Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENELITIAN

TAHUN ANGGARAN 2020-2021


SKEMA PENELITIAN DOSEN MUDA

STUDI EKSPERIMENTAL MODIFIKASI MESIN DIESEL


UNTUK PEMAKAIAN BAHAN BAKAR BIODIESEL B40

OLEH:

Romy, S.T., M.Eng (NIDN: 0024077502)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS RIAU
SEPTEMBER 2020
KATA PENGANTAR

……………… …………… ……………… ………… ……………………


………………………………… ……………………………… ………… …
……………………………………………………………………… …… …
……………………………… …………… ………………… …………………
………… …………… …………………… ……………………………
…………………………………… …………………………………… …………
………………………….
………… …… …………… …………… ……… …… …… …………
…… … … …… ………… …………………… ……… …………
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………dst.

i
RINGKASAN RENCANA PENELITIAN

Pemerintah telah menerapkan kebijakan mandatori biodiesel 30 persen ke BBM


jenis solar (B30) pada 1 Januari 2020. Bahan bakar B30 diklaim aman digunakan
pada mobil diesel tanpa adanya modifikasi terhadap mesin diesel. Namun dari
pengujian yang telah dilakukan oleh Tim Road Test Biodiesel PPKS, terjadi
penurunan tenaga mesin hingga 5 Hp dan torsi turun 2 newton dari spesifikasi
mesin pabrikan.
Pemakaian bahan bakar biosolar B40 diprediksi akan mengakibatkan penurunan
daya dan torsi mesin yang lebih besar dibandingkan dengan pemakaian B30.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi operasi yang optimal dari
mesin diesel saat menggunakan bahan bakar biosolar B40 (campuran 40%
biodiesel dan 60% solar). Untuk memperbaiki performa mesin akibat pemakaian
bahan bakar biosolar B40 modifikasi operasi mesin diesel dilakukan dengan
melakukan perubahan pada bagian sisi masuk bahan bakar ke mesin yaitu
tekanan injeksi, menambahkan temperatur bahan bakar dan mengganti filter
bahan bakar. Tekanan, temperatur dan fuel filter yang optimal diharapkan dapat
diaplikasikan kepada setiap mesin diesel tanpa modifikasi mesin secara
keseluruhan.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

RINGKASAN RENCANA PENELITIAN.............................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii

DAFTAR TABEL...................................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Penelitian..............................................................................1

1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3

2.1 Mesin Diesel...................................................................................................3

2.2 Prinsip Kerja Motor Diesel Empat Langkah..................................................3

2.3 Kerangka Pemikiran.......................................................................................5

BAB III. METODE PENELITIAN..........................................................................6

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................................6

3.3 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................7

3.4 Alat.................................................................................................................9

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................10

4.1 Perancangan.................................................................................................10

4.1.1 Perancangan rangka..............................................................................10

4.1.2 Perancangan poros................................................................................12

4.1.3 Perancangan dynamometer...................................................................14

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................15

i
6.1 Kesimpulan..................................................................................................15

6.2 Saran.............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Prinsip Kerja dan Diagram Katup Motor Diesel Empat Langkah......4
Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran Penelitian...........................................................5
Gambar 3. 1 Flowchart Kegiatan.............................................................................7
Gambar 3. 2 Flowchart Pengujian............................................................................8
Gambar 3. 3 Set Up Alat Uji....................................................................................9
Gambar 4. 1 Rangka 100 × 80 × 50 Profil L.........................................................11
Gambar 4. 2 Rangka 100 × 100 × 50 Profil U.......................................................11
Gambar 4. 3 Rangka 100 × 100 × 60 Hollow........................................................12

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Faktor-faktor Koreksi Daya Yang Ditransmisikan...............................13


Tabel 4. 2 Faktor Keamanan..................................................................................13

iv
DAFTAR LAMPIRAN

iv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Dalam rangka mengatasi menipisnya bahan bakar fosil dan untuk
mengurangi efek gas rumah kaca, berbagai teknologi sedang dikembangkan di
banyak negara. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelangkaan bahan
bakar dan memperbaiki emisi gas buang diantaranya dengan menggunakan
bahan bakar alternatif dan meningkatkan efisiensi termal di mesin pembangkit
listrik dan kendaraan otomotif.
Pemerintah Indonesia menetapkan regulasi pemakaian sumber energi
terbarukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap solar (diesel) yaitu
pemakaian biodiesel sebesar 20 persen untuk dicampur dengan bahan bakar
solar, yang dikenal dengan nama biosolar B30. Biosolar produk Pertamina harus
memanfaatkan 30 persen biodiesel yang berasal dari minyak kelapa sawit.
Ahmad (2017) membahas mengenai studi eksperimen untuk menguji kinerja
mesin diesel menggunakan biosolar dengan melakukan variasi tekanan
penginjeksian bahan bakar menjelaskan bahwa, bio solar memiliki nilai
viskositas, densitas, dan tegangan permukaan yang lebih tinggi dari pada bahan
bakar fosil. Hal ini menunjukan perlunya dilakukan perlakuan khusus untuk dapat
melakukan proses atomisasi yang lebih baik.
Pengembangan teknologi pembakaran yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan reaksi pembakaran sehingga mengurangi emisi polutan
diantaranya dengan melakukan pre- heating bahan bakar. Plotnikov dkk (2018)
melakukan pengujian dengan menggunakan bahan bakar solar dan melakukan
pre-heating bahan bakar sebelum diinjeksikan ke ruang bakar. Dari hasil
penggujian disimpulkan bahwa pemanasan awal bahan bakar mempersingkat
fase awal dari proses pembakaran dan memoderasi beban, sehingga
memungkinkan untuk meningkatkan tekanan efektif rata-rata mesin
diesel dan meningkatkan daya output engine. Sureddy dan Govind (2018)
melakukan pre-heating terhadap biodiesel dan mendapatkan kinerja dan
emisi gas buang yang lebih baik dibandingkan dengan biodiesel tanpa
pemananasan.
Dalam penggunaan biosolar banyak sekali gangguan yang terjadi pada
mesin diesel dikarenakan biosolar memiliki viskositas (kekentalan) lebih tinggi
atau lebih kental dibanding solar yang cenderung memperlambat atomisasi (proses
pembakaran pada mesin). Selain itu, biosolar juga mengandung gliserin (kotoran
yang tidak terbakar) lebih banyak.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang bahwa pemerintah akan menetapkan
biosolar B40 (40% biodiesel dan 60% solar) sebagai bahan bakar mesin diesel di
Indonesia, namun pemakaian biodiesel B40 akan menurunkan daya dan torsi.
Untuk mengatasi hal ini, penelitian dengan penambahan bioethanol dan
pemanasan bahan bakar diharapkan dapat lebih memperbaiki kinerja diesel
engine.
Permasalahan utama yang akan dipecahkan dengan penelitian ini adalah
berapa tekanan injeksi dan temperatur bahan bakar yang akan digunakan pada
biosolar B40 untuk mendapatkan kinerja maksimum dari diesel engine? Dan,
jenis dan ukuran fuel filter yang terbaik untuk bahan bakar biosolar B40.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dilakukannya penelitian ini adalah memanfaatkan dan
mengembangkan sumber energi alternatif pada diesel engine dan untuk
mendapatkan rekomendasi kondisi operasi yang menghasilkan kinerja yang
terbaik dari diesel engine. Kondisi operasi yang dimaksud pada penelitian ini
adalah tekanan dan temperatur pemanasan awal dari biosolar B40 sebelum masuk
ke ruang bakar, serta filter yang digunakan.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mesin Diesel


Motor diesel dikategorikan dalam internal combustion engine (motor
pembakaran dalam). Motor diesel memiliki perbedaan yang mendasar dengan
motor bensin, yaitu pada proses pembakaran bahan bakar untuk menghasilkan
kerja. Motor diesel bekerja dengan mengisap udara luar murni, kemudian
dikompresikan sehingga mencapai tekanan dan temperatur yang tinggi. Sesaat
sebelum mencapai titik mati atas (TMA), bahan bakar diinjeksikan dengan
tekanan yang sangat tinggi dalam bentuk butiran-butiran halus dan lembut.
Kemudian butiran-butiran lembut bahan bakar tersebut bercampur dengan udara
bertemperatur tinggi dalam ruang bakar dan menghasilkan pembakaran (Tamam,
2015).

2.2 Prinsip Kerja Motor Diesel Empat Langkah


Pada motor diesel empat langkah, satu siklus kerja diselesaikan dalam
empat gerakan piston atau dua putaran dari crankshaft. Setiap langkah menempuh
180o sehingga dalam satu siklus menempuh 720° putaran crankshaft. Berikut ini
merupakan prinsip kerja motor diesel empat langkah.
a. Langkah Isap
Berawal dari posisi piston yang berada pada TMA, piston akan bergerak turun
dan meningkatkan volume silinder. Pada waktu yang bersamaan katup masuk
(inlet valve) terbuka sehingga udara masuk ke dalam silinder. Ketika piston
berada pada titik mati bawah (TMB), volume silinder berada pada kondisi
maksimum, yaitu volume piston ditambah volume kompresi.
b. Langkah Kompresi
Pada langkah ini, katup masuk dan katup buang (exhaust valve) tertutup. Piston
bergerak naik dan mengompresi udara yang telah masuk ke dalam silinder
hingga mencapai rasio kompresi mesin. Dalam proses ini, temperatur udara
akan meningkat mencapai 900°C. Ketika langkah kompresi telah selesai, bahan
bakar diinjeksikan pada tekanan yang tinggi ke dalam udara terkompresi yang
berada dalam temperatur yang tinggi. Ketika piston berada pada posisi TMA,
volume silinder yang terbentuk merupakan volume kecil.
c. Langkah Usaha
Pada langkah ini, katup masuk dan buang masih tertutup. Pada akhir langkah
kompresi pompa bahan bakar bertekanan tinggi menginjeksikan sejumlah
bahan bakar dengan ketentuan sempurna ke dalam ruang bakar yang berisi
udara panas yang dikompresikan. Bahan bakar terbagi sangat halus dan
bercampur dengan udara panas. Karena temperatur udara yang tinggi maka
bahan bakar langsung terbakar, akibatnya tekanan naik dan piston bergerak
dari TMA ke TMB.
d. Langkah Buang
Sebelum piston berada pada TMB, katup buang terbuka. Panas dan gas hasil
pembakaran keluar dari silinder dikarenakan karena adanya gaya yang timbul
akibat gerakan piston naik kembali. Pada akhir langkah buang, crankshaft telah
selesai melakukan dua kali putaran dan siklus dari mesin diesel empat langkah
dimulai kembali dari langkah isap.

Gambar 2. 1 Prinsip Kerja dan Diagram Katup Motor Diesel Empat Langkah

4
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ide jalannya penelitian ini ditampilkan pada Gambar 2.2:

Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran Penelitian

5
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan secara bertahap di laboratorium Konversi Energi
Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Riau. Waktu penelitian ini adalah 8
bulan dari bulan April sampai dengan bulan November 2019.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimental. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi
komposisi campuran biosolar-bioethanol dan temperatur pre-heating terhadap
daya, konsumsi dan efisiensi termal pada motor diesel 4 langkah 1 silinder 353 cc
dengan rasio kompresi 22:1.
Definisi variabel penelitian adalah sebagai objek penelitian, atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
 Variabel Bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah:
a. Tekanan (lebih tinggi dari tekanan injeksi pabrikan)
b. Temperatur Pre-heating : 60, 150 dan 300oC (Plotnikov dkk (2018) dan
Sureddy dan Govind (2018)).
c. Filter, divariasikan dari yang ada dipasaran
 Variabel Terikat
Variabel terikat dari penelitian ini adalah prestasi mesin dengan menghitung
daya, konsumsi bahan bakar spesifik, torsi, BMEP, efisiensi termal dan emisi
gas buang.
 Variabel Kontrol
a. Variabel kontrol dari penelitian ini adalah motor bakar diesel 4 langkah 1
silinder 353 cc dengan rasio kompresi 22:1.

6
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Sebelum dilakukan tahapan penggumpulan data, dilakukan rancangan
kegiatan. Secara umum kegiatan penelitian ini direncanakan dalam tahapan
perancagan fuel preheater, tahapan pengambilan data dan analysis. Alur kegiatan
penelitian secara umum sebagai berikut:

Gambar 3. 1 Flowchart Kegiatan

Pengumpulan data pada penelitian ini direncanakan mengikuti alur kegiatan


pengujian yang ditampilkan pada Gambar 3.2 berikut:

7
Mulai

Persiapan
Alat dan
Bahan

I=1,4

1.Tanpa pemasan
2.60°C,
3.150°C,
4.300°C

Pengolahan
data

J=1,4
Plot grafik
1. 5 bar Diatas P standar
2. 10 bar Diatas P standar
3. 15 bar Diatas P standar
Analisa 4. 20 bar Diatas P standar

Kesimpulan K=1,3

1. Filter A
2. Filter B
Selesai
3. Filter C

Hitung : Ne, Ukur : waktu


sfc, Torsi, konsumsi
BMEP, η, bahan bakar,
emisi gas flow udara,
buang pembebanan

Gambar 3. 2 Flowchart Pengujian

8
3.4 Alat
Adapun set up alat uji yang akan dibuat ditampilkan pada Gambar 3.3
berikut:

Gambar 3. 3 Set Up Alat Uji

Gambar 3.3 merupakan bagian-bagian alat uji, dimana bahan bakar pada
tangki (1) penampungan masuk menuju tabung ukur (11) kemudian dari tabung
ukur bahan bakar dialirkan menuju karburator (2) sebelum masuk ruang bakar
pada engine (5), waktu konsumsi bahan bakar diukur menggunakan stopwatch
sedangkan udara masuk ke karburator setelah melewati orifice plate (3) yang
dapat dilihat pada differensial manometer (4), pemberian beban pada mesin
dilakukan oleh disc brake (7) dengan cara menekan pedal rem (8) dimana tekanan
yang diberikan dapat dilihat pada pressure gauge (9), untuk mengukur kecepatan
putaran mesin menggunakan digital tachometer (10) yang diarahkan pada
profeller shaft (6).
9
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Perancangan
Tahapan awal dari penelitian ini adalah perancangan engine test bed,
dimana yang akan dirancang adalah rangka, poros, dinamometer, orifice dan fuel
pre-heater.

4.1.1 Perancangan rangka


Rangka merupakan komponen yang sangat diperlukan dalam sutu
rangkain, sistem maupun struktur. Rangka berfungsi sebagai tempat melekatnya,
atau kedudukan dari komponen-komponen lainnnya yang terdapat pada suatu
susunan sistem. Perancangan rangka dilakukan dengan menggunakan simulasi
inventor vitur stress analysis dan dengan menggunakan gaya berat mesin dan
dinamometer. Berat mesin 1000 N dan dinamometer 100 N, perancangan dengan
menggunakan 3 jenis profil besi yang berbeda ada profil L 100 x 80 x 50, U 100 x
100 x 50, dan Hollow 100 x 100 x 60.
a. Rangka 100 × 80 × 50 profil L
Rangka menggunakan profil rangka yaitu Ansi L 2 x 3. Adapun hasil yang
diperoleh yaitu terlihat bahwa rangka mengalami defleksi yang cukup besar
mencapai batas max yaitu 0,1266 mm pada bagian yang diberi beban mesin
seberat 1000 N. Untuk bagian dinamometer terlihat bahawa rangka dapat
menerima pembebanan yang diberikan.

10
Gambar 4. 1 Rangka 100 × 80 × 50 Profil L

b. Rangka 100 × 100 × 50 profil U


Adapun hasil yang diperoleh yaitu terlihat bahwa rangka mengalami defleksi
yang cukup besar diposisi kedudukan mesin, sampai mencapai 0,643mm.

Gambar 4. 2 Rangka 100 × 100 × 50 Profil U

c. Rangka 100 × 100 × 60 hollow

11
Adapun hasil dari defleksi yang diperoleh sangat kecil, yaitu 0.003558 mm.
Pada kedudukan dinamometer tidak ada perubahan yang berarti.

Gambar 4. 3 Rangka 100 × 100 × 60 Hollow

Berdasarkan dari simulasi yang telah lakukan, maka diputuskan untuk


memilih menggunakan profil hollow 100 x 100 x 60. Hal ini dikarenakan defleksi
yang terjadi sangat kecil, dan lebih aman untuk digunakan.

4.1.2 Perancangan poros


Poros adalah sebuah elemen mesin berbentuk silinder pejal yang berfungsi
sebagai tempat dudukan elemen-elemen lain seperti puli, spoket, roda gigi, dan
kopling dan juga berperan sebagai elemen penerus daya dan putaran dan mesin
penggerak. Hampir semua mesin yang mengandung mekanisme bergerak atau
berputar memiliki poros, dari yang berukuran kecil hingga poros-poros besar.
Perancangan poros dimulai dari daya P (kW) dan putaran poros n 1 (rpm)
yang akan ditransmisikan. Jika P adalah daya rata-rata yang diperlukan maka
harus dibagi dengan efisiensi mekanis Ƞ dari sistim transmisi untuk mendapatkan
daya penggerak mula yang diperlukan. Daya yang besar mungkin diperlukan pada
saat start, atau mungkin beban yang besar terus bekerja setelah start. Dengan
demikian sering kali diperlukan koreksi pada daya rata-rata yang diperlukan

12
dengan menggunakan faktor koreksi pada perencanaan. Jika P adalah daya
nominal output dari motor penggerak, maka berbagai macam faktor keamanan
biasanya dapat diambil dalam perencanaan, sehingga koreksi pertama dapat
diambil kecil. Jika faktor koreksi adalah fc (Table 4.1) maka daya rencana pd
(kW) sebagai patokan adalah
Pd =f c. P

Tabel 4. 1 Faktor-faktor Koreksi Daya Yang Ditransmisikan


Daya yang ditransmisikan Fc
Daya rata-rata 1,2 - 2,0
Daya maximum 0,8 - 1,2
Daya normal 1,0 - 1,5

Tahapan selanjutnya adalah perhitungan tegangan geser dengan


memperhatikan faktor keamanan pada Tabel 4.2. Nilai Sf1 diambil 6,0 untuk
bahan S-C dengan pengaruh masa, dan baja paduan. Selanjutnya perlu ditinjau
apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau dibuat bertangga, karena
pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. pengaruh kekasaran permukaan juga
harus diperhatikan. Untuk memasukkan pengaruh-pengaruh ini dalam perhitungan
perlu diambil faktor yang dinyatakan sebagai Sf2, dengan harga sebesar 1,3
sampai 3,0.

Tabel 4. 2 Faktor Keamanan


Faktor Keamanan Keterangan
Sf1 6,0 Untuk bahan S-C dengan pengaruh masa,
Dan (faktor keamanan pada jenis bahan poros)
Jika beban dikenakan secara perlahan-lahan
1 - 1,5 (faktor keamanan bergantung dari bentuk
poros)
Sf2 1,5 - 3 Jika dikenakan dengan tumbukan ringan

2-5 Jika dikenakan secara tiba-tiba dan dengan


tumbukan berat

13
4.1.3 Perancangan dynamometer
1) Desaian kedudukan dinamometer
Adapun perancangan dari kedudukan dinamometer dilakukan tanpa
menggunakan analisis inventor, hal ini dikarenakan kedudukan dinamometer
tidak memiliki standar yang baku.

a. Perancangan baut
Sebuah baut adalah as pejal yang terdiri dari satu ujung yang berulir dan
ujung lain memiliki kepala. Sebagai pasangan baut adalah mur. Baut dan mur
berfungsi untuk menyambung dua buah komponen atau lebih secara mekanik.
Penyambungan dengan menggunakan baut dan mur juga dikenal dengan
istilah penyambungan berulir (screw connection ).

 Sambungan untuk penampang dyanamometer


Beban dyanamometer (W) = 10 kg
Factor koreksi (fc) = 1,2 (fc = 1 - 2)
Beban Rencana (WD) = Wd = W . fc
= 10 kg . 1.2
= 12 kg
Spesifikasi baut :
Baja liat dengan kandungan karbon 0,22 (%) C
Tengangan tarik ijin (  b ) = 6 kg/mm²
Faktor keamanan (Sf) = 3
Tegangan geser ijin ( a) = 0,5 .  a
= 0,5 . 6 kg/mm² = 3 kg/mm²
Diameter inti yang diperlukan (d1)

d 1≥
√ 4.Wd
π . σa

d1 
√ 4 . 12
3,14 .3

14
d1 ≥ 2,25 mm

15
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Rangka engine test bed menggunakan profil hollow 100 x 100 x 60. Hal
ini dikarenakan defleksi yang terjadi sangat kecil, dan lebih aman untuk
digunakan.
2. Diameter poros yang diguanakan adalah 32 mm
3. Adapun Tromol yang digunakan dalam pembuatan dinamometer ialah
tromol rem dari mobil L300

6.2 Saran
1. Perlu segera diselesaikan pembuatan alat uji agar segera mendapatkan
data pengujian dan memenuhi semua output yang telah ditetapkan di
dalam kontrak penelitian.

16
DAFTAR PUSTAKA

17
Ukuran standard ulir kasar metris (JIS B 0205)
Ulir dalam
Diameter Diameter
Ulir Diameter
efektif dalam
Jarak Tinggi Luar d
D2 D1
Bagi Kaitan
Ulir dalam
P H1
Diameter
1 2 3 Diameter Diameter
efektif
Luar d Inti d1
d2
M 0,25 0,075 0,41 0,250 0,201 0,169
M 0,3 0,08 0,043 0,300 0,248 0,213
M 0,35 0,09 0,049 0,350 0,292 0,253
M 0,4 0,1 0,054 0,400 0,335 0,292
M 0,45 0,1 0,054 0,450 0,385 0,342
M0,5 0,125 0,068 0,500 0,419 0,365
M 0,55 0,125 0,068 0,550 0,469 0,415
M 0,6 0,15 0,081 0,600 0,503 0,438
M 0,7 0,175 0,095 0,700 0,586 0,511
M 0,8 0,2 0,108 0,800 0,670 0,583
M 0,9 0,225 0,122 0,900 0,754 0,656
M1 0,25 0,135 1,000 0,838 0,729
M 1,2 0,25 0,135 1,200 1,038 0,929
M 1,4 0,3 0,162 1,400 1,205 1,075
M 1,7 0,35 0,189 1,700 1,473 1,321
M2 0,4 0,217 2,000 1,740 1,567
M 2,3 0,4 0,217 2,300 2,040 1,867
M 2,6 0,45 0,244 2,600 2,308 2,113
M3× 0,5 0,271 3,000 2,675 2,459
0,5 0,6 0,325 3,000 2,610 2,350
M 3,5 0,6 0,325 3,500 3,110 2,850
M4× 0,7 0,379 4,000 3,515 3,242
0,7 0,75 0,406 4,000 3,513 3,188
M 4,5 0,75 0,406 4,500 4,013 3,688
M5× 0,8 0,433 5,000 4,480 4,134
0,8 0,9 0,487 5,000 4,415 4,026
0,9 0,487 5,500 4,915 4,526

18
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Literatur
Penyediaan
2
Komponen Alat
3 Pembuatan Alat
Pengujian Alat
4 dan Pengambilan
data
Pengerjaan
5
Laporan
6 Revisi Laporan

19

Anda mungkin juga menyukai