Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL II TEKNIK KIMIA

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK

Oleh:
KELOMPOK 20

Nama :
Dwi Artianingsih 120280060
Salsabila Fitri Hudiyah 120280077
Imo lolona boangmanalu 120280049

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


SUB JURUSAN TEKNIK PROSES DAN HAYATI
JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2022
ABSTRAK

Cadangan fosil akan mulai berkurang sementara kebutuhan akan semakin


meningkat. Menurut perkiraan minyak bumi di indonesia dengan tingkat konsumsi
seperti saat ini akan habis dalam waktu 10-15 tahun lagi. Maka diperlukan upaya
untuk mencari sumber energi alternatifyang terbarukan sebagai pengganti minyak
bumi. Salah satu alternatif yang digunakan yaitu minyak nabati yang dapat diubah
menjadi bahan bakar. Pada praktikum ini digunakan bahan-bahan berupa minyak
jelantah, H2SO4 pekat teknis, Larutan KOH-etanol, Metanol teknis 95%, Etanol
teknis, dan Phenolpthalein. Pada praktikum ini, variasi waktu yang digunakan
adalah 0 menit, 20 menit, 40 menit, 60 menit, 80 menit dan 100 menit dengan
dilakukan proses titrasi untuk menganalisis angka asam (AV). Melalui praktikum
ini diperoleh angka asam pada menit 0 sebesar 10,32 mg KOH/g; menit 20 sebesar
8,52 mg KOH/g; menit 40 sebesar 7,30 mg KOH/g; menit 60 sebesar 4,50 mg
KOH/g; menit 80 sebesar 4,14 mg KOH/g; menit 100 sebesar 4,19 mgKOH/g.
Selain itu diperoleh kadar air pada menit 0 sebesar 3,30%: menit 20 sebesar 5,13%:
menit 40 sebesar 6,03%: menit 60 sebesar 1,09%: menit 80 sebesar 2,43%: menit
100 sebesar 2,63%. Pada praktikum ini diperoleh kesimpulan bahwa hubungan
antara angka asam dengan waktu reaksi esterifikasi adalah berbanding terbalik,
semakin lama waktu reaksi esterifikasi membuat konversi reaksi semakin besar, dan
semakin lama waktu reaksi esterifikasi maka semakin sedikit kadar kandungan air
yang terkandung pada minyak jelantah. Saran untuk praktikum ini adalah praktikan
membaca dan memahami modul sebelum melakukan praktikum dan praktikan lebih
teliti dalam membaca data pada saat menimbang bahan kimia dan pembacaan data
titrasi

Kata kunci: Angka Asam, Biodiesel, Esterifikasi, FFA, Konversi Reaksi

i
DAFTRA ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i
DAFTRA ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................6
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 6
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 6
1.3 Sasaran ...................................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
2.1 Esterifikasi ................................................................................................................ 8
2.2 Ester ......................................................................................................................... 8
2.3 Biodiesel .................................................................................................................. 9
2.4 Minyak goreng ......................................................................................................... 9
2.5 FFA (Free Fatty Acid) ............................................................................................. 9
2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi esterifikasi............................................. 10
2.7 Persamaan yang Digunakan .................................................................................... 11
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ..........................................................12
3.1 Alat dan Bahan........................................................................................................ 12
3.2 Kondisi Operasi/Parameter Percobaan.................................................................... 12
3.3 Variabel Bebas ........................................................................................................ 13
3.4 Variabel Terikat ...................................................................................................... 13
3.5 Diagram alir percobaan ........................................................................................... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................. Error! Bookmark not defined.
4.1 Hasil .................................................................................................................. 17
4.2 Pembahasan............................................................................................................. 17
4.2.1 Analisis Waktu terhadap Angka Asam (AV) Reaksi Esterifikasi ........................ 18
4.2.2 Analisis Waktu terhadap Konversi Reaksi (XA) Reaksi Esterifikasi .................. 19
4.2.3 Analisis Waktu terhadap Kadar Air Reaksi Esterfikasi ....................................... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................22
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 22
ii
5.2 Saran ....................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23
LAMPIRAN A ( Data Mentah) ...........................................................................24
LAMPIRAN B (Data Perhitungan) ....................................................................25
LAMPIRAN C (DOKUMENTASI) ...................................................................31
LAMPIRAN D (RISK ASSESSMENT) .............................................................32
LAMPIRAN E (MSDS) .......................................................................................37

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Data Penentuan Kadar Air ............................................................................... 17


Tabel 4. 2 Data Penentuan Angka Asam dan Konversi Reaksi ........................................ 17

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 diagram alir pembuatan biodiesel ................................................................ 14


Gambar 3. 2 diagram alir penentuan angka asam ............................................................. 15
Gambar 3. 3 diagram Alir Penentuan Kadar Air............................................................... 16
Gambar 4. 1 kurva pengaruh waktu terhadap av .............................................................. 18
Gambar 4. 2 kurva pengaruh waktu terhadap konversu reaksi ......................................... 19
Gambar 4. 3 kurva pengaruh waktu terhadap kadar air .................................................... 20

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi dan batubara yang berasal dari fosil.
Cadangan fosil akan mulai berkurang sementara kebutuhan akan semakin
meningkat. Menurut perkiraan minyak bumi di indonesia dengan tingkat konsumsi
seperti saat ini akan habis dalam waktu 10-15 tahun lagi. Maka diperlukan upaya
untuk mencari sumber energi alternatifyang terbarukan sebagai pengganti minyak
bumi. Salah satu alternatif yang digunakan yaitu minyak nabati yang dapat diubah
menjadi bahan bakar. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan
sumber minyak nabati di dunia. Asam dapat berupa asam lemak tak jenuh yang
secara alami banyak terdapat dalam minyak nabati [1].

Untuk mendapatkan kegunaannya sebagai sumber energi, minyak nabati perlu


diubah terlebih dahulu menjadi senyawa hidrokarbon yang dapat diumpankan ke
dalam mesin bakar diantaranya menjaddi biodiesel menggunakan proses
esterifikasi. Proses esterifikasi mereaksikan minnyak lemak dengan alkohol untuk
menghasilkan ester alkohol lemak yang dapat digunakan sebagai biodiesel.
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang diperoleh melalui proses
transesterifikasi dengan alkohol (metanolisis). Biodiesel yaitu monoalkil ester dari
asam lemak berantai panjang yang terkandung daalam minyak nabati atau hewani.
Alternatif bahan bakar terdiri dari metil atau etilester. Adapun hasil transesterifikasi
dari trigliserida atau esterifikasi dari asam lemak bebas (FFA) [2].

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada percobaan ini, yaitu :
1. Mempelajari proses reaksi esterifikasi asam lemak dengan alkohol.
2. Mempelajari pengaruh rasio molar methanol kinetika reaksi esterifikasi.
3. Mempelajari pengaruh katalis terhadap kinetika reaksi esterifikasinya.
4. Mempelajari pengaruh temperature terhadap kinetika reaksi esterifikasinya.

6
1.3 Sasaran
Adapun sasaran dari percobaan ini, yaitu :
1. Persamaan kinetika reaksi esterifikasi alkohol dalam asam lemak.
2. Rasio molar alkohol terhadap asam lemak yang optimum.
3. Temperatur reaksi esterifikasi yang optimum.
4. Jumlah katalis yang optimum untuk reaksi esterifikasinya.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Esterifikasi
Esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat dan alcohol yang
membentuk ester dengan mengkonversikan asam lemak bebas yang terkandung
dalam trigliserida menjadi metil ester dan hasil sampingnya yaitu air[5]. Merupakan
reaksi kesetimbangan ,sehingga membutuhkan katalis.katalis yang cocok asam kuat
seperti asam sulfat, asam sukronat organic atau resin. Penambahan methanol
dengan bentuk ion dapat berfungsi untuk memperlambat laju hidrolisis dalam
suasana basa karena ion bereaksi dengan trigliserida yang menghasilkan metil
ester.[3]

Reaksi esterifikasi dapat dibagi menjadi:

esterifikasi langsung yang merupakan reaksi antara asam lemak dan alcohol

RCOOH + R1OH RCOOR1 + H2O

1. Transesterifikasi yang meliputi reaksi :


a. Asidolisis, merupakan reaksi antara ester dengan asam membentuk
ester yang baru.
RCOOR1 + R2COOH R2COOR1 + RCOOH
b. Alkoholisis, merupakan reaksi antara ester dengan alkohol
membentuk ester yang baru.
RCOOR1 + R2OH RCOOR2 + R1OH
c. interesterisikasi, merupakan suatu reaksi ester dengan ester
lainnya[4]
RCOOR1 + R2COOR3 RCOOR3 + R2COOR1

2.2 Ester
Ester merupakan salah satu gugus fungsi dari golongan senyawa karbon
dengan gugus fungsi – COO – dengan struktur R – COO – R’ (dimana R
menyatakan suatu rantai karbon atau atom H, sedangkan R’ merupakan rantai
karbon). Ester mempunyai rumus umum CnH2nO2. Pemberian nama pada ester
terdiri dari 2 kata yaitu dari gugus alkil (berasal dari alkoksi) diikuti dengan nama

8
asam karboksilatnya dengan menghilangkan kata asam. Gugus karbon yang terikat
pada atom O (gugus R’) diberi nama alkil dan gugus R – COO H – diberi nama
alkanoat [2].

2.3 Biodiesel
Biodiesel adalah monoalkilester yang diperoleh dari reaksi esterifikasi dan
transesterifikasi asam lemak rantai Panjang dan alcohol dengan bantuan katalis
asam atau basa[1]. Biodiesel bersifat ramah lingkungan karena memiliki emisi
pembakaran yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar diesel
petroleum[6], dapat terurai secara alami dan merupakan bahan bakar yang dapat
diperbaharui[7]. Selain itu bahan bakar biodiesel dapat diperoleh dari limbah seperti
minyak goreng bekas.

2.4 Minyak goreng


Minyak goreng mengandung asam lemak bebas (free fatty acid,FFA) yang
dihasilkan dari reaksi oksidasi dan hidrolisis pada saar penggorengan. Adanya FFA
dalam minyak goreng dapat menyebabkan reaksi samping yaitu penyabunan, jika
dalam proses pembuatan biodiesel langsung menggunakan reaksi transesterifikasi.
Sabun yang dihasilkan dapat mengganggu proses pemurnian biodiesel.
Reaksi transesterifikasi memerlukan minyak dengan kemurnian
tinggi(kandungan FFA<2%). Jika FFA tinggi akan mengakibatkan reaksi
transesterifikasi terganggu akibat terjadinya reaksi penyabunan antara katalis
dengan FFA,kadar asam lemak bebas minyak nabati harus lebih kecil dari 1%.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan asam lemak bebas
dengan alcohol dengan asam sulfat. Reaksi ini dikenal dengan esterifikasi.

2.5 FFA (Free Fatty Acid)


Analisis FFA merupakan suatu cara untuk mengetahui kualitas dari produk
CPO yang dihasilkan dari pabrik minyak kelapa. Kadar FFA didalam minyak
menunjukkan tingkat kerusakan minyak goreng akibat pemecahan trigliserida dan
oksidasi asam lemak. Tahap pemurnian minyak dengan mengurangi kadar FFA
sangat penting dilakukan untuk menghasilkan biodiesel dengan kualitas tinggi.
Katalis mempengaruhi penurunan kadar asam lemak bebas yang dihasilkan.
Karena persentasi katalis dapat mempercepat reaksi sehingga dapat mempercepat

9
terjadinya kesetimbangan reaksi. Ada banyak factor yang menaikan atau
menurunkan kadar asam lemak bebas seperti suhu, lama waktu reaksi, dan katalis
yang digunakan.

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi esterifikasi


Adapun faktor-faktor yang memperngaruhi reaksi esterifikasi antara lain
yaitu:

1. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin
besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan
reaksi sudah tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan
menguntungkan karena tidak memperbesar hasil.
2. Pengadukan
Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat
pereaksi dengan zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan reaksi
terjadi sempurna. Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga
konstanta kecepatan reaksi.
3. Katalisator
Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu reaksi
sehingga padasuhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin besar.
Pada reaksi esterifikasi yang sudah dilakukan biasanya menggunakan
konsentrasi katalis antara 1 - 4 % beratsampai 10 % berat campuran
pereaksi.
4. Suhu reaksi
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi
yang dihasilkan, hal ini sesuai dengan persamaan Archenius. Bila suhu naik
maka harga K makin besar sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi
makin besar

10
2.7 Persamaan yang Digunakan
Dalam praktikum kali ini digunakan persamaan-persamaan dibawah ini:
1. Nilai angka asam
𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻 ×𝑉 ×𝑁
𝐴𝑉 = …………………………….(1)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan :
V = Volume titran
N = Normalitas KOH
M = massa sampel
2. Kadar Air (%)
𝑚1−𝑚2
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = ………………………(2)
𝑚1

Keterangan :
m1 = Massa erlenmeyer + minyak sebelum pemanasan
m2 = Massa erlenmeyer + minyak setelah pemanasan
3. Konversi
𝐴𝑉0 ×𝐴𝑉𝑖
𝑋𝐴 = × 100…………………………..(3)
𝐴𝑉0

11
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada praktikum esterifikasi minyak lemak, yaitu:
1. Labu leher 3 1000 mL
2. Labu erlemeyer 250 mL
3. Gelas kimia 500 mL
4. Gelas kimia 100 mL
5. Buret 25 mL
6. Kondensor spiral
7. Thermometer
8. Hot plate dan stirrer
9. Corong pisah 100 mL
10. Neraca analitik dengan ketelitian 0,001 mg
11. Pompa sirkulasi
12. Pipet ukur 20 mL
13. Pipet ukur 10 mL
14. Gelas ukur 100 mL
15. Gelas ukur 250 mL
16. Klem dan statif
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum esterifikasi minyak lemak, yaitu:
1. Minyak jelantah
2. H2SO4 pekat teknis
3. Larutan KOH-etanol 0,5 N
4. Metanol teknis 95%
5. Methanol
6. Indikator Fenolftalein (PP)

3.2 Kondisi Operasi/Parameter Percobaan


Kondisi operasi dan parameter percobaan yang dibuat tetap adalah sebagai
berikut:

12
1. Tekanan ruangan (660-760 mmHg)
2. Volume minyak jelantah 250 mL
3. Waktu reaksi
4. Methanol

3.3 Variabel Bebas


Adapun variabel bebas yang disesuaikan yaitu waktu saat pengambilan sampel
biodiesel, setiap 20 menit akan diambil sampelnya. Temperatur kerja sebesar 65oC.

3.4 Variabel Terikat


Adapun variabel yang harus diamati dalam praktikum, yaitu:
1. Angka asam
2. Kadar air
3. Konversi reaksi

13
3.5 Diagram alir percobaan
3.5.1 Pembuatan Biodiesel

Mulai

Masukkan minyak jelantah 250 mL + methanol 50 mL


ke dalam leher 3

Aduk dan panaskan larutan, lalu set heater 65oC

Setelah suhu 65℃ masukan katalis

Catat waktu reaksi

Sampel diambil setiap 20 menit sekali sebanyak 20


mL (5 kali sampling)

Selesai
Gambar 3. 1 diagram alir pembuatan biodiesel

14
3.5.2 Analisis Penentuan Angka Asam

Mulai

Masukkan sampel 1 ke dalam corong


- pisah dan
diamkan sampai terbentuk 2 fasa yaitu methanol
dan biodiesel

Masukkan fasa biodiesel dari corong pisah


ke dalam erlenmeyer

Timbang massa sampel biodiesel ke menggunakan


timbangan analitik

Titrasi dengan larutan KOH-Ethanol +


Fenolftalein sampai berubah warna menjadi pink

Catat volume titran yang digunakan

Analisis angka asamnya

Ulangi percobaan untuk sampel 2,3,4,


dan 5

Selesai

Gambar 3. 2 diagram alir penentuan angka asam

15
3.5.3 Penentuan Kadar Air

Mulai

Masukkan sampel biodiesel dari corong pisah ke


dalam erlenmeyer 1, 2, 3, 4, dan 5

Timbang massa biodiesel di masing-masing


erlenmeyer menggunakan neraca analitik

Masukkan sampel di Erlenmeyer 1, 2, 3, 4, dan 5 ke


dalam oven dengan temperature 110oC selama 45 menit

Timbang kembali massa biodiesel di masing-masing


erlenmeyer setelah pengovenan

Selesai

Gambar 3. 3 diagram Alir Penentuan Kadar Air

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4. 1 data penentuan kadar air

Waktu massa massa massa massa setelah Kadar


(menit) erlenmeyer sebelum minyak pemanasan Air(%)
kosong pemanasan
0 34,1 36,09 1,99 34,9 3,30%
20 42,2 42,9 0,7 40,7 5,13%
40 42,55 43,1 0,55 40,5 6,03%
60 42,5 46 3,5 45,5 1,09%
80 33,9 41,2 7,3 40,2 2,43%
100 43,7 49,4 5,7 48,1 2,63%

Tabel 4. 2 data penentuan angka asam dan konversi reaksi


Waktu (menit) AV XA

0 10,32 0
20 8,52 17,391
40 7,30 29,193
60 4,50 56,378
80 4,19 59,428
100 4,00 61,224

4.2 Pembahasan
Ester dibuat dengan cara mereaksikan asam karboksilat dan alkohol dengan
bantuan katalis. Minyak jelantah dapat diubah menjadi biodiesel (alkil ester)
melalui proses transesterifikasi maupun esterifikasi. Pada proses ini minyak
jelantah sebagai sumber trigliserida direaksikan dengan alkohol menghasilkan
campuran alkil ester dan gliserol dengan adanya katalis basa kuat yaitu H2SO4.
Pengaruh angka asam (AV) terhadap waktu reaksi esterifikasi setiap rentang 20

17
menit membentuk hubungan berbanding terbalik. Semakin lama reaksi berlangsung
maka angka asam akan mengalami penurunan.

Lama waktu yang dibutuhkan untuk reaksi esterifikasi membuat konversi


reaksi semakin besar menuju keadaan optimum. Makin lama waktu pembuatan
biodiesel akan semakin bagus hasil yang didapat dan akan berakibat pada makin
besar torsi dan daya yang dihasilkan. Torsi maksimal yang berhasil didapat oleh
campuran 30-60 menit dimana torsi yang dihasilkan campuran biodiesel minyak
goreng sebesar 122,59 Nm dan daya yang dihasilkan sebesar 55,93 kW (Parhusip,
2012).

4.2.1 Analisis Waktu terhadap Angka Asam (AV) Reaksi Esterifikasi


12,00

10,00

8,00
AV

6,00

4,00

2,00

0,00
0 20 40 60 80 100 120
Waktu (menit)

Gambar 4. 1 kurva pengaruh waktu terhadap av


Pada pembuatan biodesel dengan bahan dasar minyak jelantah. percobaan
pertama yang dilakukan yaitu pada penentuan angka asam. Angka asam yaitu
banyaknya milligram KOH yang dipakai untuk menetralkan asam lemak yang
terkandung dalam 2 gram sampel biodiesel. Pada percobaan yang telah dilakukan
diperoleh angka asam pada menit 0 sebesar 10,32 mg KOH/g; menit 20 sebesar
8,52 mg KOH/g; menit 40 sebesar 7,30 mg KOH/g; menit 60 sebesar 4.50 mg
KOH/g; menit 80 sebesar 4,19 mg KOH/g; menit 100 sebesar 4,00 mgKOH/g.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa, pengaruh angka
asam terhadap waktu reaksi esterifikasi setiap rentang 20 menit membentuk
hubungan berbanding terbalik. Semakin lama waktu reaksi esterifikasi yang

18
berlangsung, maka akan membuat angka asam semakin mengalami penurunan.
Penurunan angka asam ini menjadi salah satu tanda bahwa percobaan yang
dilakukan berhasil, Angka asam yang tinggi menunjukkan banyaknya keberadaan
asam lemak bebas yang ada dalam biodiesel. Maka dapat disimpulkan jika ingin
mendapatkan kualitas biodesel yang baik maka dibutuhkan waktu lama reaksi
esterifikasi diatas 60 menit.

4.2.2 Analisis Waktu terhadap Konversi Reaksi (XA) Reaksi Esterifikasi


70

60

50

40
XA (%)

30

20

10

0
0 20 40 60 80 100 120
Waktu (menit)

Gambar 4. 2 kurva pengaruh waktu terhadap konversu reaksi


Percobaan ini yaitu tentang menentukan konversi reaksi (XA), berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, seperti tergambar pada grafik. Semakin lama
waktu reaksi esterifikasi membuat konversi reaksi semakin besar. Hal ini sudah
sesuai dengan teori yang ada, yaitu semakin lama waktu reaksi akan memungkinkan
kontak antara zat semakin besar sehingga menghasilkan konversi reaksi yang besar
pula.

Namun ketika sudah berada pada kondisi kesetimbagan, penambahan waktu


reaksi tidak akan menambah konversi reaksi. konversi reaksi maksimum pada
percobaan telah tercapai pada menit ke 60 sampai 80, sehingga penambahan waktu
reaksi tidak menambah konversi. Konversi reaksi pada percobaan yang dilakukan
tidak terlalu tinggi karena sumber asam lemak (minyak jelantah) yang praktikan
gunakan berasal dari minyak jelantah pemakaian rumah tangga, sehingga

19
kandungan air dalam minyak jelantah tersebut bereaksi dengan katalis dan
pengurangan jumlah katalis akan mempengaruhi konversi rekasi yang dihasilkan.

4.2.3 Analisis Waktu terhadap Kadar Air Reaksi Esterfikasi


7,00%

6,00%

5,00%
kadar air

4,00%

3,00%

2,00%

1,00%

0,00%
0 20 40 60 80 100 120
waktu (menit)

Gambar 4. 3 kurva pengaruh waktu terhadap kadar air


Pada percobaan ini ditentukan pengaruh waktu terhadap uji kadar air terhadap
minyak jelantah. dapat dilihat dari grafik diatas semakin lama waktu reaksi
esterifikasi maka semakin sedikit kadar kandungan air yg terkandung pada minyak
jelantah tersebut. Tingkat kerusakan minyak yang utama adalah kadar air karena
dengan adanya air minyak akan lebih mudah mengalami proses hidrolisis, yang
merupakan awal dari proses peruraian minyak selanjutnya. Minyak yang
mengandung makin banyak air, semakin meningkat hidrolisisnya. Kadar air
merupakan penentu kualitas minyak. Meskipun kadar asam lemak bebas dalam
minyak rendah dan bilangan peroksida rendah, bila kadar air tinggi maka minyak
mengandung banyak air dan tingkat hidrolisisnya tinggi sehingga minyak menjadi
mudah terurai. Kadar air merupakan penentu kualitas minyak. Meskipun kadar
asam lemak bebas dalam minyak rendah dan bilangan peroksida rendah, bila kadar
air tinggi maka minyak mengandung banyak air dan tingkat hidrolisisnya tinggi
sehingga minyak menjadi mudah terurai. Bilangan peroksida yang tinggi
disebabkan oleh minyak yang teroksidasi dan adanya pemanasan yang tinggi pula.
Pemakaian minyak berulang-ulang menyebabkan bilangan peroksida meningkat.
Kadar asam lemak bebas meningkat disebabkan karena trigliserida terurai menjadi

20
asam lemaknya dan gliserol. Minyak mengalami peruraian. Antara warna hitam dan
warna coklat pada minyak bekas pakai memang dapat diindikasilkan tingkat
kerusakannya tetapi tidak mencerminkan secara mutlak bahwa semakin tua
warnanya semakin rusak keadaannya.

21
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapaun kesimpulan dalam percoban kali ini adalah :

1. Semakin lama waktu reaksi esterifikasi yang berlangsung, maka akan


membuat angka asam semakin mengalami penurunan. Sehingga hubungan
antara angka asam dengan waktu reaksi esterifikasi adalah berbanding
terbalik.
2. Semakin lama waktu reaksi esterifikasi membuat konversi reaksi semakin
besar. Konversi reaksi maksimum terjadi pada percobaan di menit ke-60
sampai ke-80.
3. Semakin lama waktu reaksi esterifikasi maka semakin sedikit kadar
kandungan air yang terkandung pada minyak jelantah.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum Refrigerasi dan Likuifaksi ini adalah sebagai berikut:

1. Praktikan membaca dan memahami modul sebelum melakukan praktikum.


2. Praktikan lebih teliti dalam membaca data pada saat menimbang bahan
kimia dan pembacaan data titrasi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anisah, M., & Dr.Suwandi. (2018). Pengaruh Waktu Transesterifikasi terhadap


Konversi Minyak Jelantah menjadi Biodiesel. e-Proceding of Engineering,
vol.5 p.916.

D. Bioenergi. (2020). Pedoman Penanganan dan Penyimpangan Biodiese dan


Campuran Biodiesel (B30). Kementerian dan Sumber Daya Mineral.

Dirjen, P. (1997). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan


RI.

Halim. (1990). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi I. Jakarta: Erlangga.

Hedrison. (1998). Penentuan Praktikum Kimia Organik Sintetik. Makasar: Fakultas


Farmasi.

I, A., I, A., S, N., & C.O, O. (Mei, 2016). Pembuatan Biodiesel dengan Cara
Adsorpsi dan Transesterifikasi dari Minyak Goreng Bekas. Jurnal Kimia
VALENSI .

Wijaya, I. C. (2020). ANALISA OPERASIONAL CHILLER TIPE WATER


COOLED UNTUK MENURUNKAN KONSUMSI ENERGI DAN EFEK
PEMANASAN GLOBAL. Malang: Institut Teknologi Nasional Malang.

Zainudin, & Irawan, F. (2020). TROUBLESHOOTING INDUSTRIAL ICE


BLOCK MAKER TRAINER PADA LABORATORIUM TATA UDARA
POLITEKNIK SEKAYU. Jurnal PETRA, 1-49.

23
LAMPIRAN A ( Data Mentah)

Volume lemak : 250 mL

Volume Metanol : 50 mL

Volume H2SO4 : 2 mL

Normalitas KOH : 0,5 N

Tabel A.1 data pengukuran

Pengukuran ke
m (g) v (ml)
-

1 2,16 0,9

2 6,65 1,6

3 6,09 1,1

4 7 0,95

5 5,07 0,55

6 8,23 0,75

Tabel A.2 percobaan pembuatan biodiesel

Waktu (menit) AV XA

0 11,67 0

20 6,74 42,256

40 5,06 56,65

60 3,80 67,429

80 3,04 73,964

100 2,55 78,129

24
LAMPIRAN B (Data Perhitungan)
1. Perhitungan Angka Asam (AV)
𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻 × 𝑉 × 𝑁
Angka Asam (AV) =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan:

V = Volum titran (ml)

N = Normalitas KOH (N)

m = Massa sampel (gram)

a) Pada t = 0 menit
Massa Erlenmeyer kosong = 164,1 gram
Massa Erlenmeyer + minyak = 166 gram
Massa sampel = 1,9 gram
Volume titran = 0,7 ml
Normalitas KOH = 0,5 N
Mr KOH =56

𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻 × 𝑉 × 𝑁
Angka Asam (AV) =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

56 × 0,7 × 0,5
Angka Asam (AV) =
1,9

Angka Asam (AV) = 10,32

b) Pada t = 20 menit
Massa Erlenmeyer kosong = 164,1 gram
Massa Erlenmeyer + minyak = 166,4 gram
Massa sampel = 2,3 gram
Volume titran = 0,7 ml
Normalitas KOH = 0,5 N
Mr KOH = 56

𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻 × 𝑉 × 𝑁
Angka Asam (AV) =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

56 × 0,7 × 0,5
Angka Asam (AV) =
2,3

Angka Asam (AV) = 8,52

25
c) Pada t = 40 menit
Massa Erlenmeyer kosong = 164,1 gram
Massa Erlenmeyer + minyak = 168,7 gram
Massa sampel = 4,6 gram
Volume titran = 1,2 ml
Normalitas KOH = 0,5 N
Mr KOH = 56

𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻 × 𝑉 × 𝑁
Angka Asam (AV) =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

56 × 1,2 × 0,5
Angka Asam (AV) =
4,6

Angka Asam (AV) = 7,30

d) Pada t = 60 menit
Massa Erlenmeyer kosong = 164,1 gram
Massa Erlenmeyer + minyak = 169,7 gram
Massa sampel = 5,6 gram
Volume titran = 0,9 ml
Normalitas KOH = 0,5 N
Mr KOH = 56

𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻 × 𝑉 × 𝑁
Angka Asam (AV) =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

56 × 0,9 × 0,5
Angka Asam (AV) =
5,6

Angka Asam (AV) = 4,50

e) Pada t = 80 menit
Massa Erlenmeyer kosong = 164,1 gram
Massa Erlenmeyer + minyak = 170,9 gram
Massa sampel = 6,69 gram
Volume titran = 1 ml
Normalitas KOH = 0,5 N
Mr KOH = 56

26
𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻 × 𝑉 × 𝑁
Angka Asam (AV) =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

56 × 1 × 0,5
Angka Asam (AV) =
6,69

Angka Asam (AV) = 4,19

f) Pada t = 100 menit


Massa Erlenmeyer kosong = 164,1 gram
Massa Erlenmeyer + minyak = 171,8 gram
Massa sampel = 7,7 gram
Volume titran = 1,1 ml
Normalitas KOH = 0,5 N
Mr KOH = 56

𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻 × 𝑉 × 𝑁
Angka Asam (AV) =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

56 × 1,1 × 0,5
Angka Asam (AV) =
7,7

Angka Asam (AV) = 4,00

2. Perhitungan konversi reaksi (XA)


𝐴𝑉0 − 𝐴𝑉1
𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) =
𝐴𝑉0

Keterangan ;
AV0 = Angka asam pada waktu ke 0 menit
AV1 = Angka asam pada waktu ke- i

a) Pada t= 0 menit
𝐴𝑉0 − 𝐴𝑉1
𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) =
𝐴𝑉0
10,32 − 10,32
𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) =
10,32

27
𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) = 0%

b) Pada t= 20 menit
𝐴𝑉0 − 𝐴𝑉2
𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) =
𝐴𝑉0
10,32 − 8,52
𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) =
10,32

𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) = 17,39%

c) Pada t= 40 menit
𝐴𝑉0 − 𝐴𝑉3
𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) =
𝐴𝑉0
10,32 − 7,30
𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) =
10,32

𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) = 29,19%

d) Pada t= 60 menit
𝐴𝑉0 − 𝐴𝑉4
𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) =
𝐴𝑉0
10,32 − 4,50
𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) =
10,32

𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) = 56,38%

e) Pada t= 80 menit
𝐴𝑉0 − 𝐴𝑉5
𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) =
𝐴𝑉0
10,32 − 4,19
𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) =
10,32

𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) = 59,43%

f) Pada t= 100 menit


𝐴𝑉0 − 𝐴𝑉6
𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) =
𝐴𝑉0
10,32 − 4,00
𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) =
10,32

𝐾𝑜nversi Reaksi (XA) = 61,22%

28
3. Perhitungan kadar air
𝑚1 − 𝑚2
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = × 100%
𝑚1
Keterangan :
m1 = massa erlenmeyer berisi minyak sebelum dilakukan pemanasan
m2 = massa erlenmeyer berisi minyak setelah dilakukan pemanaaan

a) Pada t = 0 menit
m1 = 36,09 g
m2 = 34,9 g
36,09 − 34,9
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = × 100%
34,9
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = 3,30%
b) Pada t = 20 menit
m1 = 42,9 g
m2 = 40,7 g
42,9 − 40,7
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = × 100%
42,9
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = 5,13%
c) Pada t = 40 menit
m1 = 43,1 g
m2 = 40,5 g
43,1 − 40,5
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = × 100%
43,1
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = 6,03%
d) Pada t = 60 menit
m1 = 46 g
m2 = 45,5 g
46 − 45,5
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = × 100%
46
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = 1,09%

e) Pada t = 80 menit
m1 = 41,2 g
m2 = 40,2 g
41,2 − 40,2
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = × 100%
41,2
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = 2,43%
f) Pada t = 100 menit
m1 = 49,4 g

29
m2 = 48,1 g
49,4 − 48,1
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = × 100%
49,4
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = 2,63%

30
LAMPIRAN C (DOKUMENTASI)

Gambar C.1 Pengambilan Sampel

Gambar C.2 Sampel untuk uji kandungan air

Gambar C.3 hasil sampel yang dititrasi

31
LAMPIRAN D (RISK ASSESSMENT)

32
33
34
35
36
LAMPIRAN E (MSDS)

37
38

Anda mungkin juga menyukai