Anda di halaman 1dari 12

LABOATORIUM POWER SYSTEM

PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

“PENGUJIAN PERBANDINGAN BELITAN TRAFO”

OLEH :

KELOMPOK VI

MUH. ARDIANSYAH LATIF

4D RPL D4 TEKNIK LISTRIK

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2021
I. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini, praktikan diharapkan mampu untuk:
1 Untuk mengukur dan menetukan perbandingan jumlah kumparan sisi primer dan
sisi sekunder.
2 Untuk menentukan error perbandingan belitan transformer antara name plate dan
pengukuran.
3 Untuk mengetahui tapping pada transformator dan kegunaannya.

II. Dasar Teori

Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk menyalurkan


daya/tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Transformator
menggunakan prinsip hukum induksi faraday dan hukum lorentz dalam menyalurkan
daya, dimana arus bolak balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi
itu akan berubah menjadi magnet. Dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu
belitan maka pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda potensial. Arus yang
mengalir pada belitan primer akan menginduksi inti besi transformator sehingga
didalam inti besi akan mengalir flux magnet dan flux magnet ini akan menginduksi
belitan sekunder sehingga pada ujung belitan sekunder akan terdapat beda potensial.

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Transformator


Tujuan dari pengujian ratio belitan pada dasarnya untuk mendiagnosa adanya
masalah dalam antar belitan dan seksi-seksi sistem isolasi pada trafo. Pengujian ini
akan mendeteksi adanya hubung singkat atau ketidaknormalan pada tap changer.
Tingginya nilai resistansi akibat lepasnya koneksi atau konduktor yang terhubung
ground dapat dideteksi dan untuk mengetahui rasio atau perbandingan sebenarnya dari
alat yang berfungsi untuk mentranformasikan besaran listrik, antara lain transformator
tenaga, transformator arus dan transformator tegangan (termasuk didalamnya
Capasitive Voltage Trans-formator).

Rasio yang akan dibandingkan adalah nilai awal (nilai desainnya, factory report
atau site test report) dengan nilai pengujian terakhir. Sehingga dapat diketahui rasio
dari alat listrik tersebut masih sesuai atau tidak.

Dari prinsip kerja transformator yang mentransformasikan tegangan atau besaran


listrik lainnya dengan menggunakan teori induktansi dan atau kapasitansi. Ratio
Transformator dapat dilihat dengan perbandingan sebagai berikut :

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Transformator


Persamaan dasar transformator adalah :

yang mana:

N2 adalah banyaknya belitan pada sisi sekunder.

N1 adalah banyaknya belitan pada sisi primer.

E1 adalah tegangan pada sisi primer.

E2 adalah tegangan pada sisi sekunder.

K adalah konstanta Transformator atau rasio transformator.


Jika N2 > N1 atau K > 1 maka trafo tersebut berfungsi sebagai penaik tegangan
atau step-up transformer, demikian sebaliknya bila N2 < N1 atau K< 1 berfungsi
sebagai trafo penurun tegangan atau step-down transformator.

Idealnya tranformator mempunya daya input sama dengan daya output, dalam
persamaan :

Input VA = Output VA

Toleransi yang diijinkan berdasarkan Standard ANSI C57 adalah 0,5 % terhadap
teraannya.

III. Rangkaian Percobaan

1. Rangkaian percobaan Ratio 1 dan 2

Gambar 3. Rangkaian Percobaan Transformer Ratio 1 dan Ratio 2


2. Rangkaian percobaan Ratio 3

Gambar 4. Rangkaian Percobaan Transformer Ratio 3

IV. Alat dan Bahan

1. 3 Unit transformator 1 phase atau 1 unit transformator 3 fase (1 modul


tranformator)
2. 2 buah Voltmeter (analog / digital)
3. Kabel penghubung secukupnya
4. Sumber tegangan 3 fase
V. Langkah Kerja

Pada percobaan ini kami melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mencatat ratio trafo, sesuai yang tercantum pada belitan trafo.


2. Menyiapkan alat dan bahan percobaan
3. Mengkalibrasi alat ukur.
4. Merangkai alat percobaan (transformator dan kabel) sesuai gambar 3.
5. Sebelum menghubungkan sumber tegangan ke rangkaian, memeriksa
besar tegangan output sumber tegangan.
6. Mencatat dan menghitung nameplate transformer ratio pada setiap tapping.
7. Menghubungkan sumber tegangan sesuai rangkaian percobaan.
8. Menyalakan (ON) sumber tegangan.
9. Mengukur tegangan sesuai tabel
10. Mengukur tegangan pada sisi sekunder, untuk semua tapping.
11. Mencatat hasil pengukuran.
12. Mengulangi untuk tap ratio lainnya sesuai gambar dan tabel
VI. Data Percobaan

1. Untuk Rangkaian 1 (2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1; 2W2 dan 3W1 tidak terhubung)

No Titik Ukur Tegangan (V)


SISI PRIMER
1 1U1 – 1V1 395,8
2 1V1 – 1W1 398
3 1W1 – 1U1 394,1
4 1U1 – 1U2/N (primer) 227,4
5 1V1 – 1V2/N (primer) 229,1
6 1W1 – 1W2/N (primer) 228,3
SISI SEKUNDER 1
1 2U1 – 2V1 120
2 2V1 – 2W1 120,6
3 2W1 – 2U1 119,4
4 2U1 – 2U2/N (sekunder 1) 69,02
5 2V1 – 2V2/N (sekunder 1) 69,54
6 2W1 – 2W2/N (sekunder 1) 69,28
SISI SEKUNDER 2
1 3U1 – 3V1 119,9
2 3V1 – 3W1 120,5
3 3W1 – 3U1 119,4
4 3U1 – 3U2/N (sekunder 2) 68,99
5 3V1 – 3V2/N (sekunder 2) 69,48
6 3W1 – 3W2/N (sekunder 2) 69,27

2. Untuk Rangkaian 1 (hubungkan 2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1; 2W2 dan 3W1 tidak
terhubung dan lepaskan Netral 1)

No Titik Ukur Tegangan (V)


SISI PRIMER
1 1U1 – 1V1 395,2
2 1V1 – 1W1 397,4
3 1W1 – 1U1 393,7
4 1U1 – 1U2/N (primer) 226,9
5 1V1 – 1V2/N (primer) 229
6 1W1 – 1W2/N (primer) 228,2
SISI SEKUNDER
1 2U1 – 2V1 239,4
2 2V1 – 2W1 240,7
3 2W1 – 2U1 238,7
4 2U1 – 2U2/N (sekunder 2) 138,1
5 2V1 – 2V2/N (sekunder 2) 139
6 2W1 – 2W2/N (sekunder 2) 138

3. Untuk Rangkaian 2 (2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1; 2W2 dan 3W1 tidak terhubung)
No Titik Ukur Tegangan (V)
SISI PRIMER
1 1U1 – 1V1 395
2 1V1 – 1W1 396,7
3 1W1 – 1U1 393,1
4 1U1 – 1U2/N (primer) 226,5
5 1V1 – 1V2/N (primer) 228,7
6 1W1 – 1W2/N (primer) 227,9
SISI SEKUNDER 1
1 2U1 – 2V1 207,3
2 2V1 – 2W1 208,3
3 2W1 – 2U1 206,5
4 2U1 – 2U2/N (sekunder 1) 119,4
5 2V1 – 2V2/N (sekunder 1) 120,3
6 2W1 – 2W2/N (sekunder 1) 119,8
SISI SEKUNDER 2
1 3U1 – 3V1 207,2
2 3V1 – 3W1 208,2
3 3W1 – 3U1 206,5
4 3U1 – 3U2/N (sekunder 2) 119,4
5 3V1 – 3V2/N (sekunder 2) 120,3
6 3W1 – 3W2/N (sekunder 2) 119,8

4. Untuk Rangkaian 2 (hubungkan 2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1; 2W2 dan 3W1 tidak
terhubung dan lepaskan Netral 1)
No Titik Ukur Tegangan (V)
SISI PRIMER
1 1U1 – 1V1 394,6
2 1V1 – 1W1 396,4
3 1W1 – 1U1 393,1
4 1U1 – N (primer) 226,5
5 1V1 – N (primer) 228,7
6 1W1 – N (primer) 228,1
SISI SEKUNDER
1 2U1 – 2V1 415,4
2 2V1 – 2W1 417,2
3 2W1 – 2U1 413,5
4 2U1 – 2U2/N (sekunder 2) 238,5
5 2V1 – 2V2/N (sekunder 2) 240,4
6 2W1 – 2W2/N (sekunder 2) 239,5
VII. Analisis Data

Praktikum kali ini tentang pengujian perbandingan belitan pada trafo. Pada
percobaan ini, dilakukan 4 percobaan pengukuran jumlah belitan sisi primer dan sisi
sekunder pada trafo. Alat ukur yang digunakan pada percobaan ini adalah voltmeter.
Tujuan dari pengujian ratio belitan sebuah trafo adalah untuk mendiagnosa adanya
masalah dalam antar belitan dan seksi-seksi sistem isolasi pada trafo. Pengujian ini akan
mendeteksi jika terjadi hubung singkat atau ketidaknormalan pada tap changer. Rasio
yang akan dibandingkan adalah nilai awal dengan nilai pengujian terakhir. Sehingga
dapat diketahui rasio dari alat listrik tersebut masih sesuai atau tidak
Untuk percobaan pertama, (2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1), (2W2 dan 3W1 tidak
terhubung) untuk sisi primer, sisi sekunder 1 dan sisi sekunder 2. Dari data hasil
percobaan, diperoleh pada tabel data percobaan pertama diatas Dapat dilihat bahwa pada
tabel hasil percobaan, nilai tegangan pada sisi primer lebih besar dibandingan nilai
tegangan pada sisi sekunder. Dari hasil percobaan tersebut, dapat diketahui bahwa trafo
tersebut adalah trafo step-down.
Untuk percobaan kedua, dimana ditapping / dihubungkan yaitu (2U2 dan 3U1;

2V2 dan 3V1; 2W2 dan 3W1 tidak terhubung dan melepaskan Netral 1) sisi sekunder 1

dan 2 digabungkan. Dari hasil percobaan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa nilai

tegangan pada sisi primer juga lebih besar dibanding nilai tegangan pada sisi sekunder,

sehingga dapat dikatakan bahwa trafo tersebut adalah trafo step-down.

Untuk percobaan ketiga, dimana (2U2 dan 3U1; 2V2 dan 3V1; 2W2 dan 3W1

tidak terhubung) sisi primer, sisi sekunder 1 dan sisi sekunder 2. Dari hasil percobaan

yang diperoleh, dapat dilihat bahwa nilai tegangan pada sisi primer lebih besar

dibanding nilai tegangan pada sisi sekunder, sehingga dapat diketahui bahwa trafo

tersebut adalah trafo step-down.

Untuk percobaan kedua, dimana ditapping / dihubungkan yaitu (2U2 dan 3U1;

2V2 dan 3V1; 2W2 dan 3W1 tidak terhubung dan melepaskan Netral 1) sisi sekunder

1 dan 2 digabungkan. Dari hasil percobaan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa nilai
tegangan pada sisi primer lebih kecil dibanding nilai tegangan pada sisi sekunder,

sehingga dapat dikatakan bahwa trafo tersebut adalah trafo step-up.

Rasio pada transformator ditentukan dari rumus perbandingan tegangan primer

dan tegangan sekunder, sehingga diperoleh hasil sebesar 3,48. Sedangkan, untuk

perbandingan tegangan primer dan tegangan gabungan sekunder 2 dan sekunder 3,

diperoleh hasil sebesar 1,74. Pada hasil pengukuran sebenarnya, tidak diperoleh hasil

seperti di atas, karena adanya beberapa faktor , misalnya rugi-rugi pada belitan dan rugi-

rugi pada kabel.


VIII. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan tentang perbandingan belitan trafo dapat disimpulkan
bahwa:

1. Dengan melakukan pengukuran tegangan pada belitan, jumlah belitan dapat


peroleh. Besar tegangan berbanding lurus dengan besar jumlah belitan.
2. Tap Charger atau Tapping pada trafo berfungsi untuk menambah atau
mengurangi jumlah belitan pada sisi sekunder trafo yang mempengaruhi besar
tegangan output dari trafo tersebut.

Anda mungkin juga menyukai