UNIVERSITAS INDONESIA
Kelompok Esther
Adila Kestibawani 1606907783
Irshara Amoura Kinsy 1606871410
Muhammad Hafidz Aliyufa 1606907796
Michael Gregory 1606862910
Muhammad Yulianto 1606882830
Tetra Mutiara 1606828841
ii
Daftar Tabel
iii
Daftar Gambar
iv
BAB 1
1
minyak solar nasional (ESDM, 2017). Terlebih dalam mengatasi pembatasan ekspor
minyak sawit Indonesia, pemanfaatan dalam negeri sebagai sumber energi dapat
membantu mengurangi beban impor atau pembelanjaan luar negeri produk minyak
mentah dan mempertahankan perekonomian masyarakat petani kelapa sawit.
Dalam teknologi proses produksi biodiesel, biodiesel dapat diproduksi dengan
berbagai rute proses. Ada tiga rute utama proses produksi biodiesel yaitu penggunaan
secara langsung melalui pencampuran dengan minyak solar, proses katalitik untuk
menurunkan kondisi proses, dan non katalitik untuk menghasilkan produk biodiesel
dengan kemurnian tinggi dan mereduksi limbah. Biodiesel dibuat melalui suatu reaksi
kimia yang dikenal sebagai “transesterifikasi” yaitu reaksi antara trigliserida (minyak
nabati dan lemak hewani) dengan senyawa alkohol (metanol, etanol, dan lainnya).
Proses ini menghasilkan dua produk yaitu biodiesel (fatty acid methyl esters/FAME)
sebagai produk utama dan gliserol sebagai produk samping. Pengkajian terhadap
teknologi proses produksi biodiesel ditujukan untuk memanfaatkan segala jenis bahan
baku dan menghasilkan produk biodiesel dengan spesifikasi yang memenuhi standar.
1.2 Tujuan Pembahasan
Laporan makalah ini disusun dengan tujuan sebagai:
Mengenal bahan baku bioaditif dari minyak nabati berserta sumbernya
Mempelajari proses produksi triasetin
Mempelajari mekanisme pembuatan biodiesel
Mempelajari dampak penggunaan triasetin dalam biodiesel
Mempelajari pengujian dalam menentukan kualitas sproduk
Mengetahui perkembangan sumber bahan baku bioaditif dari minyak nabati dan
ketersediaan di Indonesia
Mengetahui perkembangan biodiesel di indonesia
1.3 Outline
2
4. Parameter proses dalam pembuatan biodiesel
5. Aplikasi triasetin dalam kehidupan
6. Perkembangan biodiesel di Indonesia
7. Pengaruh penggunaan triasetin dalam biodiesel
8. Uji kualitas biodiesel
9. Manfaat penggunaan triasetin sebagai additive dalam biodiesel
10. Mekanisme proses pembuatan triasetin
11. Parameter proses dalam pembuatan trasetin
12. Uji kualitas triasetin
13. Kelebihan dan Kekurangan Biodiesel
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Triasetin
Gliserol adalah byproduct dari industry biodiesel. Terdapat banyak produk
tambahan yang disintesis dari gliserol seperti polygycidyl nitrate, propylene glycol, 1,3
propandiol, dan triasetin. Proses sintesis dari triasetin telah dilakukan sejak tahun 1963.
Triasetin dikonversi dari gliserol dan asetat anhidrat. Pada penelitian lainnya, sintesis
triasetin dapat melalui gliserol dan aseton. Produksi triasetin pada umumnya dilakukan
pada proses batch dari gliserol dan asam asetat menggunakan katalis homogen dan
katalisis heterogen. Katalis heterogen digunakan untuk memfasilitasi pemisahan
produk dengan katalis pada keluaran reactor. Sedangkan katalis homogen digunakan
untuk mendapatkan konversi, yields, dan selektifitas triasetin yang tinggi (Mufrodi,
Budiman and Purwono, 2017).
Triasetin atau 1,2,3-triacetoxypropane adalah trimester dari gliserol dan
acetylating agents seperti asam asetat dan asetat anhidrat (Kong et al., 2016). Triasetin
adalah cairan tak bewarna, viscous, dan tak berbau yang memiliki titik didih yang
tinggi. Triasetin pertama kali diperkenalkan oleh Marcellin Berthelot, seorang ahli
kimia dari Perancis.
Berikut ini adalah ilustrasi dan tabel sifat fisika dan kimia dari triasetin:
4
Tabel 2.1 Triasetin
Rumus Kimia C9H14O6
Massa Molar 218.205 g·mol−1
Penampilan Cairan berminyak
Massa jenis 1.155 g/cm3
Titik Lebur −78 °C (−108 °F; 195 K)
at 760 mmHg
Titik didih 259 °C (498 °F; 532 K)
at 760 mmHg
Kelarutan dalam air 6.1 g/100 mL
Kelarutan Miscible in EtOH
Soluble
in C6H6, (C2H5)2O, acetone
Tekanan uap 0.051 Pa (11.09 °C)
0.267 Pa (25.12 °C)
2.08 Pa (45.05 °C)
ln(P/Pa)=22.819-
4493/T(K)-807000/T(K)²
Index refraksi 1.4301 (20 °C)
1.4294 (24.5 °C)
Viskositas 23 cP (20 °C)
panas (C) 389 J/mol·K
Molar Entropi (So298) 458.3 J/mol·K
Entalpi −1330.8 kJ/mol
pembentukan (ΔfH⦵298)
Entalpi 4211.6 kJ/mol
pembakaran (ΔcH⦵298)
5
2.2 Proses produksi Triasetin
Biodiesel adalah bahan bakar yang terdiri dari campuran monoalkyl ester dari
rantai panjang asam lemak, dan terbuat dari sumber yang terbaharui seperti minyak
nabati atau lemak hewan. Reaksi transesterifikasi trigliserida dalam minyak nabati atau
lemak hewani dengan alkohol yang menghasilkan metil ester asam lemak (Fatty Acids
Methyl Esters/FAME) atau biodiesel dan gliserol (gliserin) sebagai produk samping.
Produk samping berupa gliserol yang dihasilkan berjumlah lebih kurang 10%
dari total volume produk biodiesel (Khayoon & Hameed, 2011). Jika produksi
biodiesel meningkat maka produk samping biodiesel yaitu gliserol juga meningkat.
Untuk mengatasi penumpukan gliserol, perlu dilakukan pemanfaatan gliserol dengan
cara mengkonversinya menjadi produk yang lebih bernilai tinggi dan lebih bermanfaat.
Produk gliserol asetilasi adalah monoasetin, diasetin, dan triasetin.
6
dari proses esterifikasi antara gliserol dan asam asetat dengan bantuan katalis. Selain
produk Triasetat, produk lain yang terbentuk dari esterifikasi gliserol dengan asetat
adalah Mono Asetyl Gliserol.
Proses pembuatan trisetin dimulai dengan menyiapkan gliserol dan asam asetat
dengan perbandingan mol 1:3, serta katalis padat sebear 1% dari masa asam asetat.
Kemudian bahan diaduk menggunakan motor pengaduk dan dipanaskan pada suhu
70°C. Pengadukan dilakukan samai dengan menit ke 150. Peningkatan perbandingan
reaktan dengan asam asetat dapat meningkatkan konversi gliserol. Peningkatan
temperatur operasi juga meningkatkan konversi gliserol.
Tabel 2.2 Karakteristik Triasetin
7
ke Indonesia semakin meningkat, karena belum adanya pabrik yang memproduksi
triacetin di Indonesia. Mengingat banyaknya kegunaan triacetin di dunia industri,
maka pembangunan pabrik triacetin merupakan sebuah peluang yang sangat
prospektif.
8
dengan kapasitas produksi 600.000 ton/tahun diikuti Singapura dengan kapasitas
500.000 ton/tahun (Chemical Technology, 2009).
9
dengan rumus Pb(CH3)4, metilcyclopentadienyl manganestricarbonyl (MMT) rumus
kimianya adalah CH3C5H4Mn(CO)3.
TEL adalah antiknock yang mengandung timah hitam (Pb) merupakan cairan
berat, begitu juga dengan TML, yang dapat larut dalam bensin dan berfungsi
menaikkan angka octan. Namun jenis aditif ini mulai ditinggalkan karena kandungan
logam Pb dan akan menimbulkan gas buang yang bersifat toxic, demikian juga dengan
MMT.
Kebutuhan impor triacetin di dunia, khususnya wilayah Asia mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Permintaan global akan triacetin mencapai 110.000
ton per tahun, dengan pemasok triacetin utama di dunia adalah China. Sebanyak 35%
kebutuhan triacetin di dunia dipasok oleh Negara Tirai Bambu tersebut. Kapasitas
produksi China mencapai 55.000 ton per tahun , dengan 38.500 ton di pakai untuk
konsumsi dalam negeri, dan 16.500 ton di ekspor ke negara lain. Permintaan akan
triacetin akan terus meningkat dalam 5-10% per tahun (Kong dkk., 2016). Namun, di
Indonesia sendiri belum ada yang mengembangkan triacetin ini. Padahal kebutuhan
triacetin sangatlah dibutuhkan dalam berbagai industri pangan maupun non-pangan.
Sehingga dengan melihat kebutuhan triacetin di dunia industri yang semakin
meningkat dan pesaing atau kompetitor di Indonesia yang belum ada, maka peluang
pasar untuk membangun pabrik triacetin sangatlah besar.
Berikut adalah data impor triacetin di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir:
Tabel 2.3 Data Impor Triacetin di Indonesia
10
Sehingga dengan melihat kebutuhan triacetin di dunia industri yang semakin
meningkat dan pesaing atau kompetitor di Indonesia yang belum ada, maka peluang
pasar untuk membangun pabrik triacetin sangatlah besar.
2.5 Aplikasi dan Kegunaan Triacetin
Triacetin adalah triester gliserol yang umumnya banyak digunakan sebagai
pengemulsi dalam industri makanan dan minuman. Selain bahan tambahan makanan,
triacetin dapat digunakan di berbagai industri termasuk produksi makanan, minuman,
farmasi, kosmetik, dan berbagai industri lainnya. Berikut ini beberapa aplikasi dan
kegunaan triacetin diberbagai sektor industri diantaranya :
1. Industri Bahan Bakar
Triacetin dapat dipergunakan sebagai bioaditif untuk menaikkan angka oktan
pada bahan bakar minyak. Triacetin dapat menggantikan octane booster seperti
tetraethyl lead (TEL), methyl tertiary butyl ether (MTBE) dan ethyl tertiary butyl ether
(ETBE) yang ketiganya memiliki beberapa kelemahan karena dapat melepaskan timbal
(Pb) ke udara yang dapat mengganggu kesehatan dan polusi udara. Selain itu, triacetin
juga dapat digunakan sebagai bahan aditif bahan bakar untuk mengurangi knocking
pada mesin mobil.
2. Industri Makanan
Triasetin merupakan senyawa kimia artifisial yang banyak digunakan sebagai
bahan tambahan pada industri makanana dengan standard food grade dan didukung
oleh dokumen kosher serta diproses dengan standar Good Manufacturing Process
(GMP). Triasetin digunakan sebagai penguat rasa dalam industri makanan
(permen/gula-gula, minuman dari susu, minuman ringan, dll) dan sebagai plasticizer
untuk permen karet.
Triacetin banyak digunakan sebagai humektan, emlusifier, pengikat dalam produksi
makanan antara lain :
Sebagai plasticizer dalam permen karet untuk plasticize.
Sebagai agen ragi dalam makanan panggang untuk mempromosikan
fermentasi.
11
Sebagai pengemulsi: dalam produk susu untuk mempromosikan
emulsifikasi.
Sebagai humektan dalam aditif makanan.
3. Industri Rokok
Triacetin banyak digunakan untuk produksi filter rokok sebagai pengikat
plastik untuk filter rokok dari serat selulosa asetat. Pembuatan filter rokok harus
memperhatikan kadar air yang dijaga konstan untuk mencapai pembekuan konstan.
4. Industri Minuman
Triacetin banyak digunakan sebagai pengemulsi, penambah rasa dalam
minuman. Sebagai pengemulsi, penambah rasa: dalam industri minuman untuk
meningkatkan rasa dan mempromosikan emulsifikasi.
5. Industri Farmasi
Dalam industri farmasi, Triacetin berfungsi sebagai Pharmaceutical excipient
dan digunakan dalam pembuatan kapsul dan tablet. Triacetin banyak digunakan
sebagai agen antijamur, plasticizer di bidang Farmasi.
Sebagai agen antijamur: dalam obat untuk menghambat jamur.
Sebagai plasticizer: dalam cangkang kapsul untuk plastify.
6. Industri Kosmetik
Triacetin banyak digunakan sebagai humektan, plasticizer dalam Kosmetik.
Sebagai humektan, plasticizer: dalam kosmetik untuk menjaga
kelembaban.
Sebagai plasticizer: di cat kuku untuk plastify.
7. Industri lain
Digunakan sebagai pengikat pasir inti di sektor pengecoran logam.
Digunakan sebagai pelarut dalam tinta cetak.
Digunakan sebagai pelaru pada parfum
Digunakan sebagai plasticizer yang sangat efektif untuk plastik berbasis
selulosa.
Digunakan sebagai pelarut dalam membangun pelapis dinding.
12
Digunakan sebagai polimer dank o-polimer
13
dilakukan agar nilai tambah gliserol mengalami peningkatan. Gliserol bila
diesterifikasi dengan asam asetat akan membentuk triacetin (gliserol triasetat). Untuk
mempercepat reaksi antara gliserol dan asam asetat maka penggunaan katalisator
sangat diperlukan. Pada penelitian ini digunakan katalisator padat berupa resin Indion
225 Na dengan maksud untuk mempermudah proses pemisahan hasil reaksi (Choi dkk.,
1996). Dari percobaan yang dilakukan diperoleh konversi asam asetat seperti tersaji
pada Gambar berikut:
Gambar 2.4 Hubungan antara konversi dan waktu untuk berbagai suhu
(Sumber: Nuryoto et al.; 2011)
Terlihat dari Gambar diatas bahwa konversi tertinggi pada kisaran suhu 70°C - 100°C
dihasilkan pada suhu 100°C yaitu sebesar 41,77%. Hal ini terjadi karena dengan
dinaikkan suhu reaksi maka energi yang dimiliki oleh molekul-molekul pereaksi
bertambah besar dalam mengatasi energi aktivasinya. Hal ini menyebabkan tumbukan
antar molekul meningkat, sehingga berakibat pada meningkatnya laju reaksi. Hasil ini
tidak jauh berbeda dengan percobaan yang dilakukan.
2.7 Karakteristik Katalis
Katalis merupakan zat yang ditambahkan dalam sistem reaksi untuk
mempercepat reaksi. Dalam suatu reaksi sebenarnya katalis ikut terlibat, tetapi pada
akhir reaksi terbentuk kembali seperti bentuknya semula. Dengan demikian, katalis
tidak memberikan tambahan energi pada sistem dan secara termodinamika tidak dapat
mempengaruhi keseimbangan. Katalis mempercepat reaksi dengan cara menurunkan
energi aktivasi reaksi. Penurunan energi aktivasi tersebut terjadi sebagai akibat dari
14
interaksi antara katalis dan reaktan.. Ilustrasi penurunan energi aktivasi dapat dilihat
pada gambar 1.
15
Gambar 2.6 Tahapan reaksi katalis
16
Adalah jumlah produk tertentu yang terbentuk untuk setiap satuan reaktan
yang terkonsumsi.
5. Selektivitas
Kemampuan katalis mempercepat satu reaksi diantar beberapa reaksi yang
terjadi sehingga produk yang diinginkan dapat diperoleh dengan produk
sampingan seminimal mungkin.
Pada jurnal peneliltian Mufrodi et al (2017), terdapat beberapa pengujian katalis
yang digunakan untuk menghasilkan triacetin. Berikut tabel pengaruh katalis yang
dipakai terhadap hasil konversi glierol.
Tabel 2.4 Pengaruh katalis dan waktu reaksi terhadap konversi gliserol dan distribusi produk
17
Gambar 2.7 Hasil Analisa FTIR
(Sumber: Satriadi, 2015)
Dari Gambar di atas dapat diperoleh grup gugus fungsi dari beberapa senyawa
diantaranya adalah seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 2.5 Panjang Gelombang Hasil Spektra IR Sampel (Vogel, 1989)
18
2. Kromatografi Gas (Gas Chromatography- Mass Spectrometry)
Campuran senyawa yang mengandung gliserol, asam asetat, monoasetin,
diasetin dan triasetin dapat dipisahkan dengan mudah menggunakan kromatografi gas-
Spektrometer Massa (Gas Chromatography- Mass Spectrometry) sehingga konsentrasi
semua senyawa diidentifikasi dengan GC-MS. Hasil analisis GC-MS kemudian diolah
untuk mendapatkan nilai konversi gliserol yang bereaksi menjadi triasetin. Hasil
analisa GC-MS sampel produk dapat dilihat pada gambar bawah ini:
19
BAB 3
3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Biodiesel berpotensi menggantikan bahan bakar berbahan dasar fosil
terutama di Indonesia
2. Aplikasi dari triacetin bisa digunakan dalam kosmetik, obat-obatan,
pewarna, plasticizer untuk filter rokok, dan bahan aditif untuk bensin yang
bisa menaikan nilai oktan
3. Triacetin diperoleh dengan esterifikasi anhidrida asetat dengan gliserol
panas dan pemurnian dengan distilasi vakum.
4. Uji kualitas Triasetin diperlukan untuk kualitas peningkatan aplikasi dari
triasetin
5. Kondisi operasi pada proses produksi triacetin perlu diperhatikan untuk
mendapatkan konversi produk yang optimal
6. Asdasd
20
DAFTAR PUSTAKA
Adhani L., Aziz I., NurbaytI S., Oktaviana C. O ., Pembuatan Biodiesel dengan Cara
Adsorpsi dan Transesterifikasi dari Minyak Goreng Bekas, Fakultas Teknik,
Unversitas Bayangkara.
Aktawan, Agus, Zahrul Mufrodi. 2016. “Pembuatan Bioaditif Triasetin dengan Katalis
Padat Silica Alumina”. Jurnal Bahan Alam Terbarukan. 5(2):92-100.
Amazine“Alternatif Solar: Inilah Kelebihan & Kekurangan Biodiesel”.[Online:
https://www.amazine.co/26981/alternatif-solar-inilah-kelebihan-kekurangan-
biodiesel/ diakses pada 30 Oktober 2019].
Aziz,I., 2007, Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dalam Reaktor Tangki
Berpengaduk”, Valensi, Vol.1, No.1, 19-23
Aziz,I., Nurbaiti,S.,dan Ulum, B., 2011, Pembuatan produk biodiesel dari Minyak
Goreng Bekas dengan Cara Esterifikasi dan Transesterifikasi”, Valensi, Vol.2,
No.2. 384-388.
Gerpen, Vj. 2005. Biodiesel Processing And Production. Fuel Process Technol
86.1097-1107.
Krisdiyanto, Didik. 2014. “Peramalan Hasil Reaksi Asetilasi Gliserol Menjadi
Triacetin Mengunakan Katalis Silika Sulfat Dari Sekam Padi Dengan Analisa
Persamaan Regresi”. Jurnal Fourier. 3(2):105-113.
Pristiani R., 2015, Sintesis Biodiesel dan Fuel Bioadditive Triasetin secara Simultan
dengan Metode Interesterifikasi Minyak Jarak (Jatropha Curcas)”, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Semarang.
Rahman, Abdur. 2017. “Kelebihan dan Kekurangan Biodiesel”.[Online:
http://ensiklo.com/2017/09/24/kelebihan-dan-kekurangan-biodiesel/ diakses
pada 30 Oktober 2019].
Salman. M.N., Krisdiyanto D., Khamidinal, Arsanti P., 2015, Preparasi Katalis Silika
Sulfat dari Abu Sekam Padi dan Uji Katalitik pada Reaksi Esterifikasi Gliserol
dengan Anhidra Asam Asetat, Reaktor, Vol. 15, No. 4, 231-240.
21
Sari, Nirmala, Zuchra Helwani, Hari Rionaldo.2015. “Esterifikasi Gliserol Dari Produk
Samping Biodiesel Menjadi Triasetin Menggunakan Katalis Zeolit Alam”.
JOM F TEKNIK . 2(1):1-7. [Online:
https://media.neliti.com/media/publications/201202-esterifikasi-gliserol-dari-
produk-sampin.pdf diakses pada 30 Oktober 2019].
Setyadji, Endang Susiantini. 2007. “Pengaruh Penambahan Biodiesel Dari Minyak
Jelantah Pada Solar Terhadap Opasitas Dan Emisi Gas Buang CO, CO2, Dan
HC”. Yogyakarta : Batan.
Sulmaihati, Fariha. 2018. “Lima Masalah Penerapan Biodiesel”. [Online:
https://katadata.co.id/berita/2018/07/25/lima-masalah-penerapan-biodiesel
diakses pada 30 Oktober 2019].
Suwedi, Nawa. 2017. “Emisi CO2 dari Pengembangan Biodiesel Kelapa Sawit:
Simulasi Perhitungan Menggunakan Software SMART-EPOI”.
Yusnimar, 2006, Pemanfaatan Bentonit sebagai Adsorbent pada Proses Bleaching
Minyak Sawit, Prosiding Nasional Teknik Kimia Teknologi Oleo dan
Ptetrokimia Industri ISSN : 1907-0500.
22