Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KONVERSI ENERGI BIOMASSA

PEMBUATAN BIOBRIKET

OLEH:

1. Ayuni Lestari 062150443024


2. Agung Wijaya P 062150443026
3. M. Harry K 062150443034
4. Nisa Rahmadina 062150443036
5. Deri Aditya N 062150443030
6. Joko Triatmoko 062150443033
7. Rismadianto 062150443038
8. Robby Setiadi 062150443040

KELOMPOK :2
KELAS : 2 EGT
DOSEN PENGAJAR : Dr. Ir. Aida Syarif, M.T.

MAGISTER TERAPAN TEKNIK ENERGI TERBARUKAN


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2022

1
PEMBUATAN BIOBRIKET

I. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan alat analisa proksimat biomassa
2. Mahasiswa dapat memahami analisa proksimat biomassa dan dapat
membandingkannya dengan Standar Nasional Indonesia

II. Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan :
1. Tempurung kelapa
2. Sekam padi

Alat yang digunakan :


1. Prokximate Analyzer 1 unit
2. Cawan kosong 2 buah
3. Spatula 1 buah
4. Timbangan Analitik 1 buah

III. Landasan Teori


2.1 Biomassa
Biomassa adalah bahan yang berasal dari makhluk hidup, termasuk tanaman,
hewan dan mikroba. Menjadikan biomassa sebagai sumber untuk memenuhi berbagai
kebutuhan menjadi sangat menarik sebab biomassa merupakan bahan yang dapat
diperbaharui. Contoh biomassa meliputi pohon, tanaman produksi dan residu serat-serat
tanaman, limbah hewan, limbah industri dan limbah-limbah lain yang berupa bahan
organik. Pemanfaatan energi biomassa yang sudah banyak saat ini adalah dari limbah
biomassa itu sendiri, yakni sisa-sisa biomassa yang sudah tidak terpakai, bekas tebu
kering, tangkai jagung, tangkai padi dan sebagainya.
Biomassa adalah energi yang dibuat untuk bahan bakar yang didapat dari sumber
alami yang dapat diperbaharui. Energi Biomassa bisa menjadi solusi  bahan bakar yang
selama ini tidak dapat diperbaharui dan mencemari lingkungan hidup. Bahan pembuat
energi biomassa dikategorikan menjadi dua jenis, pertama dari hewan yang berupa

2
mikroorganisme ataupun makroorganisme, dan yang kedua berasal dari
tumbuhan seperti tanaman sisa pengolahan ataupun hasil panen secara langsung. Energi
biomassa muncul karena adanya siklus karbon di bumi. Dimana, hampir semua unsur
kehidupan, mulai dari tumbuhan, hewan hingga manusia memiliki unsur karbon yang
pada dasarnya terus berputar. Karena itulah, biomassa sendiri bisa dibuat bahan bakar
karena juga mengandung unsur karbon.

2.2 Tempurung Kelapa

Tempurung kelapa terletak dibagian dalam kelapa setelah sabut. Tempurung


kelapa merupakan lapisan keras dengan ketebalan 3 mm sam 5 mm. sifat kerasnya
disebabkan oleh banyaknya kandungan silikat (SiO2) yang terdapat dalam tempurung.
Dari berat total buah kelapa, antara 15 – 19% merupakan berat tempurungnya. Selain
itu tempurung juga banyak mengandung lignin. Sedangkan kandungan methoxyl dalam
tempurung kelapa hampir sama dengan yang terdapat dalam kayu. Pada umumnya
nilai kalor yang terkandung dalam tempurung kelapa adalah berkisar antara 18200
hingga 19388,05 kJ/kg (Palungkun, 1999).
Buah kelapa mempunyai hasil sampingan berupa tempurung yang dapat diolah
menjadi arang. Namun, selama ini tempurung kelapa hanya digunakan sebagai bahan
bakar untuk memasak atau dibiarkan sebagai limbah. Untuk meningkatkan nilai
tambah produk kelapa, perlu dilakukan upaya pemanfaatan tempurung kelapa untuk
diolah menjadi arang, mengingat kebutuhan arang tempurung kelapa cenderung
meningkat sebagai bahan baku pembuatan arang aktif, biopelet, biobriket dll (Hadi,
2018).
Arang aktif atau sering juga disebut karbon aktif adalah jenis karbon yang
memiliki luas permukaan yang besar (500 m2/g). Hal ini dicapai dengan proses
pengaktifan karbon, baik secara kimia maupun fisik. Pengaktifan juga bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif. Arang aktif digunakan dalam
berbagai jenis industry sebagai adsorben dan untuk kegunaan lainnya (Hadi, 2018).

2.3 Sekam Padi


Sekam padi adalah limbah buangan hasil penggilingan padi yang cenderung
meningkat yang mengalami proses penghancuran yang alami dan lambat, sehingga

3
mengganggu lingkungan juga kesehatan. Sekam padi merupakan lapisan keras yang
meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang
saling bertautan (Putro dan Prasetyoko, 2007). Sekam padi yang umum ditemui
memiliki ciri fisik berwarna kekuningan atau keemasan. Sekam padi memiliki kerapatan
jenis 1,125 kg/m3, nilai kalori 1 kg sekam padi sebesar 3300 kkalori. Sekam padi
mempunyai panjang sekitar 5-10 mm dan lebar 2,5- 5 mm (Siaahan, dkk, 2013). Ciri
fisik ini dapat diamati seperti pada gambar 2.1. Pada proses penggilingan padi, biasanya
diperoleh sekam 20-30%, dedak 8-12% dan beras giling 50-63,5% dari bobot awal
gabah (Jahiding,dkk, 2011).

Sekam padi sebagai biomassa sebagian besar tersusun dari 58,852% selulosa,
18,03% hemiselulosa, 0,6-1% abu dan 20,9% lignin (Jalaluddin dan Risal, 2005).
Sekam padi mempunyai komposisi kimia kadar air 9,02%, protein kasar 3,03%,
lemak 1,18%, serat kasar 35,68%, kadar abu 17,17% dan karbohidrat dasar 33,71%
(Jahiding, dkk, 2011). Selain itu, sekam padi juga mengandung silika (SiO2) 87-
97% sehingga sekam padi dapat dijadikan sebagai sumber silika (Handayani, dkk,
2015). Sekam padi dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam bidang agro industri.
Selain itu, sekam padi dapat digunakan sebagai bahan bakar, bahan baku pembuatan
arang aktif, kertas karbon dan batu baterai (Siahaan, dkk, 2013). Sekam padi juga
dapat digunakan sebagai substrat untuk menghasilkan enzim dan sumber karbon
untuk produksi etanol (Widayantini, dkk, 2014).

2.4 Biobriket
Biobriket merupakan salah satu bahan bakar padat yang berasal dari sisasisa bahan
organik. Biobriket sebenarnya berasal dari bahan lunak yang diproses menjadi bahan
padat dengan bentuk tertentu. Biobriket memiliki karakteristik pembakaran yang baik
sehingga tidak kalah dengan batu bara atau jenis bahan bakar lainnya (Joseph dan
Hislop, 1985)

Biobriket dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar bagi masyarakat sebagai
pengganti bahan bakar fosil atau gas. Kelebihan dari penggunaan briket sebagai bahan
bakar antara lain bahan baku tersedia melimpah, lebih murah dan ramah lingkungan
karena meskipun energi biomassa juga melepaskan gas CO2 ke lingkungan, namun

4
karena proses pembentukan dan pertumbuhan biomassa di alam menyerap gas CO2,
jumlah total CO2 di lingkungan tidak akan mengalami peningkatan. Untuk itu, briket
merupakan energi alternatif yang sangat baik untuk dikembangkan. Sebagai bahan
bakar yang baik, briket harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Nuryetti dan
Nursyiwan, 2015) :
a. mudah untuk dinyalakan
b. apabila dibakar tidak mengeluarkan asap
c. gas hasil pembakaran tidak mengandung racun
d. briket dapat tahan air dan tidak mudah berjamur
e. menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, suhu pembakaran, dan laju
pembakaran

IV. Langkah Kerja


1. Menghancurkan sampel hingga berukuran kira-kira 2100 mesh
2. Menimbang sampel
3. Menyiapkan ala proximate analyzer
4. Memasukkan sampel kedalam proximate analyzer
5. Pada biobriket S-1 dimana perbandingan pencampuran yaitu perbandingan berat
sekam padi, tempurung kelapa dan batubara (1:1:1)

V. Data Pengamatan
5.1 Data Analisa Proksimat
Sekam Padi
Moisture 4,7228 %
Fixed Carbon 24,29 %
Volatile 41,0460 %
Ash 29.9394 %

Tempurung Kelapa
Moisture 8,03 %
Fixed Carbon 66,30 %
Volatile 21,26 %

5
Ash 4,41 %

Batubara Murni
Moisture 9,47 %
Fixed Carbon 45,41 %
Volatile 39,73 %
Ash 5,39 %

Biobriket S-1 (1 : 1 : 1)
Moisture 3,19 %
Fixed Carbon 53,07 %
Volatile 35,52 %
Ash 8,22 %

Nilai Kalor (GHV)


Sekam Padi 3342,4853 cal/g
Tempurung Kelapa 4242,8865 cal/g
Batubara Murni 3840,29 cal/g
Biobriket S-1 8788,88 cal/g

VII. Analisa Percobaan


Dari data kadar air yang didapatkan baik itu sekam padi 4,72 % dan tempurung
kelapa 8,03% dan biobriket S-1 3,19% yang kadar nya paling kecil sesuai dengan SNI
01-6235-2000 maks 8%. Persentase kadar air batubara melebihi 8% dipengaruhi oleh
adherent moisture yang berada pada permukaan batubara dikarenakan belum diberi
perlakuan apa-apa. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa kadar air yang
didapatkan lebih kecil dari standar dan dapat dikatakan mengarah pada hasil yang lebih
baik dari standar karena hasil yang didapatkan lebih kecil. Kadar air yang tinggi
mengakibatkan asap yang dihasilkan pada proses pembakaran banyak dan juga
menyebabkan kualitas biomassa menurun . Kadar air sangat berpengaruh terhadap
kualitas dari biomassa. Kadar air yang sangat rendah akan menghasilkan nilai kalor
yang tinggi dan memudahkan dalam proses pembakaran.

6
Data kadar abu sekam padi yaitu 29,53 % , tempurung kelapa 4,41%, batubara
murni yaitu 5,41 % yang briket S-1 yaitu 8,22%. Kadar abu sekam padi yang
didapatkan tidak sesuai dengan SNI 01-6235-2000 maks 8% hal ini pula yang
mempengaruhi besarnya kadar abu pada Biobriket S-1 yang terdapat kandungan sekam
padi pula. Kadar abu yang didapatkan lebih besar dari standar dan dapat mengarah pada
hasil yang tidak sesuai dengan standar pula. Hal ini dikarenakan pada sekam padi
terdapat kandungan silika yang cukup tinggi sehingga menyebabkan kadar abu yang
dihasilkan juga tinggi. Kadar abu juga dipengaruhi oleh kandungan mineral dari bahan
yang digunakan.
Kadar karbon sekam padi yaitu 24,29 % , tempurung kelapa 66,30%, batubara
murni 45,41% dan biobriket s-1 53,57%. Terlihat disini bahwa karbon yang tertinggi
yaitu tempurung kelapa, penggabungan seluruh komponen dengan perbandingan 1 : 1 :
1 pada sampel s-1 berhasil mndapatkan kadar karbon rata-rata yang lebih baik dengan
moisture yang lebih sedikit. Kadar karbon yang tinggi mempengaruhi nilai kalor,
semakin tinggi kadar karbon dari suatu bahan semakin tinggi pula nilai kalor yang
dihasilkan. Kadar karbon yang dihasilkan belum sesuai dengan standar mutu SNI 01-
6235-2000 yaitu ≥77%.
Nilai kalor sekam padi 3342 cal/g, 4242 cal/g untuk tempurung kelapa, 3840,29
untuk batubara dan 8788,88 cal/g untuk briket s-1. Terlihat bahwa pencampuran seluruh
bahan baku mampu meningkatkan nilai kalo yang sangat signifikan. Hal ini
dikarenakan kadar karbon pada briket sekam padi sangat kecil sehingga nilai kalor yang
dihasilkan juga sangat kecil. Nilai kalor yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar
mutu SNI 01-6235-2000 ≥5000 kal/g. Nilai kalor sangat dipengaruhi oleh kadar fixed
carbon karena kualitas pembakaran yang baik akan didapatkan dengan kadar fixed
karbin yang tinggi.

VIII. Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan :
1. Kadar air sekam padi, tempurung kelapa dan batubara memenuhi standar mutu
SNI 01-6235-2000 kecuali batubara yang dipengaruhi oleh adherent moisture-
nya.

7
2. Fixed karbon dari masin-masing bahan baku dan biobriket belum memenuhi
standar mutu SNI 01-6235-2000 dipengaruhi oleh belum dilakukannya
perlakuan apapun.
3. Biobriket S-1 pencampuran 1 : 1 : 1 mampu meningkatkan nilai kalor sangat
signifikan yaitu sebesar 8878,88 cal/g.

IX. Daftar Pustaka


1. Content, B. M., Temperature, P., Derived, B. Q., Shell, R. S., & Bamboo, A.
(2018). Pengaruh Kadar Air Biomassa dan Suhu Proses terhadap Kualitas
Biopelet dari Cangkang Buah Karet dan Bambu Ater ( Gigantochloa atter ).
2. Herawati, D. A., & Mahayana, A. (2016). Evaluasi Pengaruh Konsentrasi
Umpan pada Produksi Biogas dari Limbah Cair Industri Alkohol secara Fed
Batch, 10(2009), 10–15.
3. Maulana, I. E., & Herniko, M. A. (2016). Perancangan Sistem Biodigester Untuk
Bahan Bakar Biogas Rumah Hemat dan Mandiri Energi di Indonesia Persentase
Rumah Tangga Menurut Bahan Bakar Memasak di Indonesia 2016, 28–38.
4. Pppptk, T. (2015). Konversi energi biomassa. Modul Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan. Jakarta
5. Polsri. 2019. Petunjuk Praktikum Teknik Konversi Energi Biomassa. Politeknik
Negeri Sriwijaya, Palembang.
6. Sumber, B., Biomassa, D., & Biomassa, K. (n.d.). Bab 2. Sumber Daya
Biomassa 2.1., 15–91.
7. Rahmawati, S. C., & Ilyas, A. (n.d.). ANALISA PENURUNAN KADAR COD
DAN BOD LIMBAH CAIR LABORATORIUM BIOKIMIA UIN MAKASSAR
Abu Terbang ( Fly Ash ), 64–75.
8. Sari, M. A., Kirom, M. R., & Qurthobi, A. (2018). ANALISIS PENGARUH
TEMPERATUR TERHADAP PRODUKSI BIOGAS PADA REAKTOR
ANAEROBIC BUFFLED REACTOR ( ABR ), 5(3), 5602–5609.
9. Widyatmoko, H., & Yananto, T. (2009). POTENSI PEMBENTUKAN BIOGAS
PADA PROSES BIODEGRADASI BATCH REAKTOR ANAEROB, 5(1), 19–
26.

8
Lampiran Gambar

9
Hasil analisa sekam padi Hasil analisa tempurung kelapa,
batubara dan biobriket S-1

Nilai Kalor Sekam Padi Nilai kalor tempurung kelapa

10

Anda mungkin juga menyukai