Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRATIKUM

TEKNIK PENGELASAN LOGAM

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknik Pengelasan
Logam

NAMA : MUHAMMAD AKBAR BRAMANTIO

NIM : 21723012

PRODI : D3 TEKNIK MESIN

JURUSAN : TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat dan karunia-Nya,
karena dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah pengelasan dari mata
kuliah Teknologi Pengelasan oleh Bapak Drs,Irzal,M.Kes guna memperoleh salah satu prasyarat
pemberian nilai oleh mata kuliah bersangkutan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini adalah berkat bantuan,
bimbingan dan dukungan dari semua pihak baik moral maupun material. Pada kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada yang pihak-pihak
yang telah membantu.

Semoga amal kebajikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala dan
mendapat amal yang di ridhoi oleh Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa karya sederhana ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
segala saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini akan penulis terima dengan senang hati dan
yang terakhir. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Setelah mengikuti kegiatan praktikum ini, semua mahasiswa diharapkan menjadi calon
tenaga kerja yang profesional, handal berwawasan industri serta mampu mandiri menyongsong
era globalisasi yang tidak terelakkan lagi. Artinya mampu mengusai dan mengimplementasikan
semua apa yang didapat selama di bangku kuliah dan mengikuti praktikum ini, berhasil
mewujudkan dalam dunia kerja nyata di lapangan.

Padang,20 Desember 2022

Penyusun

Muhammad Akbar Bramantio


DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………i
KATA PENGHANTAR …………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..1
1.2. Tujuan .....................................................................................................1
1.3. Manfaat………………………………………………………....……...2
BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………………3
2.1 Pengertian Las SMAW...........................................................................3
2.2 Prinsip Kerja Las SMAW……………………………………………….5
2.3 Jenis Las Smaw…………………………………………………………5
2.4 Menentukan Besaran Arus Listrik………………………….................7
2.5 Pengaruh Arus Listrik Dan Kecepatan Elektroda……………………….8
2.6 Kelebihan Dan Kekurangan Pengelasan Smaw…………………………9
2.7 Komponen- Komponen Las………………………….........................10
BAB III ALAT DAN BAHAN…………………………………………………...12
3.1 Alat ………………………………………………………………………12
3.2 Bahan …………………………………………………………………….12
BAB IV LANGKAH KERJA.........…....…........….............................................13
4.1 Pengelasan Titik…………………………………………………………13
4.2 Pengelsan Garis Pendek…………………………………………………14
4.3 Pengelasan Garis Panjang……………………………………………….15
4.4 Pengelasan Kampuh I…………………………………………………...16
4.5 Pengelasan Kampuh V…………………………………………………..17
4.6 Pengelasan Sambungan Berlimpit………………………………………18
4.7 Pengelasan Pipa…………………………………………………………19
BAB V PENUTUP ...............................................................................................20
5.1 Kesimpulan ............................................................................................20

iii
5.2 Saran .....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….21

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Teknik pengelasan secara sedeerhana telah diketemukan dalam rentang waktu antara
4000 sampai 3000 SM. Setelah energi listik diergunakan dengan mudah, teknologi
pengelasan maju dengan pesatnya sehingga manjadi suatu teknik yang mutahir. Hingga
saat ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan.
Pada tahap-tahap permulaan dari pengembangan teknologi las biasanya pengelasan
hanya digunakan pada sambungan-sambungan dari reparasi yang kurang penting. Tapi
setelah melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang lama maka sekarang
penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan konstruksi-konstruksi las
merupakan hal yang umum disemua negara di dunia.
Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membatu memperluas ruang
lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan konstruksi yang
dapat di las. Dengan kemajuan yang dapat dicapai sampai saat ini, teknologi las memegang
peranan penting dalam masyarakat industri modren.
Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya didalamnya
banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya memerlukan
bermacam-macam pengetahuan. Karena itu didalam pengelasan, pengetahuan harus turut
serta mendampingi praktek. Secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa perancangan
konstruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang
cara-cara pengelasan, cara pemeriksaan, bahan las, dan jenis yang akan digunakan,
berdasarkan fungsi dan bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang.

1.2 TUJUAN
a. mahasiswa mampu melakukan proses pengelasan, pemotongan dan penambungan
benda kerja.
b. Mahasiswa mampu untuk mengetahui teknik pengelasan
c. Mahasiswa mampu untuk mengetahuai safety menggunakan las

1
d. Mahasiswa mampu untuk mengetahui pengertian Las SMAW
e. Mahasiswa mampu untuk mengetahui prosedur keselamatan kerja saat mengelas
f. Mahasiswa mampu untuk mengetahui tingkat keamanan mesin bagi pengguna

1.3 MANFAAT
a. Memberikan informasi tentang alat dan bahan yang dibutuhkan dalam melakukan
pengelasan
b. Memberikan informasi dalam proses pengelasan
c. Sebagai salah satu referensi mengenai prosedur atau cara pengelasan
d. Terciptanya mahasiswa yang mempunyai keterampilan dalam kerja las.
e. Mahasiswa dapat menerapkan praktek kerja las dalam kehidupan sehari-hari
f. Mahasiswa dapat membuat alur las yang baik.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN LAS SMAW


Proses pengelasan (welding) merupakan salah satu proses penyambungan material
(material joining). Adapun untuk definisi dari proses pengelasan yang mengacu pada AWS
(American Welding Society), proses pengelasan adalah proses penyambungan antara metal
atau non-metal yang menghasilkan satu bagian yang menyatu, dengan memanaskan
material yang akan disambung sampai pada suhu pengelasan tertentu, dengan atau tanpa
penekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi. Meskipun dalam metode proses
pengelasan tidak hanya berupa proses penyambungan, tetapi juga bisa berupa proses
pemotongan dan brazing. Proses pengelasan dibedakan menjadi beberapa jenis, dan
SMAW merupakan salah satu proses pengelasan yang umum digunakan, utamanya pada
pengelasan singkat dalam produksi, pemeliharaan dan perbaikan, dan untuk bidang
konstruksi.
SMAW (Shielded Metal Arc Welding) adalah proses pengelasan dengan mencairkan
material dasar yang menggunakan panas dari listrik antara penutup metal (elektroda).
SMAW merupakan pekerjaan manual dengan peralatan meliputi power source, kabel
elektroda (electrode cable) , kabel kerja (work cable), electrode holder, work clamp, dan
elektroda. Elektroda dan sistem kerja adalah bagian dari rangkaian listrik. Salah satu dari
dua kabel dari sumber listrik terpasang ke bekerja, selebihnya melekat pada pemegang
elektroda, seperti yang terlihat.
Sebagaimana dalam AWS (American Welding Society), prinsip dari SMAW adalah
menggunakan panas dari busur untuk mencairkan logam dasar dan ujung sebuah
consumable elektroda tertutup dengan tegangan listrik yang dipakai 23-45 Volt, dan untuk
pencairan digunakan arus listrik hingga 500 ampere yang umum digunakan berkisar antara
80–200 ampere. Dimana dalam proses SMAW dapat terjadi oksidasi, hal ini perlu dicegah
karena oksidasi metal merupakan senyawa yang tidak mempunyai kekuatan mekanis.
Adapun untuk mencegah hal tersebut maka bahan penambah las dilindungi dengan selapis
zat pelindung yang disebut flux atau slag yang ikut mencair ketika pengelasan. Tetapi

3
karena berat jenisnya lebih ringan dari bahan metal yang dicairkan, cairan flux akan
mengapung di atas cairan metal, sekaligus mengisolasi metal tersebut sehingga tidak
beroksidasi dengan udara luar.
Pada pengelasan dengan metode SMAW, pengelasan dimulai saat sebuah busur
listrik dipukul dengan membuat kontak antara ujung elektroda dan system kerja. Panas
intens busur mencairkan ujung elektroda dan permukaan kerja dekat dengan busur.
Gelembung-gelembung kecil logam cair dengan cepat terbentuk di ujung elektroda,
kemudian ditransfer melalui sungai busur ke dalam kolam las cair. Dengan cara ini, logam
pengisi disimpan sebagai elektroda yang dikonsumsi. Busur digerakan sesuai dengan
panjang sistem kerja dan kecepatan perjalanan, titik lebur dan sekering sebagian logam
dasar dan terus menambahkan logam pengisi. Saat busur menjadi sumber panas dengan
suhu di atas 9000 ° F (5000 ° C), pencairan logam dasar terjadi hampir seketika. Jika
pengelasan dilakukan baik dalam posisi datar atau horizontal, transfer logam disebabkan
oleh gaya gravitasi, ekspansi gas, listrik dan kekuatan elektromagnetik, dan tegangan
permukaan. Sedangkan pada posisi las yang lain, gravitasi bekerja terhadap kekuatan lain.
Proses pengelasan dengan metode SMAW dibedakan berdasarkan jenis arusnya
meliputi arus AC dan DC, dimana arus DC dibedakan atas DCEN (straight polarity-
polaritas langsung) dan DCEP (reverse polarity – polaritas terbalik). Perbedaan antara
SMAW dengan arus AC dan DC adalah sebagai berikut.
Untuk arus AC (Alternating Current), pada voltage drop panjang kabel tidak banyak
pengaruhnya, kurang cocok untuk arus yang lemah, tidak semua jenis elektroda dapat
dipakai, arc starting lebih sulit untuk diameter kecil
Sedangkan pada arus DC (Direct Current), voltage drop sensitif terhadap panjang
kabel sependek mungkin, dapat dipakai untuk arus kecil dengan diameter elektroda kecil,
semua jenis elektrode dapat dipakai, arc starting lebih mudah terutama untuk arus kecil,
pole dapat dipertukarkan, arc bow sensitif pada bagian ujung, sudut atau bagian yang
banyak lekukanya. Selanjutnya untuk DCEN (Straight Polarity), material dasar atau
material yang akan dilas disambungkan dengan kutub positif (+) dan elektrodenya
disambungkan dengan kutub negatif (-) pada mesin las DC. Dengan cara ini busur listrik
bergerak dari elektrode ke material dasar sehingga tumbukan elektron berada di material
dasar yang berakibat 2/3 panas berada di material dasar dan 1/3 panas berada di elektroda.

4
Cara ini akan menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak dibanding elektrodenya
sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga baik digunakan pada
pengelasan yang lambat, wilayah yang sempit dan untuk pelat yang tebal.
Pada DCEP (Reversed Polarity), material dasar disambungkan dengan kutub negatif
(-) dan elektrodenya disambungkan dengan kutub positif (+) dari mesin las DC, sehingga
busur listrik bergerak dari material dasar ke elektrode dan tumbukan elektron berada di
elektrode yang berakibat 2/3 panas berada di elektroda dan 1/3 panas berada di material
dasar. Cara ini akan menghasilkan pencairan elektrode lebih banyak sehingga hasil las
mempunyai penetrasi dangkal, serta baik digunakan pada pengelasan pelat tipis dengan
manik las yang lebar.

2.2 PRINSIP KERJA LAS SMAW


Proses terjadinya pengelasan karena adanya kontak antara ujung elektroda dan
material dasar sehingga terjadi hubungan pendek dan saat terjadi hubungan pendek tersebut
tukang las (welder) harus menarik elektrode sehingga terbentuk busur listrik yaitu
lompatan ion yang menimbulkan panas. Panas akan mencairkan elektrode dan material
dasar sehingga cairan elektrode dan cairan material dasar akan menyatu membentuk logam
lasan (weld metal). Untuk menghasilkan busur yang baik dan konstan tukang las harus
menjaga jarak ujung elektroda dan permukaan material dasar tetap sama. Adapun jarak
yang paling baik adalah sama dengan diameter elektroda yang dipakai.

2.3 JENIS LAS SMAW


Pengelasan AC dan DC adalah bentuk pengelasan busur yang menggunakan arus
yang berbeda untuk menghasilkan busur listrik. Jenis pengelasan ini melibatkan pembuatan
busur listrik antara elektroda dan logam yang dilas. Busur listrik menyediakan panas untuk
menyatukan logam. Power supply digunakan untuk menghasilkan busur dan busur ini
dapat menggunakan arus bolak-balik (AC) atau arus searah (DC). Pilihan sumber daya (AC
atau DC) menentukan polaritas arus listrik yang mengalir melalui elektroda. Sumber daya
yang digunakan juga mempengaruhi las yang dihasilkan.

5
a. AC
Arus bolak-balik menggambarkan arus listrik yang digunakan dalam pengelasan
AC.Tidak seperti pengelasan DC, AC menggunakan arus yang bergantian antara
positif dan negatif. Alih-alih arus tetap (garis lurus), gambarkan arus yang berfluktuasi
(garis bergelombang) pada grafik. Arus bolak-balik adalah standar untuk kabel rumah,
jadi tukang las ini hanya meneruskan arus tanpa modifikasi
b. DC
Pengelasan DC menggunakan arus searah untuk memasok listrik ke elektroda
yang menghubungkan dua logam yang dilas bersama. Ketika Anda membayangkan
garis bergelombang pada grafik, itu berfluktuasi bolak-balik. Jenis pengelasan ini akan
terlihat seperti aliran lurus dan stabil pada grafik, yang mencegah busur berhenti terus-
menerus pada setiap perubahan polaritas.
Arus searah dapat menggunakan polaritas elektroda-positif atau elektroda-
negatif. Polaritas negatif memiliki aliran arus dari mesin las ke elektroda ke
lempengan kerja kembali ke mesin las. Polaritas positif memiliki aliran arus dari mesin
las ke lempengan kerja ke elektroda kemudian kembali ke mesin las.
Polaritas elektroda-negatif dapat disebut sebagai polaritas “lurus”. Ini lebih
disukai untuk pekerjaan pengelasan umum. Polaritas lurus menghasilkan busur yang
lebih panas dan pelelehan elektroda yang lebih cepat. Ini memungkinkan Anda
menghasilkan lasan lebih cepat dan lebih produktif. DC polaritas lurus (negatif)
hampir selalu menjadi pilihan yang terbaik, kecuali Anda memiliki kebutuhan khusus
untuk yang memerlukan polaritas positif.
Meskipun proses pengelasan menjadi lebih lambat daripada polaritas lurus
elektroda-positif, atau polaritas “terbalik”, menghasilkan penetrasi yang jauh lebih
dalam cocok untuk mengelas bahan yang tebalnya lebih dari setengah inci

c. AC-DC
Mesin las ini mampu melayani pengelasan dengan arus searah (DC) dan
pengelasan dengan arus bolak-balik. Mesin las ganda mempunyai transformator satu
fasa dan sebuah alat perata dalam satu unit mesin. Keluaran arus bolak-balik diambil
dari terminal lilitan sekunder transformator melalui regulator arus. Adapun arus searah

6
diambil dari keluaran alat perata arus. Pengaturan keluaran arus bolak-balik atau arus
searah dapat dilakukan dengan mudah, yaitu hanya dengan memutar alat pengatur arus
dari mesin las. Mesin las AC-DC lebih fleksibel karena mempunyai semua
kemampuan yang dimiliki masing-masing mesin las DC atau mesin las AC. Mesin las
jenis ini sering digunakan untuk bengkel-bengkel yang mempunyai jenis-jenis
pekerjaan yang bermacam-macam, sehingga tidak perlu mengganti-ganti las untuk
pengelasan berbeda.
Mesin las ini mampu melayani pengelasan dengan arus searah (DC) dan
pengelasan dengan arus bolak-balik. Mesin las ganda mempunyai transformator satu
fasa dan sebuah alat perata dalam satu unit mesin. Keluaran arus bolak-balik diambil
dari terminal lilitan sekunder transformator melalui regulator arus. Adapun arus searah
diambil dari keluaran alat perata arus. Pengaturan keluaran arus bolak-balik atau arus
searah dapat dilakukan dengan mudah, yaitu hanya dengan memutar alat pengatur arus
dari mesin las. Mesin las AC-DC lebih fleksibel karena mempunyai semua
kemampuan yang dimiliki masing-masing mesin las DC atau mesin las AC. Mesin las
jenis ini sering digunakan untuk bengkel-bengkel yang mempunyai jenis-jenis
pekerjaan yang bermacam-macam, sehingga tidak perlu mengganti-ganti las untuk
pengelasan berbeda.

2.4 MENENTUKAN BESARAN ARUS LISTRIK


Besar arus dan tegangan listrik yang digunakan dalam pengelasan harus diatur sesuai
kebutuhan. Daya yang dibutuhkan untuk pengelasan tergantung dari besarnya arus dan
tegangan listrik yang digunakan. Tidak ada aturan pasti besar tegangan listrik pada mesin
las yang digunakan.Hal ini berhubungan dengan keselamatan kerja operator las tubuh
manusia tidak akan mampu menahan arus listrik dengan tegangan yang tinggi.
Tegangan listrik yang digunakan pada mesin las (tegangan pada ujung terminal)
berkisar 55 volt sampai 85 volt. Tegangan ini disebut sebagai tegangan pembakaran. Bila
nyala busur listrik sudah terjadi maka tegangan turun menjadi 20 volt sampai 40 volt.
Tegangan ini disebut dengan tegangan kerja. Besar kecilnya tegangan kerja yang terjadi
tergantung dari besar kecilnya diameter elektrode. Semakin besar arus yang terjadi.

7
Dengan alasan diatas maka pada mesin las pengaturan yang dilakukan hanya besar
arusnya saja. Pengaturan besar kecilnya arus dilakukan dengan cara memutar tombol
pengatur arus. Besar arus yang digunakan dapat dilihat pada skala yang ditunjukkan oleh
amperemeter (alat untuk mengukur besar arus listrik) yang terletak pada mesin las. Pada
masing-masing las, arus minimum dan arus maksimum yang dapat dicapai berbeda-beda,
pada umunya berkisar 100 ampere sampai 600 ampere. Pemilihan besar arus listrik
tergantung dari beberapa faktor, antara lain: diameter elektrode yang digunakan, tebal
benda kerja, jenis elektrode yang digunakan, polaritas kutub -kutubnya dan posisi
pengelasan.

2.5 PENGARUH ARUS LISTRIK DAN KECEPATAN ELEKTRODA


a. Pengaruh arus listrik
Bila arus terlalu rendah (kecil), akan menyebabkan:

1. Penyalaan busur listrik sukar dan busur listrik yang terjadi tidak stabil,
2. Terlalu banyak tumpukan logam las karena panas yang terjadi tidak mampu
melelehkan elektrode dan bahan bakar dengan baik,
3. Penembusan kurang baik,
4. Pinggiran-pinggiran dingin.

b. Pengaruh keceptan elektroda


Untuk menghasilkan rigi–rigi las yang rata dan halus, kecepatan tangan menarik atau
mendorong elektrode waktu mengelas harus stabil. Apabila elektrode di gerakkan:

1. Tepat dan stabil, menghasilkan daerah perpaduan dengan bahan dasar dan
perembesan luasnya baik.
2. Terlalu cepat, menghasilkan perembesan las yang dangkal karena pemanasan bahan
bakar dasar
3. Terlalu lambat, menghasilkan alur yang lebar (lihat gambar). Hal ini dapat
menimbulkan kerusakan sisi las, terutama bila bahan dasar yang dilas tipis.

8
2.6 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGELASAN SMAW

a. Kelebihan Las SMAW


Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh pengelasan SMAW, di antaranya adalah :

1. Proses ini cocok untuk sebagian besar logam dan paduan yang tersedia secara
komersial.
2. Tidak perlu banyak persiapan sebelum pengelasan.
3. Peralatannya relatif murah dan portabel.
4. Peralatannya relatif sederhana.
5. Proses pengelasan SMAW bisa dimanfaatkan untuk semua area pengelasan.
6. Proses pengelasan SMAW sangat fleksibel dan dapat diterapkan pada berbagai
pengaturan dan posisi sambungan.
7. Tidak perlu pelindung gas terpisah.
8. Dapat digunakan untuk pengelasan pada semua jenis sambungan.
9. Kurang sensitif terhadap angin sehingga jika digunakan di area terbuka yang
banyak anginnya tidak akan menjadi masalah
10. Dapat digunakan di area manapun dengan akses terbatas (elektroda dapat ditekuk
dan bahkan cermin dapat digunakan di ruang sempit).

b. Kekurangan Las SMAW


Selain memiliki kelebihan, ada juga kekurangan yang dimiliki oleh metode SMAW, di
antaranya :

1. Satu elektroda saja bisa menghasilkan logam las sekitar sepuluh sampai lima belas
sentimeter.
2. Tingkat deposisi rendah dari GMAW dan FCAW
3. Dibutuhkan lebih banyak operator las yang terampil daripada banyak proses las
lainnya.
4. Tidak cocok untuk logam reaktif seperti Titanium, Zirkonium, Tantalum, dan
Niobium.
5. Tidak cocok untuk logam dengan suhu leleh rendah seperti Timbal, Timah dan
Seng dan paduannya.

9
6. Proses SMAW tidak dapat diotomatisasi.
7. Lebih banyak terak karena elektroda terlindung fluks.
8. Penggantian elektroda yang dikonsumsi berulang kali dengan yang baru membuat
proses ini cukup lambat jika dibandingkan dengan GMAW.
9. Kemungkinan Cacat las yang timbul cukup besar, sehingga terkadang
memerlukan pengujian material lasan untuk memastikan kualitasnya.

2.7 KOMPONEN- KOMPONEN LAS

a. Trofo atau Mesin Las


Mesin las merupakan sumber arus listrik yang digunakan pada pengelasan busur
listrik SMAW, mesin las terbagi menjadi dua jenis yaitu mesin las DC dan mesin las
AC, pada mesin las A bagian dalam mesin las terdapat sebuah trafo las, sedangkan
pada mesin las DC bagian dalam mesin las tersebut juga terdapat trafo yang dilengkapi
dengan sebuah diode atau rectifier (mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah)

b. Kabel Masa
Kabel masa dan kabel elektroda berfungsi sebagai penyalur aliran listrik dari
mesin las menuju ke logam pengelasan dan kembali ke mesin las. Diameter
penampang dari kabel elektroda dan kabel masa tersebut harus memiliki diameter yang
cukup besar agar mampu mengalirkan arus listrik yang besar, apabila kabel yang
digunakan kurang besar atau tidak memenuhi standar maka akan menimbulkan panas
yang diakibatkan besarnya muatan listrik yang tidak sebanding dengan besarnya luas
penampang pada kabel sehingga dapat merusak isolasi kabel dan meleleh karena panas
tersebut.
c. Kabel elektroda
kabel elektroda berfungsi sebagai penyalur aliran listrik dari mesin las menuju ke
logam pengelasan dan kembali ke mesin las. Diameter penampang dari kabel elektroda
dan kabel masa tersebut harus memiliki diameter yang cukup besar agar mampu
mengalirkan arus listrik yang besar
d. Klem Masa

10
Klem masa berfungsi sebagai penghubung kabel masa dari mesin las logam yang
akan dilas dan dijepitkan pada logam lasan tersebut. Klem masa sangat penting pada
saat proses pengelasan karena apabila klem masa tersebut longgar ataupun tidak
terpasang dengan baik, maka arus yang mengalir menjadi tidak stabil sehingga
mempengaruhi nyala busur listrik pada saat pengelasan.
e. Pegangan Elektroda
Penjepit elektrode berfungsi untuk meneruskan aliran arus listrik dari kabel
elektroda menuju ke elektroda selain itu juga berfungsi sebagai penjepit atau
pemegang ujung elektroda.

11
BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT

1. Kabel tenaga
2. Trafo las (generator)
3. Kabel massa
4. Kabel elektroda
5. Pemegang elektroda
6. Penjepit massa
7. Palu terak
8. Palu konde
9. Gerinda tangan
10. Mistar baja
11. Sikat baja
12. Ragum
13. Penjepit benda kerja
14. Wearpack
15. Sepatu safety
16. Sarung tangan las SMAW
17. Helm las
18. Apron

3.2 BAHAN

1. Sengplat 120 x 100 mm


2. Sengplat 50 x 100 mm
3. Pipa 55 mm

12
BAB IV

PROSEDUR LANGKAH KERJA

4.1 Pengelasan Titik


1. Membersihkan bahan yang akan dilas. Pakai palu untuk membersihkan kerak pada
permukaan ruangan yang akan dilas. Gunakan sikat baja untuk hasil yang optimal.
2. Tempatkan bahan yang akan dilas pada tempat yang sudah disiapkan. Baik itu
memakai meja kerja atau hanya menempatkannya di lantai. Pakai klem bila
diperlukan.
3. Tempatkan masa mesin las pada salah satu sisi bahan yang akan dilas. Tambahkan
elektroda pada panel penjepit elektroda di mesin las. Pasang kemiringan elektroda
sesuaikan dengan urutan bahan. Biasanya sudah ada tempat khusus kemiringan
elektroda pada tang penjepit elektroda.
4. Garis permukaan benda kerja Sesuai Ukuran Yang ada Di Jobbset
5. Sesudah bahan siap untuk di las, perlahan-lahan dekatkan ujung elektroda pada
bahan yang akan dilas.
6. Dengan memakai Helm las atau kacamata las, Anda bisa memperhatikan sisi
elektroda yang telah mencair yang mencair di atas bahan yang dilas itu.Gerakan
Elektroda Dengan Gaya Bulat Di Atas bahan.
7. Lakukan Pengelasan Pada setiap bahan yang telah di garis.
8. Sesudah selesai, bersihkan kerak yang menutupi sisi yang dilas dengan memakai
palu. Periksa kembali apakah ada sisi yang belum sempurna. Bila belum sempurna,
ulangilah sisi yang belum tersatukan dengan baik ltersebut. Pada beberapa kasus,
bahan yang telah dilas harus di gerinda bila pengelasan tidak sempurna. Tetapi bila
tidak fatal, kita cukup mengelas sisi yang belum terlas dengan sempurna itu.
9. Jika sdh selesai,Lakukan penilaian pada dosen pembimbing Dan Kembalikan alat
yang telah di pinjam Di Worshop

13
4.2 PENGELASAN GARIS PENDEK

1. Membersihkan bahan yang akan dilas. Pakai palu untuk membersihkan kerak pada
permukaan ruangan yang akan dilas. Gunakan sikat baja untuk hasil yang optimal.
2. Tempatkan bahan yang akan dilas pada tempat yang sudah disiapkan. Baik itu
memakai meja kerja atau hanya menempatkannya di lantai. Pakai klem bila
diperlukan.
3. Tempatkan masa mesin las pada salah satu sisi bahan yang akan dilas. Tambahkan
elektroda pada panel penjepit elektroda di mesin las. Pasang kemiringan elektroda
sesuaikan dengan urutan bahan. Biasanya sudah ada tempat khusus kemiringan
elektroda pada tang penjepit elektroda.
4. Garis permukaan benda kerja Sesuai Ukuran Yang ada Di Jobbset
5. Sesudah bahan siap untuk di las, perlahan-lahan dekatkan ujung elektroda pada
bahan yang akan dilas
6. Dengan memakai Helm las atau kacamata las, Anda bisa memperhatikan sisi
elektroda yang telah mencair yang mencair di atas bahan yang dilas itu.Gerakan
Elektroda Dengan Cara di tarik kebawah perlahan Di Atas bahan.
7. Lakukan Pengelasan Pada setiap bahan yang telah di garis.
8. Sesudah selesai, bersihkan kerak yang menutupi sisi yang dilas dengan memakai
palu. Periksa kembali apakah ada sisi yang belum sempurna. Bila belum sempurna,
ulangilah sisi yang belum tersatukan dengan baik ltersebut. Pada beberapa kasus,
bahan yang telah dilas harus di gerinda bila pengelasan tidak sempurna. Tetapi bila
tidak fatal, kita cukup mengelas sisi yang belum terlas dengan sempurna itu.
9. Jika sdh selesai,Lakukan penilaian pada dosen pembimbing Dan Kembalikan alat
yang telah di pinjam Di Worshop

14
4.3 PENGELASAN GARIS PANJANG
1. Membersihkan bahan yang akan dilas. Pakai palu untuk membersihkan kerak pada
permukaan ruangan yang akan dilas. Gunakan sikat baja untuk hasil yang optimal.
2. Tempatkan bahan yang akan dilas pada tempat yang sudah disiapkan. Baik itu
memakai meja kerja atau hanya menempatkannya di lantai. Pakai klem bila
diperlukan.
3. Tempatkan masa mesin las pada salah satu sisi bahan yang akan dilas. Tambahkan
elektroda pada panel penjepit elektroda di mesin las. Pasang kemiringan elektroda
sesuaikan dengan urutan bahan. Biasanya sudah ada tempat khusus kemiringan
elektroda pada tang penjepit elektroda.
4. Garis permukaan benda kerja Sesuai Ukuran Yang ada Di Jobbset
5. Sesudah bahan siap untuk di las, perlahan-lahan dekatkan ujung elektroda pada
bahan yang akan dilas.
6. Dengan memakai Helm las atau kacamata las, Anda bisa memperhatikan sisi
elektroda yang telah mencair yang mencair di atas bahan yang dilas itu.Gerakan
Elektroda Dengan Cara Tarik perlahan ke bawah Sampai bagian yang telah di Garis
Di Atas bahan.
7. Lakukan Pengelasan Pada setiap bahan yang telah di garis.
8. Sesudah selesai, bersihkan kerak yang menutupi sisi yang dilas dengan memakai
palu. Periksa kembali apakah ada sisi yang belum sempurna. Bila belum sempurna,
ulangilah sisi yang belum tersatukan dengan baik ltersebut. Pada beberapa kasus,
bahan yang telah dilas harus di gerinda bila pengelasan tidak sempurna. Tetapi bila
tidak fatal, kita cukup mengelas sisi yang belum terlas dengan sempurna itu.
9. Jika sdh selesai,Lakukan penilaian pada dosen pembimbing Dan Kembalikan alat
yang telah di pinjam Di Worshop

15
4.4 PENGELASAN KAMPUH I

1. Membersihkan bahan yang akan dilas. Pakai palu untuk membersihkan kerak pada
permukaan ruangan yang akan dilas. Gunakan sikat baja untuk hasil yang optimal.
2. Tempatkan bahan yang akan dilas pada tempat yang sudah disiapkan. Baik itu
memakai meja kerja atau hanya menempatkannya di lantai. Pakai klem bila
diperlukan.
3. Tempatkan masa mesin las pada salah satu sisi bahan yang akan dilas. Tambahkan
elektroda pada panel penjepit elektroda di mesin las. Pasang kemiringan elektroda
sesuaikan dengan urutan bahan. Biasanya sudah ada tempat khusus kemiringan
elektroda pada tang penjepit elektroda.
4. Garis permukaan benda kerja Sesuai Ukuran Yang ada Di Jobbset
5. Sesudah bahan siap untuk di las, perlahan-lahan dekatkan ujung elektroda pada
bahan yang akan dilas.
6. Dengan memakai Helm las atau kacamata las, Anda bisa memperhatikan sisi
elektroda yang telah mencair yang mencair di atas bahan yang dilas itu.Gerakan
Elektroda Dengan Cara Tarik perlahan ke bawah Sampai bagian yang telah di Garis
Di Atas bahan.
7. Lakukan Pengelasan Pada setiap bahan yang telah di garis.
8. Sesudah selesai, bersihkan kerak yang menutupi sisi yang dilas dengan memakai
palu. Periksa kembali apakah ada sisi yang belum sempurna. Bila belum sempurna,
ulangilah sisi yang belum tersatukan dengan baik ltersebut. Pada beberapa kasus,
bahan yang telah dilas harus di gerinda bila pengelasan tidak sempurna. Tetapi bila
tidak fatal, kita cukup mengelas sisi yang belum terlas dengan sempurna itu.
9. Jika sdh selesai,Lakukan penilaian pada dosen pembimbing Dan Kembalikan alat
yang telah di pinjam Di Worshop

16
4.5 PENGELSAN KAMPUH V
1. Membersihkan bahan yang akan dilas. Pakai palu untuk membersihkan kerak pada
permukaan ruangan yang akan dilas. Gunakan sikat baja untuk hasil yang optimal.
2. Lakukan Gerinda pada bagian Tepi bahan dengan membentuk setengah huruf
V,Lakukan pada 2 Buah Benda kerja.
3. Tempatkan bahan yang akan dilas pada tempat yang sudah disiapkan. Baik itu
memakai meja kerja atau hanya menempatkannya di lantai. Pakai klem bila
diperlukan.
4. Tempatkan masa mesin las pada salah satu sisi bahan yang akan dilas. Tambahkan
elektroda pada panel penjepit elektroda di mesin las. Pasang kemiringan elektroda
sesuaikan dengan urutan bahan. Biasanya sudah ada tempat khusus kemiringan
elektroda pada tang penjepit elektroda.
5. Garis permukaan benda kerja Sesuai Ukuran Yang ada Di Jobbset
6. Sesudah bahan siap untuk di las, perlahan-lahan dekatkan ujung elektroda pada
bahan yang akan dilas.
7. Dengan memakai Helm las atau kacamata las, Anda bisa memperhatikan sisi
elektroda yang telah mencair yang mencair di atas bahan yang dilas itu.Gerakan
Elektroda Dengan Cara Tarik perlahan ke bawah Sampai bagian yang telah di
Gerinda Di Antara 2 Bahan yang di dekatkan.
8. Lakukan Pengelasan Pada setiap bahan yang telah digerinda Dengan cara 3 kali
pengelasan
9. Sesudah selesai, bersihkan kerak yang menutupi sisi yang dilas dengan memakai
palu. Periksa kembali apakah ada sisi yang belum sempurna. Bila belum sempurna,
ulangilah sisi yang belum tersatukan dengan baik ltersebut. Pada beberapa kasus,
bahan yang telah dilas harus di gerinda bila pengelasan tidak sempurna. Tetapi bila
tidak fatal, kita cukup mengelas sisi yang belum terlas dengan sempurna itu.
10. Jika sdh selesai,Lakukan penilaian pada dosen pembimbing Dan Kembalikan alat
yang telah di pinjam Di Worshop

17
4.6 PENGELASAN SAMBUNGAN BERLIMPIT
1. Membersihkan bahan yang akan dilas. Pakai palu untuk membersihkan kerak pada
permukaan ruangan yang akan dilas. Gunakan sikat baja untuk hasil yang optimal.
2. Tempatkan bahan yang akan dilas pada tempat yang sudah disiapkan. Baik itu
memakai meja kerja atau hanya menempatkannya di lantai. Pakai klem bila
diperlukan.
3. Tempatkan masa mesin las pada salah satu sisi bahan yang akan dilas. Tambahkan
elektroda pada panel penjepit elektroda di mesin las. Pasang kemiringan elektroda
sesuaikan dengan urutan bahan. Biasanya sudah ada tempat khusus kemiringan
elektroda pada tang penjepit elektroda.
4. Garis permukaan benda kerja Sesuai Ukuran Yang ada Di Jobbset
5. Sesudah bahan siap untuk di las, perlahan-lahan dekatkan ujung elektroda pada
bahan yang akan dilas.
6. Dengan memakai Helm las atau kacamata las, Anda bisa memperhatikan sisi
elektroda yang telah mencair yang mencair di atas bahan yang dilas itu.Gerakan
Elektroda Dengan Cara Tarik perlahan ke bawah Sampai bagian samping bahan yang
berlimpit.
7. Lakukan Pengelasan Pada setiap Tepi bahan yang Berlimpit.
8. Sesudah selesai, bersihkan kerak yang menutupi sisi yang dilas dengan memakai
palu. Periksa kembali apakah ada sisi yang belum sempurna. Bila belum sempurna,
ulangilah sisi yang belum tersatukan dengan baik ltersebut. Pada beberapa kasus,
bahan yang telah dilas harus di gerinda bila pengelasan tidak sempurna. Tetapi bila
tidak fatal, kita cukup mengelas sisi yang belum terlas dengan sempurna itu.
9. Jika sdh selesai,Lakukan penilaian pada dosen pembimbing Dan Kembalikan alat
yang telah di pinjam Di Worshop

18
4.7 PENGELASAN PIPA
1. Membersihkan bahan yang akan dilas. Pakai palu untuk membersihkan kerak pada
permukaan ruangan yang akan dilas. Gunakan sikat baja untuk hasil yang optimal.
2. Garis permukaan benda kerja Sesuai Ukuran Yang ada Di Jobbset
3. Lakukan Gerinda pada bagian Tepi bahan dengan membentuk setengah huruf
V,Lakukan pada 3 Buah benda kerja
4. Tempatkan bahan yang akan dilas pada tempat yang sudah disiapkan. Baik itu
memakai meja kerja atau hanya menempatkannya di lantai. Pakai klem bila
diperlukan.
5. Tempatkan masa mesin las pada salah satu sisi bahan yang akan dilas. Tambahkan
elektroda pada panel penjepit elektroda di mesin las. Pasang kemiringan elektroda
sesuaikan dengan urutan bahan. Biasanya sudah ada tempat khusus kemiringan
elektroda pada tang penjepit elektroda.
6. Sesudah bahan siap untuk di las, perlahan-lahan dekatkan ujung elektroda pada bahan
yang akan dilas.
7. Dengan memakai Helm las atau kacamata las, Anda bisa memperhatikan sisi
elektroda yang telah mencair yang mencair di atas bahan yang dilas itu.Gerakan
Elektroda Dengan Cara Tarik perlahan ke bawah Sampai bagian yang telah di
Gerinda Di Antara 3 Bahan yang di dekatkan.
8. Lakukan Pengelasan Pada setiap bahan yang telah digerinda Dengan cara 3 kali
pengelasan
9. Sesudah selesai, bersihkan kerak yang menutupi sisi yang dilas dengan memakai
palu. Periksa kembali apakah ada sisi yang belum sempurna. Bila belum sempurna,
ulangilah sisi yang belum tersatukan dengan baik ltersebut. Pada beberapa kasus,
bahan yang telah dilas harus di gerinda bila pengelasan tidak sempurna. Tetapi bila
tidak fatal, kita cukup mengelas sisi yang belum terlas dengan sempurna itu.
10. Jika sdh selesai,Lakukan penilaian pada dosen pembimbing Dan Kembalikan alat
yang telah di pinjam Di Worshop

19
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pada pengelasan dengan metode SMAW, pengelasan dimulai saat sebuah busur
listrik dipukul dengan membuat kontak antara ujung elektroda dan system kerja
2. Macam-macam gerakan elektroda Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda.
Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik agar tetap. Gerakan ayunan
elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki.
3. SMAW merupakan pekerjaan manual dengan peralatan meliputi power source, kabel
elektroda (electrode cable) , kabel kerja (work cable), electrode holder, work clamp,
dan elektroda.
4. Kampuh digunakan untuk menyambungkan 2 buah logam dengan bentuk tertentu
5. Memotong kampuh V dengan cara di gerinda dan mempunyai kemiringan sebesar
30o
6. Pemahaman terhadap resiko pekerjaan las listrik dan kesadaran dalam mematuhi
prosedur kerjanya akan sangat membantu kelancaran dan keberhasilan pekerjaan.
7. Pemeriksaan mesin las yang dilakukan secara bertahap tidak akan membahayakan
penggunanya. Jika sebuah prosedur dalam melakukan mesin las dilewati ada
beberapa kemungkinan yang akan terjadi, salah satunya ialah tersetrum
8. Memeriksa lingkungan sekitar sehingga tidak terjadi hal-hal yang dapat menggangu
orang lain atau kita para pengguna mesin las
9. Pemeriksaan mesin las yang dilakukan secara bertahap tidak akan membahayakan
penggunanya

5.2 Saran

1. Prosedur pengelasan harus lebih diperhatikan agar hasil pengelasan baik dan tidak
mengalami retak terutama pengaturan kecepatan pengelasan sebaiknya lebih rendah.
2. Pengawasan pada saat proses pengelasan perlu dilakukan untuk mengantisipasi
terjadinya kesalahan prosedur pada proses pengelasan tersebut.

20
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang perlakuan panas baik sebelum pengelasan
(preheat) atau sesudah pengelasan (PWHT / Post Weld Heat Treatment) untuk
memperbaiki kekuatan sambungan las.
4. Menggunakan sarung tangan dan sarung lengan tangan, kedua alat ini berfungsi
hampir sama dengan apron yaitu melindungi dari percikan bunga api dan efek radiasi
sinar ultra violet dan ultra merah yang ditimbulkan oleh las listrik dan untuk
memudahkan pemegangan elektroda.
5. Helm las listrik, helm ini dilengkapi dengan dua kaca hitam dan putih atau satu kaca
hitam yang berfungsi untuk melindungi kulit muka dan mata dari efek radiasi sinar
ultra violet dan ultra merah yang dapat merusak kulit maupun mata, dimana sinar
yang ditimbulkan oleh las listrik tidak boleh dilihat langsung dengan mata telanjang
sampai dengan jarak minimal 16 meter.
6. Memakai sepatu las, untuk melindungi kaki dari percikan bunga api, hal ini tidak
terlalu penting apabila welder telah menggunakan celana panjang yang berbahan
dasar kain tebal seperti kain levis serta memakai sepatu safety yang standar untuk
pengelasan, tetapi tidak ada salahnya jika digunakan.
7. Respirator (alat bantu pernafasan), untuk menjaga pernafasan agar tetap stabil pada
saat melakukan proses pengelasan las listrik dari asap las, dan untuk melindungi asap
dan debu yang beracun masuk ke paru-paru, hal ini boleh tidak dilakukan apabila
kamar las telah mempunyai sistem pembuangan asap dan debu-debu beracun
(blower) yang baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. https://celotehdinihari.com/kekurangan-dan-kelebihan-las-smaw-serta-peralatannya/
2. https://www.etsworlds.id/2018/04/pengelasan-smaw-pengertian-smaw.html
3. Sukaini, Tarkina, dan Fandi, 2013, Teknik Las SMAW, Kementerian Pendidikan &
Kebudayaan, Malang.
4. Andrew D. Althouse, Carl H. Turnquist, dkk. 2013. Modern Welding, 11th Edition. The
Goodheart-Willcox Co., Inc. H53X+CC Tinley Park, Illinois, USA.
5. Sonawan, H, 2003, Las Listrik SMAW dan Pemeriksaan Hasil Pengelasan, Alfabeta,
Bandung.

22
23

Anda mungkin juga menyukai