DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Produk turunan mikroalga ...................................................................... 3
Gambar 2 Proses skematis produksi dan pemrosesan mikroalga............................ 5
Gambar 3 Diagram alir perancangan alat dewatering mikrolaga............................ 6
Gambar 4 Rancangan Double Press Dewatering Microalgae ................................. 7
iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
Kebutuhan pangan dan energi merupakan dua hal yang wajib diperhatikan
dan dipenuhi oleh setiap negara. Pangan merupakan kebutuhan dasar untuk dapat
mempertahankan hidup, jika ketersediaan pangan lebih sedikit atau kurang dari
jumlah kebutuhan suatu negara, maka akan menciptakan ketidakstabilan (Ismet,
2007). Penggunaan fosil sebagai sumber energi menghasilkan gas karbon dioksida,
sulfur dioksida, asap, dan zat lain yang tergabung dalam zat rumah kaca (Basmal,
2008). Serta penggunaan fosil terus-menerus akan mengurangi ketersediaannya dan
tidak dapat diperbaharui. Energi yang menggunakan bahan baku biomassa dapat
mengurangi emisi gas CO2, dan merupakan energi terbarukan (Amin, 2009).
Mikroalga sudah beberapa waktu diperkenalkan sebagai sumber pangan, namun
antusias masyarakat masih kurang, padahal mikroalga memiliki kandungan nutrisi
yang lebih baik dibandingkan makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Novianti,
2019). Mikroalga mengandung komponen berharga seperti protein, karbohidrat,
lipid dan pigmen, yang dapat dikonversi menjadi ethanol, biodiesel, fuel gas, oil,
dan charchoal (Amin, 2009).
Agar mikroalga dapat dipanen, ada beberapa proses yang harus dilewati
yaitu microalgae cultivation, dewatering, biomass drying, lalu proses lanjutan
mengkonversi menjadi pangan atau energi (Musa et al. 2019). Studi ini berfokus
pada proses dewatering, yaitu proses pemisahan air dari biomassa. Teknologi yang
digunakan untuk dewatering memiliki cost yang lumayan tinggi. Dewatering
menggunakan sentrifugasi, atau dikombinasikan dengan dewatering primer untuk
menaikkan konsentrasi mikroalga Phaerodactylum tricornutum dari 0.38%-20%
membutuhkan biaya US$640/t (Molina et al. 2003). Teknologi menggunakan
tangential flow filtration (TFF) dan flokuasi terhadap mikroalga Tetraselmis
suecica membutugkan biaya US$27.59-55.18/t (Danquah et al. 2009).
Kelompok PKM Karsa Cipta Institut Pertanian Bogor mengusulkan metode
double press sebagai metode dalam proses dewatering untuk pemanenan
mikroalga. Komponen yang digunakan dalam rancangan alat dengan metode ini
yaitu pompa, headbox, konveyor, dan rangka. Headbox akan mengalirkan
mikroalga dalam bentuk lapisan tipis (film) yang kemudian dialirkan ke konveyor.
Konveyor dilengkapi dengan dua buah membran dan roller. Membran yang
digunakan terbuat dari saringan tahu sehingga dapat mengurangi biaya. Roller
berfungsi untuk menggerakkan membrane dan menekan mikroalga. Penekanan
mikroalga dilakukan sebanyak dua kali (double press), sehingga diperoleh
mikroalga dengan konsentrasi yang tinggi.
2.1 Mikroalga
Mikroalga atau yang lazim disebut fitoplankton merupakan kelompok
tumbuhan berukuran renik yang hidup di perairan air tawar dan laut. Mikroalga
mengandung komponen-komponen penting dan bermanfaat seperti protein,
karbohidrat, dan lemak. Karbohidrat dalam mikroalga ditemukan dalam bentuk
pati, glukosa, gula, dan polisakarida lainnya. Jumlah kandungan karbohidrat dan
protein dari beberapa jenis mikroalga dapat dilihat pada Tabel 1. Lemak dalam
mikroalga terdiri dari gliserol, asam lemak jenuh atau asam lemak tak jenuh (Mata
et al. 2010). Jumlah kandungan lemak dari beberapa mikroalga dapat dilihat pada
3
Tabel 2. Mikroalga juga mengandung beberapa vitamin yaitu vitamin A, B, B1, B2,
B6, B12, C, E, nicotinate, biotin, asam folat, dan asam pento-tenat (Harun et al.
2010). Dari komponen-komponen tersebut dapat diperoleh produk turunan
mikroalga (Gambar 1).
2.2 Dewatering
Roller
Tempat keluar
Pompa padatan
Rangka mikroalga
Gambar 4 Rancangan Double Press Dewatering Microalgae
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN