REGULATION PERFORMANCE
Nama Anggota :
1 Muhamad Rifai Suprakto 4.21.20.0.16
2 Muhammad Mubasirin 4.21.20.0.17
3 Muhammad Tri Anggoro 4.21.20.0.18
MS3A
KELOMPOK 6
LANDASAN TEORI
Pada praktikum ini kita akan melakukan percobaan mengenai generator sinkron tanpa
beban dan menggunakan beban. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin
listrik yang digunakan untuk mengubah energi mekanik (gerak) menjadi energi listrik dengan
perantara induksi medan magnet. Perubahan energi ini terjadi karena adanya pergerakan relatif
antara medan magnet dengan kumparan generator. Pergerakan relatif adalah terjadinya
perubahan medan magnet pada kumparan jangkar (tempat terbangkitnya tegangan pada
generator) karena pergerakan medan magnet terhadap kumparan jangkar atau sebaliknya.
Generator sinkron merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem tenaga
listrik karena berperan dalam penyediaan energi listrik yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat secara umum baik industri, perkantoran, maupun konsumen rumah tangga. Energi
listrik sudah menjadi kebutuhan yang vital bagi masyarakat secara umum. Hampir selama 24
jam setiap harinya konsumen membutuhkan dan memakai energi listrik untuk berbagai
macam penggunaan.
Generator dan motor memiliki konstruksi yang sama, yang membedakan hanya adalah
bagaimana menggunakannya. Saat mesin diputar maka ia akan bertindak sebagai generator
yang menghasilkan tegangan. Saat mesin diberi tegangan maka ia bertindak sebagai motor
sehingga ia berputar.
Pada praktikum ini, saat rangkaian diberi tegangan maka arus yang mengalir
menyebabkan berputarnya motor DC yang kemudian akan menggerakkan generator sinkron.
Namun generator tersebut belum memiliki tegangan, generator akan bertegangan ketika
generator tersebut telah diberi penguat atau eksitasi.
Pada saat motor sinkron diberi beban, maka motor akan membangkitkan torsi yang
cukup untuk menjaga motor dan bebannya berputar pada kecepatan sinkron. Misal mula-mula
motor sinkron beroperasi pada faktor daya mendahului (leading). Jika beban pada motor
dinaikkan, putaran rotor pada asalnya akan melambat. Ketika hal ini terjadi, maka sudut torsi
menjadi lebih besar dan torsi induksi akan naik. Kenaikan torsi induksi akan menambah
kecepatan rotor, dan motor akan kembali berputar pada kecepatan sinkron tapi dengan sudut
torsi yang lebih besar.
Mesin listrik atau motor adalah rotor penggerak yang mengubah energi listrik menjadi
energi mekanik, motor terbagi menjadi brushed motor dan brushless motor, brushed motor
(Arus DC) adalah motor penggerak dengan magnet permanen sedangkan brushless motor
adalah motor penggerak dengan menggunakan magnet kumparan atau elektromagnetik
Motor ini selain dapat digunakan sebagai penggerak bisa juga digunakan sebagai
generator yaitu pengubah energi mekanik menjadi energi listrik, namun untuk brushless motor
kumparan magnetnya tidak permanen maka dari itu untuk menghasilkan energi listrik,
brushless motor harus diberi arus listrik pada kumparan magnetnya untuk penggunaan sebagai
generator (Arus AC)
Kumparan magnet pada brushless motor bisa disusun bervariasi atau susunan 3 fasa,
susunan ini dibagi menjadi susuan delta dan susunan bintang
Dua susuan ini memiliki nilai yang berbeda, perbandingan rasio susunan bintang dan
susunan delta adalah 1 : 1/√3 (satu banding satu per akar tiga) sehingga nilai tegangan
susunan delta adalah satu per akar tiganya susunan bintang.
Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan (IF), maka
tegangan (Ea) akan terinduksi pada kumparan jangkar stator. Bentuk hubungannya diperlihatkan pada
persamaan berikut.
Ea = c.n.
Dimana :
c = konstanta mesin = fluks yang
dihasilkan oleh IFn = putaran sinkron
n= 3000 us=380V
Ro Is (A) Ie (MA) R.L Is (A) Ie (MA) R.C Is (A) Ie (MA)
R1 0.21 220 R1.L1 0.22 280 R1.C1 0.25 280
R2 0.28 240 R2.L2 0.35 290 R2.C2 0.4 285
R3 0.5 250 R3.L3 0.65 295 R3.C3 0.6 290
R4 0.72 290 R4.L4 0.91 300 R4.C4 0.9 300
R5 1 330 R5.L5 1.3 305 R5.C5 1.25 305
PF 𝐜𝐨𝐬 𝜶 =1 PF 𝐜𝐨𝐬 𝜽 = 𝟎. 𝟖𝟓 𝒊𝒏𝒅 PF 𝐜𝐨𝐬 𝜽 = 𝟎. 𝟖 𝒄𝒂𝒑
Grafik R
350
300
250
200
150
100
50
0
0,21 0,28 0,5 0,72 1
Grafik R-L
310
305
300
295
290
285
280
275
270
265
0,22 0,35 0,65 0,91 1,3
Grafik R-C
310
305
300
295
290
285
280
275
270
265
0,25 0,4 0,6 0,9 1,25
ANALISA DATA
Pada percobaan ini menggunakan beban R, R-L dan R-C, karena pada dasarnya tidak
ada suatu perangkat yang hanya berupa induktif murni atau kapasitif murni. Dari tabel 1
dapat dilihat bahwa untuk beban resistif murni memiliki nilai cos θ = 1, arus dan tegangan
fasanya sama (tidak ada beda fasa). Pada saat nilai R semakin diperbesar maka tegangannya
akan turun dan untuk membuat tegangannya tetap bernilai 380 V kita perlu untuk menaikkan
arus eksitasinya sehingga arus pada bebannyapun akan ikut naik, begitupula dengan % E
yang diberikan.
Pada tabel 2 untuk beban R-L sifatnya hampir sama dengan beban R saja saat nilai
R-L diperbesar maka tegangannya akan turun maka untuk memperoleh nilai tegangan yang
tetap sebesar 380 V nilai arus eksitasinya perlu ditambah . Untuk beban R-L nilai cos θ =
0.85 lagging atau dengan kata lain nilai θ nya negative.
Berbeda dengan sifat R dan R-L, ketika nilai nilai R-Cnya diperbesar maka tegangan
akan naik sehingga diperlukan untuk menurunkan arus eksitasi yang diberikan agar nilai
tegangan yang diperoleh tetap bernilai 380 V, namun saat percobaan R-C ke 4 akan terjadi
penurunan tegangan sehingga diperlukan untuk menaikkan arus eksitasi yang diberikan
agar nilai tegangan yang diperoleh tetap bernilai 380 V . Untuk beban R- C nilai cos θ =
0.8 leading, θ nya bernilai negative.
KESIMPULAN
Pada praktikum bisa disimpulkan bahwa :
1. Faktor daya (cosτ » adalah perbedaan sudut antara arus terhadap tegangan.
2. Pada beban R saat nilainya diperbesar nilai tegangannya akan semakin turun, untuk
1. menaikkannya maka arus eksitasinya perlu ditambah.
2. Pada beban R-L saat nilainya diperbesar nilai tegangannya akan semakin turun,
3. untuk menaikkannya maka arus eksitasinya perlu ditambah.
4. Pada beban R-C saat nilainya diperbesar nilai tegangannya akan semakin turun,
5. untuk menaikkannya maka arus eksitasinya perlu ditambah.
6. Beban R arus dan tegangannya sefasa.
7. Beban R-L arusnya tertinggal terhadap tegangan.
8. Beban R-C arusnya mendahului tegangan.
9. Beban lagging membutuhkan tegangan induksi EA yang lebih besar daripada beban
leading.
DAFTAR PUSTAKA
Delorenzo,Electrical Power Enginering (Alternator and parallel operation DL GTU101.1)
https://www.academia.edu/15784837/Prinsip_Kerja_Generator_Gaya_Gerak_Listrik_Generator_Sin
kron_Generator_Sinkron_Berbeban_Diagram_Vektor_Generator
http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/04/prinsip-kerja-generator-sinkron.html
http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/04/prinsip-kerja-generator-sinkron.html
http://kurniawanpramana.wordpress.com/2011/09/25/generator-sinkron-1/
http://home.anadolu.edu.tr/~yakaplan/Malzemeler.pdf
http://kk.mercubuana.ac.id/elearning/files_modul/13020-13-599349935825.pdf