yang
mencerminkan perbedaan dalam karakteristik sosial ekonomi dan preferensi
terhadap tingkat pelayanan suatu moda tertentu. Pada kenyataannya, pengguna
jasa tidak mempertimbangkan semua atribut tersebut dalam proses pemilihan
moda, melainkan mereka hanya mempertimbangkan beberapa atribut saja yang
mereka anggap paling penting atau paling berpengaruh.

Secara rinci variabel-variabel yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber


dan pengamatan penulis sendiri yang dianggap berpengaruh terhadap pemilihan
moda.

Tabel 0-3 Variabel Peneilitian dan Referensinya.

Variabel Penelitian Referensi


Biaya Perjalanan Guntur (2010)
Biaya Pengangkutan Manheim (1979), [ CITATION Ort01 \l 1033 ],
Pamungkas (2015)
Waktu Tempuh Manheim(1979), Ortuzar and Willumsen(2001),
Fleksibilitas Pelayanan Manheim (1979), Guntur (2010)
Keamanan Manheim (1979),
Pungutan Liar Pamungkas (2015)
Sumber : Hasil Pengolahan data

Selanjutnya untuk dapat mengetahui karakteristik responden dan mencari


preferensi terhadap pemilihan moda yang ditawarkan maka disusunlah desain
pertanyaan dalam kuesioner. Secara rinci komponen pertanyaan dalam survey
stated preference dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 0-4 Komponen Pertanyaan Stated Preference

No Kelompok Pertanyaan Komponen Pertanyaan


1 Profil responden • Nama
• Faktor Sosio Ekonomi
No Kelompok Pertanyaan Komponen Pertanyaan
• Jenis Kendaraan
• Maksud Perjalanan
• Asal dan Tujuan Perjalanan
• Tingkat Pendapatan
• Jenis Perusahaan
• Jenis Produk yang dihasilkan
2 Karakteristik Distribusi barang • Jumlah Produk / Th
• Frekuensi Pengiriman
• Jenis Pengiriman
• Asal dan Tujuan produk
• Jumlah Penggunaan Moda
/Trip
• Model Kerjasama Pengiriman
• Proses Pengiriman
3 Alasan Pemilihan Moda • Biaya Perjalanan
• Waktu Tempuh
• Fleksibilitas Pelayanan
• Jarak Perjalanan
4 Preferensi Pemilihan RO-RO • Berdasarkan skenario
perubahan biaya dan waktu
tempuh

b. Penentuan Level Atribut dan Skenario


Dari beberapa variabel yang telah ditetapkan dilakukan uji tingkat kepentingan
menggunakan analisis Preferensi Pemilihan moda yang akhirnya menghasilkan 2
variabel terpenting yang digunakan dalam menentukan skenario dalam
preferensi yang dituangkan dalam kuesioner yaitu variabel biaya dan waktu
tempuh.

Penentuan skenario dilakukan berdasarkan kombinasi beberapa atribut yang


menjadi pertimbangan dalam menggunakan moda angkutan darat atau moda
angkutan RO-RO dalam proses transportasi, variabel penelitian dan skenario
tersebut yaitu antara lain :
- Waktu Tempuh, yaitu total lamanya barang dikirim dari titik keberangkatan
menuju titik kedatangan (point to point). Referensi skenario waktu tempuh
yang digunakan merupakan hasil dari preliminary survey terhadap variasi
waktu tempuh kendaraan.
- Tarif, merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemilik truk/barang
baik ketika melalui tol jembatan Suramadu maupun melalui moda RO-RO.
Untuk skenario tarif yang digunakan didasarkan pada biaya minimum dan
maksimum kendaraan barang maupun penumpangTabel 0-5 Skenario
Preferensi dalam Pemilihan Moda

Jumlah level atribut ditentukan berdasarkan pertimbangan faktor-faktor yang


dianggap akan berpengaruh terhadap preferensi responden dalam menentukan
jenis moda yang akan digunakan dalam mengangkut barang dan pertimbangan
kesediaan responden untuk memberikan jawaban atas berbagai skenario yang
diajukan. Dengan jumlah atribut yang dipilih sejumlah 2 (dua) variabel dan
diperkirakan responden akan bersedia memberikan jawaban jika jumlah skenario
tidak lebih dari 20 skenario. Penentuan pilihan tiap atribut ditetapkan
berdasarkan kondisi eksisting dan kemungkinan kejadian atau kondisi di masa
depan yang dapat terealisasi. Untuk itu ditetapkan masing-masing atribut
memiliki dua level, sehingga total akan ada 20 (dua puluh) skenario.

3.5 Model Pemilihan Moda


Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi yang akan
menggunakan setiap moda transportasi (Tamin, 2000). Proses ini dilakukan
dengan maksud untuk mengkalibrasi model pemilihan moda pada tahun dasar
dengan mengetahui peubah bebas (atribut) yang mempengaruhi pemilihan moda
tersebut. Setelah dilakukan proses kalibrasi, model dapat digunakan untuk
meramalkan pemilihan moda dengan menggunakan nilai peubah bebas (atribut)
untuk masa mendatang.
Dalam pemilihan moda transportasi, kita dapat mendesain model pemilihan
moda. Menurut Ortuzar & Willumsen (1997) dan Pamungkas (2015) ada
beberapa model transportasi yang relevan dengan pemilihan moda yaitu:
a. Model Umum (general Modelling Issues)
1. Teori dan data
2. Spesifikasi model
3. Kalibrasi
b. Model Agregat dan Disagregat (Agregat and Disagregat Modelling)
c. Cross-section dan Times Series
d. Revealed Preference dan Stated Preference
e. Model Logit Binomial
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah model analisis logit binomial ,
yaitu yang merupakan suatu bentuk pendekatan matematis untuk mengetahui
presentase pengguna masing-masing moda pada sistem transportasi dengan
manipulasi proporsi dari utilitas yang terdapat pada setiap moda.

Misalnya seseorang mempunyai pilihan antara menggunakan moda angkutan


barang RO-RO atau menggunakan moda tol. Jika probabilitas menggunakan RO-
RO adalah PRO, maka probabilitas truk barang adalah PTOL = 1- PRO. Jika PRO
dinyatakan sebagai kombinasi linier antara peubah bebas (atribut pemilihan
moda), maka dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
PRO = b0+b 1(ΔX1)+b2(ΔX2)...+bn(ΔXn) (1)
dimana :
PRO = probabilitas pengguna kapal RO-RO
b0 = konstanta
b1,b2, .....bn = koefisien parameter model
ΔX1,ΔX2,...ΔXn = variabel penjelas (perbedaan atribut antara RO-RO dengan
truk barang)
Sekarang dipertimbangkan rasio natural antara PRO meningkat dari nol ke satu,

PRO
maka ln meningkat dari negatif ke positif tak hingga. Karena PRO dan
1−PRO

PRO
ln tersebut merupakan kombinasi linier dari peubah bebas, maka
1−PRO
selanjutnya dapat ditulis sebagai persamaan utilitas pemilihan moda:
PRO
ln = (URO-UTOL) (2)
1−PRO
Sehingga Persamaan (2) dapat ditulis sebagai berikut:
(URO-UTB) = b0+b1(ΔX1)+b2(ΔX2).......+bn(ΔXn) (3)
PRO
ln = b0+b1(ΔX1)+b2(ΔX2).......+bn(ΔXn) (4)
1−PRO
Pada studi perilaku peralihan moda angkutan barang yang diamati adalah kapal
RO-RO dengan tol, maka persamaan dapat dinyatakan:
e URo e (URo+ UTol)
PRO = =
e URo+ e UTb 1+ e(URo +UTol)
(5)
1
PTOL = 1- PRO = (6)
1+ e(URo +UTol)
dimana:
PRO = Probabilitas pengguna kapal RO-RO
PTOL = Probabilitas pengguna tol
URO = fungsi utilitas moda kapal RO-RO
UTOL = fungsi utilitas moda tol

Dalam proses analisis, kegiatan pertama yang dilakukan adalah mencari


persamaan fungsi selisih utilitas antara pengguna tol dengan pengguna RO-RO.
Kemudian persamaan fungsi selisih utilitas yang diperoleh tersebut akan
digunakan dalam model pemilihan prasarana kendaraan barang dan penumpang
untuk mengetahui probabilitas pemilihan pada masing-masing moda, yaitu
penyeberangan ferry RO-RO dan tol jembatan Suramadu. Selanjutnya
berdasarkan hubungan antara nilai selisih utilitas RO-RO dan Tol akan diketahui
grafik pemilihan prasarana kendaraan barang dan penumpang. Analisis
selanjutnya adalah analisis sensitivitas model untuk melihat respon model
terhadap perubahan selisih antara kedua pilihan.

Analisis yang digunakan untuk memperoleh persamaan fungsi selisih utilitas


angkutan RO-RO dan angkutan Truk yang dikembangkan pada studi ini adalah
analisis regresi. Analisa dengan pendekatan regresi dilakukan menggunakan data
stated preference dimana pemilihannya menggunakan pilihan rating, yaitu
respon individu berupa pilihan terhadap point rating yang disajikan dalam skala
semantik, yaitu :
1 : Pasti memilih moda RO-RO
2 : Mungkin memilih moda RO-RO
3 : Ragu-ragu
4 : Mungkin memilih moda Jalur Darat
5 : Pasti memilih moda Jalur Darat

Proses transformasi skala semantik ke dalam skala numerik adalah sebagai


berikut:
 Nilai skala probabilitas pilihan yang diwakili oleh nilai poin rating 1,2,3,4, dan
5 adalah nilai skala standar yaitu 0,9; 0,7; 0,5; 0,3; dan 0,1.
Untuk hasil perhitungan lengkap nilai skala numeric ditunjukkan pada tabel 3-6.

Tabel 0-6 Transformasi Skala Semantik

Nilai skala semantik


Skala standar
Rating point
Probabilitas
Keterangan
RO-RO
1 0,9 Pasti memilih moda RO-RO
2 0,7 Mungkin memilih moda RO-RO
3 0,5 Ragu-ragu
4 0,3 Mungkin memilih moda Jalur Darat
5 0,1 Pasti memilih moda Jalur Darat
Sumber : Hermawan, 1999

Skala ini, sebagaimana dikutip dari Hermawan (1999), hampir dijadikan standar
praktis pada beberapa penelitian tentang transportasi. Selanjutnya pengolahan
data dilakukan terhadap semua responden yang ada berdasarkan jawaban atau
pilihan yang diberikan (poin rating) pada setiap skenario yang ditawarkan dan
dilakukan proses kalibrasi model logit biner untuk mendapatkan estimasi
parameter model. Hasil dari proses ini adalah model logit preferensi RO-RO atau
Tol. Model ini dijadikan dasar bagi penentuan probabilitas pemilihan prasarana
kendaraan barang dan penumpang apakah menggunakan RO-RO atau Tol.

3.6 Analisis Crosstabs


Analisis crosstab yang dilakukan pada kajian ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan antar beberapa variabel bebas yaitu kriteria pemilihan moda angkutan
dengan preferensi pemilihan moda berdasarkan hasil survey yang sudah
dilakukan.
Alat uji yang digunakan adalah chi square. Adapun mekanisme uji dengan chi
square yaitu :
a. Menentukan Hipotesis untuk kasus ini:
Ho : Tidak ada hubungan antara baris dan kolom,
Hi : Ada hubungan antara baris dan kolom,
b. Membandingkan nilai chi square hitung dengan chi square tabel.
 Jika chi-square Hitung < chi-square Tabel maka Ho diterima.
 Jika chi-square Hitung > chi-square Tabel maka Ho ditolak.
Detail variabel dan penjelasannya disampaikan dalam tabel berikut.

Tabel 0-7 Kodefikasi dan Penjelasan Jenis Variabel Pada Analisis Crosstab untuk
Angkutan Barang
No Nama Variabel Variabel Kode Keterangan
1 Preferensi pemilihan moda Y 1 Pasti & Mungkin
memilih moda tol
2 Ragu-ragu
3 Pasti & Mungkin
memilih moda RO -
RO
2 Jumlah produk yang V1 1 0 – 5.000 ton
dihasilkan 2 5.000 – 10.000 ton
3 >10.000 ton
3 Frekuensi V2 1 0 – 10 ton/trip
2 10 – 30 ton/trip
3 > 30 ton
4 Jenis pengiriman V3 1 Dalam negeri
2 Antar pulau
3 Ekspor
5 Jumlah penggunaan Moda V4 1 1 kali
2 2 kali
3 ≥ 3 kali
Kemungkinan Pemilihan Moda
6 Jarak mencapai titik awal V5 Penilaian 1 - 10
7 Waktu tunggu kendaraan V6 Penilaian 1 - 10
8 Waktu perjalanan V7 Penilaian 1 - 10
9 Biaya V8 Penilaian 1 - 10
10 Keamanan V9 Penilaian 1 - 10
11 Kapasitas Angkut V11 Penilaian 1 - 10
12 Frekuensi V12 Penilaian 1 - 10

Tabel 0-8 Kodefikasi dan Penjelasan Jenis Variabel Pada Analisis Crosstab untuk
Angkutan Penumpang
No Nama Variabel Variabel Kode Keterangan
1 Preferensi pemilihan moda Y 1 Pasti & Mungkin
memilih moda tol
2 Ragu-ragu
3 Pasti & Mungkin
memilih moda RO -
RO
2 Jumlah Anggota Keluarga V1 1 2
2 3
3 4
4 5
5 >5
3 Jumlah Orang yang Bekerja V1 1 2
2 3
3 4
4 5
5 >5
4 Jumlah Kendaraan Pribadi V2 1 2
2 3
3 4
4 5
5 >5
5 Jenis Kendaraan V3 1 Mobil
2 Sepeda Motor
3 Tidak Memiliki
4 Lain - lain
6 Penghasilan per bulan V4 1 < 500.000
2 500.001 – 750.000
3 750.001 = 1.000.000
4 1.000.001 – 1.250.000
5 1.250.001 – 1.500.000
6 1.500.001 – 1.750.000
7 1.750.001 – 2.000.000
8 >2.000.001
7 Pengeluaran per bulan 1 < 500.000
2 500.001 – 750.000
3 750.001 = 1.000.000
4 1.000.001 – 1.250.000
5 1.250.001 – 1.500.000
6 1.500.001 – 1.750.000
7 1.750.001 – 2.000.000
8 >2.000.001
8 Pengeluaran Transportasi 1 < 100.000
per bulan 2 100.001 – 150.000
3 150.001 – 200.000
4 200.001 – 250.000
5 250.001 – 300.000
6 300.001 – 350.000
7 350.001 – 400.000
8 400.001 – 450.000
9 450.001 – 500.000
10 500.001 – 550.000
11 550.001 – 600.000
12 600.001 – 650.000
13 650.001 – 700.000
14 700.001 – 750.000
15 750.001 – 800.000
16 > 800.001
9 Maksud Perjalanan 1 Bekerja
2 Pendidikan
3 Berlibur/Rekreasi
4 Belanja
5 Lain-lain
Kemungkinan Pemilihan Moda
10 Jarak mencapai titik awal V5 Penilaian 1 - 10
11 Waktu tunggu kendaraan V6 Penilaian 1 - 10
12 Waktu perjalanan V7 Penilaian 1 - 10
13 Biaya V8 Penilaian 1 - 10
14 Keamanan V9 Penilaian 1 - 10
15 Kapasitas Angkut Penilaian 1 - 10
16 Frekuensi Penilaian 1 - 10

Anda mungkin juga menyukai