Oleh :
Ir. JM Sihombing
A. Patar Simanjuntak, S.T
2009
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas ijinNya-lah sehingga
penyusunan Modul ini dapat selesai sesuai dengan waktunya. Penyusunan
Modul Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan dan Energi Baru
Tebarukan Tahun 2009 ini merupakan kegiatan pendukung kediklatan untuk
melengkapi perangkat Diklat dengan harapan agar peserta diklat/pembaca
dapat belajar mandiri.
Kami selaku pimpinan Pusat Diklat KEBT mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh anggota Tim, Penulis dan Editor Modul
yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan waktu sehingga penyusunan
Modul ini dapat terwujud sesuai dengan harapan kita semua. Kritik dan Saran
yang membangun sangat kami butuhkan untuk kesempurnaan Modul ini di
masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga Modul yang telah disusun ini bermanfaat dalam upaya
meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan sikap kerja bagi para peserta
diklat atau para pembaca pada khususnya.
Sukiman
i
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Deskripsi Singkat ......................................................................................... 5
C. Manfaat Modul............................................................................................. 6
D. Tujuan Pembelajaran .................................................................................. 6
D1. Kompetensi Dasar ................................................................................. 6
D2. Indikator Keberhasilan ........................................................................... 6
BAB II............................................................................................................... 7
KEGIATAN PEMBELAJARAN I ....................................................................... 7
SISTEM PEMBANGKIT THERMAL ................................................................. 7
A. Uraian Pembelajaran I ................................................................................. 7
A1. Pembangkit Thermal Berbahan Bakar Fosil .......................................... 7
A.1.1 PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) .................................... 8
A.1.2 PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) ........................................ 8
A.1.3 PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap) ........................... 12
A.1.4 PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) ......................... 18
A.1.4.1. Uap kering/jenuh ............................................................ 18
A.1.4.2. Campuran air dan uap ................................................... 19
A.2. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) .......................................... 21
A.3. Pembelahan Inti.................................................................................. 22
B. Rangkuman ............................................................................................... 24
C. Latihan ...................................................................................................... 25
BAB III............................................................................................................ 26
KEGIATAN PEMBELAJARAN II .................................................................... 26
SISTEM PEMBANGKIT NON THERMAL ...................................................... 26
A. Uraian Pembelajaran II .............................................................................. 26
A.1. Pembangkit Listrik Tenaga Air ......................................................... 26
A.1.1. Tipe PLTA .............................................................................. 28
A.1.2 . Tipe PLTA berdasarkan cara mendapatkan air. ..................... 28
A.1.3. Tipe PLTA berdasarkan cara operasinya ............................... 28
B. Rangkuman ............................................................................................... 29
C. Latihan ...................................................................................................... 29
ii
BAB IV ........................................................................................................... 31
PENUTUP ...................................................................................................... 31
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem Tenaga Listrik adalah
sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama
lain dihubungkan oleh jaringan transmisi dan jaringan distribusi sehingga
merupakan sebuah kesatuan yang terinterkoneksi dari sisi pembangkitan
daya listrik hingga sisi pemakai daya listrik (konsumen).
1
Pada pusat pembangkit daya listrik dibangkitkan, bergantung dari sumber
energi primer yang tersedia, pembangkit tenaga listrik dapat berupa
pembangkit tenaga diesel, tenaga uap (dengan bahan bakar minyak atau
batubara), tenaga gas (dengan bahan bakar minyak atau gas), tenaga gas
uap (dengan bahan bakar batubara, minyak atau gas), tenaga air, tenaga
panas bumi, dll. Daya listrik pada pembangkit dibangkitkan pada tegangan
rendah, dan pada gardu pembangkit tegangan ini dinaikkan menjadi tegangan
tinggi atau ekstra tinggi dan disalurkan melalui saluran transmisi ke pusat
beban (gardu Induk). Pada Gardu Induk tegangan diturunkan ke tegangan
menengah dan disalurkan ke gardu - gardu distribusi untuk kemudian
diturunkan menjadi tegangan rendah dan disalurkan ke konsumen.
Sehingga prinsip kerja dari sistem pembangkit ketenagalistrikan dapat
disederhanakan sebagai berikut :
2
pengaturannya generator tersebut akan menghasilkan daya listrik. Khusus
untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), prinsip kerjanya berbeda
dengan pembangkit listrik lainnya. Sebenarnya energi penggerak PLTD ini
adalah bahan bakar minyak karena bahan bakar merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari mesin diesel tersebut, maka disebut juga pembangkit tenaga
diesel. Diesel ini merupakan satu unit lengkap yang langsung menggerakkan
generator dan menghasilkan energi lsitrik.
Dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik, secara umum ada beberapa
pertimbangan dan tahapan yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Studi analisa mengenai dampak lingkungan (amdal). Di sini dianalisa dan
diperhitungkan mengenai berbagai dampak yang mungkin akan timbul
pada saat pembangunannya dan pada saat pembangkit tenaga listrik
tersebut dioperasikan.
2. Memperhitungkan dan memprekdisikan tersedianya sumber daya
penggerak (air, panas bumi dan bahan bakar), sehingga benar-benar
feasible untuk penggunaan dalam jangka waktu yang lama dan bisa
mendukung kontinyuitas operasional pembangkit tersebut.
3. Tersedianya lahan beserta prasarana dan sarananya, baik untuk
pembangkit tenaga listrik itu sendiri maupun untuk penyalurannya, karena
hal ini merupakan satu kesatuan untuk melayani beban.
4. Pertimbangan dari segi pemakaian pembangkit tenaga listrik tersebut,
apakah untuk melayani dan menanggung beban puncak, beban yang
besar, beban yang kecil atau sedang, beban yang bersifat fluktuatif atau
hanya untuk stand by saja.
5. Biaya pembangunannya harus ekonomis dan diupayakan memakan
waktu sesingkat mungkin. Selain itu juga harus dipertimbangkan dari segi
operasionalnya tidak boleh terlalu mahal.
6. Pertimbangan dari segi kemudahan dalam pengoperasian, keandalan
yang tinggi, mudah dalam pemeliharaan dan umur operasional (life time)
pembangkit tenaga listrik tersebut harus panjang.
7. Harus dipertimbangkan kemungkinan bertambahnya beban, karena hal ini
akan berkaitan dengan kemungkinan perluasan pembangkit dan
penambahan beban terpasang pada pembangkit.
3
8. Berbagai pertimbangan sosial, teknis dan lain sebagainya yang mungkin
akan menghambat dalam pelaksanaan pembanguna serta pada
pembangkit tenaga listrik tersebut beroperasi. Dari berbagai
pertimbangan tersebut, ada satu hal yang dijadikan pedoman dan filosofi
dalam membangun pembangkit tenaga listrik yaitu pembangunan paling
murah dan investasi paling sedikit (least cost generation and least
invesment)
Modul ini akan membahas tentang sistem tenaga listrik di sisi pembangkit
thermal dan non thermal. Untuk pembangkit non thermal akan membahas
tentang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan untuk distribusi, transmisi
dan instalasi pemanfaatan tidak dibahas di dalam penulisan modul ini.
B. Deskripsi Singkat
Modul Sistem Tenaga Listrik ini berkaitan dengan pengetahuan teknis tentang
sistem pembangkit yang ada dan digunakan sebagai pembangkit penghasil
energi tenaga listrik.
Pembangkit tenaga listrik ialah suatu peralatan yang berfungsi merubah
energi primer menjadi energi listrik. Jenis pembangkit tenaga listrik
mempunyai prinsip kerja yang berbeda-beda sesuai dengan jenis alat
penggerak mulanya (APM). Alat penggerak mula inilah yang menentukan
jenis pembangkit tersebut, apabila alat penggerak mulanya turbin air yang
merubah energi potensial air menjadi energi mekanik maka jenis pembangkit
itu disebut pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Alat penggerak mula akan merubah energi primer menjadi energi mekanis
yang selanjutnya memutar generator yang merubah energi mekanis menjadi
energi listrik.
5
C. Manfaat Modul
Modul Sistem Tenaga Listrik ini bermanfaat bagi petugas atau pegawai
pemerintah di dalam membuat suatu kebijakan pengaturan tentang
ketenagalistrikan di wilayah kerja masing – masing, mengingat kebijakan
untuk bidang ketenagalistrikan telah di limpahkan sepenuhnya ke pemerintah
daerah.
D. Tujuan Pembelajaran
6
BAB II
KEGIATAN PEMBELAJARAN I
SISTEM PEMBANGKIT THERMAL
Indikator Keberhasilan :
- Pembaca mampu menjelaskan macam – macam pembangkit
listrik thermal serta spesifikasi teknis dari pembangkit
tersebut.
- Pembaca mampu mengklasifikasikan dan memberi contoh -
contoh pembangkit thermal.
- Pembaca dapat menjawab soal dengan benar.
-
A. Uraian Pembelajaran I
Sistem tenaga listrik adalah Sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk
(Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi
sehingga merupakan sebuah kesatuan interkoneksi.
Pada dasarnya, pembangkit listrik dibedakan mejadi dua kelompok besar
yaitu :
a. Pembangkit listrik thermal dan
b. Pembangkit listrik non thermal
Jenis Pembangkit listrik thermal dapat di bagi juga dalam dua kelompok besar
yaitu :
a. Pembangkit thermal yang energinya berasal dari bahan bakar fosil dan
b. Pembangkit thermal yang energinya berasal dari bahan galian seperti
uranium dan thorium
7
A.1.1 PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel)
Pembangkit listrik tenaga diesel PLTD adalah pembangkit listrik dengan
penggerak mula motor diesel yang dikopel langsung dengan generator.
Kapasitas PLTD yang banyak dipasang dewasa ini mulai dari daya 100 KW,
250 KW, 500 KW, 750 KW, 1000 KW dengan putaran dari 750 rpm sampai
dengan 1000 rpm. PLTD kapasitas yang besar pada umumnya mempunyai
putaran yang rendah.
Jika PLTD tersebut direncanakan bekerja secara terisolasi, yang tidak
direncanakan untuk paralelisasi dengan sistem atau pembangkit lain dapat
menggunakan cyclic irregularity dipilih lebih kecil dari 1/75, jika direncanakan
untuk paralelisasi dengan sistem pembangkitan thermal dan hidro cyclic
irregularity dipilih lebih kecil dari 1/200.
Perhitungan PLTD sangat tergantung pada harga bahan bakar, untuk saat ini
pemakaian PLTD adalah kurang attraktif.
Gambar 13 PLTD
8
hasil proses pembakaran antara bahan bakar dengan udara. Bahan bakar
yang digunakan untuk pembakaran pada boiler adalah:
o Minyak (residu )
o Batubara
o Gas
o Peat (gambut )
o Kayu
o Sampah
9
Bahan bakar gas dan minyak setelah dipanaskan dapat langsung dibakar
sedangkan batubara perlu digiling dulu menjadi serbuk sebelum dibakar di
dalam boiler. Udara pembakaran dari atmosfir yang dihisap dan ditekan oleh
fan (forced draft fan) dipanaskan dulu oleh gas asap , sebelum bertemu
dengan bahan bakar di burner dari boiler. Hal ini dilakukan untuk menaikkan
efisiensi boiler.
Hasil pembakaran bahan bakar dan udara diruang bakar boiler berupa gas
asap (flue gas) dan abu yang panas. Gas asap yang panas ini mengandung
komponen abu, uap air SO2, nitrogen dan unsur lain yang berasal dari bahan
bakar. Abu yang jatuh disebut abu dasar (bottom ash) sedangkan yang
melayang bersama gas asap disebut abu layang (fly ash). Gas asap beserta
abu layang keluar ke atmosfir melalui cerobong asap.
Abu dasar (bottom ash) khususnya terjadi pada boiler dengan pembakaran
batubara. Gas asap dari pembakaran gas relative bersih dibandingkan
dengan pembakaran minyak dan batubara.
Untuk mengurangi konsentrasi abu laying (fly ash) ke atmosfir diperlukan
perangkap abu antara lain electrostatic precipitator (ESP) yang dipasang
pada saluran gas asap antara boiler dengan cerobong.
Pada pembakaran dengan batubara, perlu dilengkapi kipas isap (induced
draft fan) yang dipasang sesudah ESP, gunanya untuk membuat ruang bakar
dan saluran (duct) gas asap bertekanan dibawah atmosfir sehingga abu hasil
pembakaran tidak keluar melalui kebocoran.
SO2 yang dikandung gas asap ini pada pembakaran minyak dan batubara
mengandung belerang (S), sangat korosif dan berbahaya bagi lingkungan.
Oleh karena itu emisi kehadirannya di atmosfir harus dibatasi sesuai dengan
standar yang berlaku.
Tingkat konsentrasi SO2 dan mungkin NOX yang mengotori atmosfir bias
dikurangi dengan membuat cerobong setinggi mungkin, untuk mendapatkan
penyebaran yang lebih luas.
Namun apabila di suatu lokasi dibangkitkan tenaga listrik sampai ribuan MW,
maka dengan cerobong yang tinggi tidak cukup mengurangi tingkat
konsentrasi yang diharapkan. Oleh karena itu harus dipasang peralatan
perangkap belerang yang disebut flue gas desulfurization (FGD) yang
10
harganya cukup tinggi. Sedangkan NOX sistem yang antara lain berupa
resirkulasi gas asap yang sudah dingin kedalam kawah boiler.
Panas yang dihasilkan dari pembakaran diserap oleh air boiler melalui pipa
air yang merupakan dinding boiler mengelilingi kawah. Air ini berubah menjadi
uap jenuh dan selanjutnya dipanaskan menjadi uap panas lanjut.
Untuk menjaga agar boiler umurnya dan andal, maka air pengisi boiler harus
bersih sekali, bebas dari zat yang menimbulkan korosi, kerak dan bebas dari
udara, sehingga uap yang keluar adalah uap murni. Untuk itu diperlukan
bahan kimia tertentu yang diinjeksikan kedalam air pengisi boiler sesudah
pompa pengisi.
Uap panas lanjut yang keluar dari boiler tekanannya cukup tinggi digunakan
untuk memutar turbin. Pada turbin pembangkit tenaga listrik, tekanan uap
bervariasi antara 80 – 170 kg/cm2 tergantung dari besarnya kapasitas daya
yang dibangkitkan MW, sedangkan suhu uap sekitar 538 0C.
Pada pembangkit listrik dengan kapasitas lebih besar dari 400 MW turbinnya
terdiri dari :
o Turbin tekanan tinggi (HP- high pressure tubine)
o Turbin tekanan menengah (IP – intermediate pressure turbine)
o Turbin tekanan rendah (LP- low pressure turbine)
Umumnya turbin ini disusun pada suatu poros (tandem), pada turbin tekanan
menengah dan rendah sebagian uapnya diambil (uap ekstraksi) untuk
pemanas air kondensat /pengisi boiler.
Turbin tekanan rendah adalah tipe condensing turbine dimana uap yang
keluar dari turbin dengan tekanan mendekati vakum didinginkan di kondensor
menjadi air kondensat.
Kondenser yang dipakai adalah surface condenser dimana air pendingin yang
mengalir melalui pipa mendinginkan uap di sekelilingnya (pendinginan tak
langsung kontak dengan uap). Pendinginan condenser dapat dilakukan
dengan once through cooling system atau dengan cooling tower system.
Pada PLTU yang dibangun dekat pantai atau sungai besar pendinginan
dilakukan dengan once through cooling system disini air laut/sungai dengan
11
pompa sirkulasi dipompa ke condenser dan langsung keluar kembali ke
laut/sungai.
Untuk PLTU yang dibangun dimana sumber air/sungai tidak cukup untuk
pendinginan once through cooling system maka pendinginannya
menggunakan cooling tower system (sistem menara pendingin). Air sungai
pada mulanya mengisi bak menara pendingin dan selanjutnya air sungai
berfungsi sebagai tambahan. Air dari bak cooling tower disirkulasikan ke
dalam condenser menyerap panas uap sisa dan cooling tower melepaskan
panas dengan menggunakan pompa sirkulasi.
Air kondensat yang terkumpul di condenser, digunakan untuk mengisi boiler
dengan pompa kondensat disalurkan ke deaerator untuk membuang gas dan
udara yang terlarut yang sebelumnya melalui pemanas air tekanan rendah
yang dipanaskan dengan uap ekstraksi.
Dari tangki deaerator air kondensat yang bertambah temperaturnya ini
dengan pompa pengisi air boiler (boiler feed water pump) dialirkan ke boiler
melalui beberapa pemanas air tekanan tinggi dan ekonomiser. Air pengisi
yang ditambah dengan bahan kimia yang diinjeksikan setelah pompa pengisi
air menjadi air tidak korosif yang sesuai untuk boiler.
Tenaga mekanis dari turbin digunakan untuk memutar generator yang dikopel
langsung dengan turbin. Generator menghasilkan tenaga listrik dengan
tegangan antara 11 Kv – 23 Kv, besar tegangan ini tergantung dari daya yang
dibangkitkan MW atau standar pabrik.
Panas yang timbul di generator harus diserap dengan cara pendinginan.
Media pendingin ini antara lain udara, hydrogen (H2) dan kombinasi air dan
H2 yang masing-masing untuk stator dan rotor.
Penggunaan media ini tergantung dari kapasitas pembangkit tersebut :
o Pendingin udara untuk generator kurang dari 25 MW
o Pendingin H2 untuk generator 25 MW keatas
o Pendingin H2 dan H2O untuk generator dari 100 MW keatas.
12
yaitu suatu pembangkit yang dapat dibangun dengan cepat, biaya investasi
relative rendah dan efisiensi tinggi.
Salah satu pengembangan teknologi yang telah dicapai antara lain dalam
pemilihan/pemakain material, dimana telah dapat diatasi beberapa
kekurangan yang terjadi sebelumnya. Khususnya untuk material sudu - sudu
Turbin Gas yang tahan suhu sampai 120000C .
PLTGU pada prinsipnya merupakan suatu blok yang terdiri dari unit PLTG
dimana gas buangnya disalurkan melalui ketel uap HRSG (Heat Recovery
Steam Generator), yang selanjutnya menghasilkan uap untuk menjalankan
turbin uap (Steam Turbine Cycle). PLTGU merupakan suatu system yang
paling efisien baik untuk menghasilkan uap dan listrik secara komersial saat
ini. Dengan pemakaian bahan bakar gas sebagai bahan bakar utama dan
minyak sebagai bahan bakar alternative.Disamping biaya investasi yang
rendah dibandingkan dengan PLTN atau PLTU konvensional sekelasnya,
juga emisi udara dan konsumsi pemakaian airnya relative rendah, waktu
pembangunan maupun tahapan pembangunannya mulai unit PLTG, HRSG
dan turbin uapnya singkat dan dapat berdiri sendiri, untuk dioperasikan
sebagai PLTG atau sebagai PLTGU, juga waktu Start Up singkat.
Turbin gas pada umumnya diklasifikasikan dalam turbin gas ringan atau
devirasi dari mesin pesawat terbang (Turbu Gas) dan turbin gas industri.
Dalam pengembangan selanjutnya klasifikasi ini sukar dibedakan karena
masing-masing kelas saling memakai dan tukar menukar teknologi berbaur.
Suhu pembakaran yang lebih tinggi menghasilkan efesiensi lebih tinggi pula
dengan ukuran turbin gas relative tidak berbeda. Turbin gas baru kelas 150
MW merupakan peningkatan kelas frame-9 dengan suhu masuk turbin gas ±
12500 C, PLTGU dengan turbin gas kelas ini direncanakan menghasilkan tara
panas atau heat rate (ratio antara panas yang masuk dan keluar) dibawah
1750 cal/kWh dengan efesiensi (bahan bakar terhadap daya) sampai 50 %
atau lebih dengan memakai bahan bakar ringan (HSD atau sekelasnya).
Faktor lain yang penting dan perlu diperhatikan oleh perencana turbin gas di
samping suhu gas masuk adalah ratio tekanan. Ratio tekanan di mana
efisiensi termal gas turbin terbesar tidaklah sama dengan di mana didapatkan
daya keluar spesefik tertinggi (specific power output) suatu tema yang
menunjukkan daya keluar dalam MW dibagi jumlah gas/masa yang keluar
13
dari unit. Ratio tekanan untuk mesin besar saat ini berkisar 14 : 1. Salah satu
akibat tingginya suhu pembakaran adalah suhu gas buang yang lebih tinggi,
sampai 5100 C – 5650 C. Hal ini merupakan salah satu faktor yang
menambah pilihan untuk memakai PLTGU. Pembakaran dengan suhu yang
tinggi dapat menambah kadar NOx dan emisi CO dari turbin gas.
Penginjeksian air/uap merupakan salah satu cara yang dipakai untuk
mengurangi emisi NOx. Misalnya, dengan menambah air atau uap ke dalam
pembakaran akan menurunkan suhu nyala/lidah api dan gas, di samping
mengurangi penghasilan NOx sampai 70 %. Injeksi uap saat ini banyak
dipakai, khususnya untuk instalasi PLTGU. Meskipun ini memerlukan 50 %
lebih banyak uap untuk mendapatkan pengurangan yang sama, tetapi dengan
penggunaan uap dapat menekan kerusakan yang terjadi pada bagian turbin
yang kritis dan dapat mengurangi kerugian tara panas yang hilang untuk
menguapkan air.
Dalam rangka mengurangi emisi gas buang, di samping pembakaran dengan
temperatur tinggi, saat ini para pakar turbin gas telah merencanakan suatu
sistim ruang bakar ganda, dengan prinsip pembakaran bertingkat. Faktor
utamanya ialah pencampuran mula yang cukup dari udara dan bahan bakar
sebelum masuk ruang bakar dan pengontrolan tetap dari bahan bakar dan
udara, saat dan selama sistim tersebut berpindah dari satu tingkat
pembakaran ke tingkat berikutnya.
Dengan memakai katub yang membagi udara antara daerah pembakaran dan
pengenceran sedemikian rupa sehingga pembakaran bahan bakar selalu
terjadi dalam keadaan dekat “tenang/stabil”. Konsep lain dengan pemakaian
beberapa pembakar mini yang dinyalakan mengikuti urutan tertentu, tidak
memakai satu pembakar seperti pada unit yang lebih tua. Pabrik lain
mengganti nosel bahan bakar tunggal dalam ruang pembakaran dengan
beberapa nosel (enam buah) sedemikian rupa sehingga tidak diperlukan
pemipaan tambahan.
Selain mengurangi emisi NOx, hal ini juga mengurangi kebisingan,
memperpendek nyala api/lidah api dan menambah waktu antara
pemeliharaan. Secara umum system pembakaran saat ini dapat membatasi
emisi NOx pada tingkat sampai 30-70 ppm pada kelebihan O2 15 %
Konsep lain yang sedang dalam penyelidikan/percobaan oleh beberapa
14
pabrik adalah versi dengan memakai pendingin antara (intercooler) yang
diterapkan dalam turbin gas yang baru diperbaiki. Dalam salah satu
konfigurasi, pendingin antar dipasang di antara kompresor dua tingkat yang
telah ada. Pendingin antara mensirkulasikan campuran ethyleneglycol/air
yang menyerap panas akibat kompresi. Dengan tujuan untuk dapat
menurunkan pemakaian bahan bakar lebih dari 25 % dan menaikkan daya
sampai 40 %, dibandingkan dengan system yang tidak memakai pemanas
antara. Turbin tahun 2000an, diperkirakan sudah memakai suhu masuk
sekitar 13700 C, ratio tekanan sekitar 16 : 1 dengan kapasitas unit lebih dari
200 MW dan menghasilkan efisiensi PLTGU ± 60 %
Dalam suatu blok PLTGU, teknologi Turbin uap seolah-olah terhalang oleh
teknologi Turbin gas. Dari segi PLTGU tampak betul, mengingat penerapan
turbin uap dalam suatu blok PLTGU harus disesuaikan dengan turbin gasnya,
bukan sebaliknya. Blok PLTGU terdiri dari satu sistim gabungan PLTG,
HRSG, Turbin Uap dan Generator. Maka kapasitas dan unjuk kerja turbin uap
turbin uap dalam blok PLTGU mengikuti kapasitas/unjuk kerja turbin gas atau
system produksi turbin gasnya.
Turbin uap dalam instalasi blok PLTGU biasanya dioperasikan mengikuti
perubahan tekanan “sliding pressure mode” sesuai keperluan beban untuk
mempertahankan efisiensinya.
Suatu PLTGU dikenal dan diinginkan karena dapat distart dengan cepat dan
mempunyai kemampuan mengikuti variasi tekanan/beban yang andal, dimana
kedua hal ini harus diikuti dan perhitungan dalam perencanaan turbin uapnya.
Yang perlu diperhatikan antara lain pemilihan dan penyesuaian yang tepat
dari suhu uap dengan material/metal, suhu menyumpat uap “gland sealing”
dan dorongan aksialnya.
Heat Recovery Steam Generator (HRSG) atau waste heat boiler atau ketel
uap dengan pemanas gas buang dalam suatu sistim atau blok PLTGU
merupakan sarana penghubung kritis antara turbin gas dan turbin uap.
Desain HRSG dalam PLTGU dipengaruhi dan penting untuk suatu blok
PLTGU dalam membatasi emisi NOx turbin gas, perlu tidaknya pembakaran
tambahan “assisted firing” dan keperluan menambah daur termal seperti
sistim dengan pemanas ulang dan berbagai tingkat tekanan.
15
Umumnya HRSG dalam PLTGU diklasifikasikan dalam sistim dengan
sirkulasi alam dan dengan sirkulasi bantuan “natural dan forced circulation”.
Pada sirkulasi alam, gas buang turbin gas mengalir mendatar melalui pipa -
pipa vertikal ketel. Sirkulasi ini terjadi karena perbedaan densitas suplai air
ketel dingin melalui pipa penyalur air ketel (pipa kebawah, down comer)ke
pipa penguap dan campuran air/uap masuk drum uap ketel. Sedang sistim
sirkulasi bantuan memakai gas buang turbin dan mengalirkannya vertikal
melalui pipa horizontal ketel suplai air dipompa melalui pipa ketel.
Alternatif lain dari HRSG konvensional dengan drum adalah HRSG yang
direncanakan dengan sekali pemanasan (once through), dimana tidak
diperlukan drum ketel. Dalam hal ini juga tidak diperlukan sistim control
permukaan air, pengendali mutu air drum dan sistim sirkulasi.
Secara tradisional HRSG dengan sirkulasi alam banyak dipakai di Eropa,
sedangkan dengan sirkulasi bantuan umumnya di Amerika Serikat. Sistim
sirkulasi alam lebih mudah pengoperasiannya, dimana
penggunaan/pengoperasian pompa merupakan salah satu faktor utama yang
dihindari. Sebaliknya dengan sistim sirkulasi bantuan unit HRSG dapat dibuat
lebih kecil, khususnya untuk disesuaikan dengan keadaan lokasi tempat, dan
dapat di start lebih cepat, meskipun perbedaan akan ukuran dan waktu start
relative kecil dan banyak tergantung pada tujuan pemakaiannya.
Pusat listrik yang dioperasikan untuk beban dasar dapat tidak dilengkapi
dengan saluran pintas, bila dijamin bahwa HRSG nya tahan akan perubahan
suhu. Alternatif lain adalah penerapan dengan sistim saluran pintas turbin uap
untuk pengoperasian dengan daur sederhana.
Dalam penerapan dibeberapa PLTGU, kadang-kadang diperlukan lebih
banyak uap dari pada yang dihasilkan turbin gasnya. Untuk menambah hasil
uap turbin gasnya lebih banyak dalam blok PLTGU biasanya dipakai sistim
pembakar tambahan pada HRSGnya, yang biasa disebut “Supplementary”
atau “assisted firing”. Pembakar tambahan dengan bahan bakar minyak atau
gas ditambahkan langsung kehulu saluran gas buang panas HRSG banyak
menguntungkan, terutama karena gas buangnya mengandung cukup
oksingen untuk menopang pembakaran yang baik. Keuntungan lain adalam
dalam mengoptimasi keperluan akan pembangkit listriknya dan kebutuhan
akan uap untuk menghasilkan output sistim sesuai keperluan beban.
16
Kemajuan dalam desain PLTGU lebih mengutamakan dengan cara
pelaksanaan penggabungan trubin gas, tutbin uap dan generatornya pada
satu poros. Hal ini telah diterapakan bertahun-tahun untuk unit kecil tanpa
pemanasan ulang dengan turbin uap bercangkang tunggal, konsep ini kini
diterapakan pada unit dengan pemanasan ulang dengan elemen turbin
bertekanan tinggi, bertekanan sedang, dan bertekanan rendah. Begitu pula
dengan yang cangkangnya bertekanan rendah dengan aliran ganda dapat
diterapkan dengan pengaturan berporos tunggal, meskipun penerapan ini
menghadapi banyak tantangan.
Walaupun ada untung ruginya dalam unjuk kerja termodinamis dari susunan
dengan poros tunggal, secara ke seluruhan dalam garis besarnya sama
dengan desain poros majemuk. Pendekatan dengan poros tunggal
memerlukan pertimbangan khusus dalam bidang pemuaian termal gerakan
dan fleksibilitas rotor.
Pengoperasian PLTGU banyak memberikan fleksibilitas, pada dasarnya
turbin gas dapat dioperasikan sendiri atau dalam sistim blok PLTGU. Hal ini
membuat pusat listrik dapat memenuhi beban yang diperlukan dengan baik
secara bertahan dan juga untuk menghasilkan listrik selama komponen daur
uapnya tidak jalan.
Fleksibilitas bertambah bila turbin gas, turbin uap dan HRSG ditambah dalam
sistim. PLTGU terbesar saat ini didukung oleh salah satu dari turbin gas
terbesar dengan kapasitas antara 2000 dan 3000 MW
Beberapa kemungkinan modus operasi adalah :
1. Satu atau dua turbin gas beroperasi dengan memintas HRSGnya.
2. Satu atau dua turbin gas beroperasi dengan gas buangnya melalui HRSG
dengan /tanpa pembakaran tambahan.
3. Satu atau dua turbin gas beroperasi dengan gas buangnya melalui HRSH,
tetapi turbin uapnya tidak jalan
4. Salah satu/kedua turbin gas beroperasi dengan gas buangnya melalui
HRSG masing-masing, dengan/ tanpa turbin uap, dimana satu HRSG
dipintas.
17
Gambar 15 Skema PLTGU
18
Gambar 16 Skema Kerja PLTP Uap Kering
19
Umumnya uap berasal dari bumi terdiri dari campuran air dan uap (water
dominated) dan uap kering (ligh enthalpy steam).
Uap panas bumi tidak sebersih uap yang digunakan di PLTU tetapi banyak
kontaminasi berupa unsure kimia seperti silica, chloride, selain itu
mengandung non condensable gas (gas yang tidak terkondensasi) seperti
H2S, CO2 dan NH3 dalam jumlah yang besar.Kandungan unsure kimia/gas ini
tidak dapat dipisahkan dari uapnya, sehingga uap masuk ke turbin dalam
keadaan tidak bersih dan gas H2S baru keluar setelah dihisap dari condenser,
gas ini akan mencemari lingkungan.
Uap yang keluar dari sumur produksi tekanannya dapat mencapai 15 Kg/cm 2
dengan mengatur kepala sumur. Tetapi umumnya karakteristik sumur
cenderung turun outputnya baik produksi uap maupun tekananya setelah
lama beroperasi.Oleh karena itu tekanan uap masuk turbin dibuat lebih
rendah. Dengan studi optimasi tekanan uap masuk turbin umumnya antara 4
– 8 Kg/cm2
Gambar 18 PLTP
20
Turbin yang digunakan pada PLTP adalah
Back pressure , dimana tekanan keluar turbin diatas tekanan atmosfir,
turbin ini dipakai untuk kapasitas kecil (5 MW), bila kandungan gas dalam
uap banyak sekali maka uap keluar dari turbin dibuang langsung ke udara.
Condensing turbine dengan double flow, uap yang keluar dari turbin
tekanannya dibawah atmosfir (+0,10 bar), langsung didinginkan dan
mengembun di condenser.
Karena tekanan uap panas bumi rendah, maka specefik vulome besar dan
heat drop di turbin kecil, oleh karena itu konsumsi uap masuk turbin besar, hal
ini menyebabkan ukuran turbin PLTP relative besar. Untuk PLTP 55 MW
ukuran turbin sama dengan turbin PLTU 150 MW.
Umumnya sumber air di daerah lapangan panas bumi tidak cukup tersedia
banyak untuk digunakan sebagai pendingin kondensor dengan cara once
through cooling system, oleh karena itu sistem pendinginannya menggunakan
cooling tower.
Tenaga listrik yang dihasilkan generator mempunyai tegangan 11 KV, dan
dengan pemakaian static exciter pada generator yang menggunakan
komutator tidak direkomendasikan.
21
uap dan kemudian, sama seperti pada pembangkit konvensional, uap
digunakan untuk menggerakkan turbin dan generator untuk menghasilkan
listrik. Dalam membangkitkan listrik, PLTN tidak membebaskan asap atau
debu yang mengandung logam berat atau CO2, SO2, NOx ke lingkungan.
Gambar di bawah ini menunjukkan skema prinsip pengoperasian PLTN jenis
reaktor tekan (PWR).
22
watt selama 1 hari. Seandainya sebuah rumah menggunakan energi sebesar
1000 kilowatt-jam dalam sehari, maka energi yang dihasilkan 1 gram Uranium
dapat digunakan selama sekitar 24 hari.
23
B. Rangkuman
PLTU
PLTP
PLTG
U
24
C. Latihan
25
BAB III
KEGIATAN PEMBELAJARAN II
SISTEM PEMBANGKIT NON THERMAL
Indikator Keberhasilan :
- Pembaca mampu menjelaskan tentang prinsip kerja sistem
pembangkit non thermal
- Pembaca mampu menjelaskan komponen – komponen
sistem pembangkit non thermal.
A. Uraian Pembelajaran II
26
Bendungan (dam)
Pipa pesat (penstock)
Turbin
Generator
Gedung sentral
Pipa hisap
Saluran pembuang
Dimana :
P = daya terpasang dalam KW
= efesiensi dari pembangkit listrik
Q = debit air (m3 /detik)
H = tinggi bersih (m)
Gambar 20 PLTA
27
A.1.1. Tipe PLTA
Adapun factor –faktor yang mempengaruhi di dalam pemilihan tipe PLTA
adalah :
1. Keadaan aliran air
2. Keadaan geografis, geologis
3. Hubungan antara penyediaan dan kebutuhan tenaga listrik
4. Biaya pembangunan
5. Keuntungan dari pembangkitan tenaga
6. Hubungan dengan pengembangan sungai secara menyeluruh
7. Hubungan antara tenaga listrik yang telah ada dan rencana kemudian
8. Pertimbangan dasar penyediaan tenaga listrik, apakah dari tenaga air atau
dari tenaga thermal
9. Biaya pembangunan
10. Jangka waktu penyelesaian proyek
11. Jaringan transmisi yang dibutuhkan
12. Pengangkutan
28
B. Rangkuman
C. Latihan
29
3. Faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan tipe PLTA adalah sebagai
berikut, kecuali :
a. Debit air
b. Kondisi geografis dan geologis
c. Dam
d. Keuntungan dari pembangunan pembangkit
30
BAB IV
PENUTUP
Puji syukur Kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat-Nya penyusunan Modul Sistem Tenaga Listrik (Pembangkitan) dapat
selesai. Modul ini Kami susun dengan harapan pembaca dapat memahami isi
modul ini dengan baik. Semoga dengan adanya modul ini, pembaca dapat
menyelesaikan permasalah dalam memahami Sistem Tenaga Listrik
Pembangkitan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
selesainya penyusunan Modul ini.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
KUNCI JAWABAN
Kriteria Penilaian :
Tes Formatif I
1. c 2. a 3. b 4. d 5. d
Tes Formatif II
1. a 2. b 3. c 4. d 5. d
33
BIODATA PENULIS
I. Identitas Diri
Nama : Jon Monang Sihombing
NIP. : 19500205 198603 1 002
Tempt. : Siborong-Borong
Tgl lahir : 5 Februari 1950
Agama : Kristen Protestan
34
4. Kepala Seksi Informasi di DJLPE, 1992
5. Kepala Seksi Evaluasi di DJLPE. 1993
6. Kepala Seksi Ling.Transmisi di DJLPE, 1998
7. Widyaiswara Muda di BUL-DJLPE, 1999
8. Widyaiswara Madya di Pusdiklat KEBT, 2002
35
B. Autnaobis Patar Simanjuntak
I. Identitas Diri
Nama : Autnaobis Patar Simanjuntak
NIP. : 19750705 200212 1 002
Tempt. : Plaju
Tgl lahir : 5 Juli 1975
Agama : Kristen Protestan
36