Praktik
SMAW
Proses
Proses Pengelasan
Pengelasan Posisi
Posisi 3G
3G dengan
dengan SMAW
SMAW
Commitment to Excellence
Modul Praktik SMAW
KATA PENGANTAR
Modul Praktik las busur listrik atau Shielded Metal Arc Welding (SMAW) ini
merupakan pengembangan dari modul sebelumnya, namun ada perbaikan yang berkaitan
dengan isue-isue terkini dalam teknologi proses SMAW. Perbaikan yang dilakukan meliputi
penerapan gambar kode las, parameter las, teknik pengelasan, dan penambahan job ujian
praktik yang sesuai dengan standar uji las pada welder dengan posisi 3G. Modul ini juga
diperkaya dengan kajian teoritik tentang metode pengelasan SMAW. Teori yang
dikembangkan meliputi definisi las SMAW, karakteristik mesin SMAW, parameter las, dan
prosedur pengelasan standar.
Dosen pengampu mata kuliah ini diharapkan memahami penggunaan modul ini,
memberikan teori pengelasan SMAW, mendemonstrasikan teknik pengelasan SMAW, dan
memberikan penilaian berdasarkan kriteria pemeriksaan hasil las sesuai standar yang
diterapkan. Modul ini tentunya masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar materi perkuliahan Praktik
SMAW dapat disempunakan lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR ............................................. iii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ........................................................................ iv
STANDAR KOMPETENSI:
Mengetahui pengelasan plat baja karbon posisi vertikal up
dengan SMAW.
KOMPETENSI DASAR:
Mengetahui sambungan ujung kampuh ”V” posisi 3G/PF dengan SMAW
Petunjuk Penggunaan
Modul Praktik SMAW
Las SMAW (Shielded Metal Arc Welding) atau las Busur listrik elektroda terbungkus
dikenal juga dengan nama las listrik banyak digunakan oleh masyarakat luas mulai individu
sampai perusahaan yang besar. SMAW adalah proses penyambungan dua logam atau lebih
dengan menggunakan energi panas busur listrik sehingga terjadi pencairan dan penyatuan
bagian yang disambung secara permanent dan menggunakan elektroda terbungkus.
logam lasan dan ketika membeku bahan fluks yang menjadi terak menutupi permukaan
logam lasan sehingga terlindung dari pengaruh udara luar.
B. Peralatan SMAW
Mesin Las
(Transformator)
Kabel &
Tang Masa
1. Transformator
Pada dasarnya mesin las SMAW adalah transformator step down. Ada tiga tipe
pembangkitan energi panas dari transformator, yaitu:
Mesin las dengan tipe CC, arus las relative sama. Mesin jenis ini juga
disebut Drooping Arc Voltage (DAV) karena ketika tegangan maksimum arus sama
dengan nol dan ketika tegangan minimum arus akan maksimum dan kedua
parameter tersebut berkaitan dengan besar kecilnya arc length, sehingga heat
input dapat dimanipulasi oleh Juru las dengan mengatur besar arc length,
sehingga cocok untuk pengoperasian secara manual. Mesin SMAW dan las TIG
menggunakan sistim ini.
CC
30 RAV
CV
100
Kabel elektroda berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari mesin las ke
elektroda. Holder berfungsi untuk memegang elektroda. Kedua alat tersebut harus
memenuhi standar pekerjaan las. Pemasangan kabel las harus disesuaikan dengan
kapasitas mesin las dan panjang kabel yang dibutuhkan dalam pekerjan las. Sebagai
contoh, jika kapasitas arus listrik mesin las sebesar 350 Ampere dan kabel yang
digunakan sepanjang 20 meter, maka luas penampang kabel tersebut minimal
sebesar 53 mm2, namun jika menggunakan kabel yang panjangnya 50 meter, luas
penampangnya minimal 107 mm2 sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Hubungan antara arus mesin las, panjang dan luas penampang kabel las.
Kapasitas arus Luas penampang kabel las (mm2)
mesin las Panjang kabel Panjang kabel Panjang kabel Panjang kabel
(amper) sampai 20 m 20 m s.d 35 m 35 m s.d 50 m 50 m s.d 70 m
100 21 21 21 33
150 33 33 33 43
200 33 33 43 53
250 33 33 53 67
300 43 43 67 85
350 53 53 85 107
400 53 53 85
450 67 67 107
500 67 67 107
550 67 67 107
600 85 85 107
Kabel penghantar arus ini dirancang khusus untuk pengelasan, dan harus
mampu mengalirkan arus listrik yang besar dengan baik dari mesin las ke pemegang
elektroda maupun ke penjepit benda kerja. Inti kabel terbuat dari kawat tembaga yang
dipintal, dibungkus dengan isolator dan diberi penguat agar tidak mudah patah dan
terkelepas. Kabel ini harus fleksibel, tidak kaku supaya gerakan tangan operator tidak
terganggu.
C. Polaritas Arus
Mesin SMAW dirancang dua macam jenis arus, yaitu arus bolak balik/Alternating
Current (AC) dan arus searah/Direct Current (DC). Polaritas arus AC tidak banyak
berpengaruh terhadap heat input benda kerja, namun tidak demikian dengan arus DC,
pembalikan polaritas arus DC sangat berpengaruh terhadap heat input pada benda kerja.
1. Polaritas Arus AC
Di dalam arus AC, electron berubah arah setiap 1/120 detik, jadi elektroda dan
benda kerja setiap 1/120 detik berubah dari anoda menjadi katoda dan proses ini
selalu terjadi secara kontinyu. Kejadian ini menyebabkan panas pengelasan
didistribusikan dengan harga yang sama antara elektroda dengan benda kerja,
setengah ke elektroda dan sisanya ke benda kerja.
2. Polaritas Arus DC
Mesin las DC dapat diseting dua polaritas, yaitu polaritas lurus/Direct Current
Staight Polatity/DCSP) dan polaritas terbalik/Direct Current Reverse Polarity (DCRP).
1/60
detik
1/120 1/120
detik detik
Panas 50%
~
Elektroda
Sumber Power
Bahan Induk
Panas 50%
a. Polaritas DCSP
b. Polaritas DCRP
Neg (-).
1/3 panas
Elektroda
Sumber Power
Bahan Induk
2/3 panas
Pos (+).
Neg (-).
Elektroda 2/3 panas
Sumber Power
Bahan Induk
1/3 panas
Pos (+).
Parameter SMAW yang berkaitan dengan masukan panas adalah: 1) arus listrik,
2) tegangan, 3) panjang busur (arc length), dan 4) kecepatan travel.
1. Arus Listrik
Besar arus yang dipakai berdasarkan penyetelan pada amper meter yang ada
pada mesin las dan harus disesuaikan dengan besar diameter elektroda yang akan
dipakai untuk pengelasan. Besar arus biasanya dapat dilihat pada bungkusan
elektroda yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Jika pada bungkusan elektroda tidak
tercantum dapat dilihat pada tabel berikut.
2. Tegangan Listrik
pemakaian. Tegangan tergantung dari panjang busur yang ada, dan juga tergantung
dari mesin las/travo dan panjang kabel las yang dipakai, apabila voltage rendah, ini
akan mempengaruhi pemasukan panas pada benda kerja dan elektroda. Selain besar
kecilnya panjang busur tegangan juga dipengaruhi oleh: a) pembungkus elektroda, b)
komposisi inti elektroda, c) diameter elektroda, dan d) besar arus listrik.
Untuk mendapatkan panjang busur antara benda kerja (base metal) dan ujung
elektroda adalah sangat penting. Karena panjang busur secara langsung sangat
menentukan masukan panas baik terhadap benda kerja maupun elektroda yang
diperlukan dalam proses pengelasan. Transformator mesin SMAW yang dirancang
berdasarkan sistim Constant Current (CC) atau Drooping Arc Voltage (DAV)
berhubungan erat dengan jarak busur listrik (arc length). Arus pengelasan dan besar
tegangan las tergantung dari panjang arc length, sehingga semaking dekat arc length
terhadap benda kerja, semakin kecil masukan panas (heat input), begitu pula
sebaliknya dan akan mempengaruhi pendepositan logam las.
Elektroda
Bahan
Dasar
Gambar 10. Arc Lenght.
cut, dan banyak spatter. Jarak arc lenght yang terbaik adalah yang di tengah, besarnya
tergantung dari tipe elektroda sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
Kecepatan penarikan
kawat elektroda oleh juru las
(welder) sangat berpengaruh
terhadap masukan panas dan
bentuk deposit logam lasan.
Biasanyan setiap juru las
mempunyai karakter tersendiri
yang berkaitan dengan hal itu,
oleh karenanya pengaturan
para meter las tergantung dari juru las itu sendiri. Kendati demikian kecepatan
penarikan kawat las yang baik sekitar 2 meter per menit.
E. Elektroda SMAW
melindungi logam cair dari pengaruh udara luar serta membentuk slag atau terak yang
dapat melindungi deposit logam las saat pembekuan.
Di dalam proses pengelasan, kawat las harus disesuaikan dengan jenis bahan
yang dilas, sedangkan fluks berhubungan dengan posisi pengelasan, tipe arus yang
digunakan, teknik pengelasan, dan perlu tidaknya penambahan unsure logam dalam
deposit logam las. Di samping hal di atas, fluks juga berfungsi untuk: 1) melindungi deposit
logam las sehingga tidak terbentuk oksid dan nitrid, 2) menghambat pendinginan cepat
(speed cooling) yang dapat membentuk struktrur mikro martensite yang menyebabkan
kegetasan pada logam las, 3) menambah unsur paduan pada deposit logam las, 4)
penyetabil busur listrik, 5) mempengaruhi kekentalan cairan logam kawat elektroda yang
memungkinkan pengelasan dilakukan secara efisien.
Selulosa O O
Lempung O
Silikat
Talek O
Titanium O O
Oksida
Ilmenit O O
Feroksida O O
Kalsium O O
Karbonat
Ferro O O
Mangan
Mangan O
Dioksida
Pasir Silium
Kalsium O O O
Silikat
Natrium O O
Silikat
Keterangan:
O : Fungsi utama
: Fungsi tambahan
KODE MCD
Kode elektroda
Kode kekuatan tarik dalam Ksi
Kode posisi, type fluks, type arus
Gambar diatas mendeskripsikan bahwa dua digit awal yaitu XX adalah kode
dari kekuatan tarik kawat elektroda dalam bentuk deposit logam las sebesar per 1000
psi. Kode YY, Y pertama menunjukkan posisi pengelasan, Y kedua adalah kode bahan
fluks. Kode angka 1 jika elektroda disyaratkan mempunyai sifat keras dan liat. HZ
adalah kode diperlukan pengujian difusitas hydrogen. Kode R merupakan kode
elektroda yang digunakan untuk penyerapan uap air dalam proses las, namun
demikian kode yang biasa tertera pada bungkus elektroda adalah kode yang berkaitan
dengan Mandatory Classification Designators.
Basic 20-50% calsium carbonate, 20- 1. Level Hydrogen agak rendah (<
E XXX5 40% fluorspar, 0-5% pasir, 0-10% 10 ppm), biasanya digunakan
E XXX6 rutile, 5-10% ferro-alloys untuk pengelasan baja konstruksi
E XXX7 low alloy.
E XXX8 2. Tingkat inclusi Hydrogen rendah.
c. Fill-Freeze Electrodes
Posisi di bawah tangan (Pa) membutuhkan laju cairan yang cepat agar
pengelasan berjalan dengan efisien, sehingga dibutuhkan elektroda yang khusus
untuk pengelasan dengan posisi di bawah tangan. Hal ini tidak bisa dilakukan pada
posisi selain di bawah tangan karena adanya grafitasi bumi yang mempengaruhi
pembentukan deposit logam lasan.
a. Scratching methode
Elektroda
Arc length
Benda
kerja
b. Tapping methode
Elektroda
Arc length
Benda
kerja
a. Teknik Whipping
Deposit las
Benda kerja
Gerakan
Key hole elektroda
b. Teknik Weaving
pengelasan yang dilakukan pada posisi vertical elektroda harus diayun karena
jika tidak diayun akan terjadi cacat slag inclution (terak terjebak pada setiap
lapisan las).
Pausing
1
2
2
Pausing
1
2 2
Teknik ayun seperti huruf ‘Z’ digunakan untuk membuat filler dan cover
pass di semua posisi kecuali posisi vertical. Teknik ini lebih baik dari teknik
setengah lingkaran, karena dengan ayunan seperti huruf ‘Z’ dapat mengurangi
ketinggian deposit logam las, lebih-lebih pada posisi vertical dan over heat.
Pausing dilakukan pada bagian tepi sebanyak 2 detik.
Pausing
Pausing
1
1
2 2
2 2
Secara prinsip dalam mematikan nyala busur listrik pada akhir jalur las bagian
kawah las (crater) harus diisi cairan logam hingga sempurna. Ada beberapa cara untuk
mengakhiri jalur las, diantaranya adalah memperpendek arc length dan memutar
elektroda dua kali putar atau memperpendek arc length dan Memperkecil Travel
Angle.
Teknik ini dilakukan dengan cara memperpendek arc length dan memutar
dua kali elektroda pada kawah las (weld puddle). Mematikan elektroda dengan
cara ini harus dilakukan secara hati-hati, karena jika gerakan memutar elektroda
melebihi lebar deposit logam las akan terjadi cacat.
Diputar
Dua kali
Gambar 19. Teknik memperpendek arc lenght dan memutar elektroda dua kali.
Travel angle
dikecilkan
Gambar 20. Teknik memperpendek arc lenght dan memperkecil travel angle.
5. Posisi Elektroda
Hasil pengelasan juga tergantung dari posisi elektroda pada saat proses
pengelasan dilakukan oleh seorang welder. Ada dua posisi elektroda yang harus
diperhatikan, yaitu: travel angle dan work angle. Travel angle adalah sudut elektroda
terhadap bidang datar benda kerja pada arah sejalan gerakan elektroda. Work angle
adalah sudut antara elektroda dengan bidang datar benda kerja pada arah melintang
sumbu gerakan elektroda.
Posisi sudut elektroda yang kurang tepat menyebabkan terjebaknya slag (terak)
ke dalam deposit logam las. Besar sudut travel sekitar 10° sampai dengan 15° dari sisi
tegak, jika terlalu besar, terak akan terjebak di bagian tepi deposit logam las,
sebaliknya jika terlalu kecil atau bahkan sampai 90°, terak akan terjebak di bagian
tengahnya. Work angle besarnya 90° untuk sambungan ujung, namun untuk
sambungan fillet sebesar 45°.
Work angle juga berpengaruh terhadap terjebaknya terak pada deposit logam
las. Hal tersebut disebabkan karena bentuk deposit logam las tidak sempurna. Work
angle yang tepat membuat bentuk deposit logam las menyerupai kurva normal, ini
yang diharapkan, jika tidak seperti kurva normal, terak akan terjebakdi pinggir deposit
las.
10°-15°
Travel
angle
90°
Work
angle
Secara umum sambungan las terdiri dari lima bentuk dasar sambungan las yang
meliputi: 1) Butt joint, 2) Fillet joint, 3) Corner joint, 4) Lap joint, dan 5) Edge joint.
1. Posisi Pengelasan
Posisi las harus difahami oleh juru las, karena dalam WPS posisi las ini
digambarkan melalui kode pengelasan. Ada sedikit perbedaan dalam menuliskan
kode standar posisi las. Ada dua kode standar posisi las yang banyak dikenal dalam
masyarakat industry, yaitu standar ASME dan AWS. Kode posisi pengelasan standar
Eropa tidak membedakan jenis sambungan las, sedangkan Amerika membedakannya
berdasarkan bentuk bahan yang dilas (Pipa dan Plat) dan jenis sambungan (Groove
dan Fillet).
Gambar 24. Kode posisi las pada sambungan plat groove menurut AWS.
Gambar 25. Kode standar posisi las pada sambungan plat fillet menurut AWS.
Secara umum symbol gambar las terdiri dari tanda panah penunjuk, batang tubuh,
dan ekor. Tanda panah penunjuk berfungsi sebagai penunjuk bagian yang dilas,
batang tubuh berfungsi untuk menempatkan ukuran dan bentuk kampuh, ukuran dan
bentuk las, serta proses finishing. Bagian ekor digunakan untuk menunjukkan proses
spesifik.
R
S L-P
T
Spesifikasi proses
Dilas keliling
Garis referensi
Keterangan:
Jika kode-kode dituliskan di bawah garis
referensi, bagian yang dilas adalah yang
ditunjuk oleh tanda penunjuk. Jika ditulis di
atas garis referensi bagian yang dilas adalah
sebaliknya
1. Kompetensi
Mengelas plat baja karbon posisi vertikal up dengan SMAW
2. Sub Kompetensi
Membuat sambungan ujung kampuh ”V” posisi 3G/PF dengan SMAW
4. Keselamatan Kerja
a. Topeng las (Head shield)
b. Pelindung dada (Apron)
c. Pelindung lengan (Welding sleeve)
d. Pelindung kepala (Welding hat)
e. Kaos tangan
f. Kacamata bening
g. Masker
h. Pelindung telinga
5. Langkah Kerja
a. Oven elektroda dengan menggunakan thermos elektroda
b. Bersihkan bahan dengan sikat baja
c. Rapikan setiap tepi benda kerja dengan menggunakan kikir atau mesin
gerinda
d. Fit-up benda kerja sesuai prosedur dengan posisi vertikal
e. Lakukan pengelasan sambungan ujung 3G dengan SMAW
f. Bersihkan benda kerja sesuai prosedur
g. Beri tanda benda kerja sesuai dengan nama dan nomor mahasiswa
h. Serahkan benda kerja pada dosen pembimbing
6. Perhatian
a. Selama proses pengelasan tidak diperbolehkan merubah posisi benda kerja
b. Penggerindaan dilakukan dengan posisi benda tetap
c. Waktu pengerjaan benda selama 120 menit
7. Lampiran :
Gambar 2. Gambar kerja sambungan kampuh “V” SMAW posisi vertikal up.
Commitment to Excellence