Anda di halaman 1dari 13

Measuring and Evaluating Port Performance and Productivity

(65 pages)

Tiga hal berikut merupakan garis besar isi dari buku, yaitu:

1. Mengukur Performa dan Produktivitas Pelabuhan


a. Lamanya kapal berlabuh di pelabuhan
b. Pengukuran performa cargo-handling di dermaga dan kapal
c. Pengukuran pemakaian fasilitas pelabuhan (menginap)
2. Evaluasi Performa dan Produktivitas Pelabuhan
3. Membandingkan Nilai Performa Pelabuhan

Penjelasannya adalah sebagai berikut,

1. Mengukur Performa dan Produktivitas Pelabuhan

Derajat kepuasan yang didapatkan berdasarkan pada standar yang telah ditetapkan dan
akan menentukan kemampuan performa pelabuhan tersebut. Tingkatan kinerja pelabuhan
tersebut akan berbeda-beda tergantung pada kapal, barang, dan transportasi darat yang
dilayani. Faktanya, evaluasi dari performa pelabuhan akan membutuhkan beberapa hal sebagai
berikut :

 Lamanya kapal bersandar di pelabuhan


 Kualitas cargo-handling
 Kualitas pelayanan transportasi darat selama mereka berada di pelabuhan

Pengukuran lamanya kapal bersandara dalah indikator yang penting dari kualitas
pelayanan yang ditawarkan untuk mayoritas pengguna pelabuhan.
Periode penting waktu bersandar pada dasarnya merupakan waktu bongkar muat
berjalan maupun tidak. Dan sebagai hasilnya, performa kinerja cargo-handling sebagian besar
akan menentukan kualitas pelayanan terhadap kapal dan oleh karena itu pantas untuk
membutuhkan analisis khusus. Untuk mengefektifkan pengukuran performa cargo handling,
dibutuhkan 2 indikator yaitu,
o Indicators of Output

Menyediakan informasi total jumlah pekerjaan yang telah selesai dalam waktu tertentu
atau tonase yang ditangani dalamwaktu yang telah ditentukan.
Di pelabuhan, indicators of output yang sering digunakanadalah sebagai berikut :

 Berth throughput

Mengukur total tonase yang ditangani pada dermaga dalam waktu yang
teah ditentukan.

 Ship output

Mengukur seberapa baik operasi bongkar-muat yang dilakukan.


Pengukurannya adalah sebagai berikut :
-Tonnes per ship working hour
-Tonnes per ship hour at berth
-Tonnes per ship hour in port

 Gang output

Rata-rata tonase yang ditangani oleh suatu regu dalam interval waktu
tertentu, biasanya dalam interval satu jam.

o Indicator of Productivity

Perbandingan antara output yang didapat dengan usaha yang dilakukan dalam segi
keuangan. Hal tersebut berkaitan erat dengan efektivitas biaya bongkar-muat. Walau
bagaimana pun usaha yang lebih besar akan menghasilkan output yang lebih besar pula, hal
tersebut merupakan jaminan dari produktivitas yang lebih tinggi.

Sedangkan untuk kualitas pelayanan transportasi darat selama mereka berada di


pelabuhan mengindikasikan penggunaan dari fasilitas dermaga selama waktu yang diberikan
(biasanya satu minggu, satu bulan, atau satu tahun), berdasarkan dari nilai effective occupancy
yang dihitung per jam atau per hari. Secara keseluruhan, tingkat berth occupancy adalah
indikator yang sangat signifikan tetapi mereka tidak menyediakan jawaban langsung untuk
tingkat okupansi, begitu juga nilai produktif okupansi. Oleh karena itu, penting untuk membagi
total waktu di dermaga menjadi:

a. A “ vacant berth” period


b. An “occupied but not working” period
c. An “occupied and working” period
d. An “occupied but not workable” period

2. Evaluasi Performa dan Produktivitas Pelabuhan

Performa dan produktivitas pelabuhan tidak dapat ditentukan hanya dengan satu
indikator. Kompleksitas dari operasi pelabuhan adalah hubungan antara berbagai macam
elemen dalam pelabuhan seperti kapal tipe apa, dermaga, pemakaian fasilitas dan jasa buruh.
Jika suatu pelabuhan ingin mengevaluasi kinerja pelabuhan secara akurat dan bermakna, maka
wajib mengandalkan satu set indikator tersebut.

3. Membandingkan Nilai Performa Pelabuhan

Pada pembahasan sebelumnya mengenai pengukuran output dan produktivitas sudah


sangat jelas bahwa performa pelabuhan atau terminal tidak dapat dinilai dengan satu
perhitungan. Deskripsi akurat mengenai perilaku pelabuhan dengan permintaan didapatkan dari
pengawasan yang berkelanjutan terhadap indikator yang jelas. Tetapi sayangnya di berbagai
pelabuhan, tetap ada kecenderungan untuk mengumpulkan jumlah data mentah yang kemudian
diolah dalam sebuah buku statistik yang bagus namun pada umumnya tidak praktis.
Bahkan yang mungkin lebih buruknya lagi adalah kenyataan bahwa siapa pun yang
berusaha untuk mempelajari materi statistik tersebut akan menemukan bahwa banyak dari itu
adalah penggunaannya sedikit terbatas, sementara informasi yang penting (waktu tunggu dan
waktu pelayanan, output dan produktivitas dinyatakan sebagai fungsi waktu dan biaya) sering
kurang, tidak lengkap atau digantikan. Nilai terbatas dari informasi statistik yang tersedia
tersebut secara otomatis mengurangi ruang lingkup aplikasinya, tetapi jika data tersebut
ditambah ke dalam pengumpulan data dan analisis masih banyak yang berupa waktu man-
hours. Oleh karena itu biaya pelaksanaannya dianggap terlalu tinggi.
Penggunaan indikator kinerja oleh otoritas pelabuhan masing-masing atau operator
terminal sering menyebabkan perbandingan kasar dan kesimpulan yang kurang baik. Dalam
kebanyakan kasus angka output hanya disebutkan, tanpa memberikan detail yang diperlukan
untuk kondisi di mana hasil-hasil ini diperoleh. Otoritas pelabuhan, saat penerbitan angka
output, gagal untuk membedakan antara lalu lintas pelabuhan danoutput dermaga yang
kumulatif. Lebih buruk lagi, mereka membandingkan situasi yang berbeda (ukuran muatan,
tonase yang ditangani per panggilan, campuran kargo, kemasan dan fasilitas pelabuhan yang
semua bisa saja sangat berbeda).
Sebagai aturan umum, salah satu harus sangat berhati-hati ketika membandingkan nilai
keluaran atau output, bahkan antara pelabuhan di kisaran yang sama, antara terminal di
pelabuhan yang sama dan antara jalur pelayaran yang berbeda di terminal yang sama.
Perbandingan jelas berguna, dan sampai titik tertentu sangat diperlukan. Misalnya operator
terminal merasa perlu untuk mengevaluasi performa mereka sehubungan dengan performa
pelabuhan di sekitarnya atau performa pelabuhan di luar negeri.
Pertanyaan penting yang tersisa adalah seberapa jauh kinerja yang dicapai sehubungan
dengan parameter yang diberikan yang dapat ditingkatkan dan apakah perbaikan sepertiyang
diinginkan atau tidak dari sudut pandang kinerja secara keseluruhan. Sebuah jawaban yang
substansial hanya dapat diberikan dalam pengetahuan yang baik atas tujuan pelabuhan atau
terminal tersebut (prioritas relatif dari berbagai tujuan operasional dan keuangan).
Performance Measurement of Container Terminal Operation
(18 pages)

1. Mengukur Port Performance

UNCTAD (1999) mengkatagorikan port performance indicator menjadi dua, yaitu macro
performance indicator mengukur dampak pada aktifitas ekonomi, dan micro performanceindicators
untuk mengevaluasi pengukuran rasio input/output operasi dari sebuah pelabuhan (Bichou dan
Gray, 2004)
Secara tradisonal, performansi dari sebuah pelabuhan telah banyak dievaluasi dengan mengitung
produktifitas cargo-handling di dermaga, dengan mengukur single factor productivity atau dengan
membandingkan specific time period sebenarnya dengan optimum throughput over a specific time
period. Dewasa ini, telah dibuat progres yang signifikan untuk mengukur efisiensi pada produktifitas
danperformansi dari sebuah pelabuhan, yaitu Data Envelopment Analysis (DEA) dan Stochastic
Frontier Analysis (SFA).
Performance indicator pada pelabuhan telah diklasifikasikan menjadi 2 katagori, yaitu finansial, dan
operasional.
Tabel ringkasan performance indicator oleh UNCTAD:
Financial indicator Operational Indicator
Tonnage worked Tanggal kedatangan
Pendapatan per ton dari kargo yang sandar Waktu tunggu
Pendapatan per ton dari kargo yang di B/M Waktu melayani
Pengeluaran untuk pekerja Turn-around time
Pengeluaran modal untuk peralatan per ton Tonnage per kapla
per kargo
Kontribusi per ton dari kargo Fraction of time berthed ship worked
Total kontribusi Number of gangs employed per ship per shift
Tons per ship-hour in port
Tons per ship-hour at berth
Tons per gang hours
Fraction of time gangs idle
Tabel diatas menyajikan cara tradisional untuk mengukur port performance indicator.

2. Pengukuran performansi dari operasi terminal kontainer

Menurut Fourgeaud (2000) performansi dari terminal kontainer berdasarkan:

a. Rasio kontainer yang dimuat vs kontainer yang dibongkar. Kontainer yg kosong tidak selalu
termasuk pada port statistic, tapi kontainer kosong tetap harus di handle.
b. Gerakan yang tidak produktiv : handling kontainer yang tidak seharusnya dibongkar tetapi harus
dipindah, kebanyakan kontainer kosong dan kontainer yang memuat barang berbahaya, yang di
muat di bagian atas.
c. Level ketepatan dari gantry-crane: waktu yang dibutuhkan untuk menepatkan secara tepat
spreader pada kontainer atau dari kontainer ke trailer.

3. Klasifikasi pengukuran container port performance

Kisi at all (1999) mengklasifikasikan port performance indikator menjadi 4 level sebagai berikut
Hasan and et al (1993) and Hassan (1993) menyarankan bahwa complicated interconnected port
operation dibagi menjadi 4 katagori:

a. Ship operation
b. Cargo handling
c. Warehousing
d. Inland Transportation

Model ini dapat digunakan untuk mengevaluasi performance indicator yang berbeda untuk
menunjukan port improvement analysis, untuk mempelajari kemungkinan perluasan pelabuhan
untuk mengestimasi masadepan pelabuhan dan evaluasi dampak ekonomi.
Menurut Trujilo and Nombela 1999, ada cara lain untuk mengukur efisiensi dan produktivitas
pelabuhan, yaitu :

a. Physical indicator: umumnya tentang pengukuran waktu


b. Factor productifity indicator: untuk mengukur labor dan capital yang dibutuhkan untuk memuat
maupun membongkar barang dari kapal.
c. Economic and financial indicator: operating surplus atau total income dan expenditure yang
berhubungan dengan GRT dan NRT.

Tomas dan Monie (2000) mengkatagorikan pengukuran dapat diturunkan menjadi 4 katagori:

a. Production Measure
Pengukuran throughput meliputi:
- Ship throughput
- Quay transfer throughput
- Container yard throughput
- Receipt/delivery throughput

Masing masing dari pengukuran throughput diatas, menunjukan pergerakan kontainer per unit
dari waktu. Nilai dari pengukuran sangat penting untuk mengestimasi kebutuhan sumberdaya
dan actual cost dari handling kargo.

b. Productivity Measure
Pengukuran produktivitas penting untuk operator terminal karena hal tersebut terkait pada
biaya operasi terminal. Ada tujuh hal yang harus dihitung oleh operator terminal antara lain:
- Produktivitas kapal
- Produktivitas crane
- Produktivitas dermaga
- Produktivitas daerah terminal
- Produktivitas peralatan
- Produktifitas tenaga kerja
- Efektivitas biaya

c. Utilization Measure
Utilization measure memungkinkan menejemen untuk menentukan seberapa intensiv sumber
daya yang digunakan. Utilization measure yang paling relevan antara lain:
- Quay utilization
- Storage utilization
- Gate utilization
- Equipment utilization

d. Service Measure
Service measure menunjukan kepuasan pelanggan atas layanan yang telah ditawarkandalam hal
kehandalan, keteraturan, dan kecepatan. Pokok dalam service measure termasuk:
- Ship turnaround time
- Road vehicle turnaround time
- Rail service measure
Kesimpulan:
Dalam literatur, banyak alternatif pengukuran yang telah direview dan dijelaskan untuk tujuan
yang berbeda, tetapi ada sedikit konsistensi atas bagaimana hal tersebut harus didefinisikan dan
dihitung. Pengukuranya dapat dibagi menjadi empat katagori antara lain: pengukuran produksi,
produktivitas, utilisasi, dan layanan.
PORT PERFORMANCE INDICATOR
(27 pages)

CHAPTER 1
Mengapa harus mengukur indikator kinerja pelabuhan? Dari bermacam alasan untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan pelabuhan, terdiri 2 jenis yang berkaitan dengan
otoritas pelabuhan;
1. Data dana digunakan untuk membuktikan kegiatan pelabuhan
2. Dapat membuktikan sesuai dasar untuk masa depan perencanaan pembangunan
pelabuhan.
UNCTAD (United Nation Conference of Trade and Development) menyarankan 2 kategori
untuk indikator kinerja pelabuhan yaitu Macro Performance Indicator (Financial Indicators),
mengukur agregat pengaruh pelabuhan pada aktivitas ekonomi, dan Micro Performance
Indicator (Operational Indicators) mengevaluasi pengukuran rasio input/output pada aktivitas
pelabuhan.
Tujuan utama mengumpulkan informasi untuk menjaga indikator kinerja adalah: untuk
memberikan informasi pengelolaan, perencanaan dan kontrol yang mana indikator kinerja
pelabuhan, untuk mengukur aspek kekurangan pengoperasian pelabuhan.
Sebagai indikator yang harus ada untuk setiap port menyediakan fasilitas yang berbeda
sesuai dengan cara penanganan kargo. Berikut saran sesuai kategori kargo :

 Break-bulk general(or conventional) cargo


 Unitized cargo
 Liquid bulk
 Dry bulk(ore, grain, cement, fertilizer)

Otoritas pelabuhan bertanggung jawab terhadap orang-orang yang ahli dalam bidang
port atau pelabuhan tersebut. Mereka bertanggung jawab berpikir logis untuk menjaga satu set
indikator kinerja. Satu set indikator harus ada untuk setiap kategori cargo di dalam pelabuhan
yang menyediakan fasilitas berbeda sesuai dengan pelaksanaannya. Berikut ini adalah faktor-
faktor untuk perencanaan pengelolaan pelabuhan :
1. Charging Condition
2. Scarcity of Management Perconel
3. Scarcity of Capital Resources
Ketika pelabuhan dalam keadaan control title atas tingkat penggunaan layanan, mereka
harus mencoba untuk mengendalikan permintaan pelabuhan. Kontrol proses dalam
pengoperasi dilakukan jika ada beberapa bentuk umpan balik kinerja atau hasil.

CHAPTER 2
Indikator yang Paling Utama

A. Indikator Keuangan
Otoritas pelabuhan seharusnya mengetahui biaya yang dihasilkan dari operasi
pelabuhannya dan pendapatan yang dihasilkan. Sekretariat UNCTAD memaparkan harga
pelabuhan yang diganakan untuk mengkonversi modal pengeluaran aliran tahunan capital cost.
Sisa umum yang tidak di alokasikan misalnya pengawasan, fasilitas staff, layanan umum
hanya dapat dialokasikan keberbagai luas cargo-handling di pelabuhan di dasar yang berubah-
ubah.
Di setiap kelas muatan terdapat komoditas, berbagai jenis dari packaging, dan berbagai
tipe operasi. Di setiap kasusnya, diusahakan untuk tetap menjaga produktivitas
Indikator yang terpenting dalam pelabuhan.
Financial indicator adalah indikator yang mencakup masalah finansial mulai dari
biaya pengeluaran operasional hingga pendapatan pada suatu pelabuhan atau terminal.
Informasi dalam financial indicator harus melalui seorang akuntan. Financial indicator ini
mencangkup informasi padati apdermaga antara lain:

 Pemasukan dari kapal yang sandar


 Pemasukan dari bongkar muat muatan
 Pengeluaran untuk tenaga kerja bongkar muat
 Dan investasi peralatan bongkar muat

B. Indikator Operasional
Operational indicator adalah indicator yang mencakup masalah operasional suatu
pelabuhan seperti:

o Arrival time
o Waiting time
o Service time
o Turn-around time
o Tonnage per ship
o Fraction of time berthed ships worked
o Number of gangs employ per ship per shift
o Dan lain-lain

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data sangat di butuhkan untuk mengambil informasi dari indikator yang
sudah ditentukan. Berikut adalah skema pengambilan informasi untuk menghitung indikator
dalam sebuah pelabuhan atau terminal,
1. Berth Facilities File

Berisi mengenai informasi mengenai karakter fisik dan biaya investasi fasilitas dermaga

2. Port Equipment File

Berisi informasi mengenai karakter teknis tanggal pengerjaan, biaya pembelian, biaya
pemaharuan dan waktu pengiriman peralatan utama pelabuhan.

3. Berth Facilities Maintenance Cost

File ini berisi tentang semua biaya perawatan peralatan yang berada pada dermaga

4. Port Equipment Cost Summary File

Berisi tentang informasi dari penanggung jawab perawatan peralatan yang berisi biaya
operasional setiap minggunya

5. Labour Cost File

Berisi tentang rekaman kinerja tenaga kerja pelabuhan yang digunakan

6. Ship File

Berisi informasi yang dibutuhkan untuk menghitung operasional indikator

7. Revenue File

Berisi tentang pendapatan dari setiap kapal

Anda mungkin juga menyukai