Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA BAHAN

LAS GESEK

Disusun oleh:
Tyo Scesar F. N. (18/MS 3A)
Yoga Pradigda (19/MS 3A)
Zaid Nasruddin (20/MS 3A)
Wahyu Hidayat (19/MS 3B)
Zakaria Ahmad (20/MS 3B)

PROGRAM STUDI
TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : UJI LAS GESEK (FRICTION WELDING)

Penyusun Laporan : 1. Tyo Scesar F. N. 4.21.17.0.18 ( MS 3A )


2. Yoga Pradigda 4.21.17.0.19 ( MS 3A )
3. Zaid Nasruddin 4.21.17.1.20 ( MS 3A )
4. Wahyu Hidayat 4.21.17.1.21 ( MS 3B )
5. Zakaria Ahmad 4.21.17.1.22 ( MS 3B )

Waktu Pelaksanaan :
Hari , Tanggal : Rabu, 11 & 18 September 2019
Tempat: Laboratorium Fenomena Bahan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Semarang

Dengan ini telah melakukan praktikum dan pengamatan pada setiap percobaan sesuai
prosedur mata kuliah Fenomena Bahan 2 dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Poedji Haryanto, SST. MT.


NIP. 195707311989031001
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur tidak henti-hentinya kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan rahmat, nikmat dan anugerah-Nya sehingga Laporan Praktikum UJI LAS
GESEK ini dapat terselesaikan dengan baik, meski jauh dari kata sempurna.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlihat
dalam proses pembuatan Laporan Praktikum UJI LAS GESEK ini, terkhusus kepada:

1. Kepada Bapak Poedji Haryanto, SST. MT., selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum
Uji Las Gesek.
2. Kepada segenap asisten laboratorium Uji Kekerasan Rockwell yang tetap sabar untuk
melayani kelompok kami dalam berlangsungnya praktikum.
3. Kepada para orangtua yang tak pernah putus mendoakan agar kuliah kami berjalan dengan
baik.
4. Dan seluruh teman-teman yang berkenan membantu hingga Laporan Praktikum Uji Las
Gesek ini dapat selesai.

Demikianlah Laporan Praktikum Uji Las Gesek kami buat dengan sepenuh hati. Tidak lupa
kritik dan saran kami harapkan agar laporan ini dapat menjadi lebih baik lagi.Semoga laporan
ini bisa bermanfaat bagi semua dan terkhusus bagi selaku penulis. Terima Kasih.

Semarang, Desember 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Friction Welding adalah metode pengelasan yang simple dan efisien yang sekarang ini
mulai banyak di gunakan dalam proses produksi pada perusahan-perusahaan di dunia
industri, metode pengelasan ini sangat sederhana dan tidak menggunakan logam pengisi
atau filer dimana dua buah permukaan logam apabila digesekkan akan menimbulkan
panas, kemudian diberikan tekanan agar dapat menyatu [Serope & Steven R. Oswald,
Kalpakjian, 2001]. Selain itu kelebihan dari friction Welding adalah sifat mekaniknya
memberikan hasil lasan kuat, meminimalisir cacat yang ditimbulkan dan dapat di gunakan
pada material yang berbeda. Heat affected zone (HAZ) yang terbentuk relatif kecil
namun, metode ini dipengaruhi oleh beperapa factor di antara lain kecepatan rotasi,
tekanan aksial, dan waktu gesekan (friction time). (Dicky Satyadianto.2015)
Pengelasan gesek (friction welding) merupakan proses penyambungan logam tanpa
pencairan (solid state process), yang mana proses pengelasan terjadi sebagai akibat
pengabungan antara laju putaran salah satu benda kerja dengan gaya tekan yang
dilakukan oleh benda kerja yang berputar. Gesekan yang diakibatkan oleh pertemuan
kedua benda kerja tersebut akan menghasilkan panas yang dapat melumerkan kedua
ujung benda kerja yang bergesekan sehingga akhirnya terjadi proses penyambungan.
(Astrom, dkk .2006)
Teknologi las gesek bukan hal yang baru dalam dunia mekanik baik di perindustrian
manufaktur maupun usaha kecil menengah, karena hal ini sudah banyak digunakan pada
oleh industri otomotif, konstruksi maupun komponen alat misalnya Electrical connectors,
Air bag canisters, Gear levers, Stanley tools, Airbag component, Drill bits, Engine
valves, Pump shafts, Piston rods, Drive shafts, API drill pipe, Truck banjo axle, Gear
cluster, Track roller, Bent axle,Blisk, Large piston rod, Hydraulic cylinders (Uzkut, dkk,
2012). Pengelasan sering digunakan dalam suatu konstruksi rancangan dan cara
pengelasan harus memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las dengan kegunaannya,
hal tersebut mendorong para peneliti untuk terus menemukan hal baru yang bersifat
konstruktif dalam proses pengelasan.
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengoperasikan mesin las gesek sesuai dengan prosedur yang
benar
b. Mahasiswa mampu melakukan penyambungan dengan menggunakan mesin las
gesek
c. Mahasiswa mampu menganalisa struktur mikro pada sambungan las gesek.
d. Mahasiswa mampu menguji kekuatan tarik sambungan las.
e. Mahasiswa mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian metode pengelasan
gesek.

1.3 Manfaat
a. Mengetahui cara mengoperasikan mesin dan menyambung dua material dengan
mesin las gesek.
b. Mengetahui struktur mikro pada sambungan las gesek (HAZ).
c. Mengetahui kekuatan tarik dari sambungan las gesek.
d. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari metode pengelasan gesek

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengelasan
a. Pengelasan Menurut Harsono,1991
Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam
keadaan lumer atau cair.
b. Pengelasan Menurut American welding society,1989
Pengelasan adalah proses penyambungan logam atau non logam yang dilakukan dengan
memanaskan material yang akan akan disambung hingga temperatur las yang dilakukan
dengan cara menggunakan tekanan (pressure), dan tanpa menggunakan logam pengisi (filler).

(Solid State Welding) adalah proses yang menghasilkan penggabungan dari permukaan
spesimen pada temperatur di bawah titik leleh logam dasar yang disambung tanpa
penambahan logam pengisi. Proses ini melibatkan baik penggunaan deformasi atau difusi dan
deformasi terbatas untuk menghasilkan sambungan yang berkualitas tinggi antara bahan
serupa maupun berbeda.

Gambar 1 Daerah las (a) Pengelasan Fusi (b) Non Fusi

2.2 Las Gesek


Pengelasan gesek (friction welding) merupakan teknik pengelasan dengan
memanfaatkan panas yang ditimbulkan akibat gesekan. Permukaan dari dua bahan yang akan
disambung, salah satu berputar sedang lainnya diam, dikontakkan oleh gaya tekan. Gesekan
pada kedua permukaan kontak dilakukan secara kontinu sehingga panas yang ditimbulkan
oleh gesekan yang kontinu akan terus meningkat. Dengan gaya tekan dan panas pada kedua
permukaan hingga pertemuan kedua bahan mencapai suhu leleh (melting temperature) maka
terjadilah proses las.
Menurut Suratman (2001), Pengelasan gesek/friction welding merupakan pengelasan
tanpa menggunakan kawat las/elektroda sehingga bisa dipastikan bahwa sambungan yang
diperoleh antara kedua material yang dilas adalah sambungan yang homogen. Selain itu
penyambungan poros dengan proses ini dapat meminimalisir bergesernya sumbu dari
material yang dilas.
Dalam proses pengelasan gesek/friction welding, kecepatan putaran merupakan
variabel yang sensitif dan dalam hal ini dapat divariasikan jika waktu dan temperatur
pemanasan serta tekanan dikontrol dengan baik.

Gambar 2 Langkah proses pengelasan (Friction Welding)

Pengelasan gesekan diakibatkan oleh panas yang dihasilkan melalui gesekan abrasi,
pembuangan panas, deformasi plastik, dan interdifusi kimia. Keterkaitan hubungan antara
faktorfaktor ini selama proses friction welding dicoba untuk dikembangkan dengan
memprediksi model proses pengelasan gesekan.
2.3 Prinsip Kerja Las Gesek
Pada tahun 1950, AL Chudikov seorang ahli mesin dari Uni Sovyet, mengemukakan
hasil pengamatannya tentang teori tenaga mekanik dapat diubah menjadi energi panas.
Gesekan yang terjadi pada bagian-bagian mesin yang bergerak menimbulkan banyak
kerugian karena sebagian tenaga mekanik yang dihasilkan berubah menjadi panas. Chudikov
berpendapat, proses demikian mestinya bisa dipakai pada proses pengelasan. Setelah melalui
percobaan dan penelitian dia berhasil mengelas dengan memanfaatkan panas yang terjadi
akibat gesekan. Untuk memperbesar panas yang terjadi, benda kerja tidak hanya diputar
tetapi ditekan satu terhadap yang lain. Tekanan juga berfungsi mempercepat fusi. Cara ini
disebut las gesek (Friction Welding).
Gambar 3 menunjukkan suatu skema proses pengelasan gesek, dua buah batang uji
yang akan disambung dengan cara pengelasan gesek, batang yang satu berputar dan batang
lainnya diam. Proses gesekan akan terjadi pada saat batang uji yang diam dikenai gaya
penekanan, panas akibat gesekan akan terus meningkat selama gaya penekanan terus
dilakukan hingga mencapai suhu leleh (melting) dan terjadi fusi pada kedua permukaan yang
bergesekan.

Gambar 3 Skema sistem pengelasan gesek


2.4 Faktor Yang Mempengaruhi
Lima faktor Kualitatif yang mempengaruhi mutu pengelasan gesekan adalah:
· Kecepatan putaran
· Tekanan aksial (tekanan gesekan dan tekanan tempa)
· Durasi pengelasan
· Propertis material
· Kondisi Permukaan Benda kerja ( Profil )
Tiga faktor pertama berkaitan dengan proses pengelasan gesek, sedangkan dua yang
terakhir terkait dengan properti dari bahanbahan yang akan disambung. Selama pengelasan
gesek, kecepatan putaran, tekanan (gesek dan tempa) yang diberikan, dan durasi dari
pengelasan adalah tiga variabel yang dikendalikan. Efek dari variabel-variabel ini pada
kualitas las akan dibahas pada dasar proses pengelasan gesekan yaitu pengelasan direct-drive
friction welding. Temperatur permukaan setelah gesekan adalah parameter penting untuk
memastikan hasil yang baik pada pengelasan dan tergantung pada kondisi proses pengelasan
dan bahan-bahan yang akan disambung. Meskipun temperature permukaan tidak diukur atau
dikendalikan langsung tapi dampak dari temperatur yang tidak cukup atau suhu yang
berlebihan pada umumnya dapat diamati jelas melalui pemeriksaan visual selesai dilas.
Sebagian besar sifat-sifat material dan kondisi kedua permukaan yang disambung
mempengaruhi gaya gesek dan
karakteristik penempaan dari bahan yang disambung. Faktor-faktor ini akan dibahas untuk
pengelasan gesekan dari kedua bahan yang sama.

2.5 Teknologi Pengelasan Gesek


Direct-drive friction welding, kadang-kadang disebut pengelasan gesek konvensional,
menggunakan sebuah motor berjalan dengan kecepatan konstan untuk memasukan energi ke
dalam proses pengelasan. teknologi friction welding ini menghasilkan efek metalurgi yang
pada dasarnya berbeda pada kedua permukaan yang disambung. Teknologi friction welding
ini dapat diterapkan melalui berbagai jenis gerakan relatif untuk menghasilkan gesekan yang
diperlukan untuk membentuk lasan. Geometri paling umum friction welding dapat
ditunjukkan dalam Gambar 1, di mana satu komponen silinder ini diam dan yang lain diputar.
Namun, dalam metode lain, kedua komponen yang berputar berlawanan arah, atau dua-
komponen stasioner ditekan pada posisi yang berputar di antara mereka. Bentuk tambahan
dari friction welding lainnya, seperti radial, orbital, dan gerakan linier reciprocating, telah
dikembangkan untuk bagian geometri yang khusus.

2.5 Metode Pengujian


2.5.1 Pengujian Metallografi
Pengujian metalografi agar dapat diamati mikrostrukturnya, maka terlebih
dahulu benda uji di potong yang merupakan bagian dari specimen kekerasan yaitu
pada bagian ujungnya, kemudian di mounting mengunakan resin dan hardener.
Berikut ini adalah prosedur percobaan yang dilakukan pada pada pengujian
Metallografi :
1. Spesimen yang telah dimounting dengan resin dipolish dengan
polisher.
2. Spesimen dipolish dengan kertas pasir grade 120 dan 240 selama 15
menit, kemudian dilanjutkan dengan grade 400, 600, 800, 1000, dan 1500 selama
15 menit.
3. Setelah dipolish dengan kertas pasir, spesimen dipolish dengan bubuk alumina
sampai terbentuk kilatan seperti cermin.
4. Etsa nital 5% dituangkan dalam wadah atau cawan kemudian specimen
dicelupkan kedalam etsa selama 5-30 detik.
5. Spesimen yang telah dietsa dibersihkan dengan cara dicelupkan lagi ke dalam
alcohol kemudian dikeringkan di udara bebas atau dikeringkan dengan kipas
angin.
6. Pengamatan struktur mikro dilakukan dengan menggunakan alat mikroskop optik
rax vision yang disambungkan ke program Rax Vision Plus 4.1 pada
komputer.
7. Spesimen diletakkan diatas bidang uji atau meja mikroskop kemudian
didekatkan dengan optic mikroskop.
8. Digunakan perbesaran 200X dan diambil photo dari masing-masing
spesimen.
9. Fokus pada mikroskop diputar untuk mendapatkan pengamatan yang baik pada
spesimen.
10. Setelah didapatkan fokus dan pencahayaan yang yang pas, diambil photo dari
specimen dengan mengklik icon Capture frame pada program Rax Vision plus 4.1.
11. Prosedur yang sama juga dilakukan untuk spesimen lainnya.
12. Setelah itu diukur diameter masingmasing
spesimen dengan

( Arief Murtiono . 2012 )

2.5.2 Pengujian Tarik


Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik
suatu bahan sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang lengkap berupa
kurva. Kurva ini menunjukkan hubungan antara tegangan dengan regangan.
Perubahan panjang dalam kurva disebut sebagai regangan Teknik, yang
didefinisikan sebagai perubahannpanjang yang terjadi akibat perubahan statik (L)
terhadap panjang batang mula-mula (L0). Tegangan yang dihasilkan pada proses ini
disebut dengan tegangan teknik (σeng), dimana didefinisikan sebagai nilai
pembebananyang terjadi (F) pada suatu luas penampang awal (A0).
Tegangan normal akibat gaya tarik dapat ditentukan berdasarkan persamaan (1).
σ = F x Ao…………………… (1)
Dimana:
σ = Tegangan tarik (MPa)
F = Gaya tarik (N)
Ao = Luas penampang specimen mula-mula (mm2)
Regangan akibat beban tekan statik dapat ditentukan berdasarkan persamaan (2).
ε= ∆L/L
Dimana: ∆L = L-L0
Keterangan:
ε = Regangan akibat gaya tarik
L = Perubahan panjang specimen akibat beban tekan (mm)
Lo = Panjang spesimen mula-mula (mm)

Pada prakteknya nilai hasil pengukuran tegangan pada suatu pengujian tarik
pada umumnya merupakan nilai teknik. Regangan akibat gaya tarik yang terjadi,
panjang akan menjadi bertambah dan diameterpada spesimen akan menjadi
kecil,maka ini akan terjadi deformasi plastis. Hubungan antara stress dan strain
dirumuskan pada persamaan (3)
E = σ / ε……………………………….. (3)
E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan tegangan
(σ) dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama “Modulus Elastisitas” atau “Young
Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini
kerap disingkat kurvaSS (SS curve).
( Arief Murtiono . 2012 )
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. ALAT
1. Mesin Las Gesek

2. Jangka Sorong

3. Sarung Tangan
4. Mesin Uji Tarik Universal

5. Mikroskop
3.2. Bahan
BAB IV
DATA HASIL PRAKTIKUM

4.1 Benda Uji 1 (ST40 danST40)


 Spesifikasi Ukuran Awaal

Spesifikasi ST40 ST40


Diameter 12,5 mm 12,5 mm
Panjang 10,5 mm 11,2 mm

 Data Ketika Proses Penekanan Las Gesek Berlangsung

RPM 1225 rpm


Tekanan 143 bar
Kecepatan 5 m/s
Panjang setelah las 201 mm

 Gambar Benda Uji Tarik

4.2 Benda Uji 2 (ST40 danST40)


 Spesifikasi Ukuran Awaal

Spesifikasi ST40 ST40


Diameter 12,5 mm 12,5 mm
Panjang 11,15 mm 11 mm

 Data Ketika Proses Penekanan Las Gesek Berlangsung

RPM 1092 rpm


Tekanan 145,5 bar
Kecepatan 5 m/s
Panjang setelah las 210 mm
 Gambar Benda Uji Tarik

4.3 Benda Uji 3 (ST60 danST60)


 Spesifikasi Ukuran Awaal

Spesifikasi ST60 ST60


Diameter 12,5 mm 12,5 mm
Panjang 109 mm 111 mm

 Data Ketika Proses Penekanan Las Gesek Berlangsung

RPM 1207 rpm


Tekanan 144 bar
Kecepatan 5 m/s
Panjang setelah las 205 mm

 Gambar Benda Uji Tarik


4.3 Benda Uji 4 (SS dan ST60)
 Spesifikasi Ukuran Awaal

Spesifikasi SS ST60
Diameter 12,5 mm 12,5 mm
Panjang 69 mm 75,5 mm

 Data Ketika Proses Penekanan Las Gesek Berlangsung

RPM 1802 rpm


Tekanan 145 bar
Kecepatan 5 m/s
Panjang setelah las SS = 6,4 mm
ST60 = 7,19

 Gambar Struktur Mikro


BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Benda Uji 1 ( ST40 & ST40 )


Pada praktikum yang telah dilakukan didapat data awal yang dari benda uji
pertama mempunyai diameter yang sama yaitu 12,5 mm serta memiliki panjang sebesar
105 mm dan 112 mm. Ketika proses penekanan las gesek berlangsung kita mendapat data
berupa rpm sebesar 1225 rpm, pressure (tekanan) sebesar 129,7 bar, dan kecepatan
sebesar 5 m/s. Setelah kita melakukan proses penekanan las gesek dilakukan uji Tarik.
Pengujian Tarik didapat data pertambahan panjang dan penyusutan diameter pada benda
uji yaitu benda uji memiliki pertambahan panjang dari panjang awal benda ke panjang
benda saat putus dan memiliki penyusutan pada diameter awal benda ke diameter benda
saat putus sehingga kita dapat mengetahui bahwa benda uji memiliki kekuatan
penekanan las gesek yang baik sehingga benda sambungan tidak mudah putus,

5.2 Benda Uji 2 ( ST40 & ST40 )


Benda uji kedua terdiri dari material ST 40 yang memiliki data awal yaitu
diameter yang sama yaitu 12,5 mm serta memiliki panjang sebesar 111,5 mm dan 110
mm. Pada saat proses penekanan las gesek berlangsung didapat data berupa rpm sebesar
1092 rpm, pressure (tekanan) sebesar 145,5 bar, dan kecepatan sebesar 5 m/s. Setelah kita
melakukan proses penekanan las gesek dilakukan uji Tarik. Pada Pengujian Tarik didapat
data pertambahan panjang dan penyusutan diameter pada benda uji. Benda uji kedua
mengalami pertambahan panjang dari panjang awal benda ke panjang benda setelah putus
melewati daerah elasti. Kemudian penyusutan pada diameter awal benda ke diameter
benda saat putus sehingga dapat diketahui bahwa benda uji memiliki kekuatan
penekanan las gesek yang baik sehingga benda sambungan tidak mudah putus atau
dengan kata lain memiliki tegangan tarik yang tinggi,

5.3 Benda Uji 3 ( ST60 & ST60 )


Terdapat material baru yang digunakan pada benda uji ketiga terdiri dari material
ST 60 yang memiliki data awal yaitu diameter yang sama yaitu 12,5 mm serta memiliki
panjang sebesar 109 mm dan 111 mm. Pada saat proses penekanan las gesek berlangsung
didapat data berupa rpm sebesar 1207 rpm, pressure (tekanan) sebesar 144 bar, dan
kecepatan sebesar 5 m/s. Setelah kita melakukan proses penekanan las gesek dilakukan
uji Tarik. Pada Pengujian Tarik didapat data pertambahan panjang dan penyusutan
diameter dari material ST 60 ini. Benda uji kedua mengalami pertambahan panjang dari
panjang awal benda ke panjang benda setelah putus melewati daerah elastis yang berbeda
dari benda uji pertama dan kedua. Penyusutan pada diameter awal benda ke diameter
benda saat putus sehingga dapat diketahui bahwa benda uji memiliki kekuatan
penekanan las gesek yang baik. Benda uji ketiga tidak mudah putus dan memiliki
tegangan Tarik yang lebih tinggi dibanding benda uji pertam dan kedua.

5.4 Benda Uji 4 ( SS & ST60 )


Pada benda uji keempat ini akan dilakukan pengamatan mikrografi sehingga
digunakan dua material yang berbeda. Material yang digunakan terdiri dari material
Silver Steel dan St 60. Data awal yang didapat yaitu diameter yang sama yaitu 12,5 mm
serta memiliki panjang sebesar 69 mm dan 75,5 mm. Pada saat proses penekanan las
gesek berlangsung didapat data berupa rpm sebesar 1082 rpm, pressure (tekanan) sebesar
145 bar, dan kecepatan sebesar 5 m/s. Setelah kita melakukan proses penekanan las gesek
dilakukan terdapat pengurangan panjang benda uji menjadi 64 mm dan 71,9 mm. Setelah
dilakukan proses penekanan las gesek kita lakukan pengamatan mikroskop pada bagian
kanan, kiri, dan tengah untuk mengetahui kandungan struktur mikronya, dan didapatkan
data bahawa benda uji memiliki struktur mikro yang lebih banyak pearlite dibandingkan
ferrite. Dari data yang didapat setelah pengamatan menggunakan mikroskop dapat
diketahui bahwa benda uji pada bagian kanan, kiri, dan tengah memiliki pearlite yang
lebih dominan daripada ferrite sehingga benda uji itu keras tapi getas, disebabkan karena
semakin banyak pearlite yang terkandung maka benda akan semakin keras dan semakin
tinggi kekerasannya maka akan semakin getas materialnya.
BAB V
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Pengelasan gesek (friction welding) merupakan proses penyambungan logam tanpa


pencairan (solid state process), yang mana proses pengelasan terjadi sebagai akibat
pengabungan antara laju putaran salah satu benda kerja dengan gaya tekan yang dilakukan
oleh benda kerja yang berputar

Tegangan tarik dari material sampel uji yang telah dilakukan proses penyambungan
dengan metode las gesek memiliki hasil yang baik karena terjadi deformasi pada benda uji.
Sampel uji terjadi pertambahan panjang pada serta terjadi penyusutan diameter pada sampel
uji. Parameter tersebut menandakan bahwa kekuatan tarik pada sampel uji tergolong dalam
kategori baik dan konstruksi sambungan las gesek kokoh dikarenakan titik putus pada sampel
uji berada tepat pada daerah sambungan las.

Struktur mikro dari material sample uji yang telah dilakukan proses penyambungan
metode las gesek memiliki struktur mikro di daerah HAZ berwarna dominan gelap
dibandingkan warna terang. Warna gelap menandakan struktur mikro pearlite sedangkan
warna terang menendakan ferrite. Perlite manandakan bahwa kandungan carbon di daerah
HAZ lebih banyak dibandingkan di daerah base material, sehingga daerah tersebut lebih
keras namun getas.

Faktor kualitatif yang mempengaruhi mutu pengelasan gesekan antara lain : Kecepatan
putaran, tekanan aksial (tekanan gesekan dan tekanan tempa), durasi pengelasan, propertis
material, kondisi permukaan benda kerja ( profil ). Tiga faktor pertama berkaitan dengan
proses pengelasan gesek, sedangkan dua yang terakhir terkait dengan properti dari
bahanbahan yang akan disambung.

6.2 Saran
 Setiap tahapan dari praktikum harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti untuk
menghasilkan data dengan validitas dan reliabilitas tinggi
 Proses pengamatan mikrografi dilakukan dengan perbesaran pada mikroskop yang
tepat untuk melihat daerah pada benda uji

DAFTAR PUSTAKA

Callister, William D, 1994, Materials Science And Engineering, John Willey & Sons,Inc.
USA

Satyadianto, D., 2015. PENGARUH VARIASI TEKANAN GESEK,TEKANAN TEMPA DAN


DURASI GESEK TERHADAP KEKUATAN IMPACT PADA SAMBUNGAN LAS GESEK
(FRICTION WELDING) DENGAN MENGGUNAKAN BAJA PADUAN AISI 4140, Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Welding, Brazing and Soldering, ASM HANDBOOK.1993. UNITED STATES OF


AMERICA

Weman, Klas., 2003, “Welding Process Handbook”, Woodhead, Cambride,. England

Anda mungkin juga menyukai