Anda di halaman 1dari 127

ELECTRICAL SYSTEM

BASIC MECHANIC COURSE I

REVISI : 003

TRANS TRAINING CENTRE

Heavy Equipment Development Centre Pusat


Pengembangan dan Pelatihan Alat Berat
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga dapat kami sajikan
Training Basic Electric System ini untuk kelas Basic Mechanic Course Step One.

Buku Training ini di sajikan dalam bentuk yang sederhana untuk mampu dengan mudah
dimengerti dan difahami , khususnya bagi Calon Mekanik atau Junior Mekanik dibidang Alat-
alat Berat.

Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna,
maka dengan keterbatasan yang ada penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca untuk meningkatkan kesempurnaan buku ini sehingga tidak terjadi salah persepsi untuk
pemahaman dari isi dan makna terhadap buku ini.

Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya buku ini.

Malang, 21 Maret 2016

Team Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
PERISTILAHAN / GLOSSARY
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Deskripsi.........................................................................................................................1
B. Prasyarat.........................................................................................................................1
C. Petunjuk Penggunaan Modul..........................................................................................1
D. Tujuan Akhir....................................................................................................................2
E. Kompetensi.....................................................................................................................3
BAB II. PEMBELAJARAN.......................................................................................................4
A. Rencana Belajar Peserta................................................................................................4
B. Kegiatan Belajar Peserta................................................................................................5
Kegiatan Belajar 1. Prinsip Dasar Listrik.........................................................................6
Teori Elektron.............................................................................................................6
Besaran Listrik............................................................................................................8
Hukum OHM.............................................................................................................10
Arus Searah dan Arus Bolak balik............................................................................10
Tenaga Listrik............................................................................................................11
Rangkuman Materi 1.....................................................................................................13
Kegiatan Belajar 2. Komponen dan Rangkaian Listrik..................................................14
Komponen Electric....................................................................................................15
Rangkaian Electric....................................................................................................46
Rangkuman Materi 2.....................................................................................................54
Kegiatan Belajar 3. Prinsip Dasar Kemagnetan...........................................................56
Magnet......................................................................................................................57
Rangkuman Materi 3....................................................................................................69
Kegiatan Belajar 4. Tools Electric.................................................................................70
Tool Electric..............................................................................................................71
Rangkuman Materi 4.....................................................................................................77
Kegiatan Belajar 5. System Electric..............................................................................78
Starting System........................................................................................................79
Charging System......................................................................................................86
Preheating System...................................................................................................93
Rangkuman Materi 5...................................................................................................100
Kegiatan Belajar 6. Symbol dan Wiring Diagram......................................................101
Symbol dan Wiring Diagram.................................................................................102
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Komposisi bahan dan atom


Gambar 1. 2 Hubungan antara arus listrik dan arah arus elektron
Gambar 1. 3 Gambaran umum hambatan listrik dalam konduktor
Gambar 1. 4 Rangkaian arus searah dan bentuk gelombang
Gambar 1. 5 Rangkaian arus bolak-balik dan bentuk gelombangnya
Gambar 1. 6 Pembebanan pada DC generator
Gambar 2. 1 Battery jenis Compound.
Gambar 2. 2 Battery jenis Solid.
Gambar 2. 3 Pengaktifan Dry Charged Batteries.
Gambar 2. 4 Vent Plug
Gambar 2. 8 Komposisi elektrolit battery
Gambar 2. 15 Konstruksi Circuit breaker
Gambar 2. 16 simbol dan konstruksi fuse
Gambar 2. 17 Toogle switch
Gambar 2. 18 Push button switch
Gambar 2. 19 Konstruksi dan simbol resistor tetap
Gambar 2. 20 Konstruksi carbon resistor
Gambar 2. 21 Tabel harga resistansi resistor
Gambar 2. 22 Contoh gelang warna dan harga resistansi
Gambar 2. 23 Gambar konstruksi dan dan jenis-jenis wirewound resistor
Gambar 2. 24 Simbol variable resistor
Gambar 2. 25 Wirewound potentiometer.
Gambar 2. 26 Carbon potentiometer.
Gambar 2. 27 Trimmer potentiometer .
Gambar 2. 28 Hubungan resistansi dan temperatur pada thermistor NTC
Gambar 2. 29 Hubungan resistansi dan temperatur pada thermistor
PTC. Gambar 2. 30 Konstruksi VDR..
Gambar 2. 31 Konstruksi , simbol dan karakteristik LDR
Gambar 2. 32 Pengetesan LDR.
Gambar 2. 33 Contoh jenis capasitor
Gambar 2. 34 Konstruksi dasar kapasitor.
Gambar 2. 35 Prinsip pengisian kapasitor.
Gambar 2. 36 Prinsip pengosongan kapasitor.
Gambar 2. 37 Prinsip pengisian dan pengosongan kapasitor.
Gambar 2. 38 Grafik arus dan tegangan pada pengisian kapasitor.
Gambar 2. 39 Grafik arus dan tegangan pada pengosongan kapasitor.
Gambar 2. 40 Struktur kristal silikon.
Gambar 2. 41 Kristal material N.
Gambar 2. 42 Kristal material semi konduktor - P.
Gambar 2. 43 Gerak elektron disirkuit dengan menggunakan material jenis N.
Gambar 2. 44 Gerak hole di sirkuit dgn menggunakan material jenis P
Gambar 2. 45 Konstruksi dasar dan simbol diode..
Gambar 2. 46 Prinsip kerja diode
Gambar 2. 47 Contoh karakteristik diode.
Gambar 2. 48 Bentuk - bentuk diode.
Gambar 2. 49 Simbol dan contoh karakteristik Zener Diode.
Gambar 2. 50 Testing Dioda Zener
Gambar 2. 51 Contoh terminal pada transistor.
Gambar 2. 52 Konstruksi dan simbol transistor PNP.
Gambar 2. 53 Prinsip kerja transistor PNP.
Gambar 2. 54 Konstruksi dan simbol transistor
NPN. Gambar 2. 55 Prinsip kerja transistor NPN.
Gambar 2. 56 Dasar polaritas transistor.
Gambar 2. 57 Contoh bentuk - bentuk
transistor. Gambar 2. 58 Rangkaian resistor
seri.
Gambar 2. 59 Rangkaian resistor paralel.
Gambar 2. 60 Rangkaian resistor seri-paralel
Gambar 3. 1 Contoh magnet model U (tapal kuda)
Gambar 3. 2 Kutub-kutub magnet
Gambar 3. 3 Gaya tarik menarik dan tolak menolak kutub magnet
Gambar 3. 4 Kekuatan pada ujung-ujung magnet
Gambar 3. 5 Arah medan magnet.
Gambar 3. 6 Arah medan magnet pada suatu konduktor
Gambar 3. 7 Arah medan magnet.
Gambar 3. 8 Pengaruh kuatnya arus terhadap medan magnet.
Gambar 3. 9 Medan magnet pada kumparan(coil) .
Gambar 3. 10 Perubahan arah medan magnet.
Gambar 3. 11 Inti besi memperkuat medan magnet pada kumparan .
Gambar 3. 12 Induksi diri
Gambar 3. 13 Tegangan induksi pada lilitan. .
Gambar 3. 14 Percobaan induksi diri
Gambar 3. 15 Induksi timbal balik.
Gambar 3. 16 Dasar teori transformator
Gambar 3. 17 Core transformator .
Gambar 3. 18 Arah gaya gerak magnet dan kaidah tangan kiri Fleming
Gambar 3. 19 Gaya-gaya magnet pada konduktor sejajar
Gambar 3. 20 Prinsip kerja motor.
Gambar 3. 21 Induksi electro magnet.
Gambar 3. 22 Kaidah Tangan Kanan
Fleming.
Gambar 3. 23 Induksi gaya gerak pada alternator .
Gambar 3. 24 Prinsip DC generator.
Gambar 4. 1 Multimeter Analog
Gambar 4. 2 Setting meter.
Gambar 4. 3 Konstuksi dalam AVO Analog
Gambar 4. 4 Multimeter digital .
Gambar 4. 9 Perhatikan polaritas saat melakukan pengukuran
Gambar 4. 10 Cara melepas battery .
Gambar 4. 11 Penggantian fuse .
Gambar 5. 2 Contoh cara pembacaan wiring diagram komatsu
Gambar 6. 1 Hubungan Komponen - Komponen Sistem Start.
Gambar 6. 2 Konstruksi Dan Hubungan terminal Starting Switch.
Gambar 6. 3 Pengukuran terminal starting switch ..
Gambar 6. 4 Konstruksi dan gambar battery relay. ..
Gambar 6. 5 Skematik Diagram Negative Battery Relay.
.. Gambar 6. 6 Positive battery relay
Gambar 6. 7 Testing battery relay
Gambar 6. 8 Konstruksi starting motor tanpa reduksi
Gambar 6. 9 Skematik diagram starting motor
Gambar 6. 10 Pengetesan starting motor
Gambar 6. 11 Konstruksi safety relay
Gambar 6. 12 Skematik diagram safety relay
Gambar 6. 13 Skematik diagram safety
relay. Gambar 6. 14 Wiring alternator.
Gambar 6. 15 Konstruksi alternator
Gambar 6. 16 Skematik diagram alternator dan semi konduktor.
Gambar 6. 17 Tegangan reverse voltage pada diode zener.
Gambar 6. 18 Komponen utama brushless alternator .
Gambar 6. 19 Darlington.
Gambar 6. 20 Pengecekan kondisi alternator .
Gambar 6. 21 Hubungan komponen sistem pemanasan awal dengan glow plug.
Gambar 6. 22 Konstruksi glow plug
Gambar 6. 23 Konstruksi glow plug indicator .
Gambar 6. 24 Skematik diagram pemanasan awal dengan glow plug .
Gambar 6. 25 Skematik Diagram Sistem Pemanasan Awal Dengan Ribbon Heater
Gambar 6. 26 Konstruksi Ribbon Heater
Gambar 6. 27 Konstruksi Dan Skematik Diagram Sistem Pemanasan Awal dengan
Thermostart
PERISTILAHAN / GLOSSARY

Alternating Current (Arus Bolak-balik) : Arus yang mengalir dengan polaritas yang selalu
berubah-ubah. Dimana masing-masing terminalnya polaritas yang selalu bergantian.
Armature : Bagian dari starting motor yang dapat berputar dan mengeluarkan arus listrik.
Avometer (Multi Tester) : alat ukur yang multi guna untuk mengukur ampere, volt dan ohm.
Battery : Alat perubah energi kimia menjadi energi listrik untuk menyediakan listrik bagi
sistem kelistrikan pada unit.
Battery Relay Switch : Komponen starting system yang digunakan untuk memutuskan atau
menghubungkan negatif battery dengan body/chasis dan positif battery dengan starting
motor.
Charging System : Suatu sistem yang digunakan untuk mengembalikan kondisi battery
agar selalu siap digunakan.
Circuit Breaker : Suatu alat yang digunakan untuk mencegah kerusakan kerusakan
komponen-komponen dan kabel-kabel pada preheating system (sistem pemanasan
awal) yang dikarenakan arus berlebihan (short circuit).
Diode : Suatu komponen elektronika yang mempunyai dua kutub yaitu anoda dan katoda.
Dioda terdiri dari gabungan material N dan material P.
Direct Current (Arus Searah) : Arus yang mengalir dalam arah yang tetap (konstan).
Dimana masing-masing terminal selalu tetap polaritasnya.
Electromagnet adalah medan magnet yang ditimbulkan oleh adanya aliran arus listrik pada
sebuah konduktor atau coil.
Glow Plug : Alat pemanas yang dengan komponen-komponen lain akan memanaskan
udara untuk pembakaran pada engine.
Konduktor : Bahan yang atom–atomnya mempunyai jumlah elektron lebih kecil dari 4 pada
lintasan (kulit) terluar.
Preheating System : Suatu sistem yang digunakan untuk memanaskan udara yang akan
masuk ke ruang bakar dengan tujuan mempermudah menghidupkan engine pada
waktu udara sekeliling engine masih dingin.
Resistor Non Linier : Resistor yang harganya berubah-ubah (tidak sesuai dengan hukum
ohm), tetapi merupakan fungsi dari temperatur, tegangan dan cahaya yang jatuh
terserap.
Resistor Tetap : Resistor yang sengaja dibuat dengan harga resistansi (ohm= Ω) tertentu.

ELECTRICAL
Resistor Variable : Resistor yang mempunyai terminal tetap dan terminal tidak tetap yang
dapat digeser sepanjang elemen resistor tersebut.
Safety Relay : Komponen starting system yang digunakan sebagai relay (penghubung)
antara starting switch dan starting motor selain fungsi lainnya.
Self Discharge : Suatu battery yang mengalami kehilangan muatan listrik yang tersimpan
tanpa pemakaian melalui rangkaian luar.
Self Induction (Induksi Diri) : Gaya gerak listrik yang berbalik dengan arah aliran arus pada
lilitan ketika switch dibuka (off) dari kondisi tertutup (on).
Semi Konduktor : Sedangkan bahan atom–atomnya mempunyai 4 elektron pada lintasan
(kulit) terluar.
Starting Motor : Komponen starting system yang digunakan untuk menghidupkan engine
dengan prinsip merubah energi listrik menjadi energi mekanis.
Starting System : Sustu sistem yang bertujuan untuk menghidupkan suatu engine atau unit.
Komponen utama dalam sistem ini adalah starting switch, battery relay switch, starting
motor dan safety relay.
Thermistor : Resistor yang mempunyai koeffisien temperatur yang sangat tinggi, dimana
dengan adanya perubahan temperatur, resistansinya juga akan berubah.
Thermistor NTC : Resistor dengan koefiisien temperatur negatif yang sangat tinggi. Dimana
ketika temperatur naik maka harga resistansi turun.
Thermistor PTC : Resistor dengan temperatur positif yang sangat tinggi. Dimana ketika
temperatur naik maka harga resistansi naik.
Transistor adalah suatu komponen elektronika yang dibuat dengan penggabungan dari
material P dan N. yang disisipkan suatu lapisan tipis P atau N. Komponen ini berfungsi
sebagai electric switch dan sebagai penguat.
Transistor NPN : Transistor yang pembuatannya terdiri dari dua buah lapisan N yang
disisipkan ditengahnya satu lapisan tipis P.
Transistor PNP : Transistor yang pembuatannya terdiri dari dua buah lapisan P yang
disisipkan ditengahnya satu lapisan tipis N.
Trimmer : Potensiometer dengan bahan dasar karbon yang biasanya dipasang pada PCB
dimana dibutuhkan suatu pengkalibrasian.
Wirewound Potentiometer : Potentiometer yang terbuat dari lilitan kawat yang berbentuk
lingkaran.
Zener diode : sebuah diode yang dirancang khusus untuk menghantarkan arus reverse
tanpa merusaknya.

ELECTRICAL
PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Modul electrical system membahas tentang pengetahuan dasar electrical yang
harus dimiliki oleh seorang calon mekanik khususnya mekanik di bidang alat berat. Tujuan dari
modul ini adalah agar mekanik memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam membentuk
kompetensi mengetahui nama komponen, lokasi, fungsi, cara kerja, system dan simple
troubleshooting electrical system

Modul ini terdiri dari 7 kegiatan belajar meliputi :


(1) Prinsip dasar electric
(2) Komponen dan rangkaian listrik
(3) Prinsip dasar kemagnetan
(4) Tools electric
(5) Wiring dan connection diagram
(6) System electric
(7) Prosedur troubleshooting electric

B. Prasyarat
Sebelum memulai modul ini, anda harus sudah menyelesaikan modul-modul yang harus
dipelajari lebih awal sesuai dengan peta kedudukan modul.

C. Petunjuk Penggunaan Modul


1. Petunjuk Bagi Peserta Pelatihan
Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal dalam mempelajari materi modul ini,
langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain:
a. Baca dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada pada masing-
masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, peserta dapat bertanya pada
instruktur.
b. Kerjakanlah setiap tugas formatif (soal latihan) untuk mengetahui seberapa besar
pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap
kegiatan belajar.
c. Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktek, perhatikanlah hal-hal
berikut ini:

ELECTRICAL
1) Perhatikan petunjuk-petunjuk keselamatan kerja yang diberikan.
2) Pahami setiap langkah kerja (Shop Manual, QA Sheet, SOP) dengan baik.
3) Sebelum melaksanakan praktik, rencanakan tools yang diperlukan secara
cermat.
4) Gunakan alat sesuai prosedur yang pemakaian yang benar.
5) Untuk melakukan kegiatan belajar praktek yang belum jelas, harus meminta ijin
instruktur lebih dahulu.
6) Setelah selesai praktek, kembalikan alat dan bahan ke tempat semula.
d. Jika belum menguasai tingkat materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan belajar
sebelumnya atau bertanyalah kepada instruktur yang bersangkutan.
2. Peran instruktur antara lain
a. Membantu peserta dalam merencanakan proses belajar.
b. Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar.
c. Membantu peserta dalam memahami konsep dan praktek baru dan menjawab
pertanyaan peserta mengenai proses belajar peserta.
d. Membantu siswa untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang
diperlukan untuk belajar.
e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
f. Merencanakan mentor/ pendamping (among) dari tempat kerja untuk membantu jika
diperlukan (peserta OJT/experience).
g. Merencanakan proses penilaian dan menyiapkan perangkatnya.
h. Melakasanakan penilaian.
i. Menjelaskan kepada siswa tentang sikap pengetahuan dan keterampilan dari suatu
kompetensi yang perlu untuk dibenahi dan merundingkan rencana pembelajaran
selanjutnya,
j. Mencatat pencapaian kemajuan siswa.

D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari secara keseluruhan materi kegiatan belajar dalam modul ini peserta
diharapkan “Mampu mendeskripsikan komponen, lokasi, fungsi, cara kerja, system dan
simple troubleshooting pada electrical system dengan tepat dan benar”.

E. Kompetensi
Modul ini membantu peserta dalam membentuk kompetensi mengetahui nama, lokasi, fungsi,
cara kerja, system dan simple troubleshooting pada electrical sistem dengan tepat dan benar.

ELECTRICAL
Elemen Pokok Pemelajaran
Kompetensi Kriteria Unjuk Lingkup
Kerja Bahasan Pengetahuan Ketrampilan Sikap
1. Mengetahui Prinsip dasar 1. T • Memahami teori - Mengikuti
prinsip dasar listrik dapat electron, besaran pembelajaran
eor
listrik diketahui listrik, hukum ohm, sesuai dengan
i prosedur
arus searah dan
- Memperhatikan
ele arus bolak balik
faktor-faktor
ctr dan memahami keselamatan
tenaga listrik kerja dan
on
lingkungan
2.B
esa
ran
listr
ik
3.H
uku
m
oh
m
4.A
rus
sea
rah
dan
arus bolak balik
5.Tenaga listrik

2. Mengetahui Komponen dan 1. Komponen • Mengetahui • Dapat sda


komponen rangkaian dan memahami melakukan
dan rangkaian electric
listrik dapat komponen perawatan
listrik diketahui 2. Rangkaian pada battery
elektrik
electric • Memahami • Dapat
rangkaian melakukan
– rangjaian pembacaan
elektrik dan
pengukuran
3. Memahami 1.Magnet • Mengetehui sda
prinsip dasar Prinsip dasar dan
kemagnetan kemagnetan dapat memahami
dipahami prinsip dari
magnet
• Mengetahui dan
memahami
komponen elektrik
yang
menggunakan
prinsip
4. Mengetahui 1. Tools electric kemagnetan • Dapat sda
tool electric Tools electrick • Mengetahui menggunakan
dapat diketahui fungsi tools tools elektrik
– tools yang dengan
berkaitan prosedur yang
dengan benar
komponen • Dapat
elektrik melakukan
• Mengetahui perawatan
prinsip terhadap tools
pemakaian tools elektrik
elektrik dengan
benar

5. Memahami wiring and connecti on system

ELECTRICAL
Wiring dan 1. Wiring dan • Memahami • Dapat sda
connection pembacaan melakukan
connection
diagram dapat wiring diagram pemasang
dipahami diagram an kabel
6. memahami elektrik
sytem electric 2. Detuch connector • Mengetahui pada
jenis – jenis connector
connector
System electric 1.Starting system unit • Mengetahui sda
dapat dipahami komponen dari
2.Charging system
electrical
unit system
3. Preheating • Memahami fungsi
komponen dari
system unit
electrical system

ELECTRICAL
BAB I

PEMBELAJARAN

A. Rencana Belajar Peserta


Rencanakanlah setiap kegiatan belajar anda dengan mengisi tabel di bawah ini dan
mintalah bukti belajar kepada instruktur jika telah selesai mempelajari setiap kegiatan
belajar.
Tempat AlasanParaf
Lingkup BahasanHari/TanggalWaktu
Belajar perubahanInstruktur
Prinsip dasar listrik

Komponen dan rangkaian listrik


Prinsip dasar kemagnetan
Tools electric

Wiring dan connection system


System electric

ELECTRICAL
B. Kegiatan Belajar Peserta Diklat

KEGIATAN BELAJAR I

Tujuan Kegiatan Belajar 1

Prinsip Dasar Listrik

Ranah
Elemen Kegiatan
Indikator Keberhasilan Kompetensi
Kompetensi Pembelajaran
P K S
Dapat menjelaskan teori
Teori Elektron
dari elektron
Dapat menjelaskan
Besaran Listrik
besaran listrik
Prinsip Dasar
Elektrik Hukum Ohm Dapat menjelaskan hukum Ohm
Arus searah dan arus Dapat menjelaskan prisnip arus
bolak balik searah dan arus bolak balik
Tenaga Listrik Dapat menjelaskan tenag listrik

ELECTRICAL
5

ELECTRICAL
Uraian Materi Kegiatan Belajar 1

Teori Elektron
Atom tersusun atas proton, neutron dan elektron. Proton dan neutron terdapat dalam
inti atom, sedangkan elektron selalu bergerak mengelilingi inti atom. Menurut Bohr, dalam
mengelilingi inti atom, elektron berada pada kulit-kulit (lintasan) tertentu. Elektron adalah
bagian terkecil dari suatu atom, lihat gambar berikut ini :

Gambar 1. 1 Komposisi bahan dan atom

Elektron yang terdapat pada kulit terluar disebut Valensi.


- Bahan yang atom-atomnya mempunyai jumlah elektron lebih kecil dari 4 pada lintasan
(kulit) terluar disebut Konduktor.
- Bahan yang atom-atomnya mempunyai jumlah elektron lebih besar dari 4 pada lintasan
(kulit) terluar disebut Isolator.
- Bahan yang atom-atomnya mempunyai jumlah elektron sama dengan 4 pada lintasan
(kulit) terluar disebut Semikonduktor.
6

ELECTRICAL
Dengan demikian alumunium dan tembaga adalah bahan konduktor karena memiliki
jumlah elektron terluar kurang dari 4, sedangkan silicon adalah bahan semiconductor karena
memiliki jumlah elektron terluar sama dengan 4.

Proton dan elektron dalam atom mempunyai gaya potensial :


- Proton mempunyai muatan positif ( + )
- Elektron mempunyai muatan negatif ( - )

ELECTRICAL
Uraian Materi Kegiatan Belajar 1

Besaran Listrik
A. Arus ( I )
Ketika dua konduktor (A) dan (B) diisi muatan positif dan negatif yang dihubungkan
dengan kawat penghantar (C). Elektron-elektron bebas yang berada pada konduktor (B)
akan ditarik oleh konduktor (A) melalui kawat penghantar (C). Hal ini akan menyebabkan
terjadinya arus elektron dari konduktor (B) yang bermuatan negatif ke konduktor (A) yang
bermuatan positif. Pergerakan elekton inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya arus
listrik dari konduktor (A) yang bermuatan positif ke konduktor (B) yang bermuatan negatif.

Gambar 1. 2 Hubungan antara arus listrik dan arah arus elektron

Arus adalah jumlah muatan listrik yang mengalir melalui suatu titik tertentu selama
satu detik.
Satuan arus listrik adalah coloumb perdetik atau “ Ampere “ ( A ).

ELECTRICAL
B. Tegangan ( V )
Tegangan adalah gaya yang mengakibatkan terjadinya arus listrik. Terjadinya
tegangan akibat beda / selisih potensial dan dikatakan ada tegangan ( voltage ). Arus
listrik akan mengalir dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah. Satuan
tegangan listrik disebut “ Volt “ dan disimbolkan “ V “.

C. Hambatan ( R ) dalam penghantar.


Kawat tembaga pada umumnya digunakan untuk menghantarkan arus llistrik
karena kawat tembaga hambatan terhadap aliran listriknya kecil.

Gambar 1. 3 Gambaran umum hambatan listrik dalam konduktor.

Ketika elektron bebas berjalan melalui sebuah logam, elektron-elektron itu


melambung melawan molekul, yang akan memperlambat kecepatan jalannya.
Perlambatan kecepatan ini merupakan hambatan yang umumnya disebut dengan
“Electric Resistance“ atau “Resistance“ ( hambatan ).
Satuan dari hambatan adalah ohm dan diberi simbol (Ω). Hambatan suatu
penghantar dikatakan 1 Ω bila besarnya hambatan tersebut menyebabkan mengalirnya
arus sebesar satu ampere, bila pada kedua ujung kawat penghantar
tersebut dihubungkan dengan sumber tegangan sebesar satu volt (pada temperatur
konstan). Adapun harga hambatan pada sebuah penghantar dipengaruhi oleh bahan
pengantar, luas penampang penghantar, serta temperatur. Besarnya harga hambatan
dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan :

R = Hambatan ( ohm ).
ρ = Tahanan jenis ( ohm meter ).
L = Panjang kawat
( meter ).
A = Luas penampang kawat
( m2 ).

ELECTRICAL
Uraian Materi Kegiatan Belajar 1

Hukum OHM
Arus ( I ) yang mengalir melalu dua titik “ a “ dan “ b “ dalam suatu konduktor ( kawat
penghantar ) adalah berbanding lurus dengan tegangannya dan berbanding terbalik dengan
hambatannya ( R ).

Keterangan :
I = Arus yang mengalir ( Ampere ).
V = Tegangan ( Volt ).
R = Hambatan ( Ohm ).

Uraian Materi Kegiatan Belajar 1

Arus Searah dan Arus Bolak balik


A. Arus Searah ( Direct Current )
Arus searah ( DC ) adalah arus yang mengalir dalam arah yang tetap ( konstan ).
Dimana masing - masing terminal polaritasnya selalu tetap. Kutup positip akan selalu
menghasilkan polaritas positip begitu pula sebaliknya. Beberapa contoh sumber arus
searah ( DC ) adalah Battery, Accu, Dynamo.

Gambar 1. 4 Rangkaian arus searah dan bentuk gelombang

10

ELECTRICAL
2. Arus Bolak - balik ( Alternating Current )
Arus bolak - balik ( AC ) adalah arus yang mengalir dengan polaritas yang selalu
berubah-ubah. Dimana masing-masing terminalnya memiliki polaritas yang selalu
bergantian. Contohnya Alternator, PLN.

Gambar 1. 5 Rangkaian arus bolak-balik dan bentuk gelombangnya

Uraian Materi Kegiatan Belajar 1

Tenaga Listrik

Satuan tenaga listrik dinyatakan dengan Watt, yaitu jumlah dari usaha listrik yang
dihasilkan atau dihilangkan adalah ditetapkan sesuai dengan usaha yang digunakan dalam
periode waktu satu detik. Satuan tenaga listrik adalah “watt“ disingkat W. Satu (1) watt
menunjukkan tenaga yang membutuhkan arus listrik sebesar 1 A , pada tegangan 1 V dalam
setiap detik.

Gambar 1. 6 Pembebanan pada DC generator.

11

ELECTRICAL
Sebuah DC generator ( G ) menghasilkan tegangan V melewati beban R ( Ω ) untuk
menghasilkan arus I ( Ampere ) melalui beban R, maka tenaga ( P ) :

Keterangan :

P = Tenaga listrik
(watt)
V = Tegangan
(Volt)
I = Arus (Ampere)

Tenaga listrik adalah jumlah dari kemampuan kerja listrik dalam setiap satuan waktu
(detik). Jumlah tenaga listrik diartikan salah satu jumlah usaha listrik yang dihasilkan atau
ditetapkan dalam periode tertentu.

JUMLAH TENAGA LISTRIK = TENAGA LISTRIK X WAKTU (ENERGI LISTRIK).

Satuan energi listrik adalah watt detik disingkat dengan ( WS ) atau joule ( J ) jika
jumlah pengukuran besar satuan yang digunakan (Wh) Watt – jam.

PANAS JOULE.

Joule menemukan bahwa tenaga listrik yang dipakai dalam sebuah hambatan berubah
semuanya menjadi panas. Penemuan ini disebut “Hukum Joule“ Panas yang dihasilkan
berasal dari aliran listrik dalam sebuah hambatan dan disebut “ Panas Joule “ dan 1 ( WS ) =
1 joule.

12

ELECTRICAL
Rangkuman Materi 1

1. Atom tersusun atas proton, neutron dan elektron


2. Bahan yang atom-atomnya mempunyai jumlah elektron lebih kecil dari 4 pada lintasan
(kulit) terluar disebut Konduktor.
3. Bahan yang atom-atomnya mempunyai jumlah elektron lebih besar dari 4 pada
lintasan (kulit) terluar disebut Isolator.
4. Bahan yang atom-atomnya mempunyai jumlah elektron sama dengan 4 pada lintasan
(kulit) terluar disebut Semikonduktor.
5. Arus adalah jumlah muatan listrik yang mengalir melalui suatu titik tertentu selama satu
detik.
6. Tegangan adalah gaya yang mengakibatkan terjadinya arus listrik
7. Makin besar hambatan listrik suatu penghantar, makin kecil arus listrik yang mengalir
8. Tenaga listrik adalah jumlah dari kemampuan kerja listrik dalam setiap satuan waktu
(detik).

13

ELECTRICAL
KEGIATAN BELAJAR II
Tujuan Kegiatan Belajar 2

Komponen dan Rangkaian Listrik

Ranah
Elemen Kegiatan
Indikator Keberhasilan Kompetensi
Kompetensi Pembelajaran
P K S
Dapat menjelaskan komponen –
Komponen electric
Komponen dan komponen elektrik
rangkaian listrik Dapat menjelaskan rangkaian
rangkaian electric
Elektrik

14

ELECTRICAL
Uraian Materi Kegiatan Belajar 2

Komponen Electric
A. Battery / Accu
Battery merupakan sumber energi listrik utama dalam unit. Proses kerja battery
adalah sebuah reaksi kimia antara dua buah plat timbal yang berbeda sifat kimia dan
terendam dalam larutan elektrolit. Berdasarkan kondisi operasional di unit maka fungsi
battery adalah sebagai berikut:
 Pada saat engine off berfungsi untuk menyediakan arus listrik untuk lampu dan
accesoris lainnya;
 Pada saat engine start battery berfungsi untuk mensuplay arus ke starting motor dan
sistem electric control engine;
 Pada saat engine running pada saat ini kebutuhan arus listrik sepenuhnya telah
disuplay dari charging system. battery bisa dikatakan hanya berfungsi untuk penstabil
tegangan atau filter sehingga komponen-komponen yang sangat sensitive terhadap
kenaikan dan penurunan tegangan seperti controller akan aman;

1. Konstruksi.
Battery dapat dibedakan berdasarkan kontruksi dan tipenya yaitu :
 Konstruksi compound.
 Konstruksi Solid.

a. Konstruksi compound.
Battery ini sel-selnya berdiri sendiri-sendiri dan antara sel yang satu
dengan yang lain dihubungkan dengan lead bar ( connector ) di luar case, seperti
pada gambar berikut ini :

Gambar 2. 1 Battery jenis Compound.

15

ELECTRICAL
b. Konstruksi Solid.
Battery ini antara sel yang satu dengan yang alin dihubungkan dengan lead
bar di dalam case. Terminal yang kelihatan hanya dua buah hasil hubungan seri
dari sel-selnya seperti gambar berikut ini.

Gambar 2. 2 Battery jenis Solid.

2. Tipe Battery.
Battery menurut tipenya ada 2 macam yaitu :
a. Battery tipe basah ( Wet Type )
Terdiri dari elemen - elemen yang telah diisi penuh dengan muatan listrik ( full
charged ) dan dalam penyimpanannya telah diisi dengan elektrolit. Battery ini tidak
bisa dipertahankan tetap dalam kondisi full charge. Sehingga harus diisi (charge)
secara periodik. Selama battery tidak digunakan dalam penyimpanan, akan terjadi
reaksi kimia secara lambat yang menyebabkan berkurangnya kapasitas battery,
reaksi ini disebut “ Self Discharge “.

b. Tipe Kering ( Dry Type )


Battery tipe kering ( Dry Type ) terdiri dari plate - plate ( postif & negatif ) yang
telah diisi penuh dengan muatan listrik, tapi dalam penyimpanannya tidak diisi
dengan elektrolit. Jadi keluar dari pabrik dalam kondisi kering.
Battery dry tipe ini pada dasarnya sama seperti dengan battery tipe basah
(Wet Type). Elemen - elemen battery ini diisi secara khusus dengan cara
memberikan arus DC pada plat yang direndamkan ke dalam larutan elektrolit
lemah. Setelah plat - plat itu terisi penuh dengan muatan listrik, kemudian di
angkat dari larutan elektrolit kemudian dicuci dengan air dan dikeringkan.
Kemudian plat -plat tersebut diassembling dalam case battery.

16

ELECTRICAL
Sehingga bila battery tersebut akan dipakai, cukup diisi elektrolit dan langsung
bisa digunakan tanpa charge kembali. Cara pengisian elektrolit dapat dilihat pada
gambar berikut ini :

Gambar 2. 3 Pengaktifan Dry Charged Batteries.

3. Vent Plug.
Vent plug terpasang pada tutup di setiap sel. Fungsi tutup itu adalah untuk
mencegah masuknya debu dan kotoran ke dalam sel. Fungsi yang lebih penting lagi
adalah agar tersedia saluran (lubang) untuk melepas gas yang timbul saat charging ke
udara bebas. Untuk membebaskan gas dan memungkinkan terbentuknya lagi asam
sulfat yang terkandung dalam uap asam yang terbentuk pada saat pengisian battery
(lihat bentuk saluran vent plug ).Membiarkan tutup sel itu tetap terbuka menyebabkan
kotornya sekitar lubang oleh arena adanya uap asam.

Gambar 2. 4 Vent Plug

4. Plat Positip dan Plat Negatip


a. Plat Positif
Plat positif terbuat dari material PbO2 (Lead Peroxide) yang berwarna coklat tua.

b. Plat Negatif.
Plat negatif terbuat dari material Pb (spongy lead) yang berwarna kelabu. Untuk
mencegah plat positif dan plat negatif bersinggungan, dipasang separator yang
terbuat dari polyvinyl chloride ( PVC ) yang berpori - pori.
17

ELECTRICAL
5. Elektrolit ( H2SO4 ).
Standard berat jenis ( specific gravity ) elektrolit battery pada temperature
standard ( 200 Celsius ) adalah 1.280.
Berat jenis akan turun pada saat battery dipakai ( discharge ). Pada kondisi
standard ( 20 ° Celsius ), bila berat jenis elektrolit turun mencapai 1.20, maka battery
harus diisi kembali ( charging ). Bila jumlah elektrolit di dalam battery berkurang, maka
harus ditambah dengan air aki ( air suling ).

6. Larutan Elektrolit.
Hasil campuran 36 % Asam sulfat dan 64 % air akan menghasilkan elektrolit
yang berat jenisnya 1.270 pada 80º F ( 27ºC ). Larutan elektrolit ini terdiri dari
pencampuran antara Asam Sulfat (H2SO4) yang berat jenisnya 1,835 dan air ( H 2O )
yang berat jenisnya 1 dengan komposisi tertentui seperti gambar berikut ini :

Gambar 2. 8 Komposisi elektrolit battery.

7. Pengetesan Battery.
Kondisi dari sebuah battery yang ditunjukkan oleh berat jenis larutan
elektrolitnya. Salah satu cara yang paling sederhana dan lebih dipercaya adalah
dengan mengukur berat jenis dari larutan elektrolit.
Alat untuk mengukur berat jenis elektrolit disebut “ Hydrometer “ dan dilengkapi
dengan thermometer elektrolit.

18

ELECTRICAL
8. Perawatan Battery
Salah satu faktor agar suatu battery dapat mencapai umur sesuai pabrik maka di
dalam menggunakan battery perlu diperhatikan hal - hal berikut ini :
a) Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam Discharging.
• Periksa kabel - kabel penghubung. Jika rusak, ganti yang baru.
• Bersihkan terminal battery dan terminal kabel dengan sikat kawat dan bubuhkan
sedikit gemuk / vaselin, kemudian kencangkan hubungan kabel kabelnya.
• Pemakaian arus battery untuk 6 volt tidak boleh lebih dari 2x kapasitasnya,
sedangkan untuk 12 volt tidak boleh lebih dari 3x kapasitasnya, karena dapat
memperpendek umur dari battery.
• Pembebanan battery tidak boleh melebihi batas terminal voltage (final terminal
voltage) yang diijinkan. Untuk tiap sel final terminal voltagenya 1,75 volt.
• Tutup battery terutama vent plugnya tidak boleh tersumbat, karena bisa
menyebabkan battery meledak.
• Bila air battery kurang, harus ditambah dengan air suling.
b) Hal - hal yang perlu diperhatikan pada saat Recharging.
• Sebelum Recharging harus diperiksa jumlah elektrolit dalam battery. Bila kurang
tambahkan air suling.
• Jangan sekali - kali menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4), karena akan
mengakibatkan berat jenis elektrolit terlalu tinggi, yang akan mengurangi umur
battery dan tidak memungkinkan untuk mengukur keadaan muatan listrik battery
melalui berat jenis.
• Kencangkan kabel - kabel penghubung, sebab bila kabel kendor akan terjadi
loncatan bunga api.
• Gas yang terjadi pada proses recharging harus segera dibebaskan ( Perhatikan
vent plugnya atau buka tutup jika perlu ).
• Bila memakai battery charger, harus ada fan untuk membuang gas - gas yang
terjadi dan harus dicegah supaya tidak terjadi bunga api yang bisa menyebabkan
kebakaran.
• Arus pengisian dianjurkan sebagai berikut :
 Untuk fast charging : 40 - 70 Ampere.
 Untuk slow charging : Kurang lebih 7 % dari AH - nya. Saat pengisian,
Temperatur Elektrolit tidak boleh melebihi 55 °C.
c) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat penyimpanan battery.
• Battery yang tidak dipakai harus disimpan di tempat yang kering, sejuk dan tidak
kena sinar matahari langsung, karena bisa mempercepat reaksi kimia (self
discharge).
• Battery yang diterima lebih dahulu sebaiknya didahulukan pemakaiannya.
19

ELECTRICAL
• Pada waktu dikeluarkan dari kemasan, periksalah dengan teliti apakah ada
kerusakan luar. Jika ada kerusakan perbaiki.
• Untuk battery tipe basah, perlu adanya pengisian secara periodik, yaitu minimal
sebulan sekali. Untuk menjaga agar battery tetap full charge dan tidak cepat
rusak.
9. Penyebab Kerusakan Battery
Semua battery mempunyai umur tertentu, tetapi terdapat beberapa hal yang
akan memperpendek umur battery diantaranya adalah :
a. Electrolyte level
Level electrolyte yang rendah akan merusak active material yang ada di
dalam pelat battery dan menyebabkan pembentukan asam sulfat sehingga akan
menurunkan reaksi kimia battery.Penyebab level yang rendah antara lain :
• Rumah battery yang pecah
• Perawatan yang jelek terutma tidak dilakukannya penambhan air pda saat
dibutuhkan.
• Terjadi overcharging pada battery sehingga penguapan meningkat yang pada
akhirnya electrolyte akan berkurang.
Level air battery yang terlalu banyak juga tidak bagus karena akan
mencairkan electrolyte (menurunkan berat jenis) dan suatu saat akan tumpah keluar
melalui vent hole sehingga menimbulkan korosi pada terminal.
b. Over charging
Over charging bisa terjadi saat di unit atau pada saat di charge dengan
charger. Over charging akan menyebabkan penguapan yang tinggi dan kenaikan
panas pada batter. Penguapan yang berlebih akan melrutkan active material dari
battery serta kebutuhan penambahan air akan bertambah. Peningkatan suhu yang
berlebih akan menimbulkan oksidasi pada pelat dan membuat pelat battery
bergelombang.
c. Under charging
Kerusakan sistem pengisian pada unit biasanya menjadikan battery
undercharging. Undercharging akan membuat asam sulfat dari pelat battery akan
mengeras dan sulit untuk dikembalikan ke posisi semula,selain itu juga akan
membuat electrolyte battery mudah membeku. Battery yang dalam kondisi
undercharge tidak dapat digunakan untuk men-start engine.
d. Corrosion
Tumpahnya electrolyte dn kondensasi dari proses penguapn akan
menyebabkan korosi pada terminal, connentor dan bahan – bahan logam dari
bracket battery. Korosi akn menyebabkan kenaikan tahanan sehingga akan
mengurangi tegangan yang dialirkan serta efektifitas charging system.
20

ELECTRICAL
e. Cycling
Proses charging dan discharging yang terjadi secara berulang akan
menyebabkan active material dari pelat positif battery lepas.Kejadian bahan aktif
plat posisi baterai yang lepas dari platnya akan menurunkan kapasitas battery dan
pada akhirnya akan mengurangi umur battery.
f. Temperature
Kenaikan temperatur dari battery bisa disebabkan karena battery mengalami
overcharge atau karena engine mengalami overhead. Kenaikan suhu tersebut akan
mempercepat umur battery. Temperature yang terlalu rendah juga akan
menyebabkan electrolyte battery menjadi mudah membeku. Pada suhu 0 F sebuah
battery dengan kondisi full charge hanya mampu mengirimkan arus sebesar
setengah atau bahkan kurang dibandingkan dengan pada kondisi normal. Pada saat
yang sama ( 0 F ) atau - 17,8 C, engine yang dalam kondisi dingin membutuhkan
tenaga dua kali lebih banyak jika dibandingkan dengan kondisi normal. Electrolyte
dalam kondisi full charge beru dapat membeku pada suhu – 60 F atau di bawahnya,
sedangkan apabila dalam kondisi tidak bermuatan sama sekali akan lebih mudah
membeku yaitu pada suhu 17,8 F
g. Vibration
Battery harus diikat sekencang mungkin supaya tidak bisa bergerak dari
dudukannya.Vibrasi dari battery akan menyebabkan lepasnya konektor, retak pada
casenya dan kerusakan pada komponen dalam battery
h. Kekencangan Terminal
Kekencangan terminal battery perlu diperhatikan secara periodik.Konektor
yang kendor akan mengakibatkan koneksi yang tidak baik.Apabila konektor tersebut
kendor pada saat dibutuhkan arus yang besar maka akan mengakibatkan bunga api
sehingga pada akhirnya akan merusak konektor dan terminal battery itu sendiri.
Pemilihan konektor yang terlalu besar dibandingkan dengan terminal battery
sehingga kekencangan sebuah konektor dapaksakan dengan menambah pelat dan
sebagainya akan mengakibatkan penyaluran arus menjadi jelek. Akibatnya adalah
sama yaitu munsul bunga api pada saat digunakan menstart engine

B. Circuit Breaker.
Fungsi circuit breaker adalah untuk mencegah kerusakan komponen - komponen
dan kabel - kabel pada sistem elekrik yang dikarenakan arus berlebihan (short circuit).
Circuit breaker dapat digunakan berulang kali.

21

ELECTRICAL
Gambar 2. 15 Konstruksi Circuit breaker

C. Fuse
Fungsi fuse juga untuk mencegah kerusakan komponen - komponen dan kabel -
kabel pada sistem elektrik yang dikarenakan arus berlebihan (short circuit). Namun hanya
dapat digunakan sekali saja, jika rusak langsung diganti.

Gambar 2. 16 simbol dan konstruksi fuse

D. Switch
Switch berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan satu hubungan kabel
dangan kabel yang lain. Beberapa contoh switch adalah : toogle switch dan push button
switch.

22

ELECTRICAL
Gambar 2. 17 Toogle switch

Gambar 2. 18 Push button switch

E. Resistor
Resistor merupakan salah satu komponen dasar yang paling sering dipakai dalam
rangkaian - rangkaian listrik. Dalam rangkaian, diperlukan resistor dengan harga yang
tepat agar rangkaian dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.

Resistor dapat digolongkan menjadi 3 ( tiga ) jenis :


• Resistor tetap.
 Carbon resistor
 Wirewound resistor
• Resistor variabel
 Wirewound potentiometer
 Carbon potentiometer
 Trimmer potentiometer (TRIMPOT)
• Resistor non linier

23

ELECTRICAL
1. Resistor Tetap.
Resistor tetap adalah resistor yang sengaja dibuat dengan harga resistansi (ohm
= Ω) tertentu. Namun demikian, selain harga resistansinya, yang perlu diketahui adalah
power ratingnya. Resistor tersedia dengan harga resistansi yang cukup banyak, mulai
dari beberapa ohm sampai dengan beberapa mega ohm. Adapun power ratingnya
mulai dari 0.1 watt sampai dengan beberapa ratus watt.
Power rating adalah hal yang diperlukan agar resistor dapat bekerja tanpa panas
yang berlebihan karena bisa merusak resistor itu sendiri.

Gambar 2. 19 Konstruksi dan simbol resistor tetap.

Adapun untuk mengidentifikasi besarnya harga resistansi sebuah resisitor


tetap. Apabila pada badan resistor tidak dituliskan harga resistansinya, maka pada
bahan resistor dibuat gelang gelang berwarna.
a. Carbon resistor
Adalah resistor yang bahannya dibuat dari carbon.

Menurut jumlah gelang (band) dibagi menjadi 2:


1. Resistor 4 band

Tabel berikut ini dapat dipergunakan untuk menentukan harga resistansi sebuah
resistor 4 band

24

ELECTRICAL
Gambar 2. 21 Tabel harga resistansi resistor.

Contoh :

Gambar 2. 22 Contoh gelang warna dan harga resistansi

25

ELECTRICAL
2. Resistor 5 band

b. Wirewound resistor

26

ELECTRICAL
Gambar 2. 23 Gambar konstruksi dan dan jenis-jenis wirewound resistor

Testing Resistor
Dalam pengetesan sebuah
resistor, resistor dikatakan baik apabila
saat diukur, terbaca nilai tahanan yang
tidak melebihi range toleransinya.
Contoh : sebuah resistor 2000 Ω ± 5%
(sesuai warna cincin pada badan
resistor) dikatakan baik apabila saat
diukur, terbaca nilai tahanan antara 1900
s/d 2100 Ω .

2. Resistor Variabel
.

Gambar 2. 24 Simbol variable resistor

Ada 2 jenis resistor variabel yang biasa digunakan diantaranya ialah :


a. Potentiometer
1) Wirewound Potentiometer
Potentiometer ini terbuat dari lilitan kawat yang berbentuk lingkaran.
Sebuah lengan yang digeser - geser dibuat berhubungan dengan elemen resistor
yang bisa digeser yang akan menghasilkan harga resistansi berbeda.

27

ELECTRICAL
Gambar 2. 25 Wirewound potentiometer.

Pada umumnya potentiometer ini tersedia dengan harga resistansi 50


sampai 50 K dengan rating ½ sampai 8 watt.

2) Carbon Potentiometer.
Potentiometer ini mempunyai elemen resistor daklam suatu jalur yang
berbentuk lingkaran. Lengan variablenya berhubungan dengan elemen resistor
oleh suatu pemutar. Apabila sumbu pemutar diputar, maka lengan variablenya
akan menggerakkan wiper dan membuat hubungan pada beberapa terminal.
Contoh konstruksi dan bentuk carbon potentiometer ini adalah sebagai
berikut :

Gambar 2. 26 Carbon potentiometer

Carbon potentiometer ini tersedia dengan harga resistansi 50 sampai 10M


dengan rating daya 0,1 sampai 2,25 watt.

28

ELECTRICAL
b. Trimmer potentiometer (TRIMPOT)
Resistor variable ini mempunyai terminal tetap dan terminal tidak tetap yang
dapat digeser sepanjang elemen resistor tersebut Potensio jenis ini biasanya
dipasang pada PCB dimana dibutuhkan suatu pengkalibrasian. Bahan yang
digunakan adalah karbon. Contoh berbagai macam bentuk trimer adalah sebagai
berikut :

Gambar 2. 27 Trimmer potentiometer


Testing
Potentiometer
Langkah yang dilakukan pada pengetesan potentiometer adalah :

• Ukur kedua ujung dari kaki


potenstiometer , maka tahanannya
harus sekitar nilai yang ada pada
badan potentiometer tersebut.
Contoh: Potentiometer 10K Ω
harus terbaca 10K Ω.

ELECTRICAL
29

ELECTRICAL
• Ukur salah satu ujung kaki (ujung
kanan atau kiri) dengan kaki
tengah dari potentiometer.
Kemudian putar shaft dari awal
hingga akhir putaran, maka disaat
yang bersamaan pembacaan
pada ohm meter harus dari 0 Ω
hingga 10K Ω atau dari 10KΩ
hingga 0 Ω.

3. Resistor non linier


Resistor non linier ada 3 jenis yaitu :
• Thermistor.
• Voltage Dependent Resistor.
• Light Dependent Resistor.

Ketiga jenis resistor diatas harganya berubah - ubah ( tidak sesuai dengan
hukum ohm ), tetapi merupakan fungsi dari temperatur, tegangan dan cahaya yang
jatuh terserap.
Selanjutnya pada buku ini hanya dibahas mengenai thermistor yang banyak
digunakan dalam sistem kelistrikan alat - alat besar.

a. Termistor
Thermistor adalah salah satu jenis resistor yang mempunyai koeffisien
temperatur yang sangat tinggi, dimana dengan adanya perubahan temperatur,
resistansinya juga akan berubah.

Terdapat 2 jenis termistor yaitu :


1) Thermistor NTC
Thermistor NTC merupakan resistor dengan koefiisien temperatur negatif
yang sangat tinggi. Thermistor jenis ini pada umumnya dibuat dari NiO, Co O

30

ELECTRICAL
atau Fe2 O3. Harga nominal biasanya ditetapkan pada temperaur 25ºC.
Perubahan resistansinya yang diakibatkan dalam bentuk non liniernya
ditunjukkan dalam bentuk diagram resistansi dengan temperatur.

Gambar 2. 28 Hubungan resistansi dan temperatur pada thermistor NTC

2) Thermistor PTC
Thermistor PTC merupakan resistor dengan temperatur positif yang sangat
tinggi. Thermistor jenis ini pada umumnya dibuat dari Ba Ti O3. Skala
resistansinya berubah mulai dari beberepa ratus ohm pada temperatur 75º dan
beberapa kilo ohm pada temperatur 150ºC.
Berikut ini adalah contoh diagram resistansi dengan temperatur untuk
thermistor PTC.

Gambar 2. 29 Hubungan resistansi dan temperatur pada thermistor PTC.

31

ELECTRICAL
b. Voltage Dependent Resistor (VDR)
Voltage Dependent Resistor merupakan resistor yang perubahan
resistansinya tergantung pada tegangan.

Gambar 2. 30 Konstruksi VDR

c. Light Dependent Resistor (LDR)


Light Dependent Resistor merupakan resistor yang perubahan resistansinya
tergantung pada intensitas cahaya (lumen). Semakin tinggi intensitas cahaya maka
resistansinya semakin kecil.

Gambar 2. 31 Konstruksi , simbol dan karakteristik LDR

Testing Light Dependent Resistor (LDR)


Sebuah LDR dikatakan baik apabila saat permukaannya diberikan cahaya maka
tahanan yang terukur dikakinya berubah sesuai karakteristiknya. Semakin besar
intensitas cahaya maka tahanan LDR semakin kecil, sebaliknya semakin kecil
intensitas cahaya maka tahanan LDR semakin besar.

32

ELECTRICAL
Gambar 2. 32 Pengetesan LDR

F. CAPASITOR
Kapasitor atau Kondensator adalah suatu komponen elektronika yang mempunyai
sifat - sifat :
• Dapat menyimpan muatan listrik.
• Dapat menahan arus searah ( DC ).
• Dapat melewatkan arus bolak - balik ( AC ).

Dalam pemakaian, kapasitor dapat diisi muatan dan dikosongkan kembali yang
sangat tergantung pada sirkuit yang memakainya.

1. Kontruksi
Kapasitor berdasarkan polaritsnya dibagi menjadi 2, yaitu: Non Polar (mika,
mylar, keramik, kertas, polyster) dan Polar (Electrolit kondensator ; Tantalum).

Non polar polar

Gambar 2. 33 Contoh jenis capasitor

Pada gambar berikut ini diperlihatkan bahwa kapasitor terbuat dari 2 (dua) buah
plat. Plat konduktor tersebuit dibuat sejajar dan dipisahkan oleh bahan dielektrika.

33

ELECTRICAL
Gambar 2. 34 Konstruksi dasar kapasitor.

Yang dimaksud bahan dielektrika adalah bahan yang mempunyai kemampuan


menerima medan listrik. Bahan dielektrika tersebut mempunyai faktor dielektrika atau
permitivitas yang berlainan dengan satuan farad / meter.

Contoh - contoh bahan dieleketrika adalah sebagai berikut :

34

ELECTRICAL
Adapun yang dimaksud dengan permitivitas ( Er ) adalah suatu konstanta
pembanding antara permitivitas suatu bahan dielektrika dengan permitivitas ruang
hampa udara.
Adapun fungsi bahan dielektrika tersebut adalah untuk :
• Memisahkan kedua plat secara mekanis sehingga jaraknya sangat dekat tetapi
bersinggungan.
• Memperbesar kemampuan kedua plat dalam menerima tegangan.
• Memperbesar nilai kapasitansi.

2. Prinsip kerja kapasitor dapat dijelaskan sebagai berikut :


a. Charge :
Sumber atau battery akan menolak elektron - elektron ke salah satu plat dan
menarik elektron dari plat yang lainya.

Gambar 2. 35 Prinsip pengisian kapasitor

b. Discharge :
Elektron - elektron yang terkumpul pada salah satu plat akan bergerak untuk
mengisi elektron yang hilang pada plat yang lainnya.

Gambar 2. 36 Prinsip pengosongan kapasitor.

35

ELECTRICAL
3. Kapasitas Kapasitor.
Yang dimaksud dengan kapasitor adalah kemampuan suatu kapasitor di dalam
menyimpan muatan listrik. Pada dasarnya kapasitas kapasitor tergantung dari
beberapa faktor, yaitu :
• Bahan dielektrika yang digunakan.
• Jarak antara kedua plat konduktor.
• Luas penampang plat konduktor.

Dengan demikian, pada bahan dielektrika yang sama, bila luas penampang plat
makin besar, berarti makin besar kemampuan kapasitor menyimpan muatan listrik.
Sebaliknya bila jarak antara kedua plat semakin jauh maka kapasitas kapasitor akan
semakin kecil.

4. Pengisian dan pangosongan kapasitor


Untuk menjelaskan pengisian dan pengosongan kapasitor dapat dipergunakan
gambar berikut ini :

Gambar 2. 37 Prinsip pengisian dan pengosongan kapasitor.

Pada saat switch S dihubungkan ke posisi 1, maka arus akan mengalir dari
battery, switch S, hambatan R dan capasitor C. Perbedaannya potensial pada
kapasitor akan mulai naik bersamaan dengan menurunnya arus, sedemikian rupa
sehingga saat perbedaan potensial pada kapasitor maksimum, arus akan berhenti.

Didalam penyelidikan, ternyata waktu yang diperlukan untuk pengisian kapasitor


tergantung dari besarnya kapasitansi capasitor dan hambatan yang dipasang secara
serie dengan kapasitasnya.

Hubungan serie dan parallel pada kapasitor


 Hubungan serie
Pada hubungan serie harga kapasitor dapat diperoleh dengan cara sama seperti mempe
roleh tahandan total dari tahanan yang dihubungkan parallel.
36

ELECTRICAL
Rangkaian kapasitor serie
Pada contoh gambar diatas, maka:
1/Ct = 1/C1 + 1/C2
= 1/1000 + 1/1000
= 2/1000
Ct = 1000/2 = 500 µF
 Hubungan parallel
Pada hubungan parallel adalah: harga total dari kapasitansi pengganti dari beberapa
kapasitor diperoleh dengan cara sama seperti memperoleh tahanan total pada rangkaian
serie.

Rangkaian kapasitor parallel


Pada contoh gambar diatas, maka:
Ct = C1 + C2
= 1000 + 1000
= 2000 µF

5. Testing Capasitor
Pada pengetesan capasitor baik non polar maupun polar. Gunakan Range untuk
mengukur kapasitas dari capasitor yang kita ukur.

37

ELECTRICAL
Contoh:
1. Sebuah capasitor non polar (mika)
bertuliskan dibadannya 104 (10 x 104
nF), dikatakan baik apabila saat
dilakukan pengukuran, terbaca pada
display avo meter 100 nF.

2. Sebuah capasitor polar (elco)


bertuliskan dibadannya 1
uF, dikatakan baik apabila
saat dilakukan pengukuran, terbaca
pada display avo meter 1 uF.

G. Semi Conductor
Keuntungan penggunaan semi conductor
• Kecil dan ringan.
• Tegangan operasi rendah.
• Mempunyai effisiensi yang tinggi dengan konsumsi tenaga yang rendah.
• Tahan lama.
• Tahan terhadap goncangan.
• Kebisingan suara rendah.

Kerugian penggunaan semi konduktor.


• Pembuatan tidak mudah (terutama untuk frekwensi tinggi, daya besar dan tegangan
tinggi).
• Peka terhadap temperatur.
• Pada jenis – jenis tertentu cukup mahal.

38

ELECTRICAL
1. Material Semi Konduktor
Bahan semi konduktor yang banyak dipergunakan dalam pembuatan komponen
semi konduktor adalah silikon (Si) dan Germanium (Ge). Pada umumnya Si
dipergunakan untuk komponen dengan kapasitas besar, sedangkan Ge untuk
kapasitas kecil karena Ge mempunyai sifat lebih buruk dari Si.

2. Komponen Electric Semi Konduktor


a. D i o d e.
1) Konstruksi Dasar Diode.
Diode adalah suatu komponen elektronika yang mempunyai dua kutub
yaitu Anode ( A ) dan Cathode ( K ) seperti terlihat pada gambar berikut ini. Diode
terdiri dari gabungan material N dan material P

Gambar 2. 45 Konstruksi dasar dan simbol diode.

2) Prinsip Kerja Diode.


Diode dikatakan mendapat forward Bias apabila anode (A) lebih positif dari
Cathode (K) dan dikatakan mendapat reverse Bias apabila Cathode (K) lebih
positif dari anode (A). Arus listrik hanya bisa mengalir apabila diode mendapat
Forward Bias atau arus hanya mengalir dari anode ke cathode saja.

Gambar 2. 46 Prinsip kerja diode.

ELECTRICAL
39

ELECTRICAL
3) Bentuk - bentuk Diode.
Berikut ini contoh bentuk - bentuk diode pada umumnya.

Gambar 2. 48 Bentuk - bentuk diode.

Selanjutnya, untuk mengidentifikasi sebuah diode, pada umumnya terminal


cathode diberi tanda / warna atau pada badan diode digambarkan simbol diode.

b. Zener Diode.
Zener diode adalah sebuah diode yang dirancang khusus untuk
menghantarkan arus reverse tanpa merusaknya. Simbol dan contoh karakter
Zener diode dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2. 49 Simbol dan contoh karakteristik Zener Diode.

Contoh : sebuah dioda zener 6.1 V tidak mengalirkan arus bila reverse bias
voltage lebih rendah dari 6.1 volt. Tetapi bila reverse bias voltage menjadi 6.1
volt atau lebih, maka zener diode mengalirkan arus reverse.

40

ELECTRICAL
Testing Diode Zener
Dalam pengetesan dioda zener ,bisa kita rangkai seperti gambar dibawah
ini. Maka dioda zener dikatakan baik apabila pada voltmeter terukur voltage
sebesar 6.1 Volt.

POWER
POWERSUPPLY
(7.5 V)
SUPPLY

100 Ω
100

6. 6.1V

VOLTMETER
VOLTMET

Gambar 2. 50 Testing Dioda Zener

c. Transistor

Gambar 2. 51 Contoh terminal pada transistor

Transistor adalah suatu komponen elektronika yang juga merupakan pertemuan


( junction ) material P dan N. Dalam pembuatannya, diantara material P atau N disisipkan
suatu lapisan tipis P atau N. Dengan demikian terdapat dua kemungkinan jenis transitor
yaitu PNP atau NPN. Adapun dalam penggunannya transistor dapat berfungsi sebagai
switch elektrikdan sebagai penguat.

1) Transistor PNP.
Dalam pembuatan transistor PNP adalah dua buah lapisan P yang
disisipkan ditengahnya suatu lapisan tipis N.
41

ELECTRICAL
Gambar 2. 52 Konstruksi dan simbol transistor PNP.

Prinsip kerja transistor PNP dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 2. 53 Prinsip kerja transistor PNP.

Pada prinsipnya akan ada arus mengalir dari emitter ( E ) ke collector ( C ) bila
sudah ada arus dari emitter ( E ) ke base ( B ).
Dan bila : lb = arus base.
Lc = arus collector.
Le = arus emitter.
maka : le = lb + lc.

42

ELECTRICAL
2) Transistor NPN.
Di dalam pembuatan transisitor NPN, diantara dua buah lapisan N
disisipkan satu lapisan tipis P. Dengan demikian konstruksi dasar transistor NPN
dan simbolnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. 54 Konstruksi dan simbol transistor NPN.

Prinsip kerja transistor NPN dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 2. 55 Prinsip kerja transistor NPN.

Pada prinsipnya akan ada arus mengalir dari collector ( C ) ke emitter ( E )


bila sudah ada arus dari base ( B ) ke emitter ( E ). Dan
bila : lb = arus base.
Lc = arus collector.
Le = arus emitter.
maka : le = lb + lc.

3) Karakteristik NPN.
Dalam keadaan kerja normal, transistor harus diberi polaritas sebagai berikut :
• Pertemuan emitter base diberi polaritas dalam arah maju.
• Pertemuan base collector diberi polaritas dalam arah mundur.
43

ELECTRICAL
Gambar 2. 56 Dasar polaritas transistor.

4) Bentuk - bentuk transistor


Berikut ini adalah contoh bentuk - bentuk transistor pada umumnya.

Gambar 2. 57 Contoh bentuk - bentuk transistor.

Testing Transistor
Pengetesan sebuah transistor dapat dilakukan dengan
beberapa cara, salah satu contoh adalah sebagai berikut :

Langkah yang dilakukan dalam pengetesan sebuah transistor menggunakan


ohm meter analog (range X10).
a) Tentukan terlebih dahulu kaki base transistor,dengan cara
: Hubungkan kedua test pin secara acak ke kaki 1,
2 atau 3. Kemudian perhatikan jarum penunjuk,
kaki mana yang berhubungan dengan nilai
tahanan berkisar 100 Ω dan kaki mana yang tidak
berhubungan.

44

ELECTRICAL
Contoh : Kaki 2 berhubungan dengan kaki 3 (gambar A), kaki 2
berhubungan dengan kaki 1 (gambar B) dan kaki 1 tidak berhubungan dengan
kaki 3 (gambar C). Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa kaki 2 adalah
Base.
b) Perhatikan warna test pin yang
berhubungan dengan kaki 2 apakah hitam atau
merah . Jika hitam (seperti gambar A dan B)
maka Transistor bertype NPN, sebaliknya jika
merah, maka transistor bertype PNP.

c) Apabila hasil pengukuran sesuai hasil


diatas. maka transistor dikatakan baik
(tidak short ataupun putus).

d) Selanjutnya untuk menentukan kaki Emmitor dan Colector, lakukan


pengukuran terhadap Base dengan test pin hitam seperti gambar (A) dan (B) ,
maka hasil pengukuran yang lebih tinggi adalah kaki Emmitor , tahanan BE >
tahanan BC (perbedaan nilai tahanannya kecil) .Dan sudah bisa dipastikan
bahwa kaki yang satunya lagi adalah Colector.

45

ELECTRICAL
Uraian Materi Kegiatan Pembelajaran 2

Rangkaian Electric
A. Rangkaian Seri

Gambar 2. 58 Rangkaian resistor seri


1. Tegangan (voltage)
Tegangan kalau diseri akan berlaku rumus :
Vt = V1 + V2 + V3 + ….. Vn Keterangan :
Vt = Voltage total seri
V1 .. Vn = Voltage masing–masing resistor

2. Hambatan (Resistansi)
Hambatan dirangkaikan seri akan berlaku rumus :
Keterangan:
Rt = R1 + R2 + R3 + ….. Rn
Rt = Hambatan total seri
Rt .. Rn = Hambatan masing–masing resistor

3. A r u s
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian seri dirumuskan dengan :
Kerangan :
It = I1 = I2 = I3 = ….. In It = Arus total
I1 .. In = Arus masing–masing yang
mengalir pada rangkaian

46

ELECTRICAL
B. Rangkaian Paralel

Gambar 2. 59 Rangkaian resistor paralel

1. Tegangan (voltage)
Tegangan sumber dirangkai parallel berlaku rumus :
Dimana :
Vt = Tegangan total paralel
V1 .. Vn = Tegangan masing-masing resistor

2. Hambatan (resistansi)
Hambatan dirangkaikan secara paralel akan berlaku rumus :
Dimana :
Rt = Hambatan total paralel
R1 .. Rn = Hambatan masing-masing
resistor
3. Arus
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian paralel dirumuskan dengan :

It = I1 + I2 + I3 …. In Dimana :
It = Arus total paralel
I1 .. In = Arus yang masing-
masing rangkaian

47

ELECTRICAL
C. Rangkaian Seri-Paralel

Gambar 2. 60 Rangkaian resistor seri-paralel

1. Tegangan (voltage)
Tegangan sumber dirangkai seri-paralel berlaku rumus :
VRp = V2 + V3 Keterangan :
Vt = Tegangan total seri-paralel
Vt= V1 + VRp
VRp = Tegangan pengganti paralel

2. Hambatan (resistansi)
Hambatan dirangkaikan secara seri-parallel akan berlaku rumus :
Keterangan :
Rt = Hambatan total seri-paralel
R1 .. Rn = Hambatan masing-masing resistor

3. A r u s
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian seri-paralel dirumuskan dengan :
Keterangan :
It = Arus total paralel.
I1 .. In = Arus yang masing-masing rangkaian.

48

ELECTRICAL
D. Contoh Soal Rangkaian
1. Dari rangkaian seri berikut :

Diketahui :
Sebuah sumber 12 volt dihubungkan seri dengan dua buah lampu masing–masing 24
W/12V dan 12 W/12V.

Hitung :
a. Arus total (It) ?
b. Voltage drop (Vd1 dan Vd2)?
c. Power (P1 dan P2) ?

Jawab :
Lampu 1
Arus yang diminta : IL1 = WL1/VL1 = 24/12 = 2
[A] Hambatan lampu 1 : RL1 = VL1/IL1 = 12/2 = 6 [Ω]
Lampu 2 :
Arus yang diminta : IL2 = WL2/VL2 = 12/12 = 1
[A] Hambatan lampu 2 : RL2 = VL2/IL2 = 12/1 = 12 [Ω]
Rt = RL1 + RL2 = 6 + 12 = 18 [Ω]

a. It = V/Rt = 12/18 = 0.66 [A]

b. Vd1 = I1 x R1 = 0.66 [A] x 6 [Ω] = 3,96 [V]


Vd2 = I2 x R2 = 0.66 [A] x 12 [Ω] = 7,92 [V]

Besarnya voltage drop pada hambatan yang dihubungkan seri adalah tergantung
besarnya arus yang mengalir dan besarnya hambatannya.

49

ELECTRICAL
c. Power P1 dan P2 adalah :
P2 = ( It )2 x RL1
2
P1 = ( It ) x RL1 = ( 0.66 )2 x 12
= ( 0.66 )2 x 6 = 5,2 Watt
= 2,6 Watt

50

ELECTRICAL
2. Dari rangkaian paralel berikut :

Diketahui :
Sebuah sumber 12 volt dihubungkan paralel dengan dua buah lampu masing–masing
24 W/12 V dan 12 W/12 V.

Hitung :
a. Arus total (It) ?
b. Arus (IL1 dan IL2) ?
c. Power (P1 dan P2) ?

Jawab :
Lampu 1 :
Arus yang diminta : IL1 = WL1 /VL1 = 24/12 = 2 [A]
Habatan lampu 1 : RL1 = VL1 /IL1 = 12/2 = 6 [Ω]
Lampu 2 :
Arus yang diminta : IL2 = WL2 /VL2 = 12/12 = 1 [A]

Hambatan lampu 2 : RL2 = VL2 /IL2 = 12/1 = 12 [Ω]


1/Rt = 1/6 +1/12 = 2/12 + 1/12 = 3/12
Rt = 12/3 = 4 [Ω]
a. It = Vt/ Rt = 12/4 = 3 [A]

b. IL1 = It x R2 / (R1+R2) IL2


= It x R1 / (R1+R2)
IL1 = 3 x 12/18 = 2 [A]
IL2 = 3 x 6/18 = 1 [A]

c. Tenaga pada :
Lampu 1 : Lampu 2 :
2 P2 2
P1 = ( IL2 ) x R1 = ( IL2 ) x R2
2 2
=2 x6 = 1 x 12
P1 = 24 [W] = 12 [W]

P2 51

ELECTRICAL
3. Dari rangkaian seri-paralel berikut :

Diketahui :
Sebuah sumber 12 volt dihubungkan dengan 3 buah lampu, dan dirangkai seperti
gambar di atas.

Hitung :
a. Arus total (It) ?
b. Arus (IL1, IL2, dan IL3) ?
c. Voltage drop (Vd1, Vd2 dan Vd3) ?
d. Power ( P1, P2, dan P3)?

Jawab :
Lampu 1 :
Arus yang diminta : IL1 = WL1 /VL1 = 12/12 = 1 [A]
Hambatan lampu 1 : RL1 = VL1 /IL1 = 12/1 = 12
[Ω]
Lampu 2 :
Arus yang diminta : IL2 = WL2/VL2 = 24/12 = 2
[A] Hambatan lampu 2 : RL2 = VL2/IL2 = 12/2 = 6 [Ω]
Lampu 3 :
Arus yang diminta : IL3 = WL3/VL3 = 24/12 = 2
[A] Hambatan lampu 3 : RL3 = VL3/IL3 = 12/2 = 6 [Ω]
1/R2,3 = 1/6 + 1/6 = 2/6
R2,3 = 6/2 = 3 [Ω]
Rt = R1 + R2,3 = 12 + 3 = 15 [Ω]

ELECTRICAL
52

ELECTRICAL
a. It = Vt/Rt = 12/15 = 0,8 [A]
b. IL1 = It x R2 / (R1+R2)
IL2 = It x R1 / (R1+R2)
I2 = 0.8 x 6/12 = 0,4 [A]
I3 = 0.8 x 6/12 = 0,4 [A]
c. Voltage drop pada R1 :
Vd1 = I t x R1 = 0,8 x 12 = 9,6 [V]
Vd2,3 = It x R2,3 = 0,8 x 3 = 2,4
[V]
d. Tenaga yang diserap :
Lampu 1 : Lampu 2 : Lampu 3 :
P1 = (IL1)2 x R1 P2 = (IL2)2 x R2 P3 = (IL3)2 x R3
= 0,82 x 12 = 0,42 x 6 = 0,42 x 6
P1 = 7,68 [W] P2 = 0,96 [W] P3 = 0,96 [W]

Besarnya voltage drop pada hambatan yang dihubungkan paralel adalah sama
meskipun hambatan yang diparalelkan berbeda-beda.

53

ELECTRICAL
Rangkuman Materi 2

1. Battery merupakan sumber energi listrik utama dalam unit. Proses kerja battery adalah
sebuah reaksi kimia antara dua buah plat timbal yang berbeda sifat kimia dan terendam
dalam larutan elektrolit;
2. Vent plug terpasang pada tutup di setiap sel. Fungsi tutup itu adalah untuk mencegah
masuknya debu dan kotoran ke dalam sel. Fungsi yang lebih penting lagi adalah agar
tersedia saluran (lubang) untuk melepas gas yang timbul saat charging ke udara bebas.
2. Standard berat jenis ( specific gravity ) elektrolit battery pada temperature standard ( 200
Celsius ) adalah 1.280;
3. Apabila temperature larutan elektrolit berubah, maka standard berat jenis dapatdicari
dengan rumus: S20 = St + 0.0007 ( t-20 )
4. Hasil campuran 36 % Asam sulfat dan 64 % air akan menghasilkan elektrolit yang berat
jenisnya 1.270 pada 80º F ( 27ºC ).
5. Fungsi circuit breaker adalah untuk mencegah kerusakan komponen - komponen dan
kabel - kabel pada sistem elekrik yang dikarenakan arus berlebihan (short circuit).
Circuit breaker dapat digunakan berulang kali.
6. Fungsi fuse juga untuk mencegah kerusakan komponen - komponen dan kabel - kabel
pada sistem elektrik yang dikarenakan arus berlebihan (short circuit). Namun hanya
dapat digunakan sekali saja, jika rusak langsung diganti.
7. Switch berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan satu hubungan kabel dangan
kabel yang lain;
8. Resistor merupakan salah satu komponen dasar yang paling sering dipakai dalam
rangkaian - rangkaian listrik. Dalam rangkaian, diperlukan resistor dengan harga yang
tepat agar rangkaian dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.
9. Resistor dapat digolongkan menjadi 3 ( tiga ) jenis :
1. Resistor tetap.
a.carbon resistor
b.wirewound resistor
2. Resistor variabel
a.wirewound
potentiometer b.carbon
potentiometer
c.trimmer potentiometer (TRIMPOT)
3. Resistor non linier
10. Kapasitor atau Kondensator adalah suatu komponen elektronika yang mempunyai sifat
- sifat :

ELECTRICAL
54

ELECTRICAL
1. Dapat menyimpan muatan listrik.
2. Dapat menahan arus searah ( DC ).
3. Dapat melewatkan arus bolak - balik ( AC ).
11. Yang dimaksud dengan kapasitor adalah kemampuan suatu kapasitor di dalam
menyimpan muatan listrik;
12. Diode adalah suatu komponen elektronika yang mempunyai dua kutub yaitu Anode (A)
dan Cathode (K);
13. Zener diode adalah sebuah diode yang dirancang khusus untuk menghantarkan arus
reverse tanpa merusaknya.
14. Transistor adalah suatu komponen elektronika yang juga merupakan pertemuan
(junction) material P dan N. Dalam pembuatannya, diantara material P atau N disisipkan
suatu lapisan tipis P atau N. Dengan demikian terdapat dua kemungkinan jenis transitor
yaitu PNP atau NPN.
15. Ada tiga jenis rangkaian dasar
listrik. 1.Rangkaian seri
2.Rangkaian paralel
3.Rangkaian seri paralel

55

ELECTRICAL
KEGIATAN BELAJAR III
Tujuan Kegiatan Belajar 3

Prinsip Dasar Kemagnetan

Ranah
Elemen Kegiatan
Indikator Keberhasilan Kompetensi
Kompetensi Pembelajaran
S K A
Prinsip Dasar Dapat menjelaskan prinsip
Magnet
Kemagnetan dasar dari kemagnetan

ELECTRICAL
56

ELECTRICAL
Uraian Materi Kegiatan Belajar 3

Magnet
A. Magnet

Gambar 3. 1 Contoh magnet model U (tapal kuda)


1. Defenisi Magnet
Magnet adalah sebuah benda logam yang mempunyai sifat menarik benda-
benda besi, magnet terdiri atas 2 macam yaitu :
• Magnet Alam adalah magnet yang secara alami dapat diperoleh dari alam
• Magnet Buatan adalah besi dibuat menjadi magnet dengan cara tertentu.

Bila magnet tersebut mampu menyimpan kemagnetannya dengan baik (dalam


waktu yang lama) maka disebut permanen magnet. Sedangkan bila magnet tersebut
hanya mampu menyimpan kemagnetannya sementara saja atau kemagnetannya
segera hilang bila yang menyebabkan besi itu jadi magnet dihilangkan, maka magnet
buatan ini disebut dengan remanen magnet.

2. Sifat - Sifat Magnet


a. Pada sebuah magnet selalu memiliki dua buah kutub yang dinamakan kutub utara
(N pole) dan kutub selatan (S pole)

Gambar 3. 2 Kutub-kutub magnet

57

ELECTRICAL
b. Kutub - kutub yang senama akan saling tolak - menolak, sedangkan kutub kutub
yang tidak senama akan saling tarik menarik.

Gambar 3. 3 Gaya tarik menarik dan tolak menolak kutub magnet

c. Kemagnetan yang terkuat terdapat pada ujung – ujung magnet.

Gambar 3. 4 Kekuatan pada ujung-ujung magnet

d. Magnet mempunyai garis-garis gaya magnet


• Diluar magnet mengarah ke kutub utara (N pole) ke kutub selatan.
• Sedangkan di dalam magnet mengarah dari kutub selatan (S pole) ke kutub
utara (N pole)

Gambar 3. 5 Arah medan magnet

58

ELECTRICAL
B. Electromagnet
1. Pengertian Electromagnet
Electromagnet adalah medan magnet yang ditimbulkan oleh adanya aliran arus
listrik pada sebuah konduktor atau coil.

2. Sifat - sifat Electromagnet.


a. Bila sebuah konductor dialiri arus listrik, maka disekeliling konductor akan timbul
medan magnet dapat ditentukan menurut aturan tangan kanan.

Gambar 3. 6 Arah medan magnet pada suatu konduktor

b. Arah medan magnet yang timbul tergantung dari arah arus yang melewati
konduktor tersebut. Arah medan magnet akan terbalik, bila arah arus yang melewati
konduktor tersebut berbalik.

Gambar 3. 7 Arah medan magnet

59

ELECTRICAL
c. Makin besar arus yang mengalir, makin besar medan magnet yang timbul.

Gambar 3. 8 Pengaruh kuatnya arus terhadap medan magnet

d. Bila gulungan(coil) dialiri arus listrik, maka pada gulungan(coil) tersebut akan timbul
medan magnet.

Gambar 3. 9 Medan magnet pada kumparan(coil)

e. Bila arah gulungan atau arah arus listrik berubah, maka arah medan magnet yang
timbul juga akan berbalik.

Gambar 3. 10 Perubahan arah medan magnet

60

ELECTRICAL
f. Untuk memperbesar medan magnet dapat dilakukan :
• Memperbesar arus yang mengalir.
• Menambahkan inti besi ke dalam gulungan (coil).
• Memperbanyak jumlah gulungan (coil).

Gambar 3. 11 Inti besi memperkuat medan magnet pada


kumparan

g. Induksi diri (self Induction).


Pada gambar berikut ini diperlihatkan bahwa switch, lilitan dan battery
dihubungkan serie. Bila switch di ON maka arus akan mengalir dan pada lilitan akan
timbul garis - garis gaya.

Gambar 3. 12 Induksi diri

Ketika switch dibuka ( off ) dengan tiba - tiba hilang dan medan magnet akan
turun tiba-tiba yang menyebabkan berbaliknya gaya gerak listrik, gaya gerak listrik
yang berbalik akan aliran arus pada lilitan dicegah agar tidak turun (tetap ada) dan
disebut Induksi diri (self Induction ).

61

ELECTRICAL
Adapun tegangan yang terjadi pun akan berbalik seperti diperlihatkan pada
gambar berikut ini.

Gambar 3. 13 Tegangan induksi pada lilitan.

Di dalam percobaan seperti pada gambar berikut ini, ketika switch


dihubungkan dengan battery 6 volt, lampu tidak menyala. Tetapi jika switch dibuka
dengan tiba - tiba lampu akan menyala sesaat. Makin cepat switch dilepas, makin
terang nyala lampu tersebut. Hal ini membuktikan bahwa ada induksi diri di dalam
lilitan tersebut.

Gambar 3. 14 Percobaan induksi diri

3. Mutual Induction ( Induksi timbal balik )


Sebuah lilitan P dihubungkan serie dengan switch dan battery. Lilitan S dengan
jumlah lilitan yang lebih banyak didekatkan dengan lilitan P. Bila arus yang melewati
lilitan P diputus dan dihubungkan secara berulang ulang maka akan menimbulkan arus
listrik pada lilitan S.

P S

Gambar 3. 15 Induksi timbal balik.


62

ELECTRICAL
4. Transformator.
Pada gambar berikut ini diperlihatkan bahwa primary coil yang dihubungkan
serie dengan battery dan switch, maka ketika switch digerak gerakkan ON dan OFF
lampu akan menyala.
Sedangkan bila primary coil dihubungkan dengan sumber AC, lampu akan
menyala. Hal ini disebabkan perubahan arus bolak -balik berubah secara periodik
dengan frequency yang sama besar. Induksi medan magnet ini menjadikan gaya gerak
listrik di secondary coil berlangsung terus - menerus. Inilah yang merupakan prinsip
dasar sebuah transformer.

Gambar 3. 16 Dasar teori transformator

Pada umumnya transformer dibuat dalam bentuk seperti pada gambar berikut
ini, dimana ketebalan plat core pada umumnya 0.35 mm.

Gambar 3. 17 Core transformator

Adapun hubungan antara tegangan dan arus di primary coil dan secondary coil adalah

Teganganprimer kumparan primer Arus sekunder


Tegangan sekunderkumparan sekunder Arus primer

ELECTRICAL
63

ELECTRICAL
C. Prinsip Motor Listrik
1. Kaidah Tangan Kiri Fleming
Bila sebuah konduktor diletakkan kutub N dan S dari magnet tapal kuda dan
konduktor dialiri arus, maka konduktor akan terlempar keluar dari kutub-kutub magnet
tersebut. Peristiwa ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3. 18 Arah gaya gerak magnet dan kaidah tangan kiri Fleming

Peristiwa tersebut dapat dipahami dengan kaidah tangan kiri Fleming


• Jari telunjuk menunjukkan arah medan magnet.
• Jari tengah menunjukkan arah arus yang mengalir pada konduktor.
• Ibu jari menunjukkan arah gaya gerak magnet pada konduktor.

2. Gaya Pada Konduktor yang Sejajar dan Dialiri Arus.


Pada gambar berikut ini diperlihatkan bahwa bila kondutor yang terletak sejajar
dan dialiri arus listrik, garis gaya magnet yang mengelilingi masing -masing konduktor
akan saling mempengaruhi.
• Garis - garis gaya yang searah akan tarik menarik.
• Garis - garis gaya yang berlawanan akan tolak menolak.

64

ELECTRICAL
Gambar 3. 19 Gaya-gaya magnet pada konduktor sejajar

3. Prinsip Kerja Motor


Diantara dua buah N dan S terdapat sebuah konduktor yang berujung di C1 dan
C2 (setengah cincin tembaga yang disebut commutator). Dua buah sikat arang (brush)
B1 dan B2 yang berhubungan dengan commutator memungkinkan arus mengalir ke
konduktor. Bagian yang dapat berputar ini disebut dengan armature.
Konduktor yang terletak didekat kutub S akan bergerak ke kanan dan konduktor
yang terletak didekat kutub N akan bergerak ke kiri. Gabungan dari gerak tersebut
akan memutar armature searah jarum jam (sesuai dengan Kaidah Tangan Kiri
Fleming). Bila arah arus pada konduktor tersebut di balik maka putaran armature akan
berbalik

Gambar 3. 20 Prinsip kerja motor.

D. Prinsip Kerja Alternator


1. Hukum Faraday
Bila sebuah konduktor digerak gerakan memotong garis gaya magnet maka pada
konduktor akan mengalir arus listrik.

65

ELECTRICAL
Gambar 3. 21 Induksi electro magnet.

Medan magnet didalam lilitan akan berubah yang mengakibatkan gaya gerak
listrik sehingga arus akan mengalir. Hal ini disebut dengan Induksi electro magnet.

2. Arus induksi dalam sebuah konduktor.


Pada gambar dibawah ini terlihat bahwa bila sebuah konduktor yang berada
dalam medan magnet, digerakkan memotong medan magnet tersebut, maka pada
konduktor akan timbul gaya gerak listrik (timbul arus listrik). Kaidah tangan kanan
fleming memberikan kemudahan berupa simbol simbol seperti berikut:
• Jari telunjuk menunjukkan arah medan magnet.Ibu jari menunjukkan gerak
konduktor.
• Jari tengah menunjukkan arah arus induksi.

Gambar 3. 22 Kaidah Tangan Kanan Fleming.

3. Prinsip generator.
Generator adalah sebuah alat yang merubah garis - garis gaya magnet yang
memotong lilitanl menjadi tenaga listrik. Prinsip dasar dari keduanya ini adalah sama.

66

ELECTRICAL
namun dengan konstruksi yang berbeda. Perbedaan konstruksi inilah yang pada
akhirnya generator dibagi atas dua jenis yaitu:
• AC (Alternating Current) generator (alternator).
• DC (Direct Current) generator (dinamo).

4. Alternator.
Pada alternator ditandai dengan tidak adanya magnet tetap, dengan demikian
alternator harus diberikan arus listrik awal agar tercipta medan magnet.
Bagian yang berputar pada alternator disebut rotor coil atau field coil yang
sekalligus sebagai pembangkit medan magnet bila coil tersebut dialiri arus. Sedangkan
bagian yang diam disebut Stator coil atau armature coil. Armature coil inilah yang
kemudian akan mengeluarkan arus listrik bila field coil berputar.
Flux yang melalui stator coil akan berubah perlahan - lahan seperti berikut :

Gambar 3. 23 Induksi gaya gerak pada alternator

Ketika rotor diputar searah jarum jam maka induksi gaya gerak listrik akan
maksimum pada 90º dan 270º dan minimum pada 180º dan 360º, dengan demikian
arus listrik selalu berbeda polaritas setiap 180 derajat. Polaritas yang demikian ini
disebut dengan arus bolak balik (alternating current)

5. DC generator ( Dynamo ).
Pada DC generator ditandai dengan adanya magnet tetap. Dimana magnet tetap
ini diam sedangkan armature coilnya berputar didalam magnet tersebut. Akibatnya

ELECTRICAL
67

ELECTRICAL
terjadilah pemotongan garis gaya magnet oleh armature coil akan ada arus listrik.
Pada shaft armature terdapat comutator.
Adanya cincin ini menyebabkan arus yang berbalik polaritasnya selalu diarahkan
ke tempat yang sama. Dengan demikian biarpun pada armature coil terjadi polaritas
bolak balik,tetapi keluarannya setelah melewati comutator memiliki polaritas yang
selalu tetap. Arus yang polaritasnya tetap ini dinamakan arus searah.

Gambar 3. 24 Prinsip DC generator

68

ELECTRICAL
Rangkuman Materi 3

1. Magnet adalah sebuah benda logam yang mempunyai sifat menarik benda-benda
besi
2. Pada sebuah magnet selalu memiliki dua buah kutub yang dinamakan kutub utara
(N pole) dan kutub selatan (S pole)
3. Kutub - kutub yang senama akan saling tolak - menolak, sedangkan kutub kutub
yang tidak senama akan saling tarik menarik.
4. Kemagnetan yang terkuat terdapat pada ujung – ujung magnet.
5. Magnet mempunyai garis-garis gaya magnet
a. Diluar magnet mengarah ke kutub utara (N pole) ke kutub selatan.
b. Sedangkan di dalam magnet mengarah dari kutub selatan (S pole) ke kutub
utara (N pole).
6. Electromagnet adalah medan magnet yang ditimbulkan oleh adanya aliran arus
listrik pada sebuah konduktor atau coil.
7. Untuk memperbesar medan magnet dapat dilakukan :
• Memperbesar arus yang mengalir.
• Menambahkan inti besi ke dalam gulungan (coil).
• Memperbanyak jumlah gulungan (coil).
8. Bila sebuah konduktor digerak gerakan memotong garis gaya magnet maka pada
konduktor akan mengalir arus listrik Medan magnet didalam lilitan akan berubah
yang mengakibatkan gaya gerak listrik sehingga arus akan mengalir. Hal ini disebut
dengan Induksi Electro Magnet
9. Bila sebuah konduktor diletakkan kutub N dan S dari magnet tapal kuda dan
konduktor dialiri arus, maka konduktor akan terlempar keluar dari kutub-kutub
magnet tersebut
10. Generator adalah sebuah alat yang merubah garis - garis gaya magnet yang
memotong lilitanl menjadi tenaga listrik.

69

ELECTRICAL
KEGIATAN BELAJAR IV
Tujuan Kegiatan Belajar 4

Tools Electric
Ranah
Elemen Kegiatan
Indikator Keberhasilan Kompetensi
Kompetensi Pembelajaran
P K S
Dapat menjelaskan pemakaian
Tools Electric Tools electric
Multi Tester

ELECTRICAL
70

ELECTRICAL
Uraian Materi Kegiatan Belajar 4

Tool Electric
A. Multimeter
1. Fungsi Multimeter
Multimeter adalah salah satu jenis alat ukur yang berfungsi untuk mengukur arus
(Amperemeter), tegangan (Voltmeter), dan hambatan (Ohmmeter). Sehingga
multimeter dikenal juga dengan nama AVO meter. Tetapi multimeter terbaru sudah
menyediakan fasilitas untuk mengukur kapasitansi kapasitor, faktor penguatan
transistor (hfe), frekwensi, dan mengukur resistansi diode.

2. Jenis-Jenis Multimeter
a. Multimeter analog
• Menggunakan pergerakan mekanis untuk mengerakkan jarum
• Menampilkan hasil ukur dimana jarum terhubung dengan skala kalibrasi.
• Tidak cocok untuk mengukur komponen elektronik sensitif (seperti ECU).

Gambar 4. 1 Multimeter Analog

1) Mengukur Arus (Amperemeter)


• Mengetahui kira-kira besarnya arus yang akan diukur.
• Mengetahui sumber tegangannya DC atau AC. Bila sumbernya adalah DC
maka harus diketahui kutub (+) atau kutub (-). Pada umumnya Avometer
hanya untuk mengukur arus DC yang kecil (0 - 500 mA).
• Posisikan selektor (rotary switch) pada skala Ampere.
• Set pointer pada posisi 0 (nol) dengan menyetel zero point adjusting screw.
• Pasang Ampere meter seri dengan sirkuit yang akan diukur.
• Pembacaan besarnya arus yang akan diukur adalah sesuai dengan skala
pada selektor (rotary switch).
71

ELECTRICAL
2) Mengukur Tegangan (Volt Meter)
• Mengetahui kira-kira besarnya tegangan yang akan diukur.
• Mengetahui sumber tegangannya DC atau AC. Bila sumbernya adalah DC
maka harus diketahui kutub (+) atau kutub (-).
• Posisikan selektor (rotary switch) pada skala volt (DC volt atau AC volt).
• Posisikan skala selektor di atas atau lebih besar dari tegangan yang akan
diukur.
• Set pointer pada posisi 0 (nol) dengan menyetel zero point adjusting screw.
• Pasang volt meter paralel dengan sirkuit yang akan diukur.
• Pembacaan besarnya tegangan yang akan diukur adalah sesuai dengan skala
pada selektor (rotary switch).

3) Mengukur Hambatan/Tahanan (Ohm Meter)


• Pastikan bahwa hambatan yang akan diukur tidak dialiri arus dan tidak
mempunyai hubungan dengan hambatan yang lain.
• Posisikan selektor (rotary switch) pada skala Ohm.
• Set pointer pada posisi 0 (nol) dengan menyetel zero ohm adjuster (kedua
test pin dihubungkan).
• Pasang Ohm meter paralel dengan hambatan yang akan diukur.

72

ELECTRICAL
• Pembacaan besarnya hambatan yang diukur adalah sesuai dengan
penunjukan pada pointer dikalikan dengan faktor pengali se lektor switchnya

4) Cara zero adjusting


• Posisikan rotary switch ke - x 10 Ω
• Hubungkan kedua test pin
• Lihat penunjukan skala, atur zero point adjuster supaya penunjukkan tepat
pada 0 Ω. Jika setelah diatur tetap tidak bisa 0 Ω, maka ada indikasi battery
AVO mulai habis.

OHM METER
Gambar 4. 2 Setting meter

73

ELECTRICAL
5) Penggunaan/Perawatan
• Memilih batas ukur yang tepat untuk menambah keakuratan / ketepatan.
Gunakanlah batas ukur yang nilainya terdekat dengan nilai yang sedang
dicheck/diperiksa. Sebagai contoh untuk mengukur tegangan battery kering
1.5 volt, gunakan batas ukur DC 2.5 V.
• Mengukur nilai yang tidak diketahui.
Mulailah dengan memilih batas ukur yang tertinggi. Jika tidak terbaca,
turunkan batas ukur dengan memilih batas ukur yang menghasilkan
penununjukkan kira-kira ½ kali batas ukur, untuk membaca/mengukur lebih
akurat.
• Perlindungan dari tester.
Tester adalah instrumen presisi, guncangan atau getaran yang kuat harus
dihindari, Jangan membiarkan terlalu lama pada tempat yang bertemperatur
atau kelembaban tinggi.
• Penggantian battery di dalam AVO.
Jika penyetelan 0 Ω tidak bisa dilakukan, maka ganti battery dalam AVO.

b. Multimeter
digital
1) Karakteristik :
• Menampilkan nilai melalui penampilan digital
• Menampilkan nilai pengukuran sesuai nilai aktual
• Cocok untuk mengukur komponen elektronik sensitif
(seperti ECU).
• Mempunyai battery yang tahan lama.
• Mempunyai nilai resistansi dalam yang lebih tinggi.

Gambar 4. 4 Multimeter digital

2) Informasi Safety
• Yakinkan test lead dan rotary switch pada posisi yang benar untuk
pengukuran.
• Jangan gunakan meter jika meter dan test lead kelihatan rusak.
• Jangan mengukur resistansi dalam rangkaian ketika masih terpasang
pada power supply.
• Jangan sentuhkan probe ke sumber tegangan ketika test lead terpasang pada
input jack 10 A atau 300 mA.

74

ELECTRICAL
• Untuk menghindari kerusakan atau hampir rusak, jangan
menggunakan meter pada rangkaian yang lebih dari 4800 watt.
• Jangan digunakan untuk tegangan yang lebih dari nominalnya antara input
jack dan ground (mis : 600 V).
• Hati-hati ketika bekerja dengan tegangan diatas 60 VDC atau 30 VAC rms.
Hal ini akan mengakibatkan kejutan.
• Jaga jari-jari Anda di belakang pelindung jari pada test lead ketika melakukan
pengukuran.

75

ELECTRICAL
B. MAINTENANCE
1. Peringatan
a. Untuk menghindari kejutan listrik lepas test lead sebelum membuka casing
multimeter. Dan tutup casing sebelum menggunakan multimeter. Untuk mencegah
api dan kemungkinan percikan api gunakan fuse dengan nilai sesuai petunjuk yang
ada dibelakang cover.
b. Jangan mengganti internal fuse multimeter diluar spesifikasi standar yang tertera di
body multimeter.
c. Jaga multimeter agar tidak jatuh atau berbenturan keras dengan benda lain.
2. Perhatian
Untuk menghindari kerusakan statis, jangan sentuh PCB tanpa pelindung statis.
3. Penggantian battery
Sebelum membuka casing, yakinkan test lead sudah dilepas dan rotary switch di
OFF-kan.

Gambar 4. 10 Cara melepas battery

4. Penggantian fuse
Cara penggantian fuse :

Gambar 4. 11 Penggantian fuse


5. Membersihkan multimeter
Untuk membersihkan multimeter gunakan kain bekas dan deterjen lembut jangan
gunakan abrasif dan solvent pada meter.

76

ELECTRICAL
Rangkuman Materi 4

1. Multimeter adalah salah satu jenis alat ukur yang berfungsi untuk mengukur arus
(Amperemeter), tegangan (Voltmeter), dan hambatan (Ohmmeter). Sehingga
multimeter dikenal juga dengan nama AVO meter.
2. Multimeter terbagi 2 jenis yaitu: multimeter analog dan multimeter digital
3. Multimeter digital cocok untuk mengukur komponen elektronik sensitif (seperti ECU).

77

ELECTRICAL
KEGIATAN BELAJAR V
Tujuan Kegiatan Belajar 5

System Electric

Ranah
Elemen Kegiatan
Indikator Keberhasilan Kompetensi
Kompetensi Pembelajaran
P K S
Dapat menjelaskan tentang
Starting system cara kerja dari starting
system
Dapat menjelaskan tentang
System electric
Charging system cara kerja dari charging
system
Dapat menjelaskan tentang
Preheating cara kerja dari preheating
system system

78

ELECTRICAL
Kegiatan Materi Kegiatan Belajar 5

Starting System
A. Definisi
Starting system adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang
digunakan untuk menghidupkan engine. Komponen - komponen utama yang termasuk
dalam starting system ini adalah :
1. Battery.
2. Starting switch.
3. Battery relay switch.
4. Starting motor.
5. Safety relay.

Hubungan masing - masing komponen tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 6. 1 Hubungan Komponen - Komponen Sistem Start.

B. Komponen starting system


1. Starting Switch.
Fungsi starting switch adalah untuk memutuskan ataupun menghubungkan
komponen-komponen dalam starting sistem. Dalam kondisi tertentu, starting switch
juga memutuskan ataupun menghubungkan komponen - komponen sistem lain yang
dijelaskan pada bab lainnya dalam buku ini.
79

ELECTRICAL
Adapun konstruksi dan hubungan masing - masing terminalnya adalah sebagai berikut

Gambar 6. 2 Konstruksi Dan Hubungan terminal Starting Switch.

Pada umumnya hubungan terminal - terminal pada starting switch ini


dicantumkan pada electric system diagramnya.

2. Battery Relay.
Fungsi battery relay adalah untuk :
• Memutuskan ataupun menghubungkan negatif battery dengan body/chasis
(negative battery relay).

• Memutuskan ataupun menghubungkan positif battery dengan starting motor


(positive battery relay).

Terdapat 2 ( dua ) jenis aplikasi battery relay yaitu :


• Negative Battery relay
• Positive Battery relay

80

ELECTRICAL
Keterangan :

Case Cover
Terminal Plate
Base Sub switch

Gambar 6. 4 Konstruksi dan gambar battery relay.

a. Negative Battery Relay


Prinsip kerja negative battery relay adalah sebagai berikut :

Gambar 6. 5 Skematik Diagram Negative Battery Relay.

Pada saat starting switch posisi ON, maka jalannya arus adalah :

BR D2 C ─b

C menjadi magnet
Sub switch dan P1 - P2 terhubung, - b dan E

Bila engine sudah hidup dan tegangan pengisian battery mencapai 28 – 29 volt,
arus dari Alternator ke :

R D3 Sub switch C ─b
Dengan demikian, jika engine hidup kemudian starting switch di OFF kan, maka P1
– P2 dan sub switch tidak terbuka secara mengejut hingga tegangan dari alternator
turun menjadi 9 volt.

81

ELECTRICAL
Fungsi dari dioda pada battery rellay new model adalah :
- D1 yang dihubungkan parallel dengan coil C adalah sebagai fly wheel dioda yang
digunakan untuk mengalirkan tegangan yang timbul pada coil C ketika sirkuit
ground terputus (megatasi efek induksi diri)
- D2 untuk mencegah terbaliknya polaritas terminal BR dan - b
- D3 untuk mencegah arus menuju alternator ketika sub switch terhubung.
b. Positive Battery Relay
Battery relay ini menghubungkan terminal positive battery dengan starting motor

Gambar 6. 6 Positive battery relay

3. Starting Motor
Fungsi dari starting motor adalah untuk memutar engine saat start awal
menghidupkan engine dengan prinsip merubah energi listrik menjadi energi mekanis.
a. Konstruksi starting motor
Ada beberapa konstruksi starting motor yang umum dipakai di alat berat antara lain:
• Starting motor without reduction
• Starting motor with reduction

82

ELECTRICAL
Gambar 6. 8 Konstruksi starting motor tanpa reduksi

b. Prinsip kerja starting motor adalah sebagai berikut :

Gambar 6. 9 Skematik diagram starting motor

83

ELECTRICAL
Ketika starting switch diposisikan START maka jalannya arus adalah:

Kemagnetan yang terjadi mampu melawan spring (4), menarik plunger (3) sehingga
terminal B-M berhubungan. Saat terminal B-M berhubungan, pull in coil (2) tidak bekerja,
sedangkan hold in coil (1) bekerja untuk mempertahankan agar terminal B-M tetap
berhubungan.
Dengan adanya mekanisme shift lever, saat plunger bergerak maka pinion gear akan
bergerak maju dan mesh dengan ring gear fly wheel. Sedangkan pada field coil, timbul
medan magnet yg lebih kuat sehingga saat armature mendapat arus listrik maka akan
dapat bergerak berputar (kopel) untuk memutar engine.

4. Safety Relay
a. Fungsi relay
Fungsi dari safety relay adalah (penghubung) antara starting switch dan
starting motor, juga berfungsi untuk :
1) Memutus dan memghubungkan terminal B dan C pada starting motor;
2) Mencegah mengalirnya arus ke starting motor jika starting switch diputar ke
posisi START sementara engine sudah hidup;
3) Secara otomatis memutus arus ke starting motor sehingga starting motor lepas
(disengaged) dari fly wheel (setelah engine hidup) sementara starting switch masih
posisi START.
b. Konstruksi semi konduktor safet relay new model

S
B
E

Gambar 6. 11 Konstruksi safety relay

84

ELECTRICAL
c. Prinsip kerja safety relay

Gambar 6. 12 Skematik diagram safety relay

Jalannya arus listrik adalah sebagai berikut:


1) Ketika engine di start
Saat starting switch diposisikan START, maka jalannya arus adalah :

Ketika engine telah hidup (alternator menghasilkan tegangan) sedangkan


posisi starting switch masih pada posisi start. Maka jalannya arus listrik adalah
sebagai berikut :

2) Karena kontaktor T terbuka, maka starting motor tidak bekerja. R2 dan C1


digunakan sebagai pengaman agar arus ke starting motor segera terputus ketika
altenator mulai menghasilkan arus / tegangan.
3) Zener diode Z digunakan untuk mencegah transistor Q1 ON sebelum tegangan yang
dihasilkan alternator sesuai spesifikasi yang ditentukan.

85

ELECTRICAL
Uraian Materi Kegiatan Belajar 5

Charging System
A. CHARGING SYSTEM
Charging System adalah suatu system yang berfungsi mengisi battery agar full
charge. Hal ini disebabkan kapasitas battery tidak mungkin digunakan secara terus-
menerus.

Sistim pengisian (charging system) ini, pada produk - produk Komatsu dapat
diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu :
• Sistem pengisian dengan Alternator dan Semi Conductor Regulator.
• Sistem pengisian dengan Alternator Brushless dan Semi Conductor Regulator.

1. Sistem Pengisian Dengan Alternator Dan Semi Conductor Regulator


Tegangan yang dihasilkan alternator diatur oleh regulator sehingga sesuai dengan
karakteristik sistem kelistrikan pada unitnya. Adapun arus yang masuk ke battery
(sebagai arus pengisian) dapat dimonitor melalui Ampere meter atau charging lamp
yang dihubungkan serie dengan terminal R alternator dan terminal ACC starting switch.

a. Alternator
Konstruksi dan prinsip kerja alternator jenis ini dapat di jelaskan sebagai berikut:

Gambar 6. 14 Wiring alternator

86

ELECTRICAL
Gambar 6. 15 Konstruksi alternator

Prinsip kerja adalah sebagai berikut:


1) Field coil (rotor coil) mendapat arus listrik sehingga pada rotor coil timbul medan
magnet.
2) Bila alternator diputar oleh engine, maka medan magnet pada rotor coil akan
dipotong oleh konduktor pada stator coil, sehingga pada stator akan timbul arus
listrik.
3) Tegangan arus bolak balik (Vac) yang keluar dari stator kemudian disearahkan oleh
diode sehingga menjadi tegangan arus searah (Vdc).

b. Semi Conductor Regulator


Fungsi semi conductor regulator adalah untuk mengontrol arus penguat ke field coil
(rotor coil) sehingga didapatkan tegangan yang dihasilkan alternator antara 27,5 -
29, 5 volt.

87

ELECTRICAL
Prinsip kerja regulator adalah sebagai berikut :

Gambar 6. 16 Skematik diagram alternator dan semi konduktor

1) Bila starting switch posisi ON, maka arus listrik dari battery akan mengalir ke
rotor coil. Jalannya arus penguat adalah :

Batter B -R rotor F Collector

R Base
T1 arus listrik melalui collector Emmitor E

2) Setelah rotor coil menjadi magnet dan alternator diputar oleh engine, maka dari
alternator akan menghasilkan tegangan.
3) Bila output voltage dari alternator masih kecil ,maka arus yang keluar dari
alternator akan memperkuat medan magnet pada rotor coil, sehingga output
voltage dari alternator naik. Out put voltage dari alternator adalah sebanding
dengan putaran dan kekuatan medan magnetnya.
4) Saat tegangan mencapai 29,5 volt maka voltage drop di V3 akan menyebabkan
zener diode mendapat reverse voltage sehingga T2 akan ON dan T1 akan OFF.
Dengan demikian arus penguat ke rotor coil tidak mendapat ground dan
kemagnetan akan berkurang sehingga tegangan yang dihasilkan alternator akan
turun.

88

ELECTRICAL
Gambar 6. 17 Tegangan reverse voltage pada diode zener

5) Bila out put voltage turun mencapai 27,5 volt, maka T2 akan OFF dan T1 kembali
ON (bekerja) dan field coil mendapat arus penguat kembali dan out put voltage
alternator naik kembali.
6) Kejadian tersebut diatas berulang - ulang sehingga regulating voltage 27,5 volt
- 29,5 volt.

89

ELECTRICAL
2. Sistem Pengisian Dengan Brushless Alternator Dan Semi Conductor Regulator
Pada prinsipnya, sistem pengisian jenis ini sama dengan pengisian
yang menggunakan alternator dan semi conductor regulator. Adapun perbedaannya
terletak pada konstruksi alternator yang tidak menggunakan brush serta adanya
sistem penguat yang di sebut dengan Darlington pada regulatornya.

90

ELECTRICAL
Gambar 6. 18 Komponen utama brushless alternator

Prinsip kerja darlington regulator:

Gambar 6. 19 Darlington

91

ELECTRICAL
Dengan menggunakan Darlington maka, untuk mendapatkan arus output yang
besar hanya membutuhkan arus input yang kecil. Bisa dilihat pada perhitungan sperti
dibawah ini :
- Bila switch ON, Tr1 ON dengan demikian akan ada arus B-E Tr2, Sehingga Tr2
akan ON.
Jadi
IB2 = IB1 + IC1
Misal hfe Tr1 = Tr2 = 20
hfe = Nilai penguatan (berarti penguatan yang terjadi 20 kali)
Bila :
IB1 = 1 mA
IC1 = 20 mA
Berarti :
IB2 = IB1 + IC1
= 1 +20
= 21 mA
Dengan demikian :
IC2 = 21 x 20
= 420 mA

Testing : Gambar 6. 20 Pengecekan kondisi alternator


Dengan memberikan sumber tegangan 24 Vdc ke terminal B(+) dan terminal E
(-), kemudian dengan menggunakan volt meter, hubungkan test pin merah ke terminal
R dan test pin hitam ke terminal E. Alternator assy dikatakan baik apabila terbaca
sekitar 2 s/d 6 Vdc, saat pulley diputar dengan kecepatan tinggi, pada volt meter
harus terbaca tegangan antara 27 s/d 29,5 Vdc.

92

ELECTRICAL
Uraian Materi Kegiatan Belajar 5

Preheating System
A. Preheating System
Fungsi sistem pemanasan awal adalah suatu sistem untuk memanaskan udara
yang akan masuk ke ruang bakar dengan tujuan mempermudah menghidupkan engine
pada waktu udara sekeliling engine masih dingin.

Pada waktu produk - produk Komatsu terdapat beberapa jenis sistem pemanasan awal
yaitu :
- Sistem pemanasan awal dengan Glow Plug.
- Sistem pemanasan awal dengan Ribbon Heater.
- Sistem pemanasan awal dengan Thermostat.
- Sistem pemanasan awal dengan APS ( Auto Priming System ).
1. Sistem Pemanasan Awal Dengan Glow Plug
Sistem pemanasan awal ini biasanya dipakai pada engine indirect combustion
sistem pembakaran tidak langsung dimana pada ruang bakar muka dipasang glow
plug sehingga udara pada ruang bakar muka menjadi panas pada saat sistem
difungsikan.
Hubungan komponen-komponen pada sistem pemanasan awal ini adalah
sebagai berikut:

Gambar 6. 21 Hubungan komponen sistem pemanasan awal dengan glow plug

93

ELECTRICAL
Glow plug adalah sebuah alat pemanas yang dengan komponen – komponen
lain akan memanaskan udara untuk didalam ruang bakar muka sehingga
mempermudah pembakaran pada pembakaran engine.

Gambar 6. 22 Konstruksi glow plug

Pada prinsipnya apabila Glow Plug akan membara dan proses pemanas pun
berlangsung. Untuk mengetahui bahwa glow plug sudah membara maka dipasang glow
plug indicator yang terpasang pada monitor panel.

Gambar 6. 23 Konstruksi glow plug indicator

94

ELECTRICAL
Prinsip kerja sistem pemanasan awal dengan glow plug adalah sebagai berikut :

Gambar 6. 24 Skematik diagram pemanasan awal dengan glow plug

a. Starting switch diposisikan HEAT dan heater Switch ON, maka jalannya arus listrik
adalah :

Karena glow plug yang dipakai 6 volt, maka resistor R1 dan R2 berfungsi untuk
menurunkan tegangan battery sehingga tegangan yang masuk glow plug 6 volt.

b. Starting switch posisi START dan heater switch ON, maka jalannya arus adalah :

Saat START starting motor memerlukan arus yang besar sehingga resistor yang
dilewati hanya R2 saja.

95

ELECTRICAL
2. Sistem Pemanasan Awal Dengan Ribbon Heater.
Sistem pemanasan jenis ini biasanya dipakai pada engine direct Injection dengan
memanaskan intake air heater di intake manifold.

Hubungan komponen dan prinsip kerja sistem pemanasan awal dengan ribbon
heater adalah sebagai berikut :

Gambar 6. 25 Skematik Diagram Sistem Pemanasan Awal Dengan Ribbon Heater

96

ELECTRICAL
Skematik Diagram Sistem Pemanasan Awal Dengan Ribbon Heater

Gambar 6. 26 Konstruksi Ribbon Heater

ELECTRICAL
97

ELECTRICAL
Testing :
Dengan memberikan sumber tegangan 24 Vdc ke terminal seperti gambar diatas,
maka beberapa detik kemudian heater haruslah menghasilkan panas pada heater
elemennya.

3. Sistem Pemanasan Awal Dengan Thermostat


Pada sistem pemanasan awal ini bahan bakar dibakar dengan igniter namun
saat ini system pemanasan ini sudah jarang digunakan lagi sehingga tidak di bahas
secara detail dan konstruksinya sebagai berikut :

98

ELECTRICAL
Gambar 6. 27 Konstruksi Dan Skematik Diagram Sistem Pemanasan Awal dengan Thermostart

Prinsip kerja :

a. Bila starting switch diposisikan HEAT, maka jalannya arus adalah :

b. Ketika heater coil mulai panas, valve steam mengembang dan ball valve terbuka.
c. Fuel yang keluar dari valve stem akan menyembur igniter dan terbakar (udara
menjadi panas).

99

ELECTRICAL
Rangkuman Materi 5

1. Starting system adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang
digunakan untuk menghidupkan engine;
2. Fungsi starting switch adalah untuk memutuskan ataupun menghubungkan komponen-
komponen dalam starting sistem ;
3. Fungsi battery relay adalah untuk memutuskan ataupun menghubungkan negatif
battery dengan body/chasis (negative battery relay). Dan memutuskan ataupun
menghubungkan positif battery dengan starting motor (positive battery relay);
4. Fungsi dari starting motor adalah untuk memutar engine saat start awal
menghidupkan engine dengan prinsip merubah energi listrik menjadi energi mekanis;
5. Charging System adalah suatu system yang berfungsi mengisi battery agar full
charge. Hal ini disebabkan kapasitas battery tidak mungkin digunakan secara terus-
menerus;
6. Charging System adalah suatu system yang berfungsi mengisi battery agar full
charge;
7. Fungsi semi conductor regulator adalah untuk mengontrol arus penguat ke field coil
(rotor coil) sehingga didapatkan tegangan yang dihasilkan alternator antara 27,5 - 29,
5 volt;
8. Dengan menggunakan Darlington maka, untuk mendapatkan arus output yang besar
hanya membutuhkan arus input yang kecil;
9. Fungsi sistem pemanasan awal adalah Suatu sistem untuk memanaskan udara yang
akan masuk ke ruang bakar dengan tujuan mempermudah menghidupkan engine
pada waktu udara sekeliling engine masih dingin;

100

ELECTRICAL
KEGIATAN BELAJAR VI
KEGIATAN BELAJAR VI

KEGIATAN BELAJAR VI

Ranah
Elemen Kegiatan
Indikator Keberhasilan Kompetensi
Kompetensi Pembelajaran
P K S
Dapat menjelaskan simbol
Simbol dan a. Simbol –
kabel dan membaca wiring
Wiring diagram simbol kabel
diagram elektrik pada unit
elektrik b. Wiring
diagram

101

ELECTRICAL
Uraian Materi Kegiatan Belajar 6

Simbol dan Wiring Diagram

A. Simbol
Simbol Kabel
Simbol kabel pada suatu wiring diagram pada umumnya menyatakan ketebalan dan warna kabel.
Contoh:

0.85 BW
nominal number: 0.85
warna kabel: hitam dengan garis putih.

Tabel di bawah menunjukkan klasifikasi kabel berdasarkan ketebalan.

102

ELECTRICAL
Tabel dibawah menunjukkan klasifikasi kabel berdasarkan kode dan warna.

103

ELECTRICAL
B. Wiring Diagram
Electrical Wiring Diagram D60/65A,P-8:

104

ELECTRICAL
Electrical Circuit Diagram D60/65A,P-8:

105

ELECTRICAL
Electrical Circuit Diagram D155A-2:

106

ELECTRICAL
Connector Position Drawing D85ESS-2:

107

ELECTRICAL
108

ELECTRICAL

Anda mungkin juga menyukai