PROPOSAL SKRIPSI
oleh:
Dea Alifiana
H41180792
PROPOSAL SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Teknik
(S.Tr.T)
di Program Studi Teknik Energi Terbarukan
Jurusan Teknik
oleh:
Dea Alifiana
H41180792
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6
2.1 Minyak Jelantah ....................................................................................... 6
2.2 Biodiesel ................................................................................................... 7
2.3 Pembuatan Biodiesel ................................................................................ 8
2.3.1 Pengujian FFA .................................................................................. 8
2.3.2 Penurunan Kadar FFA....................................................................... 9
2.3.3 Reaksi Transesterifikasi .................................................................... 9
2.3.4 Pencucian ........................................................................................ 10
2.4 Katalis ..................................................................................................... 10
2.4.1 Katalis Asam ................................................................................... 11
2.4.2 Katalis Basa..................................................................................... 12
2.5 Katalis dan CaO dari Cangkang Telur ................................................... 12
2.6 Karakteristik Biodiesel Menurut SNI ..................................................... 13
BAB 3. METODE PENELITIAN......................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1. PENDAHULUAN
1
juta kiloliter (KL) atau hanya 18,5% dari total minyak sawit yang dikonsumsi di
dalam negeri. Hal ini tentunya sangat cocok digunakan sebagai bahan baku
biodiesel. Proses pembuatan biodiesel harus melalui beberapa proses kimia untuk
menjadi biodiesel. Menurut Suryandari dkk. (2021) pemilihan metode yang tepat
yang nantinya digunakan akan mempermudah proses produksi dan mengurangi
biaya produksi.
Proses pengolahan biodiesel dengan kadar asam lemak bebas (FFA) yang
cukup tinggi seperti pada minyak jelantah memerlukan tahapan pendahuluan
dalam pengelolahannya yaitu reaksi esterifikasi, esterifikasi adalah proses untuk
memecah bilangan asam lemak bebas (FFA) yang terdapat pada minyak jelantah.
Asam lemak bebas memiliki pengaruh yang besar terhadap produksi biodiesel
karena minyak yang mengandung lebih dari 2% asam lemak bebas (FFA) akan
membentuk sabun, yang dapat mempersulit pemisahan biodiesel (Hsiao et al,
2018 dalam Oko dan feri, 2021). Sehingga, jika kadar FFA lebih besar dari 2%
maka dilakukan proses esterifikasi, dan jika kadar FFA kurang dari 2% maka
dilakukan proses transesterifikasi pada minyak jelantah tersebut.
Proses selanjutnya adalah transesterifikasi, untuk mengkonversi trigliserida
menjadi metil ester dengan menggunakan katalis untuk mempercepat reaksi. Ada
dua macam katalis, yakni katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis homogen
yang sering digunakan adalah NaOH dan KOH, namun penggunaan katalis
tersebut dapat mencemari lingkungan karena penggunaan katalis ini tidak dapat
dipisahkan dari campuran reaksi. Produksi biodiesel menggunakan katalis
homogen berlangsung secara cepat. Namun, untuk menghilangkan kotoran katalis
pada produk memerlukan beberapa langkah tambahan, yang berpengaruh pada
biaya produksi (Zabeti et al, 2009 dalam Sunardi, 2013). Banyak penelitian yang
menggunakan katalis heterogen yang dirasa lebih ramah lingkungan, lebih stabil,
dan rendah kemungkinan menyebabkan korosi pada peralatan. Karena berfasa
padat, katalis ini mudah dipisahkan dari campuran reaksi dengan cara filtrasi.
Selain itu, katalis padat dinilai lebih ekonomis karena berpotensi digunakan
berkali-kali (Zuhra, dkk. 2015). Banyak sekali katalis heterogen yang ramah
lingkungan salah satunya adalah cangkang telur yang mengandung senyawa CaO.
2
Kalsium oksida (CaO) merupakan oksida basa kuat yang memiliki aktivitas
katalitik yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai katalis untuk pembuatan
biodiesel. CaO me-rupakan katalis heterogen yang memiliki bentuk berupa
padatan sehingga mudah dipisahkan dari campuran dengan penyaringan dan tidak
membutuhkan air yang banyak dalam proses penyaringannya. CaO sebagai katalis
basa mempunyai banyak kelebihan misalnya, kondisi reaksi yang rendah, masa
katalis yang lama, serta biaya katalis yang rendah (Indah dkk., 2011).
Cangkang telur merupakan limbah rumah tangga yang seringkali tidak
digunakan. Cangkang telur merupakan salah satu bahan yang mengandung
berbagai jenis mineral, komposisi cangkang telur terdiri atas air (1,6%) serta
bahan kering (98,4%). Total bahan kering yang terdapat pada cangkang telur
terkandung unsur mineral (95,1%) dan protein (3,3%). Sesuai dengan komposisi
mineral yang ada, maka cangkang telur yang tersusun atas mineral CaCO3
(98,43%); MgCO3 (0,84%) dan Ca3(PO4)2 (0,75%) (Yuwanta, 2010 dalam Oko
dan feri. 2019). Diproses menggunakan dekomposisi thermal untuk menghasilkan
CaO (Kalsium oksida) yang dapat digunakan untuk pemurnian pada biodiesel
dengan metode water washing untuk menyaring sisa-sisa rendemen, sabun dan
gliserol.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka dilakukan
penelitian mengenai pembuatan biodiesel dengan menggunakan katalis CaO yang
berasal dari proses kalsinasi pada cangkang telur yang mana katalis ini dirasa akan
menghasilkan biodiesel sesuai SNI karena kandungan air yang tidak terlalu
banyak jika dibandingan dengan biodiesel menggunakan katalis homogen. Maka
dari itu peneliti mengambil judul sesuai dengan topik bahasan yaitu “Pembuatan
Biodiesel dari Minyak Jelantah Menggunakan Katalis Heterogen dari Cangkang
Telur Melalui Metode Water Washing”.
3
1. Bagaimana pengaruh dari variasi berat katalis CaO cangkang telur dan lama
waktu percampuran terhadap kualitas biodiesel yang dihasilkan?
2. Bagaimana karakteristik Biodiesel yang dihasilkan dan apakah sudah
memenuhi kualitas standard SNI 7182:2015?
4
5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
6
menyebabkan produk biodiesel yang tidak optimal karena banyaknya senyawa
sabun yang terbentuk (Sartika dkk. 2015). Pembentukan asam lemak bebas dalam
minyak jelantah biasanya diakibatkan oleh proses hidrolisis yang terjadi selama
prosess penggorengan, ini biasanya disebabkan oleh pemanasan yang tinggi yaitu
pada suhu 160-200°C (Kalapathy dan Proctor, 2000 dalam Sopianti dkk, 2017).
Apabila kadar FFA lebih besar dari 2% maka harus dilakukan proses
esterifikasi, dan apabila kadar FFA kurang dari 2% maka harus dilakukan proses
transesterifikasi pada minyak jelantah tersebut.
2.2 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang digunakan untuk bahan
bakar mesin diesel pengganti solar, terbuat dari bahan baku seperti minyak nabati,
minyak hewani dan minyak jelantah melalui proses reaksi transesterifikasi dengan
methanol (Helwani et al, 2009 dalam Sukandi dkk. 2014). Komposisi utama yang
terdapat pada minyak nabati merupakan senyawa trigliserida yang berasal dari
ester pada asam lemak rantai panjang. Secara kimia, biodiesel tergolong
monoalkil ester atau metil ester memiliki panjang rantai karbon 12 hingga 20.
Penggunaan biodiesel yang ada di Indonesia relatif rendah dan masih
kesulitan bersaing dengan bahan bakar solar. Pengembangan biodiesel ini
dilakukan untuk memperlambat habisnya bahan bakar fosil, sehingga biodiesel
dapat menjadi alternatif bahan bakar. Biodiesel memiliki beberapa keunggulan
yakni memiliki cetane number biodiesel lebih tinggi dibandingkan petroleum
diesel sehingga menghasilkan suara mesin yang halus, ramah lingkungan karena
tidak mengandung karbon monoksida (CO), nitrogen monoksida dan sulfur
sehingga rendah emisi (Devita, 2015). Penanganan dan penyimpanan lebih mudah
karena tidak menghasilkan uap berbahaya pada suhu kamar dan dapat disimpan
pada tangki yang sama dengan petroleum diesel, selain itu dapat terurai secara
alami, dan merupakan bahan bakar yang dapat diperbarui (Prihandana dkk. 2006
dalam Sartika dkk. 2015). Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan produk
biodiesel ini mengandung banyak lemak yang dapat diekstraksi dan diambil
minyaknya.
7
2.3 Pembuatan Biodiesel
Proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati memiliki perlakuan berbeda-
beda terhadap pengelolahannya, perlakuan ini dilakukan sesuai dengan kandungan
asam lemak bebas (FFA). Pada kasus minyak nabati dengan kandungan FFA
diatas 1 % tidak disarankan untuk melakukan proses transesterifikasi secara
langsung tanpa menurunkan kadar FFA terlebih dahulu dengan melakukan proses
esterifikasi (Rhofita, 2012 dalam Lestari, 2018). Kadar FFA diatas 1% dapat
menurunkan tingkat rendemen yang dihasilkan dan akan meningkatkan
pembentukan sabun, sehingga pemisahan biodiesel dan gliserol menjadi sulit
(Tiwari, 2007 dalam Lestari, 2018). Maka dari itu perlu adanya tahapan dalam
pembuatan biodiesel, tahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
%FFA= ......................(2.1)
Keterangan:
V = Volume Katalis Basa
M = Molaritas Katalis Basa
8
Dikarenakan minyak jelantah memiliki kadar asam lemak bebas yang
tinggi maka setelah melakukan pengujian kadar % FFA yang dihasilkan maka
dilakukan proses esterifikasi dan transesterifikasi.
9
Zuhra dkk. 2015). Reaksi transesterifikasi disajikan pada Gambar 2.2 sebagai
berikut.
Semakin kecil kadar asam lemak bebas, maka sabun yang terbentuk
(reaksi saponifikasi) makin kecil, sedangkan metil ester makin besar. Proses ini
menggunakan katalis untuk mempercepat laju reaksi, jenis katalis basa yang
digunakan adalah NaOH dan KOH. Dalam proses transesterifikasi menggunakan
suhu dari 50-70°C yang dijaga agar suhunya stabil (Taslim, 2021).
2.3.4 Pencucian
Pemurnian biodiesel dilakukan untuk memisahkan biodiesel dengan
pengotor. Pengotor biodiesel biasanya berupa gliserol bebas, sisa methanol yang
tidak bereaksi, sisa katalis dan sabun. Pencucian biodiesel memilki beberapa jenis,
metode water washing dan dry washing. Penelitian ini menggunakan metode
pencucian air memiliki kelemahan yaitu waktu proses yang lama (hingga 2,5 jam),
membutuhkan air dalam jumlah besar, dan menghasilkan limbah berupa emulsi
sabun, gliserol, methanol reaktif, dan katalis dalam jumlah besar yang tidak dapat
dibuang secara langsung ke lingkungan sedangkan keuntungan dari metode
pencucian ini adalah mudah dan murah untuk diaplikasikan dalam pencucian
biodiesel (Hartono, 2014 dalam Rachmanita dan Safitri, 2020).
2.4 Katalis
Reaksi untuk menghasilkan biodiesel membutuhkan katalis karena
reaksinya cenderung lambat. Katalis berfungsi untuk menurunkan energi aktivasi
10
reaksi dan mempercepat laju reaksi. Katalis yang digunakan dalam produksi
biodiesel dapat berupa katalis basa atau asam.
2.4.1 Katalis Asam
Alternatif Metode lain yang dapat digunakan untuk membuat biodiesel
adalah dengan menggunakan katalis asam. Selain mampu mengkatalis reaksi
transesterifikasi minyak nabati menjadi biodiesel, katalis asam juga dapat
mengkatalis reaksi esterifikasi asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak
menjadi biodiesel dengan reaksi yang disajikan pada Gambar 2.3 sebagai berikut.
11
2.4.2 Katalis Basa
Katalis basa berguna untuk digunakan pada prosses transesterifikasi.
Katalis basa homogen merupakan katalis yang mempunyai fasa sama dengan
reaktan dan produk. Katalis homogen yang banyak digunakan pada reaksi
transesterifikasi adalah katalis basa/alkali seperti kalium hidroksida (KOH) dan
natrium hidroksida (NaOH). Menurut Prayanto dkk. (2016) bahwa katalis
homogen merupakan katalis yang paling umum digunakan dalam proses
pembuatan biodiesel karena dapat digunakan pada suhu dan tekanan operasinya
yang relatif rendah serta memiliki kemampuan katalisator yang tinggi. Namun,
penggunaan katalis ini memiliki kelemahan antara lain konsumsi energi yang
tinggi membutuhkan modal yang besar, perlu keamanan yang lebih, sensitif
terhadap air dan kandungan asam lemak bebas pada bahan baku (Talebian-
Kiakalaieh dkk. 2013 dalam Suryandari dkk. 2021). Adapun reaksi katalis basa
dalam pembuatan biodiesel disajikan pada Gambar 2.4 sebagai berikut.
12
yang mengandung berbagai jenis mineral, komposisi cangkang telur terdiri atas air
(1,6%) serta bahan kering (98,4%). Total bahan kering yang terdapat pada
cangkang telur terkandung unsur mineral (95,1%) dan protein (3,3%). Sesuai
dengan komposisi mineral yang ada, maka cangkang telur yang tersusun atas
mineral CaCO3 (98,43%); MgCO3 (0,84%) dan Ca3(PO4)2 (0,75%) (Yuwanta.,
2010 dalam Oko dan feri 2019). Kandungan CaCO3 pada cangkang telur dapat
dikonversikan menjadi CaO dengan beberapa proses untuk mendapatkan CaO
pada cangkang telur dilakukan dengan proses kalsinasi, sehingga CaO yang
diperoleh akan memiliki tingkat kemurnian cukup tinggi (Syahputri & Broto,
2020). Proses kalsinasi adalah proses yang bertujuan untuk menghilangkan
kandungan air, senyawa organik, serta karbon dioksida yang ada pada cangkang
telur. CaO diperoleh dari pelepasan CO terhadap CaCO3 dengan proses pelepasan
yang disajikan pada Gambar 2.5 sebagai berikut.
13
No. Parameter Satuan Standar
4. Titik nyala (mangkok tertutup) °C Min 100
5. Kadar metil ester %-massa Min 96,5
6. Angka setana min 51
(g-l/100 g), 115
7. Angka iodium
maks
Sumber: BSNI (2015)
14
Rudiyanto, Minyak Jelantah CaO sebanyak 3 variasi yaitu 6%, 7%
dan Y. Menggunakan variasi yaitu 6%, dan 8%.
Susmiati Katalis 7% dan 8%. Rendemen tertinggi
(2016) Heterogen Waktu yang yang dihasilkan pada
Cangkang digunakan selama pembuatan biodiesel
Bekicot ±120 menit. dengan metode
(Achatina pencucian dry washing
Fulica) Dnegan 63% diperoleh dari
Metode konsentrasi katalis 6%
Pencucan Dry
Washing
3 Oko, S. Pengembangan Menggunakan Biodiesel terbaik
dan M. Katalis CaO variasi katalis didapatkan saat
Feri Dari Cangkang CaO sebanyak 5 penambahan katalis
(2019) Telur Ayam variasi yaitu 1%, CaO 3%
Dengan 2%,3%,4% dan dengan nilai rendemen
Impregnasi 5% dan sebesar 96,0739%
KOH Dan menggunakan dengan viscositas,
Aplikasinya rasio mol minyak densitas, dan kadar air
Terhadap : methanol (1:12), yang memenuhi standar
Pembuatan menggunakan SNI7182:2015
Biodiesel Dari suhu reaksi
Minyak Jarak transesterifikasi
65°C. variasi
waktu yang
digunakan yaitu 1
dan 3 jam.
Sumber: (dokumen pribadi)
15
BAB 3. METODE PENELITIAN
16
3.3 Metode yang Digunakan dalam Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental. Metode
eksperimental merupakan metode yang bertujuan untuk menguji pengaruh suatu
variabel terhadap variabel lain atau menguji bagaimana hubungan sebab akibat
antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Pengujian ini meliputi dua
variabel yakni variasi berat katalis CaO dan lama waktu pencampuran.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
17
3.4.1 Penelitian Pendahuluan
a. Persiapan Bahan
Awal proses pembuatan biodiesel ini mempersiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan. Sebelum melalui beberapa proses minyak jelantah dihomogenkan
agar sisa air yang terkandung pada minyak jelantah menguap. Pada proses ini
minyak jelantah dipanaskan pada suhu 100-105°C. Setelah melalui perlakuan
awal tersebut, minyak jelantah yang telah dipanaskan akan dilakukan penyaringan
menggunakan kertas saring. Untuk memisahkan sisa-sisa penggorengan yang ada
diminyak jelantah.
b. Karakterisasi Minyak Jelantah
Minyak jelantah yang telah melalui proses pretreatment, melalui tahapan
pengujian kadar FFA yang terdapat pada biodiesel. Sebanyak 20 g minyak
jelantah ditimbang di dalam Erlenmeyer 250 mL. Kemudian 50 mL isopropil
alkohol panas (suhu 50-60°C) ditambahkan dan campuran dikocok. Teteskan
indikator fenolphtalein ke dalam campuran sebanyak 2-3. Campuran dititrasi
dengan larutan KOH 0,1 N hingga timbul warna merah muda (Nurhayati dkk.
2014). Menurut standar SNI 7182-2015 kemudian dihitung menggunakan rumus:
%FFA= ..........................(3.1)
18
c. Kalsinasi Cangkang Telur
19
3.4.2 Penelitian Utama
a. Reaksi Esterifikasi
20
b. Reaksi Transesterifikasi
21
c. Pencucian Water Washing
22
3.5.1 Rendemen Biodiesel
Nilai rendemen biodiesel dapat diketahui oleh dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
%FFA= ..............................(3.3)
3.5.3 Densitas
Pengujian densitas dilakukan dengan metode piknometer sesuai standar
ASTM D 1298. Tahap pertama adalah menimbang massa pikno kosong. Tahap
kedua yaitu memanaskan biodiesel hingga suhu mencapai 40°C, kemudian
memasukkan biodiesel kedalam pikno hingga penuh, ditutup dan menimbang
massanya. Nilai densitas diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
ρ= …………..…………………………………………………………...(3.4)
Keterangan:
ρ = densitas (gr/ml)
m2 = massa picno + bahan (gr)
m1 = massa picno kosong (gr)
V = volume picno kosong (ml)
23
3.5.4 Viskositas
Pengujian viskositas ini dilakukan dengan menggunakan viskometer.
Sampel dilakukan pengujian pada suhu 40°C (Enweremadu dan Alamu, 2010
dalam Anggraeni, 2019)
24
3.5.8 Kadar Metil Ester
Analisis kadar metil ester dilakukan dengan menggunakan perhitungan
pendekatan nilai viskositas dengan rumus pendekatan sebagai berikut
(Enweremadu and Alamu, n.d.):
%FAME = - 45,055 (In Viskositas Kinematik) + 162,85……………………(3.7)
25
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, D.C.K. 2019. Penggunaan Zeolit Alam pada Pra Transesterifikasi Dan
Dry washing dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah. Skripsi.
Politeknik Negeri Jember
Arifin, Z., Rudiyanto, B., & Susmiati, Y. (2016). “Produksi Biodiesel Dari
Minyak Jelantah Menggunakan Katalis Heterogen Cangkang Bekicot
(Achatina Fulica) Dengan Metode Pencucian Dry Washing”. Jurnal
ROTOR, 9(2), 100-104
Devita, L. (2015). "Biodiesel Sebagai Bioenergi Alternatif dan Prospeftif". Agrica
Ekstensia. 23-26.
Lestari, D.A. 2018. Pemanfaatan Cangkang Telur Sebagai Katalis dengan
Variasi Suhu Kalsinasi dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah.
Skripsi. Politeknik Negeri Jember
Nurhayati, Mukhtar, A., & Gapur, A. (2014). "Transesterifikasi Crude Palm Oil
(CPO) Menggunakan Katalis Heterogen Cao Dari Cangkang Kerang
Darah (Anadara Granosa) Kalsinasi 900°C".
Oko, S dan M. Feri. 2019. “Pengembangan Katalis Cao Dari Cangkang Telur
rhAyam Dengan Impregnasi Koh Dan Aplikasinya Terhadap Pembuatan
Biodiesel Dari Minyak Jarak”. Jurnal Teknologi. Vol 11. No. 2
Prayanto, D. S., M. Salahudin, L. Qadariyah dan Mahfud. 2016. “Pembuatan
Biodiesel Dari Minyak Kelapa Dengan Katalis NaOH Menggunakan
Gelombang Mikro (Microwave) Secara Kontinyu”. Jurnal Teknik ITS. 5.
Rachmanita, R. E., & Safitri, A. (2020). "Pemanfaatan Minyak Biji Alpukat
(Persea americana Mill) sebagai Bahan Baku Pembuatan Biodiesel
dengan Pemurnian Water Washing”. Jurnal Ilmiah Sains", 88-99.
Sartika, A., Nurhayati., dan Muhdarina. 2015. “Esterifikasi Minyak Goreng Bekas
Dengan Katalis H2so4 Dan Transesterifikasi Dengan Katalis Cao Dari
Cangkang Kerang Darah: Variasi Kondisi Esterifikasi”. JOM FMIPA. 2.
Sopianti, D. S., Herlina dan H.T. Saputra. 2017. “Penetapan Kadar Asam Lemak
Bebas Pada Minyak Goreng”. Jurnal Katalisator. Vol. 2.
26
Sukandi, R. A., S. Mahera dan L. J. P. Sidabutar. 2014. “Produksi Biodiesel Dari
Minyak Jelantah Menggunakan Katalis Limbah Cangkang Kerang Darah
(Anadara Granosa)”. Institut Pertanian Bogor.
Sukma, K. W. 2021. Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Biji Alpukat (Persea
Americana Mill) Menggunakan Katalis Dari Cangkang Telur. Skripsi.
Politeknik Negeri Jember.
Suryandari, A.S., Z.R Ardiansyah, V.N.A. Putri., I. Arfiansyah., A. Mustain., H.
Dewajani dan Mufid. 2021. “Sintesis Biodiesel melalui Transesterifikasi
Minyak Goreng Bekas Berbasis Katalis Heterogen CaO dari Limbah
Cangkang Telur Ayam”. Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi
Berkelanjutan. Hal 22-27.
Syahputri, A. Y., & Broto, R. T. (2020). "Pemanfataan Limbah Cangkang Telur
Ayam Sebagai Katalis Cao Biodiesel Minyak Goreng Bekas". 61-74.
Taslim, M. Y. 2021. Perbaikan Mutu Biodiesel Minyak Jelantah Menggunakan
Activated Mixture Adsorbent Dengan Metode Dry-Wash Purification.
Skripsi. Politeknik Negeri Jember.
Zuhra, H. Husni, F. Hasfita, dan W. Rinaldi. 2015. “Preparasi Katalis Abu Kulit
Kerang Untuk Transesterifikasi Minyak Nyamplung Menjadi Biodiesel”.
AGRITECH. Vol. 35.
27