Kelompok 08
Rizka Fitri Ghaisani 14417012
Widiyana Daniasya 14417019
Nabila R. Hanifah 14417034
i
4.2 Studi Kasus .................................................................................................. 16
4.2.1 DC-DC Converter untuk Beban dengan Tegangan Tinggi pada Fuel
Cell Vehicle ........................................................................................................ 16
4.2.2 Mitigasi Interferensi Elektromagnetik dengan Filter ........................... 17
4.3 Rancangan Perbaikan................................................................................... 18
4.3.1 Diagram Blok Sistem ........................................................................... 19
4.3.2 Desain Perbaikan Faktor Daya ............................................................. 19
4.3.3 Desain DC-DC Zero Voltage Switching ............................................... 20
4.3.4 Efisiensi ................................................................................................ 20
4.4 Analisis Estimasi Biaya ............................................................................... 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 23
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 23
5.2 Saran ............................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 24
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
variasi tegangan yang diperlukan oleh komponen-komponen dalam mobil listrik
seperti air conditioner, radio, dan lain-lain. Dalam hal ini, DC-DC converter
berperan dalam mengubah daya listrik DC bertegangan lebih tinggi dari baterai
menjadi tegangan DC yang lebih rendah untuk menjalankan komponen dalam mobil
yang bervariasi dengan prinsip rangkaian paralel. Selain itu, DC-DC converter juga
berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai dan menstabilkannya pada titik tertentu
sesuai dengan kebutuhan tegangan catu dari motor listrik. Jika tidak ada DC-DC
converter, maka komponen dalam mobil akan rusak karena menerima tegangan yang
terlalu besar dari baterai.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin merancang komponen
DC-DC converter dengan metode design requirements and objectives dan merancang
perbaikan komponen tersebut.
1.3 Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi beberapa tujuan, yaitu :
1. Menentukan design requirements and objectives dari DC-DC converter.
2. Menghitung secara teknikal design requirements and objectives dari DC-DC
converter.
3. Mengidentifikasi spesifikasi DC-DC converter yang ada di pasaran.
4. Menentukan rancangan perbaikan komponen DC-DC converter.
1.4 Pendekatan
Secara umum, peneliti menggunakan pendekatan secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara khusus, pendekatan kualitatif yang digunakan adalah penentuan
Design Requirements and Objectives (DR&O) dan usulan rancangan perbaikan
dengan membandingkan studi literatur. Sementara, pendekatan kuantitatif yang
digunakan adalah perhitungan teknikal DR&O dan perhitungan estimasi biaya.
2
1.5 Batasan Penelitian
Batasan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sumber data yang digunakan hanya data sekunder.
2. Penelitian ini dilakukan pada DC-DC converter berjenis buck-boost
converter.
3. Perancangan perbaikan DC-DC converter mengacu pada studi literatur.
3
BAB II
TEORI DASAR
4
Ilustrasi mobil listrik terdapat pada gambar berikut.
Terdapat dua cara untuk meregulasi tegangan, yaitu dengan Pulse Width
Modulation (PWM) dan Pulse Frequency Modulation (PFM). PWM adalah metode
untuk mengatur tegangan dengan mengubah atau mengatur periode ON pada
5
tegangan berfrekuensi dengan periode frekuensi yang tetap. Siklus kerja ini
didapatkan dari perbandingan antara lamanya tegangan pada nilai maksimum (Ton)
dengan lamanya tegangan pada nilai minimum atau nol (Toff) dan biasa disebut duty
cycle (D). Sementara, PFM adalah metode untuk mengatur tegangan dengan menjaga
Ton tetap konstan. Namun, kekurangan metode ini adalah sulitnya untuk mendesain
LC filter yang tepat.
Pada dasarnya, cara mengatur besarnya tegangan keluaran yang ingin dicapai
adalah dengan mengatur lamanya waktu perhubungan antara sisi keluaran dengan
sisi masukan pada rangkaian yang sama. DC-DC converter terdiri dari tiga jenis,
yakni buck (step down), boost (step up), dan buck-boost (step up/ down).
6
berfungsi sebagai filter ripple tegangan adalah kapasitor. Dioda digunakan sebagai
komponen switching yang bekerja pada keadaan switch open sehingga arus tetap
mengalir ke induktor dan digunakan untuk mengalirkan arus yang dihasilkan induktor
dikala MOSFET off.
Pada rangkaian buck-boost ini, MOSFET power yang digunakan memiliki
tipe p-channel dengan (-VDS) dan VGS(ON) untuk men-drive MOSFET sesuai dengan
duty cycle pada PWM. Keuntungan penggunaan MOSFET tipe ini adalah mudah
dalam perancangan driver-nya karena tidak dibutuhkan keadaan floating. Selain itu,
pemilihan jenis MOSFET sebagai komponen utama switching juga penting.
Parameter yang harus diperhatikan dalam pemilihan MOSFET adalah VDS, ID,
RDS(ON) dan frekuensi kerja maksimumnya yang harus memenuhi dari spesifikasi
yang kita butuhkan sehingga kerja dari rangkaian buck-boost dapat maksimal. Untuk
MOSFET tipe p-channel usahakan RDS(ON) sekecil mungkin, hal ini untuk
mengurangi daya yang hilang pada Q.
Buck-boost converter dapat dioperasikan dengan dua mode yaitu continuous
current mode (CCM) dan discontinuous current mode (DCM). Continuous current
mode ditandai oleh arus yang mengalir secara terus-menerus pada induktor selama
switching cycle-nya pada keadaan steady state. Sehingga pada CCM, tegangan output
dapat diatur dengan mengubah duty cycle pada range 0-0.65. Selain itu, mode CCM
tidak tergantung dari nilai induktor dan kapasitor. Sedangkan discontinuous current
mode ditandai dengan arus induktor menjadi nol pada setiap switching cycle-nya.
Untuk mode DCM, tegangan output tergantung pada nilai induktor dan besarnya duty
cycle.
7
wish merupakan kriteria tambahan yang tidak wajib dipenuhi pada produk atau
proses, tetapi dapat memberikan nilai tambah jika terpenuhi.
8
BAB III
PERANCANGAN KOMPONEN
Pada mobil listrik, energi listrik disimpan dalam baterai. Listrik yang
disimpan dalam baterai kemudian dialirkan untuk mengoperasikan komponen lain
seperti radio, lampu, dan air conditioner. Listrik juga digunakan untuk menjalankan
mesin mobil. Setiap komponen dalam mobil memerlukan listrik dalam jumlah yang
berbeda, sedangkan baterai hanya dapat menghasilkan satu nilai output tegangan.
DC-DC converter dibutuhkan untuk mengonversi tegangan listrik dari baterai
menjadi tegangan listrik yang sesuai dengan kebutuhan setiap komponen. Seperti
DC-DC converter pada umumnya, komponen DC-DC converter pada mobil listrik
bekerja dengan cara menerima energi listrik yang berasal dari tegangan tertentu,
menyimpan energi secara sementara, dan menyuplai energi listrik pada tegangan
yang berbeda dengan tegangan masukan. Penyimpanan energi dilakukan pada
induktor dan kapasitor dengan mekanisme switching, di mana satu kali switching
berdampak pada akumulasi tegangan yang disimpan. DC-DC converter step down
mengubah tegangan tinggi ke tegangan rendah, sedangkan DC-DC converter step up
mengubah tegangan yang rendah menjadi tegangan yang lebih tinggi.
9
3.2 Prinsip Kerja Buck-Boost Converter
Prinsip kerja rangkaian ini dibagi menjadi 2 mode yaitu mode 1 saat switch
di-ON-kan dan mode 2 saat switch di-OFF-kan. Siklus kerja buck-boost converter
terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5 Siklus kerja buck-boost converter pada saat switch ON dan OFF
Sumber : Jurnal Rancang Bangun Buck-Boost Converter
Saat switch on, induktor mendapat tegangan dari input dan mengakibatkan
adanya arus yang melewati induktor berdasarkan waktu dan dalam waktu yang sama
kapasitor dalam kondisi membuang (discharge) dan menjadi sumber tegangan dan
arus pada beban. Saat switch off, tegangan input terputus menyebabkan mulainya
penurunan arus dan menyebabkan ujung dioda bernilai negatif dan induktor
mensuplai kapasitor (charge) dan beban. Jadi, pada saat switch on, arus beban
disuplai oleh kapasitor, namun pada saat switch off disuplai oleh induktor.
Besar dan kecilnya nilai tegangan output diatur berdasarkan duty cycle (D)
PWM pada switch. Bila D > 0,5 maka output akan lebih besar dari input. Sedangkan
bila D < 0,5 maka output akan lebih kecil dari input dan Vin = Vout saat D = 0,5.
10
3.3 Produk di Pasar
Komponen DC-DC converter merupakan komponen yang umum ditemukan
di pasar. Tabel berikut merupakan daftar beberapa DC-DC converter yang dijual
melalui e-commerce.
Nama/Merek
No Gambar Produk Spesifikasi Produk
Produk
11
3.4 Design Requirements & Objectives
Komponen DC-DC converter memiliki tujuan mengubah tegangan baterai
mobil listrik menjadi tegangan yang dibutuhkan komponen lainnya dalam mobil
listrik. Oleh karena itu, komponen ini harus memiliki kemampuan mengalirkan
listrik, tegangan input sesuai dengan tegangan baterai, tegangan output sesuai
tegangan komponen lain, dan efisiensi konversi yang tinggi.
Design requirement & objective untuk komponen DC-DC converter terbagi
dalam kategori must dan wish. Daftar design requirements & objectives terdapat pada
Tabel 2.
MUST WISH
12
3.5 Penentuan dan Pengujian Spesifikasi
Pengujian input voltage dilakukan dengan bantuan programmable power
supply sebagai input dan beban (load) sebagai output. DC-DC converter dinyalakan
agar beban beroperasi. Tegangan dari power supply kemudian diubah-ubah hingga
output pada beban mulai menurun. Nilai tegangan tersebut merupakan input voltage
minimum. Sementara itu, nilai tegangan di mana beban masih dapat beroperasi
sesuai spesifikasi menjadi range nilai input voltage DC-DC converter. Selain input
voltage, pengujian juga dilakukan terhadap output voltage. Pengujian ini bertujuan
menguji reliabilitas output converter ketika nilai input voltage berubah-ubah dari
minimum hingga maksimum. Pengujian dapat menggunakan set yang sama dengan
pengujian input voltage. Beban pada output diatur sehingga arus yang melewati
beban maksimum. Seiring input voltage yang berubah-ubah, dilakukan pengukuran
output voltage dan perhitungan besar penyimpangan nilai tegangan dari rentang nilai
sesuai spesifikasi. Uji ini juga dapat melibatkan osiloskop untuk memeriksa
kestabilan output voltage.
Pengujian suhu operasi komponen DC-DC converter dilakukan dengan
sistem yang sama dengan pengujian tegangan, tetapi ditambahkan thermal chamber
untuk mengatur suhu lingkungan. Converter dinyalakan pada daya, tegangan, dan
arus maksimum sedangkan output dijaga pada rentang sesuai spesifikasi. Suhu dapat
diukur dengan thermocouple atau thermal probe. Selama pengujian, suhu dari
thermal chamber dapat diubah-ubah dan suhu di sekitar komponen diukur.
Pengukuran ini berlangsung hingga overtemperature protection (OTP) internal
mendeteksi overheating dan menghentikan kerja converter.
Pengujian efisiensi dilakukan dengan membandingkan input dan output pada
kondisi yang berbeda-beda. Output voltage diatur sedemikian rupa sehingga
mencapai rating maksimum, sedangkan input voltage yang digunakan adalah input
nominal. Efisiensi dihitung dengan membandingkan daya pada output dan daya pada
input.
Aspek lain yang penting untuk diidentifikasi adalah besarnya interferensi
elektromagnetik yang ditimbulkan akibat operasional komponen. Studi literatur
menunjukkan pentingnya DC-DC converter memiliki interferensi elektromagnetik
yang rendah sehingga electromagnetic compatibility (EMC) lebih tinggi. Metode
untuk mengukur interferensi elektromagnetik adalah dengan menggunakan Line
Impedance Stabilization Network (LISN) pada rangkaian yang terdiri dari sumber
tegangan, DC-DC converter, dan beban. Output LISN disambungkan dengan
spectrum analyzer untuk mengukur spektrum interferensi yang dihasilkan, kemudian
spektrum terukur dibandingkan dengan standar yang sudah ada.
13
BAB IV
ANALISIS
4.1.2 Efisiensi
Efisiensi menyatakan perbandingan output yang dihasilkan DC-DC converter
terhadap input yang diberikan. Efisiensi merupakan aspek penting dalam komponen
berjenis converter. Efisiensi yang tinggi menandakan lebih sedikitnya energi yang
terbuang dalam bentuk energi lain seperti panas. Power saving melalui efisiensi
tinggi berdampak pada cost saving. Jika efisiensi rendah, pengguna mobil listrik
perlu melakukan lebih banyak pengisian ulang energi listrik, yang artinya juga biaya
lebih besar yang harus dikeluarkan. Idealnya, efisiensi konversi adalah 100%.
Kondisi ini sangat sulit, bahkan hampir tidak mungkin, untuk dicapai karena setiap
komponen dalam rangkaian listrik memiliki resistivitas.
14
4.1.4 Isolated DC-DC Converter
Sebagian besar DC-DC converter yang ada di pasar merupakan isolated DC-
DC converter. Isolasi berfungsi sebagai pemisah (barrier) input dengan output.
Pemisah tersebut umumnya berwujud transformer. Pemisah dapat juga berbentuk
clearance antara input dan output maupun pemisah solid. DC-DC converter dengan
isolasi lebih tepat digunakan ketika ada perbedaan yang signifikan antara tegangan
input dengan output. DC-DC converter yang terdapat pada mobil listrik memiliki
tegangan input yang lebih besar dibandingkan tegangan output, sehingga jenis
berisolasi cocok digunakan. Selain itu, keberadaan isolasi bertujuan menjaga operasi
komponen tetap aman, mengingat komponen ini cukup vital pada sebuah mobil
listrik. Trade-off dari adanya isolasi adalah ukuran komponen yang lebih besar serta
efisiensi yang lebih rendah.
15
Standar VDE 0871 mensyaratkan interferensi elektromagnetik ada pada rentang 30
MHz hingga 470 MHz.
16
Gambar 6 Contoh DC-DC converter double-stage double-output
17
4.3 Rancangan Perbaikan
Rancangan perbaikan DC-DC converter ini diperoleh dari artikel jurnal yang
berjudul Desain Converter DC-DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor
Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik karya Bagus Prahoro
Tristantio, Mochamad Ashari, dan Soedibjo dari Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Pada rancangan perbaikan ini, digunakan rangkaian VIENNA sebagai
rangkaian penyearah dan berfungsi sebagai koreksi faktor daya untuk menjamin
faktor daya dari sistem = 1. Jika faktor dayanya rendah, maka akan meningkatkan
electric stress di jaringan dan menurunkan efisiensi. Rangkaian perbaikan faktor
daya terdiri dari sebuah penyearah 3 fasa dengan filter pada sisi jaringan. Perbaikan
faktor daya memerhatikan aspek murah, memiliki efisiensi tinggi, mudah dikontrol,
kehandalan, dan faktor daya tinggi. Rangkaian perbaikan faktor daya dengan
penyearah tipe VIENNA menghasilkan output tegangan DC sebesar 500 V. power
faktor sisi input dengan lebar pita histeresis minimum sebesar 0.9995 dengan THD
sebesar 6,7%. Perbaikan faktor daya juga bekerja dengan baik dengan perubahan
beban yang diberikan. Sementara itu, mode konduksi dari switch bidirectional
menggunakan hysteresis current control untuk membuat faktor daya sisi input
menjadi lebih baik.
Pada rancangan ini, digunakan full bridge DC-DC dengan LLC resonan yang
memanfaatkan prinsip resonansi dari rangkaian resonansi seri dan paralel untuk
mewujudkan soft switching. Converter full bridge DC-DC menghasilkan efisiensi
yang lebih baik dengan penambahan LLC resonan dibandingkan tanpa menggunakan
soft switching. Efisiensi yang mampu dicapai sebesar 94% lebih besar 7%
dibandingkan tanpa menggunakan LLC resonan. DC-DC converter tipe full bridge
digunakan untuk mendapat tegangan pengisian yang sesuai, lebih mudah untuk
mencapai daya yang tinggi, menghasilkan isolasi elektrik dengan transformator
bidirectional-magnetisation, mengurangi tekanan akibat tegangan lebih, dan dapat
membagi dua arus puncak. Selain untuk mewujudkan isolasi elektrik, DC-DC
converter tipe full bridge dapat digunakan sebagai contactless charger dengan
efisiensi yang tinggi. Untuk mewujudkan charger listrik dengan efisiensi tinggi maka
akan diterapkan soft switching pada masing-masing MOSFET. Kontrol resonansi
LLC digunakan untuk menghilangkan kerugian yang diakibatkan penyalaan saklar
dan kerugian akibat reverse recovery dari diode melalui zero-voltage switching on
(ZVS).
18
4.3.1 Diagram Blok Sistem
19
Untuk mendapatkan faktor daya yang baik pada sisi input maka dibutuhkan
arus referensi sebagai arus acuan yang memaksa arus input bergerak mengikuti arus
referensi. Arus referensi merupakan arus sinus rms pada sisi input AC. Untuk
menghitung nilai arus input referensi digunakan pendekatan dengan menganggap
daya input dari penyearah sama dengan daya output penyearah.
Hysteresis current control didapatkan dengan mengurangi arus referensi
dengan arus fasa input dari penyearah. Gelombang arus input akan dikontrol
sehingga mengikuti gelombang arus referensi tersebut. Untuk mewujudkan hal
tersebut dibutuhkan sebuah blok pengurangan.
DC-DC converter dengan resonansi LLC terdiri dari 3 bagian utama yaitu, H-
bridge driver, resonansi LLC, dan penyearah gelombang penuh. Resonansi LLC
seperti terlihat pada gambar terdiri dari kapasitor resonan yang (Cr) diserikan dengan
inductor resonan (Lr) dan sebuah induktor yang diparalelkan dengan beban (Lm).
Ketika frekuensi operasi lebih besar dari frekuensi dari penguatan tegangan pada
rangkaian resonansi LLC dengan beban yang berbeda, maka MOSFET akan
mendapatkan zero voltage switching pada saat konduksi. Dikarenakan adanya
kebutuhan hold-up time pada DC-DC converter dimana kapasitor pada sisi DC
mensuplai energi ke beban melalui konverter selama 20 ms pada saat sumber seolah-
olah hilang. Maka dibutuhkan VDC minimum selama hold-up time.
4.3.4 Efisiensi
Analisis efisiensi dilakukan dengan membandingkan rugi-rugi pensaklaran
dengan dan tanpa soft switching. Analisis dilakukan dengan mengubah frekuensi
20
switching sehingga daya output berubah. Untuk penggunaan dengan daya rendah
atau untuk menghasilkan output yang rendah, LLC DC-DC converter harus
dioperasikan pada frekuensi yang tinggi. Hal ini akan mengakibatkan rugi-rugi akibat
switching akan meningkat begitu juga rugi-rugi inti pada transformer. Hal ini akan
mengakibatkan rugi-rugi secara total akan meningkat. Rugi-rugi yang bertambah
akan menurunkan efisiensi dari sistem. Untuk membandingkan data hasil simulasi
dengan menggunakan soft switching dan tanpa menggunakan soft switching dapat
dilihat dari grafik perbandingan efisiensi di bawah ini.
21
Selanjutnya induktor dan kapasitor akan bekerja sama memperbaiki keluaran
gelombang dari arus induksi ke arus searah.
Part lain yang penting dalam pembuatan DC-DC converter adalah dioda.
Dioda berfungsi sebagai proteksi untuk mencegah terjadinya kegagalan sistem dan
arus bolak balik. Oleh karena itu, analisis estimasi biaya hanya akan dilakukan pada
keempat komponen ini.
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian mengenai DC-DC converter dan merancang
perbaikan, penulis mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Design requirements & objectives untuk DC-DC converter terlampir pada
sub bab 3.4 Design Requirements & Objectives.
2. Perhitungan mengenai design requirements and objectives dari DC-DC
converter terdapat pada sub bab 4.1 Analisis Komponen Penyusun dan
Spesifikasi DC-DC Converter.
3. Spesifikasi DC-DC converter yang ada di pasaran terdapat pada sub bab 3.3
Produk di Pasar.
4. Rancangan perbaikan DC-DC converter berupa zero voltage switching
terdapat pada sub bab 4.3 Rancangan Perbaikan.
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan eksperimen secara
langsung demi membuktikan efisiensi rangkaian yang dibuat. Riset lebih lanjut juga
diperlukan untuk memeriksa kesesuaian DC-DC converter yang dirancang dengan
mobil listrik yang akan dipasangkan. Saran lainnya adalah peneliti sebaiknya
mencari tahu lebih lanjut mengenai spesifikasi detail DC-DC converter yang beredar
di pasaran.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (n.d.). Types of Electric Vehicles: BEV, PHEV, and HEV. Retrieved from
EVgo: https://www.evgo.com/why-evs/types-of-electric-vehicles/
Bhaskar, M. S., Padmanaban, S., & Holm-Nielsen, J. (2019). Double Stage Double
Output DC–DC Converters forHigh Voltage Loads in Fuel Cell Vehicles.
Energies.
Chakraborty, S., & et.al. (2019). DC-DC Converter Topologies for Electric
Vehicles,Plug-in Hybrid Electric Vehicles and Fast Charging Stations: State
of the Art and Future Trends. Energies.
Chiu, H. L. (2006). A Bidirectional DC–DC Converter for Fuel Cell Electric Vehicle
Driving System. IEEE Transactions on Power Electronics, 950-958.
Lai, J. N. (2007). Energy Management Power Converters in Hybrid Electric and Fuel
Cell Vehicles. Proceedings of the IEEE, 766-777.
Mierlo, J. V. (2018). The World Electric Vehicle Journal, The Open Access. World
Electric Vehicle Journal, 1-5.
24
Rashid, M. H. (2001). Power Electronic Handbook. Florida: University of West
Florida Academic Press.
Sakka, M., Mierlo, J. V., & Gualous, H. (2011). DC-DC Converters for Electric
Vehicles. Electric Vehicles - Modelling and Simulations, 309-332.
Tristantio, B. P., Ashari, M., & Soedibjo. (2014). Desain Konverter DC-DC Zero
Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai
untuk Kendaraan Listrik. Undergraduate Thesis of Electrical Engineering.
25