Anggota Kelompok
Nama NIM
I Putu Aditya Kevin Sangasta 1615333002
I Putu Andika Suputra 1615333004
I Made Dwi Dharmayasa 1615333006
I Made Dwi Indrayana 1615333008
I Gusti Putu Widnyana Putra 1615333010
ii
DAFTAR ISI
iii
Karakteristik DIAC
A. Tujuan
1. Mengetahui tegangan saat ON (VB) dari DIAC
2. Mengetahui karakteristik output DIAC
3. Menggambar karakteristik DIAC
4. Menjelaskan kegunaan DIAC
B. Dasar Teori
Diac merupakan komponen yang paling sederhana dari keluarga
thyristor, semi konduktor yang terdiri dari tiga lapisan seperti pada
transistor pnp. DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti
transistor. Lapisan N pada transistor dibuat sangat tipis sehingga
elektron dengan mudah dapat menyeberang menembus lapisan ini.
Sedangkan pada DIAC, lapisan N di buat cukup tebal sehingga elektron
cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC yang demikian dapat
juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP, sehingga dalam
beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai dioda.
1
bolak-balik dari anoda menuju katoda dan sebaliknya. Kurva
karakteristik DIAC sama seperti TRIAC, tetapi yang hanya perlu
diketahui adalah berapa tegangan breakdown-nya. DIAC umumnya
dipakai sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu
yang relatif tinggi.
Rangkaian ekuivalen dari diac adalah dua buah diode empat lapis
yang dipasang secara paralel seperti terlihat pada Gambar 4.5(a).
Dilihat secara ideal ini sama dengan sistem saklar penahan dalam
Gambar 4.5(b). Diac tidak akan menghantar sampai tegangan yang
melaluinya melebihi tegangan breakover dalam salah satu arahnya.
Lambang dari Diac terlihat pada Gambar 4.5(d).
2
Apabila tegangan v mempunyai polaritas, maka dioda yang
berada di sebelah kiri akan menghantar bila harga v mulai melampaui
tegangan breakover Diac. Dalam hal ini saklar penahan kiri tertutup.
saat v memiliki polaritas yang berlawanan, maka saklar-penahan kanan
yang akan menutup bila v mulai melampaui tegangan breakover. Saat
penghantaran arus pada Diac sudah mulai berlangsung, satu-satunya
cara untuk membukanya kembali adalah dengan cara pemutusan arus
rendah. Ini berarti mengurangi arus sampai di bawah batas arus-
penahan dari piranti yang bersangkutan.
3
D. Gambar Rangkaian
4
E. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan praktikum sesuai dengan tabel 1
2. Mengecek semua koneksi antar kabel dengan alat multimeter.
3. Merangkai komponen sesuai dengan Gambar 4
4. Mengecek rangkaian sebelum sumber tegangan AC dinyalakan.
5. MengON-kan rangkaian. menaikkan secara perlahan Vs sampai
DIAC ON, dan mencatat hasil pengukuran dalam tabel 2
6. Gambarkan bentuk gelombang setiap perubahan tegangan
7. Jika sudah, merangkai komponen untuk percobaan DIAC sebagai
penyulut sesuai dengan gambar 5
8. MengON-kan rangkaian. menaikkan secara perlahan Vs sampai
DIAC ON, dan mencatat hasil pengukuran dalam tabel 3
9. Gambarkan bentuk gelombang setiap perubahan tegangan
10. Mematikan sumber tegangan AC bila telah selesai.
5
breakovernya. Apabila DIAC diberikan tegangan, Anode 1 akan
menghantarkan arus listrik jika tegangan positif yang diberikan melebihi
tegangan breakover DIAC. Sebaliknya, apabila DIAC diberikan siklus
negatif yang melebih tegangan breakover DIAC dari arah yang
berlawanan, maka Anode 2 akan menghantarkan arus listrik. Untuk
mengetahui karateristik dari DIAC yang hanya perlu diketahui adalah
berapa tegangan breakdownnya. Hanya dengan tegangan breakdown
tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan arus. Arus yang
dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari anoda menuju katoda dan
sebaliknya. Seperti terlihat pada gambar tersebut tegangan
breakdownnya berkisar antara 20 V sampai 40 V.
2. Hasil secara Simulasi
6
Gambar 8. Hasil Simulasi Karakteristik DIAC pada tegangan 30 Volt
7
Gambar 11. Hasil Simulasi Penyulutan DIAC Pada Tegangan 30 Volt.
3. Hasil Praktikum
8
Gambar 12. Gelombang DIAC saat Off
9
No Vs VA1 VA2
1 2,54 2,53 175 mV
2 4,42 4,41 170 mV
3 6,08 6,07 171 mV
4 8,08 8,07 165 mV
5 10,5 10,5 166 mV
6 12,1 12,1 168 mV
7 14,4 14,4 166 mV
8 16,4 16,4 163 mV
9 18,2 18,2 159 mV
10 20 20 158 mV
11 23,5 23,5 582 mV
12 24,4 23,5 844 mV
13 26,4 22,2 1,43 V
14 28,4 22,3 1,84 V
15 29,8 22,5 2,15 V
10
Gambar 16. DIAC Sebagai Penyulut saat ON
11
Percobaan selanjutnya adalah pengamatan DIAC sebagai
penyulut. Melalui percobaan DIAC sebagai penyulut diperoleh data
seperti pada tabel 3. Dengan menambahkan kapasitor yang diparalel
sebagai penyulut DIAC guna mengurangi tingkat bouncing dengan
memanfaatkan pelepasan muatan yang terjadi secara mendadak. Pada
hasil simulasi dapat dilihat DIAC mulai bekerja pada saat diberikan
tegangan sebesar 21 Volt. Selanjutnya dilihat pada tabel hasil
pengukuran yaitu pada tabel 3. DIAC mulai bekerja atau terjadinya
peningkatan arus pada saat diberikan tegangan sebesar 23,5 V dan
terlihat pada gelombang terjadi kehilangan beda potensial. Hal ini
diakibatkan oleh penyulutan.
Dapat sedikit perbedaan antara hasil teori, hasil simulasi dan
hasil praktikum. Hal ini disebabkan perbedaan dari jenis DIAC yang
digunakan sehingga tegangan breakover nya juga berbeda. Perbedaan
selanjutnya didapatkan karena alat ukur yang tidak presisi sehingga
hasil pengukuran dapat berubah-ubah namun hasil dari perbedaannya
tidak terlampau terlalu signifikan.
b. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang diperoleh tentang
mengamati karakteristik DIAC sehingga dapat disimpulkan bahwa DIAC
dapat menghantarkan harus ketika telah melebihi tegangan
breakdownnya dan dapat menghantarkan arus secara bolak-balik. DIAC
digunakan sebagai penyulut dengan menambahkan kapasitor guna
untuk mengurangi tingkat bouncing dengan memanfaatkan pelepasan
muatan yang terjadi secara mendadak.
12
G. Pertanyaan
Jawaban:
2.
13
melebihi tegangan breakover DIAC. Sebaliknya, apabila DIAC
diberikan siklus negatif yang melebih tegangan breakover DIAC dari
arah yang berlawanan, maka Anode 2 akan menghantarkan arus
listrik. Untuk mengetahui karateristik dari DIAC yang hanya perlu
diketahui adalah berapa tegangan breakdownnya. Hanya dengan
tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan
arus. Arus yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari anoda
menuju katoda dan sebaliknya. Seperti terlihat pada gambar tersebut
tegangan breakdownnya berkisar antara 20 V sampai 40 V.
14
Karakteristik SCR (Silicon Controlled Rectifier)
A. Tujuan
1. Mengetahui tegangan saat ON (VBF) dari SCR
2. Mengetahui karakteristik output SCR
3. Menggambar karakteristik SCR
4. Menjelaskan kegunaan SCR
B. Dasar Teori
15
Gambar 17. Struktur dan Simbol SCR
16
lebih kecil. Pada gambar ditunjukkan beberapa arus Ig dan korelasinya
terhadap tegangan breakover. Pada datasheet SCR, arus trigger gate
ini sering ditulis dengan notasi IGT (gate trigger current). Pada gambar
ada ditunjukkan juga arus Ih yaitu arus holding yang mempertahankan
SCR tetap ON. Jadi agar SCR tetap ON maka arus forward dari anoda
menuju katoda harus berada di atas parameter ini.
D. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan praktikum sesuai dengan tabel 4
2. Mengecek semua koneksi antar kabel dengan alat multimeter.
3. Merangkai komponen sesuai dengan Gambar 19
4. Mengecek rangkaian sebelum sumber tegangan AC dinyalakan.
5. MengON-kan rangkaian. menaikkan secara perlahan Vs sampai
SCR ON, dan mencatat hasil pengukuran dalam tabel 5
6. Menggambarkan bentuk gelombang setiap perubahan tegangan
7. Mematikan sumber tegangan AC bila telah selesai.
17
E. Gambar Rangkaian
18
yang mempertahankan SCR tetap ON. Jadi agar SCR tetap ON maka
arus forward dari anoda menuju katoda harus berada di atas parameter
ini. sekali SCR mencapai keadaan ON maka selamanya akan ON,
walaupun tegangan gate dilepas atau di short ke katoda. Satu-satunya
cara untuk membuat SCR menjadi OFF adalah dengan membuat arus
anoda-katoda turun dibawah arus Ih (holding current).
Gambar 21. Grafik Hasil Simulasi Karakteristik SCR pada tegangan 5 Volt
19
Gambar 22. Grafik Hasil Simulasi Karakteristik SCR pada tegangan 15
Volt
3. Hasil Praktikum
Tabel 5. Tabel Pengamatan Karakteristik SCR
No Vs VC1 VA VK VAK
1 4,18 V 4,18 V 4.03 V 0,07 V 4V
20
2 10,8 V 10,8 V 10,52 V 0,06 V 10,5 V
3 15,7 V 15,7 V 15,27 V 0,05 V 15,26 V
4 24,8 V 24,8 V 21,4 V 4,2 V 19 V
5 29,8 V 29,8 V 23,5 V 7,48 V 18,6 V
21
Gambar 27. Kurva Karakteristik SCR
22
Dapat dilihat juga pada kurva karakteristik X-Y arus akan
mengalir jika (IT) lebih tinggi daripada (IH) dan SCR hanya dapat
mengaliri arus satu arah saja. Dapat sedikit perbedaan antara hasil teori,
hasil simulasi dan hasil praktikum. Hal ini disebabkan perbedaan dari
jenis SCR yang digunakan sehingga tegangan breakover nya juga
berbeda. Perbedaan selanjutnya didapatkan karena alat ukur yang tidak
presisi sehingga hasil pengukuran dapat berubah-ubah namun hasil dari
perbedaannya tidak terlampau terlalu signifikan.
b. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang diperoleh tentang
mengamati karakteristik SCR sehingga dapat disimpulkan bahwa SCR
dapat menghantarkan arus ketika arus trigger (IT) lebih besar dari arus
penghalang (IH) dan hanya dapat menghantarkan arus satu arah saja
yaitu anoda menuju ke katoda dan proses penyearahan akan berhenti
saat siklus negatif terjadi. SCR akan off dengan mengurangi arus trigger
(IT) hingga dibawah arus penahan (IH).
G. Pertanyaan
Jawaban :
1. Berdasarkan hasil praktikum karakteristik SCR, didapatkan nilai VBF
atau tegangan pada saat SCR ON yaitu pada tegangan Vs = 23V,
karena pada saat SCR ON nilai VG mengalami perubahan drastis
dari mV ke V, sehingga pada tegangan Vs = 23V dikatakan SCR
sudah ON
23
2.
24
Karakteristik TRIAC
A. Tujuan
1. Mengetahui tegangan saat ON (VBF) dari TRIAC
2. Mengetahui karakteristik output TRIAC
3. Menggambar karakteristik TRIAC
4. Menjelaskan kegunaan TRIAC
B. Dasar Teori
TRIAC adalah perangkat semikonduktor berterminal tiga yang
berfungsi sebagai pengendali arus listrik. Nama TRIAC ini merupakan
singkatan dari TRIode for Alternating Current (Trioda untuk arus bolak
balik). Sama seperti SCR, TRIAC juga tergolong sebagai Thyristor yang
berfungsi sebagai pengendali atau Switching. Namun, berbeda dengan
SCR yang hanya dapat dilewati arus listrik dari satu arah (unidirectional),
TRIAC memiliki kemampuan yang dapat mengalirkan arus listrik ke
kedua arah (bidirectional) ketika dipicu. Terminal Gate TRIAC hanya
memerlukan arus yang relatif rendah untuk dapat mengendalikan aliran
arus listrik AC yang tinggi dari dua arah terminalnya. TRIAC sering juga
disebut dengan Bidirectional Triode Thyristor.Pada dasarnya, sebuah
TRIAC sama dengan dua buah SCR yang disusun dan disambungkan
secara antiparalel (paralel yang berlawanan arah) dengan Terminal
Gerbang atau Gate-nya dihubungkan bersama menjadi satu. Jika dilihat
dari strukturnya, TRIAC merupakan komponen elektronika yang terdiri
dari 4 lapis semikonduktor dan 3 Terminal, Ketiga Terminal tersebut
diantaranya adalah MT1, MT2 dan Gate. MT adalah singkatan dari Main
Terminal. Simbol TRIAC ditunjukkan pada gambar 15 ini TRIAC biasa
juga disebut thyristor bi-directional.
25
Gambar 28. Dioda dibias Maju
TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif
dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu
juga sebaliknya. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan)
TRIAC adalah dengan mengurangi arus IT di bawah arus IH. Perbedaan
antara SCR dan TRIAC dapat dilihat juga pada Rangkaiannya yaitu
pada rangkaian TRIAC tidak terdapat dioda hal ini disebabkan karena
TRIAC dapat bekerja atau dipicu dengan tegangan positif dan negatif.
26
terminal MT1 dan MT2, namun cara ini tidak diizinkan karena dapat
menyebabkan triac akan rusak. Pada saat triac tersambung (on) maka
tegangan jatuh maju antara terminal MT1 dan MT2 sangatlah kecil yaitu
berkisar antara 0.5 volt sampai dengan 2 volt.
D. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan praktikum sesuai dengan tabel 3.1.
2. Mengecek semua koneksi antar kabel dengan alat multimeter.
3. Merangkai komponen sesuai dengan Gambar 4.1.
4. Mengecek rangkaian sebelum sumber tegangan AC dinyalakan.
5. mengON-kan rangkaian. menaikkan secara perlahan Vs sampai
TRIAC ON, dan mencatat hasil pengukuran dalam tabel 6.1.
6. Gambarkan bentuk gelombang setiap perubahan tegangan
7. Mematikan sumber tegangan AC bila telah selesai.
27
E. Gambar Rangkaian
28
TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif
dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu
juga sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja
selama arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus
penahan (IH) walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk
membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus IT di
bawah arus IH. Perbedaan antara SCR dan TRIAC dapat dilihat juga
pada Rangkaiannya yaitu pada rangkaian TRIAC tidak terdapat dioda
hal ini disebabkan karena TRIAC dapat bekerja atau dipicu dengan
tegangan positif dan negatif. Untuk pemicuan TRIAC dengan tegangan
positif, polaritas anoda harus lebih positif dibandingkan katodanya
sedangkan untuk pemicuan dengan tegangan negative maka polaritas
katodanya harus lebih positif dibandingkan anodanya.
2. Hasil Simulasi
29
Gambar 33. Grafik Hasil Simulasi Karakteristik SCR pada tegangan
22 Volt
30
Gambar 35. Hasil Simulasi Kurva Karakteristik TRIAC
3. Hasil Praktikum
Tabel 7. Tabel Pengamatan Karakteristik TRIAC
No Vs VC1 VA VK VAK
1 6,8 6,8 6,59 0,08 6,52
2 11,1 11,1 10,73 0,06 10,52
3 15,4 15,4 15,16 0,05 15,15
4 24,9 24,6 24,2 0,95 23,6
5 30 28,6 25,4 7,01 19,2
31
Gambar 36. Gelombang TRIAC saat OFF
32
Pada hasil simulasi dapat dilihat TRIAC mulai bekerja pada saat
diberikan tegangan sebesar 22 Volt. Selanjutnya dilihat pada tabel hasil
pengukuran yaitu pada tabel 7. SCR mulai bekerja atau terjadinya
peningkatan arus pada saat diberikan tegangan sebesar 24,9 V dan
terlihat muncul gelombang pada channel 2 ini dikarenakan pada
tegangan tersebut adalah tegangan breakover dari TRIAC sehingga
TRIAC dapat mengaliri arus secara signifikan. Dibawah tegangan
breakover tersebut TRIAC tidak dapat mengaliri arus atau tidak dapat
bekerja. TRIAC hampir sama dengan SCR hanya saja TRIAC dapat
mengaliri arus secara bolak balik.
Dapat dilihat juga pada kurva karakteristik X-Y arus akan
mengalir jika (IT) lebih tinggi daripada (IH) dan TRIAC hanya dapat
mengaliri arus satu arah saja. Dapat sedikit perbedaan antara hasil teori,
hasil simulasi dan hasil praktikum. Hal ini disebabkan perbedaan dari
jenis TRIAC yang digunakan sehingga tegangan breakover nya juga
berbeda. Perbedaan selanjutnya didapatkan karena alat ukur yang tidak
presisi sehingga hasil pengukuran dapat berubah-ubah namun hasil dari
perbedaannya tidak terlampau terlalu signifikan.
b. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang diperoleh tentang
mengamati karakteristik TRIAC sehingga dapat disimpulkan bahwa
TRIAC hampir sama seperti SCR dapat menghantarkan arus ketika arus
trigger (IT) lebih besar dari arus penghalang (IH) hanya saja TRIAC
dapat menghantarkan arus secara bolak-balik. TRIAC akan off dengan
mengurangi arus trigger (IT) hingga dibawah arus penahan (IH). Pada
gelombang tegangan outputnya terlihat kehilangan beda potensial yang
disebabkan oleh penyulutan.
33
G. Pertanyaan
Jawaban :
1. Berdasarkan hasil praktikum karakteristik TRIAC, didapatkan nilai
VBF atau tegangan pada saat TRIAC ON yaitu pada tegangan Vs =
24.9V, karena pada saat TRIAC ON nilai VG mengalami perubahan
drastis dari mV ke V, sehingga pada tegangan Vs = 24.9V dikatakan
TRIAC sudah ON
2.
34
tersambung (on) maka tegangan jatuh maju antara terminal MT1 dan
MT2 sangatlah kecil yaitu berkisar antara 0.5 volt sampai dengan 2
volt
35
Single Phase Half Wave Controlled
A. Tujuan
1. Menentukan tegangan dan arus di setiap sudut
2. Mengetahui karakteristik konverter setengah-gelombang satu fasa
3. Membandingkan hasil praktikum, hasil teori dan hasil simulasi
B. Dasar Teori
Penyearah terkendali (controlled rectifier) atau sering juga
disebut dengan konverter merupakan rangkaian elektronika daya yang
berfungsi untuk mengubah tegangan sumber masukan arus bolak-balik
dalam bentuk sinusoida menjadi tegangan luaran dalam bentuk
tegangan searah yang dapat diatur / dikendalikan. Komponen
semikonduktor daya yang digunakan umumnya berupa SCR yang
beroperasi sebagai sakelar, pengubah, dan pengatur. Konverter satu
fasa merupakan rangkaian penyearah daya dengan sumber masukan
tegangan bolak-balik satu fasa, rangkaian konverter dapat dilakukan
dalam bentuk penyearahan terkendali setengah gelombang (halfwave),
penyearah gelombang-penuh (fullwave), dan semikonverter.
Pembebanan pada rangkaian penyearah terkendali juga dipasang
beban resistif, induktif atau beban resistif-induktif.
Penyearah satu fasa terkendali umumnya menggunakan SCR
sebagai saklar dayanya. Tegangan pada penyearah terkendali dapat
bervariasi tergantung pada sudut penyalaan dari SCR. SCR dinyalakan
dengan memberikan pulsa pada gerbangnya dan dimatikan melalui
komutasi natural atau komutasi line. Gambar 1 menunjukkan skema
penyearah satu fasa setengah gelombang terkendali
36
Gambar 39. Penyearah Setengah Gelombang Terkendali Satu Phasa
Dengan Beban R
37
D. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan praktikum sesuai dengan tabel 8
2. Mengecek semua koneksi antar kabel dengan alat multimeter.
3. Merakit alat dan bahan sesuai dengan gambar rangkain diatas
4. Menghidupkan ossiloscope dan kalibrasi, kemudian
menghubungkan dengan rangkaian percobaan 40
5. mengamati gambar yang ada dilayar ossiloscope, tegangan sumber,
tegangan beban(output) dan tegangan gate.
6. mengatur sudut penyalaan trigger pada 0° dengan mengatur R
potensio
7. Kemudian mengatur sudut penyalaan untuk =
30°,60°,90°,120°,150°,180°.
8. Mengamati dan mencatat nilai tegangan dan arus pada tampilan
ossciloscope pada tabel hasil pengukuran 10
9. Setelah selesai semua kmudian melepaskan rangkaian dengan
sumber tegangan dan mengumpulkan alat-alat serta
mengembalikan pada tempatnya.
38
E. Gambar Rangakaian
39
Vdc. Selanjutnya, saat setengah periode kedua (polaritas -), T1
menjadi OFF pada titik karena komutasi alami, sehingga tegangan
2. Hasil Simulasi
Tabel 9. Tampilan Hasil Simulasi Tegangan dan Arus Setiap Sudut
BEBAN R
Sudut
Gambar Gelombang
(derajat)
0
30
40
60
90
41
120
150
42
180
3. Hasil Praktikum
Tabel 10. Hasil Pengamatan Percobaan penyearah setengan
gelombang terkendali dengan beban R
43
30 25,9 0,66
60 22,2 0,5
90 15,4 0,3
120 7 0,16
44
150 1,2 0,06
45
setengah gelombang positif SCR dalam keadaan forward sehingga
setengah gelombang positif akan terbaca sebesar UdAV, namun karena
α= 90o maka hanya terbaca ¼ dari gelombang tersebut. Gelombang
UdAV merupakan gelombang tegangan sumber (V s). selanjutnya Saat
setengah gelombang negative SCR dalam keadaan reverse sehingga
setengah gelombang negative tidak akan terbaca atau bernilai nol
karena tegangan dalam keadaan block. Gelombang ini merupakan
gelombang tegangan pada beban (VR). Dilihat dari tabel . semakin besar
α maka nilai tegangan UdAV akan semakin kecil dikarenakan arus mulai
mengalir dari sumber ke beban ketika pada sudut α tersebut.
Dilihat dari hasil teori, hasil simulasi dan hasil praktikum sudah
sama sehingga percobaan dari praktikum ini sudah dianggap benar.
b. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang diperoleh tentang
percobaan setengah gelombang terkendali satu phasa menggunakan
beban R dapat disimpulkan bahwa semakin besar sudut α makan nilai
tegangan UdAV akan semakin kecil dikarenakan arus mulai mengalir
dari sumber ke beban ketika pada sudut α tersebut. Dengan
menggunakan beban R maka arus dan tegangan akan sefasa.
46
Single Phase Half Wave Controlled
A. Tujuan
1. Menentukan tegangan dan arus di setiap sudut
2. Mengetahui karakteristik konverter setengah-gelombang satu fasa
3. Membandingkan hasil praktikum, hasil teori dan hasil simulasi.
B. Dasar Teori
Penyearah terkendali (controlled rectifier) atau sering juga
disebut dengan konverter merupakan rangkaian elektronika daya yang
berfungsi untuk mengubah tegangan sumber masukan arus bolak-balik
dalam bentuk sinusoida menjadi tegangan luaran dalam bentuk
tegangan searah yang dapat diatur/ dikendalikan. Komponen
semikonduktor daya yang digunakan umumnya berupa SCR yang
beroperasi sebagai sakelar, pengubah, dan pengatur. Konverter satu
fasa merupakan rangkaian penyearah daya dengan sumber masukan
tegangan bolak-balik satu fasa, rangkaian konverter dapat dilakukan
dalam bentuk penyearahan terkendali setengah gelombang (halfwave),
penyearah gelombang-penuh (fullwave), dan semikonverter.
Pembebanan pada rangkaian penyearah terkendali juga dipasang
beban resistif, induktif atau beban resistif-induktif.
47
Gambar 42. Hasil Gelombang Penyearah Setengah Gelombang
Terkendali Beban Induktif
48
Multimeter 1
Kabel secukupnya
D. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan praktikum sesuai dengan tabel 11
2. Mengecek semua koneksi antar kabel dengan alat multimeter.
3. Merakit alat dan bahan sesuai dengan gambar rangkain diatas
4. Menghidupkan ossiloscope dan kalibrasi, kemudian
menghubungkan dengan rangkain percobaan 43
5. mengamati gambar yang ada dilayar ossiloscope, tegangan sumber,
teganagan beban(output) dan tegangan gate.
6. mengatur sudut penyalaan trigger pada 0° dengan mengatur R
potensio
7. Kemudian mengatur sudut penyalaan untuk α=
30°,60°,90°,120°,150°,180°.
8. Mengamati dan mencatat nilai tegangan dan arus pada tampilan
ossciloscope pada tabel hasil pengukuran 13
9. Setelah selesai semua kmudian melepaskan rangkaian dengan
sumber tegangan dan mengumpulkan alat-alat serta
mengembalikan pada tempatnya.
49
E. Gambar Rangkaian
50
Pada setengah siklus positif, SCR T 1 dipicu sebesar α sampai
dengan β , hal ini disebabkan sifat induktor (L). Hal ini berarti sudut
konduksi SCR T1 sebesar (β – α). Selanjutnya, mulai titik β sampai
dengan (2π + α) SCR T1 menjadi off. Ketika sudut pemicuan sebesar 0°
< α ≤ 90° akan terjadi proses penyearahan (rectifing), sedangkan pada
sudut pemicuan 90° < α ≤ 180° akan terjadi proses pembalikan
(inverting).
51
30
60
52
90
120
53
150
180
54
3. Hasil Praktikum
Tabel 13. Hasil Pengamatan Percobaan penyearah setengan
gelombang terkendali dengan beban L
α UdAV IdAV α Gambar Gelombang
(°) α (V) (A)
0 89,5 1,9
30 36,8 1,7
60 29,6 1,3
55
90 18,6 0,52
56
180 0,19 0,03
57
pembalikan (inverting) sehingga pada beban muncul siklus tegangan
negatif.
b. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang diperoleh tentang
percobaan setengah gelombang terkendali satu phasa menggunakan
beban L dapat disimpulkan bahwa semakin besar sudut α makan nilai
tegangan UdAV akan semakin kecil dikarenakan arus mulai mengalir
dari sumber ke beban ketika pada sudut α tersebut. Dengan
menggunakan beban L maka terjadi proses pembalikan (inverting)
sehingga pada beban muncul siklus tegangan negatif
58
SINGLE PHASE HALF WAVE CONTROLLED
RECTIFIER WITH RL LOAD
A. Tujuan
1. Menentukan tegangan dan arus di setiap sudut
2. Mengetahui karakteristik konverter setengah-gelombang satu fasa
3. Membandingkan hasil praktikum, hasil teori dan hasil simulasi.
B. Dasar Teori
Penyearah terkendali (controlled rectifier) atau sering juga
disebut dengan konverter merupakan rangkaian elektronika daya yang
berfungsi untuk mengubah tegangan sumber masukan arus bolak-balik
dalam bentuk sinusoida menjadi tegangan luaran dalam bentuk
tegangan searah yang dapat diatur / dikendalikan. Komponen
semikonduktor daya yang digunakan umumnya berupa SCR yang
beroperasi sebagai sakelar, pengubah, dan pengatur. Konverter satu
fasa merupakan rangkaian penyearah daya dengan sumber masukan
tegangan bolak-balik satu fasa, rangkaian konverter dapat dilakukan
dalam bentuk penyearahan terkendali setengah gelombang (halfwave),
penyearah gelombang-penuh (fullwave), dan semikonverter.
Pembebanan pada rangkaian penyearah terkendali juga dipasang
beban resistif, induktif atau beban resistif-induktif.
59
Gambar 43. Penyearah Setengah Gelombang Terkendali Satu Fasa
Beban RL
60
SCR 1
Osiloskop 1
Multimeter 1
Kabel secukupnya
D. Gambar Rangkaian
E. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan praktikum sesuai dengan tabel 15
2. Mengecek semua koneksi antar kabel dengan alat multimeter.
3. Merakit alat dan bahan sesuai dengan gambar rangkain diatas
4. Menghidupkan ossiloscope dan kalibrasi, kemudian
menghubungkan dengan rangkain percobaan 45
5. mengamati gambar yang ada dilayar ossiloscope, tegangan sumber,
teganagan beban(output) dan tegangan gate.
61
6. mengatur sudut penyalaan trigger pada 0° dengan mengatur R
potensio
7. Kemudian mengatur sudut penyalaan untuk =
30°,60°,90°,120°,150°,180°.
8. Mengamati dan mencatat nilai tegangan dan arus pada tampilan
ossciloscope pada tabel hasil pengukuran 17.
9. Setelah selesai semua kmudian melepaskan rangkaian dengan
sumber tegangan dan mengumpulkan alat-alat serta
mengembalikan pada tempatnya.
62
dengan (2π + α) SCR T1 menjadi off. Ketika sudut pemicuan sebesar
0° < α ≤ 90° akan terjadi proses penyearahan (rectifing), sedangkan
pada sudut pemicuan 90° < α ≤ 180° akan terjadi proses pembalikan
(inverting).
2. Hasil Simulasi
Tabel 16. Tampilan Hasil Simulasi Tegangan dan Arus Setiap Sudut
BEBAN RL
Sudut
Gambar Gelombang
(derajat)
0
63
30
60
64
90
120
65
150
180
66
3. Hasil Praktikum
30 26,4 0,6
67
60 22,2 0,4
90 14,8 0,166
68
180 0,37 0,02
69
negatif namun lebih kecil dibandingkan dengan hanya menggunakan
beban L.
b. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang diperoleh tentang
percobaan setengah gelombang terkendali satu phasa menggunakan
beban L dapat disimpulkan bahwa semakin besar sudut α makan nilai
tegangan UdAV akan semakin kecil dikarenakan arus mulai mengalir
dari sumber ke beban ketika pada sudut α tersebut. Dengan
menggunakan beban L maka terjadi proses pembalikan (inverting)
sehingga pada beban muncul siklus tegangan negatif. Namun lebih kecil
dibandingkan hanya menggunakan beban L
70
SINGLE PHASE HALF WAVE CONTROLLED
RECTIFIER WITH RL LOAD AND FREE WHEELING
DIODE
A. Tujuan
1. Menentukan tegangan dan arus di setiap sudut
2. Mengetahui karakteristik konverter setengah-gelombang satu fasa
3. Membandingkan hasil praktikum, hasil teori dan hasil simulasi.
B. Dasar Teori
Penyearah terkendali (controlled rectifier) atau sering juga
disebut dengan konverter merupakan rangkaian elektronika daya yang
berfungsi untuk mengubah tegangan sumber masukan arus bolak-balik
dalam bentuk sinusoida menjadi tegangan luaran dalam bentuk
tegangan searah yang dapat diatur / dikendalikan. Komponen
semikonduktor daya yang digunakan umumnya berupa SCR yang
beroperasi sebagai sakelar, pengubah, dan pengatur. Konverter satu
fasa merupakan rangkaian penyearah daya dengan sumber masukan
tegangan bolak-balik satu fasa, rangkaian konverter dapat dilakukan
dalam bentuk penyearahan terkendali setengah gelombang (halfwave),
penyearah gelombang-penuh (fullwave), dan semikonverter.
Pembebanan pada rangkaian penyearah terkendali juga dipasang
beban resistif, induktif atau beban resistif-induktif.
71
Gambar 46. Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang Terkendali
Satu Phasa Beban RL dengan Freewheeling Dioda
72
D. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan praktikum sesuai dengan tabel 18
2. Mengecek semua koneksi antar kabel dengan alat multimeter.
3. Merakit alat dan bahan sesuai dengan gambar rangkain diatas
4. Menghidupkan ossiloscope dan kalibrasi, kemudian
menghubungkan dengan rangkain percobaan 47
5. mengamati gambar yang ada dilayar ossiloscope, tegangan sumber,
teganagan beban(output) dan tegangan gate.
6. mengatur sudut penyalaan trigger pada 0° dengan mengatur R
potensio
7. Kemudian mengatur sudut penyalaan untuk =
30°,60°,90°,120°,150°,180°.
8. Mengamati dan mencatat nilai tegangan dan arus pada tampilan
ossciloscope pada tabel hasil pengukuran 20
9. Setelah selesai semua kmudian melepaskan rangkaian dengan
sumber tegangan dan mengumpulkan alat-alat serta
mengembalikan pada tempatnya.
73
E. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil secara Teori
74
2. Hasil Simulasi
Tabel 19. Tampilan Hasil Simulasi Tegangan dan Arus Setiap Sudut
BEBAN RL FWD
Sudut
Gambar Gelombang
(derajat)
0
75
30
60
76
90
120
77
150
180
78
3. Hasil Praktikum
Tabel 20. Hasil Pengamatan Percobaan penyearah setengan
gelombang terkendali dengan beban RL Freewheeling Dioda
α UdAV IdAV α Gambar Gelombang
(°) α (V) (A)
0 26 0,66
30 26,4 0,6
60 22,2 0,4
79
90 14,8 0,166
80
4. Pembahasan dan Kesimpulan
a. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan penyearah setengah
gelombang terkendali 1 phasa dengan menggunakan beban RL. Seperti
yang terlihat pada hasil data praktikum, pada tabel 20 merupakan data
pengukuran tegangan dan arus dari setiap sudut penyalaan. Sudut
penyalaan dimulai dari 0°,30°,60°,90°,120°,150°,180°. Sehingga
didapatkan hasil data seperti tabel 20. Pada percobaan ini dengan
mengubah-ubah sudut penyalaannya (α) sehingga terjadi kehilangan
beda potensial pada gelombang tersebut.
Pada hasil simulasi dapat dilihat dengan mengubah-ubah sudut
penyalaannya didapatkan hasil gelombang seperti pada tabel . Saat
setengah gelombang positif SCR dalam keadaan forward sehingga
setengah gelombang positif akan terbaca sebesar UdAV, namun karena
α= 90o maka hanya terbaca ¼ dari gelombang tersebut. Gelombang
UdAV merupakan gelombang tegangan sumber (Vs). Gelombang ini
merupakan gelombang tegangan pada beban (VR). Dilihat dari tabel .
semakin besar α maka nilai tegangan UdAV akan semakin kecil
dikarenakan arus mulai mengalir dari sumber ke beban ketika pada
sudut α tersebut. Pada saat tegangan input melintasi titik nol, dioda free-
wheeling akan bekerja melalukan arus yang tersimpan pada beban L
bersirkulasi di beban sampai energi magnetic yang tersimpan pada
induktansi menjadi nol, dengan demikian tidak dikembalikan ke sumber
ac, sebagaimana pada penyearah beban R+L tampa dioda free-
wewling.
b. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang diperoleh tentang
percobaan setengah gelombang terkendali satu phasa menggunakan
beban L dapat disimpulkan bahwa semakin besar sudut α makan nilai
tegangan UdAV akan semakin kecil dikarenakan arus mulai mengalir
dari sumber ke beban ketika pada sudut α tersebut. . Pada saat
81
tegangan input melintasi titik nol, dioda free-wheeling akan bekerja
melalukan arus yang tersimpan pada beban L bersirkulasi di beban
sampai energi magnetic yang tersimpan pada induktansi menjadi nol,
dengan demikian tidak dikembalikan ke sumber ac, sebagaimana pada
penyearah beban R+L tampa dioda free-wewling.
82
Daftar Pustaka
83