Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Performa Mesin
yang berjudul “Pengujian Variasi Pencampuran (Emulsi) Bahan Bakar Solar dan
Minyak Goreng Terhadap Konsumsi Bahan Bakar dan RPM” dapat terselesaikan
dengan baik.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL......................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................................
1.4 Manfaat...........................................................................................................
ii
BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................
2.5 Solar................................................................................................................
10
2.7 Angka Cetane dan Nilai Kalor Campuran Solar dan Minyak Goreng...........
12
14
15
17
17
iii
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................................
17
18
18
3.5 Instrumen........................................................................................................
19
20
21
21
4.2 Pembahasan....................................................................................................
22
BAB V PENUTUP.....................................................................................................
24
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................
24
5.2 Saran...............................................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
27
iv
LAMPIRAN...............................................................................................................
28
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.4 Grafik Nilai Kalor Campuran Solar dan Minyak Goreng......................
13
15
20
Gambar 4.1 Hasil Konsumsi Variasi Campuran Bahan Bakar Solar dan Minyak
Goreng....................................................................................................
21
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
11
12
19
Tabel 4.1 Hasil Rerata Konsumsi Campuran Bahan Bakar Solar dan Minyak
Goreng (cc/menit)......................................................................................
21
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
28
29
29
30
30
viii
BAB I
PENDAHULUAN
sumber daya energi konversional bahan bakar fosil (minyak/gas bumi dan batu
bara) sebagai sumber energi yang tidak terbarukan dengan segala permasalahan.
terbaharukan (renewable) selain bahan bakar diesel dari minyak bumi. Biodiesel
bisa digunakan dengan mudah karena dapat bercampur dengan segala komposisi
dengan minyak solar, mempunyai sifat-sifat fisik yang mirip dengan solar biasa,
dibanding minyak solar biasa, memiliki angka cetane yang lebih baik dari minyak
solar biasa, asap buangan biodiesel tidak hitam, tidak mengandung sulfur serta
sehingga lebih mengurangi efek pemanasan global atau banyak disebut dengan
zero CO emission. Dari berbagai jenis tanaman dan limbah yang dapat dijadikan
sebagai sumber bahan baku biodiesel, salah satunya adalah memanfaatkan limbah
minyak goreng atau yang biasa disebut minyak jelantah. Karena bahan bakar fosil
1
yang semakin menurun, maka perlu adanya tindakan pemanfaatan bahan tersebut
menjadi energi yang akan menggantikan fosil yang keberadaannya tidak dapat
diperbarui.
solar ditujukan untuk mencari jenis campuran solar yang lebih efisien dengan
unjuk kerja yang stabil. Sebab jika konsumsi bahan bakar diesel diminimalisir
solar dan minyak goreng terhadap konsumsi bahan bakar dan rpm menggunakan
mesin diesel Hyundai, dan dilakukan pada variasi campuran minyak goreng 0%,
10%, 20%, 30%, 40% dan 50%. Dengan variasi rpm pada 1000, 1500, 2000.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2
2. Mengetahui persentase campuran (emulsi) solar dengan minyak goreng
1.4 Manfaat
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Motor Diesel merupakan salah satu jenis mesin konversi energi yang
dalam sistem kerjanya tidak memerlukan busi untuk menyalakan bahan bakar
dan memiliki perbandingan kompresi yang tinggi (Daryanto, 2004: 11). Secara
susunan ruang bakar dan silindernya yang ditunjukkan pada gambar di bawah
ini.
(sumber: kedairastavara.wordpress.com)
4
2.2 Prinsip Kerja Motor Diesel Empat Langkah
Pada motor diesel 4 langkah, katup masuk dan katup buang digunakan
untuk mengontrol proses pemasukan dan pembuangan gas dengan membuka dan
a. Langkah Hisap
Pada langkah ini, piston bergerak dari TMA ke TMB, katup isap membuka
dan katup buang menutup sehingga udara segera masuk ke dalam silinder akibat
b. Langkah Kompresi
Pada langkah, katup masuk dan katup buang tertutup, udara yang sudah
masuk ke dalam silinder akan ditekan oleh piston yang bergerak dari TMB ke
TMA. Perbandingan kompresi pada motor diesel berkisar antara 1:15 sampai 1:22.
5
Akibat proes kompresi ini udara menjadi panas dan temperaturnya dapat
c. Langkah Usaha
Diikuti oleh pembakaran tertunda, pada awal langkah usaha bahan bakar
yang sudah teratomisasi akan terbakar sebagai hasil pembakaran langsung dan
dan tekanan di dalam silinder bertambah besar. Tenaga yang dihasilkan oleh
tenaga pembakaran dirubah menjadi tenaga mekanik oleh poros engkol menjadi
gerak putar. Tenaga yang dihasilkan pada langkah usaha ini sebagian disimpat
d. Langkah Buang
Katup masuk masih tertutup dan katup buang terbuka. Piston bergerak dari
TMB menuju TMA sehingga mendorong gas sisa pembakaran (gas buang) keluar
melalui katup buang yang terbuka. Pada akhir langkah buang katup masuk terbuka
sehingga udara segar masuk ke dalam silinder dan ikut mendorong gas buang
keluar.
6
2.3 Proses Pembakaran Motor Diesel
Saat bahan bakar mulai disemprotkan pada titik A (pada akhir langkah
kompresi) maka bahan bakar tidak akan langsung terbakar pada titik A tersebut,
akan tetapi awal pembakaran baru terjadi pada titik B. injektor juga akan terus
kompresi atau awal langkah usaha, untuk lebih jelasnya lihat Gambar 2.3.
disemprotkan oleh injektor berupa kabut ke udara panas dalam ruang bakar
sehingga menjadi campuran yang mudah terbakar. Pada tahap ini bahan bakar
belum terbakar atau dengan kata lain pembakaran belum dimulai. Pembakaran
7
akan dimulai pada titik B peningkatan tekanan terjadi secara konstan, karena
bagian dalam ruang bakar. Awal pembakaran mulai terjadi di beberapa bagian
dalam silinder.
Karena ijeksi bahan bakar terus berlangsung di dalam udara yang bertekanan dan
bersuhu tinggi, maka bahan bakar yang diinjeksi akan langsung terbakar.
Pada tahap ini pembakaran dikontrol oleh jumlah bahan bakar yang
Pada titik D, injeksi bahan bakar berhenti, namun bahan bakar masih ada
yang belum terbakar. Pada periode ini, sisa bahan bakar diharapkan akan terbakar
seluruhnya. Apabila tahap ini terlalu panjang akan menyebabkan suhu gas buang
8
Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi
melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut akan
melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Proses lain untuk
melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi
dalamnya bensin dan solar sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling
sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam
2.5 Solar
Solar adalah salah satu jenis bahan bakar yang dihasilkan dari proses
fraksinya pada proses destilasi sehingga dihasilkan fraksi solar dengan titik
didih 250°C sampai 300°C. Kualitas solar dinyatakan dengan bilangan cetane
(pada bensin disebut oktan), yaitu bilangan yang menunjukkan kemampuan solar
jumlah ketukan (knocking), semakin tinggi bilangan cetane pada solar maka
halnya dengan jenis bahan bakar lainnya. Berikut karakteristik yang dimiliki
9
1. Tidak berwarna atau terkadang berwarna kekuning-kuningan dan berbau.
pembakaran yang baik, solar memiliki syarat-syarat agar memenuhi standar yang
(prosesindustri.com:2015):
1. Mudah terbakar.
3. Memiliki sifat anti knocking dan membuat mesin bekerja dengan lembut.
5. Tetap stabil atau tidak mengalami perubahan struktur, bentuk dan warna
10
Minyak goreng merupakan jenis senyawa asam lemak yang terdiri atas
gliserol, asam lemak turut menyusun gliserida minyak goreng yang jenuh ataupun
tak jenuh. Pada minyak goreng terdapat berbagai reaksi hidrolisa, hidrogenasi dan
oksidasi.
seperti kelapa sawit (CPO, PKO), kelapa dan lainnya. Minyak goreng dari CPO
mempunyai fraksi padat stearin yang jumlahnya hingga 50%, fraksi cair atau olein
yang biasanya dijual sebagai minyak goreng dan mengandung sedikit asam lemak
minyak diesel, yaitu 5.8 – 6 cSt. Biodiesel ini dapat dicampur dengan minyak
11
4 Lemak Total 6 gram
5 Lemak Tak Jenuh 9 gram
2.7 Angka Cetane dan Nilai Kalor Campuran Solar dan Minyak Goreng
dibandingkan minyak diesel (solar) yang memiliki cetane index 53, sehingga
(Sitorus, 2004).
Titik nyala (flash point) biodiesel 33°C, lebih rendah dibandingkan dengan
minyak diesel (solar) yang mempunyai titik nyala 65.5°C, hal ini mengakibatkan
periode penyalaan yang lebih pendek, pembakaran berlangsung lebih awal yang
pada ruang bakar. Kondisi terakhir ini akan berdampak terhadap peningkatkan
12
Gambar 2.4 Grafik Nilai Kalor Campuran Solar dan Minyak Goreng
Dari penelitian yang dilakukan oleh Tulus B. Sitorus tahun 2004 tampak
bahwa solar memiliki nilai kalor tertinggi yaitu sekitar 42,3 MJ/kg dan terendah
dimiliki oleh B100 yaitu sekitar 37,76 MJ/kg (10,73% lebih rendah disbanding
nilai kalor solar). Perubahan nilai kalor bahan bakar ini dipengaruhi oleh
13
biodiesel (minyak goreng) pada campuran bahan bakar maka nilai kalor bahan
Konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) untuk pemakaian bahan bakar B100
lebih tinggi rata-rata 12,15% dibandingkan bila menggunakan bahan bakar solar.
Pada parameter ini dapat dicatat bahwa besarnya pemakaian SFC sangat
dipengaruhi oleh nilai kalor bahan bakar dimana semakin besar nilai kalor bahan
bakar maka SFC semakin kecil dan sebaliknya. Nilai kalor bahan bakar ini
Pada penelitian yang dilakukan Sudik tahun 2013, viskositas bahan bakar
solar relatif rendah, yaitu 1,6 - 5,8 pada suhu 100℃, minyak kelapa viskositasnya
30,48 pada 100℃. Apabila minyak solar dicampur dengan minyak kelapa dengan
prosentase dan variasi tekanan injeksi tertentu maka akan terjadi perubahan
pada motor diesel, maka bahan bakar tersebut tidak mudah mengalir ke sistem
pompa dan injeksi. Akibat yang terjadi selain beban mesin bertambah ada
kemungkinan juga tidak terjadi penyemprotan dan atomisasi juga tidak baik pada
yang mengakibatkan unjuk kerja mesin menurun. Menurunnya unjuk kerja mesin
14
Prestasi kerja motor berkaitan dengan jumlah kalor yang diberikan selama
pembakaran. Nilai kalor minyak solar 10.917 kkal kg, dan minyak kelapa 8.872
kkal kg. Percampuran solar dengan minyak goreng, akan terjadi penurunan nilai
kalor jika dibandingkan dengan nilai kalor solar murni. Bahan bakar dengan nilai
kalor rendah membutuhkan bahan bakar lebih banyak untuk menghasilkan tenaga
untuk tiap daya kudanya (dk) jika dibanding dengan bahan bakar yang nilai
kalornya tinggi. Dengan demikian bahan bakar yang nilai kalornya rendah jumlah
bahan bakar yang digunakan menjadi lebih boros. Viskositas bahan bakar nabati
dapat diturunkan dengan menaikan temperatur bahan bakar tersebut (Strong dkk,
2004).
15
Secara umum meningkatnya putaran mesin menyebabkan naiknya
kebutuhan bahan bakar. Hal ini disebabkan karena pada putaran tinggi proses
pembakaran yang terjadi sangat cepat sehingga campuran udara dengan bahan
bakar tidak dapat terbakar dengan sempurna karena campuran baru terlalu cepat
Spesific Fuel Consumtion (SFC) biodiesel B40 rata-rata lebih besar 2,75 %
dibandingkan yang lainnya, hal ini disebabkan karena nilai kalor biodiesel B40
lebih kecil, sehingga konsumsi bahan bakarnya menjadi besar (Aziz , 2010). Hasil
ini berbeda dengan yang didapatkan oleh Kusuma (2003). Konsumsi bahan bakar
biodiesel lebih kecil sekitar 5 % dibandingkan solar untuk putaran mesin yang
sama.
berasal dari minyak jarak pagar. Konsumsi bahan biodiesel bakar biodiesel lebih
besar dibanding solar. Amin (2003) juga melakukan uji biodiesel yang berasal
dari minyak sawit pada mesin diesel dengan komposisi biodiesel 30%. Konsumsi
Hasil pengujian emisi gas buang mesin Diesel berbahan bakar biodiesel
rendah pada saluran buang (Kristanto, Winaya, 2002). Dari hasil penelitian
didapatkan emisi gas buang dari campuran 70 % volume solar dan 30 % volume
methyl ester sawit (MES-30) dan dari campuran 70 % volume solar dan 30 %
volume methyl ester jarak (MEJ-30) membentuk trend yang serupa dengan solar,
16
menghasilkan emisi smoke, hidrokarbon, dan CO lebih rendah dibandingkan
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat:
2) 1 set toolbox berisi kunci ring, kunci pas, dan obeng (-)
5) Gelas ukur
6) Botol Pencampur
7) Stopwatch
B. Bahan:
Hari : Selasa
Negeri Semarang
18
3.3 Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Literatur
buku, jurnal maupun internet yang dapat digunakan sebagai landasan teori dalam
menulis laporan ini. Literatur yang digunakan adalah yang berhubungan dengan
motor diesel, sistem pembakaran motor diesel 4 silinder, solar, minyak goreng
2. Metode Eksperimen
prosesnya serta menulis hasil pengujiannya. Data yang diperlukan adalah waktu
yang dihasilkan dari konsumsi 20 cc bahan bakar solar dan variasi emulsi solar
dan minyak goreng pada putaran mesin 1000 rpm, 1500 rpm, dan 2000 rpm. Dan
dilakukan.
1. Tune up
19
goreng, 30% minyak goreng, 40% minyak goreng, dan 50% minyak
goreng.
Tachometer
3.5 Instrumen
dalam pengujian:
20
3.6 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Tune up
Pengambilan data
Pengolahan data
Analisis data
Kesimpulan
Selesai
21
BAB IV
Tabel 4.1 Hasil Rerata Konsumsi Campuran Bahan Bakar Solar dan Minyak
Goreng (cc/menit)
Minya 1000 rpm 1500 rpm 2000 rpm
k
Goreng Konsumsi Konsumsi Konsumsi
(%) cc/menit cc/menit cc/menit
0 16,66 25 37,73
10 14,70 23,25 35,08
20 15,38 22,98 36,36
30 14,70 23,25 36,36
40 19,41 23,25 36,36
50 17,39 26,66 44,44
50
45
40
35
30
B0
25 B10
20 B20
B30
15
B40
10 B50
5
0
1000 1500 2000
Gambar 4.1 Hasil Konsumsi Variasi Campuran Bahan Bakar Solar dan Minyak
Goreng
22
4.2 Pembahasan
Dari Gambar 4.1 dapat diambil hasil bahwa konsumsi bahan bakar paling
irit pada campuran solar dan minyak goreng dengan persentase minyak goreng
10%, karena pada campuran minyak goreng 10% pengabutan bahan bakar lebih
mudah. Pada campuran tersebut viskositas dari bahan bakar tidak memberatkan
Namun, konsumsi bahan bakar campuran solar dan minyak goreng paling
boros terdapat pada persentase campuran minyak goreng 50%, hal tersebut
dikarenakan pada campuran minyak goreng 50% pengabutan bahan bakar lebih
pompa untuk menyemprotkan bahan bakar menuju ruang bakar. Untuk dapat
mengabutkan campuran bahan bakar solar 50% dan minyak goreng 50%
diperlukan tekanan penyemprotan lebih tinggi maka pompa harus lebih bekerja
ekstra, peningkatan kinerja pompa akan berdampak pada kinerja mesin untuk
lebih boros. Walaupun sebenarnya pada campuran 50% minyak goreng pelumasan
Hal lain yang mempengaruhi yaitu nilai kalor solar lebih tinggi yaitu
sekitar 42,3 MJ/kg, sedangkan minyak goreng sekitar 37,76 MJ/kg. Maka pada
23
goreng maka nilai kandungan bahan bakar semakin menurun. Hal ini
terjadinya detonasi pada motor diesel. Minyak goreng memiliki angka cetane
62,4, lebih tinggi dibanding solar yang hanya memiliki angka cetane 53.
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut:
pencampuran solar 90% dan minyak goreng 10%. Dan hasil konsumsi
bahan bakar paling boros pada persentase pencampuran solar 50% dan
ruang bakar menjadi lebih baik. Namun, semakin besar nilai viskositas
boros.
25
5.2 Saran
berikut:
hingga habis terlebih dahulu bahan bakar yang masih tersisa dalam
pompa dan filter bahan bakar. Kemudian, baru diisi kembali dengan
bahan bakar yang akan diuji dan jangan lupa untuk mengeluarkan udara
yang masih terjebak dalam pompa bahan bakar agar data yang diambil
valid.
26
DAFTAR PUSTAKA
Amin, S., Wahyudi, M.Y., dan Nuramin, M. 2003. Membandingkan Emisi Gas
Buang Bahan Bakar Solar dan Biodiesel. Jurnal Sains dan Teknologi.
Arifin, Zainal dan Rabiman. 2011. Sistem Bahan Bakar Motor Diesel.
Aziz, Isalmi. 2010. Uji Performance Mesin Diesel Menggunakan Biodiesel Dari
https://kedairastavara.files.wordpress.com/2012/07/preview_html_229fbf44.png
27
Raharjo,S. 2007. Analisa Performa Mesin Disel dengan Bahan Bakar Biodiesel
Yogyakarta
Strong, C., Erickson, C., & Shukla, D. 2004. Evaluation of Biodiesel Fuel.
Sudik. 2013. Perbandingan Performa dan Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel
Satu Silinder dengan Variasi Tekanan Injeksi Bahan Bakar dan Variasi
28
LAMPIRAN
29
2. Foto Pencampuran Solar dan Minyak Goreng
30
4. Foto Penyetelan Putaran Mesin
31