PROPOSAL
OLEH:
198130005
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2023
i
HALAMAN PENGESAHAN SEMINAR PROPOSAL
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Tangal Lulus:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ALLAH SWT Tuhan Yang Maha
Kuasa atas segala karunianya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema
limbah”.
MT. selaku dosen pembimbing penulis, yang telah banyak memberikan saran
ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan perhatiannya. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik
terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
iii
3.2. Bahan Dan Alat................................................................................24
3.2.1. Bahan....................................................................................24
3.2.2. Alat........................................................................................25
3.3. Metode Penelitian............................................................................27
3.4. Populasi dan Sampel........................................................................28
3.5. Prosedur kerja..................................................................................28
3.5.1. Prosedur Pembuatan Biodiesel.............................................28
3.5.2. Prosedur Pengujian Biodiesel...............................................29
3.5.3. Diagram Alur Penelitian.......................................................32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................33
4.1. Hasil Pengaruh Variasi Waktu Reaksi Terhadap bilangan cetana...33
4.2. Pembahasan Pengaruh Variasi Waktu Reaksi Terhadap Bilangan
cetana.......................................................................................................35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................39
5.1. Kesimpulan.......................................................................................39
5.2. Saran.................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR NOTASI
vii
BAB I
PENDAHULUAN
yang tersedia saat ini, terutama sumber minyak, sangat terbatas di beberapa bagian
dunia dan semakin cepat habis karena eksploitasi yang cepat. Semakin menipisnya
bumi, telah menghadirkan tantangan yang perlu diawasi, yaitu mencari sumber
energi alternatif yang terbarukan. Minyak bumi adalah sumber energi yang tidak
meskipun penggunaan bahan bakar diesel terbatas, ada opsi untuk menggunakan
biodiesel dalam mesin diesel. Biodiesel adalah jenis bahan bakar yang ramah
lingkungan, tidak beracun, dan memiliki kadar belerang yang rendah (Idris et al.,
2023).
Biodiesel adalah jenis ester asam lemak yang dihasilkan melalui reaksi
digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar dengan kemampuan yang tidak
1
diragukan lagi. Sifat terbarukan biodiesel berasal dari penggunaan bahan baku
kesehatan manusia akibat emisi gas buang mesin diesel bensin. Biodiesel berasal
dari berbagai pakan minyak nabati dan hewani dan oleh karena itu saat ini
Karena kualitas pembakaran yang baik dan tingkat emisi gas buang yang
dianjurkan. Dalam produksi biodiesel, minyak nabati yang tidak dapat dimakan
minyak goreng limbah cukup besar terutama di Indonesia, dan biaya produksi
goreng yang digunakan hingga saat ini masih digunakan berulang kali dalam
dapat berbahaya bagi kesehatan dan bersifat karsinogenik. Salah satu cara untuk
seperti negara kita yaitu indonesia, China dan India, minyak yang dimasak oleh
2
ibu rumah tangga biasanya dibuang begitu saja sehingga menimbulkan
impor dan meningkatkan lapangan kerja lokal. Sifat minyak goreng limbah-
2013).
merupakan reaksi kimia dimana gugus gliserol (gliserol) pada molekul minyak
Reaksi ini bisa dicoba dengan mencampurkan minyak nabati dengan NaOH
dalam metanol dan menghasilkan produk biodiesel (Andalia & Pratiwi, 2018).
reaksi selesai, massa katalis yang digunakan tetap sama dengan yang
katalis homogen karena katalis homogen telah terbukti lebih efektif dalam proses
homogen memiliki bentuk yang serupa dengan reaktan yang terlibat dalam
reaksi. Dalam reaksi kimia, katalis homogen berperan sebagai perantara atau
3
Sifat fisik dan kimia bahan bakar memainkan peran yang sangat penting
dalam periode penundaan. Cetane Number (CN) dari bahan bakar adalah salah
satu parameter penting yang bertanggung jawab atas periode penundaan. Cetane
normal dalam campuran cetane normal dan α-methyl naphthalene yang memiliki
karakteristik pengapian (ignition delay) yang sama dengan bahan bakar uji,
yang ditentukan. Bahan bakar dengan angka setana yang lebih tinggi
mesin yang lebih halus. Biodiesel memiliki CN lebih tinggi daripada petrodiesel
berdasarkan judul ini bisa diharapkan hasil dari penelitian ini dapat diperoleh
energi baru terbarukan yang dapat mengurangi dari limbah minyak goreng dan
adalah:
variasi waktu reaksi 60, 70, 80, 90, 100 min berpengaruh pada nilai angka
setana?
4
1.3. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui hasil dari variasi waktu reaksi 60, 70, 80, 90, 100 min
biodiesel. Bahwa ada korelasi antara waktu reaksi dan tingkat oksidasi dan nilai
asam biodiesel. Oleh karena itu, variasi waktu reaksi yang berbeda akan
d) Uji statistic
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak Goreng Limbah (MGL) merupakan minyak yang berasal dari sisa
nabati yang baru tersusun atas gliserida yang mempunyai rantai karbon panjang,
yaitu ester antara gliserol dengan asam karboksilat. Perbedaan minyak goreng
limbah dengan minyak nabati yang baru terletak pada komposisi asam lemak
jenuh dan tak jenuhnya. Minyak goreng limbah memiliki kandungan asam lemak
jenuh lebih besar dari minyak nabati yang baru. Hal ini disebabkan pada proses
Komposisi asam lemak takjenuh minyak goreng limbah adalah 30% sedangkan
Jika ditinjau dari komposisi kimianya, minyak goreng limbah atau minyak
Minyak goreng limbah memiliki kandungan peroksida yang tinggi, hal ini
bias terjadi salah satunya disebabkan oleh pemanasan yang melebihi standar.
7
Pada suhu seperti ini, ikatan rangkap Penggunaan minyak goreng limbah
jelas sangat tidak baik untuk kesehatan. Menurut para ahli kesehatan, minyak
goreng hanya boleh digunakan dua sampai empat kali menggoreng (Winarno,
1997). Karena setiap dipakai minyak akan mengalami penuran mutu. Sifat-sifat
oleh masyarakat. Dengan demikian sisa pakainya, disadari atau tidak, dapat
bermanfaat jika diolah untuk penggunaan yang lain. Potensi yang cukup besar
asam lemak yang tinggi. Komposisi asam lemak minyak jelantah dari minyak
8
2.2 Proses Transesterifikasi
Metode yang paling umum untuk mengubah minyak goreng bekas menjadi
suatu ester menjadi ester lain ketika minyak nabati di reaksikan dengan metanol
dalam pengawetan katalis untuk menghasilkan metil ester serta biodiesel dan
minyak atau lemak agar dapat memenuhi spesifikasi sebagai bahan bakar.
baku, jenis alkohol, katalis, temperatur reaksi, waktu reaksi, jenis reaktor dan
proses pemisah.
9
Biodiesel diperoleh dari reaksi minyak tanaman (trigliserida) dengan
alkohol yang menggunakan katalis basa pada suhu dan komposisi tertentu,
sehingga di hasilkan dua zat yang disebut alkil ester (umumnya metil ester atau
sering disebut biodiesel) dan liserol, proses reaksi ini disebut transesterifikasi
alkohol dari suatu gugus ester (trigliserida) dengan ester lain atau mengubah
etanol) dibantu dengan katalis basa atau asam. Hasil sampingan dari
selama masih terkandung asam lemak bebas di atas 7%. Oleh karena itu, dalam
pembuatan biodiesel harus melalui dua taha preaksi. Tahap pertama untuk
menurunkan kadar asam lemak bebas dan tahap kedua untuk mengkonversi
salah satu pereaksinya juga merupakan senyawa ester. Jadi disini terjadi
pemecahan senyawa trigliserida dan migrasi gugus alkil antara senyawa ester.
10
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi bolak balik yang relatif lambat.
2.2.1. Metanol
Metil alkohol atau metanol atau sering juga disebut karbinol merupakan
larutan polar yang larut dalam air, alkohol, ester dan pelarut organik lainnya.
berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih
bahan baku serta bahan pelarut sintetis. Dalam hal ini metanol direaksikan
11
Metanol memiliki satu ikatan karbon sedangkan etanol memiliki dua
1997). Adapun sifat fisik dan kimia dari metanol dapat dilihat pada tabel
2.3
2.2.2. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat suatu laju reaksi dan
Ketika reaksi selesai, maka akan mendapatkan massa katalis yang sama
tidak ikut bereaksi secara tetap sehingga dianggap tidak ikut bereaksi.
Secara umum, katalis yang digunakan dalam reaksi kimia ada tiga jenis,
katalis.
12
bioidiesel. Katalis homogen adalah katalis yang wujudnya sama dengan
digunakan antara lain NaOH, KOH, ZA, ZA kering, ZKOH, dan Z-KOH
kering. Pada peneltian ini penulis memilih NaOH atau natrium hidroksida,
2.3 Degumming
karbohidrat, dan resin (polimer). Selain itu, degumming ini juga bertujuan
klorida, dan natrium fosfat. Secara garis besar, terdapat dua jenis proses
air pada suhu minyak 60- 90°C yang diikuti proses pemisahan dengan
larutan asam (asam sitrat atau asam fosfat) dan sejumlah metanol. Proses
13
Asam fosfat dan sitrat biasa digunakan pada proses degumming
agent sangat baik digunakan dalam proses pemurnian minyak kelapa. Jika
dosis asam fosfat yang digunakan terlalu tinggi, kandungan senyawa fosfat
dalam minyak juga tinggi sehingga tidak bisa dihilangkan pada proses
2013).
2.4 Esterifikasi
digunakan dalam industri adalah asam sulfat. Ion H + dari asam sulfat
sehingga reaksi dapat terjadi. Oleh karena itu asam sulfat memiliki
14
Reaksi esterifikasi adalah reaksi bolak-balik sehingga konversi
azeotrop air dan benzene, serta mengatur suhu reaksi esterifikasi hingga
2.5 Boidiesel
bebas dari sulfur dan senyawa aromatik. Selain itu biodiesel mempunyai
sehingga lebih aman jika disimpan dan digunakan karena bahan bakunya
15
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari sumber
nabati antara lain: minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak jarak
pagar, minyak biji kapuk, dan masih ada lebih dari 30 macam tumbuhan
pembakaran dan angka setana yang lebih tinggi daripada bahan bakar
sulfur dan aromatik yang lebih rendah daripada bahan bakar diesel
dengan bahan bakar diesel berbasis petroleum. Selain itu, bahan baku
bekas.
campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai
sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari
16
dimanfaatkan untuk menggantikan peran energi fosil yang tidak dapat
dengan solar, yang berarti daya dan torsi yang dihasilkan proporsional
produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi (syarat mutu) yang telah
17
Tabel 2. 4 Standar dan Mutu Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel 2019 (ESDM,
2019)
No Parameter Uji Satuan, min/maks Persyaratan
1 Massa jenis pada 40 °C kg/m3 850 – 890
2
2 Viskositas kinematik pada 40 °C mm /s (cSt) 2,3 – 6,0
3 Angka Setana Min 51
4 Titik Nyala (mangkok tertutup) °C, min 130
5 Korosi Lempeng Tembaga nomor 1
6 Residu karbon
a). dalam percontoh asli; atau %-massa, maks 0,05
b). dalam 10% ampasdistilasi 0,3
7 Temperatur distilasi 90% °C, maks 360
8 Abu tersulfatkan %-massa, maks 0,02
9 Belerang mg/kg, maks 10
10 Fosfor mg/kg, maks 4
11 Angka Asam mg-KOH/g, maks 0,4
12 Gliserol bebas %-massa, maks 0,02
13 Gliserol total %-massa, maks 0,24
14 Kadar ester metil %-massa, min 96,5
15 Angka iodium %-massa (g-I2/100 g), 115
Maks
16 Kestabilan oksidasi Periode Menit 600
induksi metode rancimat atau
17 Periode induksi metode petro
Oksi Menit 45
18 Monogliserida %-massa, maks 0,55
19 Warna Maks 3
20 Kadar air Ppm, maks 350
(ASTM) dan standar eropa (EN) berikut ini standar kedua parameter
18
6. 6 Sulfated ash %(m/m) 0.02
content
7. 7 Watercontent mg/kg 500
8. 8 Total contamitaion mg/kg 24
9. 9 Oxidative stability, Hours 4.0
1100c
10 Acidvalue mg KOH/g 0,50
11 Iodinevalue gI/100g 130
12 Linolenicacidconte %(m/m) 12
nt
13 Methanolcontent %(m/m) 0.20
14 Monoglyceridecon %(m/m) 0.80
tent
15 Diglyceridecontent %(m/m) 0.20
16 Triglycerideconten %(m/m) 0.20
t
17 Freeglycerine %(m/m) 0.02
18 Totalglycerine %(m/m) 0.25
19 Alkalimetals(Na+ mg/kg 5.0
K)
20 Earthalkalimetals( mg/kg 5.0
Ca+Mg)
21 Phosphoruscontent mg/kg 10.0
19
2.5.2. Sifat-Sifat Penting Biodiesel
a) Bilangan Asam
ml NaOH x N x BM NaOH
% bilangan asam 100%............................................ ( 2.1 )
M x 1000
dimana:
M : massa sampel ( kg )
karena senyawa ini memiliki titik leleh (Melting Point) yang lebih rendah.
polimerisasi dan pembentukan deposit pada injector noozle dan cincin piston pada
bilangan Iod yang diperbolehkan untuk biodiesel yaitu 115gram Iod/100 gram.
20
vol titran ( ml ) (blanko−sampel)
Bil. iod= 〱 N natrium tiosulfat x 12,691...
massalemak (g)
(2.2)
dimana:
v titran blanko = 7 mL
v titran sampel = 2 mL
diesel yang dapat diinjeksikan keruang bahan bakar agar terbakar secara
rendah pula kualitas penyalaan karena memerlukan suhu yang lebih tinggi.
suara yang halus pada mesin. Angka setana yang lebih tinggi akan
21
Untuk menghitung CCI, langkah-langkah yang diperlukan adalah
sebagai berikut;
ASTM D 86
Dimana :
D = Density pada 150C, g/mL ditetapkan dengan metoda uji ASTM D 1289
atau D 4052,
DN = D - 0.85,
B = [e(-3.5)(DN)]-1,
22
d). Kadar Air
Semakin kecil kadar air yang terdapat dalam minyak maka semakin baik
Titik nyala (flash point) adalah suhu terendah dimana suatu bahan
bakar tersebut mudah terbakar ketika bereaksi dengan udara. Titik nyala
yang sangat tinggi dapat menyebabkan detonasi yaitu ledakan kecil yang
terjadi sebelum bahan bakar masuk ruang pembakaran. Hal ini juga dapat
e). Densitas
persatuan volume, karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya
Kerapatan suatu fluida (ρ) dapat didefinisikan sebagai massa per satuan
persamaan (2.4).
ñ bd =m / v......................................................................................... (2.4)
dimana :
23
ñ bd = massa jenis biodiesel (kg/m3)
v = volume (m3)
g). Viskositas
24
regresi adalah, uji regresi selalu menyertakan uji korelasi, sementara uji
korelasi belum tentu ditindaklanjuti dengan uji regresi. Uji korelasi yang
akibat).
Ŷ =a+bX
Dimana :
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
25
Aktifitas Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul
Penulisan Proposal
Seminar Proposal
Proses Penelitian
Pengolahan Data
Penyelesaian
Laporan
Seminar Hasil
Evaluasi dan
persiapan Sidang
Sidang Sarjana
26
3.2. Bahan Dan Alat
3.2.1. Bahan
27
No Nama Bahan Gambar Keterangan
berfungsi sebagai campuran
dengan katalis pada proses
trasenterifikasi dalam
pembuatan biodiesel.
Aquades atau air destilasi
adalah air yang dihasilkan
melalui proses penyulingan
atau destilasi untuk
menghilangkan sebagian besar
6 Aquades zat-zat terlarut. Dalam
pencucian biodiesel, aquades
digunakan untuk
menghilangkan sisa katalis
yang masih menempel pada
biodiesel.
3.2.2. Alat
28
No Nama Alat Gambar Keterangan
Hot Plate Magnetic Stirrer
berperan dalam memanaskan
dan mengaduk katalis
Hot Plate metanoksida (metanol dan
3 Magnetic natrium hidroksida) sebelum
Stirrer larutan metanoksida
dicampurkan dengan limbah
minyak goreng di dalam
reaktor berlapis ganda.
29
No Nama Alat Gambar Keterangan
Sarung tangan berfungsi
sebagai perlindungan untuk
tangan dari bahan kimia yang
9 Sarung tangan
dapat menyebabkan luka bakar
atau iritasi kulit selama proses
pembuatan biodiesel.
30
Tabel 3. 4 Komposisi Pembuatan Biodiesel
WCO NaOH Metanol
L %
0.3 0,5 1:2
goreng limbah, populasi dan sampel dapat dijelaskan sebagai berikut (tabel
limbah). Sampel ini terdiri dari beberapa sampel biodiesel yang dihasilkan
31
c) Setelah proses degumming dilanjutkan proses esterifikasi yaitu dengan
bahan metanol 1:2 dan NaOH sebanyak 0,5% dan dilakukan menggunakan
alat DJR (Double Jacket Reaktor) pada putaran 1050 rpm, suhu 60 0C dan
lebih 15 min.
penyabunan.
h) Setelah itu biarkan hingga aquades turun selama kurang lebih 5 min dan
pembuatan biodiesel.
32
b) Berikutnya menyiapkan sampel untuk diuji, setelah itu sampel dimasukan
kedalam gelas reaktor banyak 70 ml, setelah itu tutup gelas reaktor dengan
penutup.
d) Setelah itu pilih main menu, lalu klik “Test Run” ubah sampel “Name” ubah
ELFP 2000C.
e) Berikutnya ubah program “ASTM D93 setelah itu klik enter dan klik
“RUN”.
diberitanda dengan“Finished”.
j) Lalu pilih data yang di tampilkan setelah itutekan “Details” untuk dapat
33
3) Pengujian Angka Iodin
diberi stopper.
katalis.
stopper.
34
3.5.3. Diagram Alur Penelitian
35
BAB IV
4.1. Hasil
mengukur bilangan cetana tidak memiliki satuan, dan semakin tinggi nilai
Dari table 4.1 di atas dapat dilihat terdapat lima variasi waktu reaksi
bilangn cetane yang sama, dari waktu reaksi 60 menit, 70 menit dan 80
waktu reaksi 100 menit memperoleh bilangan cetane yang lebih besar dari
36
ketiga waktu reaksi sebelumny yaitu 44,56, sementara untuk waktu reaksi
mendapatkan hasil yang hampir sama rata di 44,53 pada setiap pengujian
variasi waktu reaksi, yang dimana ini masih dibawah standart mutu ESDM
40.00
CETANA
30.00
20.00
10.00
0.00
60 70 80 90 100
reaksi dan bilangan cetana dari biodiesel yang berasal dari minyak goreng
limbah. Dari grafik tersebut, dapat dilihat bahwa bilangan cetana dari
37
pengaruh waktu reaksi terhadap bilaangan setana
120
100
80
60
40
20
0
10 20 30 40 50
terhadap bilangan setana, dimana dapat dilihat garis waktu reaksi terus
sementara untuk garis bilangan cetane selalu bersifat konstan atau tetap hal
dianalisis dengan analisis regresi linier. Dimana dalam penelitian ini yang
menjadi variable bebas (X) adalah waktu reaksi dan variable terikatnya
38
Sumber: Data Primer dioolah 2023
Y = 44,5240+ 0,00000X1 + e
sebesar 44,5240 yang berarti, jika variable waktu reaksi sama dengan nol,
maka maka nilai bilang cetana dari biodiesel minyak goreng limbah adalah
sebesar 44,5240. Nilai P-Value variabel waktu reaksi sebesar 1,00 lebih
besar daripada 0,05 (a), sehingga dapat disimpulkan artinya secara parsial
bilangan cetana dari biodiesel minyak goreng limbah . Nilai 0,00000 pada
variable waktu reaksi bertanda positif dengan nilai 0,00 . Hal ini
4.2. Pembahasan
39
terhadap nilai bilangan cetana, dimana dari lima waktu reaksi yang
waktu reasi per 10 ment dari setiap pengamatan yang dilakukan tidk
biodiesel yang diproduksi dari minyak goreng limbah. Dimana pada kasus
yang merupakan fungsi dari densitas pada suhu 150C dan suhu distilasi
bahwa biodiesel baru dapat menyala pada temperatur yang relatif tinggi.
Pada waktu 100 menit diperoleh angka setana 44,56, karna angka setana
40
untuk pembakaran, sehingga angka setana yang diperoleh pada berbagai
lain adalah waktu reaksi, pengadukan, katalis dan suhu reaksi. Secara
umum, untuk reaksi kimia diketahui bahwa semakin lama waktu reaksi
menjadi ester lain ketika minyak nabati di reaksikan dengan ethanol dalam
Bilangan cetana diukur dengan skala angka tanpa dimensi, dan nilai
yang lebih tinggi pada skala tersebut menandakan biodiesel memiliki sifat
pembakaran yang lebih baik. Namun dari sudut pandang ilmiah, pengaruh
waktu reaksi terhadap bilangan cetana dapat diteliti lebih lanjut, misalnya:
Namun, pada data ini, tampaknya waktu reaksi tidak berpengaruh secara
41
2 Komposisi Bahan Baku: Waktu reaksi dapat mempengaruhi terbentuknya
biodiesel. Namun, dalam hal ini bilangan cetana, penelitian ini tidak
yang diteliti.
Dalam kasus data ini, meskipun tidak ada perubahan yang signifikan
dalam nilai bilangan cetana seiring waktu reaksi, tetapi penelitian lebih
yang diamati. Faktor-faktor seperti jenis katalis, suhu reaksi, atau kondisi
lebih mudah terbakar dan memiliki performa pembakaran yang lebih baik
dalam mesin diesel. Oleh karena itu, dampak dari memiliki bilangan
cetana biodiesel berbasis minyak goreng limbah yang lebih rendah dari
42
membutuhkan lebih banyak bahan bakar untuk menghasilkan tenaga yang
2 Emisi Yang Lebih Tinggi: Pembakaran yang tidak sempurna pada bahan
bakar dengan bilangan cetana rendah. Ini bisa menyebabkan gas buang
hidrokarbon. Emisi yang lebih tinggi ini dapat merusak kualitas udara dan
lingkungan.
tinggi lebih cocok untuk mesin diesel modern. Bahan bakar dengan
mesin, yang bisa menyebabkan kinerja yang jelek, efisiensi yang rendah,
biasanya lebih sulit terbakar pada suhu rendah, yang bisa menghambat
proses start dingin pada mesin diesel. Ini bisa menyebabkan masalah
bisa menyebabkan knocking atau suara mesin yang tidak normal, serta
getaran yang lebih besar. Hal ini bisa merusak bagian-bagian mesin dan
43
7 Pengaruh Lingkungan: Emisi gas buang yang lebih tinggi dari pembakaran
yang tidak sempurna dapat berdampak buruk pada lingkungan dan kualitas
Oleh karena itu, bilangan cetana yang sesuai dengan standar kualitas
adalah hal yang penting untuk biodiesel. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
membuat biodiesel dengan bilangan cetana yang baik. Jika biodiesel yang
di buat dari minyak goreng limbah tidak memiliki bilangan cetana yang
1 Pemilihan Bahan Baku yang Lebih Tepat: Minyak goreng limbah yang
memiliki kualitas dan komposisi asam lemak yang lebih baik dapat
minyak yang kaya akan asam lemak jenuh biasanya memiliki bilangan
goreng limbah dan alkohol, konsentrasi katalis, suhu reaksi, dan waktu
reaksi yang lebih optimal dapat memperbaiki kualitas dan bilangan cetana
biodiesel. Katalis yang lebih efektif dan kondisi reaksi yang terkontrol
minyak goreng limbah memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang
tinggi. Proses ini dapat menghilangkan ikatan rangkap pada asam lemak
44
tak jenuh, meningkatkan kandungan asam lemak jenuh, dan akhirnya
4 Katalis yang Lebih Efektif: Katalis yang cocok dan efektif dalam reaksi
bilangan cetana yang tinggi. Katalis heterogen yang dapat dipulihkan dan
yang paling ideal untuk mencapai bilangan cetana yang lebih tinggi.
45
Semua langkah ini harus dilakukan dengan mempertimbangkan
pemilihan bahan baku yang sesuai, kondisi reaksi yang ideal, penggunaan
BAB V
5.1. Simpulan
46
yang dihasilkan dari minyak jelantah. Hal ini menunjukkan bahwa waktu
mesin diesel. Waktu reaksi yang lebih lama juga tidak meningkatkan
utama biodiesel. Oleh karena itu, waktu reaksi yang lebih pendek dapat
biodiesel.
5.2. Saran
densitas, viskositas, titik nyala, angka asam, angka iodin, kadar karbon
47
DAFTAR PUSTAKA
Andalia, W., & Pratiwi, I. (2018). Kinerja Katalis NaOH dan KOH ditinjau dari
Kualitas Produk Biodiesel yang dihasilkan dari Minyak Goreng Bekas.
Jurnal Tekno Global, 7(1), 32–36.
Aziz, I. (2010). Uji Performance Mesin Diesel Menggunakan Biodiesel Dari
Minyak Goreng Bekas. Jurnal Kimia VALENSI, 1(6).
https://doi.org/10.15408/jkv.v1i6.241
Bamgboye, A. I., & Hansen, A. C. (2008). Bamiloye Prediction of Centre.
INternational Agrophysics, 22(1996), 21–29.
ESDM, K. (2019). 189 K 2019_Kepdirjen EBTKE tentang Standar dan Mutu
BBN Jenis Biodiesel sebagai Bahan Bakar Lain yang Dipasarkan di Dalam
Negeri .pdf.
Fakhry, M. N., & Rahayu, S. S. (2016). Pengaruh Suhu pada Esterifikasi Amil
Alkohol dengan Asam Asetat Menggunakan Asam Sulfat sebagai
Katalisator. Jurnal Rekayasa Proses, 10(2), 64.
https://doi.org/10.22146/jrekpros.33339
Fukuda, H., Kondo, A., & Noda, H. (2001). Biodiesel fuel production by
transesterification of oils. Journal of Bioscience and Bioengineering, 92(5),
405–416. https://doi.org/10.1016/S1389-1723(01)80288-7
Gnanaprakasam, A., Sivakumar, V. M., Surendhar, A., Thirumarimurugan, M., &
Kannadasan, T. (2013). Mengulas artikel Strategi baru-baru Biodiesel
Produksi fromWaste Minyak Goreng dan Proses Mempengaruhi Parameter :
A Review. 2013.
Haryanto, A., Silviana, U., Triyono, S., & Prabawa, S. (2015). Produksi Biodiesel
Dari Transesterifikasi Minyak Jelantah Dengan Bantuan Gelombang Mikro:
Pengaruh Intensitas Daya Dan Waktu Reaksi Terhadap Rendemen Dan
Karakteristik Biodiesel. Jurnal Agritech, 35(02), 234.
https://doi.org/10.22146/agritech.13792
Hasibuan, S., & Made Ayu Yudawati, N. (2013). KARAKTERISTIK
FISIKOKIMIA DAN ANTIBAKTERI HASIL PURIFIKASI MINYAK BIJI
NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L.) Physicochemical and
Antibacterial Properties of Degummed Calophyllum inophyllum L. Seed Oil.
Agritech, 33(3). https://doi.org/10.22146/agritech.9553
Hikmah, M. N., & Zuliyana, D. (2015). Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) Dari
Minyak Dedak Dan Metanol Estrans. Jurnal Teknik Kimia, 3(6), 1–43.
Idris, M., Husin, I., Hermawan, I., Novalia, U., Batubara, R. D., Pambudi, N. A.,
& Sarifudin, A. (2023). Engine Performance Using Blended Fuels of
Biodiesel and Eco Diesel. Energy Engineering: Journal of the Association of
Energy Engineering, 120(1), 107–123.
https://doi.org/10.32604/ee.2023.019203
Indra Darmawan, F., & Susila, I. W. (2013). PROSES PRODUKSI BIODIESEL
DARI MINYAK JELANTAH DENGAN METODE PENCUCIAN DRY-
WASH SISTEM I Wayan Susila. Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya,
02, 80–87.
Jain, S., & Sharma, M. P. (2010). Prospects of biodiesel from Jatropha in India: A
review. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 14(2), 763–771.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2009.10.005
Kolakoti, A., Setiyo, M., & Waluyo, B. (2021). Biodiesel Production from Waste
Cooking Oil: Characterization, Modeling and Optimization. Mechanical
Engineering for Society and Industry, 1(1), 22–30.
https://doi.org/10.31603/mesi.5320
Ma, F., & Hanna, M. A. (1999). Biodiesel production: a review1Journal Series
#12109, Agricultural Research Division, Institute of Agriculture and Natural
Resources, University of Nebraska–Lincoln.1. Bioresource Technology,
70(1), 1–15. https://doi.org/10.1016/s0960-8524(99)00025-5
Perry, R. H., Green, D. W., & Maloney, J. O. (1997). 10. Transport and Storage of
Fluids. In Perry’s chemical engineers’ handbook 7th edition.
Saravanan, A. P., Mathimani, T., Deviram, G., Rajendran, K., & Pugazhendhi, A.
(2018). Biofuel policy in India: A review of policy barriers in sustainable
marketing of biofuel. Journal of Cleaner Production, 193, 734–747.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2018.05.033
Sinaga, S. V., Haryanto, A., & Triyono, S. (2014). Pengaruh Suhu Dan Waktu
Reaksi Pada Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Jelantah [Effects of
Temperature and Reaction Time on the Biodiesel Production Using Waste
Cooking Oil]. Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 3(1), 27–34.
Sudarmadji. S. dkk. (2007). Analisis bahan makanan dan pertanian. Liberty.
Winarno, F. G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama.