Anda di halaman 1dari 3

Pertahanan Maritim Sebagai Sektor Kedaulatan Rakyat

Indonesia adalah negara yang memiliki 13.466 pulau, sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia, dengan luas laut 5,8 juta kilometer persegi (termasuk ZEEI), dan
dikelilingi 195.181 kilometer garis pantai, yang dihubungkan (disatukan) oleh laut.
Sehingga sudah saatnya sebagai bangsa Indonesia harus memiliki pemikiran bahwa
poros maritim dunia mengingatkan seluruh komponen bangsa bahwa selama ini
Indonesia sudah terlalu lama meninggalkan (matra) laut, sebagai sumber penghidupan,
yang harus tidak boleh lagi dilhat sebagai pemisah, namun sebagai penghubung dan
pemersatu untuk mewujudkan kedaulatan negara Indonesia.

Pemerintahan baru Indonesia dipimpin oleh Presiden Joko Widodo yang telah
terpilih dalam Pemilu 2014. Sebelum terpilih sebagai presiden, Joko Widodo dan para
pendukungnya telah menyiapkan dan meluncurkan agenda pembangunan baru untuk
Indonesia, yang bertitik-tolak dari kebijakan poros maritim (maritime axis) dunia.
Kebijakan ini mengungkapkan penekanan Indonesia pada pembangunan sektor kelautan
di berbagai aspek dalam masa pemerintahannya dalam rentang waktu tahun 2015-2019.

Gagasan poros maritim dunia Joko Widodo pertama kali diungkapkan dalam
kampanye Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014. Gagasan ini diangkat dan
ditonjolkan sebagai materi kampanye Pilpres dengan bantuan para ahli atau intelektual,
seperti Rizal Sukma dan kawan-kawan. Intinya adalah mengajak rakyat Indonesia untuk
mengenali kembali jati dirinya sebagai bangsa yang maritim, mengingat sebagian besar
wilayah Indonesia terdiri dari perairan. Penemuan atau pemahaman kembali jati diri
sebagai bangsa yang maritim disampaikan Joko Widodo dengan mengingatkan bahwa
laut tidak lagi sebagai pemisah, tetapi sebagai pemersatu pulau-pulau besar dan kecil
yang terdapat di wilayah Indonesia, yang pada prinsipnya sama dengan Deklarasi
Djuanda 13 Desember 1957.

Menko Kemaritiman, Indroyono Soesilo, pada akhir Februari 2015, menjelaskan


bahwa maksud dari poros maritim dunia adalah menjadikan kemaritiman sebagai
komponen besar penggerak sekaligus pendulum yang akan membawa Indonesia
menjadi negara maju, karena hidup dari dan dengan laut. Melalui program poros
maritim dunia, Joko Widodo mempunyai target menjadikan Indonesia naik kelas dari
negara dengan tingkat menengah bawah (lower middle income) pada dewasa ini, dengan
penghasilan per kapita penduduknya US$ 3.592, ke negara dengan tingkat penghasilan
menengah atas (upper middle income), dengan pendapatan per kapita penduduknya
mencapai US$ 10.000, pada tahun 2045. Dalam tingkat ini, diharapkan, Indonesia
menjadi negara maritim yang maju, mandiri, dan kuat,. Hal ini setara dengan Jepang,
Korea Selatan, dan Malaysia, yang terbebas dari perangkap middle income trap, dengan
kemampuan pemimpinnya dalam menyusun strategi jangka panjang yang komprehensif
dan tepat.

Salah satu tantangan dalam mewujudkan poros maritim dunia adalah melakukan
penegakan hukum secara tegas terhadap pelanggaran di wilayah perairan Indonesia.
Terkait ini, Menteri KKP, Susi Pudjiastuti telah mengeluarkan kebijakan membakar dan
menenggelamkan kapal-kapal yang telah disita pengadilan dan kasusnya telah inkracht,
atau terbukti melakukan illegal fishing. Pada 5 Desember 2014, TNI-AL
menenggelamkan 3 kapal Vietnam yang terbukti melakukan illegal fishing di perairan
Natuna. Pada hari yang sama, polisi air Indonesia menenggelamkan 3 kapal Filipina di
perairan Talaud. Kemudian, pada 21 Desember 2014, kapal century-4 dengan ukuran
250 GT dan century-7 asal Thailand berbendera Papua Nugini dengan ukuran 200 GT
ditenggelamkan di perairan Ambon, karena telah melakukan kegiatan serupa di perairan
Arafuru. Penenggelaman kapal-kapal asal Malaysia, Filipina, Thailand. dan Vietnam itu
diperkirakan telah menyebabkan kerugian lebih 2 miliar dolar AS setahun di pihak-
pihak yang berkepentingan di negara-negara tersebut.

Dengan mempertahankan perairan dan batas negara Indonesia, kita akan


membangun sektor dan pertahanan laut yang lebih kuat lagi. Karena jalur akses yang
paling dominan adalah akses laut, sehingga perlu kita tahu bahwa seorang rakyat
memiliki wewenang untuk membantu negara dalam mempertahankan perairan di
Indonesia. Tidak hanya pemerintahan dan aparat yang berwenang bekerja sendiri
melakukan program Presiden Joko Widodo, tetapi kita sebagai rakyat Indonesia
mendukung dan bekerja sama dengan pihak pemerintahan dan aparat yang berwenang
dalam mewujudkan hal ini.

Apalagi bekerja sama dengan pihak KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) akan
dapat memperkuat pertahanannya yang menjaga terjadinya pungli, karena di Indonesia
masih membudidayakan yang namanya pungli. Sehingga tidak ada yang namanya
meloloskan sebuah kapal ilegal atau asing karena pungli yang akan mengakibatkan
negara mendapatkan kerugian besar.

Ketika Program tersebut berhasil dilakukan oleh Joko Widodo dan Menteri KKP
Susi Pudjiastuti, Hal ini sudah berdampak positif kepada rakyat Indonesia terutama para
nelayan. Sehingga para nelayan dapat leluasa menangkap ikan dengan syarat dan
ketentuan yang ada, dibandingkan dengan penangkapan ikan secara ilegal yang di
lakukan oleh negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam,
karena mereka menangkap ikan dengan pukat harimau yang merusak ekosistem laut
dibandingkan dengan rakyat Indonesia yang menangkap secara tradisional. Kemudian
perlu kita tahu bahwa penangkapan ikan dengan pukat harimau mengakibatkan kerugian
besar dan kepunahan pada ikan.

Marilah kita wujudkan atau mengembalikan Indonesia yang merupakan surga dari
ikan dan membuat rakyat Indonesia terutama para pelayan agar depat merasakan
kekayaan laut di Indonesia. Jagalah kekayaan laut kita sebelum dicuri oleh negara lain,
sebab kita adalah bangsa Indonesia, dan ketika pengamanan batas laut kokoh akan
mengakibat kita aman dari kerugian besar dengan cara sigap dan tegas dari suatu negara
itu sendiri. Jika hal tersebut dapat terus dilakukan, maka indonesia akan setara dengan
negara yang sudah maju.

Hal tersebut meyakini bahwa pencapaian Joko Widodo dalam sektor pertahanan
kelautan sebagai bentuk dalam mewujudkan Indonesia sangatlah maju. Bahwa kita tahu
seseorang pemimpin memiliki ketegasan itu sangatlah penting dan tidak ada yang
namanya sebuah politik dimainkan hanya untuk kesenanngan diri sendiri melainkan
dimanfaatkan untuk kepentingan negara. Bersikap tegas dan sigap terhadap apapun,
oleh sebab itu mari kita wujudkan hal ini sebagai pelajaran untuk tidak hanya
pemerintah yang melakukan sendirian melainkan pihak yang berwenang dalam kasus ini
serta rakyat Indonesia. Negara ini sangat membutuhkan orang cerdas yang tidak mudah
terprovokasi, banyak ide dan tulus pada negaranya. Bukan orang cerdas yang hanya
banyak bicara, tidak ada ide dan bermain politik yang tidak mementingkan rakyatnya.

REFERENSI

Lihat, Tim Ahli Seknas Jokowi, loc.cit. Jalan Kemandirian Bangsa, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2014: h. 105-182. Lihat juga, Ismantoro Dwi Yuwono. Janji-janji
Joko Widodo-JK. Jakarta: Media Pressindo, 2014, h. 153-157.
Wawancara dengan Rizal Sukma, Direktur Eksekutif CSIS, di CSIS, Jakarta, pada
tanggal 17 Maret 2015.
Lihat, ”Poros Maritim Dunia Cegah ‘Middle Income Trap’,” Suara Pembaruan, 27
Pebruari 2015, h. A2
Lihat Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktek (edisi 2). Jakarta: Graha
Ilmu, 2012, h. 296-299.
Jak TV live, 12 Maret 2015, h. 20.00-22.00.

Anda mungkin juga menyukai