PEMBUATAN BIOBRIKET
OLEH:
KELOMPOK :2
KELAS : 2 EGT
DOSEN PENGAJAR : Dr. Ir. Aida Syarif, M.T.
1
PEMBUATAN BIOBRIKET
I. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan alat analisa proksimat biomassa
2. Mahasiswa dapat memahami analisa proksimat biomassa dan dapat
membandingkannya dengan Standar Nasional Indonesia
2
mikroorganisme ataupun makroorganisme, dan yang kedua berasal dari
tumbuhan seperti tanaman sisa pengolahan ataupun hasil panen secara langsung. Energi
biomassa muncul karena adanya siklus karbon di bumi. Dimana, hampir semua unsur
kehidupan, mulai dari tumbuhan, hewan hingga manusia memiliki unsur karbon yang
pada dasarnya terus berputar. Karena itulah, biomassa sendiri bisa dibuat bahan bakar
karena juga mengandung unsur karbon.
3
mengganggu lingkungan juga kesehatan. Sekam padi merupakan lapisan keras yang
meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang
saling bertautan (Putro dan Prasetyoko, 2007). Sekam padi yang umum ditemui
memiliki ciri fisik berwarna kekuningan atau keemasan. Sekam padi memiliki kerapatan
jenis 1,125 kg/m3, nilai kalori 1 kg sekam padi sebesar 3300 kkalori. Sekam padi
mempunyai panjang sekitar 5-10 mm dan lebar 2,5- 5 mm (Siaahan, dkk, 2013). Ciri
fisik ini dapat diamati seperti pada gambar 2.1. Pada proses penggilingan padi, biasanya
diperoleh sekam 20-30%, dedak 8-12% dan beras giling 50-63,5% dari bobot awal
gabah (Jahiding,dkk, 2011).
Sekam padi sebagai biomassa sebagian besar tersusun dari 58,852% selulosa,
18,03% hemiselulosa, 0,6-1% abu dan 20,9% lignin (Jalaluddin dan Risal, 2005).
Sekam padi mempunyai komposisi kimia kadar air 9,02%, protein kasar 3,03%,
lemak 1,18%, serat kasar 35,68%, kadar abu 17,17% dan karbohidrat dasar 33,71%
(Jahiding, dkk, 2011). Selain itu, sekam padi juga mengandung silika (SiO2) 87-
97% sehingga sekam padi dapat dijadikan sebagai sumber silika (Handayani, dkk,
2015). Sekam padi dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam bidang agro industri.
Selain itu, sekam padi dapat digunakan sebagai bahan bakar, bahan baku pembuatan
arang aktif, kertas karbon dan batu baterai (Siahaan, dkk, 2013). Sekam padi juga
dapat digunakan sebagai substrat untuk menghasilkan enzim dan sumber karbon
untuk produksi etanol (Widayantini, dkk, 2014).
2.4 Biobriket
Biobriket merupakan salah satu bahan bakar padat yang berasal dari sisasisa bahan
organik. Biobriket sebenarnya berasal dari bahan lunak yang diproses menjadi bahan
padat dengan bentuk tertentu. Biobriket memiliki karakteristik pembakaran yang baik
sehingga tidak kalah dengan batu bara atau jenis bahan bakar lainnya (Joseph dan
Hislop, 1985)
Biobriket dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar bagi masyarakat sebagai
pengganti bahan bakar fosil atau gas. Kelebihan dari penggunaan briket sebagai bahan
bakar antara lain bahan baku tersedia melimpah, lebih murah dan ramah lingkungan
karena meskipun energi biomassa juga melepaskan gas CO2 ke lingkungan, namun
4
karena proses pembentukan dan pertumbuhan biomassa di alam menyerap gas CO2,
jumlah total CO2 di lingkungan tidak akan mengalami peningkatan. Untuk itu, briket
merupakan energi alternatif yang sangat baik untuk dikembangkan. Sebagai bahan
bakar yang baik, briket harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Nuryetti dan
Nursyiwan, 2015) :
a. mudah untuk dinyalakan
b. apabila dibakar tidak mengeluarkan asap
c. gas hasil pembakaran tidak mengandung racun
d. briket dapat tahan air dan tidak mudah berjamur
e. menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, suhu pembakaran, dan laju
pembakaran
V. Data Pengamatan
5.1 Data Analisa Proksimat
Sekam Padi
Moisture 4,7228 %
Fixed Carbon 24,29 %
Volatile 41,0460 %
Ash 29.9394 %
Tempurung Kelapa
Moisture 8,03 %
Fixed Carbon 66,30 %
Volatile 21,26 %
5
Ash 4,41 %
Batubara Murni
Moisture 9,47 %
Fixed Carbon 45,41 %
Volatile 39,73 %
Ash 5,39 %
Biobriket S-1 (1 : 1 : 1)
Moisture 3,19 %
Fixed Carbon 53,07 %
Volatile 35,52 %
Ash 8,22 %
6
Data kadar abu sekam padi yaitu 29,53 % , tempurung kelapa 4,41%, batubara
murni yaitu 5,41 % yang briket S-1 yaitu 8,22%. Kadar abu sekam padi yang
didapatkan tidak sesuai dengan SNI 01-6235-2000 maks 8% hal ini pula yang
mempengaruhi besarnya kadar abu pada Biobriket S-1 yang terdapat kandungan sekam
padi pula. Kadar abu yang didapatkan lebih besar dari standar dan dapat mengarah pada
hasil yang tidak sesuai dengan standar pula. Hal ini dikarenakan pada sekam padi
terdapat kandungan silika yang cukup tinggi sehingga menyebabkan kadar abu yang
dihasilkan juga tinggi. Kadar abu juga dipengaruhi oleh kandungan mineral dari bahan
yang digunakan.
Kadar karbon sekam padi yaitu 24,29 % , tempurung kelapa 66,30%, batubara
murni 45,41% dan biobriket s-1 53,57%. Terlihat disini bahwa karbon yang tertinggi
yaitu tempurung kelapa, penggabungan seluruh komponen dengan perbandingan 1 : 1 :
1 pada sampel s-1 berhasil mndapatkan kadar karbon rata-rata yang lebih baik dengan
moisture yang lebih sedikit. Kadar karbon yang tinggi mempengaruhi nilai kalor,
semakin tinggi kadar karbon dari suatu bahan semakin tinggi pula nilai kalor yang
dihasilkan. Kadar karbon yang dihasilkan belum sesuai dengan standar mutu SNI 01-
6235-2000 yaitu ≥77%.
Nilai kalor sekam padi 3342 cal/g, 4242 cal/g untuk tempurung kelapa, 3840,29
untuk batubara dan 8788,88 cal/g untuk briket s-1. Terlihat bahwa pencampuran seluruh
bahan baku mampu meningkatkan nilai kalo yang sangat signifikan. Hal ini
dikarenakan kadar karbon pada briket sekam padi sangat kecil sehingga nilai kalor yang
dihasilkan juga sangat kecil. Nilai kalor yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar
mutu SNI 01-6235-2000 ≥5000 kal/g. Nilai kalor sangat dipengaruhi oleh kadar fixed
carbon karena kualitas pembakaran yang baik akan didapatkan dengan kadar fixed
karbin yang tinggi.
VIII. Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan :
1. Kadar air sekam padi, tempurung kelapa dan batubara memenuhi standar mutu
SNI 01-6235-2000 kecuali batubara yang dipengaruhi oleh adherent moisture-
nya.
7
2. Fixed karbon dari masin-masing bahan baku dan biobriket belum memenuhi
standar mutu SNI 01-6235-2000 dipengaruhi oleh belum dilakukannya
perlakuan apapun.
3. Biobriket S-1 pencampuran 1 : 1 : 1 mampu meningkatkan nilai kalor sangat
signifikan yaitu sebesar 8878,88 cal/g.
8
Lampiran Gambar
9
Hasil analisa sekam padi Hasil analisa tempurung kelapa,
batubara dan biobriket S-1
10