Anda di halaman 1dari 28

ENERGI DAN LINGKUNGAN

EFEK RUMAH KACA

Tugas Mata Kuliah Enegi dan Lingkungan


Program Studi Teknik Energi Terbarukan Program Magister Terapan
Politeknik Negeri Sriwijaya

Oleh Kelompok 3:

Daya Wulandari 062050442831


Devina Sanchia S. 062050442832
Leila Utarina 062050442836
M. Amir 062050442837
Rafit Arjeni 062050442841

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Rusdianasari, M.Si.,IPM

PROGRAM MAGISTER TERAPAN


TEKNIK ENERGI TERBARUKAN
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Energi dan
Lingkungan "EFEK RUMAH KACA"
Tugas ini disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Energi dan
Lingkungan pada Jurusan Teknik Energi Terbarukan Megister Terapan di Politeknik
Negeri Sriwijaya Palembang.
Selama penyusunan dan penulisan Makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Dr. Ing. Ahmad Taqwa, M.T. selaku Direktur Politeknik Negeri
Sriwijaya. Yang telah memberikan kesempatan menggunakan segala fasilitas
selama masa pendidikan.
2. Ibu Dr. Ir. Rusdianasari, M.Si. IPM, Dosen Pengampu Energi dan Lingkungan
dan selaku Ketua Prodi Megister Terapan Jurusan Teknik Energi Terbarukan
Politeknik Negeri Sriwijaya yang telah memberikan bimbingan selama
berkuliah.
3. Teman-teman kelompok Daya Wulandari, Devina Sanchia S, Leila Utarina, M.
Amir, dan Rafit Arjeni yang telah berkerja sama menyelesaikan makalah ini
tepat waktu.
4. Teman-teman seperjuangan kelas yang lain telah memberi bantuan penulisan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
Studi Kelayakan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga Studi Kelayakan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Palembang, Mei 2021

Tim penulis
ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................ 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3


2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca ......................................................... 3
2.2 Mekanisme Terjadinya Efek Rumah Kaca....................................... 4
2.3 Akibat Efek Rumah Kaca................................................................. 6

BAB III. PEMBAHASAN ............................................................................... 9


3.1 Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Energi ............................................ 9
3.1.1 Data Faktor Emisi.................................................................... 9
3.2 Emisi GRK Saat ini........................................................................... 13
3.3 Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca............................................... 15
3.3.1 Cara Pengurangan Emisi CO2.................................................. 15
3.4 Langkah Pengurangan Emisi CO2 Sektoral...................................... 17
3.4.1 Sektor Transportasi.................................................................. 17
3.4.2 Sektor Industri.......................................................................... 18
3.4.3 Sektor Rumah-Tangga dan Komersial..................................... 18
3.4.4 Pembangkit Listri..................................................................... 18
3.5 Strategi Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca................................. 18

iii
3.5.1 CDM (Clean Development Mechanism).................................. 18
3.5.2 Program Pengurangan Emisi.................................................... 19

BAB IV. PENUTUP ......................................................................................... 20


4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 20
4.2 Saran.................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 22

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Ilustrasi efek rumah kaca........................................................................... 3
2. Sumber-sumber emisi gas rumah kaca...................................................... 4
3. Metologi Perhitungan Faktor Emisi BBM.................................................10
4. Hasil Perhitungan Faktro Emisi Batubara.................................................11
5. Metode Life Cycle Analisis untuk Perhitungan Faktor Emisi...................12
6. Skema Teknologi CCS..............................................................................17

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Faktor Emisi GRK..................................................................................... 10
2. Hasil Perhitungan Faktor Emisi BBM....................................................... 11
3. Hasil Perhitungan Faktor Emisi untuk PLTMH........................................ 13
4. Perbandingn Faktor Emisi......................................................................... 13

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau yang
sering disebut Iptek memang memberikan dampak yang positif bagi kehidupan, yaitu
dapat menyederhanakan dan mempermudah aktivitas-aktivitas dalam kehidupan.
Namun, tidak hanya dampak positif saja yang diberikan oleh kemajuan di bidang iptek
ini, tetapi juga dampak-dampak negative.
Misalnya saja, berkat adanya kemajuan iptek manusia tak perlu lagi berjalan kaki
untuk menempuh perjalanan yang jauh ataupun dekat. Karena saat ini sudah banyak
sepeda motor dan mobil yang mempercepat dan memudahkan kita menuju ke suatu
tempat.
Namun asap dari kendaraan bermotor ini dapat menyebabkan polusi dan gas rumah
kaca apabila kadarnya telah berlebih. Tidak hanya itu, pembakaran fosil seperti pada
pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, computer, pembakaran hutan
juga menyebabkan konsentrasi gas rumah kaca meningkat.
Masalah lain yang juga kita alami saat ini adalah meningkatnya temperatur rata-
rata permukaan bumi. Dari tahun 1880-1940 temperatur bumi naik hingga 0,6 derajat
celcius. Lalu kembali menurun 0,3 derajat celcius dari tahun 1940-1975. Kemudian naik
secar perlahan-lahan sejak tahun 1975.
Masalah-masalah lingkungan ini makin lama makin bertambah, terlebih saat ini
berhembus masalah yang lebih besar mengenai efek rumah kaca dan global warming.
Oleh karena itu kami mencoba membahas masalah-masalah tersebut diatas dalam
makalah ini. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan efek rumah kaca,global warming,
penyebab efek rumah kaca, dampak-dampak yang diberikan, dan keterkaitan Emisi Gas
Rumah kaca pada sektor Energi masalah-masalah tersebut diatas satu sama lain. Semua
ini akan kami coba cari tahu dan membahasnya dalam makalah ini.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Dari pembahasan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Pengertian efek rumah kaca.
2. Penyebab efek rumah kaca..
3. Keterkaitan efek rumah kaca dengan global warming dan perubahan iklim.
4. Emisi dari Gas Rumah kaca pada Sektor Energi
5. Cara-cara Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui:
1. Pengertian efek rumah kaca.
2. Penyebab efek rumah kaca.
3. Hubungan antara efek rumah kaca dengan global warming dan perubahan iklim.
4. Emisi dari Gas Rumah Kaca pada Sektor Energi
5. Cara pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penulisan makalah ini diharapkan dapat:
1. Memberikan informasi mengenai efek rumah kaca, baik penyebab maupun
akibatnya.
2. Memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih rinci kepada penulis dan
pembaca mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek rumah
kaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca


Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824,
merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit ( terutama planet atau
satelit ) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Mars, Venus, dan
benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek
rumah kaca.
Istilah efek rumah kaca atau bahasa inggris disebut dengan green house effect ini
dulu berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang yang
memanfaatkan rumah kaca untuk menanam sayur mayur dan juga bunga-bungaan. Suhu
di dalam rumah kaca lebih tinggi daripada di luar rumah kaca.
Hal ini dikarenakan dikarenakan cahaya matahari yang menembus kaca akan
dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruangan kaca sebai gelombang panas
yang berupa sinar infra merah, tapi gelombang panas tersebut terperangkap dan tidak
bercampur dengan udara luar yang dingin. Itulah gambar sederhana mengenai terjadinya
efek rumah kaca.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjukkan dua hal berbeda : efek
rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan
yang terjadi akibat aktivitas manusia.

Gambar 1. Ilustrasi efek rumah kaca


(Sumber: www.studiobelajar.com)

3
4

2.2 Mekanisme Terjadinya Efek Rumah Kaca


Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya gas karbondioksida ( CO2) dan gas-gas
lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO 2 disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organic lainnya yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Energi yang masuk ke bumi, 25 % dipantulkan oleh awan atau partikel lain di
atmosfer, 25 % diserap awan, 45 % diserap permukaan bumi, 5 % dipantulkan kembali
oleh permukaan bumi.
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah yang
dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO 2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan
ke permukaan bumi. Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah
belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO 2) serta
beberapa senyawa organic seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas
tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

Gambar 2. Sumber-sumber emisi gas rumah kaca


(Sumber: www.kaltim.litbang.pertanian.go.id)

Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang
antara lain berupa uap air atau H2O, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar panas
inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu udara di
troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
Efek Rumah Kaca. Gas yang menyerap sinar inframerah disebut Gas Rumah Kaca.
5

Efek rumah kaca bisa terjadi karena berubahnya komposisi GRK (gas rumah kaca),
yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara global akibat kegiatan manusia terutama
yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara)
seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak.
Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas
pertanian dan peternakan, GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti
karbondioksida, metana, dan nitroksida. Hal tersebut di atas juga merupakan salah satu
penyebab pemanasan global yang terjadi saat ini.
Dunia memperoleh sebagian besar energi dari pembakaran bahan bakar fosil yang
berupa pembakaran minyak bumi, arang maupun gas bumi. Ketika pembakaran
berlangsung sempurna, seluruh unsur karbon dari senyawa ini diubah menjadi karbon
dioksida. Senyawa karbon dari bahan bakar fosil telah tersimpan di dalam bumi selama
beratus-ratus milliar tahun lamanya.
Dalam jangka waktu satu atau dua abad ini, senyawa karbon ini dieksploitasi dan
diubah menjadi karbon dioksida. Tidak semua karbon dioksida berada di atmosfir
(sebagian darinya larut di laut dan danau, sebagian juga diubah menjadi bebatuan dalam
wujud karbonat kalsium dan magnesium), tetapi hasil pengukuran menunjukkan bahwa
kadar CO2 di atmosfir perlahan-lahan meningkat tiap tahun dan terus meningkat dekade-
dekade terakhir.
Peningkatan dari kadar CO2 di atmosfir menimbulkan masalah-masalah penting
yang disebabkan oleh alasan-alasan berikut ini. Karbon dioksida memiliki sifat
memperbolehkan cahaya sinar tampak untuk lewat melaluinya tetapi menyerap sinar
infra merah. Agar bumi dapat mempertahankan temperatur rata-rata, bumi harus
melepaskan energi setara dengan energi yang diterima. Energi diperoleh dari matahari
yang sebagian besar dalam bentuk cahaya sinar tampak. Oleh karena CO 2 di atmosfer
memperbolehkan sinar tampak untuk lewat, energi lewat sampai ke permukaan bumi.
Tetapi energi yang kemudian dilepaskan (dipancarkan) oleh permukaan bumi sebagian
besar berada dalam bentuk infra merah, bukan cahaya sinar tampak, yang oleh
karenanya disearap oleh atmosfer CO2.
Sekali molekul CO2 menyerap energi dari sinar infra merah, energi ini tidak
disimpan melainkan dilepaskan kembali ke segala arah, memancarkan balik ke
6

permukaan bumi. Sebagai konsekuensinya, atmosfer CO2 tidak menghambat energi


matahari untuk mencapai bumi, tetapi menghambat sebagian energi untuk kembali ke
ruang angkasa. Fenomena ini disebut dengan efek rumah kaca.
Lapisan terbawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek rumah
kaca atau ERK. Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi.
Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet)
diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke
ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel.
Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap
oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke
permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difus
yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas dan
partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan.
Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.
Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang
antara lain berupa uap air atau H2O, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar panas
inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu udara di
troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Terjadilah Efek Rumah Kaca.

2.3 Akibat Efek Rumah Kaca


Secara umum iklim merupakan hasil interaksi proses-proses fisik dan kimiafisik
dimana parameter-parameternya adalah seperti suhu, kelembaban, angin, dan pola curah
hujan yang terjadi pada suatu tempat di muka bumi. Iklim merupakan suatu kondisi
rata-rata dari cuaca, dan untuk mengetahui kondisi iklim suatu tempat, diperlukan nilai
rata-rata parameterparameternya selama kurang lebih 10 sampai 30 tahun. Iklim muncul
setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di
atmosfer bumi.
Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini berawal dari
perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya.
Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima oleh
bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang
7

berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam memancarkan energi
juga bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Perpaduan antara proses-proses tersebut dengan unsur-unsur iklim dan faktor
pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan bahwa kondisi cuaca dan iklim
bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan distribusinya.
Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu
akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi –disebut gas rumah kaca,
sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi.
Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK) karena peristiwanya sama
dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak
dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca
tersebut.
Efek rumah kaca. Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak
ditempati manusia, karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan 33
derajat Celcius lebih dingin. Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon
dioksida),CH4 (Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs
(Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan
dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan
bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik,
kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak.
Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta
aktivitas pertanian dan peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti
karbondioksida, metana, dan nitroksida, menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK
di atmosfer.
Berubahnya komposisi GRK di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK
secara global akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam bumi
akibat terhambat oleh GRK tadi. Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer pada
akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian
dikenal dengan Pemanasan Global.
8

Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari
permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang
panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak
dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer
sudah terganggu komposisinya.
Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas keangkasa (stratosfer) menjadi
terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan
kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari
kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah
kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan
bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari
iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara
global.
Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan terjadinya kenaikan suhu,
mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, bergesernya garis pantai, musim
kemarau yang berkepanjangan, periode musim hujan yang semakin singkat, namun
semakin tinggi intensitasnya, dan anomaly-anomali iklim seperti El Nino – La Nina dan
Indian Ocean Dipole (IOD). Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan tenggelamnya
beberapa pulau dan berkurangnya luas daratan, pengungsian besar-besaran, gagal panen,
krisis pangan, banjir, wabah penyakit, dan lain-lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Energi


Secara umum, persamaan untuk memprakirakan emisi dan serapan Gas Rumah
Kaca (GRK) dapat ditulis dalam bentuk persamaan sederhana berikut:
Emisi/Penyerapan GRK = AD x EF
Dengan:
AD: data aktivitas yaitu data kegiatan pembangunan atau aktivitas manusia yang
menghasilkan emisi atau serapan GRK.
EF: faktor emisi atau serapan GRK yang menunjukkan besarnya emisi/serapan per
satuan unit kegiatan yang dilakukan.

3.1.1 Data Faktor Emisi


Penggunaan faktor emisi default dari IPCC mengandung kelemahan diantaranya
belum bisa mencerminkan kondisi yang sebenarnya tentang tingkat emisi di Indonesia.
Dengan menggunakan faktor emisi lokal/nasional maka akan ada perubahan dalam hasil
inventarisasi emisi GRK terutama sektor energi menuju ke arah yang lebih akurat
(mengurangi uncertainty data). Penggunaan emisi faktor nasional akan mencerminkan
kondisi lapangan yang sebenarnya terutama untuk wilayah Indonesia yang sangat luas
dalam hal keberagaman. Berbagai upaya sudah dilakukan terkait dengan
pengembangan faktor emisi nasional. Sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh
IPCC, setiap negara didorong untuk menyusun faktor emisi nasional agar hasil dugaan
emisi dan serapan GRK tidak over- estimate atau under estimate. Seperti sudah
dilakukan oleh Puslitbang Teknologi Minyak dan Gas Bumi “Lemigas”, Kementerian
ESDM yang telah menyusun faktor emisi nasional untuk bahan bakar minyak (BBM).
Pada pertemuan para pemangku kepentingan yang telah dilakukan dapat disepakati
bahwa angka faktor emisi nasional hasil dari penelitian Lemigas tersebut dapat
digunakan secara resmi untuk perhitungan inventarisasi emisi GRK terutama untuk
sektor energi. Pada tahun 2016, faktor emisi nasional diharapkan dapat disepakati dan
digunakan dalam dokumen Third National Communications – UNFCCC.

9
10

Tabel 1. Faktor Emisi GRK

Catatan :
- Sumber: diolah dari IPCC
- BBN yang dipertimbangkan adalah E-5 dan B-5
- Emisi listrik dianggap nol karena sudah dihitung di sektor pembangkit
-
a. Bahan Bakar Minyak
Pada bulan Januari 2011 sampai dengan Desember 2011 Puslitbang Teknologi
Minyak dan Gas Bumi “Lemigas”, Kementerian ESDM melalukan penyusunan faktor
emisi untuk bahan bakar minyak (BBM). BBM yang diperhitungkan meliptu Pertamax,
Premium, Avtur, Kerosine, Minyak Diesel/IDO, Solar/ADO, dan minyak Bakar/FO
yang dikonsumsi di seluruh wilayah Indonesia. Metologi perhitungan faktor emisi ini
ditunjukkan pada Gambar 3, sedangkan hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel 2.
Hasil perhitungan faktor emisi lokal (specific country - Tier 2) dari produk akhir BBM
berada di dalam batasan faktor emisi BBM yang dikeluarkan oleh IPCC (Tier 1).

Sumber: Lemigas (2014)


Gambar 3. Metologi Perhitungan Faktor Emisi BBM
11

Tabel 2. Hasil Perhitungan Faktor Emisi BBM

Sumber: Lemigas (2014)

b. Batubara
Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM telah melakukan
perhitungan faktor emisi untuk pembakaran batubara untuk pembangkit listrik dan
pabrik tekstil dengan menggunakan sampel batubara dari berbagai wilayah. Sampel
batubara mempunyai kandungan karbon batubara kurang dari 60% (dmmf) dan nilai
kalornya kurang dari 24 MJ/Kg (dmmf) yang dikategorikan dalam jenis subbituminous.
Hasil perhitungan ditunjukkan pada Gambar 4. Faktor emisi CO2 untuk pembakaran
batubara di PLTU adalah sebesar 96.188 kg CO2/TJ sedangkan faktor emisi CO2 dari
penggunaan batubara di industri tekstil adalah sebesar 108.003 kg CO2/TJ. Meskipun
faktor emisi CO2dari industri tekstil lebih tinggi dari pada faktor emisi CO2 PLTU,
tetapi konsumsi batubara pada industri tekstil jauh lebih sedikit dari pada konsumsi
batubara PLTU. Hal ini terjadi karena batubara yang dipakai di PLTU sebagian besar
adalah batubara kualitas sedang (nilai kalor 51006100 kkal/kg), sedangkan di industri
tekstil umumnya menggunakan batubara kelas rendah (nilai kalor < 5100 kkal/kg).
Dengan demikian, akan lebih baik jika faktor emisi CO2 nasional dari batubara dilihat
per jenis industri penggunanya.

Sumber: Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (2014)


Gambar 4. Hasil Perhitungan Faktor Emisi Batubara
12

c. Kelistrikan
IPCC (2006) mengeluarkan faktor emisi dari energi baru terbarukan (EBT) yang
dibakar (biomasa, gas landfill, dan biogas). Faktor emisi tersebut hanya menghitung
emisi yang keluar saat EBT tersebut dibakar. Sedangkan emisi yang dihasilkan dari
teknologi EBT dianggap sama dengan nol, sehingga penurunan emisi dihitung
berdasarkan faktor emisi dari teknologi atau bahan bakar yang digantikan. Sebagai
contoh untuk penurunan emisi PLTMH dihitung berdasarkan jumlah emisi dari bahan
bakar solar untuk genset/PLTD yang digantikan oleh PLTMH dengan kapasitas daya
yang sama. Pada kenyataannya, kegiatan EBT juga menghasilkan emisi. Sebagai contoh
pengoperasian PLT Hidro, PLT Bayu dan PLTSurya, meskipun tidak mengkonsumsi
bahan bakar, namun selama pembangunannya menghasilkan emisi CO2 yang berasal
dari penggunaan materi dan energi. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan Energi Baru, Terbarukan
dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE), Kementerian ESDM melakukan perhitungan
faktor emisi untuk Pembangkit Listrik Mikrohidro (PLTM/PLTMH).
Perhitungan emisi yang dihasilkan dari awal hingga akhir proyek/kegiatan EBT
menggunakan metode LCA (Life Cycle Analisis). Analisis LCA merupakan analisis
komprehensif mengenai siklus emisi suatu komoditi (mulai dari persiapan produksi
hingga penggunaan akhir) seperti ditunjukkan pada Gambar 5.

Sumber: P3TKEBTKE (2014)


Gambar 5. Metode Life Cycle Analisis untuk Perhitungan Faktor Emisi

P3TKEBTKE melakukan penelitian di beberapa wilayah yaitu: PLTMH Tangsi


Jaya, PLTMH Maninili, PLTMH Jambelaer, PLTM Merden, PLTM Tomini. Waktu
13

penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Desember 2013. Hasil
perhitungan ditunjukan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Faktor Emisi untuk PLTMH

Sumber : P3TKEBTKE (2014)

Perhitungan pada 5 unit PLTM/PLTMH menghasilkan faktor emisi antara 3,9 – 95,9
gram CO2e/kWh. Variasi nilai faktor emisi terutama disebabkan oleh dua faktor yaitu
resources (ketersediaan bahan baku) dan demand (permintaan listrik). Perhitungan emisi
CO2 dengan menggunakan metode LCA ini memberikan hasil yang relatif berbeda di
tiap lokasi. Hal ini sangat bergantung pada penetapan lingkup studi, pembuatan asumsi
dan penggunaan database yang benar. Pada Tabel 4 ditunjukkan perbandingan faktor
emisi dari PLTMH di beberapa negara serta faktor emisi pembangkit dengan bahan
bakar yang lain
Tabel 4. Perbandingan Faktor Emisi

Sumber : P3TKEBTKE (2014)

3.2 Emisi GRK Saat ini


Emisi gas rumah kaca (GRK) sangat tergantung dari besarnya penggunaan energi,
khususnya energi fosil, seperti bahan bakar minyak (BBM), gas, dan batubara. Dalam
perhitungan emisi GRK dikenal baseline emisi dan mitigasi emisi. Baseline emisi GRK
adalah emisi GRK yang dihasilkan pada kondisi teknologi mitigasi belum dimanfaatkan
14

dan juga tidak ada intervensi kebijakan pemerintah. Sedangkan mitigasi emisi GRK
adalah intervensi yang dilakukan untuk menurunkan emisi dengan menggunakan
teknologi atau menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Mitigasi dapat
dilakukan melalui beberapa pendekatan seperti dari sisi sosial, ekonomi, politik, dan
teknologi yang semuanya dapat mendukung penurunan emisi. Berdasarkan studi UNEP
ada empat strategi utama dalam penerapan mitigasi, yaitu:
a. Eliminasi, yaitu menghindari penggunaan peralatan yang menghasilkan emisi gas
rumah kaca. Aktivitas ini memberikan penghematan biaya yang terbesar dan dapat
langsung dirasakan. Sebagai contoh yaitu: mematikan lampu saat tidak digunakan
dan mematikan A/C saat tidak ada orang di dalam
b. Pengurangan, yaitu usaha yang dilakukan dengan mengganti peralatan lama
dan/atau mengoptimalkan struktur yang sudah ada. Aktivitas mitigasi ini sangat
efektif dan dapat integrasikan ke dalam bisnis sehari-hari dengan usaha yang
minimum. Sebagai contoh yaitu memasukkan penggunaan peralatan yang efisiensi
energi dalam pengambilan keputusan investasi.
c. Subtitusi, yaitu mengganti penggunaan energi yang menghasilkan emisi tinggi
dengan energi yang menghasilkan sedikit emisi. Mitigas ini biasanya mempunyai
implikasi biaya investasi yang tinggi. Namun demikian, potensi penurunan emisi
melalui subtitusi sangat tinggi. Sebagai contoh yaitu penggunaan energi terbarukan
untuk memenuhi kebutuhan listrik dan/atau pemanas.
d. Offsett, yaitu metode dengan biaya rendah namun mempunyai manfaat yang cukup
besar. Walaupun demikian, metode ini sulit dilaksanakan dalam skala kecil.
Sebagai contoh yaitu melakukan reforestasi yang akan menyerap emisi GRK.
Dari sisi teknologi, teknologi untuk mitigasi GRK dapat dikelompokkan menjadi
dua kategori yaitu: untuk sisi penawaran dan untuk sisi permintaan. Untuk sisi
penawaran dapat dilakukan dengan menggunakan sistem konversi yang lebih efisien,
mengubah bahan bakar dari energi yang mempunyai emisi tinggi menjadi energi yang
mempunyai emisi rendah, dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan. Untuk sisi
permintaan dapat menggunakan demand side management, dan menggunakan peralatan
yang lebih efisien.
15

Dalam praktek pengurangan emisi gas rumah kaca dapat dilakukan melalui
penghematan energi atau konservasi energi dan melakukan diversifikasi energi. Berikut
secara ringkas akan diulas secara ringkas konservasi dan diversifikasi energi yang
merupakan aktivitas dalam mitigasi emisi GRK.

3.3 Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca


Pengurangan emisi gas rumah kaca dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara
lain penghematan energi atau konservasi energi, diversifikasi energi serta pemanfaatan
CCS (Carbon Dioxide Capture and Storage). Untuk memperjelas penerapan teknologi
untuk mengurangi pencemaran tersebut, langkah pengurangan juga didiskripsikan per
sektor.
3.3.1 Cara Pengurangan Emisi CO2
a. Konservasi
Konservasi atau penghematan energi dapat dilaksanakan melalui peningkatan
efisiensi peralatan, penggunaan peralatan yang lebih efisien serta melaksanakan
manajemen energi.
 Peningkatan efisiensi Peralatan Peningkatan efisiensi peralatan dilaksanakan
dengan mengganti sebagian atau seluruh peralatan pengguna energi dengan
peralatan yang lebih efisien.
 Penggunaan Peralatan yang lebih efisien Penggunaan peralatan yang lebih
efisien akan dapat menurunkan konsumsi energi seperti mengganti peralatan
yang sudah tua dan boros energi dengan yang lebih efisien.
 Pengelolaan di sisi pengguna energi (Demand Side Management) Pengelolaan di
sisi pengguna, selain dari penggantian peralatan, juga dapat dilakukan dengan
mengubah kebiasaan yang boros menjadi hemat energi. Misalnya mematikan
lampu saat akan keluar kamar, mengangkut barang secara sekaligus, serta
berbagai aktifitas yang menyangkut pola kerja atau kebiasaan. Penghematan
dapat juga dilakukan dengan pemasangan peralatan automatis untuk peralatan
elektronik, misal lampu kamar yang mati bila kamar kosong, eskalator yang
berhenti bila tidak diinjak orang dan lain-lain.
16

b. Diversifikasi Energi
Diversifikasi energi atau penggantian bahan bakar dengan jenis energi lain,
bertujuan untuk mengurangi pengunaan bahan bakar yang mempunyai kandungan
karbon tinggi dengan jenis energi yang mempunyai kandungan karbon rendah atau
tanpa kandungan karbon.
 Substitusi Energi adalah upaya untuk mengganti energi yang ada dengan jenis
energi lain yang lebih murah, mudah secara teknis dan tanpa mengurangi kinerja
alat. Dalam pembangkitan listrik maka penggantian minyak solar pada PLTD
dengan biofuel atau mikro hidro, angin dan lain -lain akan mengurangi
pelepasan CO2 ke atmosfir. Biomasa, walaupun mempunyai kandungan karbon
yang cukup tinggi, tetapi CO2 yang dihasilkan dianggap dihisap kembali oleh
tanaman yang sedang tumbuh sehingga emisinya dianggap 0 atau tanpa emisi.
Hal ini disebabkan pohon dianggap merupakan zink atau penyerap CO2 hanya
pada masa pertumbuhan (0 sampai 12 tahun), sehingga pemotongan pohon
dianggap bagian dari menciptaan zink.
 Penggunaan Teknologi Rendah Karbon Pemanfaatan teknologi rendah karbon
sebagai pengganti PLT Bahan Bakar Fosil secara drastis akan dapat mengurangi
pelepasan gas rumah kaca (CO2) ke atmosfir. Teknologi yang termasuk dalam
kategori ini antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP),
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), PLTS, PLTMH (Mikrohidro),
 Demikian pula aplikasi kendaraan sel bahan bakar (Fuel cell) menggunakan
methanol atau hidrogen akan mengurangi GRK pada sektor transportasi secara
drastis, walaupun saat ini teknologi ini belum komersial.

c. CCS (Carbon Dioxide Capture And Storage)


CCS merupakan teknologi yang berupaya untuk menangkap CO 2 dan
menimpannya pada cekungan dalam dibawah permukaan bumi. Secara umum teknologi
CCS terdiri dari 4 subsektor yaitu penangkapan CO2 (Capture), pengangkutan (pipa
atau kapal), injeksi, serta reservoir geologi storage. Gambaran CCS secara umum dapat
dilihat pada Gambar 6. Selain dari penggunaan CCS, CO2 dapat disimpan pada:
17

 Lautan (kedalaman > 2 Km)


 Karbonisasi mineral, reaksi kimia CO2 terhadap oksida logam akan mengikat
CO2 sebagai karbonat yang stabil,
 Digunakan dalam proses industri

Gambar 6. Skema Teknologi CCS

Penerapan teknologi CCS sangat mahal, tetapi relatif murah untuk negara maju
yang tidak mungkin untuk meningkatkan efisiensi maupun memanfaatkan energi
terbarukan. Di Indonesia teknologi CCS merupakan alternatif untuk mencapai tingkat
pengurangan GRK yang tidak mungkin tercapai bila menggunakan alternatif
pengurangan GRK yang lain.

3.4 Langkah Pengurangan Emisi CO2 Sektoral


Dalam bab ini dijelaskan teknologi atau cara yang dapat dilaksanakan per sektor
pengguna energi.
3.4.1 Sektor Transportasi
Pada sektor transportasi dapat dikemukakan beberapa langkah atau cara
penguranga emisi CO2. Penambahan turbo charger pada mesin bensin maupun diesel,
hingga mesin kendaraan menjadi lebih efisien. Pemasangan turbo charger dapat
meningkatkan efisiensi pemakaian bahan bakar hingga 15%. Pemanfaatan teknologi
kendaraan hibrid (Mesin Listrik-Motor Bakar) akan meningkatkan efisiensi pembakaran
lebih dari dua kali lipat dengan kinerja yang sama. Bila kendaraan bensin biasa
18

mempunyai intensitas energi 12 - 16 km liter maka dengan teknologi hibrid dapat


mencapai 35 - 40 km/liter.
Penerapan sistem transportasi masa, seperti bus, kereta api, subway train, monorail
train akan sangat efisien dibandingkan mobil pribadi maupun sepeda motor yang boros
energi.
3.4.2 Sektor Industri
Penerapan teknologi kogerasi (Cogeneration) yang menggabungkan unit
pembangkit uap dan pembangkit listrik yang berdiri sendiri dalam satu siklus, akan
dapat meningkatkan efisiensi dari 55% menjadi 70% hingga 80%. Perbaikan isolasi
pada pipa uap, pencegahan kebocoran, perbaikan prilaku akan dapat meningkatkan
efisiensi hingga 17%. Penggantian peralatan proses yang sudah tua dengan yang baru,
selain mengurangi resiko kecelakaan juga akan menghemat penggunaan energi.
3.4.3 Sektor Rumah-Tangga Dan Komersial
Penggantian lampu pijar dengan lampu hemat energi seperti lampu neon (turbular
lamp) atau dengan CFL (Compact Fluorized Lamp) akan meningkatkan efisiensi cukup
besar. Penggantian kompor atau tungku memasak dengan tungku efisiensi tinggi,
misalnya minyak tanah dengan LPG atau gas kota akan meningkatkan efisiensi dari
15% menjadi 22%.
3.4.4 Pembangkit Listrik
Pengoperasian PLTGU (Gas Combined Cycle Power Plant), dengan memanfaatkan
panas buang gas turbin untuk pemanasan awal pembangkit uap, akan meningkatkan
efisiensi total dari sekitar 30% menjadi 45%. Penerapan Pembangkit Listrik energi
terbarukan seperti PLTS, PLTMH, PLTB dan lain-lain.
Penerapan PLTN yang bebas emisi CO2 dapat menggantikan sebagian dari PLTU
Batubara

3.5 Strategi Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca


3.5.1 CDM (Clean Development Mechanism)
Kyoto protokol menyebutkan CDM, merupakan satu-satunya pintu bagi negara
berkembang untuk membantu negara maju dalam memenuhi target pengurangan emisi
GRK-nya. Dalam protokol tersebut dijelaskan bahwa CDM bersifat penambahan
19

(additionality) artinya negara maju akan menambah kekurangan investasi dalam


pengoperasian suatu alat atau sistem baru yang dapat mengurangi emisi GRK dibanding
alat atau sistem yang lama tetapi mempunyai biaya investasi maupun operasi yang lebih
tinggi dan memperoleh CER (credit of emission reduction). Dalam protokol Kyoto
negara maju diharapkan ikut serta secara aktif dalam pengurangan emisi GRK, tetapi
realisasi program CDM bergeser kearah perdagangan emisi, dimana negara berkembang
dapat melaksanakan program penurunan emisi dan memperdagangkan CER ke negara
maju.
3.5.2 Program Pengurangan Emisi
Penerapan teknologi diatas akan dapat menurunkan emisi GRK di Indonesia sesuai
dengan skenario yang diambil. Skenario yang diambil dapat diusulkan untuk diaplikasi
melalui program CDM agar dapat diperoleh manfaat yang seoptimal mungkin.
Skenario Perpres merupakan implementasi target pemanfaatan Energi Terbarukan
dan peningkatan efisiensi, konservasi mentargetkan implementasi penggunaan
kendaraan hibrid, implementasi PLTN sampai 18 unit tahun 2030 pada nuklir, dan CCS
merupakan implementasi penggunaan teknologi CCS.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang
dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi yang
disebut gas rumah kaca, sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi.
Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK).
2. Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang
dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO 2) serta beberapa
senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC).
3. Efek rumah kaca dapat mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut
mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara
kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
4. Data Faktor Emisi dalam Sektor Energi (Bahan Bakar Minyak, Batubara,
Kelistrikan)
5. Pengurangan Emisi CO2 bisa dilakukan dengan Konservasi, Diversifikasi Energi
dan CCS
 Dalam pembangkit listrik penerapan PLTP merupakan program utama, disusul
PLTMH, PLTS dan pemanfaatan Biofuel sebagai pengganti minyak solar pada
PLTD.
 Penerapan kendaraan Hibrid dengan efisiensi yang tinggi merupakan kendaraan
masa depan perlu diimplemantasi.
 CCS merupakan program yang dapat diusulkan sebagai uji coba atau pilot
plant, karena potensinya yang sangat besar dalam penyerapan emisi GRK.

20
21

4.2 Saran
Dunia yang kita huni ini bukan hanya untuk beberapa tahun saja. Bukan hanya
untuk kita saja. Generasi kita jugalah yang akan menikmati kehidupan di dunia ini.
Kalau bukan kita yang akan menjaga dan merawat bumi ini siapa lagi. Sejak dini
mulailah kita memperbaiki sikap kita, mulailah kita ramah terhadap lingkungan,
mulailah kita bersikap arif terhadap bumi. Bila tidak dari sekarang, kita akan merasakan
dampak yang sangat besar untuk generasi-generasi mendatang. Pemanasan global
bukanlah disebabkan oleh alam, pemanasan global sebenarnya karena ulah manusia
yang semakin serakah, semakin tidak ramah terhadap lingkungan
Dengan menggunakan faktor emisi lokal/nasional maka akan ada perubahan dalam
hasil inventarisasi emisi GRK terutama sektor energi menuju ke arah yang lebih akurat
(mengurangi uncertainty data).
Penggunaan emisi faktor nasional akan mencerminkan kondisi lapangan yang
sebenarnya terutama untuk wilayah Indonesia yang sangat luas dalam hal keberagaman.
Oleh karena itu, perlu segera adanya kebijakan resmi dari pemerintah untuk menetapkan
hasil-hasil faktor emisi tersebut untuk dapat digunakan dalam inventarisasi GRK.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto, T., 2021. Makalah Efek Rumah Kaca. [online] Taufik-


ardiyanto.blogspot.com. Available at:
<http://taufik-ardiyanto.blogspot.com/2011/07/makalah-efek-rumah-kaca.html>
[Accessed 19 May 2021].
Munawar, M., 2021. Pengaruh  Efek Rumah Kaca Terhadap. [online] Munawar.8m.net.
Available at: <http://munawar.8m.net/rmh_kaca.htm> [Accessed 19 May 2021].
Maruli Radja, A., 2021. Efek rumah kaca dan dampak terhadap lingkungan. [online]
Antara News. Available at: <http://www.antaranews.com/berita/1318863686/efek-
rumah-kaca-dan-dampak-terhadap-lingkungan> [Accessed 18 May 2021].
Nurmadina.blogspot.com. 2021. Blogger. [online] Available at:
<http://nurmadina.blogspot.com/2012/05/pengaruh-efek-rumah-kaca-pada-
ekosistem.html> [Accessed 18 May 2021].
Lemigas (2014) Kajian Perhitungan Faktor Emisi Lokal pada Jenis Bahan Bakar
Minyak, Dipresentasikan pada Seminar Nasional Faktor Emisi CO2 , Badan
Penelitian dan PengembanganESDM, Bandung, 26 May 2021.

P3TKEBTKE (2014) Perhitungan Faktor Emisi CO2 PLTM/PLTMH, Dipresentasikan


pada Seminar Nasional Faktor Emisi CO2, Badan Penelitian dan Pengembangan
ESDM, Bandung, 27 May 2021.
Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (2014) Perhitungan Faktor Emisi CO2
Nasional (Specific Country Tier 2) dari Batubara, Dipresentasikan pada Seminar
Nasional Faktor Emisi CO2, Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM,
Bandung, 26 May 2021

Republik Indonesia, 2007, Rencana Aksi Nasional Dalam Menghadapi Perubahan


Iklim, MNLH, 27 May 2021

Sijm, J.P.M., et al, 2000, Kyoto Mechanism, The Role of Joint Implementation, the
Clean Development Mechanism and Emissions Trading, Netherlands Energy
Research Foundation (ECN), 26 May 2021.

Taufik Kamaluddin, A., 2021. Efek Rumah Kaca. [online] Hackersixtaz.blogspot.com.


Available at: <http://hackersixtaz.blogspot.com/2009/09/efek-rumah-kaca-
disebabkan-karena.html> [Accessed 18 May 2021].

22

Anda mungkin juga menyukai