Anda di halaman 1dari 18

i

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISA KEKUATAN TARIK LEM MARINE PADA REPARASI


LAMBUNG KAPAL FIBERGLASS

ARUNG HANGGARLANA
NIM 2017.02.1.0022

PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2020
ii

LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI

Judul : Analisa Kekuatan Tarik Lem Marine Pada Reparasi Lambung


Kapal Fibergleass

Oleh : Arung Hanggarlana


NIM : 2017.02.1.0022
Jurusan / Prodi : Teknik Perkapalan

Telah diseminarkan pada :


Hari :
Tanggal :
Tempat :

Menyetujui :
Dosen Pembimbing Tanda Tangan

1. …………………..

Dosen Penguji Tanda Tangan

1. 1. …………………..

2. 2 . …………………..

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Perkapalan
iii

ANALISA KEKUATAN TARIK LEM MARINE PADA REPARASI


LAMBUNG KAPAL FIBERGLASS

Arung Hanggarlana
NIM 2017.02.1.0022

DOSEN PEMBIMBING

ABSTRAK
Kapal fiberglass sering mengalami kerusakan yang kebanyakannya adalah
berada pada zona lambung dibawah garis air yaitu berupa keretakan atau
kebocoran saat terjadi benturan oleh gelombang air laut atau dengan objek lain.
Oleh karena itu sering dilakukan reparasi terhadap lambung kapal fiberglass
akibat kebocoran. Reparasi dalam penelitian ini akan mencoba menggunakan
Lem marine jenis resolcinol formaldehyde sebagai pengganti resin yang sering
digunakan sebagai pelapis fiberglass untuk penambalan pada lambung yang
bocor ataupun retak dengan pengujian tarik sebagai penentunya dalam standart
ASTM (American Standart of Test Material) D 638-02 . Dalam metode
penelitian ini menggunakan resolcinol formaldehyde sebagai pengganti resin
dengan pengujian 12 spesimen lapisan serat yaitu spesimen dengan lapisan
resin sesuai uraian berikut : 3 spesimen dengan 2 lapisan serat fiberglass
kemudian dilapisi resin, 3 spesimen dengan 4 lapisan serat fiberglass kemudian
dilapisi resin, , selanjutnya pembuatan 6 spesimen sama tapi pelapisan resin
diganti dengan lem marine kemudian akan dibuat rata-rata dari hasil uji tarik
setiap spesimen tersebut untuk menentukan apakah cocok lem marine
digunakan sebagai pengganti resin untuk pelapisan lambung kapal.

Kata Kunci : Kapal fiberglass, Pengujian tarik, Standar ASTM, Reparasi lambung,
Lem marine resolcinol formaldehyde.
iv

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3
1.5 Batasan Masalah .................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
2.1 Kapal Fiberglass..................................................................................... 4
2.2 Reparasi Lambung ................................................................................. 5
2.3 Lem Marine resolcinol formaldehyde ..................................................... 5
2.4 Pengujian Tarik ...................................................................................... 6
2.5 ASTM (American Standard Testingand Material) D 638 - 02. ................ 7
2.6 Penelitian terdahulu………………………………………………………………………………………….8

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 8


3.1 Diagram Alir Penelitian........................................................................ 11
3.2 Studi Literatur ...................................................................................... 12
3.3. Persiapan Alat Dan Bahan .................................................................... 12
3.4 Pembuatan Spesimen............................................................................ 12
3.5 Pengujian tarik ..................................................................................... 12
3.6 Hasil Pengujian .................................................................................... 13
3.7 Kesimpulan dan Saran.......................................................................... 13
3.8 Jadwal Penelitian ................................................................................. 13
Daftar Pustaka ................................................................................................... 14
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara maritim dengan mempunyai wilayah laut lebih
banyak dari pada daratannya dan dikelilingi oleh banyak pulau-pulau. Di laut
kapal merupakan salah satu alat transpotasi paling penting di Indonesia
(Sardjito, 2009), oleh karena itu untuk menunjang transportasi laut agar mudah
menjangkau pulau satu kepulau lainnya maka banyak adanya pembuatan kapal
laut besar maupun kecil. Untuk kapal besar sendiri bahan utama pembuatannya
adalah menggunakan baja dan kapal kecilnya banyak menggunakan bahan
kayu, alumunium, fiberglass dll. Untuk kapal yang di produksi menggunakan
fiberglass memiliki keunggulan teknis dan ekonomis yakni kontruksinya
ringan, biaya produksi murah, proses produksi cepat, galangan kapal tidak
memerlukan investasi yang besar, teknologinya sederhana, dan tidak
memerlukan kualifikasi tenaga kerja yang tinggi ( Amir Marasabessy, 2016).
Fiberglass sendiri adalah serat kaca atau serat gelas dari kaca cair yang
ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah 0,005 mm – 0,01 mm. Komposit
fiberglass merupakan fiber yang kandungan materialnya terdiri dari kandungan
serat sebagai penguaatnya dan matrik sebagai penguatnya (Romadhoni, 2017).
Penggunaan komposit yang semakin meluas, dikarenakan komposit
mempunyai keunggulan tersendiri dibandingkan dengan bahan-bahan teknik
alternatif lain, dikarenakan memiliki kekuatan yang bisa diatur (tailorability),
memiliki kontruksi ringan, mudah dibentuk, daya serap air rendah dan tahan
korosi (Kusairiawan,2016).
Karena dari banyaknya aspek keunggulan tersebut maka kebutuhan
pembuatan kapal fiberglass terus meningkat. Tapi disamping banyaknya
keunggulan kapal fiberglass terdapat pula beberapa kekurangannya salah
satunya adalah pada bagian lambung kapal fiber mudah mengalami kerusakan.
Zona lambung dibawah garis air sering mengalami keretakan atau kebocoran
saat terjadi benturan oleh gelombang air laut atau dengan objek lain. Oleh
karena itu sering dilakukan reparasi terhadap lambung kapal fiberglass akibat
kebocoran. Reparasi kapal adalah kegiatan rutin dan terjadwal dimana untuk
2

memastikan kapal dapat berlayar dan beroperasi dengan baik (Ariany, 2014).
Reparasi lambung kapal fiberlass kebanyakan menggunakan komposit resin
sebagai bahan untuk menembel lambung yang bocor.
Resin adalah salah satu bahan dasar yang digunakan dalam industri
pembuatan kapal kontruksi Fiberglass Reinforced Plastic (Ardhy, 2019).
Sedangkan komposit resin fiberglass terdiri dari beberapa bahan yaitu
campuran serat kaca sebagai bahan penguat dan resin sebagai pengikatnya.
Disni saya akan menggantinya dengan lem marine dengan cara yaitu semisal
lambung kapal fiberglass ada lubang sebesar 5cm dan tebal lambung sekitar
5mm maka saya akan membuat spesimen fiberglass dengan tebal dan lebar
sama dengan pelubangan tadi kemudian spesimen fiberglass yang sudah saya
buat akan saya pasangkan dengan pelapisan lem marine terlebih dahulu, untuk
mengetahui keuatannya layak atau tidak saya akan mengujinya dengan uji
tarik.
Kekuatan tarik adalah ketahanan suatu bahan terhadap beban yang bekerja
parallel pada bahan yang menyebabkan bahan tersebut putus tarik (Supardi,
1999). Pengujian tarik dilakukan terhadap spesimen fiberglass yang sudah di
lapisi lem marine, uji tariknya sendiri menggunakan standart ASTM (American
Standart of Test Material) ASTM sendiri adalah organisasi internasional yang
mengembangkan standardisasi teknik untuk material. Dan lem marine yang
saya gunakan jenis resolcinol formaldehyde.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka pokok
permasalahan yang akan dipecahkan adalah:
1. Bagaimana kuat tarik lem marine sebagai pengganti resin untuk reparasi
lambung kapal fiberglass?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan:
1. Untuk mengetahui tingkat Uji kekuatan tarik lem marine sebagai pengganti
resin untuk reparasi lambung kapal fiberglass.
3

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat:
1. Manfaat dari pengujian ini adalah sebagai alternatif baru yang lebih mudah
saat melakukan reparasi lambung kapal fiberglass .

1.5 Batasan Masalah


Untuk Mendapatkan hasil yang optimal dan mendetail pada penelitian ini maka
diberikan batasan dari lingkup permasalahan yang akan dibahas, diantaranya:
1. Pengujian kekuatan tarik dari lem marine apakah cocok dan kuat sebagai
pengganti resin untuk reparasi kapal fiberglass.
2. Hanya membahas uji tarik dengan standart ASTM (American Standart of
Test Material).
3. Hanya membahas reparasi lambung kapal fiberglass.
4. Tidak membahas biaya.
5. Lem marine yang digunakan lem resolcinol atau phenol formaldehyde.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kapal Fiberglass
Fiberglass Reinforced Plastic (FRP) merupakan material komposit
yaitu kombinasi antara dua material atau lebih yang berbeda bentuk,komposisi
kimia,dan tidak saling melarutkan antara materialnya (Smith,1993). Material
fiberglass merupakan satu kesatuan dimana material yang lainnya berfungsi sebagai
penguat untuk menjaga kesatuan unsur-unsurnya(AH Siregar, Dkk, 2016). Bahan
fiberglass adalah salah satu bahan yang saat inisering digunakan sebagai bahan
dalam pembuatan kapal. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa
memilih bahan fiberglass dikarenakan bahan tersebut mudah didapat diberbagai
toko kimia, selain itu bahan fiberglass lebih tahan lama dan kuat jika dibandingkan
dengan kayu yang mudah lapuk,serta proses perawatan yang lebih mudah daripada
kapal kayu (Yulianto, 2010).
Kaca serat (glass fiber) atau sering diterjemahkan menjadi serat gelas adalah
kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm -
0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi kain, yang
kemudian diresapi dengan resin sehingga menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi
untuk digunakan sebagai badan mobil dan bangunan kapal. Dapat juga digunakan
sebagai penguat untuk banyak produk plastik, material komposit yang dihasilkan
dikenal sebagai plastik diperkuat-gelas (glass-reinforced plastic, GRP) atau epoxy
diperkuat glass fiber (GRE), disebut "glass fiber" dalam penggunaan umumnya.
Struktur bangunan kapal fiberglass harus menerima berbagai macam beban
diantaranya menerima beban secara vertical dan lateral. Beban vertikal berupa
beban dari deck serta peralatan yang ada di atasnya, sedangkan beban lateral
berupa beban gelombang, arus laut dan angin. Gelombang merupakan beban
lateral paling dominan yang bekerja pada kapal. Dimana beban gelombang ini
bekerja terus menerus dan berubah baik arah maupun besarnya sehingga beban
yang sifatnya berulang-ulang (periodic) itu dapat menyebabkan kelelahan pada
struktur kapal yang pada akhirnya akan mengakibatkan struktur kolaps.
5

2.2 Reparasi Lambung


Seringnya terjadi kecelakaan kapal berbahan fiberglass terutama terkait
dengan mutu laminasi lambung kapal yang rendah terutama jika mengalami
benturan. Dari hasil diskusi teknis dengan pihak Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)
diperoleh bahwa, faktor kritis pada kapal berbahan fiberglass adalah kekuatan
konstruksi lambungnya. Hasil survei ke beberapa galangan kapal fiberglass di
dalam negeri pada tahun 2009 menunjukkan bahwa, disain konstruksi dan proses
produksi kapal fiberglass umumnya belum mengacu pada persyaratan klasifikasi,
khususnya pada kapal-kapal berukuran di bawah 24 meter (Ma’ruf, 2010). Berbeda
halnya pada kapal berbahan baja dan aluminium, dimana rules klasifikasi/BKI
diterapkan secara ketat. Oleh karena itu saat melakukan reparasi lambung kapal
fiberglass yang kebanyakan menggunakan campuran resin dan itu akan
menghasilkan spesimen fiberglass yang lebih tebal dari pada lambung kapal
aslinya. Maka reparasi lambung kapal akan memerlukan waktu lama karena akan
menghaluskan tebal bagian yang direparasi supaya sama tebalnya dengan lambung
asli, namun jika analisa berhasil maka reparasi lambung kapal fiberglass akan lebih
mudah hanya dengan membuat spesimen fiberglass sesuai dengan tebal ,luasan
yang sama dengan pelubangan lambung yang akan direparisi kemudian dilapisi lem
marine resolcinol atau phenol formaldehyde kemudian ditempelkan pada lubang
lambung tersebut.

2.3 Lem Marine Resolcinol Formaldehyde


. Lem resorcinol , juga dikenal sebagai resorcinol-formaldehyde , adalah
kombinasi perekat dari resin dan pengeras yang tahan terhadap perendaman air
jangka panjang dan memiliki daya tahan tinggi terhadap sinar ultraviolet. Perekat,
yang diperkenalkan pada tahun 1943, telah populer di bidang konstruksi pesawat
dan kapal.
Sampai penemuan resin epoksi, resorsinol adalah salah satu perekat laut
yang paling umum. Tidak seperti epoksi, epoxy tidak memiliki sifat mengisi celah,
membutuhkan sambungan yang harus pas dan dijepit di bawah tekanan untuk
mencapai hasil yang baik. Lem itu datang dalam dua bagian - sirup merah dan
bubuk coklat muda yang dicampur untuk membentuk lem. Resorinol yang tidak
6

diawetkan memiliki umur simpan yang relatif singkat sekitar dua hingga tiga tahun,
tergantung pada suhu penyimpanan. Penggunaannya telah menurun sejak 1990-an
karena kemudahan penggunaan dan fleksibilitas dari lem dan pengisi epoksi .
Meskipun kemudahan penggunaan yang lebih besar dan fleksibilitas epoksi
membuatnya jauh lebih populer, epoksi memiliki resistensi UV yang buruk dan
dalam sebagian besar aplikasi struktural hanya memiliki ketahanan panas yang
sederhana, membuatnya kurang dari ideal untuk banyak penggunaan di luar
ruangan. Resorcinol tetap merupakan perekat yang cocok untuk penggunaan
eksterior dan laut. Tidak seperti epoksi, ini bukan pengisi celah, sehingga
membutuhkan standar pengerjaan dan pemasangan sambungan yang lebih tinggi.

2.4 Pengujian Tarik


Kekuatan tarik adalah ketahanan suatu bahan terhadap beban yang bekerja
parallel pada bahan yang menyebabkan bahan tersebut putus tarik (Supardi, 1999).
Pengujian tarik dilakukan terhadap spesimen uji yang standar. Pada bagian tengah
dari batang uji merupakan bagian yang menerima tegangan. Pada bagian ini diukur
panjang batang uji, yaitu bagian yang dianggap menerima pengaruh dari
pembebanan, bagian inilah yang selalu diukur pada proses pengujian. Data yang
diperoleh dari mesin uji Tarik biasanya dinyatakan dengan grafik
bebanpertambahan panjang (grafik P-ΔL). Grafik ini masih belum banyak gunanya
karena hanya menggambarkan kemampuan batang uji (bukan kemampuan bahan)
untuk menerima beban gaya. Untuk dapat digunakan menggambarkan sifat bahan
secara umum, maka grafik P-ΔL harus dijadikan grafik lain yaitu suatu diagram
tegangan-regangan (stress-strain diagram) kadang-kadang juga disebut diagram
tarik. Data yang diperoleh dari mesin Tarik dinyatakan dalam grafik tegangan
regangan (stressstrain) atau disebut juga diagram tarik.
7

Dimana : σ = Engineering stress (Mpa)


F = Beban tarik (N)
A0 = Luas penampang awal (m2)
ε = Engineering strain ( % )
L1 = Panjang setelah dibebani (mm)
L0 = Panjang mula-mula (mm)

2.5 ASTM ( American Standard Testingand Material) D 638 - 02


ASTM Internasional merupakan organisasi internasional sukarela yang
mengembangkan standardisasi teknik untuk material, produk, sistem dan jasa.
ASTM Internasional yang berpusat di Amerika Serikat.ASTM merupakan
singkatan dari American Society for Testing and Material, dibentuk pertama kali
pada tahun 1898 oleh sekelompok insinyur dan ilmuwan untuk mengatasi bahan
baku besi pada rel kereta api yang selalu bermasalah. Sekarang ini, ASTM
mempunyai lebih dari 12.000 buah standar. Standar ASTM banyak digunakan pada
negara-negara maju maupun berkembang dalam penelitian akademisi
maupun industri. Sifat tarik yang ditentukan oleh metode pengujian ini memiliki
nilai untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi bahan untuk tujuan kontrol dan
spesifikasi serta untuk menyediakan data untuk penelitian dan studi pengembangan.
Dalam tahap ini standart uji yang digunakan adalah ASTM D 638 – 02 Standard
Test Method for Tensile Properties of Plastics.

Bentuk dan ukuran Spesimen pengujian tarik didasarkan pada standar pengujian
ASTM D 638-02 sebagai berikut :

Gambar 3.9 Bentuk dan Ukuran Spesimen Uji


8

Keterangan (dalam mm):


Gauge length (G) : 50,0 ± .0,1 Length of reduced section (A) : 57
Width (W) : 12,5 ± 0.2 Thickness (T) : .....
Radius of fillet (R) : 12,5 Overall length (L) : 200
Width of grip section (C) : 20 Length of grip section (B) : 50

2.6 Penelitian Terdahulu


Dalam penyususnan penelitian ini penulis menggunakan beberapa refrensi
jurnal sebagai acuan penelitian, antara lain yaitu :
N Nama Judul Masalah / fokus Hasil penelitian
o penelitian penelitian
1 Marzuki I, Kajian Penelitian ini Aturan klasifikasi
Zubaydi A & Penerapan Bertujuan untuk BKI telah
Ma’ruf B. (2017) Aturan melakukan diterapkan
Klasifikasi tinjauan untuk sepenuhnya .
Pada sejauh mana galangan A tidak
Laminasi penerapan aturan memenuhi standar
Srtuktur klasifikasi pada uji tarik BKI yaitu
Konstruksi proses produksi 85 mpa dengan
Lambung pembangunan faktor pembat
Kapal Ikan kapal ikan 3 GT spesimen, bagian
Fiberglass dengan slide lambung
3 GT melakukan rawan benturan
pengujian kuat maka dari itu perlu
tarik dan kuat adanya evaluasi
kuat tekuk
2 Sarudin, Karakterist Tujuan penelitian Hasil penelitian
Sudarsono & ik ini adalah untuk dapat disimpulkan
Gunawan Y. Kekuatan mengetahui dan komposisi campuran
(2019) Tarik Pada menganalisa yang memiliki
Komposit karakteristik tegangan tarik paling
Hybrid, kekuatan tarik tinggi terdapat pada
Serat rami, pada komposit fraksi dengan
komposisi
Fiberglass, hybrid, fiberglass,
pencampuran resin
dan Resin serat rami dan 50 %, fiberglass 30
Polyester resin polyester %, dan serat rami 20
%
3 A Marasabessy & Analisi Tujuan penelitian Perawatan/pemelihar
Siagian S. (2016) Keretakan adalah aan pitting defect
Pelat Zona menyelidiki blistering yang
Lambung penyebab dilakukan di
Kapal kerusakan/keretak galangan kapal,
menutupi pitting
an pelat zona
9

Berbahan lambung defect dengan


Fiberglass berkaitan dengan dempul,
blistering diratakan/dihaluskan
dan gelcoat painting.
Tidak melakukan
pengukuran
kandungan air serat
penguat sehingga hal
ini berpeluang terjadi
kegagalan dalam
perawatan zona
lambung kapal fiber
glass
4 Sanny Ardhy, Pembuatan Tujuan penelitian FRP adalah
Meiki Eru Putra Kapal ini untuk material terdiri
(2019) Nelayan membantu resin, bahan
Fiberglass nelayan, penguat berupa
Kota khususnya serat gelas
Padang memproduksi (fiberglass) dan
Dengan kapal fiberglass additive. Bahan
Metode yang jauh lebih penguat fiberglass
Hand Lay baik untuk maupun proses
Up memaksimalkan pencetakan FRP
hasil tangkapan ada berbagai
ikan. macam, tergantung
pada bentuak yang
akan dibuat dan
spesifikasi yang
diinginkan
5 A.H siregar, B.A Komposit tujuan dari hasil penelitian dan
Setyawan, A Fiber penelitian ini analsisa data dapat
Marasabessy.(201 Reinforced adalah disimpulkan :
7). Plastic menganalisis Pertama Resin
Sebagai resin pada badan Yucalac BQTN-FR
Material kapal berbahan terbakar sampai
Bodi Kapal dasar komposit dengan 40 mm
Berbasis plastik bertulang (tanda 25 mm+15
Fiberglass serat tahan api / mm dari titik awal
Tahan Api flame retardan bakar; sedangkan
Yucalac BQTN-EX
terbakar habis
hingga tanda 100
mm, Kedua hasil
penelitian ini
menghasilkan
komposisi terbaik
dengan
menggunakan resin
Yucalac BQTNFR
10

dengan laju bakar


sebesar 16,2 16.2 ±
0.5 mm/ menit
dibandingkan
dengan resin
11

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian


Berikut langkah-langkah proses penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini.

Mulai

Studi Literatur

Persiapan Alat Dan Bahan

Pembuatan Spesimen

Fiberglass dilapisi resin Fiberglass dilapisi lem marine

Pengujian Tarik

Hasil Pengujian

Kesimpulan dan Saran

Selesai
12

3.2 Studi Literatur


Tahap ini, dilakukan proses literatur untuk dijadikan sebagai tinjauan
pustaka pada penelitian serta macam data yang diambil. Dalam hal ini yang
akan dijadikan sumber untuk tinjauan pustaka diambil dari internet, buku-buku
penunjang pengujian, jurnal, serta para dosen pembimbing guna untuk
mengumpulkan data dan bahan yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian.

3.3. Persiapan Alat Dan Bahan


Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan seluruh alat dan bahan yang akan
digunakan dalam pembuatan spesimen dan pengujian tarik.

3.4 Pembuatan Spesimen


Pada tahap ini pembuatan spesimen untuk pengujian tarik pada spesimen
fiberglass yang sudah dilapisi resin dan spesimen yang dilapisi dengan lem
marine sebagai berikut : pembuatan pengujian 18 spesimen lapisan serat yaitu
= 9 spesimen dengan lapisan resin sesuai uraian berikut : 3 spesimen dengan 1
lapisan serat fiberglass kemudian dilapisi resin, 3 spesimen dengan 2 lapisan
serat fiberglass kemudian dilapisi resin, dan 3 spesimen dengan 3 lapisan serat
fiberglass kemudian dilapisi resin, selanjutnya pembuatan 9 pembuatan
spesimen sama tapi pelapisan serat fiberglasnya hanya dikasih 1 lapisan serat
dan pelapisan resin diganti dengan lem marine kemudian akan dibuat rata-rata
dari hasil uji tarik setiap spesimen tersebut.

3.5 Pengujian tarik


Tahap ini dilakukan proses pengujian material dalam tahap uji tarik
dengan standart ASTM D 638 -02 Standard Test Method for Tensile Properties of
Plastics, untuk mengetahui kuat tarik dari setiap spesimen.
13

3.6 Hasil Pengujian


Pada tahap ini dilakukan analisis hasil dari pengujian tarik pada setiap
spesimen tersebut dan menentukan apakah lem marine cocok digunakan
sebagai pengganti resin.

3.7 Kesimpulan dan Saran


Memberikan uraian singkat berupa kesimpulan dan saran apakah dalam
pengujian tarik menggunakan pelapisan dengan lem marine itu cocok apa tidak.

3.8 Jadwal Penelitian


Kegiatan penelitian ini akan berlangsung selama lima bulan dengan jadwal
sebagai berikut :

Bulan
No Kegiatan
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4
1. Studi Literatur

2. Pengumpulan Data

3. Pengujian Material

4 Analisis, dan Pembuatan Laporan

5. Penarikan Hasil dan Kesimpulan


14

Daftar Pustaka

Adella Hotnyda Siregar, Budiman Adi Setyawan, Amir Marasabessy.2016.


Komposit Fiber Reinforced Plastic Sebagai Material Bodi Kapal Berbasis
Fiberglass Tahan Api.Jakarta

Amir Marasabessy., Saut Siagian.2016. Analisis Keretakan Pelat Zona Lambung


Kapal Berbahan Fiber Glass. Jakarta

Ariyany, Z., 2014. Kajian Reparasi Pengecatan Pada Lambung Kapal (Studi
Kasus K.M KIRANA 3). Jurnal Teknik Vol. 35 No. 1 ISSN 0852-1697, pp.
27-32.

B Ma’ruf. (2010). Modernisasi dan Standardisasi Teknologi Pembangunan Kapal


Berbahan Fiberglass, Laporan Penelitian. BPPT. Jakarta.

Januar Putra Umba Kusairiawan.2016. Kuat Tarik Lapis Veneer Bambu Betung
Sebagai Pengganti Serat Gelas Dalam Konstruksi Bamboo Veneer Reinforced
Plastic (BVRP).Surabaya

Romadoni., Nuhasanah.2017. IbM Aplikasi Pembuatan Kapal Nelayan Fiberglass


Menggunakan Komposit Kain Bekas.Riau

Sanny Ardhy, Meiki Eru Putra, Islahuddin,2019. Pembuatan Kapal Nelayan


Fiberglass Kota Padang Dengan Metode Hand Lay Up. Padang

Sarjito Jokosisworo.2009. Pengaruh Penggunaan Serat Kulit Rotan Sebagai


Penguat Pada Komposit Polimer Dengan Matriks Sebagai Penguat Pada
Komposit Polimer Dengan Matriks POLYESTER YUKALAC 157 Terhadap
Kekuatan Tarik Dan Tekuk.Semarang

Smith W.F.,1993, Foundation of Materials Science ann Engiineering, Mc Graww


Hill, Toronto

Supardi, Edi, 1999, Pengujian Logam, Angkasa Bandung. Bandung

Yulianto, E.S. (2010). Desain Perahu Fiberglass Bantuan LPPM IPB di Desa
Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, Sukabumi. Skripsi, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai