Oleh : Kelompok 2
KELAS 3B
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan YME, yang telah
memberikan rahmat dan kemudahan pada kami untuk menyelesaikan makalah
dasar teknologi kulit dan hasil ikutan. Makalah ini kami buat dan kami sajikan
dalam lingkup untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar teknologi kulit dan hasil
ikutan di kawasan kampus Politeknik Negeri Banyuwangi.
Makalah ini kami susun berdasarkan tugas yang telah disampaikan dengan
beberapa pengembangan. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada
dosen pembimbing Bapak Moh. Azmi Khoirul Umam S.Pt.,M.Sc dan seluruh
pihak yang ikut andil dalam pembuatan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat. Kritikan dan saran membangun
senantiasa kami terima dengan lapang dada demi tersempurnanya makalah ini.
TIM PENYUSUN
KELOMPOK 2 TPHT 3B ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................ i
PRAKATA ........................................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3
2.1 Pengertian Biogas................................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 5
3.1 Pembuatan Biogas .................................................................................. 5
3.2 FaktorYang Mempengaruhi Produksi Biogas .................................... 8
3.3 Manfaat Biogas....................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14
KELOMPOK 2 TPHT 3B iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Pembuatan dan Pemanfaatan Biogas ................................... 7
KELOMPOK 2 TPHT 3B v
BAB I
PENDAHULUAN
KELOMPOK 2 TPHT 3B 1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu sebagai berikut :
a. Bagaimana proses pembuatan biogas?
b. Apa saja faktor yang mempengaruhi produksi biogas?
c. Bagaimana pemanfaatan energi biogas?
1.3 TUJUAN
a. Mengkaji proses pembuatan biogas.
b. Mengetahui faktor yang mempengaruhi produksi biogas.
c. Menganalisis pemanfaatan energi biogas.
KELOMPOK 2 TPHT 3B 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Energi Menurut Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi,
Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas,
cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika. Energi merupakan kebutuhan
menusia yang paling dasar. Energi dimanfaatkan dalam berbagai bidang untuk
menunjang berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Energi yang paling
banyak dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia yakni energi minyak
bumi (Wahyuni, 2009). Jenis energi ini merupakan energi yang tidak dapat
diperbaharui, sehingga dalam rentang waktu tertentu akan terjadi kekurangan
energi.
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan
organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Biogas
mengandung kurang lebih 60% gas methan (CH4), ± 38% karbon dioksida (CO2)
serta ± 2% Nitrogen (N), Oksigen (O2), Hidrogen (H2) dan dan hidrogen sulfida
(H2S). Sumber energi biogas yamg utama adalah kotoran ternak sapi, kerbau, babi
dan kuda. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam jumlah banyak dapat
dipergunakan sebagai pembangkit listrik, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sebagai bahan
energi 1 m3 setara dengan 0,62 liter minyak tanah atau 0, 46 kg elpiji, 0,52 liter
solar, 0,80 liter bensin atau 3,50 kg kayu bakar (Musanif, 2006).
Prinsip kerja pembentukan biogas adalah pengumpulan faeces ternak ke
dalam suatu tanki kedap udara yang disebut digester (pencerna). Di dalam digester
tersebut kotoran dicerna dan difermentasi oleh bakteri yang menghasilkan gas
methan dan gas-gas lainnya (Widarto dan Sudarto, 1997). Gas yang timbul dari
proses ini ditampung di dalam digester. Penumpukan produksi gas akan
menimbulkan tekanan sehingga dapat disalurkan keluar melalui pipa. Untuk
keperluan rumahtangga atau industri, gas yang dihasilkan tersebut dapat dipakai
untuk memasak dengan menggunakan kompor gas atau untuk penerangan dengan
modifikasi lampu petromak atau listrik. Gas yang dihasilkan sangat baik untuk
pembakaran karena mampu menghasilkan panas yang cukup tinggi, apinya
berwarna biru, tidak berbau dan tidak berasap.
Instalasi biogas mempunyai manfaat ganda, yakni menghasilkan gas untuk
bahan bakar memasak dan mengatasi pencemaran lingkungan akibat
menumpuknya limbah peternakan yang dapat mengganggu kesehatan. Pembuatan
instalasi biogas dengan bahan baku kotoran ternak sangat tepat diterapkan di
lingkungan usaha peternakan (Widodo et al., 2004).
KELOMPOK 2 TPHT 3B 3
Menurut Yunus (1995) instalasi biogas pada saat ini sudah banyak
diperkenalkan kepada masyarakat terutama di pedesaan, namun pembuatan unit
biogas yang baik belum banyak diketahui sehingga banyak percontohan yang
tidak dapat berjalan, kemudian ditutup dan tidak berkelanjutan. Instalasi biogas
yang diintroduksikan dari pemda provinsi D.I. Yogyakarta merupakan instalasi
biogas tipe Cina yang modern dengan bentuk bunker terdiri dari tiga bagian yaitu
pipa masuk (inlet), digester dan pipa keluar (outlet). Gas yang dihasilkan dari
instalasi tersebut disalurkan melalui pipa yang dilengkapi kran ke tempat
pembakaran atau kompor gas.
Widodo dan Nurhasanah (2004) menyatakan bahwa proses pembuatan
biogas menghasilkan banyak keuntungan, selain menghasilkan gas methan (CH4)
juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan berupa bau tidak sedap, hasil
samping berupa kompos dan slurry untuk pupuk tanaman Menurut Soerawijaya
(2004), untuk daerah-daerah pedesaan dan pinggir kota, biogas merupakan
alternatif yang paling sesuai untuk menggantikan minyak tanah atau (kerosin)
sebagai bahan bakar rumah tangga, karena itu aneka program demonstrasi dan
penyuluhan tentang manfaat, cara pembuatan dan penggunaannya kepada
masyarakat di pedesaan perlu dilakukan. Khusus untuk biogas dari kotoran
hewan, program demonstrasi dan penyuluhan harus dapat menyingkirkan
keengganan masyarakat untuk memakai produk gas, sebab biasanya ada hambatan
psikologis bahwa biogas merupakan gas yang kotor/najis sehingga tidak layak
digunakan dalam rumah tangga.
KELOMPOK 2 TPHT 3B 4
BAB III
PEMBAHASAN
Kotoran dari 1 ekor ternak sapi dapat menghasilkan kurang lebih 2 m 3 biogas per
hari. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain:
Tabel 2. Kesetaraan Biogas dengan Sumber Energi Lain
1 m3 biogas 0,46 kg LPG
0,62 liter minyak tanah
0,52 liter minyak solar
0,08 liter bensin
KELOMPOK 2 TPHT 3B 5
3,50 kg kayu baka
Sumber: Wahyuni, 2011.
Tabel 3. Nilai Kesetaraan Biogas dan Energi yang Dihasilkannya
Aplikasi 1m 3 biogas setara dengan Aplikasi 1m 3 biogas setara dengan
Penerangan 60-100 watt lampu bohlam selama 6
jam
Memasak Dapat memasak tiga jenis bahan
makanan untuk keluarga (5-6orang)
Pengganti bahan Bakar 0,7 kg minyak tanah
Tenaga Dapat menjalankan satu motor tenaga
kuda selama 2 jam
Pembangkit tenaga listrik Dapat menghasilkan 1,25 kwh
Sumber: Kristoverson dan Bokalders, 1991 dalam Hambali, 2007
KELOMPOK 2 TPHT 3B 6
Kebutuhan bahan baku berupa kotoran ternak dari 2-3 ekor sapi.
KELOMPOK 2 TPHT 3B 7
3.2 FaktorYang Mempengaruhi Produksi Biogas
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi biogas. Faktor
pendukung untuk mempercepat proses fermentasi adalah kondisi lingkungan yang
optimal bagi pertumbuhan bakteri perombak. Beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap produksi biogas sebagai berikut (Simamora dkk, 2006), yaitu:
a. Kondisi anaerob atau kedap udara
Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik oleh
mikroorganisme anaerob. Karena itu, intalasi pengolah biogas harus kedap udara
(keadaan anaerob).
b. Bahan baku isian
Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak, limbah
pertanian, sisa dapur, dan sampah organik. Bahan baku isian ini harus terhindar
dari bahan anorganik seperti pasir, batu, plastik, dan beling. Bahan isian ini harus
mengandung bahan kering sekitar 7-9%. Keadaan ini dapat dicapai dengan
melakukan pengenceran menggunakan air yang perbandingannya 1:1 (bahan
baku:air).
c. Imbangan C/N
Imbangan karbon (C) dan nitrogen (N) yang terkandung dalam bahan
organik sangat menetukan kehidupan dan aktivitas mikroorganisme. Imbangan
C/N yang ptimum bagi mikroorganisme perombak adalah 25- 30. Kotoran (feses
dan urine) sapi perah mempunyai kandungan C/N sebesar 18. Karena itu, perlu
ditambah dengan limbah pertanian lain yang mempunyai imbanganC/N yang
tinggi (lebih dari 30).
d. Derajat keasaman
Derajat keasaman sangat berpengaruh terhadap mikroorganisme, derajat
keasaman yang optimum bagi kehidupan mikroorganisme adalah 6,8-7,8. Pada
tahap awal fermentasi bahan organik akan terbentuk asam (asam organik) yang
akan menurunkan pH. Mencegah terjadinya perunan pH dapat dilakukan dengan
menambahkan larutan kapur (Ca (OH)2) atau kapur (CaCO3).
e. Suhu
Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan suhu yang
mendadak di dalam instalasi pengolah biogas. Upaya praktis untuk menstabilkan
KELOMPOK 2 TPHT 3B 8
suhu adalah dengan menempatkan instalasi biogas di dalam tanah. Biasanya, suhu
optimum untuk produksi biogas adalah 32-37 º C. Suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan digester rentan mengalami kerusakan , sehingga dibutuhkan
pemeliharaan yang saksama. Penggunaan digester yang kedap udara seperti fiber
glass dapat membantu mengatasi perubahan suhu karena selama proses fermentasi
tidak akan terpengaruh oleh suhu udara luar.
f. Loading rate (laju pengumpanan)
Loading rate adalah jumlah bahan pengisi yang harus dimasukkan ke dalam
digester per unit kapasitas per hari. Agar fermentasi berlangsung dengan optimal,
perlu pengisian bahan organik yang kontinu setiap hari dengan memperhitungan
waktu tiggal dan volume digester. Jumlah bahan pengisi yang terlalu banyak dapat
mengganggu proses akumulasi asam dan produksi metana, sebaliknya bila terlalu
sedikit maka produksi biogas menjadi rendah.
g. Zat toksin
Zat toksin yang terkandung dalam bahan organik atau alat produksi biogas
dapat menjadi penghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga menurunkan
produksi biogas. Zat toksin tersebut di antaranya ion mineral dan logam berat,
seperti tembaga, detergen, pestisida, kaporit, dan antibiotik yang bersifat racun.
Ion mineral dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan mikroorganisme dalam
digester. Namun, jika terlalu banyak dapat menjadi racun bagi mikroorganisme
tersebut. Untuk mengurangi pencampuran bahan baku organik dengan zat toksin,
sebaiknya tidak menggunakan air campuran yang mengandung toksin, seperti air
sawah yang telah disemprot pestisida, campuran air sabun, dan sumber air yang
teremari oleh bahan kimia lainnya.
h. Pengadukan
Pengadukan bertujuan untuk menghomogenkan bahan baku pembutan
biogas. Pengadukan dilakukan sebelum bahan tersebut ke dalam digester dan
setelah berada di dalam digester. Selain untuk mencampur bahan, pengadukkan
juga berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan di dasar digester yang
dapat menghambat pembentukan biogas. Pengendapan terjadi jika bahan yang
digunakan berasal dari kotoran kering. Setelah ditambahkan air sampai kekentalan
yang diinginkan, pengadukan mutlak diperlukan agar kotoran tidak mengendap.
KELOMPOK 2 TPHT 3B 9
i. Waktu retensi
Waktu retensi adalah rata-rata periode saat bahan masukan masih dalam
digester dan selama proses fermentasi oleh bakteri metanogen. Waktu retensi
sangat dipengaruhi oleh faktor lainnya, seperti suhu, pengenceran, dan laju
pemasukan bahan. Waktu retensi atau waktu tinggal yang dibutuhkan di dalam
digester sekitar 29-60 hari, tergantung pada jenis bahan organik yang digunakan.
Waktu retensi akan semakin singkat jika suhu lebih dari 35ºC.
j. Starter
Starter diperlukan untuk mempercepat proses perombakan bahan organik
hingga menjadi biogas. Starter merupakan mikroorganisme perombak yang telah
dijual komersial. Bisa juga menggunakan lumpur aktif organik atau cairan isi
rumen.
KELOMPOK 2 TPHT 3B 10
sapi menjadi energi alternatif biogas yang ramah lingkungan merupakan cara yang
sangat menguntungkan, karena mampu memanfaatkan alam tanpa merusaknya
sehingga siklus ekologi tetap terjaga. Manfaat lain mengolah kotoran sapi menjadi
energi alternatif biogas adalah dihasilkannya pupuk organik untuk tanaman,
sehingga keuntungan yang dapat diperoleh yaitu:
a. Meningkatnya pendapatan dengan pengurangan biaya kebutuhan pupuk dan
pestisida.
b. Sebagai tenaga listrik dalam kehidupan sehari hari.
c. Menghemat energi, pengurangan biaya energi untuk memasak dan
pengurangan konsumsi energi tak terbarukan yaitu BBM.
d. Mampu melakukan pertanian yang berkelanjutan, penggunaan pupuk dan
pestisida organik mampu menjaga kemampuan tanah dan keseimbangan
ekosistem untuk menjamin kegiatan pertanian berkelanjutan. Biogas
diproduksi oleh bakteri dari bahan organik di dalam kondisi tanpa oksigen
(anaerobic process). Proses ini berlangsung selama pengolahan atau
fermentasi. Gas yang dihasilkan sebagian besar terdiri atas CH4 dan CO2.
Jika kandungan gas CH4 lebih dari 50%, maka campuran gas ini mudah
terbakar, kandungan gas CH4 dalam biogas yang berasal dari kotoran ternak
sapi kurang lebih 60%. Temperatur ideal proses fermentasi untuk
pembentukan biogas berkisar 300C (Sasse, L., 1992 dalam Junaedi, 2002).
Selain biogas pengolahan kotoran sapi juga menghasilkan pupuk padat dan
pupuk cair. Pupuk dari kotoran sapi yang telah diambil biogasnya memiliki
kadar pencemaran BOD dan COD berkurang sampai 90%, dengan kondisi ini
pupuk dari kotoran sapi sudah tidak berbau. Permasalahan yang dihadapi
peternak sapi mengenai tumpukan kotoran sapi yang menimbulkan bau tidak
enak dan mengganggu kehidupan penduduk di sekitar kandang dapat diatasi.
Jenis konstruksi unit pegolahan (digester) biogas yang dapat dibangun di
daerah tropis dapat dibagi menjadi 3 model (Junaedi, 2002), yaitu:
a. Digester permanen (fixed dome digester)
b. Digester dengan tampungan gas mengapung (floating dome digester)
c. Digester dengan tutup plastik Biogas yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai
sumber belajar (real teaching) bagi dunia pendidikan dalam rangka
KELOMPOK 2 TPHT 3B 11
mewujudkan pendidikan berbasis riset, program yang dijalankan dapat
dijadikan sebagai media penghubung antar keluarga dalam pengelolaan dan
penyaluran biogas yang dihasilkan sehingga dapat terbentuk atmosfir sosio
kultural yang harmonis dan berkesinambungan, memotivasi masyarakat desa
untuk merintis wirausaha baru di bidang pembuatan biogas, membuka
peluang kerja bagi masyarakat petani dan peternak sapi sehingga
memperkecil arus urbanisasi, dan meningkatkan pendapatan masyarakat
petani dan peternak sapi di daerah tersebut sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
KELOMPOK 2 TPHT 3B 12
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah sebagai
seberikut :
a. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan
organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob).
b. Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi organik secara
anaerobik (tertutup dari udara bebas) dari mikroorganise terutama bakteri
metan untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan
(yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida.
c. Faktor yang mempengaruhi pembuatan biogas adalah kondisi anaerob (kedap
udara), bahan baku isian, imbangan C/N, derajat keasaman, suhu, loading rate
(laju pengumpanan), zat toksin, pengadukan, waktu retensi, dan starter.
d. Pemanfaat biogas biasanya digunakan sebagai bahan bakar tetapi tidak hanya
itu biogas dapat dijadikan sebagai tenaga listrik.
4.2 SARAN
Saran yang kami berikan seharusnya kita dapat memproduksi biogas secara
kontinyu segingga dapat meningkatnya pendapatan dengan pengurangan biaya
terutama sebagai tenaga listrik.
KELOMPOK 2 TPHT 3B 13
DAFTAR PUSTAKA
Musanif, J. 2006. Reaktor Biogas Sistem Knockdown. Sinar Tani No. 3171
Tahun XXXVII, Edisi 11 – 17 Oktober 2006.
Yunus, M. 1995. Teknik Membuat dan Memanfaatkan Unit Gas Bio. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Widarto, L. dan F.X. Sudarto. 1997. Membuat Biogas. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Widodo, T.W. dan A. Nurhasanah. 2004. Kajian Teknis Teknologi Biogas
dan Potensi Pengembangannya di Indonesia. Pros. Seminar Nasional
Mekanisasi Pertanian, Bogor, 5 Agustus 2004. Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertanian, Serpong.
Soerawijaya, T.H. 2004. Prospek Pengembangan Bioenergi di Indonesia.
Pros. Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian. Bogor, 5 Agustus 2004. Balai
Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong.
Wahyuni, Sri. 2009. Biogas. Jakarta: Penebar Swadaya.
-----. 2011. Menghasilkan Biogas Dari Aneka Limbah. PT Argro Media
Pustaka: Jakarta.
Simomara, S., Salundik, Sri Wahyuni, dan Sarajudin. 2008. Membuat Biogas
Pengganti Bahan Bakar Minyak dan Gas dari Kotoran Ternak. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
----- . 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010.
Petunjuk Praktis Manajemen Umum Limbah Ternak untuk Kompos dan
Biogas. Nusa Tenggara Barat: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Junaedi, L. 2002. Teknologi Tepat Guna Membuat Biogas. Yogyakarta:
Karnisius.
Hambali, Erliza dkk. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
Harahap, F. M., 1978. Teknologi Gas Bio. Pusat Teknologi Pembangunan
ITB, Bandung
KELOMPOK 2 TPHT 3B 14