Anda di halaman 1dari 78

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas keridhoannya penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya, dan tepat pada waktunya.
Semua ini tidak lepas dari rahmat, hidayah serta inayah yang telah dilimpahkan oleh-
Nya.
Tugas akhir ini telah kami susun dengan segala kemampuan dan bantuan dari
beberapa pihak yang telah memperlancar dan mempermudah proses penyelesaiannya.
Untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan
gambaran dan pengarahan tentang materi ini.
Terlepas dari itu kami sebagai makhluk Allah menyadari bahwa kami tidak akan
menciptakan sesuatu yang sempurna. Oleh karena itu, jika dalam tugas akhir kami
banyak terdapat kesalahan ejaan maupun penyusunan kalimat kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian tugas akhir ini kami buat untuk memenuhi tugas matakuliah Praktikum
Pengelasan Dasar dan kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan
teman-teman sekalian.

Malang, 25 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................


DAFTAR ISI ..................................................................................................................
BAB I Teknologi Las SMAW
A. Pengertian Las Smaw
B. Jenis Polarity Pengelasan Smaw
C. Komponen-Komponen Las Smaw
D. Posisi Pengelasan SMAW
E. Prosedur Pengelasan yang Baik
F. Kelebihan Dan Kekurangan Las Smaw
BAB II Elektroda Las SMAW
A. Elektroda Berselaput .....................................................................................
B. Klasifikasi Elektroda .....................................................................................
C. Elektroda Baja Lunak ....................................................................................
D. Kondisi Pengelasan .......................................................................................
BAB II Alat Pelindung Diri Las SMAW
A. Pengertian ......................................................................................................
B. Macam-macam APD yang digunakan pada las OAW ..................................
BAB IV Prosedur Las SMAW Posisi 1G
A. Alat dan Bahan ..............................................................................................
B. Perlengkapan K3 ...........................................................................................
C. Parameter yang harus digunakan ..................................................................
D. Prosedur Kerja ...............................................................................................
E. Hasil ..............................................................................................................
BAB V Prosedur Las SMAW Posisi 2G
A. Alat dan Bahan ..............................................................................................
B. Perlengkapan K3 ...........................................................................................
C. Keselamatan Kerja ........................................................................................
D. Prosedur Kerja ...............................................................................................
E. Hasil ..............................................................................................................
BAB VI Prosedur Las SMAW Posisi 3G
A. Alat dan Bahan ..............................................................................................
B. Perlengkapan K3 ...........................................................................................
C. Prosedur Kerja ...............................................................................................
BAB VII Teknik Las OAW
A. Pengertian Las OAW ....................................................................................
B. Teknik Pengelasan OAW ..............................................................................
BAB VIII Tabung Asitelin
A. Pengertian Asitelin (C2H2)
B. Hal yang harus Dilakukan agar Tabung Gas Asetilin Aman.
BAB IX Tabung Oksigen
A. Tabung Gas Oksigen.
B. Katup Tabung
C. Regulator Gas Oksigen.
D. Brander Gas
BAB X Alat Pelindung Diri Las OAW
A. Pengertian Alat Pelindung Diri
B. Kelengkapan Alat Pelindung Diri
C. Prosedur Kerja
BAB XI Prosedur Las OAW Tanpa Bahan Tambah
A. Alat Dan Bahan
B. Alat Pelindung Diri (APD)
C. Prosedur Kerja
BAB XII Prosedur Las OAW Menggunakan Bahan Tambah Kawat
A. Alat Dan Bahan
B. Alat Pelindung Diri (APD)
C. Prosedur Kerja Pengelasan
BAB XIII Prosedur Las OAW Menggunakan Bahan Tambah Kuningan
A. Alat Dan Bahan
B. Alat Pelindung Diri (APD)
C. Prosedur Kerja
BAB XIV Cacat Las
A. Pengertian
B. Jenis-Jenis Cacat Las
BAB XV K3 Las SMAW dan OAW
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Komponen las SMAW


Gambar 1.2 Jenis sambungan fillet 1F, 2F, 3F, dan 4F
Gambar 1.3 Posisi pengelasan 1G, 2G, 3G, 4G
Gambar 1.4 Pengelasan 1G, 2G, 5G, 6G pada pipa
Gambar 2.1 Elektroda berselaput
Gambar 2.2 Elektroda E 6011
Gambar 3.1 Pelindung Las
Gambar 3.2 Masker Las
Gambar 3.3 Sarung Tangan Las
Gambar 3.4 Apron
Gambar 3.5 Sepatu Las
Gambar 4.1 Benda Kerja Ditandai dengan Kapur Tulis
Gambar 4.2 Hasil Pengelasan 1G
Gambar 5.1 Hasil Las 2G
Gambar 6.1 Hasil Las 3G
Gambar 7.1 Hasil Las OAW Bergerigi
Gambar 7.2 Hasil Las OAW dengan Bahan Tambah
Gambar 7.3 Hasil Pengelasan OAW dengan Bahan Tambah Kuningan
Gambar 8.1 Tabung Gas Asetilin
Gambar 8.2 Regulator Khusus Tabung Asetilin Berwarna Merah
Gambar 8.3 Katup Pembuka Aliran Gas
Gambar 9.1 Tabung Oksigen
Gambar 9.2 Katup Tabung
Gambar 9.3 Regulator Gas Oksigen
Gambar 9.4 Brander Gas
Gambar 9.5 Selang OAW
Gambar 10.1 Kacamata Las
Gambar 10.2 Kacamata Las OAW
Gambar 10.3 Apron dan jaket kulit
Gambar 10.4 Sarung tangan las
Gambar 10.5 Sepatu Safety
Gambar 10.6 Perlindung Pernafaan
Gambar 11.1 Tabung Asitelin
Gambar 11.2 Tabung Oksigen
Gambar 11.3 Brander Gas
Gambar 11.4 Hasil Las OAW Membuat Alur Tanpa Bahan Tambah
Gambar 12.1 Hasil Las OAW Menggunakan Bahan Tambah
Gambar 13.1 Hasil Las OAW Menggunakan Bahan Tambah Kuningan.
Gambar 14.1 Cacat Las Undercut
Gambar 14.2 Cacat Las Porosity
Gambar 14.3 Cacat Las Slag Inclusion
Gambar 14.4 Cacat Las Tungsten Inclusion
Gambar 14.5 Cacat Las Incomplete Penetration
Gambar 14.6 Cacat Las Incomplete Fusion
Gambar 14.7 Cacat Las Over Spatter
Gambar 14.8 Cacat Las Hots Crack
Gambar 14.10 Gambar Cacat Las Distrorsi
BAB I
TEKNOLOGI LAS SMAW (SHIELD METAL ARC WELDING)

Teknik las SMAW merupakan modal dasar untuk menjadi welder (tukang las)
profesional.Sebelum menjadi welder argon,welder SCAW (MIG),welder kombinasi
maupun welder bawah laut semua berawal dari welder SMAW dulu.Apakah gak ada
langsung jadi welder argon? Ada,tapi itu berarti welder 'karbitan',malu dong kalau
welder argon tidak bisa las stik / smaw.
Untuk menjadi welder profesional baik welder smaw,welder argon dan lain-lain
bukanlah hal mudah,butuh waktu dan proses yang panjang.Selain minat dan bakat,
dibutuhkan ketelatenan,belajar pada yang senior dan usaha yang terus menerus hingga
mencapai hasil sesuai standar pengelasan yang ditentukan.Faktor lainnya adalah jalin
relasi yang baik dengan orang lingkungan proyek dan orang yang seprofesi.

G. Pengertian Las SMAW


Las SMAW yang berasal dari kata Shield Metal Arc Welding adalah proses
pengelasan yang menggunakan panas untuk mencairkan material dasar atau logam
induk dan elektroda (kawat las). Panas tersebut ditimbulkan oleh lompatan ion listrik
yang terjadi antara katoda dan anoda (ujung elektroda dan permukaan plat yang akan
dilas ). Panas yang timbul dari lompatan ion listrik ini besarnya dapat mencapai 4000o
sampai 4500o Celcius.
Proses terjadinya pengelasan karena adanya kontak antara ujung elektroda dan
material dasar sehingga terjadi hubungan pendek dan saat terjadi hubungan pendek
tersebut tukang las (welder) harus menarik elektrode sehingga terbentuk busur listrik
yaitu lompatan ion yang menimbulkan panas. Panas akan mencairkan elektrode dan
material dasar sehingga cairan elektrode dan cairan material dasar akan menyatu
membentuk logam lasan (weld metal).
Untuk menghasilkan busur yang baik dan konstan tukang las harus menjaga
jarak ujung elektroda dan permukaan material dasar tetap sama. Adapun jarak yang
paling baik adalah sama dengan diameter elektroda yang dipakai,misalnya kawat las
(elektroda) 3,2 mm maka jarak yang baik antara material dasar dengan ujung elektroda
adalah sekitar 3 mm juga.

H. Jenis Polarity Pengelasan SMAW


Dalam proses pengelasan SMAW tenaga listrik yang di peroleh dari mesin
menurut jenis arus yang dikeluarkan terbagi menjadi 3 jenis mesin yaitu:
1. Mesin dengan arus bolak balik (AC)
2. Mesin dengan arus searah (DC)
3. Mesin dengan kombinasi arus searah (DC) dan arus bolak balik (AC)

Tabel 1. Perbedaan mesin dengan arus AC dengan DC


Mesin dengan arus bolak balik (AC) Mesin dengan arus searah (DC)

Mesin arus bolak balik(AC) Pada mesin arus (DC)


cukup dengan transformator. dilengkapi dengan komponen yang
merubah sifat arus bolak balik (AC)
menjadi arus searah yaitu dengan
generator listrik. Karakteristik electric
effeciensinya 80-85%. Pada mesin
kombinasi antara AC dan DC dilengkapi
dengan transformator dan rectifier,dimana
rectifier ini mempunyai fungsi untuk
meratakan arus.
Pada proses Sedangkan pada proses
pengelasan SMAW arus AC pengelasan smaw arus DC (Direct
(Alternating Current), voltage drop Current), voltage drop sensitif terhadap
tidak di pengaruhi panjang kabel, panjang kabel sependek mungkin, dapat
kurang cocok untuk arus yang lemah, dipakai untuk arus kecil dengan diameter
tidak semua jenis elektroda dapat electroda kecil, semua jenis elektrode
dipakai.Secara teknik arc starting lebih dapat dipakai, arc starting lebih mudah
sulit terutama untuk diameter elektrode terutama untuk arus kecil, Mayoritas
kecil. Arus ini menghasilkan industry fabrikasi menggunakan polarity
pengelasan yang kasar, sehingga DC khususnya untuk pengelaan Carbos
kurang cocok di pakai.Biasanya steel.
banyak di pakai pada saat di lapangan.

Pada prinsipnya DC polarity pada pengelasan smaw dibagi kedalam dua


bagian yaitu polarity DCEP dan Polarity DCEN
1. Polarity DCEP (Reversed Polarity)
Cara kerjanya material dasar disambungkan dengan kutub negatif (-) dan
elektrodenya dihubugkan dengan kutup positif (+) dari mesin las DC, sehingga busur
listrik bergerak dari material dasar ke elektrode dan berakibat 2/3 panas berada di
elektroda dan 1/3 panas berada di material dasar. Cara ini akan menghasilkan
pencairan elektrode lebih banyak sehingga hasil las mempunyai penetrasi dangkal.

2. Polarity DCEN (Straight Polarity)


Prinsip dasarnya material dasar atau material yang akan dilas dihubungkan
dengan kutub positif (+)dari Travo, dan elektrodenya dihubungkan dengan kutub
negatif (-) pada travo las DC. Dengan cara ini busur listrik bergerak dari elektrode
ke material dasar, yang berakibat 2/3 panas berada di material dasar dan 1/3 panas
berada di elektroda.
Cara ini akan menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak dibanding
elektrodenya sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam, polarity ini
umumnya dipakai untuk pengelasan GTAW ( gas tungsten arc welding).
I. Komponen-Komponen Las SMAW
Perlengkapan yang diperlukan untuk proses pengelasan SMAW adalah
peralatan yang paling sederhana dibandingkan dengan proses pengelasan listrik yang
lainnya. Adapun perlengkapan las smaw adalah :

Gambar 1.1 Komponen las SMAW

1. Sumber Tegangan (power source)


Sumber tegangan diklasifikasikan sebagai mesin las AC dan mesin las
DC, mesin las AC biasanya berupa trafo las, sedangkam mesin las DC selain
trafo juga ada yang dilengkapi dengan rectifier atau diode (perubah arus bolak
balik menjadi arus searah) biasanya menggunakan motor penggerak baik
mesin diesel, motor bensin dan motor listrik. mesin las DC, saat ini banyak
digunakan mesin las DC karena DC mempunyai beberapa kelebihan dari pada
mesin las AC yaitu busur stabil dan polaritas dapat diatur. mesin las AC yang
menggunakan transformator atau trafo las.

2. Kabel Masa dan Kabel Elektoda (Ground Cable and Electrode Cable)
Kabel masa dan kabel elektroda berfungsi menyalurkan aliran listrik
dari mesin las ke material las dan kembali lagi ke mesin las. Ukuran kabel masa
dan kabel elektroda ini harus cukup besar untuk mengalirkan arus listrik,
apabila kurang besar akan menimbulkan panas pada kabel dan merusak isolasi
kabel yang akhirnya membahayakan pengelasan.
3. Holder (penjepit elektroda) dan claim masa
Pemegang elektrode berguna untuk mengalirkan arus listrik dari kabel
elektrode ke elektrode serta sebagai pegangan elektrode sehingga pengelas
tidak merasa panas pada saat mengelas. Klem masa berguna untuk
menghubungan kabel masa dari mesin las dengan material biasanya klem masa
mempunyai per untuk penjepitnya. Klem ini sangat penting karena apabila klem
longgar arus yang dihasilkan tidak stabil sehingga pengelasan tidak dapat
berjalan dengan baik.

4. Elektroda
Sebagian besar elektrode las SMAW dilapisi oleh lapisan flux, yang
berfungsi sebagai pembentuk gas yang melindungi cairan logam dari
kontaminasi udara sekelilingnya. Selain itu fluk berguna juga untuk
membentuk terak las yang juga berfungsi melindungi cairan las dari udara
sekelilingnya. Lapisan elektrode ini merupakan campuran kimia yang
komposisisnya sesuai dengan kebutuhan pengelasan. Menurut AWS (American
Welding Society ) elektrode diklasifikasikan dengan huruf E dan diikuti empat
atau lima digit sebagai berikut E xxxx (x) ,contohnya E 6010, E 6013, E 7018
dan lain-lain.

5. Palu las dan sikat kawat (chipping hammer and wire brush)
Palu Ias digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan kerak las pada
logam Ias (weld metal) dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada
daerah las an.Berhati-hatilah membersihkan kerak Ias dengan palu Ias karena
kemungkinan akan memercik ke mata atau ke bagian badan lainnya. Jangan
membersihkan kerak las sewaktu kerak las masih panas/merah. Sikat kawat
dipergunakan untuk : membersihkan benda kerja yang akan dilas dan
membersihkan terak las yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.
J. Posisi Pengelasan SMAW
Sambungan pada material dasar atau logam yang berkaitan dengan pengelasan
mempunyai jenis yang bervariasi,mulai dari sambungan tumpul(Butt Joint),sambungan
fillet(T Joint),sambungan sudut(Corner Joint) atau sambungan tumpang(Lap Joint).
Jenis-jenis sambungan tersebut tentunya mempunyai maksud dan tujuan
tersendiri.Hal ini berkaitan juga dengan posisi pengelasan.Itulah sebabnya kita
mengenal berbagai jenis posisi pengelasan.Untuk plat kita mengenal posisi pengelasan
1F,2F,3F dan 4F ada juga 1G,2G,3G dan 4G.Sedangkan pada pipa ada 1G,2G,5G dan
6G. Jenis sambungan dan posisi pengelasan di atas dapat diaplikasikan untuk
pengelasan SMAW, GTAW, GMAW dan FCAW.
- Jenis sambungan fillet (T Joint) ada posisi 1F (datar),2F,3F dan 4F seperti
tampak pada gambar di bawah ini:

Gambar 1.2 Jenis sambungan fillet 1F, 2F, 3F, dan 4F


- Jenis sambungan plat biasa ada posisi 1G(datar),2G,3G dan 4G :

Gambar 1.3 Posisi pengelasan 1G, 2G, 3G, 4G


- Jenis sambungan pengelasan pada pipa ada 1G,2G,5G dan 6G
Gambar 1.4 Pengelasan 1G, 2G, 5G, 6G pada pipa
Jenis sambungan 1G artinya bahwa pada saat pengelasan posisi tetap datar
namun pipanya yang diputar.Sedangkan pada posisi 5G kedudukan pipa tetap
namun posisi pengelasan mengikuti alur sambungan pipa.

K. Prosedur Pengelasan yang Baik


Untuk menghasilkan kualitas pengelasan smaw yang berkualitas ada 7 parameter
yang perlu di perhatikan, trik ini di dapatkan dari buku moderen welding teknologi,
berikut parameter-parameternya:
1. Pemilihan jenis elektroda yang tepat mulai dari kuat tarik, jenis material, dan
jenis coatingnya agar matching/sesuai dengan material yang akan di las.
2. Pemilihan diameter alektroda yang di gunakan di pertimbangkan berdasarkan
type elektroda, posisi pengelasan, joint desain, ketebalan material, dan skill dari
weldernya.
3. Pemakaian arus yang tepat, pada pengelasan smaw sangat berpengaruh terhadap
hasil lasan , jika arus terlalu besar maka elektroda akan terlalu cepat meleleh dan
susah di kontrol, jika arus terlalu rendah maka hasil pengelasan akan menumpuk
dan tak beraturan.
4. Arc length yang tepat dan konsisten, pada pengelasan SMAW jika arc length
terlalu tinggi maka akan terjadi large globule sehingga akan terjadi banyak spatter
saat mengelas, dan bisa terjadi porosity jika arc length yang terlalu pendek maka
akan terjadi panas yang berlebih sehingga menghasilkan deep penetration dan
bisa menyebabkan base metal jebol( blow hole ).
5. Tavel speed yang tepat, jika travel speed terlalu tinggi maka logam cair akan
cepat membeku dan weld bead akan rendah, kotoran dan gas akan terjebak dan
bisa menimbulkan cacat las, jika terlalu lambat weld bead terlalu tinggi dan lebar
dan hasil pengelasan akan berkerut.
6. Sudut pengelasan yang tepat, Pada pengelasan smaw sudut elektroda sangat
penting, terutama pada saat pengelasan fillet dan groove sambungan yang dalam.
apabila sudut pengelasan yang kurang tepat dapat mengakibatkan undercut, dll.
biasanya sudut yang di pakai 70-80 derajat
7. Ayunan elektroda ( welding manipulation) yang benar. Karena setiap elektroda
memiliki karakteristik ayunan yang berbeda-beda welding manipulation
pengelasan smaw berdasarkan : type elektroda, desain sambungan, posisi
pengelasan dan pengalaman dari welder itu sendiri.

L. Kelebihan Dan Kekurangan Las Smaw


A. Keuntungan dari pengelasan SMAW :
1. Biaya awal investasi rendah
2. Secara operasional handal dan sederhana
3. Biaya material pengisi rendah
4. Filler Metal / Material pengisi dapat bermacam-macam
5. Pengelasan dapat di pakai di semua material
6. Dapat dikerjakan pada ketebalan Material berapapun
7. Pengelasan SMAW sangat cocok di pakai pada pengelassan di lapangan
karena fleksibilitassnya tinggi.

B. Kekurangan dari pengelasan SMAW :


1. Lambat, dalam penggantian elektroda
2. Terdapat slag yang harus dihilangkan
3. Pada low hydrogen electrode perlu penyimpanan khusus yaitu harus di
panaskan sebelum di gunakan
4. Efisiensi endapan rendah dan rentan terjadi cacat las, porisity dan slag
inclusion.

BAB II
ELEKTRODA LAS SMAW (SHIELD METAL ARC WELDING)

A. Elektroda Berselaput
Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai perbedaan
komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada kawat inti dapat dengah
cara destrusi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm
sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450 mm. Jenis-jenis selaput fluksi
pada elektroda misalnya selulosa, kalsium karbonat (Ca C03), titanium dioksida (rutil),
kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan
sebagainya dengan persentase yang berbeda-beda, untuk tiap jenis elektroda.
Tebal selaput elektroda berkisar antara 70% sampai 50% dari diameter elektroda
tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan, selaput elektroda ini akan turut
mencair dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan
sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang mengandung O2 dan N akan
dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam Ias. Cairan selaput yang disebut terak
akan terapung dan membeku melapisi permukaan las yang masih panas.

Gambar 2.1 Elektroda berselaput


B. Klasifikasi Elektroda
Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik menurut
klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX yang
artinya sebagai berikut.
a. E, menyatakan elaktroda busur listrik
b. XX (dua angka), sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan
Ib/in2.
c. X (angka ketiga), menyatakan posisi pangelasan, angka 1 untuk pengelasan segala
posisi. angka 2 untuk pengelasan posisi datar di bawah tangan
d. X (angka keempat) menyataken jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai
untuk pengelasan.
Contoh: E 6011

Gambar 2.2 Elektroda E 6011


Artinya.
 Kekuatan tarik minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42 kg/mm2
 Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi
 Jenis selaput elektroda Kalium dan pengelasan dengan arus AC

C. Elektroda Baja Lunak


Dan bermacam-macam jenis elektroda baja lunak perbedaannya hanyalah pada
jenis selaputnya. Sedang kan kawat intinya sama.
1. E 6010 dan E 6011
Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai untuk
pengelesan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada segala posisi dan
terak yang tipis dapat dengan mudah dibersihkan. Deposit las biasanya mempunyai
sifat sifat mekanik yang baik dan dapat dipakai untuk pekerjaan dengan pengujian
Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan 5% pada waktu pengelasan akan
menghasilkan gas pelindung. E 6011 mengandung Kalium untuk mambantu menstabil-
kan busur listrik bila dipakai arus AC.
2. E 6012 dan E 6013
Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan
penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi, tetapi
kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi pengelesan tegak arah ke bawah.
Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai pada ampere yang relatif lebih tinggi dari E 6013.
E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium memudahkan pemakaian pada voltage
mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan dipakai untuk
pangelasan pelat tipis.
3. E 6020
Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya
mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida besi
dan mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan pada
pengelasan dengan posisi lain dari pada bawah tangan atau datar pada las sudut.
4. Elektroda dengan Selaput Serbuk Besi
Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028 mengandung
serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan. Umumnya selaput elektroda
akan lebih tebal dengan bertambahnya persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk
besi dan bertambah tebalnya selaput akan memerlukan ampere yang lebih tinggi.
5. Elektroda Hydrogen Rendah
Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari 0,5 %),
sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda ini dipakai untuk
pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas porositas, misalnye untuk pengelasan
bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan. Jenis-jenis elektroda hydrogen rendah
misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018.

D. Kondisi Pengelasan
Berikut ini diberikan daftar kondisi pengelasan untuk elektroda Philips baja
lunak dan baja paduan rendah.
 Elektroda Untuk Besi Tuang
Elektroda yang dipekai untuk mengelas besi tuang adalah elektroda Baja, elektroda
nikel, elektrode perunggu dan elektroda besi tuang.
 Elektroda nikel
Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las masih dikerjakan
lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam sagala posisi pengelasan. Rigi-
rigi las yang dihasilkan elektroda ini pada besi tuang adalah rata dan halus bila dipakai
pada pesawat las DC kutub terbalik.
 Elektroda Baja
Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan menghasilkan deposit
las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan dengan mesin. Dengan demikian
elektroda ini dipakai bila hasil las tidak dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang
dengan elektroda baja dapat dipakai pesawat las AC atau DC kutub terbalik.
 Elektroda perunggu
Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga panjang las
dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu fosfor dan diberi selaput
yang menghasilkan busur stabil.
 Elektroda dengan Hydrogen rendah
Elektroda jenis ini pada dasarnya dipakai untuk baja yang mengandung karbon kurang
dari 1,5%. Tetapi dapat juga dipakai pada pengelasan besi tuang dengan hasil yang
baik. Hasil lasnya tidak dapat dikerjakan dengan mesin.
 Elektroda Untuk Aluminium
Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari logam yang sama.
Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai dengan pekerjaan didasarkan pada tabel
keterangan dari pabrik yang membuatnya. Elektroda aluminium AWS-ASTM AI-43
untuk las busur listrik adalah dengan pasawat las DC kutub terbalik.

E. Elektroda untuk pelapis Keras


Tujuan pelapis keras dari segi kondisi pemakaian yaitu agar alat atau bahan tahan
terhadap kikisan, pukulan dan tahan aus. Untuk tujuan itu maka Elektroda untuk pelapis
keras dapat diklasifikasikan dalam tiga macam Yaitu elektroda tahan kikisan, elektroda
tahan pukulan dan elektroda tahan aus.
 Elektroda tahan kikisan.
Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang diisi dengan serbuk-
serbuk karbida. Elektroda dengan diameter 3,25 mm – 6,5 mm dipakai peda pesawat
las ACatau DC kutub terbalik. Elektroda ini dapat dipakai untuk pelapis keras
permukaan pada sisi potong yang tipis, peluas lubang dan beberapa type pisau.
 Elektroda tahan pukulan.
Elektroda ini dapat dipakai pada pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Dipakai
untuk pelapis keras bagian pemecah dan palu.
 Elektroda tahan keausan.
Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non ferro yang mengandung Cobalt,
Wolfram dan Chrome. Biasanya dipakai untuk pelapis keras permukaan katup buang
dan dudukan katup dimana temperatur dan keausan sangat tinggi.

BAB III
ALAT PELINDUNG DIRI LAS SMAW (SHIELD METAL ARC WELDING)

A. Pengertian
Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat/ pakaian yang digunakan
secara langsung oleh tenaga kerja/ operator untuk tujuan pencengahan kecelakaan dan
perlindungan terhadap gangguan yang ditimbulkan oleh faktor kimia dan fisik.
Syarat-syarat pemilihan APD adalah sebagai berikut.
1) Memberikan perlindungan secara efektif.
2) Seringan mungkin.
3) Dirancang dengan design yang menarik.
4) Memenuhi standard.
5) Memiliki struktur dan bahan yang baik.
6) Tidak menimbulkan gangguan bagi si pemakai.

B. Macam-macam APD yang Digunakan pada Las SMAW


1. Pelindung muka
Pelindung muka digunakan untuk melindungi seluruh muka terhadap
kebakaran kebakaran kulit sebagai akibat dari cahaya busur, percikan dan lain-
lainnya.

Gambar 3.1 Pelindung Las

2. Pelindung pernafasan
Masker berfungsi sebagai alat perlindung pernafasan dari bahaya asap las,
karena asap las berbeda dengan asap biasa. Asap las ini merupakan hasil
pembakaran dari bahan kimia untuk perlindungan lasan dan juga pembakaran atau
pelelehan dari material lasan. Oleh karena itu asap las ini hampir seperti serbuk
bersih dan sangat membahayakan alat pernafasan kita. Persyaratan alat pernafasan
yang digunakan sebagai berikut.
1. Mempunyai daya tampung yang tinggi.
2. Sesuai dengan bentuk muka.
3. Tidak menggangu pernapasan.
4. Tidak mengganggu pekerjaan.
5. Kuat, ringan dan mudah dirawat.

Gambar 3.2 Masker Las

3. Sarung tangan
Untuk melindungi kulit tangan operator las harus memakai sarung tangan dari
kulit akibat luka bakar terutama apabila melakukan pengelasan tegak dan atas
kepala. Bagian dalam sarung tangan harus dilapisi bahan katun untuk menyerap
keringat pada tangan agar terhindar dari bahaya listrik.
Gambar 3.3 Sarung Tangan Las

4. Apron
Apron dibuat dari kulit atau asbes. Karena jika dari kain biasa maka pakaian
akan lubang, hal ini disebabkan tingginya temperatur percikan las. Apron
digunakan melindungi badan, sebagian kaki dan lengan.

Gambar 3.4 Apron

5. Sepatu las
Sepatu las adalah sepatu yang terbuat dari kulit dan bagian depan sepatu
terdapat sebuah plat baja yang berfungsi untuk melindungi kaki dari kejatuhan
bendan yang berat dan benda yang tajam. Selain itu karena bersifat isolator, sepatu
ini juga melindungi dari bahaya sengatan listrik.

Gambar 3.5 Sepatu Las

BAB IV
PROSEDUR LAS SMAW (Shield Metal Arc Welding)
POSISI 1G (Down Hand Position)

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Mesin las listrik
b. Palu
c. Tang
d. Sikat besi
e. Beatle
f. Ragum
g. Penjepit elektroda
h. Penjepit arus listrik
i. Meja las
2. Bahan
a. Elektroda
b. Kapur tulis
c. Plat baja
d. Media pendingin (air)
B. Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Apron
2. Sarung tangan tahan panas
3. Kacamata las SMAW
4. Masker
5. Sepatu
C. Parameter yang Harus Diperhatikan
1. Diameter elektroda
2. Jenis elektoda
3. Besar arus listrik
4. Kecepatan pengelasan

D. Prosedur Kerja
1. Menggunakan alat pelindung diri
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Menandai benda kerja yang akan dilas menggunakan kapur tulis dan
penggaris.

Gambar 4.1 Benda Kerja Ditandai dengan Kapur Tulis


4. Hidupkan mesin las listrik.
5. Mengatur arus listrik pada mesin las menjadi 75—90 Ampere (sesuai bahan
dan elektroda yang digunakan)
6. Mengatur meja las setinggi dada
7. Meletakkan benda kerja sejajar dengan dada
8. Memasang elektroda pada penjepit elektroda
9. Mecekam meja las dengan penjepit arus.
10. Melakukan pengelasan dengan cara mengayun elektroda pada plat baja,
setelah itu membuat kepala las dengan memposisikan elektroda tegak lurus
dengan plat baja selama 3 menit. Jarak antara elektoda dengan plat baja adalah
sebesar diameter elektroda.
11. Menggeser elektroda ke kanan dengan posisi miring 30o mengikuti arah
gambar yang telah dibuat dengan kapur tulis.
12. Jika sudah mencapai ujung garis mendurkan elektroda sepanjang 10 mm lalu
contreng lelehan elektroda untuk membuat ekor las.
13. Pukul hasil las dengan palu untuk menghilangkan kerak.
14. Bersihkan sisa kerak dengan sikat besi.
15. Celupkan benda kerja ke dalam air.
16. Ulangi prosedur ke 9—14 hingga proses pengelasan selesai.
17. Setelah proses pengerjaan sudah sesuai dengan gambar yang dibuat, bersihkan
tatal-tatal sisa pengelasan menggunakan beatle dan palu.
18. Terakhir, sikat hasil las agar lebih mengkilat.
19. Kembalikan peralatan dan bahan seperti semula dan matikan mesin las listrik.

E. Hasil
Berikut adalah hasil pengelasan dengan metode 1G atau Down Hand Position.
Gambar 4.2 Hasil Pengelasan 1G

BAB V
PROSEDUR LAS SMAW (Shield Metal Arc Welding) 2G

A. ALAT DAN BAHAN


a) Elektroda
b) Listrik
c) Penggaris
d) Kapur tulis
e) Meja las
f) Palu las
g) Penjepit (tang)
h) Sikat kawat
i) Kabel elektroda
j) Kabel massa
k) Kabel tenaga
l) Trafo las (Generator)
m) Ragum
n) Air

B. ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


a) Apron
b) Helm las
c) Masker
d) Sarung tangan
e) Sepatu

C. KESELAMATAN KERJA
1. Periksa persambungan kabel-kabel las. Jaga agar tidak ada yang kurang kuat/
longgar. Jauhkan benda-benda yang mudah terbakar dari lokasi pengelasan.
2. Gunakan alat keselamatan dan kesehatan kerja yang layak dan sesuai dengan
fungsinya
3. Jangan gunakan tang dan kabel las yang tidak terisolasi.
4. Bekerjalah pada ruang las dengan sirkulasi udara / ventilasi yang cukup.
5. Usahakan ruang las/ tempat pengelasan tidak terbuka, sehingga cahaya las
tidak mengganggu lingkungan/ orang lain yang berada di sekitar lokasi
6. Bertanyalah pada Instruktor/ pembimbing jika ada hal-hal yang tidak
dimengerti dalam melaksanakan pekerjaan.
7. Bersihkan alat dan tempat kerja setelah selesai bekerja.

D. PROSEDUR KERJA
1. Memakai alat keselamatan dan kesehatan
2. Siapkan bahan plat baja
3. Ambil kapur tulis dan penggaris
4. Ukur dari sisi kanan,kiri,atas,dan bawah masing-masing 1cm
5. Letakan benda kerja plat baja pada posisi tegak horizontal
6. Lakukan pengelasan dengan posisi dengan udara terbuka
7. Nyalakan generator las dan atur amper pengelasan pada titik 70 sampai 80
8. Ambil elektroda kemudian jepit menggunakan penjepit elektroda
9. Gesekan elektroda pada plat baja guna untuk menyalakan elektroda
10. Setelah menyala lalu buat las titik pada bagian gambar yang telah tentukan
11. Lakukan pengelasan dengan posisi elektroda dan benda kerja tinggi kurang
lebih 2 mm sampai selesai
12. Ambil penjepit tang lalu ragum benda kerja
13. Kemudian ambil palu sama sikat kawat kemudian pukul-pukul sampai bersih
14. Kemudian dinginkan menggunkan udara
15. Kemudian ambil elektroda kemudian jepit dengan penjepit elektroda
16. Kemudian buat las titik diatas las sebelumnya dan las dengan sebagian
menumpang pada las sebelumnya
17. Kemudian ambil tang penjepit lalu ragum plat kemudian pukul-pukul dengan
palu kemudian sikat kawat pada bagian yang sudah dilas tersebut
18. Lakukan langkah pada no 7 sampai no 13 hingga pengelasan selesai
19. Setelah pengelasan selesai kemudian dinginkan plat menggunakan air lalu
bersihkan lagi pada bagian las tersebut hingga bersih
20. Setelah proses pengelasan selesai rapikan kembali kabel elekroda dan penjepit
elektroda kemudian matikan trafo las (generator las)
E. HASIL

Gambar 5.1 Hasil Las 2G

BAB VI
PROSEDUR LAS SMAW (Shield Metal Arc Welding) 3G

A. Alat dan Bahan


1. Kabel tenaga
2. Trafo las (generator)
3. Kabel massa
4. Kabel elektroda
5. Pemegang elektroda
6. Penjepit massa
7. Meja las
8. Palu konde
9. Gerinda tangan
10. Mistar baja
11. Sikat baja
12. Ragum
13. Pahat
14. Penjepit benda kerja

B. Alat Keselamatan Kerja:


1. Helm las (topeng las)
2. Kaca las hitam
3. Kaca las putih
4. Apron (pelindung dada)
5. Baju kerja
6. Sarung tangan
7. Masker

C. Prosedur Kerja
1. Siapkan benda kerja.
2. Gambarlah pola diatas benda kerja menggunakan kapur dan penggaris baja
sesuai dengan job sheet.
3. Gunakan alat K3 sesuai dengan prosedur pengelasan.
4. Nyalakan mesin las dengan memutar saklar on/off searah jarum jam.
5. Atur arus pada mesin las sampai 65 Ampere dengan memutar tuas arus pada
mesin las.
6. Atur ketinggian meja las.
7. Jepitkan kutub mesin las ketiang meja kerja untuk mengalirkan arus sehingga las
dapat menyala.
8. Pasang elektroda ke penjepit elektroda.
9. Pasang benda kerja lurus vertikal dengan cara menitik pojok bawah dengan
elektroda supaya benda kerja lengket dengan meja.
10. Atur posisi badan saat pengelasan yaitu posisi anda berdiri harus kaki melebar
supaya tubuh anda stabil .
11. Nyalakan busur dengan sudut elektroda terhadap logam dasar harus 90𝑜 dan
sekitar 10-20 mm didepan titik awal dan putar balik lewat starting point.
12. Lakukan pengelasan sesuai pola yang telah digambar tadi.
13. Jagalah agar sudut elektroda terhadap arah pengelasan 70 - 80 .
14. Gerakkan elektroda dari tepi ke tepi dengan menggerakkan lengan.
15. Usahakan busur pendek.
16. Gerakkan elektroda dengan cepat ditengah rigi-rigi tapi dengan pelan pada
kedua sisi.
17. Gerakkan elektroda dari tepi ke tepi tidak melebihi 3x diameter elektroda.
18. Majukan jarak las supaya rigi-rigi menutupi separoh rigi-rigi lainnya
19. Jaga posisi busur agar selalu didepan terak.
20. setelah selesai mengelas pada pola yang pertama, bersihkan kerak las dengan
menggunan pahat dan palu.
21. Lakukan sampai semua pola selesai dilas.
22. Setelah selesai mengelas, ambil benda kerja dengan tang.
23. Dinginkan benda kerja diudara terbuka.
24. Bersihkan sisa-sisa pengelasan menggunakan pahat dan sikat besi.
25. Gerinda titik las dipojok benda kerja yang ditempel dimeja las tadi.
Gambar 6.1 Hasil Las 3G
26. Bersihkan meja las dan kembelikan alat-alat ketempat semula.
27. Matikan mesin las.

BAB VII
TEKNOLOGI LAS OAW (OXY ACETYLENE WELDING)

A. Pengertian Las OAW


Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan
pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas.
Dalam proses las gas ini,gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2)
dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas). Gas bahan bakar yang paling popular
dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen ( dari kata
“acetylene”, dan memilikirumus kimia C2H2 ). Gas ini memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain,
menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila
dicampur dengan udara ataupun Oksigen.
B. Teknik Pengelasan OAW
Ada 3 teknik Pengelasan OAW diantaranya sebagai berikut.
1. Las Oaw bergerigi atau tanpa bahan tambah (job 1)
Las OAW bergerigi atau tanpa bahan tambah adalah teknik pengelasan yang
dilakukan dibawah tangan dan benda kerja terletak diatas bidang datar. Cara
pengelasan ini paling banyak digunakan dimana menggunakan nyala api normal
(perbandingan oksigen dan asitelyn 1:1) diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut
60°. Cara pengelasan bergerigi atau tanpa bahan tambah ini dilakukan dengan cara
memanaskan plat atau benda kerja terlebih dahulu hingga warna plat atau benda kerja
sama dengan warna nyala api dan plat/benda kerja yang dipanaskan meleleh sehingga
mengeluarkan cairan panas. Disaat cairan panas sudah terlihat maka brander
digerakkan kearah dan mendorong cairan panas tersebut. Hasil las OAW bergerigi atau
tanpa bahan tambah akan seperti Gambar 1.12 dibawah ini.
Gambar 7.1 Hasil Las OAW Bergerigi
2. Las OAW dengan bahan tambah kawat (Job 2)
Las OAW dengan bahan tambah kawat adalah teknik pengelasan yang
dilakukan dibawah tangan dan benda kerja terletak diatas bidang datar dengan
menggunakan bahan tambah yaitu kawat. Cara pengelasan ini paling banyak
digunakan dimana menggunakan nyala api normal (perbandingan oksigen dan
asitelyn 1:1) diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30°
terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah
pengelasan. Cara pengelasan dengan bahan tambah ini dilakukan dengan cara
memanaskan plat atau benda kerja terlebih dahulu hingga warna plat atau benda
kerja sama dengan warna nyala api dan plat/benda kerja yang dipanaskan
meleleh sehingga mengeluarkan cairan panas. Disaat cairan panas sudah
terlihat, bahan tambah atau kawat dipanaskan juga sehingga menyatu dengan
cairan panas lalu brander digerakkan kearah dan mendorong cairan panas
tersebut yang telah menyatu dengan bahan tambah kawat. Hasil las OAW
dengan bahan tambah akan seperti Gambar 1.13 dibawah ini.
Gambar 7.2 Hasil Las OAW dengan Bahan Tambah

3. Las OAW dengan bahan tambah Kuningan (Job 3)


Las OAW dengan bahan tambah kuningan adalah Teknik pengelasan dengan
proses penyambungan plat dan pipa dengan bahan tambah kuningan. Proses las OAW
dengan bahan tambah kuningan ini adalah proses penyambungan tanpa mencairkan
logam induk yang disambung, melainkan mencairkan bahan tambah kuningan yang
berfungsi sebagai pengisi atau penyampung dari plat dan pipa. Berbeda dengan Teknik
pengelasan sebelumnya, Teknik pengelasan dengan bahan tambah kuningan ini
menggunakan nyala api karburasi (perbandingan oksigen dan asitelyn 1:2). Sebelum
melakukan penyambungan sebaiknya pipa di kikir terlebih dahulu untuk membuat
kampuh agar bahan tambah kuningan dapat masuk kedalam celah-celah agar hasil
pengelasan terlihat rapi. Teknik pengelasan dengan bahan tambah kuningan ini
dilakukan dengan cara memanaskan plat terlebih dahulu hingga warna plat sama
dengan warna nyala api. Setelah plat atau benda kerja panas, memanaskan bahan
tambah kuningan pada celah-celah/kampuh antara pipa dengan plat. Setelah
memanaskan bahan tambah kuningan lalu melelehkan kembali bahan tambah kuningan
dengan boraks dan menggeserkan bahan tambah kuningan dengan kawat kedalam
celah-celah antara pipa dan plat. Hasil pengelasan OAW dengan bahan tambah
kuningan akan terlihat seperti Gambar 1.14 berikut.

Gambar 7.3 Hasil Pengelasan OAW dengan Bahan Tambah Kuningan

BAB VIII
ASETILIN

C. Pengertian Asitelin (C2H2)


Dalam (www.pengelasan.net) Asetilin (Nama sistematis: Etuna) adalah suatu
hidrokarbon yang tergolong kepada alkuna, dengan rumus C2H2. Asetilin merupakan
alkuna yang paling sederhana, karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom
hydrogen. Pada asetilin, kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga, dan masing-
masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma. Hal ini
menyebabkan keempat atom pada asetilin terletak pada satu garis lurus, dengan sudut
C-Cc H sebesar 180º.
Gas asetilin dapat dibuat secara sederhana dengan cara mencampur karbit di
tambah air dengan rumus kimia.
𝐶𝑎𝐶2 + 2𝐻2 𝑂 = 𝐶2 𝐻2 + 𝐶𝑎(𝑂𝐻) + 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟

Gambar 8.1 Tabung Gas Asetilin


Tabung gas asetilin biasanya berwarna merah atau orange yaitu tanda bahwa
tabung mudah terbakar atau meledak. Tabung gas ini memliki ciri khusus di antara
lain memiliki bentuk dan ukuran lebih kecil dan sedikit gemuk dari tabung oxygen,
biasanya botol hanya berisi antara 40-60 liter gas asetilin, tekanan isinya 15 kg/cm.
Baut dan Mur pengikatnya menggunakan system ulir kiri.
Gambar 8.2 Regulator Khusus Tabung Asetilin Berwarna Merah

Gambar 8.3 Katup Pembuka Aliran Gas

D. Hal yang harus Dilakukan agar Tabung Gas Asetilin Aman.


1. Lindungi tabung asetilin ini dari terik matahari dan panas
2. Usahakan jangan sampai jatuh atau kejatuhan benda lain
3. Hindarkan dari tempat-tempat yang berminyak
4. Pemakaian gas harus selalu melalui regulator
5. Tutup regulatornya bila tidak digunakan
6. Jangan merubah tanda-tanda yang ada pada regulator
7. Tempatkan tabung asetilin berdiri tegak
8. Bila tabung asetilin tiba-tiba menjadi panas, segeralah tutup katup tabungnya
nya, kemudian siramlah dengan air sampai dingin
9. Dilarang merokok selama berdekatan dengan asetilin

BAB IX
OKSIGEN

E. Tabung Gas Oksigen.

Gambar 9.1 Tabung Oksigen


Tabung oksigen adalah tempat menyimpan gas oksigen, pada tabung ini akan
diisi gas oksigen yang digunakan untuk proses pengelasan yang kemudian akan
disambung dengan regulator dan slang yang menuju ke Welding Torch. Untuk tabung
gas Oksigen ini berwarna biru atau hijau. Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi
sekarang ini sudah banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium.
Tabung gas tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar.
Ukuran tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung
gas dan juga jenis gas yang ditampung.Untuk membedakan tabung gas apakah
didalamnya berisi gas Oksigen, Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode warna
yang ada pada tabung itu.

F. Katup Tabung

Gambar 9.2 Katup Tabung


Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup. Katup
iniditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen, katup
biasanya dibuat dari material Kuningan, sedangkan untuk tabung gas Asetilen, katup
ini terbuat dari material Baja.

G. Regulator Gas Oksigen.

Gambar 9.3 Regulator Gas Oksigen


Regulator tabung gas oksigen adalah alat yang digunakan untuk mengontrol tekanan
keluarnya gas oksigen yang ada pada slang gas ke welding torch. Selain itu regulator
juga digunakan untuk melihat isi gas pada tabung gas oksigen. Sama dengan warna
tabung gas oksigen, regulator oksigen juga berwarna biru atau hijau.

H. Brander Gas

Gambar 9.4 Brander Gas


Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh brander, tercampur
didalamnya dan akhirnya pada ujung nosel terbentuk nyala api. Dari keterangan diatas,
blander las memiliki dua fungsi yaitu.
1) Sebagai pencampur atau pengatur keluarnya gas oksigen yang warna biru dan gas
bahan bakar .nyala warna merah .
2) Sebagai pembentuk nyala api diujung nosel.

5. Selang Gas OAW


Gambar 9.5 Selang OAW
Selang gas OAW adalah selang yang digunakan untuk mengalirkan gas dari
tabung gas ke welding torch saat proses pengelasan. Warna selang dibedakan
berdasarkan jenis gas yang dialirkan ditabung gasnya.

BAB X
ALAT PELINDUNG DIRI PADA LAS OAW

D. Pengertian Alat Pelindung Diri


APD (alat pelindung diri) merupakan suatu alat yang memiliki kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari
potensi bahaya di tempat kerja. APD (alat pelindung diri) ini terdiri dari kelengkapan
wajib yang digunakan oleh para pekerja yang sesuai dengan bahaya dan risiko kerja
untuk menjaga keselamatan pekerja sekaligus orang di sekelilingnya.
Syarat-syarat Keselamatan Kerja Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja Pasal 3, dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan
syarat-syarat keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau
5. kejadian lain yang berbahaya.
6. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
7. Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja.
8. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca sinar atau
radiasi, suara dan getaran.
9. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
10. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
11. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
12. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
13. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
14. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
15. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang.
16. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
17. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
18. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
19. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
E. Kelengkapan Alat Pelindung Diri
Berdasarkan UU Keselamatan Kerja di atas, berikut merupakan beberapa
kelengkapan yang berkaitan dengan APD pada pengelasan OAW (Oxy Acetylene
Welding).

1. Kacamata LAS OAW (Oxy Acetylene Welding)


Gambar 10.1 Kacamata Las
Pelindung mata atau gogel digunakan untuk menurunkan kekuatan pancaran
cahaya tampak dan harus dapat menyerap atau melindungi mata dari pancaran sinar
ultraviolet dan inframerah. Untuk keperluan ini maka pelindung mata harus
mempunyai warna transmisi tertentu, misalnya abu-abu, coklat atau hijau. Dalam
negara-negara tertentu sudah dilaksanakan persyaratan pelindung mata terhadap
kemampuannya menahan sinar ultraviolet dan inframerah. Negara Jepang telah
mengeluarkan standarisasi mengenai pelindung mata yaitu JIST8441 – 1970 seperti
tabel 1.
Tabel 1 Kriteria Penggunaan Gogel ( JIS T8141 – 1970 )
Pengelasan atau Pengelasan atau
Nomor
Pemotongan dengan Busur Pemotongan dengan
Warna
Listrik Gas
1,5
untuk sinar bias atau sinar
1,7 -
samping
2
2,5
3 - untuk cahaya rendah
4
5 untuk busur di bawah 30
untuk cahaya sedang
6 Ampere
7 untuk busur antara 30
untuk cahaya kuat
8 sampai 75 Ampere
9
untuk busur antara 75
10
sampai 200 Ampere
11
12 untuk busur antara 200 -
13 sampai 400 Ampere
untuk busur lebih dari 400
14
Ampere

Hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih gogel adalah :
1. Harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya tampak.
2. Harus mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya.
3. Harus mempunyai sifat-sifat yang tidak melelahkan mata.
4. Harus tahan lama dan mempunyai sifat yang tidak mudah berubah.
5. Harus memberikan rasa nyaman kepada pemakai.

Gambar 10.2 Kacamata Las OAW

Bahan dari kacamata las (gogel) dapat terbuat dari plastik yang transparan dengan
lensa yang dilapisi kobalt untuk melindungi bahaya radiasi gelombang elektromagnetik
non ionisasi dan kesilauan atau lensa yang terbuat dari kaca yang dilapisi timah hitam
untuk melindungi dari radiasi gelombang elektromagnetik dan mengion.
2. Apron dan Jaket Kulit

Gambar 10.3 Apron dan jaket kulit


Untuk melindungi kulit dan organ-organ tubuh pada bagian badan operator dari
percikan-percikan api las pada saat proses pengelasan dan pemotongan benda kerja
serta pancaran sinar las yang mempunyai intensitas tinggi maka pada baian badan perlu
dilindungi dengan menggunakan jaket kulit atau apron kulit.
3. Sarung Tangan Las

Gambar 10.4 Sarung tangan las


Untuk melindungi kulit tangan operator las harus memakai sarung tangan dari
kulit akibat luka bakar terutama apabila melakukan pengelasan tegak dan atas kepala.
Bagian dalam sarung tangan harus dilapisi bahan katun untuk menyerap keringat pada
tangan agar terhindar dari bahaya listrik.
Syarat-syarat sarung tangan menurut JIS dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Jenis Sarung Tangan Las (JIS T8113-1976)
Jenis Bahan Bentuk Penggunaan
No. 1 Tapak dan punggung 2-jari Terutama dalam
Kelas No. 2 tangan : kulit luar 3-jari pengelasan
1 No. 3 Lengan : kulit bagian 5-jari
dalam
No. 1 Seluruh kulit bagian 2-jari Dalam
Kelas
No. 2 dalam 3-jari pengelasan dan
2
No. 3 5-jari pemotongan

4. Sepatu Safety

Gambar 10.5 Sepatu Safety


Sepatu juga berfungsi untuk melindungi bagian tubuh dari percikan las yang
terlontar ke tanah. Sepatu juga melindungi kaki dari benda-benda tajam (misal:
potongan besi) saat melakukan praktikum pengelasan, melindungi kaki dari terak dan
kejatuhan benda. Sepatu safety terbuat dari bahan kulit yang ujungnya dilengkapi
dengan besi untuk menahan beban hingga 2 ton.
5. Pelindung Pernafasan

Gambar 10.6 Perlindung Pernafaan

Pelindung pernafasan digunakan apabila pembersihan udara dengan ventilasi/


exhaust fan tidak mencukupi dan pengelasan di tempat tertutup seperti dalam tangki
atau terowongan, sehingga diperkirakan dapat membahayakan pekerja diharapkan
memakai alat pernafasan pelindung debu dan pelindung racun.
Alat pernafasan pelindung debu dan racun harus memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan sebagai berikut :
a. Mempunyai daya tampung yang tinggi.
b. Sesuai dengan bentuk muka.
c. Tidak menggangu pernapasan.
d. Tidak mengganggu pekerjaan.
e. Kuat, ringan dan mudah dirawat.

BAB XI
PROSEDUR PENGELASAN OAW JOB 1
(MEMBUAT ALUR TANPA BAHAN TAMBAH)
D. Alat Dan Bahan
1. Tabung Gas asetilin
2. Tabung gas oksigen
3. Benda kerja (plat pipih)
4. Air bersih
5. Regulator gas asetilin
6. Reguator gas oksigen
7. Selang gas (merah dan biru)
8. Brander las
9. Tang jepit
10. Sikat baja
11. Korek api
E. Alat Pelindung Diri (APD)
1. Kacamata Las
2. Sarung tangan
3. Apron
4. Masker
F. Prosedur Kerja
1. Memakai masker dan apron.
2. Menyiapkan alat dan bahan seperti (benda kerja,korek api,sikat baja,tang dll).
3. Setelah selesai meyiapkan alat dan bahan. Keluarkan meja las dari dalam
bengkel keluar bengkel.
4. Selanjutnya mengeluarkan brander dan slang yang menempel di tabung gas ke
meja la
5. Membuka tabung gas assetilin dengan menggunakan kunci dan dibuka ke arah
kanan atau diputar kekanan
Gambar 11.1 Tabung Asitelin
6. Setelah dibuka lihat isi tabung gas pada parameter yang ada di regulator tekanan
isi gas atau yang bagian dalam
7. Setelah diyakinkan ada tekanan gas didalam tabung gas assetilin barulah
membuka tekanan keluar pada regulator merah/assetilin. Membukanya ke arah
kanan
8. Bukalah dengan tekanan gas assetilin secukupnya
9. Setelah selesai membuka tabung gas assetilin barulah membuka gas oksigen
dengan cara membuka kran tabung ke arah kiri
Gambar 11.2 Tabung Oksigen
10. Setelah membuka gas pada tabung gas oksigen barulah membuka kran tekanan
keluar tabung gas dengan cara memutar kran warna hijau ke arah kiri
11. Bukalah dengan secukupnya
12. Setelah selesai membuka gas assetilin dan oksigen siapkan korek api, benda
kerja dan brander di taruh meja kerja
13. Pakailah apron dan kacamata terlebih dahulu agar aman pada saat pengelasan
berlangsung
14. Setelah selesai memakai apron dan kacamata barulah membuka tekanan gas
pada brander dan menyalakannya dengan cara
15. Pertama tama membuka gas assetilin dengan cara memutar kran yang berwarna
merah atau yang belakang pada brander ke arah depan
Gambar 11.3 Brander Gas
16. Setelah gas assetilen dibuka nyalakan korek api pada ujung brander untuk
menyalakan apinya
17. Setelah menyala buka tekanan gas oksigen pada brander (kran depan) ke arah
depan
18. Setelah terbuka keduanya(gas oksigen dan gas assetilin) atur nyala api dengan
perbandingan nyala api 1:1
19. Setelah nyala api sudah benar barulah siap mengelas
20. Cara mengelasnya yaitu :
21. Memanaskan benda kerja dengan cara nyala api ditepatkan pada benda kerja
22. Setelah panas tepatkan ujung api yang berwarna putih ke ujung garis
23. Setelah cair dorong perlahan cairan tersebut ke arah depan sampai ke ujung
garis
24. Kerjakan sampai 3 jalur
25. Setelah selesai mengerjakan matikan api pada brander las dengan cara menutup
tabung gas oksigen terlebih dahulu denga cara memutar kran gas oksigen (kran
depan) ke arah belakang
26. Setelah itu menutup kran assetilin (kran belakang) ke arah belakang
27. Setelah tertutup kran assetilinnya, buka sedikit oksigennya untuk mematikan
api.
28. Setelah beres mematikan api pada brander. Angkat benda kerja menggunakan
tang ke dalam air untuk di dinginkan
29. Setelah dingin, sikat hasil benda kerja menggunakan sikat baja sampai bersih
dari kotoran
30. Setelah bersih, nilaikan pada dosen atau pembimbing
31. Selesai

Gambar 11.4 Hasil Las OAW Membuat Alur Tanpa Bahan Tambah

BAB XII
PROSEDUR PENGELASAN OAW MENGGUNAKAN BAHAN
TAMBAH KAWAT

D. Alat Dan Bahan


1. Tabung Gas (Oksigen dan Asitelin)
2. Benda kerja (plat pipih)
3. Air bersih
4. Regulator
5. Selang gas
6. Brander las
7. Tang jepit
8. Sikat baja
9. Dan kawat tambah las
E. Alat Pelindung Diri (APD)
1. Kacamata Las
2. Sarung tangan
3. Apron
4. Dan masker
F. Prosedur Kerja Pengelasan
1. Siapkan alat dan bahan beserta perlengkapan APD
2. Gunakan APD
3. Pasang regulator pada tiap tabung gas
4. Pasang juga selang gas nya
5. Pasang juga brander pada selang,sesuaikan dengan warna dan kegunaan
selang agar tidak tertukar
6. Selanjutnya putar kran yang ada pada tiap gas kea rah kanan sampai terbuka
7. Putar juga knop kran pada regulator kea rah kanan sampai jarum mengarah
kearah tekanan yang diinginkan
8. Lalu cek tekanan gas keluar pada brander dengan cara memutar keran pada
brander satu persatu (putar kran gas lalu bergantian dengan kran asitelin)
9. Jika kedua gas sudah keluar maka tinggal melakukan pengerjaan las OAW
dengan bahan tambah.
10. Yang pertama putar kran asitelin secara sedikit demi sedikit agar tidak
mengeluarkan gas yang terlalu besar
11. Lalu pancing nyala api dengan menggunakan pemantik atau korek api
12. Jika sudah menyala, putar kran gas oksigen secara perlahan sesuai
perbandingan yang di butuhkan yaitu 1:2 (oksigen : asitelin)
13. Jika perbandingan nyala api sudah sesuai, selanjutnya menggambar
permukaan sesuai pada job sheet, setelah itu lakukan pemanasan pada benda
kerja plat pipih hingga berubah warna agak kemerahan (jangan terlalu lama
karena dapat menyebabkan plat nya bolong)
14. Setelah itu, tambahkakn kawat las tadi dan panaskan bersama hingga kawat
meleleh sempurna dan menenempel di permukaan plat tadi.
15. Tarik kawat kearah kiri dengan bersamaan dengan mendorong brander kea rah
kanan (jangan sampai jarak brander terlalu jauh dengan kawat tambah)
16. usahakan jarak antara kawat dengan plat tidak terlalu dekat maupun jauh agar
didapat hasil yang sempurna.
17. Jika sudah selesai dengan satu garis, maka lanjutkan ke garis berikutnya yang
telah digambar sesuai job sheet.
18. Maka hasil yang di dapatkan akan seperti pada gambar dibawah

Gambar 12.1 Hasil Las OAW Menggunakan Bahan Tambah


BAB XIII
PROSEDUR PENGELASAN OAW MENGGUNAKAN BAHAN
TAMBAH KUNINGAN

D. Alat Dan Bahan


1. Tabung Gas asetilin
2. Tabung gas oksigen
3. Benda kerja (plat pipih)
4. Air bersih
5. Regulator gas asetilin
6. Reguator gas oksigen
7. Selang gas (merah dan biru)
8. Brander las
9. Tang jepit
10. Sikat baja
11. Korek api
12. Bahan tambah kuningan
E. Alat Pelindung Diri (APD)
5. Kacamata Las
6. Sarung tangan
7. Apron
8. Masker
F. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan benda kerja berupa pipa tabung dan alas berbentuk persegi
panjang.
2. Mengikir permukaan atas benda kerja pipa tabung sampai permukaan menjadi
rata.
3. Membuat kampuh pada permukaan atas tabung dengan memberikan champer 1
mm.
4. Menggores garis tengah benda kerja baik pipa tabung maupun alas agar
memudahkan presisi garis tengah pada saat proses pengelasan.
5. Menyalakan brander las dengan nyala karburasi.
6. Memanaskan benda kerja pada sudut kontak antara pipa tabung dan alas pada
satu titik yang sama hingga warna benda kerja menjadi kemerah-merahan.
7. Memanaskan kuningan pada sudut kontak (sela-sela) benda kerja pipa tabung
dan alas sampai kuningan mencair.
8. Meratakan cairan kuningan tersebut dengan cara memanaskan kawat kemudian
mencelupkannya pada borak sampai borak akan menempel pada kawat. Borak
yang menempel pada kawat panas, digunakan untuk menggiring kuningan agar
kuningan dapat masuk secara sempurna pada sela-sela benda kerja pipa tabung
dan alas.
9. Memanaskan bagian dalam tabung tepat pada sudut kontak pipa tabung dengan
alas agar kuningan dapat meresap masuk secara sempurna. Pada prinsip
dasarnya, kuningan selalu menuju tempat yang bersuhu tinggi (panas).
10. Melakukan langkah 6 sampai 9 tepat pada keliling titik-titik sudut kontak pipa
tabung dan alas. Diusahakan untuk tidak melewatkan sekecil apapun celah dari
penambahan kuningan.
11. Setelah benda kerja selesai dilas, memberikan air pada pipa tabung untuk
menguji tingkat kebocoran dengan cara memanaskan air tersebut dengan
brander kemudian ditelaah apakah terdapat air mendidih pada sudut kontak pipa
tabung dengan alas. Jika terlihat air mendidih keluar pada sudut kontak tersebut,
maka dapat dipastikan terjadi kebocoran. Melakukan langkah 6 sampai 9 pada
titik yang terjadi kebocoran, kemudian diuji kembali sampai dapat dipastikan
tidak terjadi kebocoran.
12. Mengamplas permukaan benda kerja dengan menggunakan kertas gosok agar
permukaan benda kerja terutama hasil lasan menjadi rata.
Gambar 13.1 Hasil Las OAW Menggunakan Bahan Tambah
Kuningan.

BAB XIV
CACAT LAS

C. Pengertian
Weld Defect atau Cacat las adalah hasil pengelasan yang tidak memenuhi syarat
keberterimaan yang sudah dituliskan di standart (ASME IX, AWS, API, ASTM).
Penyebab cacat las dapat dikarenakan adanya prosedur pengelasan yang salah,
persiapan yang kurang dan juga dapat disebabkan oleh peralatan serta consumable yang
tidak sesuai standart. (Achmadi, 2018)
Jenis cacat las pada pengelasan ada beberapa tipe yaitu cacat las internal (berada
di dalam hasil lasan) dan cacat las visual (dapat dilihat dengan mata). Jika kita ingin
mengetahui defect atau cacat pengelasan internal maka kamu memerlukan alat uji
seperti Ultrasonic Test dan Radiography Test untuk pengujian yang tidak merusak,
sedangkan untuk uji merusak kamu dapat menggunakan uji Bending atau makro. Untuk
jenis jenis cacat pengelasan visual atau surface Anda dapat menggunakan pengujian
Penetrant Test, Magnetic Test atau kaca pembesar.

D. Jenis-Jenis Cacat Las


Bagi orang-orang yang bekerja di bidang pengelasan perlu untuk mengetahui
jenis-jenis dari weld defect atau cacat las. Berikut adalah jenis-jenis cacat las menurut
Achmadi (2018):
1. Undercut
Undercut adalah sebuah cacat las yang berada di bagian permukaan atau
akar, bentuk cacat ini seperti cerukan yang terjadi pada base metal atau logam
induk. Jenis cacat pengelasan ini dapat terjadi pada semua sambungan las, baik
fillet, butt, lap, corner dan edge joint

Gambar 14.1 Cacat Las Undercut

a) Penyebab Cacat Las Undercut:


 Arus pengelasan yang digunakan terlalu besar.
 Travel speed / kecepatan las terlalu tinggi.
 Panjang busur las terlalu tinggi.
 Posisi elektroda kurang tepat.
 Ayunan tangan kurang merata, waktu ayunan pada saat disamping
terlalu cepat.
b) Cara mencegah Cacat Undercut:
 Menyesuaikan arus pengelasan, Anda dapat melihat ampere yang
direkomendasikan di bungkus elektroda atau wps (Welding Procedure
Specification).
 Kecepatan las diturunkan.
 Panjang busur diperpendek atau setinggi 1,5 x diameter elektroda.
 Sudut kemiringan 70-80 derajat (menyesuaikan posisi).
 Lebih sering berlatih untuk mengayunkan yang sesuai dengan
kemampuan.
2. Porosity
Cacat Porositas adalah sebuah cacat pengelasan yang berupa sebuah lubang
lubang kecil pada weld metal (logam las), dapat berada pada permukaan
maupun didalamnya. Porosity ini mempunyai beberapa tipe yaitu Cluster
Porosity, Blow Hole dan Gas Pore.

Gambar 14.2 Cacat Las Porosity


a) Penyebab Cacat Las Porositas:
 Elektroda yang digunakan masih lembab atau terkena air.
 Busur las terlalu panjang.
 Arus pengelasan terlalu rendah.
 Travel Speed terlalu tinggi.
 Adanya zat pengotor pada benda kerja (karat, minyak, air dll).
 Gas Hidrogen tercipta karena panas las.
b) Cara Mengatasi Cacat Las Porositas:
 Pastikan elektroda yang digunakan sudah dioven (jika disyaratkan),
jangan sampai kawat las terkena air atau lembab.
 Atur tinggi busur kurang lebih 1,5 x diameter kawat las.
 Ampere disesuaikan dengan prosedur atau rekomendasi dari
produsen elektroda.
 Persiapan pengelasan yang benar, memastikan tidak ada pengotor
dalam benda kerja.
 Untuk material tertentu panas tidak boleh terlalu tinggi, sehingga
perlu perlakukan panas.
3. Slag Inclusion
Welding Defect Slag Inclusion adalah cacat yang terjadi pada daerah
dalam hasil lasan. Cacat ini berupa slag (flux yang mencair) yang berada dalam
lasan, yang sering terjadi pada daerah stop and run (awal dan berhentinya proses
pengelasan). Untuk melihat cacat ini kita harus melakukan pengujian radiografi
atau bending.
Gambar 14.3 Cacat Las Slag Inclusion

a) Penyebab Cacat Las Slag Inclusion:


 Proses pembersihan Slag kurang, sehingga tertumpuk oleh lasan.
 Ampere terlalu rendah.
 Busur las terlalu jauh.
 Sudut pengelasan salah.
 Sudut kampuh terlalu kecil.
b) Cara Mencegah Cacat Slag Inclusion:
 Pastikan lasan benar benar berseih dari slag sebelum mengelas
ulang.
 Ampere disesuaikan dengan prosedur.
 Busur las disesuaikan.
 Sudut pengelasan harus sesuai.
 Sudut kampuh lebih dibesarkan (50-70 derajat).

4. Tungsten Inclusion
Cacat las Tungsten Inclusion adalah cacat pengelasan yang diakibatkan oleh
mencairnya tungsten pada saat proses pengelasan yang kemudian melebur
menjadi satu dengan weld metal, cacat ini hampir sama dengan slag inclusion
namun saat diuji radiografi tungsten inclusion berwana sangat terang. Untuk
jenis cacat las ini hanya terjadi pada proses pengelasan GTAW.

14.4 Cacat Las Tungsten Inclusion

a) Penyebab Tungsten Inclusion:


 Tungsten sudah tumpul saat proses pengelasan.
 Jarak tungsten terlalu dekat.
 Ampere terlalu tinggi.
b) Cara Mengatasi Cacat Las Tungsten Inclusion:
 Tungsten harus diruncingkan sebelum digunakan untuk mengelas.
 Jarak harus disesuaikan.
 Ampere mengikuti range yang ada di prosedur.

5. Incomplete Penetration
Incomplete Penetration (IP) adalah sebuah cacat pengelasan yang terjadi
pada daerah root atau akar las, sebuah pengelasan dikatakan IP jika pengelasan
pada daerah root tidak tembus atau reinforcemen pada akar las berbentuk
cekung.
Gambar 14.5 Cacat Las Incomplete Penetration

a) Penyebab Cacat Incomplete Penetration:


 Travel speed terlalu tinggi.
 Jarak gap atau root opening terlalu lebar.
 Jarak elektroda atau busur las terlalu tinggi.
 Sudut elektroda yang salah.
 Ampere las terlalu kecil.
b) Cara mencegah cacat Incomplete Penetration:
 Travel speed disesuaikan dengan WPS.
 Standar gap atau root opening 2-4 mm.
 Standar jarak elektroda 1,5 x diameter elektroda.
 Ampere disesuaikan dengan Welding Prosedur.

6. Incomplete Fusion
Cacat Incomplete Fusion adalah sebuah hasil pengelasan yang tidak
dikehendaki karena ketidaksempurnaan proses penyambungan antara logam las
dan logam induk. Cacat ini biasanya terjadi pada bagian samping lasan.
Gambar 14.6 Cacat Las Incomplete Fusion

a) Penyebab Cacat Incomplete Fusion:


 Posisi Sudut kawat las salah.
 Ampere terlalu rendah.
 Sudut kampuh terlalu kecil.
 Permukaan kampuh terdapat kotoran.
 Travel Speed terlalu tinggi.
b) Cara Mengatasi Cacat Incomplete Fusion:
 Memperbaiki Posisi Sudut Elektroda.
 Menaikkan Ampere sesuai dengan WPS atau Ampere
Recomended.
 Sudut kampuh sesuai dengan yang di WPS.
 Melakukan persiapan pengelasan yang benar, membersihkan
semua kotoran.
 Mengatur Travel Speed yang sesuai.

7. Over Spatter
Spatter adalah percikan las, sebenarnya jika spater dapat dibersihkan
maka tidak termasuk cacat. Namun jika jumlahnya berlebih dan tidak dapat
dibersihkan maka dikategorikan dalam cacat visual.
Gambar 14.7 Cacat Las Over Spatter

a) Penyebab Spater atau percikan las berlebih:


 Ampere terlalu tinggi.
 Jarak elektroda dengan base metal terlalu jauh.
 Elektroda lembab.
b) Cara mencegah terjadinya cacat pengelasan Over Spatter:
 Arus diturunkan sesuai dengan rekomendasi.
 Panjang busur (1,5 x diameter Elektroda ).
 Elektroda dioven sesuai dengan handbook (khususnya kawat las low
hidrogen).

8. Hot Crack
Hot Crack (retak panas) adalah sebuah retak pada pengelasan dimana
retak itu terjadi setelah proses pengelasan selesai atau saat proses pemadatan
logam lasan.
Gambar 14.8 Cacat Las Hots Crack

a) Penyebab Hot Crack:


 Pemilihan elektroda yang salah.
 Tidak melakukan perlakuan panas.
b) Cara Mencegah Hot Crack:
 Menggunakan elektroda yang sesuai dengan WPS atau Low
Hidrogen yang mempunyai sifat regangan yang tinggi.
 Melakukan perlakuan panas (PWHT dan Preheat)

9. Cold Crack
Cold Cracking (retak dingin) adalah sebuah retak yang terjadi pada
daerah lasan setelah beberapa waktu (memerlukan waktu, bisa 1 menit, 1 jam,
atau 1 hari) proses pengelasan selesai.

a) Penyebab Cold Cracking atau Retak dingin:


 Retak Dingin pada Bahan Las (Cold Cracking).
 Cooling Rate terlalu cepat.
 Arus pengelasan terlalu rendah.
 Travel speed terlalu tinggi.
 Tidak dilakukan pemanasan awal (pre heat).
b) Cara mencegah terjadinya Cold Cracking:
 Perlambat pendinginan setelah proses pengelasan.
 Panas yang diterima sesuaikan dengan WPS.
 Gunakan Arus yang direkomendasi.
 Travel speed pengelasan tidak terlalu cepat (lihat wps yang ada).
 Lakukan pre heat (untuk material yang karbon ekuivalen diatas 0,40
maka harus dipreheat).

10. Distortion
Pengertian distorsi pada pengelasan adalah sebuah perubahan bentuk
material yang diakibatkan panas yang berlebih saat proses pengelasan
berlangsung. Distorsi ini terjadi saat proses pendinginan, karena adanya panas
yang berlebih maka material dapat mengalami penyusutan atau pengembangan
sehingga akan tarik menarik dan membuat material tersebut melengkung.

Gambar 14.10 Gambar Cacat Las Distrorsi

a) Penyebab terjadinya distorsi:


 Panas yang berlebih.
 Ampere terlalu tinggi.
 Take weld (las ikat) kurang kuat.
 Persiapan pengelasan yang salah.
b) Cara mencegah distorsi las:
 Menyesuaikan arus dengan yang ada di WPS.
 Take weld (las ikat) ditambah atau memberikan stopper (penguat
pada logam induk).
 Melakukan Persiapan pengelasan yang benar.

BAB XV
K3 LAS SMAW

Nama Pekerja : Mahasiswa S1 PTM 2016


Lokasi : Lab. Las TM UM
Nama Pengerjaan : Pengelasan SMAW 1G
Tanggal Pengerjaai : 24-27 Agustus 2018

No. Tahapan Bahaya Resiko Upaya Tanggung


Pekerjaan Pengendalian Jawab
1. Persiapan alat 1. Alat Kecelakaan kerja Pengecekan secara Mahasiswa
pendukung berkala dan dan dosen
penelasan perawatan rutin
rusak
2. Alat las rusak
2. Tata letak tempat 1. Terjatuh Terluka memar, Meletakkan secara Mahasiswa
kerja akibat lebam rapi dan tidak dan dosen
tersandung mengganggu
pekerjaan
3. Penggunaak alat 1. Terkena Terbakar, mata Menggunakan alat Mahasiswa
pelindung diri percikanapi buram, luka pelindung diri yang dan dosen
2. Terkena memar seuai dana aman
kotoran dari
pengelasan
4. Menyambungkan 1. Kabel tidak Konsleting Menggunakan Mahasiswa
kabel masa terpasang listrik, luka sarung tangan dan dan dosen
sempurna memar meningkatkan
2. Tangan konsentrasi saat
terjepit bekerja
5. Memasang 1. Tangan Lika pada tangan Menggunakan sarug Mahasiswa
elektroda terjepit tang tangan dan dan dosen
elektroda, pemeliharaan pada
tang
6. Proses 1. Tubuk bisa Luka terbakar selalu menggunakan Mahasiswa
pengelasan terbakar pelindung diri : dan dosen
2. Asap terhirup Asap las terhisap helm, kacamata las,
oleh pekerja pekerja da aplron, masker,
3. Terkena sinar mengalami sarung tanggan, dan
ultra violet gangguan sepatu.
4. Api menyulut pernapasan Menjauhkan benda-
benda lain benda yang mudah
yang mudah Merusak terbakar dan
terbakar penglihatan berpotensi
menimbulkan
Menimbulkan kebakaran.
ledakan dan Pengecekan secara
kebakaran belraka haus selalu
dilakukan sehingga
menjadi lebih aman.
7. Membersihkan 1. Tangan Luka memar Menggunakan alat Mahasiswa
benda kerja terpukul palu pelindung diri yang dan dosen
dengan palu 2. Dapat masuk Gangguan sesuai, memukul
ke mata penglihatan secara pelan-pelan
8. Mendinginkan 1. Tangan Luka bakar Selau Mahasiswa
benda kerja tersentuh mengguanakan dan dosen
benda kerja sarung tangan dan
yabg masih menunggu benda
panas kerja dingin
9. Memindahkan 1. Tangan Luka bakar, luka Selalumenggunakan Mahasiswa
benda kerja yang terbakar gores pada sarung tangan dan dosen
selesai di las 2. Terluka tangan sebelum pekerjaan
karena ada semua selesai.
bagian yang
tajam
10. Membersihkan 1. Garam dan Ganguan pada Selalu menggunakan Mahasiswa
area pengelasan debu pernapasan, luka masker dan saung dan dosen
setelas selesai pengelasan pada tangan atau tangan
terhirup kaki
2. Terkena
serpihan
material yang
tajam.

Nama Pekerja : Mahasiswa S1 PTM 2016


Lokasi : Lab. Las TM UM
Nama Pengerjaan : Pengelasan SMAW 2G
Tanggal Pengerjaai : 24 Agustus – 4 September 2018
TAHAP
N PENGENDALIA TANGGUN
PEKERJAA BAHAYA RESIKO
O N G JAWAB
N
Alat las dan
alat
Pemeriksaan
pendukung Terbakar,
berkala dan
Persiapan cacat, ledakan, Pekerja dan
1. pencatatan alat
Alat rusak, tidak kecelakaa Pengawas
yang rusak dan
aman dan n kerja
cacat
tidak
ergonomis
Lalu lintas Penempatan alat
orang, Terbentur dan benda kerja
Berjalan di Pekerja dan
2. penempatan dan disesuaikan dan
area kerja Pengawas
alat dan tertabrak berjalan lebih hati-
benda kerja hati
Alat
pelindung Pemeriksaan
Pemakaian diri tidak Kecelakaa berkala dan
3. alat pelindung sesuai, n kerja pencatatan alat Pengawas
diri rusak dan tinggi pelindung diri
jumlah yang rusak
sedikit
Tertimpa
Benda kerja
benda
Penempatan terjatuh, Pemeriksaan
4. kerja, hasil Pekerja
benda kerja posisi tidak kondisi meja kerja
kerja tidak
sesuai
maksimal
Memahami arus
Arus tidak
yang
sesuai Hasil kerja
Pengaturan direkomendasikan
5. dengan las tidak Pekerja
arus mesin las sesuai pekerjaan
rekomendas sesuai
yang akan
i pekerjaan
dilakukan
Tangan Hubungan
terjepit dan arus
Menyambung Pelaksanaan SOP Pekerja dan
6. kabel tidak pendek
kabel massa yang sesuai Pengawas
terpasang dan
kuat terluka
Elektroda
tidak Hasil kerja
Pemeriksaan
terjepit las tidak
spesifikasi
Pemasangan dengan sesuai dan
7. elektroda dan Pekerja
elektroda kuat, merusak
pemasangan
elektroda benda
elektroda
tidak sesuai kerja
spesifikasi
Terbakar
dan
Pengelas merusak
tidak alat serta Pelatihan dan
8. Pengelasan Pengawas
berkompete benda sertifikasi las
n pada
pekerjaan
las
Penggunaan
Sinar ultra Merusak Pekerja dan
kacamata las yang
violet mata Pengawas
sesuai dan aman
Penggunaan alat
pelindung diri,
Percikan dan penempatan Pekerja dan
Terbakar
api barang-barang Pengawas
yang mudah
terbakar
Merusak Penggunaan
sistem masker las sesuai Pekerja dan
Asap las
pernapasa standart yang Pengawas
n direkomendasikan
Sisa Mengotori Penyediaan
Pekerja dan
elektroda tempat tempat untuk sisa
Pengawas
las kerja elektroda
Tersentuh Penggunaan alat
Mendinginka Luka
9. logam untuk memegang Pekerja
n benda kerja bakar
panas benda kerja
Terkena
Membersihkan
mata dan
Terak sisa terak sisa las
mengotori Pekerja
las dengan alat yang
tempat
sesuai
Pemeriksaan kerja
10.
hasil kerja las Membersihkan
Merusak
sisa spatter pada
struktur
Spatter las benda kerja Pekerja
dan hasil
dengan alat yang
las
sesuai
Pemeriksaan hasil
las yang sudah
Kekuatan
Hasil las dikerjakan sesua Pekerja dan
las tidak
tidak sesuai dengan standart Pengawas
maksimal
yang sudah
ditentukan
Mesin las Hubungan Mematikan mesin
belum arus las ketika selesai Pekerja
dimatikan pendek digunakan
Mengembalikan
alat las sesuai
Alat dan tempatnya dan
Alat dan benda sesuai dengan
benda hasil hasil las catatan pada awal Pekerja dan
Membersihka las rusak, persiapan serta Pengawas
n ruang, alat berserakan cacat dan menempatkan
11. dan benda hilang hasil kerja las
setelah sesuai tempat
pengelasan yang sesuai
Penggunaan
Gangguan
masker dan alat
Debu, gram pernapasa
kebersihan yang
dan n, terluka
sesuai serta Pekerja dan
serpihan dan
menempatkan Pengawas
tajam hasil mengotori
sampah pada
las tempat
tempat yang sudah
kerja
disedakan

Nama Pekerja : Mahasiswa S1 PTM 2016


Lokasi : Lab. Las TM UM
Nama Pengerjaan : Pengelasan SMAW 3G
Tanggal Pengerjaai : 4 September – 10 September 2018

Tahap Pekerjaan Bahaya Resiko Pengendalian Tanggung Jawab

1. Persiapan Alat Mesin las rusak, Terbakar, Pemeriksaan dan Dosen dan
alat pendukung menghambat validasi alat Mahasiswa
cacat pekerjaan
2. Berjalan pada Lalu lintas orang Tertabrak atau Berjalan pada Dosen dan
area kerja berbenturan area yang jauh Mahasiswa
dari pekerja
3. Memasang Pegangan las Terjepit, tangan Pemeriksaan dan Dosen dan
elektroda panas, tembaga terkena panas pemeliharaan, Mahasiswa
tidak terpasang menggunakan
sesuai sarung tangan
4. Pengelasan (Las Pengelas tidak Merusak benda Pelatihan Dosen dan
garis ke 1 - 3) berkompeten kerja, hasil las berkelanjutan Mahasiswa
tidak sempurna agar menguasai
pengelasan
Api dari elektroda Terkena bunga Menggunakan Dosen dan
api pada saat apron, sarung Mahasiswa
pengelasan tangan, dan
pelindung kepala
(helm)
Sinar ultra violet Merusak mata Menggunakan Dosen dan
pelindung kepala Mahasiswa
dan mata (kedok)
5. Mengangkat Panas dari benda Tangan melepuh Menggunakan Dosen dan
benda kerja kerja sarung tangan Mahasiswa
dan alat penjepit
6. Memalu kerak Panas dari kerak Mata kemasukan Memalu dengan Dosen dan
las kerak arah menjauhi Mahasiswa
mata dan pelan –
pelan
7. Menyikat hasil Kotoran sisa Mata kemasukan Menyikat secara Dosen dan
pengelasan pengelasan kotoran las pelan – pelan Mahasiswa
8. Mendinginkan Percikan air Tangan terpercik Menggunakan Dosen dan
benda kerja pendingin air akibat panas sarung tangan, Mahasiswa
dari benda kerja memasukan
benda kerja
kedalam air
secara pelan –
pelan
9. Memahat Separat dari sisa las Mata kemasukan Memahat kearah Dosen dan
separat (kotoran separat yang menjauhi Mahasiswa
las) mata

K3 LAS OAW

Nama Pekerjaan : Mengelas OAW Tanpa Bahan Tambah

Pelaksana : Mahasiswa

APD : 1. Kaca Mata 4. Apron

2. Wearpack 5. Sarung Tangan

3. Sepatu 6. Masker

Penanggung Jawab : Dosen Praktikum / Asisten Dosen

No Urutan Potensi Upaya


Pekerjaan Bahaya Pengendalian

1. Pemasangan dan Terjadi Kebocoran Gas dan Dilakukan di tempat yang


Pengaturan tekanan gas Memicu Ledakan Bersirkulasi udara bebas,
Asitelin dan O2 Sesuai dengan standart
2. Menyiapkan Benda Kerja Dapat tertimpa benda atau Menaruh benda kerja dan
dan Alat ( Tang, Gerinda, alat kerja alat kerja sesuai pada
Sikat Las, Palu , Batu tempatnya, dan selalu
Tahan Api ), memakai APD yang sesuai
dengan standar
3. Melakukan Pengelasan Terkena Api las, Terkena Melakukan Pelatihan Las ,
( Membuat alur dengan Percikan Las, Dapat Selalu Menyiapkan alat
cara melelehkan benda Menimbulkan Kebakaran pemadam apabila terjadi
kerja dan mendorong kebakaran.
lelehan secara horizontal
)

Nama Pekerjaan : Mengelas OAW Dengan Bahan Tambah

Pelaksana : Mahasiswa

APD : 1. Kaca Mata 4. Apron

2. Wearpack 5. Sarung Tangan

3. Sepatu 6. Masker

Penanggung Jawab : Dosen Pembimbing / Asisten Dosen

No Urutan Potensi Upaya


Pekerjaan Bahaya Pengendalian

1. Pemasangan dan Terjadi Kebocoran Dilakukan di tempat yang


Pengaturan tekanan Gas dan Memicu Bersirkulasi udara bebas,
gas Asitelin dan O2 Ledakan Dilakukan Sesuai dengan
standart dan memastikan
selalu menyiapkan alat
pemadam apabila ada
kebakaran.
2. Menyiapkan Benda Dapat tertimpa benda Menaruh benda kerja dan
Kerja dan Alat ( atau alat kerja alat kerja sesuai pada
Tang, Palu , Batu tempatnya, dan selalu
tahan Api, Bahan memakai APD yang sesuai
Tambah) dengan standar
3. Melakukan Terkena Api las, Melakukan Pelatihan Las ,
Pengelasan Terkena Percikan Las, Selalu Menyiapkan alat
( Membuat alur terkena lelehan dari pemadam apabila terjadi
dengan cara Bahan Tambah, Dapat kebakaran. Diwajibkan
melelehkan benda Menimbulkan memakai Alat Pelindung
kerja dan Kebakaran Diri yang sesuai dengan
menambakan bahan standart yang ditentukan.
tambah sehingga
alur berbentuk
cembung )

Nama Pekerjaan : Mengelas OAW Menyambung pipa dengan plat

Pelaksana : Mahasiswa

APD : 1. Kaca Mata 4. Apron

2. Wearpack 5. Sarung Tangan

3. Sepatu 6. Masker

Penanggung Jawab : Dosen Pembimbing / Asisten Dosen

No Urutan Potensi Upaya


Pekerjaan Bahaya Pengendalian

1. Pemasangan dan Terjadi Kebocoran Dilakukan di tempat


Pengaturan tekanan Gas dan Memicu yang Bersirkulasi udara
gas Asitelin dan O2 Ledakan bebas, Sesuai dengan
standart
2. Menyiapkan Benda Dapat tertimpa benda Menaruh benda kerja
Kerja dan Alat atau alat kerja dan alat kerja sesuai
( Palu, Batu Tahan pada tempatnya, dan
api, Kuningan, selalu memakai APD
Boraks , Tang ) yang sesuai dengan
standar
3. Melakukan Terkena Api las, Melakukan Pelatihan
Pengelasan Terkena Percikan Las , Diwajibkan
( Menempelkan Plat Las, terkena lelehan menggunakan APD
dengan sebuah pipa Kuningan, Dapat yang sesuai dengan
dengan Menimbulkan Standart , Selalu
menggunakan Kebakaran Menyiapkan alat
lelehan kuningan pemadam apabila
dan campuran terjadi kebakaran.
boraks )

Anda mungkin juga menyukai