Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELASAN

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELASAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Praktikum Pengelasan Semester III

Dosen Pengampu:

RusiyantoS.Pd, M.T.

Disusun oleh:

Nama : Rozaq Mustofa Lutfi

NIM : 5201413042

Rombel : Rabu

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014/2015

KATA PENGATAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih
diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas laporan ini. Tidak lupa juga Saya ucapkan terima kasih
kepada dosen PRAKTIKUM PENGELASAN RusiyantoS.Pd, M.T. yang telah membimbing Saya agar dapat
mengerti tentang bagaimana cara menyusun laporan ini. Laporan ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang PRAKTIKUM PENGELASAN, yang saya sajikan berdasarkan praktik yang telah di
lakukan. Dengan penuh kesabaran laporan ini dapat terselesaikan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pelajar ataupun, umum khususnya pada diri saya sendiri dan semua yang
membaca laporan ini, Dan mudah mudahan juga dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca .

Dalam penyelesaian tugas ini kami banyak menerima bantuan dan dukungan dari banyak pihak, dan
kesempatan ini kami berterimakasih kepada :

1. Kedua orang tua kami yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan baik Moril maupun
Materiil sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir ini.

2. Pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan laporan ini.

Akhir kata kami sebagai penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dari
kami mungkin masih ada kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan praktik ini.

Semarang, 14 Desember 2014

Description: 20141217_190431

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori ..................................................................................... 3

2.2. Keselamatan Kerja ............................................................................. 26

BAB 3 PERMASALAHAN

3.1. Pelaksanaan Praktikum ...................................................................... 28

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Laporan Praktikum Pengelasan minggu ke-1................................................. 30

Laporan Praktikum Pengelasan minggu ke-2................................................. 31

Laporan Praktikum Pengelasan minggu ke-3................................................. 32

Laporan Praktikum Pengelasan minggu ke-4................................................. 34

Laporan Praktikum Pengelasan minggu ke-5................................................. 35

Laporan Praktikum Pengelasan minggu ke-6................................................. 36

Laporan Praktikum Pengelasan minggu ke-7................................................. 37

Laporan Praktikum Pengelasan minggu ke-8................................................. 39

Laporan Praktikum Pengelasan minggu ke-9................................................. 42

Laporan Praktikum Pengelasan minggu ke-10............................................... 43

Laporan Praktikum Pengelasan minggu ke-11................................................. 44


Laporan Praktikum Pengelasan minggu ke-12............................................... 46

Laporan Praktikum Pengelasan minggu ke-13............................................... 47

BAB 5 PENUTUP

5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 49

5.2. Saran .................................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 51

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pada era serba teknologi ini teknik pengelasan sangat diperlukan untuk berbagai proses pengerjaan
industri seperti, pemotongan logam dan penyambungannya, konstruksi bangunan baja, dan konstruksi
permesinan yang memang tidak dapat dipisahkan dengan teknologi manufaktur. Teknologi pengelasan
termasuk yang paling banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan seperti bangunan dan
mesin yang dibuat dengan teknik pengelasan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses
pembuatannya. Kualitas dari hasil pengelasan sangat tergantung pada keahlian dari penggunanya dan
persiapan sebelum pelaksanaan pengelasaan

Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa
pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya
tarik menarik antara atom. Definisi las berdasarkan DIN (Deutche Industrie Normen) adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau logam panduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau
cair. Secara umum pengelasan dapat didefinisikan sebagai penyambungan dari beberapa batang logam
dengan memanfaatkan energi panas

Penyambungan dua buah logam menjadi satu dilakukan dengan jalan pemanasan atau pelumeran,
dimana kedua ujung logam yang akan disambung di buat lumer atau dilelehkan dengan busur nyala atau
panas yang didapat dari busur nyala listrik (gas pembakar) sehingga kedua ujung atau bidang logam
merupakan bidang masa yang kuat dan tidak mudah dipisahkan (Arifin,1997).

Saat ini terdapat sekitar 40 jenis pengelasan. Dari seluruh jenis pengelasan tersebut hanya dua jenis yang
paling populer di Indonesia yaitu pengelasan dengan menggunakan busur nyala listrik (Shielded metal
arc welding/ SMAW) dan las karbit (Oxy acetylene welding/OAW)

Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa di dalam praktek
maupun teori pengelasan sehingga kelak dapat menunjang keterampilan dan kemampuan mahasiswa di
dalam dunia teknik pemesinan.

1.1 Tujuan

1.1.1. Tujuan umum praktikum pengelasan dasar adalah :

a) Siswa memiliki ketrampilan.

b) Siswa mampu melakukan pekerjaan sesuai lembar kerja.

c) Siswa mampu menggunakan alat kerja dengan baik dan benar.

d) Siswa dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

1.1.2. Tujuan Khusus praktikum pembentukan dasar antara lain :


a) Mahasiswa mengetahui praktikum pengelasan.

b) Mahasiswa mengetahui alat dan kelengkapan pada mesin las busur listrik Shielded metal arc
welding (SMAW) dan Oxy Asetiline Welding (OAW)

c) Mahasiswa mengetahui APD yang digunakan.

d) Mahasiswa mengetahui bagaimana cara mengoperasikan mesin las busur listrik (Shielded metal arc
welding (SMAW) dan Oxy Asetiline Welding (OAW)

e) Mahasiswa mengetahui penyebab dan kendala yang di alami selama kegiatan praktik pengelasan.

1.2 Manfaat

Manfaat praktik kerja bangku adalah sebagai berikut :

1.2.1 Melatih praktikan (mahasiswa) mampu melaksanakan kegiatan pengelasan , sehingga


terampil melaksanakannya.

1.2.2 Memberi bekal praktikan (mahasiswa) tentang kegiatan pengelasan sehingga mampu
menerapkannya pada dunia industri.

1.2.3 Memberi bekal praktikan (mahasiswa) pengelasan sehingga saat menjadi tenaga pendidik
mampu mengajarkan siswanya dengan baik.

1.2.4 Melatih kemampuan praktikan (mahasiswa) mampu mengoperasikan mesin las busur
listrik (Shielded metal arc welding (SMAW) dan Oxy Asetiline Welding (OAW) dengan baik dan benar
agar nantinya dapat mengajukan sertifikasi.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian pengelasan busur listrik atau Shield Metal Arc Welding (SMAW)

Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dikenal juga dengan istilah Manual Metal Arc Welding (MMAW)
atau Las elektroda terbungkus adalah suatu proses penyambungan dua keping logam atau lebih, menjadi
suatu sambungan yang tetap, dengan menggunakan sumber panas listrik dan bahan tambah/pengisi
berupa elektroda terbungkus. Pada proses las elektroda terbungkus, busur api listrik yang terjadi antara
ujung elektroda dan logam induk/benda kerja (base metal) akan menghasilkan panas.

Panas inilah yang mencairkan ujung elektroda (kawat las) dan benda kerja secara setempat. Busur listrik
yang ada dibangkitkan oleh mesin las.Elektroda yang dipakai berupa kawat yang dibungkus oleh
pelindung berupa fluks. Dengan adanya pencairan ini maka kampuh las akan terisi oleh logam cair yang
berasal dari elektroda dan logam induk, terbentuklah kawah cair, lalu membeku maka terjadilah logam
lasan (weldment) dan terak (slag), seperti pada gambar

Gambar proses pengelasan busur listrik atau Shield Metal Arc Welding (SMAW)

Tegangan yang digunakan pada las busur listrik sangat menentukan terjadinya loncatan bunga api,
semakin besar tegangan semakin mudah terjadi loncatan bunga api listrik. Hal yang perlu diperhatikan,
bahwa tegangan yang tinggi akan membahayakan operator las, karena tubuh manusia hanya mampu
menderita tegangan listrik sekitar 42 volt. Selain penggunaan arus dan tegangan yang bisa
membahayakan operator, nyala busur listrik juga memancarkan sinar ultra violet dan sinar infra merah
yang berinteraksi sangat tinggi. Pancaran atau radiasi dari sinar tersebut sangat membahayakan mata
maupun kulit manusia (Bintoro, 1999).

Keuntungan pengelasan busur listrik atau Shield Metal Arc Welding (SMAW)

1.Biaya awal invesmen rendah

2. Secara operasional handal dan sederhana

3. Biaya material pengisi rendah

4. Material pengisi dapat bermacam-macam

5. Pada semua material dapat memakai peralatan yang sama

6. Dapat dikerjakan pada ketebalan berapapun

7. Dapat dikerjakan dengan semua posisi pengelasan

Kekurangan dari pengelasan busur listrik atau Shield Metal Arc Welding (SMAW)

1. Lambat, dalam penggantian elektroda

2. Terdapat slag yang harus dihilangkan

3. Pada low hydrogen electrode perlu penyimpanan khusus

4. Efisiensi endapan rendah.


2.2 Perlengkapan pengelasan busur listrik

Alat utama las busur manual adalah sebagai berikut:

1. Kabel tenaga

Pemilihan kabel tenaga yang digunakan untuk menginstal disesuaikan dengan bebannya (trafo las nya)
berupa ampere dan tegangan input trafo las. Hal ini menyangkut ukuran kawat, panjang kabel, dan jenis
kawatnya (serabut/tidak). Selanjutnya dalam menginstal harus kuat dan tidak mudah lepas, sehingga
aliran listrik dapat mengalir maksimal dan tidak panas.

2. Trafo las

Pemilihan trafo las pada saat akan membeli, harus dipertimbangkan tentang kebutuhan maksimal
(beban pekerjaan yang akan dikenakan kepada trafo las tersebut. Apabila beban pekerjaannya besar
maka langkah pemilihannya adalah dapat dipertimbangkan tentang tegangan input: 3PH, 2PH atau 1PH;
Ampere output, dipertimbangkan dari diameter elektroda yang akan digunakan. dan yang paling penting
adalah duty cycle dari trafo tersebut. dalam hal ini pilihlah trafo las yang memiliki duty cycle yang tinggi
untuk ampere yang tinggi, misal duty cycle 100% untuk arus sampai dengan 200 A. langkah berikutnya
gunakan tang ampere untuk mengecek kesesuaian out put arus pengelasan pada indikator dengan
kenyataannya yang terlihat pada tang ampere.

Jenis trafo las juga perlu dipertimbangkan apakah trafi AC atau DC. hal ini terkait dengan jenis elektroda
yang akan digunakan. jika menggunakan multi electrode, pilihlah trafo DC. Cara mengoperasikan trafo las
terlebih dahulu harus dilihat instalasinya. Kabel tenaga ke trafo las, kabel massa, kabel elektroda dan
kondisi trafo sendiri, apakah pada

tempat yang kering atau basah. setelah diketahui instalasinya baik, maka saklar utama pada kabel tenaga
di on kan, selanjutnya saklar pada trafo las di on kan. pastikan kabel massa dan kabel elektroda tidak
dalam kondisi saling berhubungan. atur arus pengelasan yang dibutuhkan dan selanjutnya gunakan
untuk mengelas. Apabila proses pengelasan telah selesai, trafo las dimatikan kembali.

3. Kabel elektroda dan kabel massa

Kabel elektroda dan kabel massa harus menggunakan kabel serabut sehingga lentur

dengan ukuran disesuaikan dengan ampere maksimum trafo las (lihat ketentuan pada tabel) kabel las.
Kabel elektroda dan kabel massa harus terkoneksi )terinstall dengan kuat dengan trafo las agar aliran
arus pengelasan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam indikator ampere pada trafo las.
Penggunaan kabel elektroda dan kabel massa pada saat pengelasan harus disiapkan dengan benar, yaitu
dalam kondisi terurai, tidak tertekuk dan saling berlilitan. Dengan kondisi semacam ini maka aliran arus
pengelasan akan maksimal. Jika sudah tidak dipakai, trafo las dimatikan dan kabel las digulung dan
diletakkan dengan benar tidak saling berbelit agar mudah dalam penggunaan di waktu yang lain.

4. Pemegang elektroda dan penjepit massa

Penjepit elektroda dan penjepit massa dibuat dari bahan yang mudah menghantarkan arus listrik. bahan
yang biasa digunakan adalah tembaha. Pada pemegang elektroda pada mulutnya sudah dibentuk
sedemikian rupa sehingga memudahkan tukang las memasang/menjepit pada pemegang elektroda.
Dalam penggunaannya elektroda harus ditempat pada sela-sela yang ada, dapat diposisikan dengan
sudut 180 derajat, 90 derajat atau 45 derajat terhadap pemegang elektroda. Sedang pada penjepit
massa dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mencengkeram dengan kuat pada benda kerja.

Penjepit elektroda maupun penjepit massa tidak diperkenankan terkena busur las. Pada penjepit
elektroda, penggunaan elektroda disisakan 1 inch sehingga tidak sampai habis menyentuh pemegang
elektroda. Sedangkan pemegang massa tidak diperkenankan untuk menjadi tempat mencopa
elektroda/menyalaka elektroda agar tidak rusak. Penjepit benda kerja ditempatkan pada dekat benda
kerja atau meja las dengan kuat agar aliran listrik dapat maksimal/tidak banyak arus yang terbuang.

2.3 Alat-alat bantu las

Alat-alat bantu las harus digunakan dengan benar sesuai fungsinya dan dengan teknik yang benar pula.
Di samping itu cara penyimpanannya harulah ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak saling
bertumpukan dan saling bergesekan satu sama lain.

Alat bantu las diantaranya adalah:

1. Meja las

Meja las adalah tempat untuk menempatkan benda kerja pada posisi yang

dipersyaratkan. Meja las harus diletakkan sedemikian rupa dan tidak mudah bergerak saat tersenggol
atau saat welder melakukan pengelasan. Gunakan benda kerja lain saat mencoba penyalaan elektroda
dan jangan dilakukan di meja las.
Gambar Meja las

2. Palu terak

Palu terak adalah alat untuk membersihkan terak dari hasil pengelasan. Dalam menggunakan palu terak
ini jangan sampai membuat luka pada hasil pengelasan maupun pada base metalnya. karena luka bekas
pukulan adalah merupakan cacat pengelasan. Palu terak sebelum digunakan dicek ketajamannya dan
kondisinya. Apabila sudah tumpul, maka harus ditajamkan dengan menggerindanya. Setelah selesai
menggunakannya, tempatkan palu terak pada tempatnya secara rapi.

Gambar Palu las

3. Palu konde

Palu konde secara standar yang digunakan adalah berkapasitas 2 kg. penggunaan palu konde adalah
untuk membantu meluruskan, meratakan permukaan benda kerja yang berkelok atau melengkung,
untuk membentuk sudut pada benda kerja dengan tujuan mengurangi atau meniadakan distorsi. atau
ditunakan untuk tujuan membantu persiapan pengelasan. Palu konde juga harus dikontrol kondisinya
agar tidak kocak serta dalam penyimpananya harus tertata rapi dan tidak saling bertumpukan atau
bergesekan dengan alat lainnya.

Gambar Palu konde

4. Gerinda tangan

Gerinda tangan ini berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di las berupa penyiapan kampuh las.
Gerinda ini juga digunakan untuk membantu dalam proses pengelasan khususnya dalam pembersihan
lasan sebelum di sambung atau sebelum ditumpuki dengan lasan lapis berikutnya. gerinda tangan ini
juga digunakan untuk membantu dalam memperbaiki cacat las yang memerlukan penggerindaan dalam
persiapannya sebelum diperbaiki cacat pengelasan tadi.

Gambar Gerinda tangan

2.4 Teknik Pengelasan

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendukung hasil las yang mulus,

kuat dan efisien dintaranya:

1. Parameter Pengelasan yang meliputi panjang busur, arus listrik, dan ketebalan benda
Table parameter pengelasan

2. Menyalakan dan mematikan busur listrik

a. Scratcing Methode

b. Tapping method

3. Geraka elektroda

a. Gerkan menarik (dragging motion)

b. Gerakan maju-mundur (whipping motion)

c. Gerakan melebar (weaving motion)

4. Menyambung las

a. Terak yang ada didalam las dibersihkan

b. Lengkung listrik dinyalakan dengan jarak kira-kira setengah inchi didepan kawah las

c. Elektroda digerakan ke kawah las dan diisi hingga sama besar dengan jalur ls sebelumnya

5. Perencanaan sambugan (joint design)

Gambar macam-macam sambungan pengelasan

6. Posisi pengelasan (welding position)

Gambar posisi saat pengelasan

2.5 Kawat elektroda

Kawat Elektroda terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang berselaput (fluks) dan tidak berselaput yang
merupakan pangkal untuk menjepitkan tang las, yang ditunjukan pada Gambar. Sedangkan fungsi fluks
sendiri adalah untuk melindungi logam cair dari lingkungan udara, menghasilkan gas pelindung,
menstabilkan busur.

Gambar Kawat elektroda

Kawat elektroda dibedakan menjadi elektroda untuk baja lunak, baja karbon tinggi, baja paduan, besi
tuang, dan logam non ferro. Bahan elektroda harus mempunyai kesamaan sifat dengan logam (Suharto,
1991). Pemilihan elektroda pada pengelasan baja karbon sedang dan baja karbon tinggi harus
benarbenar diperhatikan apabila kekuatan las diharuskan sama dengan kekuatan material.

Klasifikasi kawat elektroda diatur berdasarkan standar American Welding Society (AWS) dan American
Society Testing Material (ASTM).

Menurut standar AWS penomoran kawat elektroda dengan kode EXXYZ adalah sebegai berikut :

E: Kawat elektroda untuk las busur listrik.

XX : Menyatakan nilai tegangan tarik minimum hasil pengelasan dikalikan

dengan 1000 Psi (60.000 Ib/in2) atau 42 kg/mm2.

Y: Menyatakan posisi pengelasan, 1 berarti dapat digunakan untuk

pengelasan semua posisi

Z: Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan arus AC atau DC

Untuk spesifikasi kawat elektroda untuk baja karbon berdasarkan jenis dari lapisan elektroda yang
digunakan pada posisi pengelasan dan polaritas pengelasan yang terdapat pada tabel.

Tabel Spesifikasi Elektroda Terbungkus dari Baja Lunak (Wiryosumarto, 2000).

2.6 Fungsi utama salutan fluks

Fungsi utama dari salutan fluks pada elektroda adalah:

a. Fluks memfasilitasi penyalaan busur dan meningkatkan intensitas dan stabilitas busur

b. Fluks menimbulkan gas untuk melindungi busur,


Fluks akan terurai dan menimbulkan gas (CO2, CO, H, dan sebagainya) yang mengelilingi busur. Hal ini
menjaga bentuk butiran logam dan cairan teroksidasi atau nitrasi yang disebabkan oleh kontak dengan
atmosfer.

c. Slag / terak melindungi logam las dan membantu pembentukan rigi

Selama pengelasan, fluks mencair menjadi terak yang melindungi cairan dan rigi las dengan cara
menutupinya. Dengan berbagai kekentalan (viskositas) dari terak, memungkinkan untuk melaksanakan
pengelasan dalam berbagai posisi dan memperbaiki bentuk dari rigi las.

d. Fluks menghaluskan kembali logam las dengan deoksidasi

Bila pengelasan dilaksanakan pada udara terbuka, logam las tidak bisa terhindar dari oksidasi walau
penimbul gas dan pembentuk terak digunakan. Elemen deoksidasi seperti Mn dan Si telah ditambahkan
pada fluks, melindungi pembentukan lubang cacing dan meningkatkan kekuatan dan ketangguhan dari
logam las.

e. Fluks perlu ditambahi elemen campuran ke logam deposit

Elemen campuran yang tepat yang ditambahkan dari fluks untuk endapan logam akan meningkatkan
ketahanan terhadap korosi, panas dan abrasi.

f. Serbuk besi dalam fluks meningkatkan laju pengendapan dan efisiensi pengoperasian

Laju pengendapan dapat ditingkatkan dengan arus las yang tinggi atau diameter elektrode las yang
besar. Metode yang lain adalah menambahkan serbuk besi ke salutan fluks pada elektrode las. Contoh
khususnya adalah elektroda oksida serbuk besi.

g. Fungsi isolasi

Fluks memberikan isolasi listrik yang baik. Dalam hal electrode las dengan kurang hati-hati disentuhkan
ke permukaan las selama pengelasan, fluks mencegah geretan busur yang tidak terduga, dengan
demikian mencegah kerusakan las dan juga kecelakaan terhadap manusia.

Fluks terdiri dari biji alam, serbuk dan oksida perekat, karbonat, silikat, zat

organik dan berbagai zat bubuk lainnya kecuali untuk logam, dicampurkan pada perbandingan yang
spesifik. Campuran ini ditempelkan / disalutkan ke kawat inti dengan menggunakan air kaca sebagai
perekat dan dikeringkan.
2.7 Pengelasan Oxy-Asetiline

Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses pengelasan secara manual, dimana permukaan yang akan
disambung mengalami pemanasan sampai mencair oleh nyala (flame) gas asetilin (yaitu pembakaran
C2H2 dengan O2), dengan atau tanpa logam pengisi, dimana proses penyambungan tanpa penekanan.
Disamping untuk keperluan pengelasan (penyambungan) las gas dapat juga dipergunakan sebagai:
preheating, brazing, cutting dan hard facing. Penggunaan untuk produksi (production welding),
pekerjaan lapangan (field work), dan reparasi (repair & maintenance).

Dalam aplikasi hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan baja karbon, terutama lembaran logam
(sheet metal) dan pipa-pipa berdinding tipis. Meskipun demikian hampir semua jenis logam ferrous dan
non ferrous dapat dilas dengan las gas, baik dengan atau tanpa bahan tambah (filler metal).

Disamping gas acetylene dipakai juga gas-gas hydrogen, gas alam, propane, untuk logam–logam dengan
titik cair rendah. Pada proses pembakaran gas-gas tersebut diperlukan adanya oxygen. Oxygen ini
didapatkan dari udara dimana udara sendiri mengandung oxygen (21%), juga mengandung nitrogen
(78%), argon (0,9 %), neon, hydrogen, carbon dioksida, dan unsur lain yang membentuk gas.

2.7.1 Pembuatan Oksigen

Secara teknis, oksigen di dapat dari udara yang dicairkan. Kemudian dengan cara elektrolisa, campuran
udara cair dan air dipisahkan oleh oksigen. Masalah yang sulit adalah antara Nitrogen dan Oksigen .
Nitrogen titik didihnya lebih besar, dan titik didih kedua gas tersebut hanya berbeda 13 0C saja. (Oksigen
= - 183 0C dan Nitrogen = -196 0C), sehingga perlu pemurnian oksigen dilaksanakan secara berulang-
ulang. Kemurnian yang dapat dicapai sampai 99,5 % dan kemudian dimanfaatkan dalam tangki-tangki
baja dengan tekanan kerja antara 15-30 atm.

Keuntungan pemakaian oksigen adalah keadaan oksigen yang cukup cair tersebut, dapat dipertahankan
pada tangki penyimpan dan mudah pada saat pengangkutan. Pada saat dibutuhkan dengan
menggunakan alat (Gasificator) , oksigen cair dijadikan oksigen gas, dengan tekanan yang besar
kemudian oksigen gas tersebut disimpan pada botol-botol baja.

2.7.2 Pembuatan Asetililine

Secara komersial asetiline (c2h2) untuk industri las karbit, diperoleh dengan mereaksikan kalsium
karboid dengan air. Jadi asetiline adalah gas hidro karbon yang diperoleh dari unsur-unsur kapur, karbon
dan aair dengan reaksi berikut: Ca O + 3 C Ca +Co 108/g.mol. (jadi pembakaran kapur dengan karbon
tanpa udara)
Asetiline tidak berbau atau berwarna sedangkan dalam perdagangan ada bau khusus karena ada kotoran
belerang dan phosphor. Asetiline murni mudah meledak karena faktor-faktor tekanan dan temperatur.
Tetapi faktor-faktor lain yang mempengaruhi expobility dari asetiline adalah adanya kotoran-kotoran,
katasilator, kelmbaban, sumber-sumber penyalaan, ukuran dan bentuk tangki.

Karena alasan-alasan tersebut diatas, pada asetiline generator dibatasi, tekanan asetiline maksimum
5atm. Karena asetiline diatas 5atm dapat meledak. Untuk mengatasinya jika asetiline disimpan didalam
tabung bertekanan lebih besar dari 5atm harus dilarutkan pada aseton cair. Caranya adalah melapisi
dinding tabung penyimpanan dengan asbes ferrous dan dicelupkan dengan aseton cair.

Gambar Las Oxy-Asetiline

2.8 Silinder Penyimpanan Gas

Karena gas-gas yang disimpan didalam botol mempunyai tekanan lebih besar dari tekanan atmosfir,
maka harus diperhatikan kekuatan botol baja terhadap tekanan kerja, karena pengangkutan
menyebabkan gesekan, dan pergerakan gas dalam botol, harus diketahui jenis gas tesebut, peka
terhadap goncangan atau kenaikan temperature. Tutup-tutup silinder diberi kode warna, supaya dapat
diketahui isinya, tanpa membaca label terlebih dahulu. Misalnya biru untuk oksigen, putih untuk asetilin,
hijau tua untuk hydrogen putih dengan strip-strip hitam untuk argon, dan merah untuk gas-gas lain.

2.8.1 Katup oksigen dan katup gas

Pada tabung penyimpan oksigen atau gas, terdapat katup untuk mengeluarkan oksigen jika diperlukan
dan menutupnya jika tidak digunakan. Type-typenya antara lain diafragma dengan katup bola, cara
kerjanya dengan memutar kran pemutar kekanan maupun kekiri sesuai kebutuhan.

2.8.2 Presurre regulator

Pengatur tekanan atau lebih sering disebut katup pereduksi tekanan, dihubungkan pada katup gas atau
oksigen untuk mendapatkan tekanan kerja yang sesuai dengan torch, pada umumnya terdiri dari kran
yang dilengakapi dengan dua manometer, yang berhubungan langsung dengan gas asetilin atau oksigen
disebut manometer isi.

Sedangkan yang berhubungan dengan torch disebut manometer kerja. Nosel didalam regulator terbuka
dan tertutup oleh katup yang ditekan oleh pegas dan dihubungkan dengan membran. Dengan cara
mengatur tekanan ulir pada membran, tekanan gas yang masuk ke torch mempunyai harga tertentu
dankonstan.
2.8.3 Pembakaran oxy-acetylene.

Pembakaran adalah persenyawaan secara kimiawi antara zat-zat yang mudah terbakar dengan oksigen.
Oksigen tersedia di udara atau dapat ditambah secara khusus, misalnya dalam tabung-tabung oksigen.

Kecepatan nyala tergantung dari tekanan dan komposisi campuran gas, setiap campuran gas oksigen.
Kecepatan maksimum tergantung perbandingan gas asetilin dan oksigen berkisar antara 1 : 25. Proses
pengelasan oksi asetiline dilakukan dengan membakar gas asetiline untuk mendapatkan nyala
temperature tinggi guna melelehkan logam induk dan logam pengisi

Gambar Proses Pengelasan Oxy-Asetiline

2.9 Nyala Api Pengelasan Oxy-Asetiline

Nyala hasil pembakaran dapat berubah tergantung pada perbandingan antara gas oksigen O2 dengan gas
esetiline C2H2.

Berikut adalah macam penyalaan pada pengelasan Oxy-Asetiline

a. Nyala asetiline lebih atau nyala karburasi

Gambar Penyalaan Karburasi

Kegunaannya

1. Untuk memanaskan

2. Untuk mengelas permukaan yang keras dan ;logam putih

b. Nyala netral

Gambar Penyalaan Netral


Kegunaannya:

1. Untuk pengelasan biasa

2. Untuk mengelas baja atau besi tuang

c. Nyala oksigen lebih atau oksidasi

Gambar Penyalaan Oksidasi

Kegunaannya:

1. Untuk brazzing

Karena sifatnya mengubah komposisi logam cair maka nyala asetiline dan nyala oksigen berlebih tidak
dapat digunakan untuk pengelasan baja

Cara Menyalakan dan Mematikan Api pada Pengelasan Oxy-Asetiline

Cara Menyalakan Api

1. Buka katup tabung oksigen dan asetiline

2. Atur tekanan yang diinginkan sesuai dengan nosel yang dipakai

3. Buka sedikit katup asetiline brander

4. Nyalakan pemercik api dan sulutkan pada ujung brander

5. Buka perlahan katup oksigen pada brander

6. Atur katup oksigen dan asetiline sesuai nyala yang diinginkan

Cara Mematikan Api

1. Tutup katup oksigen pada brander


2. Tutup katup asetile pada brander

3. Tutup katup pada tabung oksigen dan asetiline

4. Buka lagi katup oksigen dan asetiline pada brander untuk pembuangan sisa gas yang masih ada
pada selang gas

5. Tutup semua katup

Tabel las oksi asetiline menurut ketebalan benda

2.10 Cacat-cacat Pada Pengelasan Oxy-Asetiline

Dengan kondisi pengelasan yang benar, teknik dan meterial sesuai standar, akan menghasilkan
pengelasan yang sangat berkualitas. Tetapi seperti pada proses pengelasan yang lain, cacat las dapat
terjadi.

Cacat yang sering terjadi pada proses pengelasan Oksi-Asetilin antara lain :

• Penetrasi yang kurang sempurna

• Fusi yang kurang sempurna

• Undercutting

• Porosity

• Longitudinal crak

1. Penetrasi yang kurang sempurna

Jenis cacat las ini dapat terjadi karena :

• Ketika melakukan pengelasan tidak melakukan penetrasi ke seluruh ketebalan

dari logam dasar (base metal)

• Ketika dua weld bead yang berhadapan tidak melalukan inter-penetrasi

• Ketika weld bead tidak melakukan penetrasi ke ujung dari fillet weld tetapi hanya menyebranginya
Gambar Penetrasi yang kurang sempurna

Gas memiliki peranan yang sangat penting dalam penetrasi. Penetrasi yang kurang sempurna biasanya
disebabkan oleh tekanan gas yang rendah, dan dapat dihilangkan dengan cara menaikkan tekanan pada
manometer yang terdapat pada tabung gas. Selain itu cacat ini dapat disebabkan oleh kecepatan
pengelasan yang terlalu lambat dan penggunaan torch yang salah atau tidak sesuai.

2. Kurangnya peleburan

Cacat las ini terjadi karena kurang atau tidak terjadi peleburan diantara logam las dan permukaan dari
base metal. Biasanya diakibatkan oleh kecepatan pengelasan terlalu lambat. Terkadang juga diakibatkan
pengaturan tekanan gas yang rendah.

Gambar Kurangnya peleburan (Fusi)

3. Undercutting

Cacat las ini diakibatkan oleh penggunaan parameter tekanan gas yang kurang tepat, khususnya
kecepatan pengelasan dan tekanan gas yang tidak sesuai. Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan undercutting terjadi.

Dengan mengurangi kecepatan pengelasan akan dapat mengurangi besarnya undercutting bahkan
menghilangkannya.

Gambar Undercutting

Jika hanya terdapat sedikit undercutting, maka kita dapat menaikkan tekanan gas, tetapi jika tekanan gas
dinaikkan terlalu tinggi, maka undercutting dapat terjadi.
4. Porositi

Porositi adalah lubang yang diakibatkan oleh gelembung gas yang telah membeku. Penyebab utamyanya
adalah kintaminasi atmosfir yang tinggi pada permukaan benda kerja.

Gambar Porositi

5. Keretakan membujur

Keretakan dapat dibagi menjadi dua, yaitu keretakan panas dan keretakan dingin. Keretakan panas dapat
terjadi kearena ketika weld bead berada antara temperature meleleh dan membeku. Keretakan dingin
biasanya terjadi pada saat weld bead membeku. Keretakan lainnya dapat terjadi adalah karena kesalahan
dalam penggunaan teknik pengelasan

Gambar Keretakan Membujur

2.11 Jenis Sambungan Pengelasan

Gambar Sambungan Pengelasan

1. Posisi datar

Pola pergerakan torch yang bergelombang direkomendasikan untuk proses pengelasan posisi datar.
Untuk single-pass, butted joint, pergerakan torch dilakukan dengan pergerakan agak kebelakang. Untuk
pengelasan butt joint agak sedikit menekan dinding untuk memastikan semua area terisi.

2. Posisi Horizontal

Gambar Posisi horizontal

Untuk pengelasan fillet joint posisi horizontal, pergerakan melingkar direkomendasikan. Untuk
pengelasan butt joint, gerakan maju mundur dan sedikit menekan dinding benda kerja
direkomendasikan.
3. Posisi Vertikal

Gambar Posisi vertikal

4. Posisi diatas kepala (Overhead)

Gambar Posisi Overhead

2.12 Bahaya Dalam Pengelasan

Pada pekerjaan pengelasan banyak risiko yang akan terjadi apabila tidak hati-hati terhadap penggunaan
peralatan, mesin dan posisi kerja yang salah. Beberapa risiko bahaya yang paling utama pada pengelasan
(Wiryosumarto dan Okumura, 2004) antara lain :

1. Cahaya dan sinar yang berbahaya

Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat membahayakan juru las dan pekerja
lain yang ada di sekitar pengelasan. Cahaya tersebut meliputi:

a. Sinar ultraviolet

Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah diserap, tetapi sinar ini mempunyai
pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Bila sinar ultraviolet yang
terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi jumlah tertentu maka pada mata akan terasa seakan-akan
ada benda asing di dalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai 12 jam kemudian mata akan menjadi sakit
selama 6 sampai 24 jam. Pada umunya rasa sakit ini akan hilang setelah 48 jam.

b. Cahaya tampak

Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea ke retina mata.
Bila cahaya ini terlalu kuat maka akan segera menjadi lelah dan kalau terlalu lama mungkin akan menjadi
sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya juga hanya sementara.
d. Sinar inframerah

Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata, karena itu sinar ini lebih berbahaya sebab tidak
diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar inframerah terhadap mata sama dengan
pengaruh panas, yaitu menyebabkan pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea,
presbiopia yang terlalu dini dan terjadinya kerabunan.

2. Arus listrik yang berbahaya

Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya arus dan keadaan badan manusia.

Tingkat dari kejutan dan hubungannya dengan besar arus adalah sebagai berikut:

a. Arus 1 mA hanya akan menimbulkan kejutan yang kecil saja dan tidak membahayakan.

b. Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan menimbulkan rasa sakit.

c. Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.

d. Arus20 mA akan menyebabkan terjadi pengerutan pada otot sehingga orang yang terkena tidak dapat
melepaskan dirinya tanpa bantuan orang lain.

e. Arus 50 mA sangat berbahaya bagi tubuh.

f. Arus 100 mA dapat mengakibatkan kematian.

3. Debu dan gas dalam asap las

Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,2 μm sampai dengan 3 μm. Komposisi kimia dari debu
asap las tergantung dari jenis pengelasan dan elektroda yang digunakan. Bila elektroda jenis hydrogen
rendah, di dalam debu asap akan terdapat fluor (F) dan oksida kalium (K2O). Dalam pengelasan busur
listrik tanpa gas, asapnya akan banyak mengandung oksida magnesium (MgO). Gas-gas yang terjadi pada
waktu pengelasan adalah gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), ozon (CO3) dan gas
nitrogen dioksida (NO2).

4. Bahaya kebakaran.

Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara api pengelasan dengan bahan-bahan yang
mudah terbakar seperti solar, bensin, gas, cat kertas dan bahan lainnya yang mudah terbakar. Bahaya
kebakaran juga dapat terjadi karena kabel yang menjadi panas yang disebabkan karena hubungan yang
kurang baik, kabel yang tidak sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi yang rusak.

5. Bahaya Jatuh.

Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang tinggi akan selalu ada bahaya terjatuh dan
kejatuhan. Bahaya ini dapat menimbulkan luka ringan ataupun berat bahkan kematian karena itu usaha
pencegahannya harus diperhatikan.

2.13 Alat Bantu dan Alat Keselamatan Kerja

Adapun alat bantu pada proses pengelasan sebagai berikut:

1. Sikat kawat (wire brush)

Sikat kawat berfungsi untuk membersihkan benda kerja yang akan dilas dan sisa-sisa terak yang masih
ada setelah dibersihkan dengan palu terak.

Bahan serabut sikat terbuat dari kawat-kawat baja yang tahan terhadap panas dan elastis, dengan
tangkai dari kayu yang dapat mengisolasi panas dari bagian yang disikat.

Gambar Sikat Kawat

2. Palu las (chipping hammer).

Palu las digunakan untuk membersihkan terak yang terjadi akibat proses pemotongan dan pengelasan
dengan cara memukul atau menggores teraknya. Pada waktu membersihkan terak, gunakan kacamata
terang untuk melindungi mata dari percikan bunga api dan terak. Ujung palu yang runcing digunakan
untuk memukul pada bagian sudut rigi-rigi. Palu las sebaiknya tidak digunakan untuk memukul benda-
benda keras, karena akan mengakibatkan kerusakan pada bentuk ujungujung palu sehingga palu tidak
bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Gambar Palu Las


3. Tang penjepit

Untuk menjepit/memindahkan benda-benda yang panas yang memperoleh panas dari hasil pemotongan
dan pengelasan. Tangkai tang biasanya diisolasi.

Gambar Tang Penjepit

Adapun alat keselamatan kerja unutuk pengelasan sebagai berikut:

1.Topeng las (welding mask)

Untuk melindungi mata, kepala/rambut operator dari percikan-percikan pada saat melakukan
pemotongan dengan oksi-asetilin atau api las dan benda –benda panas lainnya. Juga untuk melindungi
muka operator las terhadap percikan hasil pemotongan, dan ledakan percampuran gas yang tidak
sempurna.

2.Sarung tangan kulit

Pekerjaan mengelas dan pemotongan selalu berhubungan dengan panas, kontak dengan panas sering
terjadi yaitu pada saat pengelasan dan pemotongan benda kerja yang memperoleh panas secara
konduksi dari proses pengelasan dan pemotongan. Untuk melindungi tangan dari percikan-percikan api
las dan percikan pada saat pemotongan benda-benda panas maka operator las harus menggunakan
sarung tangan.

3.Jaket kulit/Apron kulit.

Untuk melindungi kulit dan organ-organ tubuh pada bagian badan operator dari percikan-percikan api
las pada saat proses pengelasan dan pemotongan benda kerja serta pancaran sinar las yang mempunyai
intensitas tinggi maka pada baian badan perlu dilindungi dengan menggunakan jaket kulit atau apron
kulit.

Gambar Apron Kulit dan Kacamata Pengelasan

4.Kaca mata pengaman (safety glasses)

Untuk Melindungi mata pada saat membersihkan kampuh las serta terak hasil dari pemotongan yang
menggunakan palu terak maupun mesin gerinda.
BAB III

PERMASALAHAN

1. Perkenalan alat

- Bagaimana cara yang dilakukan untuk mempersiapkan alat dan perawatan alat?

2. Membuat rigi-rigi (alur) pada plat dengan pengelasan busur listrik atau las SMAW

- Mengapa elektroda dapat menempal pada benda kerja yang akan dilas tanpa mengeluarkan
percikan api?

3. Mengelas menggunakan busur listrik atau las SMAW secara horizontal pada benda kerja

- Apa saja yang hrus diperhatikan pada saat akan mengelas menggunakan las busur secara
horizontal?

4. Mengelas sudut luar dengan las busur listrik atau las SMAW

- Bagaimana penanganan yang dilakukan pada elektroda yang meleleh saat mengelas sudut luar
dengan menggunakan las busur listrik?

5. Mengelas sudut dalam dengan las busur listrik (SMAW)

- Bagaimana cara untuk mngelas sudut dalam agar memperoleh hasil lasan yang baik?

6. Mengelas sudut dalam dan luar dengan las busur listrik (SMAW)

- Bagaimana cara untuk mngelas sudut dalam dan luar agar memperoleh hasil lasan yang baik?

7. Menyambung dua bahan dengan las busur listrik atau las SMAW

- Mengapa pada saat penyambungan dua benda kerja berupa plat dengan menggunaka las busur
listrik atau las SMAW mudah berlobang?

8. Pengenalan mesin las oxy-asetiline

- Apa saja bagian-bagian pada mesin las oxy-asetiline?

9. Membuat rigi-rigi lurus dengan mesin las oxy-asetiline pada benda kerja berupa plat

- Bagaimana cara yang baik untuk digunakan pada saat pengelasan oxy-asetiline?

10. Membuat rigi-rigi dengan bahan tambah berupa plat menggunakan mesin las oxy asetiline
- Apa saja yang dilakukan dalam penggunaan bahan tambah berupa kawat saat pengelasan oxy
asetiline?

11. Penyambungan benda kerja atau plat tanpa menggunakan bahan tambah

- Bagaimana cara yang tepat untuk mencegah melengkungnya benda kerja berupa plat saat
pengelasan oxy asetiline?

12. Penyambungan benda kerja berupa plat menggunakan mesin las dengan bahan tambah

- Bagaimana hasil lelehan bahan tambah yang baik pada saat pengelasan menggunakan mesin las
oxy asetiline?

13. UAS (Pengelasan sambungan dengan bahan tambah kawat)

- Berupa Penilaian Akhir Pengelasan dengan menggunakan mesin las oxy asetiline?
BAB 4

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Praktikum pengelasan minggu ke-1

· Pengenalan alat

Analisis Alat dan Bahan :

1. Alat

a. Mesin las busur listrik

b. Meja las

c. Topeng las

d. Sarung tangan las

e. Sepatu safety

f. Sikat kawat

g. Palu las

h. Klem massa

2. Bahan

a. Alat-alat pengelasan SMAW

Analisis percobaan:

1. Mahasiswa melakukan pembersihan alat-alat sekaligus mempelajari bagian-bagian alat-alat


pengelasan.

Pembahasan
Tujuan dari perlakuan ini adalah agar dapat mengetahui alat-alat yang di gunakan saat pengelasan.

Praktikum pengelasan minggu ke-2

· Membuat rigi-rigi pada plat dengan pengelasan busur listrik atau las SMAW

Analisis Alat dan Bahan :

1. Alat

a. Mesin las busur listrik

b. Tang penjepit elektroda

c. Meja las

d. Topeng las

e. Sarung tangan las

f. Sepatu safety

g. Sikat kawat

h. Palu las

i. Klem massa

2. Bahan

a. Elektroda berselaput

b. Benda kerja

Analisa percobaan

1. Mengetahui bahan-bahan dan alat yang dibutuhkan untuk praktek pengelasan.

2. Menyalakan dan mengatur besar kecilnya ampere.

3. Pelatihan pengelasan plat dengan las busur listrik

4. Membuat rigi-rigi pada benda kerja dengan pengelasan busur listrik atau las SMAW
- Membuat rigi-rigi pada pengelasan busur listrik akan menghasilkan lasan yang masih tertutup fluks
karena sifat fluks yang melindungi inti dari logam atau kawat las.

Pembahasan

Tujuan perlakuan ini adalah untuk mngelas atau membuat rigi-rigi pada benda kerja dengan
menggunakan mesin las busur listrik.

Cara yang dilakukan untuk membuat rigi-rigi tidaklah mudah, karena dituntut untuk memulai pengelasan
dengan baik tanpa elektroda menempel pada benda kerja tanpa mengeluarkan percikan apinya. Pada
saat percikan api sudah menyala, kita juga harus tetap mempertahankan nyala percikan api pada saat
elektroda sudah menmpel pada benda kerja.

Elektroda dapat berhenti saja ditengah jalan pada saat mengelas tanpa mengeluarkan percikan dapat
dikarenakan posisi elektroda terlalu menenpel pada benda kerja. Jarak yang pas antara elektroda dan
benda kerja adalah sebesar diameter elektroda yang kita gunakan pada saat mengelas.

Praktikum pengelasan minggu ke-3

· Mengelas menggunakan busur listrik atau las SMAW secara horizontal pada benda kerja

Analisis Alat dan Bahan :

1. Alat

a. Mesin las busur listrik

b. Tang penjepit elektroda

c. Meja las

d. Topeng las

e. Sarung tangan las

f. Sepatu safety

g. Sikat kawat

h. Palu las
i. Klem massa

2. Bahan

a. Elektroda berselaput

b. Benda kerja atau besi berbentuk balok

Analisa percobaan

1. Mengelas menggunakan busur listrik atau las SMAW secara horizontal pada benda kerja

- Saat mengelas secara horizontal sering terjadi jalur las yang melenceng dan hasil dari langkah awal
lasan kurang rapih.

2. Penyambungan plat sederhana dengan tetap memperhatikan besar kecilnya ampere.

Langkah Kerja :

a) Mempersiapkan alat dan bahan selanjutnya memotong bahan pipa berbentuk persegi dengan
ukuran 50 mm x 50 mm.

b) Gergaji pipa ditengah-tengah dengan ukuran 25 mm.

c) Nyalahn mesin las dan atur ampere yang akan digunakan untuk mengelas.

d) Pastikan amper mesin las tidak besar agar waktu pengelasan benda kerja yang di las tidak berlubang

e) Sambung bagian yang digergaji menggunakan elektroda dengan gerakan rigi-rigi.

f) Dinginkan benda kerja kedalam air dingin.

g) Bersihkan kerak las.

h) Menilaikan hasil penyambungan pada dosen pembimbing.

i) Membersihkan alat, bahan, dan laboratorium tempat praktik.

j) Mengembalikan alat dan bahan ke tempat semula.

Pembahasan

Tujuan perlakuan ini adalah untuk memperoleh hasil lasan secara horizontal. Cara yang dilakukan pada
praktek ini yaitu pada saat mengelas, sudut yang dihasilkan pada benda kerja dengan elektroda sebesar
80 derajat. Tangan juga agak digerakan sedikit memutarkan elektroda sekecil mungkin pada saat sudah
menempel benda kerja dan berjalan secara horizontal, maka hasil yang diperoleh akan baik. Pada saat
selesai mengelas, tidak lupa untuk membersihkan sisa fluks dengan palu las.

Jika las yang dihasilkan pada benda kerja kurang memuaskan maka ulangi proses pengelasannya, tetapi
sebelumnya bersihkan hasil las dengan menggunakan gerinda.

Praktikum pengelasan minggu ke-4

· Mengelas sudut luar dengan las busur listrik atau las SMAW

Analisis Alat dan Bahan :

1. Alat

a. Mesin las busur listrik

b. Tang penjepit elektroda

c. Meja las

d. Topeng las

e. Sarung tangan las

f. Sepatu safety

g. Sikat kawat

h. Palu las

i. Klem massa

Bahan

a) Elektroda berselaput

b) Benda kerja atau besi berbentuk balok

Analisa percobaan

1. Mengelas sudut luar dengan las busur listrik atau las SMAW

- Hasil lelahan elektroda yang diperoleh saat mengelas sudut luar biasanya akan meleleh ke bagian
sisi benda kerja dan tinggi lasan kurang rapih.

Pembahasan
Tujuan perlakuan ini adalah untuk menyambung benda kerja pada bagian sudut luar. Cara yang dilakukan
pada proses pengelasan sudut luar tidak semudah dengan mengelas cecara horizontal. Saat mengelas
sudut luar tidak hanya memikirkan elektroda yang tetap menempel di plat tanpa menghasilkan percikan
api tetapi juga harus memikirkan bagaimana posisi benda kerja dan elektroda yang pas untuk melakukan
pengelasan.

Posisi yang pas pada saat mengelas sudut luar adalah dengan membuat benda kerja berdiri secara
horizontal. Karena dengan cara ini kita juga dapat mengatur lelelhan elektroda yang keluar agar tidak
meleleh pada salah satu bidang plat atau benda kerja.

Praktikum pengelasan minggu ke-5

· Mengelas sudut dalam dengan las busur listrik (SMAW)

Analisis Alat dan Bahan :

1. Alat

a. Mesin las busur listrik

b. Tang penjepit elektroda

c. Meja las

d. Topeng las

e. Sarung tangan las

f. Sepatu safety

g. Sikat kawat

h. Palu las

i. Klem massa

2. Bahan

a. Elektroda berselaput

b. Benda kerja atau besi berbentuk balok

Analisis percobaan

1. Mengelas sudut dalam dengan las busur listrik (SMAW)


- Pengelasan sudut dalam dihasilkan dengan menempelnya elektroda secara merata pada masing-
masing sisi bagian dalam benda kerja

Pembahasan

Tujuan dari perlakuan ini adalah mengasilhan penyambungan benda kerja pada sudut bagian dalamnya.
Cara untuk mengelas s sudut dalam lebih sulit dibandingkan dengan mengelas sudut luar. Masalah yang
dihadapi pada saat mengelas sudut dalam adalah lelahan yang dihasilkan oleh elektroda hanya
menempel pada salah satu sisi benda kerja saja.

Hal ini dapat dikarenakan pada saat mengelas sudut dalam posisi benda kerja dan gerakan tangan yang
dilakukan kurang tepat, tangan diharuskan untuk membuat sedikit putaran kecil pada saat mengelas agar
seluruh lelehan elektroda menempel dengan sempurna pada kedua sisi benda kerja.

Praktikum pengelasan minggu ke-6

· Mengelas sudut dalam dan luar dengan las busur listrik (SMAW)

Analisis Alat dan Bahan :

3. Alat

j. Mesin las busur listrik

k. Tang penjepit elektroda

l. Meja las

m. Topeng las

n. Sarung tangan las

o. Sepatu safety

p. Sikat kawat

q. Palu las

r. Klem massa

4. Bahan

c. Elektroda berselaput

d. Benda kerja atau besi berbentuk balok


Analisis percobaan

2. Mengelas sudut dalam dengan las busur listrik (SMAW)

- Pengelasan sudut dalam dan luar dihasilkan dengan menempelnya elektroda secara merata pada
masing-masing sisi bagian dalam benda kerja

Pembahasan

Tujuan dari perlakuan ini adalah mengasilhan penyambungan benda kerja pada sudut bagian dalam dan
luarnya. Cara untuk mengelas s sudut dalam lebih sulit dibandingkan dengan mengelas sudut luar.
Masalah yang dihadapi pada saat mengelas sudut dalam dalah lelahan yang dihasilkan oleh elektroda
hanya menempel pada salah satu sisi benda kerja saja.

Hal ini dapat dikarenakan pada saat mengelas sudut dalam posisi benda kerja dan gerakan tangan yang
dilakukan kurang tepat, tangan diharuskan untuk membuat sedikit putaran kecil pada saat mengelas agar
seluruh lelehan elektroda menempel dengan sempurna pada kedua sisi benda kerja.

Praktikum pengelasan minggu ke-7

· Menyambung dua bahan dengan las busur listrik atau las SMAW

Analisis Alat dan Bahan :

1. Alat

a. Mesin las busur listrik

b. Tang penjepit elektroda

c. Meja las

d. Topeng las

e. Sarung tangan las

f. Sepatu safety

g. Sikat kawat

h. Palu las

i. Klem massa

2. Bahan
a. Elektroda berselaput

b. Benda kerja atau besi berbentuk balok

Analisa percobaan

1. Menyambung dua bahan dengan las busur listrik atau las SMAW

- Penyambungan dua buah benda kerja harus kuat dan tinggi elektroda pada hasil lasan tidak terlalu
tinggi atau lebar.

Pembahasan

Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk menyambung dua benda kerja dengan menggunakan las busur
listrik. Cara untuk menyambung benda kerja adalah dengan memberi titik lasan pada bagian pucuk
sambungan benda kerja agar memudahkan proses penyambungan berikutnya.

Penyambungan dengan las busur listrik akan sulit dilakukan jika tekanan pada mesin terlalu tinggi,
ampere pada mesin las busur listrik juga disesuaikan dengan benda kerja yang akan dilas. Untuk benda
kerja tipis atau plat, tegangan yang diberikan haruslah kecil, dan semakin besar juga jika benda yang akan
dilas memiliki ketebalan yang besar. Jika tegangan yang diberikan tidak sesuai maka hasilnya adalah
benda kerja akan berlubang karena bahan tidak cukup mampu menahan tegangan yang diberikan oleh
mesin las tig.

Sama halnya dengan mengelas sudut dalam, penyambungan yang dilakukan pada pengelasan las tig juga
bisa menempel pada salah satu bidnang saja karena adanya celah antara plat satu dengan plat lainnya.

Praktikum pengelasan minggu ke-8

· Pengenalan mesin las oxy-asetiline

Analisis Alat dan Bahan :

1. Alat

a. Tabung gas oksigen

b. Tabung gas Asetiline


c. Klem selang

d. Brander

e. Regulator las

f. Selang las

2. Bahan

a. Gas Oksigen

b. Gas Asiteline (C2H2)

Pembahasan

Las Asitelin / Karbit

Las assitelin adalah pengelasan dengan memanfaatkan gas asetilin yang dipadukan dengan gas oksigen.
Dengan perpaduan gas yang tepat sehingga akan mengahasilkan nyala api yang dapat digunakan untuk
menyambung maupun memotong benda kerja. Benda kerja yang disambung menggunakan las karbit ini
hanya dengan ketebalan tertentu saja.

Alat-alat yang diperlukan dalam las asetilin terdiri dari : sebuah botol gas asetilin atau sebuah generator
asetilin, sebuh botol oksigen (gas asam), regulator dan pengukur oksigen, selang dan satu unit pembakar
(brender). Selain itu masih banyak yang diperlukan alat bantu lain dan bahan tambahan yang digunakan
pada waktu mengerjakan pengelasan yaitu : korek api las, sikat kawat, palu terak, kawat las, kaca mata,
sarung tangan, pakaian kerja.

Botol asetilin berisi bahan berpori seperti kapas, sutra tiruan atau asbes ang berfungsi sebagai penyerap
aseton. Bahan berpori tersebut diisikan sekitar 25% dan dapat menyerap aseton sebanyak ±40% isi botol.
Tiap 1 liter aseton pada tekanan 15kg/cm dapat melarutkan ±360 liter asetilin.

Gas asetilin ini dapat dibuat secara sederhana dengan cara mencampurkan karbit (calcium carbide)
ditambah air, dengan rumus kimia :CaC2 + 2H2O → C2H2 + Ca(OH)2 + Kalor. Pencampuran ini dilakukan
dalam sebuah tabung yang disebut generator asetilin. Bagian – bagian utama generator asetilin ini
adalah ruang karbit dan dapur gas, ruang air, ruang gas asetilin, kunci air, alat pembersih gas dan alat
pengaman bila kelebihan tekanan gas.

Kadar oksigen pada nyala api las asetilin sangat berperan sebagai bahan penunjang untuk penhematan,
kecepatan dan efisiensi kerja pada waktu pengelasan. Apabila kadar oksigen kurang dari 90%, bahan
seperti baja sukar sekali dilas. Kadar oksigen yang hanya 88% tidak dapat dipakai untuk mengelas baja,
bahkan perbedaan oksigen yang hanya 0,5% saja akan menyebabkan hasil yang berbeda pada baja. Jadi
untuk pekerjaan pengelsan kadar oksigen harus selalu tinggi, sebab ketidakmurnian oksigen akan
menyebabkan turunya suhu nyala api pengelasan. Tetapi meskipun kadar zat asam berkurang, kita masih
dapat melakukan pekerjaan pengelasan, yaitu dengan cara memperlambat gerakan pengelasan.

a. Nyala asetilen lebih (nyala karburasi)

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut dalam dan kerucut
luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar
akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah
kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak
digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam bahan
pengerasan permukaan non-ferous.

Description: C:\Users\Intel\Downloads\kar.jpg

Gambar 3: Nyala api karburasi.

b. Nyala netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri atas kerucut
dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening. Oksigen yang
diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada
ujung nyala kerucut.

Description: C:\Users\Intel\Downloads\net.jpg

Gambar 4 : Nyala api netral.

c. Nyala oksigen lebih (nyala oksidasi)

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka nyala api menjadi
pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses
oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam
pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya.

Description: C:\Users\Intel\Downloads\oksi.jpg

Gambar 5 : Nyala api oksidasi.


Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mengenal atau memahami apa saja yang digunakan pada mesin
las oxy-asetiline dan memahami bagian-bagian mesin las dan fungsinya.

Bagian pada mesin las oxy-asetiline diantaranya adalah

a. tabung gas oksigen dan htabung gas asetiline,

b. selang gas yang berfungsi sebagai aliran keluarnya gas,

c. brender yang berfungsi sebagai pegangan untuk pengelasan oxy-asetiline

d. katup pengunci pada bagian tabung berfungsi untuk menyetel aliran kerja dan aliran keluarnya gas
pada tabung gas.

e. Katup pengunci pada brender yang berfungsi untuk menyetel aliran gas agar memperoleh
penyalaan yang diinginkan

Praktikum pengelasan minggu ke-9

· Membuat rigi-rigi lurus dengan mesin las oxy-asetiline pada benda kerja berupa plat

Analisis Alat dan Bahan :

1. Alat

a. Tabung gas oksigen

b. Tabung gas Asetiline

c. Klem selang

d. Brander

e. Regulator las

f. Selang las

2. Bahan

a. Gas Oksigen

b. Gas Asiteline (C2H2)


c. Benda kerja berupa plat

Analisis percobaan

1. Membuat rigi-rigi tanpa bahan tambah dengan las oxy-asetiline

- Pengelasan menggunakan api netral menyebabkan lelehan pada benda kerja atau plat

Pembahasan

Tujuan pada perlakuan ini adalah untuk membuat rigi-rigi atau mengelas tanpa bahan tambah Pada saat
akan mengelas atau membuat rigi-rigi, nyala yang digunakan adalah nyala netral. Besar tegangan gas
yang digunakan jangan terlalu besar sebab dengan gas yang terlalu besar benda kerja atau plat yang
akan dilas akan berlubang.

Langkah pertama untuk membuat rigi-rigi adalah melelehkan terlebih dulu inti benda kerja dan
dilanjutkan berjalan dengan searah horizontal, jika benda kerja belum melelh maka hasil yang diperolah
kurang baik karena tingkat kematangan pada saaat dilelehkan belum tercapai. Saat menggerakan tangan
searah horizontal, gerkan juga pergelangan tangan melingkar kecil seperti pengelasan busur listrik. Hasil
yang baik pada pembuatan rigi-rigi adalah adanya bekas lelehan dibagian samping bekas pengelasan

Praktikum pengelasan minggu ke-10

· Membuat rigi-rigi lurus dengan bahan tambah menggunakan las oxy-asetiline

Analisis Alat dan Bahan :

1. Alat

a. Tabung gas oksigen

b. Tabung gas Asetiline

c. Klem selang

d. Brander

e. Regulator las

f. Selang las

2. Bahan
a. Gas Oksigen

b. Gas Asiteline (C2H2)

c. Benda kerja berupa plat

d. Bahan tambah berupa kawat

Analisis percobaan

1. Membuat rigi-rigi tanpa bahan tambah dengan las oxy-asetiline

- Pengelasan menggunakan api netral menyebabkan lelehan pada bahan tambah berupa kawat dan
akan menyatu dengan benda kerja atau plat

Pembahasan

Tujuan pada perlakuan ini adalah untuk melelehkan bahan tambah agar menyatu dengan benda kerja.
Bahan tambah yang digunakan pada pengelasan las oxy-asetiline adalah berupa kawat dengan diameter
3 mm. proses ini tidak semudah seperti yang dibayangkan.

Cara pertama untuk melakukan proses ini adalah menyetel tekanan gas agar benar-benar berada pada
nyala netral, karena jika tidak maka pelelehan yang terjadi pada bahan tambah kurang sempurna. Mula-
mula lelehkan terlebih dahulu benda kerja yang akan di las dengan bahan tambah, selanjutnya disusul
dengan pelelehan bahan tambah.

Saat keduanya sudah meleleh, arahkan lelhan bahan tambah tersebut searah horizontal. Jika pada saat
mengarahkan lelehan tersebut habis lanjutkan tahap sebelumnya yaitu melelehkan bahan tambah
terlebih dahulu lalu berjalan secara horizontal. Pada proses pengelasan menggunakan bahan tambah,
diusahakan melelehkan benda kerja atau plat terlebih dahulu dahulu setelah itu disusul dengan
melelehkan bahan tambah, jika pada saat proses pelelehan benda kerja dan bahan tambah bareng
dikhawatirkan tingkat kematangan lelehan benda kerja belum tercapai.

Praktikum pengelasan minggu ke-11

· Penyambungan benda kerja atau plat tanpa bahan tambah menggunakan las oxy-asetiline

Analisis Alat dan Bahan :

1. Alat

a. Tabung gas oksigen

b. Tabung gas Asetiline


c. Klem selang

d. Brander

e. Regulator las

f. Selang las

2. Bahan

a. Gas Oksigen

b. Gas Asiteline (C2H2)

Analisa percobaan :

· Latihan penyambungan plat menggunakan bahan tambahan dan tanpa bahan tambah.

Langkah Kerja :

1. Mempersiapkan alat dan bahan untuk praktik pengelasan.

2. Memotong plat dengan ukuran 50 mm x 100 mm sebanyak 2 buah.

3. Nyalakan mesin las asitilen dan atur nyala api yang akan digunakan untuk mengelas.

4. Menitik ujung benda 1 dan 2 agar tidak lepas saat melakukan pengelasan.

5. Menyambung benda kerja 1 dan 2 menggunakan kawat hingga matang dengan gerakan rigi-rigi.

6. Rapikan hasil las dengan pengulangan gerakan melingkar.

7. Dinginkan benda kerja kedalam air dingin.

8. Menilaikan hasil penyambungan pada dosen pembimbing.

9. Membersihkan alat, bahan, da laboratorium.

10. Mengembalikan alat dan bahan ke tempat semula.

1.

Pembahasan

Tujuan perlakuan ini adalah untuk menyambung dua benda kerja menjadi satu dengan menggunakan
mesin las oksi tanpa menambahkan bahan tambah berupa kawat
Cara yang dilakukan pertama kali adalah memberi las ttitik terlebih dahulu pada ujung sambungan
menggunakan bahan tambah. Selanjutnya dengan mengelas menggunakan mesin las oksi tanpa
menggunakan bahan tambah dibagian sambungan benda kerja dari ujung sisi ke sisi satunya.

Pada proses ini kendala yang terjadi adalah mudah melengkungnya plat, dikarenakan nyala yang
dihasilkan tidak sesuai dengan nyala yang dikehendaki yaitu nyala netral. Tidak hanya ada penyalaannya
saja, tetapi dianjuran juga pemberian titik las pada bagian tengah sambungan untuk menahan plat agar
tidak melengkung.

Praktikum pengelasan minggu ke-12

· Penyambungan benda kerja berupa plat menggunakan mesin las oxy-asetiline dengan bahan
tambah.

Analisis Alat dan Bahan :

1. Alat

a. Tabung gas oksigen

b. Tabung gas Asetiline

c. Klem selang

d. Brander

e. Regulator las

f. Selang las

2. Bahan

a. Gas Oksigen

b. Gas Asiteline (C2H2)

c. Benda kerja berupa plat

d. Bahan tambah berupa kawat

Analisa percoban:

· Penyambungan benda kerja berupa plat menggunakan mesin las oxy-asetiline dengan bahan
tambah
- Proses penyambungan dengan bahan tambah menghasilkan penyambungan dengan dilapisi bahan
tambah yang dihasilkan dari pelelehan menggunakan nyala netral

Pembahasan

Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk menghasilkan penyambungan las asetiline dengan penambahan
bahan tambah berupa kawat. Cara ya dilakukan sama seperti membuat rigi-rigi las dengan bahan
tambah hanya saja pada saat melakukan pengelasan berada diatas sambungan benda keja yang akan
disamabung. Pada saat melakukan proses ini dianjurkan untuk melelehkan benda kerja terlebih dahulu
dan disusul dengan melelehkan bahan tambahnya. Tinggi dan lebar lelehan bahan tambah diusahakan
tidak terlalu tinggi dan terlalu lebah, kurang lebih 1mm untuk tinggi dan 3mm untuk lebar lelehan bahan
tambah yang berupa plat. Kendala yang menghambat adalah pada saat mnyambung benda kerja mudah
melengkung karena benda kerja menerima panas dari las yang sangat tinggi

Praktikum pengelasan minggu ke-13

· UAS (Pengelasan sambungan dengan bahan tambah)

Analisis Alat dan Bahan :

1. Alat

a. Tabung gas oksigen

b. Tabung gas Asetiline

c. Klem selang

d. Brander

e. Regulator las

f. Selang las

2. Bahan

a. Gas Oksigen

b. Gas Asiteline (C2H2)

c. Benda kerja berupa plat

d. Bahan tambah berupa kawat

Analisis percobaan
· Pengelasan penyambungan dengan menggunakan las las oxy-asetilin dengan bahan tambah berupa
kawat

- Proses penyambungan pada dua benda kerja dihasilkan dengan menmpelnya lelehan benda kerja
dan bahan tambah dengan menggunakan las oksi.

Pembahasan

Tujuan dari perlakuan ini adaah untuk menyambungan dua benda kerja. Cara yang dilakukan pada saat
mnyambungkan sudut dalam tanpa bahan tambah adalah dengan memberikan las titik pada bagian
ujung benda kerja terlebh dahulu dengan bahan tambah. Selanjutnya adalah proses penyambungan
menggunakan bahan tambah. Proses ini hanya melehkan benda kerja dibagian yang akan disambung.
Diusahakan tidak ada rongga pada sambungan benda kerja area jika ada rongga maka proses
penyambungan yang dihasilkan gagal atau benda kerja akan berlubang.

Proses penyambungan dengan bahan tambah berupa kawat dilakukan dengan cara melelehkan benda
kerja dan bahan tambah berupa kawat pada daerah benda kerja yang akan dilas. Penyambungan bisa
saja gagal karena tingkat kematangan yang dihasilkan bahan tambah tidak sempurna.

BAB 5

PENUTUP

Kesimpulan

Mengacu pada permasalahan dan pembahasan pada bab 4 terkait proses pengelasan menggunakan las
busur listrik atau las SMAW (Shield Metal Arc Welding) didapat beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Untuk dapat mengelas dengan hasil lasan yang baik, perlu latihan dalam jangka waktu yang tidak
singkat.

2. Dalam mengelas kecepatan menggeser elektroda sangat menentukan hasil lasan. Jika terlalu cepat,
tembusan lasnya dangkal oleh karena kurang waktu pemanasan bahan dasar dan kurang waktu untuk
cairan elektroda menembus bahan dasar. Bila terlalu lambat akan menghasilkan alur lasan yang lebar,
kasar dan kuat, hal ini dapat menimbulkan kerusakan sisi las (pada logam induknya). Oleh karena itu
kecepatan elektroda harus tepat dan stabil.
3. Bila elektroda baru dipasang (masih panjang) maka ada kemungkinan ujung elektroda tidak stabil
saat digunakan untuk mengelas. Seperti tangan kita gemetar. Tetapi jika elektroda sudah setengah dalam
mengelas ini relatif cukup stabil.

4. Jarak ujung elektroda ke benda kerja juga sangat mempengaruhi hasil lasan. Jika terlalu dekat
elektroda bisa nempel pada benda kerja dan jika terlalu jauh lelehan elektroda tidak akan menumpuk
dan jika sangat jauh elektroda akan mati.

5. Saat penyambungan dua buah benda diusahakan pada bagian sambungan tidak ada rongga, maka
hasil lasan akan rapih dan kuat.

6. Pengelasan sudut dalam dan sudut luar harus memperhatikan lelehan elektroda agar memperoleh
sambungan yang baik dan rapih.

Untuk proses pengelasan menggunakan las oxy-aseteline didapat kesimpulan diantaranya adalah:

1. Pada pengelasan menggunakan las oxy-aseteline ada 3 macam nyala yang dihasilkan yaitu nyala
karburasi, nyala netral dan nyala oksidasi.

2. Nyala yang sering digunakan pada saat mngelas menggunakan las oxy-aseteline adalah
menggunakan nyala netral. Dikarenakan nyala netral yang menghasilkan nyala yang stabil untuk proses
pelelehan benda kerja atau bahan tambah berupa kawat

3. Proses penyambungan dua benda kerja berupa plat saat menggunakan las oxy-aseteline harus
memperhatikan tingkat kemetangan lelehan benda kerja atau bahan tambah yang berupa kawat

4. Penyambungan sudut luar dan sudut dalam menggunakan las oxy-aseteline diperoleh dari
pelelehan bahan tambah yang optimal serta tingkat kerpatan sambungan yang akan dilas.

Penggunaan alat bantu dan alat keselamatan kerja juga perlu diutamakan, karena pada dasarnya jika kita
mengindahkan keselamatan kerja maka akan diperoleh hasil yang baik pada saat praktek.

Saran

Sebaiknya jumlah alat diperbanyak dan dalam kondisi yang baik sehingga dapat praktikum berlangsung
dengan baik, tertib dan cepat. Keadaan bengkel yang kurang tertata, seharusnya sebagai laboratorium
mesin harus bersih. Sehingga nyaman dan tidak mengganggu keselamatan pekerja.

Kurangnya peralatan kerja, seharusnya peralatan dapat dipenuhi karena kerja bangku merupakan dasar
dari praktik permesinan lainnya. Juga mempengaruhi hasil dari pekerjaan.sedikit,itu mengakibatkan
keterlambatan menyelesaikan pekerjaan
Semua pekerjaan yang kita lakukan akan berhasil apabila disertai jiwa yang sabar, ulet, terampil dan mau
bekerja keras.

DAFTAR PUSTAKA

http://fahum.uinsby.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/PEDOMAN-PENULISAN

SKRIPSI-SI.pdf (Diunduh pada senin,15 Desember 2014)

Oka. 2013. Keselamatan kerja. http://lookallup.blogspot.com/2011/11/alat-keselamatan

kerjalaslistrik.html (Diunduh pada senin,15 Desember 2014)

Muh. Maskur.2013.Las SMAW. http://maskurmuslim.blogspot.com/2014/01/peralatan-las-listrik

beserta-bungsinya.html (Diunduh pada senin,15 Desember 2014)

Ardza.2012. sifat fisika dan kimia. http://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/besi-baja-iron

steel/pengujian-sifat-mekanik-bahan-logam/ (Diunduh pada senin,15 Desember 2014)

Trie lestari. 2010. Sifat Kimia dan Fisika. http://tarielestarie35.blogspot.com/2011/11/sifat-fisika-dan

kimia-zat.html (Diunduh pada senin,15 Desember 2014)

Rizal ADB. 2011. Las OAW dan SMAW.\

https://www.google.co.id/search?rlz=1C1ASRM_enID602ID602&sourceid=chrome&i

UTF-8&q=las+smaw+pdf&gws_rd=ssl (Diunduh pada senin,15 Desember 2014)

Akmal. 2013. SMAW. http://akmalchaka.blogspot.com/2010/04/smaw-shielded-metal-arc

welding.html (Diunduh pada senin,15 Desember 2014)

FT ITS. 2010. Proses Pengelasan. digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16681-2706100029


Chapter1.pdf las smaw pdf (Diunduh 11 November 2014 pukul 20.33 WIB)

praktikum.htmlhttp://limbongjunifer.wordpress.com/2012/02/12/laporan-hasil-pengelasan/

(Diunduh pada senin,15 Desember 2014)

http://l-changetheworlds.blogspot.com/2011/10/las-karbit-asetilen.html (Diunduh pada senin,15

Desember 2014)

http://laskarbit.blogspot.com/2009/03/pengelasan-dengan-oksi-asetilin.html (Diunduh pada

senin,15 Desember 2014)

Anda mungkin juga menyukai