Anda di halaman 1dari 19

BAB VII

TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

A. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TPU)

Mahasiswa mengenal komponen transformator dan induktor


B. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TPK)
Mahasiswa mampu mengidentifikasikan, mengetes, dan menggunakan
bermacam-macam komponen transformator dan induktor dalam rangkaian
elektronika.
7.1 Transformator
Transformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang
lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektro magnet.
[Zuhal]. Dalam arti yang sederhana, transformator suatu komponen pasif pengubah arus
atau tegangan yang terdiri dari dua buah lilitan atau lebih, yang dikopelkan secara
induktif. Bilamana suatu tegangan bolak-balik diberikan pada salah satu lilitannya
(biasanya disebut lilitan primer), maka akan muncul suatu tegangan bolak-balik yang
ada kaitannya dengan tegangan bolak-balik pada lilitan primer. Tegangan ini muncul
pada lilitan yang satunya lagi (biasanya disebut lilitan sekunder). Besarnya tegangan
yang muncul pada lilitan sekunder ini ditentukan oleh banyaknya lilitan pada bagian
primer dan sekunder. Konstruksi dasar sebuah transformator ditunjukan di Gambar 7.1.

Gambar 7.1 Konstruksi dasar transformator


7.1.2 Fungsi Transformator
Transformator dapat digunakan untuk keperluan yang bermacam-macam,
bergantung pada jenisnya, diantaranya :
- transformator daya,
- transformator isolasi,
- transformator input / output.
a. Transformator daya 1 fasa.
Transfosmator jenis ini digunakan sebagai sumber daya AC, baik daya kecil, daya
menengah maupun daya besar. Berdasarkan nilai tegangannya, transformator ini terdiri
dari tiga jenis yaitu : transformator step up, transformator step down, dan transformator
isolation. Salah satu sifat dari ketiga jenis ini yaitu : tegangan primer dan tegangan
sekunder berfasa sama. Gambar skemanya ditunjukan di Gambar 7.2, dan contoh

Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

transformator ditunjukan di Gambar 7.3, serta contoh aplikasi transformator pada


rangkaian penyearah ditunjukan di Gambar 7.4.

Gambar 7.2 Prinsip dasar transformator daya 1 fasa

Gambar 7.3 Contoh transformator daya 1 fasa

Gambar 7.4 Contoh rangkaian penyearah dengan transformator 1 fasa


b. Transformator daya 2 fasa.
Transformator jenis ini fungsinya sama seperti tansformator daya 1 fasa.
Perbedaannya terletak pada bagian lilitan sekunder yang memiliki 2 lilitan yaitu
sekunder 1 (S1) dan sekunder 2 (S2), dimana salah satu ujung lilitan dari masing-masing
lilitan dihubungkan jadi satu, yang kemudian dinamakan CT (centre tap). Salah satu
sifat dari transformator jenis ini yaitu : tegangan pada salah satu lilitan sekunder
memiliki fasa yang sama dengan tegangan primer, dan tegangan pada lilitan sekunder
lainnya berbeda fasa 180O atau berbalik fasa. Oleh karena itu transformator ini
dinamakan juga transformator pembalik fasa. Gambar skemanya ditunjukan seperti
pada Gambar 7.5. dan contoh transformator ditunjukan di Gambar 7.6, serta contoh
aplikasi transformator pada rangkaian penyearah ditunjukan di Gambar 7.7.

Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

Gambar 7.5 Gambar skema transformator daya 2 fasa

Gambar 7.6. Contoh transformator daya 2 fasa

Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

Gambar 7.7 Contoh rangkaian penyearah dengan transformator dua fasa


c. Transformator daya 3 fasa
Transformator 3 fasa banyak digunakan untuk penggunaan transfer daya AC yang
besar. Konstruksinya terdiri dari 3 lilitan primer dan 3 lilitan sekunder seperti
ditunjukan di Gambar 7.8. Ketiga lilitan tersebut dapat dirangkai dalam dua jenis, yaitu
rangkaian Wye (Y) dan rangkaian delta ( ), seperti ditunjukan di Gambar 7.9. Salah
satu sifat dari transformator jenis ini yaitu : tegangan pada sekunder 1, sekunder 2, dan
sekunder 3, masing-masing berbeda fasa 120O seperti ditunjukan di Gambar 7.10, dan
contoh transformatornya di tunjukan di Gambar 7.11.

Gambar 7.8 Konstruksi dasar transformator 3 fasa.

a). Rangkaian delta ()

b). Rangkaian Wye

Gambar 7.9 Gambar skema lilitan delta dan Wye

Gambar 7.10 Bentuk gelombang lilitan sekunder pada transformator 3 fasa.

Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

Gambar 7.11 Contoh transformator 3 fasa.


d. Autotransformator
Autotransformer terdiri atas satu kumparan kontinyu dengan suatu koneksi tap
sebagai terminal 2 diantara ujung terminal 1 dan 3 seperti ditunjukan pada Gambar 7.12.

Gambar 7.12 Contoh gambar skema autotransformator.


Transformator jenis ini digunakan untuk mendapatkan tegangan sekunder yang dapat
diubah-ubah. Caranya dengan mengatur posisi tap (terminal 2) sehingga berada antara
terminal 1 dengan terminal 3.
e. Transformator isolasi
Transformator jenis ini memiliki tegangan pada sekunder yang besarnya sama
dengan tegangan pada lilitan primer. Hal ini karena perbandingan antara lilitan primer
jumlahnya sama dengan lilitan sekunder, atau Np : Ns = 1 : 1. Transformator jenis ini
digunakan untuk mengisolasi beban dari tegangan jala-jala AC dan mengurangi
tegangan kejut pada beban. Gambar skemanya ditunjukan di Gambar 7.13

Gambar 7.13 Skema transformator isolasi

Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

f. Transformator input (IT) dan Transformator output (OT)


Transformator IT dan OT adalah suatu transformator yang bekerja dengan
frekuensi audio (50 60 Hz) atau frekuensi radio ( > 30 kHz). Fungsi transformator ini
yaitu : kopling, penyesuai impedansi, pembangkit gelombang push-pull, dan lain-lain.
Parameter di bagian input maupun output bukanlah tegangan melainkan impedansi.
Gambar skemanya ditunjukan di Gambar 7.14, dan contoh penggunaan transformator
ini ditunjukan di Gambar 7.15. Sedangkan contoh transformatornya ditunjukan di
Gambar 7.16.

Gambar 7.14 Gambar skema transformator IT / OT

Gambar 7.15 Contoh aplikasi transformator IT dan OT. [Wahyu Eko]

Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

Gambar 7.16 Contoh transformator IT /OT

7.1.3 Karakteristik Transformator


7.1.3.1 Hubungan Dasar
Seandainya kerugian-kerugian yang timbul akibat kawat tembaga dan inti besi
diabaikan (trafo ideal), maka parameter-parameter pada sebuah transformator dapat
ditunjukan di Gambar 7.17 dan persamaan (7.1).

Gambar 7.17 Gambar skema hubungan dasar transformator


V P EP N P I S
= =
=
V S ES N S I P

(7.1)

Dari persamaan (7.1) dapat dikatakan bahwa besarnya tegangan berbanding lurus
dengan banyaknya lilitan dan berbanding terbalik dengan besarnya arus lilitan.

Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

Besarnya perbandingan Np : Ns dinyatakan sebagai ratio lilitan, Vp : Vs sebagai rasio


tegangan, dan Is : Ip sebagai rasio arus.
Keterangan :
V1 = VP = tegangan yang diberikan pada lilitan primer,
V2 = VS = tegangan yang dihasilkan pada lilitan sekunder,
N1 = NP = jumlah lilitan primer,
N2 = NS = jumlah lilitan sekunder,
IP = arus yang mengalir pada lilitan primer,
IS = arus yang mengalir pada lilitan sekunder.
Besarnya daya pada bagian primer sama dengan daya pada bagian sekunder
seperti ditulis pada persamaan (7.2).
PP =PS

(7.2)

Karena daya primer = Pp = Vp x Ip , dan daya sekunder = Ps = Vs x Is, maka


persamaan (7.2) dapat di nyatakan denga persamaan (7.3).
V P x I P=V S x I S
(7.3)
Bila bagian primer memiliki impedansi sebesar Zp , maka besarnya Ip dapat ditentukan
dengan persamaan (7.4).
I P=

VP
ZP

(7.4)

Dan bila pada bagian sekunder memiliki impedansi sebesar Zs, maka besarnya Is dapat
ditentukan dengan persamaan (7.5)
V
I S= S
(7.5)
ZS
Sehingga dengan mensubstitusikan persamaan (7.4) dan persamaan (7.5) ke persamaan
(7.3) maka diperoleh :
2
2
ZP V P
IS
=
=
(7.6)
ZS V S
IP

( ) ( )

7.1.3.2 Polaritas
Polaritas tegangan dari sebuah transformator ditunjukan oleh bintik hitam yang
digambarkan pada setiap lilitan. Artinya setiap lilitan yang yang bertanda titik hitam
memiliki polaritas yang sama sedangkan lilitan yang tidak bertanda artinya berpolaritas
tidak sama, seperti ditunjukan di Gambar 7.18.

Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

Gambar 7.18 Penunjukan polaritas transformator


Pada Gambar 7.18, tegangan pada lilitan Np berpolaritas sama (sefasa) dengan
tegangan pada lilitan NA . Sedangkan polaritas NB berbeda fasa sebesar 180O terhadap
NA atau Np. Sedangkan tanda + dan tanda menunjukan polaritas sesaat, yaitu pada
saat Vp , VA dan VB mencapai ayunan positif maksimum yang sama. Bintik bulat juga
menunjukan bahwa arus yang mengalir pada terminal primer dan keluar dari terminal
sekunder VA mempunyai polaritas yang sama.
7.1.3.3 Regulasi Tegangan
Regulasi tegangan adalah perbandingan perbedaan tegangan sekunder antara saat
tanpa beban dan saat berbeban penuh, terhadap tegangan saat berbeban penuh. Besarnya
regulasi tegangan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (7.7). Suatu
transformator dikatakan baik apabila regulasi tegangannya sangat kecil idealnya = 0.
Regulasi

tegangan

V NLV FL
V FL

(7.7)
Dimana : VNL = tegangan sekunder saat tanpa beban,
VFL = tegangan sekunder saat berbeban penuh.
7.1.3.4 Tegangan Nominal
Tegangan nominal primer yaitu : tegangan input yang diberikan atau disyaratkan
pada lilitan primer agar diperoleh tegangan sekunder yang nilainya sama dengan nilai
yang tertulis pada sisi sekunder. Contohnya : 220 V AC. Tegangan nominal sekunder
yaitu : tegangan yang dihasikan pada terminal sekunder jika lilitan primer diberi
tegangan seperti tertulis pada sisi primer. Contohnya : 3V, 4,5 V, 6 V, 7,5 V, 9 V, 12 V,
15 V, seperti yang ditunjukan di bagian sekunder transformator Gambar 7.3. Dari
penulisan tersebut dapat diartikan bahwa jika lilitan primer di hubungkan dengan
tegangan 220 V, maka pada lilitan sekunder akan dihasilkan tegangan pada tiap-tiap
terminal sekunder sebesar tegangan-tegangan tersebut. Suatu transformator dikatakan
baik jika tegngan output pada sisi sekunder sama dengan tegangan nominal sekunder.
Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

7.1.3.5 Arus Nominal


Arus nominal yaitu arus maksimum yang dapat dialirkan dari lilitan sekunder ke
beban dalam kondisi aman sehingga tidak menimbulkan perubahan karakteristik.
Perubahan karakteristik yang dimaksud yaitu menurunnya tagangan output pada beban
dan timbulnya panas yang berlebih pada transformator. Besarnya arus nominal selalu
ditulis pada bagian luar lilitan sekunder misalnya 1 A seperti tertulis pada contoh
transformator Gambar 7.3. Jika setiap terminal sekunder dihubungkan dengan beban R L
yang berbeda-beda, maka nilai 1 A adalah arus total dari transformator tersebut.
Pada umumnya, transformator yang dijual di pasar komponen elektronik terdiri
dari 2 jenis yaitu :
a. transformator dengan arus 100 % (trafo murni) arus maksimun sekunder = arus
nominal.
b. transformator dengan arus kurang dari 100 % arus maksimum sekunder < arus
nominal.
7.1.3.6 Faktor Daya
Faktor daya adalah suatu perbandingan antara daya input terhadap volt-ampernya,
dan dinyatakan dengan persamaan (7.8).
Faktor daya

Dayainput
voltamper input

(7.8)

7.1.3.7 Efisiensi
Dalam suatu transformator yang ideal, daya yang disalurkan ke beban akan sama
besar dengan daya yang dikeluarkan dari inputnya (primer). Asumsi ini dapat dilihat
dari persamaan (7.2) sehingga diperoleh persamaan (7.9).
Vp x Ip = Vs x Is

(7.9)

Dalam kenyataannya, kondisi ideal tidak dapat dicapai. Hal ini disebabkan adanya
rugi-rugi yang timbul pada transformator.
Dua jenis kerugian utama dalam
transformator adalah rugi tembaga dan rugi inti.
- Rugi tembaga adalah rugi yang diakibatkan oleh adanya resistansi pada lilitan.
Kerugian ini akan semakin besar jika arus yang mengalirnya semakin besar.
- Rugi inti adalah kerugian yang diakibatkan oleh adanya energi yang dibutuhkan
untuk memagnetisasi dan demagnetisasi inti besi, serta adanya arus Eddy.
Kerugian ini disebut juga kerugian hysterisis. Besarnya bergantung kepada
bahan inti dan besarnya frekuensi yang ada dalam tegangan AC nya.
Efisiensi adalah perbandingan antara daya output dari suatu transformator
terhadap daya inputnya, dan dinyatakan dengan persamaan (7.10).

Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

Efisiensi

Daya output
Dayainput

(7.10)
Suatu transformator dikatakan baik jika efisiensinya 1 atau 100%.
7.1.4 Inti transformator
Selain lilitan kawat tembaga, komponen utama dari sebuah transformator adalah
inti. Bentuk, ukuran, dan bahannya bermacam-macam bergantung kepada jenis dan
fungsi transformator.
Bahan inti diantaranya :
- inti besi (serbuk besi dicetak),
- inti udara,
- inti ferite,
- inti terlaminasi.
Bentuk inti diantaranya :
- potongan tape-wound, inti C,
- potongan tape-wound, inti E,
- tape wound,
- cup core,
- laminasi F-I,
- laminasi F,
- laminasi U-I
- laminasi L,
- toroid.
Transformator daya, audio, dan pulsa, biasanya dibuat dengan inti berupa
lembaran laminasi tipis. Laminasi-laminasi tersebut harus diisolir satu sama lain untuk
mencegah arus Eddy yang akan menimbulkan kerugian. Ketebalan dari lembaran inti ini
merupakan fungsi dari frekuensi kerja dari transformator yang bersangkutan.
Sedangkan inti ferrite dibuat dari serbuk besi yang dicampur dengan resisn atau
oksida dalam suatu struktur keramik. Bentuknya biasanya berbentuk toroid atau
lingkaran padat. Inti ini digunakan dalam rangkaian yang berfrekuensi tinggi.
7.2 Induktor
Induktor atau coil adalah komponen elektronika pasif yang terbuat dari lilitan
kawat tembaga (kumparan), yang dapat menyimpan muatan listrik dalam bentuk medan
magnet apabila dialiri arus listrik. Didesain sedemikian rupa sehingga impedansinya
pada frekuensi yang ditentukan atau diatas frekuensi rangenya dapat bersifat reaktif
induktif (XL). Induktor dapat dianggap sebagai transformator sebab teori yang sama
digunakan dalam merancang komponen ini, dan metoda serta bahannya sama.
7.2.1 Pemakaian Induktor
Dalam bidang elektronik, induktor mempunyai berbagai macam pemakaian.
Adapun fungsi induktor adalah sebagai berikut :
a. filter frekuensi,

Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

pembatas arus,
penala frekuensi (tuning),
differensiator dan integrator,
pembangkit pulsa,
perata arus atau perata tegangan (pada dc power supply),
pelipat ganda tegangan,
menahan arus bolak-balik (AC),
melalukan/meloloskan arus searah (DC),
menyimpan muatan arus dalam bentuk medan magnet,
relay,
speaker,
dan lain-lain.
Berdasarkan frekuensinya, induktor dipakai pada:
1. frekuensi tinggi pada spul antena dan osilator,
2. frekuensi menengah pada spul MF,
3. frekuensi rendah pada trafo input, trafo output, spul speaker, trafo tenaga, spul relay
dan spul penyaring
7.2.2 Karakteristik Induktor
1. Induktansi Diri (Self Inductance)
Suatu induktor mempunyai besar induktansi tertentu. Suatu arus yang berubahubah didalam suatu induktor akan menghasilkan medan magnet yang berubah-ubah dan
akan menghasilkan emf (electromotive force = ggl) dengan arah yang berlawanan pada
induktor yang sama (hukum Lenz). Gejala ini disebut induktansi diri (self inductance).
Atau dapat dikatakan Self-inductance atau inductance adalah kemampuan suatu
konduktor untuk menginduksikan tegangan bila terdapat perubahan arus. Kemampuan
induktor untuk menyimpan energi magnetik dinyatakan sebagai induktansi dalam satuan
Henry. Induktansi diri dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 7.11, dan
rangkaiannya ditunjukan di Gambar 7.19.
L=

Vl
di
dt

(7.11)

Gambar 7.19 Rangkaian untuk menentukan induktansi L

Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

Sebuah induktor dikatakan mempunyai induktansi sebesar satu Henry (L=1 H)


bila arus yang mengalir dalam induktor tersebut berubah dengan laju 1 A/dt dan
menghasilkan tegangan balik sebesar 1 volt. Atau dapat dikatakan : induktansi sebesar
1 Henry adalah jumlah induktansi yang mengakibatkan induksi satu volt bila
terdapat perubahan arus satu ampere per detik. Besarnya induktansi bergantung
banyaknya lilitan, jenis dan bahan inti, luas penampang lilitan, dan panjang inti, seperti
ditulis pada persamaan (7.12) dan konstruksinya ditunjukan di Gambar 7.20.
L=r x

N2 x A
x 1,26 x 106 [ H ]
l

(7.12)

Dimana :
- L : induktansi induktor [henry],
- A : luas penampang lingkaran gulungan [m2],
- r : permeabilitas relatif bahan inti,
- 1,26 x 106 : permeabilitas absolut,
- N : jumlah lilitan,
- L : panjang inti.

Gambar 7.20 Kostruksi dasar sebuah induktor


2. Induktansi Bersama (Mutual Inductance)
Untuk kondisi dimana induktor trdiri dari dua buah seperti yang ditunjukan di
Gambar 7.21 maka akan diperoleh induktansi bersama, LM (mutual induktansi).

Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

Gambar 7.21 Mutual induktansi


-

Jika arus pada suatu induktor berubah, perubahan flux akan mempengaruhi induktor
di dekatnya, sehingga terdapat tegangan induksi pada kedua induktor.
Kumparan L1 terhubung ke generator yang menghasilkan perubahan arus pada lilitan.
Kumparan L2 tidak terhubungan ke L1 namun lilitannya terhubung oleh medan
magnet. Dengan demikian, adanya perubahan arus pada L 1 mengakibatkan tegangan
induksi pada L1 dan L2.
Jika seluruh flux dari arus pada L1 terhubung ke seluruh lilitan L 2, maka setiap lilitan
pada L2 akan mendapat tegangan induksi yang sama spt pada lilitan L 1. Selanjutanya
tegangan induksi VL2 akan mengahsilkan arus pada resistansi beban yang terhubung
pada L2.
Jika tegangan induksi menghasilkan arus di L2, perubahan medan magnetnya akan
menginduksi tegangan di L1. Dengan demikian kumparan L1 dan L2 memiliki
induktansi mutual karena perubahan arus pada salah satu kumparan akan
menginduksi tegangan pada kumparan yang lain.
Satuan induktansi mutual (LM) adalah Henry. Dua kumparan memiliki L M 1 H bila
perubahan arus 1 A/s pada salah satu kumparan menginduksikan tegangan 1 V pada
kumparan yang lain.

Besarnya mutual induktansi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan


7.13. Dari persamaan 7.13 maka induktansi mutual, LM akan bertambah jika induktansi
primer dan induktansi sekunder dan kerapatan kopling bertambah, dimana L1 dan L2
adalah induktansi sendiri dari masing-masing kumparan.
LM =k L1 x L2

[H]

(7.13)

3. Kerugian
Seperti halnya pada transformator, kerugian dalam induktor terdiri dari dua jenis
yaitu :
1. kerugian dalam lilitan yang besarnya bergantung pada besarnya resistansi dari kawat
tembaga dan besarnya arus yang mengalirnya.
2. kerugian dalam inti yang besarnya bergantung pada bahan inti dan frekuensi
kerjanya.

Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

3. Faktor Kualitas ( Q factor)


Kerugian induktor dapat ditunjukan dengan sebuah resistor yang dipasang seri
dengan induktor dan diagram vectornya di ditunjukan di Gambar 7.20. Faktor kualitas
atau Q dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (7.12). Faktor kualitas sangat
penting dalam rangkaian penala dan filter, sebab faktor Q ini akan menentukan lebar
pita frekuensi (band width).
Q=

1
L
=
tg R

(7.12)

Gambar 7.20 Rangkaian ekivalen dan diagram vector dari suatu induktor.
7.2.3 Konfigurasi Induktor
Seperti halnya resistor dan kapasitor, maka induktorpu dapat dirangkai dalam
konfigurasi seri dan paralel. Sifat dari rangkaian induktor seri yaitu memperbesar L total
sedangkain jika paralel akan memperkecil L total. Sifat ini berbeda sekali dengan sifat
rangkaian kapasitor yang berlaku kebalikannya.
1. Rangkaian Induktor Seri Tanpa Kopling Mutual
Rangkaian induktor seri tanpa kopling mutual ditunjukan di Gambar 7.21. Arus
dalam induktor seri adalah sama, tetapi tegangan yang membentangi setiap induktor
bisa berbeda. Penjumlahan dari beda potensial dari beberapa induktor seri sama dengan
tegangan total. Untuk menentukan induktansi total digunakan persamaan (7.13)
LT =L1 + L2 ++ Ln

(7.13)

Gambar 7.21 Rangkaian induktor seri tanpa kopling mutual


Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

2. Rangkaian Induktor Seri Dengan Kopling Mutual


Rangkaian induktor seri dengan kopling mutual ditunjukan di Gambar 7.22.

Gambar 7.22 Rangkaian induktor seri dengan kopling mutual


Besarnya induktansi total dari rangkaian Gambar 7.22 bergantung kepada
besarnya L1, L2, dan LM. Gambar 7.22.a adalah rangkaian seri aiding, dan rangkaian
Gambar 7.22.b rangkaian seri opposing. Pada seri aiding arus bersama menghasilkan
medan magnet yang searah untuk kedua kumparan dan besarnya L T dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (7.13). Sedangkan pada seri opposing koneksi
menghasilkan medan magnet yang berlawanan, dan besarnya L T dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (7.14). Serta LM ditentukan dengan persamaan (7.15).
LT =L1 + L2 +2 LM

(7.13)

LT =L1 + L22 LM

LM =

(7.14)

LTa L
4

(7.15)

Dimana :
LTa adalah total induktansi pada pada koneksi series-aiding,
LTo adalah total induktansi pada koneksi series-opposing.
3. Rangkaian Induktor Paralel
Rangkaian induktor paralel ditunjukan seperti Gambar 7.23. Pada rangkaian ini
berlakuketentuan bahwa tegangan pada setiap induktor sama besar, sedangkan arus pada
setiap induktor bisa berbeda bergantung kepada besarnya induktor. Besarnya induktansi
total dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (7.16).
1
1 1
1
= + + .+
L T L1 L 2
Ln

Komponen Elektronika I

(7.16)

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

Gambar 7.23 Rngkaian induktor paralel


7.2.4 Spesifikasi Utama
Spesifikasi utama dari sebuah induktor yaitu : nilai induktansi dengan satuan
henry, dan arus maksimum dengan satuan ampere. Salah satu penulisan spesifikasi
induktor yaitu : L = 1 mH / 0,5 A. Arti dari penulisan ini yaitu induktor tersebut
memiliki induktansi sendiri nominal sebesar 1 mH, dan dapat dialiri arus maksimum
sebesar 0,5 A.
7.2.5 Penulisan Induktansi
Penulisan nilai induktansi sebuah induktor dapat dilakukan secara langsung pada
atau menggunakan kode warna. Pada penulisan langsung, nilai induktansi ditulis secara
jelas pada fisik atau bodi induktor. Sedangkan penulisan dengan kode warna, nilai
induktansi dilakukan dengan cara membaca cincin warna seperti pada kode warna
resistor. Cara membaca kode warna ditunjukan di Gambar 7.24 dengan satuan H dan
daftar kode warna ditunjukan di tabel 7.1.

Gambar 7.24 Cara membaca kode warna induktor

Warna
Hitam
Coklat
Merah
Oranye / jingga
Kuning
Hijau
Biru
Ungu

Tabel 7.1 Tabel warna induktor


Cincin I
Cincin II
Cincin III
(angka berarti) (angka berarti)
(pengali)
0
0
x 100
1
1
x 101
2
2
x 102
3
3
x 103
4
4
x 104
5
5
6
6
7
7
-

Komponen Elektronika I

Cincin IV
(toleransi)
20 %
1%
2%
3%
4%
-

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

Abu-abu
Putih
Emas
Perak

8
9
-

Contoh :
Cincin I
: merah,
Cincin II : ungu,
Cincin III : coklat,
Cincin IV : emas.
Cincin I
Cincin II
Cincin III
Cincin IV

: biru,
: abu-abu,
: emas,
: emas.

8
9
-

x 101
x 102

5%
10 %

I II

R = 2 7

III
IV

2
x 10 5 % = 2.700 H 5 %

I II

R = 6 8

III
IV

x 0,1 5 % = 6,8 H 5 %

7.2.6 Contoh Beberapa Macam Kemasan Induktor


Kemasan induktor dibuat dalam bentuk yang beragam, baik ukuran fisik maupun
bentuknya. Beberapa kemasan induktor ditunjukan di Gambar 7.25

Gambar 7.25 Contoh kemasan induktor


7.3. Latihan
1. Suatu transformator daya satu fasa dihubungkan dengan tegangan jala-jala 220 V,
Jika spesifikasi :
- lilitan primer = 1200,
- lilitan sekunder = 600,
Hitunglah :
a. Tegangan pada lilitan ssekunder,
b. Tegangan pada lilitan sekunder jika lilitan sekunder ditambah 80 lilitan.
c. Gambarkan rangkaiannya.

Komponen Elektronika I

BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR

2. Suatu transformator 2 fasa dihubungkan dengan tegangan jala-jala 110 V,


menghasilkan tegangan pada lilitan sekunder 1 = 250 V, dan tegangan pada lilitan
sekunder 2 = 6,3 V, dan jumlah lilitan primer = 800.
a. Gambarkan rangkaian transformatornya !
b. Hitung jumlah lilitan sekunder 1 dan skunder 2 !
3. Suatu trnsformator 1 fasa dihubungkan dengan tegangan jala-jala 110 V dan
dipasangi beban R. Jika arus mengalir pada lilitan primer sebesar 0,3 A, dan arus
pada sekunder sebesar 1 A, dan tegangan pada beban sebesar 24 V, hitunglah
efisiensi daya transformator tersebut dan gambarkan rangkaiannya.
4. Suatu transformator daya 2 fasa dihubungkan dengan jala-jala 200 V dan mengalir
arus sebesar 0,2 A. Pada lilitan sekunder 1 dipasang sebuah beban R L1 dan pada
lilitan sekunder 2 dipasang beban RL2. Jika pada beban RL1 terdapat tegangan sebesar
24 V dan mengalir arus sebesar 1 A, serta pada R L2 terdapat tegangan sebesar 9 V
dan mengalir arus sebesar 1,5 A, Hitunglah efisiensi transformator tersebut dan
gambarkan rangkaiannya.
5. Sebuah transformator 1 fasa dihubugkan dengan tegangan jala-jala 220 V dan
dipasangi sebuah beban R. Jika pada pada beban terdapat tegangan 12 V dan
mengalir arus sebesar 3 A, dan = 0,8, hitunglah arus yang mengalir pada lilitan
primer dan gambarkan rangkaiannya.
6. Sebuah R = 0,2 ohm dihubungkan secara seri dengan L = 500 mH. Hitunglah Q
untuk frekuensi :
a.
b.
c.
d.
e.

50,
1 k Hz,
10 k Hz,
100 k Hz,
1 M Hz.

Catatan : Pengerjaan soal harus menggunakan komputer dan dicetak pada kertas
HVS/A4/70 gram.

Komponen Elektronika I

Anda mungkin juga menyukai