Oleh :
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas ijinNya-lah
sehingga penyusunan Modul ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
Penyusunan Modul Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan dan
Energi Baru Tebarukan Tahun 2009 ini merupakan kegiatan pendukung
kediklatan untuk melengkapi perangkat Diklat dengan harapan agar
peserta diklat/pembaca dapat belajar mandiri.
Tujuan penyusunan Modul Efisiensi Boiler dan Faktor yang
Mempengaruhinya yang disusun oleh Ir. Parlindungan Marpaung adalah
untuk menyediakan bahan panduan bagi praktisi audit energi maupun
petugas energi tentang metode perhitungan efisiensi energi boiler dan
uraian rinci mengenai faktor-faktor operasi yang memepengaruhi efisiensi
suatu boiler. Dengan mempelajari matri modul ini pembaca dapat
memahami metode perhitungan dan faktor operasi yang mempengaruhi
efisiensi boliler.
Kami selaku pimpinan Pusat Diklat KEBT mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh anggota Tim, Penulis dan Editor Modul
yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan waktu sehingga
penyusunan Modul ini dapat terwujud sesuai dengan harapan kita semua.
Kritik dan Saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk
kesempurnaan Modul ini di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga Modul yang telah disusun ini bermanfaat dalam
upaya meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan sikap kerja bagi para
peserta diklat atau para pembaca pada khususnya.
Demikian pengantar kami, atas segala perhatian dan kerjasamanya
diucapkan terima kasih.
Sukiman
i
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat .................................................................................. 1
C. Manfaat Modul ...................................................................................... 2
D. Tujuan Pembelajaran ........................................................................... 2
D.1. Kompetensi Dasar ........................................................................ 2
D.2. Indikator Keberhasilan .................................................................. 2
BAB II......................................................................................................... 3
KEGIATAN PEMBELAJARAN I ................................................................ 3
EFISIENSI BOILER ................................................................................... 3
A. Boiler .................................................................................................... 3
A.1. Boiler Pipa Api .............................................................................. 3
A.2. Boiler Pipa Air ............................................................................... 4
B. Efisiensi Boiler ...................................................................................... 5
C. Metoda Perhitungan Efisiensi Boiler...................................................... 6
C.1. Perhitungan Efisiensi Boiler Cara langsung .................................. 7
C.2. Perhitungan Efisiensi Boiler dengan Cara Tak Langsung............. 9
C.2.1 Rugi Energi Cerobong ..................................................... 10
C.2.2. Rugi Energi Panas Laten Uap Air .................................... 13
C.2.3. Rugi Energi Karena Bahan Bakar Tak Terbakar Sempurna
......................................................................................... 14
C.2.4. Energi Hilang Radiasi ...................................................... 16
C.2.5. Energi Hilang Blowdown .................................................. 16
C. Neraca Energi Boiler ........................................................................... 23
D. Rangkuman Kegiatan Pembelajaran I - Efisiensi Boiler ..................... 24
E. Tes Formatif/Latihan............................................................................ 25
BAB III...................................................................................................... 27
KEGIATAN PEMBELAJARAN II ............................................................. 27
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI BOILER ........................ 27
A. Manajemen Pembakaran .................................................................... 28
ii
B. Manajemen Air Umpan Boiler .............................................................. 36
B.1. Proses Pembentukan Scale ....................................................... 36
B.2. Indikator adanya kerak ............................................................... 38
B.3. PH Air Boiler ............................................................................... 38
B.4. Suhu Air Umpan ......................................................................... 39
C. Faktor Beban Boiler............................................................................. 40
D. Rangkuman ......................................................................................... 43
E. Tes Formatif/Latihan............................................................................ 44
BAB IV ..................................................................................................... 47
PENUTUP................................................................................................ 47
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
1
C. Manfaat Modul
D. Tujuan Pembelajaran
Tujuan modul ini adalah untuk menghasilkan tenaga teknis yang mampu :
1. Melakukan perhitungan efisiensi operasi boiler
2. Mengerti parameter operasi yang mempengaruhi efisiensi
3. Membuat neraca energi
4. Mengetahui alat ukur serta teknik pengukuran parameter operasi boiler
2
BAB II
KEGIATAN PEMBELAJARAN I
EFISIENSI BOILER
INDIKATOR KEBERHASILAN :
A. Boiler
3
Gambar 1. Jenis Boiler pipa api
4
Gambar 2. Jenis boiler pipa air
B. Efisiensi Boiler
5
Gambar 3. Aliran energi pada boiler
Cara lain dalam perhitungan efisiensi boiler adalah yang dikenal dengan
efisiensi net yaitu dengan memasukkan semua unsur energi input
termasuk energi pada kelengkapan boiler (auxilaries) seperti fan, pompa
dan lain - lain.
6
Efisiensi pembakaran sering juga disebut dalam operasional boiler.
Perhitungan efisiensi pembakaran sama seperti heat-loss method tetapi
dalam hal ini yang diperhitungkan hanya rugi-rugi energi ke cerobong
(exchaust gas) sedangkan rugi - rugi energi dari permukaan boiler dan
blowdown tidak dimasukkan. Alasan yang dikemukakan dalam hal ini
adalah karena rugi – rugi energi ke cerobong adalah yang terbesar
diantara semua rugi – rugi energi boiler. Disamping itu upaya perbaikan
untuk mengurangi rugi – rugi energi lain seperti dari permukaan boiler
relatif tidak mungkin lagi dilakukan.
Dengan :
Huap adalah entalpi uap yang diproduksi boiler.
LCV bahan bakar adalah nilai kalor net konsumsi bahan bakar boiler.
7
praktek. Perhitungan efisiensi boiler dengan cara langsung dapat
dilakukan dengan mengikuti prosedur seperti tertera dalam table berikut.
8
C.2. Perhitungan Efisiensi Boiler dengan Cara Tak Langsung
Perhitungan efisiensi boiler cara tak langsung sering digunakan dalam
praktek yaitu dengan mengetahui energi masukan (input ) dan menghitung
rugi-rugi energi dalam persen bahan bakar input. Metoda perhitungan
efisiensi cara tak langsung ini disamping dimungkinkan diterapkan dalam
praktek juga memberi informasi tentang besaran aliran energi (rugi – rugi
energi). Dengan demikian upaya peningkatan efisiensi energi boiler dapat
dengan mudah dilihat yaitu dengan cara mengurangi rugi – rugi energi
yang terlalu besar dan dinilai memungkinkan.
Efisiensi Boiler = 100 - ΣRugi-rugi energi dalam persen bahan bakar input.
Efisiensi (%) 100 Rugi rugi
9
1. Kerugian panas ke cerobong
2. Kerugian panas karena pembakaran tak sempurna
3. Kerugian panas radiasi
4. Kerugian panas laten H2O pada gas buang
5. Kerugian blowdown
10
Gambar 4. Total energi hilang ke cerobong vs O2 (%)
11
Gambar 5. Grafik Rugi Energi Cerobong
Contoh :
Boiler dengan bahan bakar minyak IDO (no 2 oil). Hasil pengukuran pada
gas buang menunjukkan komposisi gas buang dan suhu sebagai berikut :
o Gas CO2 = 10 %;
o O2 = 7.5 %
o Temperatur = 500 F = 260 C.
12
Berdasarkan data pengukuran tersebut dan dengan menggunakan grafik
di atas, maka diperoleh :
o Total air : 150 % atau excess air : 50 %
o Efisiensi pembakaran boiler = 81 %.
13
C.2.3. Rugi Energi Karena Bahan Bakar Tak Terbakar Sempurna
Rugi energi karena bahan bakar tak terbakar sempurna terjadi jika proses
pembakaran berlangsung tidak sempurna. Besaran kerugian energi ini
ditentukan oleh jumlah dari bahan bakar yang tidak terbakar sempurna
(proses pembakaran).
Bahan bakar fosil umumnya terdiri dari unsur carbon (C) dan hydrogen
(H2). Pada pembakaran sempurna carbon dioksidasi menjadi carbon
dioksida (CO2), dan hydrogen dioksidasi menjadi H2O dengan melepaskan
sejumlah energi.
Bila pembakaran berlangsung tak sempurna maka carbon dioksidasi
menjadi carbon monoksida (CO), dan panas pembakaran yang dihasilkan
berkurang menjadi sekitar 54 % dari energi yang terkandung dalam
carbon tersebut. Pada kondisi pembakaran tak sempurna seperti ini
sejumlah energi turut terbuang ke cerobong. Di samping kerugian energi
pada pembakaran tak sempurna juga menimbulkan polusi udara yang
hebat yaitu dengan adanya CO yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
14
Untuk sistem pembakaran minyak dan gas,
Jika CO atau asap muncul tetapi rasio udara adalah normal ini
menindikasikan burner bermasalah, misalnya :
1. Campuran antara bahan bakar dan udara buruk (poor mixing ) .
2. Viscositas bahan bakar buruk.
3. Keausan nozzel/worn tips, carbonization pada tips dan deterioration
diffusers.
15
Contoh :
Boiler dengan bahan bakar batubara. Hasil pengukuran pada gas buang
menunjukkan pembakaran tidak sempurna yang ditandai dengan adanya
gas CO. Komposisi gas buang : (CO2 + CO) adalah 10 %, CO = 0.8 %.
Dengan menggunakan grafik rugi – rugi energi pembakaran tak sempurna
diperoleh rugi – rugi energi akibat pembakaran tak sempurna adalah :
4.5 % dari konsumsi batubara boiler.
16
untuk kelancaran operasi. Untuk itu melakukan blowdown harus sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan manufaktur. Dalam prosedur operasi
boiler jumlah blowdown harus dimonitor berdasarkan hasil pengukuran
TDS (total disolved solid) air boiler dan TDS air umpan.
17
sehingga suhu gas buang meningkat. Suhu gas buang meningkat
berarti pemborosan energi.
Contoh :
Jika kondensat semuanya dikembalikan ke boiler dengan suhu sekitar 95
C, maka penghematan energi pada boiler cukup besar yaitu sekitar : 12 %
dari konsumsi bahan bakar boiler (lihat grafik berikut). Dan jika kondensat
kembali hanya 50 % dengan suhu sekitar 100 C, maka penghematan
energi adalah 6 % dari konsumsi energi boiler. Ini berarti dengan
mengembalikan kondensat ke boiler penghematan energi yang signifikan
dapat diperoleh. Disamping penghematan energi pemanfaatan kondensat
kembali ke boiler juga akan menghemat biaya pengolahan air umpan
boiler.
18
d. Memanfaatkan kembali panas blowdown dengan cara menggunakan
steam flash atau melalui heat exchange.
.
a
X 100% ------------ 1)
b
19
Blowdown dinyatakan dalam persen air umpan (%), sehingga dalam
periode tertentu dapat dihitung berdasarkan laju aliran air umpan boiler
dikalikan dengan harga jumlah blowdown dari persamaan ...1) di atas.
Kesalahan pengelolaan air boiler tidak hanya berakibat kerugian energi
tetapi dapat berakibat fatal sebagaimana tampak pada gambar berikut.
20
Gambar 9. Grafik rugi-rugi energi blowdown
Contoh :
Jika batas maksimum TDS yang diijinkan pada boiler : 3000 ppm, tidak
ada kondensat kembali sehingga persentase make up water : 100%. TDS
feed water : 300 ppm, maka persentase blowdown adalah :
= 300 x 100
3000 – 300
= 11.1 %
21
Jika produksi uap : 3000 kg/jam, maka laju blowdown yang diperlukan :
= 3000 x 11.1 = 330 kg/jam
100
Jika jumlah blowdown sudah diketahui, maka rugi –rugi energi blowdown
dapat dihitung dengan menggunakan tabel uap.
Misalkan tekanan kerja boiler adalah 10 bar, maka dari tabel uap
diperoleh entalpi air jenuh pada tekanan 10 bar adalah : 763.22 kJ/kg,
atau sama dengan : 182.29 kcal/kg air panas jenuh. Jadi jumlah kerugian
blowdown pada contoh di atas adalah : 330 kg/jam x 182.29 kcal/kg =
60156 kcal/jam.
22
Akibat melakukan blowdown terlalu sering, maka kerugian energi yang
timbul dalam bentuk air panas jenuh adalah (528 – 330) kg/jam = 198
kg/jam atau setara dengan : 198 x 182.29 kcal/jam = 36093.42 kcal/jam.
Neraca energi perlu dibuat untuk mengetahui aliran energi dan besaran
rugi – rugi energi. Jika aliran dan besaran rugi – rugi energi sudah
diketahui, maka adalah mudah untuk mengetahui cara yang diperlukan
untuk menguranginya untuk meningkatkan efisiensi boiler.
Dengan menghitung semua rugi – rugi energi yang ada pada boiler, maka
neraca energi boiler dapat dibuat (periksa gambar - Diagram Shankey ).
23
D. Rangkuman Kegiatan Pembelajaran I - Efisiensi Boiler
Dari uraian diatas kiranya cukup jelas bahwa efiisiensi boiler ditentukan
oleh manejemen pembakaran dan manejemen air umpan boiler.
Manejemen pembakaran ditentukan suhu dan ratio udara pembakaran.
24
ta = Temperatur udara luar
tf = Temperatur gas buang
E. Tes Formatif/Latihan
25
3. Yang perlu dilakukan agar efisiensi pembakaran optimum pada boiler
adalah menjaga agar operasi pembakaran selalu berada pada kondisi
ratio udara rendah. Rasio udara adalah :
A. Perbandingan bahan bakar dengan udara.
B. Perbandingan antara udara pembakaran aktual dengan udara
pembakaran teoritis.
C. Perbandingan kadar O2 aktual pada gas buang dengan O2 udara.
D. Perbandingan CO2 dan O2 pada gas buang.
26
BAB III
KEGIATAN PEMBELAJARAN II
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI BOILER
INDIKATOR KEBERHASILAN :
Bab ini menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi efisiensi boiler.
Indikator keberhasilan dalam mempelajari materi bab III ini adalah:
Setelah mempelajari materi bab III ini pembaca diharapkan mampu
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi boiler yaitu
menejemen pembakaran, menejemen air umpan dan faktor beban boiler.
27
A. Manajemen Pembakaran
Manajemen pembakaran pada boiler dimaksudkan untuk mendapatkan
kondisi pembakaran suatu bahan bakar yang optimum. Kegiatan utama
dalam manajemen pembakaran adalah :
1. Menjaga agar pembakaran selalu berada pada rasio udara rendah
(low air ratio combustion);
2. Menjaga agar kapasitas burner beroperasi sesuai dengan beban
boiler;
3. Memelihara (maintenance) burner.
Rasio udara.
Pembakaran sempurna dapat terjadi bilamana jumlah udara pembakaran
yang dipasok ke ruang bakar berlebih dari kebutuhan teoritis
(stoichiometric). Namun apabila udara lebih (excess air) tersebut dibuat
terlalu banyak maka jumlah gas buang (exhaust gas) hasil pembakaran
menjadi besar dan akibatnya energi sensibel gas buang atau biasa
disebut dengan rugi – rugi energi ke stack menjadi besar.
28
bahan bakar. Sebaliknya gas buang yang tampaknya bersih (tanpa
asap/karbon) diartikan sebagai pembakaran sempurna. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa esensi sesungguhnya dari efisiensi pembakaran dan
panas sensibel gas buang belum dipahami secara benar.
Energi sensibel gas pembakaran sebagai fungsi dari suhu dan excess air
haruslah dipahami jika ingin menerapkan konsep efisiensi dalam sistem
pembakaran boiler. Bila temperatur stack gas boiler dapat dibuat rendah
dan persentase excess air udara pembakaran sesedikit mungkin, berarti
upaya kita untuk mengurangi rugi-rugi energi melalui gas buang sudah
berhasil. Dengan kata lain efisiensi pembakaran meningkat mencapai
level optimal. Uraian di atas pada dasarnya ingin menjelaskan bahwa
energi pada suatu sistem pembakaran dapat dihemat dengan cara yang
mudah yaitu dengan mengurangi suhu gas buang dan persentase udara
lebih. Udara lebih atau excess air dalam praktek sering dinyatakan
dengan istilah rasio udara.
Nilai besaran dari rasio udara dapat diketahui dengan cara mengukur
kadar oxygen (O2) pada gas buang dengan menggunakan gas analizer,
data hasil pengukuran digunakan untuk menghitung rasio udara dengan
formula berikut :
RasioUdara 21 /( 21 O2%)
Gas buang diukur dengan menggunakan gas analiser portable yang saat
ini telah tersedia di pasaran dengan harga yang terjangkau. Jika
parameter operasi (rasio udara dan suhu gas buang) sudah dapat
29
dikontrol dan hasilnya adalah efektifitas pembakaran yang tinggi akan
diperoleh.
Contoh 1 :
Udara yang disupply ke ruang bakar boiler untuk proses pembakaran
bahan bakar adalah : 150 m3, udara teoritis untuk proses pembakaran
adalah : 100 m3.
Berdasarkan data tersebut, maka ratio udara dihitung sebagai berikut :
Rasio udara = 150/100 = 1.5.
Rasio Udara (r) = {21 / (21 - O2)}.
1.5 = 21 / (21 - O2) atau 1.5 (21 – O2) = 21.
Kadar O2 pada gas buang = (31.5 – 21)/1.5 = 7 %
30
Contoh 2 :
Suhu gas buang hasil pengukuran pada stack gas menunjukkan 600 oC
dan hasil pengukuran komposisi gas buang (O2 & CO2) menghasilkan
ratio udara adalah 1.6. Dengan menggunakan grafik, maka energi
sensibel yang terdapat pada gas buang ke cerobong sebesar dapat
diketahui yaitu 36% dari energi input. Jika ratio udara diturunkan misalnya
dari 1,6 menjadi 1,3, maka jumlah energi hilang melalui gas buang akan
turun dari 36% menjadi 30%. Ini berarti dengan pengurangan ratio udara
dari 1,6 menjadi 1,3 mengakibatkan energi terbuang melalui cerobong
berkurang dari 36 menjadi 30% atau penghematan sama dengan 6%.
Berkurangnya kerugian energi melalui cerobong berarti penghematan
6
bahan bakar pada boiler sebesar : = 7 %, angka 0,85 adalah
0.85
efisiensi boiler.
31
Perhatikanlah kembali gambar di atas, semakin rendah temperatur gas
pembakaran semakin sedikit energi terbuang, demikian juga rasio udara,
semakin rendah ratio udara semakin sedikit energi yang terbuang, atau
dengan kata lain efisiensi pembakaran semakin meningkat. Secara teoritis
penghematan energi maksimal terjadi pada rasio udara sama dengan 1,
tetapi dalam praktek jika rasio udara dibuat sama dengan 1, maka bahan
bakar tidak lagi terbakar sempurna yang ditandai dengan munculnya CO
dan/atau asap hitam di cerobong seperti pada gambar berikut. Penurunan
rasio udara yang drastis akan berakibat efisiensi turun dan munculnya gas
CO pada gas buang. Adanya gas CO sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia dan oleh karena itu rasio udara harus dijaga selalu berada pada
tingkat optimal agar kepentingan efisiensi kesehatan dan lingkungan hidup
dapat dipenuhi
Gambar 15. Pembakaran tak sempurna terjadi pada rasio udara rendah.
32
Tabel 4. Excess Air dan O2 Optimum berbagai Bahan Bakar
Optimum O2
Bahan Bakar Optimum Excess Air %
pada Stack Gas %
Batubara 20 – 25 4 – 4,5
Biomassa 20 – 40 4–6
Stoker firing 25 – 40 4,5 – 6,5
BBM 5 – 15 1–3
Gas Bumi/LPG 5 – 10 1–2
Black Liquor 5 – 10 1–2
33
Mengatur rasio udara (perbandingan udara dan bahan bakar).
Dalam pengaturan rasio udara pada sistem pembakaran/burner harus
dilakukan secara perlahan-lahan dengan berpedoman pada hasil
monitoring kadar O2 dan index asap (karbon) gas buang yang ditunjukkan
dari hasil pengukuran gas analisis. Bila hasil pengukuran gas buang
menunjukkan adanya asap (karbon) atau CO, ini berarti batas ratio udara
optimum telah dilewati, sehingga pengurangan ratio udara pembakaran ke
tingkat yang lebih rendah tidak mungkin lagi dilakukan. Dengan kata lain
batas ratio udara optimum telah dilewati.
34
Gambar 19. Grafik pemborosan bahan bakar vs kerak pada sisi air pipa
boiler
Bahan deposit dari bahan bakar boiler umumnya terdiri dari jalaga hitam.
Pada boiler kecil bahan deposit tersebut mudah dibersihkan dengan
menggunakan sikat. Tetapi bahan bakar kwalitas rendah seperti residual
atau minyak berat No. 6 akan menimbulkan endapan atau deposit pada
sisi gas yang lebih serius. Bahan bakar padat seperti batubara dan kayu
menghasilkan deposit berbasis ash slag dan jika tidak segera dibersihkan
akan meleleh dan membentuk lapisan isolasi glas yang sulit disingkirkan.
Pada boiler pipa api deposit dapat dibersihkan dengan uap bertekanan
tinggi. Soot blowing dengan menggunakan uap dilakukan secara regular
paling tidak sekali dalam setiap shift. Penyebab timbulnya jelaga yang
paling umum adalah excess air yang terlalu rendah, burner rusak/kotor
atau persiapan bahan bakar yang salah. Dengan melakukan pembersihan
secara teratur pada permukaan bidang pemanas boiler akan dapat
mengurangi biaya operasi boiler. Untuk bahan bakar gas dengan burner
yang baik, jelaga tidak terjadi namun demikian pipa pemanas boiler tetap
harus diinspeksi dan dibersihkan paling tidak setahun sekali.
35
B. Manajemen Air Umpan Boiler
Air umpan (feed water) boiler umumnya mengandung zat CaCO3 atau
CaCO4. Adanya zat tersebut menyebabkan pada permukaan pipa
pemanas maupun drum boiler cenderung terbentuk kerak maupun
munculnya endapan berupa lumpur di bagian bawah drum boiler.
Timbulnya kerak atau scaling yang ditandai dengan adanya deposit padat
pada sisi dalam pipa boiler dengan sifat termal yang penghambat aliran
panas (non konduktif). Scaling menjadi obyek perhatian karena disamping
berpengaruh terhadap turunnya laju perpindahan panas yang dapat
berakibat overheating dan juga menimbulkan masalah lain seperti
pemborosan bahan bakar, berkurangnya produksi uap (output) boiler,
penyumbatan pipa boiler, dan masalah pemeliharaan/pembersihan kerak
tersebut.
36
Gambar 20. Distribusi suhu pada pipa
Zat-kotoran ini tidak ikut menguap tetapi tertinggal dalam air boiler dan
konsentrasinya bertambah terus. Konsentrasi kotoran yang semakin tinggi
jika tidak dihindari akan mendorong terbentuk kerak pada permukaan
boiler. Menghindari terbentuk kerak maka pengurasan atau blowdown
perlu dilakukan. Blowdown adalah tindakan pengurasan kotoran/endapan
dari dalam boiler, tetapi pengurasan ini hendaknya dilakukan sesuai
keperluan, karena bila jumlah blowdown berlebih maka energi hilang
melalui blowdown akan bertambah. Jumlah blowdown diketahui dari
kwalitas air umpan dan air boiler, oleh karena itu air boiler harus dianalisa
secara periodik. Kualitas air boiler ditentukan oleh pembuat boiler sebagai
standard operating procedure yang harus diterapkan. Meskipun
manajemen pembakaran telah berhasil diterapkan tetapi dengan adanya
kerak/scale, maka efisiensi energi optimal pada boiler belum dapat
terealisasi. Seperti tampak pada gambar di atas, semakin tebal kerak
semakin besar konsumsi bahan bakar. Untuk itu pembersihan pada sisi
boiler perlu dilakukan misalnya dengan cara mekanis (lihat gambar
berikut).
37
Gambar 21. Pembersihan kerak Boiler
38
Gambar 22. Kerusakan akibat Ph air boiler tak terkontrol
39
Gambar 23. Feed water preheating - Economiser
40
Gambar 24. Beban Sistem Uap VS Rugi – Rugi Radiasi Boiler
41
boiler yang beroperasi pada beban parsial (bukan beban penuh), maka
besaran nilai kerugian radiasi boiler dikoreksi dengan faktor pengali F.
Faktor F adalah perbandingan antara beban nominal dengan beban
parsial. Misalnya jika boiler dibebani dengan beban parsial 60 %, maka
faktor koreksi F adalah : 100/60 atau F= 1.6. Dalam hal ini rugi - rugi
radiasi dari grafik harus dikalikan dengan 1.6.
42
D. Rangkuman
A. Manajemen pembakaran.
Manajemen pembakaran pada boiler dimaksudkan untuk mendapatkan
kondisi pembakaran suatu bahan bakar yang optimum. Kegiatan utama
dalam manajemen pembakaran adalah :
1. Menjaga agar pembakaran selalu berada pada ratio udara rendah (low
air ratio combustion). Rasio udara didefinisikan sebagi perbandingan
antara udara pembakaran aktual dengan udara pembakaran teoritis.
2. RasioUdara 21 /( 21 O2%)
3. Menjaga agar kapasitas burner beroperasi sesuai dengan beban boiler
4. Memelihara (maintenance) burner
Parameter operasi efisiensi pembakaran adalah :
1. Kadar oxygen (O2) atau CO2 pada gas buang. Kadar O2 dan CO2
diukur dengan menggunakan gas analiser.
2. Suhu gas buang. Suhu gas buang diukur dengan menggunakan
termometer. Setiap suhu gas buang naik 18 C konsumsi bahan bakar
meningkat 1 %.
43
C. Faktor beban boiler
Faktor beban boiler juga mempengaruhi efisiensi boiler. Semakin rendah
beban boiler efisiensi boiler semakin berkurang.
E. Tes Formatif/Latihan
44
Gambar 27. Instalasi Boiler
45
4. TDS air boiler harus diperiksa secara periodik, parameter TDS
tersebut mengindikasikan :
A. Kualitas uap.
B. Perlunya pemeliharaan boiler.
C. Jumlah kondensat kembali.
D. Blowdown perlu dilakukan
46
BAB IV
PENUTUP
Disadari bahwa modul ini masih belum sempurna sehingga kami dengan
senang hati menerima usul dan saran yang membangun dari semua pihak
untuk penyempurnaan modul ini di waktu mendatang.
Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya Pusdiklat Ketenagalistrikan dan energi baru terbarukan yang
telah membantu dalam proses penyusunan modul ini.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
KUNCI JAWABAN
49
BIODATA PENULIS
Pendidikan Tambahan/Kursus :
50
Management Training Course . AOTS-Kansai Kensha Center, Osaka -
Japan Nov-Des 1999.
51
Sebagai instructur dalam berbagai program pelatihan Konservasi
Energi yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Listrik dan
Pemamfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Sebagai instruktur dalam berbagai program pelatihan Konservasi
Energi yang diselenggarakan oleh Departemen Perindustrian.
Sebagai instruktur dalam berbagai program pelatihan Konservasi
Energi yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Sebagai instruktur dalam berbagai program pelatihan Konservasi
Energi yang diselenggarakan oleh Departemen Perhubungan,
Depkominfo, Batan, dan BPPT.
Sebagai instruktur dalam program pelatihan energi dan
ketenagalistrikan yang diselenggrakan oleh Pusdiklat Ketenagalistrikan
dan Energi Baru Terbarukan, Departemen Energi Dan Sumber Daya
Mineral.
Sebagai pembicara dalam berbagai seminar/workshop tentang
konservasi energi.
52