Komponen Elektronika I
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
Komponen Elektronika I
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
Komponen Elektronika I
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
Komponen Elektronika I
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
Komponen Elektronika I
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
Komponen Elektronika I
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
(7.1)
Dari persamaan (7.1) dapat dikatakan bahwa besarnya tegangan berbanding lurus
dengan banyaknya lilitan dan berbanding terbalik dengan besarnya arus lilitan.
Komponen Elektronika I
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
(7.2)
VP
ZP
(7.4)
Dan bila pada bagian sekunder memiliki impedansi sebesar Zs, maka besarnya Is dapat
ditentukan dengan persamaan (7.5)
V
I S= S
(7.5)
ZS
Sehingga dengan mensubstitusikan persamaan (7.4) dan persamaan (7.5) ke persamaan
(7.3) maka diperoleh :
2
2
ZP V P
IS
=
=
(7.6)
ZS V S
IP
( ) ( )
7.1.3.2 Polaritas
Polaritas tegangan dari sebuah transformator ditunjukan oleh bintik hitam yang
digambarkan pada setiap lilitan. Artinya setiap lilitan yang yang bertanda titik hitam
memiliki polaritas yang sama sedangkan lilitan yang tidak bertanda artinya berpolaritas
tidak sama, seperti ditunjukan di Gambar 7.18.
Komponen Elektronika I
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
tegangan
V NLV FL
V FL
(7.7)
Dimana : VNL = tegangan sekunder saat tanpa beban,
VFL = tegangan sekunder saat berbeban penuh.
7.1.3.4 Tegangan Nominal
Tegangan nominal primer yaitu : tegangan input yang diberikan atau disyaratkan
pada lilitan primer agar diperoleh tegangan sekunder yang nilainya sama dengan nilai
yang tertulis pada sisi sekunder. Contohnya : 220 V AC. Tegangan nominal sekunder
yaitu : tegangan yang dihasikan pada terminal sekunder jika lilitan primer diberi
tegangan seperti tertulis pada sisi primer. Contohnya : 3V, 4,5 V, 6 V, 7,5 V, 9 V, 12 V,
15 V, seperti yang ditunjukan di bagian sekunder transformator Gambar 7.3. Dari
penulisan tersebut dapat diartikan bahwa jika lilitan primer di hubungkan dengan
tegangan 220 V, maka pada lilitan sekunder akan dihasilkan tegangan pada tiap-tiap
terminal sekunder sebesar tegangan-tegangan tersebut. Suatu transformator dikatakan
baik jika tegngan output pada sisi sekunder sama dengan tegangan nominal sekunder.
Komponen Elektronika I
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
Dayainput
voltamper input
(7.8)
7.1.3.7 Efisiensi
Dalam suatu transformator yang ideal, daya yang disalurkan ke beban akan sama
besar dengan daya yang dikeluarkan dari inputnya (primer). Asumsi ini dapat dilihat
dari persamaan (7.2) sehingga diperoleh persamaan (7.9).
Vp x Ip = Vs x Is
(7.9)
Dalam kenyataannya, kondisi ideal tidak dapat dicapai. Hal ini disebabkan adanya
rugi-rugi yang timbul pada transformator.
Dua jenis kerugian utama dalam
transformator adalah rugi tembaga dan rugi inti.
- Rugi tembaga adalah rugi yang diakibatkan oleh adanya resistansi pada lilitan.
Kerugian ini akan semakin besar jika arus yang mengalirnya semakin besar.
- Rugi inti adalah kerugian yang diakibatkan oleh adanya energi yang dibutuhkan
untuk memagnetisasi dan demagnetisasi inti besi, serta adanya arus Eddy.
Kerugian ini disebut juga kerugian hysterisis. Besarnya bergantung kepada
bahan inti dan besarnya frekuensi yang ada dalam tegangan AC nya.
Efisiensi adalah perbandingan antara daya output dari suatu transformator
terhadap daya inputnya, dan dinyatakan dengan persamaan (7.10).
Komponen Elektronika I
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
Efisiensi
Daya output
Dayainput
(7.10)
Suatu transformator dikatakan baik jika efisiensinya 1 atau 100%.
7.1.4 Inti transformator
Selain lilitan kawat tembaga, komponen utama dari sebuah transformator adalah
inti. Bentuk, ukuran, dan bahannya bermacam-macam bergantung kepada jenis dan
fungsi transformator.
Bahan inti diantaranya :
- inti besi (serbuk besi dicetak),
- inti udara,
- inti ferite,
- inti terlaminasi.
Bentuk inti diantaranya :
- potongan tape-wound, inti C,
- potongan tape-wound, inti E,
- tape wound,
- cup core,
- laminasi F-I,
- laminasi F,
- laminasi U-I
- laminasi L,
- toroid.
Transformator daya, audio, dan pulsa, biasanya dibuat dengan inti berupa
lembaran laminasi tipis. Laminasi-laminasi tersebut harus diisolir satu sama lain untuk
mencegah arus Eddy yang akan menimbulkan kerugian. Ketebalan dari lembaran inti ini
merupakan fungsi dari frekuensi kerja dari transformator yang bersangkutan.
Sedangkan inti ferrite dibuat dari serbuk besi yang dicampur dengan resisn atau
oksida dalam suatu struktur keramik. Bentuknya biasanya berbentuk toroid atau
lingkaran padat. Inti ini digunakan dalam rangkaian yang berfrekuensi tinggi.
7.2 Induktor
Induktor atau coil adalah komponen elektronika pasif yang terbuat dari lilitan
kawat tembaga (kumparan), yang dapat menyimpan muatan listrik dalam bentuk medan
magnet apabila dialiri arus listrik. Didesain sedemikian rupa sehingga impedansinya
pada frekuensi yang ditentukan atau diatas frekuensi rangenya dapat bersifat reaktif
induktif (XL). Induktor dapat dianggap sebagai transformator sebab teori yang sama
digunakan dalam merancang komponen ini, dan metoda serta bahannya sama.
7.2.1 Pemakaian Induktor
Dalam bidang elektronik, induktor mempunyai berbagai macam pemakaian.
Adapun fungsi induktor adalah sebagai berikut :
a. filter frekuensi,
Komponen Elektronika I
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
pembatas arus,
penala frekuensi (tuning),
differensiator dan integrator,
pembangkit pulsa,
perata arus atau perata tegangan (pada dc power supply),
pelipat ganda tegangan,
menahan arus bolak-balik (AC),
melalukan/meloloskan arus searah (DC),
menyimpan muatan arus dalam bentuk medan magnet,
relay,
speaker,
dan lain-lain.
Berdasarkan frekuensinya, induktor dipakai pada:
1. frekuensi tinggi pada spul antena dan osilator,
2. frekuensi menengah pada spul MF,
3. frekuensi rendah pada trafo input, trafo output, spul speaker, trafo tenaga, spul relay
dan spul penyaring
7.2.2 Karakteristik Induktor
1. Induktansi Diri (Self Inductance)
Suatu induktor mempunyai besar induktansi tertentu. Suatu arus yang berubahubah didalam suatu induktor akan menghasilkan medan magnet yang berubah-ubah dan
akan menghasilkan emf (electromotive force = ggl) dengan arah yang berlawanan pada
induktor yang sama (hukum Lenz). Gejala ini disebut induktansi diri (self inductance).
Atau dapat dikatakan Self-inductance atau inductance adalah kemampuan suatu
konduktor untuk menginduksikan tegangan bila terdapat perubahan arus. Kemampuan
induktor untuk menyimpan energi magnetik dinyatakan sebagai induktansi dalam satuan
Henry. Induktansi diri dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 7.11, dan
rangkaiannya ditunjukan di Gambar 7.19.
L=
Vl
di
dt
(7.11)
Komponen Elektronika I
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
N2 x A
x 1,26 x 106 [ H ]
l
(7.12)
Dimana :
- L : induktansi induktor [henry],
- A : luas penampang lingkaran gulungan [m2],
- r : permeabilitas relatif bahan inti,
- 1,26 x 106 : permeabilitas absolut,
- N : jumlah lilitan,
- L : panjang inti.
Komponen Elektronika I
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
Jika arus pada suatu induktor berubah, perubahan flux akan mempengaruhi induktor
di dekatnya, sehingga terdapat tegangan induksi pada kedua induktor.
Kumparan L1 terhubung ke generator yang menghasilkan perubahan arus pada lilitan.
Kumparan L2 tidak terhubungan ke L1 namun lilitannya terhubung oleh medan
magnet. Dengan demikian, adanya perubahan arus pada L 1 mengakibatkan tegangan
induksi pada L1 dan L2.
Jika seluruh flux dari arus pada L1 terhubung ke seluruh lilitan L 2, maka setiap lilitan
pada L2 akan mendapat tegangan induksi yang sama spt pada lilitan L 1. Selanjutanya
tegangan induksi VL2 akan mengahsilkan arus pada resistansi beban yang terhubung
pada L2.
Jika tegangan induksi menghasilkan arus di L2, perubahan medan magnetnya akan
menginduksi tegangan di L1. Dengan demikian kumparan L1 dan L2 memiliki
induktansi mutual karena perubahan arus pada salah satu kumparan akan
menginduksi tegangan pada kumparan yang lain.
Satuan induktansi mutual (LM) adalah Henry. Dua kumparan memiliki L M 1 H bila
perubahan arus 1 A/s pada salah satu kumparan menginduksikan tegangan 1 V pada
kumparan yang lain.
[H]
(7.13)
3. Kerugian
Seperti halnya pada transformator, kerugian dalam induktor terdiri dari dua jenis
yaitu :
1. kerugian dalam lilitan yang besarnya bergantung pada besarnya resistansi dari kawat
tembaga dan besarnya arus yang mengalirnya.
2. kerugian dalam inti yang besarnya bergantung pada bahan inti dan frekuensi
kerjanya.
Komponen Elektronika I
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
1
L
=
tg R
(7.12)
Gambar 7.20 Rangkaian ekivalen dan diagram vector dari suatu induktor.
7.2.3 Konfigurasi Induktor
Seperti halnya resistor dan kapasitor, maka induktorpu dapat dirangkai dalam
konfigurasi seri dan paralel. Sifat dari rangkaian induktor seri yaitu memperbesar L total
sedangkain jika paralel akan memperkecil L total. Sifat ini berbeda sekali dengan sifat
rangkaian kapasitor yang berlaku kebalikannya.
1. Rangkaian Induktor Seri Tanpa Kopling Mutual
Rangkaian induktor seri tanpa kopling mutual ditunjukan di Gambar 7.21. Arus
dalam induktor seri adalah sama, tetapi tegangan yang membentangi setiap induktor
bisa berbeda. Penjumlahan dari beda potensial dari beberapa induktor seri sama dengan
tegangan total. Untuk menentukan induktansi total digunakan persamaan (7.13)
LT =L1 + L2 ++ Ln
(7.13)
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
(7.13)
LT =L1 + L22 LM
LM =
(7.14)
LTa L
4
(7.15)
Dimana :
LTa adalah total induktansi pada pada koneksi series-aiding,
LTo adalah total induktansi pada koneksi series-opposing.
3. Rangkaian Induktor Paralel
Rangkaian induktor paralel ditunjukan seperti Gambar 7.23. Pada rangkaian ini
berlakuketentuan bahwa tegangan pada setiap induktor sama besar, sedangkan arus pada
setiap induktor bisa berbeda bergantung kepada besarnya induktor. Besarnya induktansi
total dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (7.16).
1
1 1
1
= + + .+
L T L1 L 2
Ln
Komponen Elektronika I
(7.16)
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
Warna
Hitam
Coklat
Merah
Oranye / jingga
Kuning
Hijau
Biru
Ungu
Komponen Elektronika I
Cincin IV
(toleransi)
20 %
1%
2%
3%
4%
-
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
Abu-abu
Putih
Emas
Perak
8
9
-
Contoh :
Cincin I
: merah,
Cincin II : ungu,
Cincin III : coklat,
Cincin IV : emas.
Cincin I
Cincin II
Cincin III
Cincin IV
: biru,
: abu-abu,
: emas,
: emas.
8
9
-
x 101
x 102
5%
10 %
I II
R = 2 7
III
IV
2
x 10 5 % = 2.700 H 5 %
I II
R = 6 8
III
IV
x 0,1 5 % = 6,8 H 5 %
Komponen Elektronika I
BAB VII
TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR
50,
1 k Hz,
10 k Hz,
100 k Hz,
1 M Hz.
Catatan : Pengerjaan soal harus menggunakan komputer dan dicetak pada kertas
HVS/A4/70 gram.
Komponen Elektronika I