Oleh:
Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Koordinator Jurusan Teknik Kimia
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM ................................................................. iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
RINGKASAN ...................................................................................................... vii
2.1 Standar Mutu Sabun Padat sesuai SNI No. 06-.3532-1996 .............................. 5
2.2 Kadar Asam Lemak Minyak Kelapa ............................................................... 10
2.3 Sifat Fisik dan Kimia NaOH ........................................................................... 12
2.4 Sifat Fisik dan Kimia Asam Stearat ................................................................ 13
2. 5 Sifat Fisik dan Kimia Etanol .......................................................................... 13
2.6 Sifat Kimia dan Fisika Gliserol ....................................................................... 14
2. 7 Sifat Fisik dan Kimia HPMC ......................................................................... 15
3.1 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kemangi .......................................... 20
3.2 Data Pengamatan ............................................................................................. 20
4.1 Jadwal Penelitian............................................................................................. 22
v
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
vi
RINGKASAN
Kemangi (Oncimum sanctum) merupakan salah satu dari tanaman yang memiliki
banyak khasiat salah satunya adalah sebagai herba sehat. Mengingat daun
kemangi mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid,
saponin, fenol dan tanin, daun kemangi bisa dimanfaatkan menjadi ekstrak
tambahan pada pembuatan sabun. Sabun lembaran atau Paper Soap merupakan
sabun dalam bentuk lembaran tipis yang menyerupai kertas, keunggulan dari
sabun lembaran ini adalah nyaman digunakan, higienis, praktis dan mudah dibawa
kemana-mana. Salah satu metode ekstraksi yang paling umum adalah metode
meserasi. Metode ini dilakukan dengan menempatkan bubuk tumbuhan dan
pelarut yang sesuai dalam wadah yang tertutup rapat pada suhu kamar yang
kemudian akan direndam dalam suatu pelarut dan diekstrak. Berdasarkan uraian
diatas, urgensi yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu pemanfaatan ekstrak
daun kemangi dalam pembuatan sabun lembaran, sekaligus mengetahui
perbandingan konsentrasi terbaik dari gliserol dan HPMC (Hidroksi Propil Metil
Selulosa) untuk menghasilkan sabun lembaran dengan sifat fisik dan kandungan
yang sesuai dengan standar yang ada. Variasi yang digunakan antara lain variasi
ekstrak daun kemangi yang digunakan yaitu 3%, 5%, 7% dan 9%, dengan
perbandingan konsentrasi gliserol dan konsentrasi HPMC yaitu (1:1. 1:2. 2:1)
dengan masing-masing total konsentrasi 10%. Yang selanjutnya akan dianalisa
kandungan di dalam sabun tersebut.
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
antivirus (Kalita & Khan, 2013). Daun kemangi dapat dimanfaatkan sebagai
sumber antibakteri, karena mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder
seperti flavonoid, saponin, fenol dan tanin.
Secara umum pada proses pembuatan sabun biasanya digunakan bahan bahan
berikut, diantaranya asam lemak, contoh asam lemak yang banyak digunakan
yaitu coconut oil, virgin coconut oil. Basa atau alkali, yang biasa digunakan untuk
pembuatan sabun yakni NaOH dan KOH. Antioksidan yang berfungsi untuk
menghambat reaksi oksidasi yang dapat menyebabkan kualitas minyak yang
digunakan menurun. Pelarut, jenis pelarut yang digunakan yaitu air. Zat aditif
sebagai penunjang kualitas sabun, contohnya pewangi (Sari, R & Ferdinan, A,
2017; Widyasanti dkk, 2017).
Tetapi untuk mendapatkan sifat fisik yang sesuai untuk sabun lembaran maka
perlu ditambahkan bahan lain seperti plasticizer berupa gliserol, sorbitol, dan
polietilen glikol untuk memperlemah kekakuan pada sabun serta film forming
agent berupa HPMC (Hidroksi Propil Metil Selulosa) dan PVA (Polivinil
Alkohol) untuk menghasilkan sabun dengan bentuk yang tipis. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Fatma Wati (2020) formulasi sabun lembaran yang
yang paling baik yaitu formula dengan menggunakan film forming agent yakni
HPMC dan plasticizer yakni gliserol.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
karateristik sabun lembaran dengan ekstrak daun kemangi dengan menaikkan dan
memvariasikan konsentrasi plasticizer dan film forming agent serta menganalisis
kandungan dan kemampuannya sebagai sabun dengan parameter berupa pH, kadar
air, tinggi busa, dan waktu cuci. Sabun lembaran yang dihasikan akan
dibandingkan dengan standar mutu SNI No. 06-.3532-1996
penelitian ini dilakukan pembuatan sabun lembaran dengan ekstrak daun kemangi
untuk menghasilkan inovasi produk sabun dengan melakukan variasi konsentrasi
terhadap plasticizer dan film forming agent yang digunakan sehingga diharapkan
dapat menghasilkan sabun lembaran dengan kualitas yang baik.
1.5. Relevansi
Dalam hal ini, judul penelitian yang akan dilakukan berkaitan dengan disiplin
ilmu teknik kimia, yaitu Saponifikasi dalam Mata Kuliah Satuan Proses, serta
Mata Kuliah Satuan Operasi berdasarkan proses yang dilakukan dalam pengerjaan
penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sabun
2.1.1. Pengertian Sabun
Menurut (Hernani dkk., 2016) sabun merupakan produk yang terbentuk dari
reaksi asam lemak dan alkali kuat (NaOH, KOH), yang berfungsi untuk mencuci
dan membersihkan lemak atau kotoran. Selain itu, sabun dapat membersihkan
bakteri atau bakteri pada kulit yang dikenal dengan sabun antiseptik. Sabun
antiseptik diformulasikan khusus untuk dan mengurangi jumlah bakteri berbahaya
pada kulit.
4
5
hemat, cocok untuk kulit berminyak, pH lebih tinggi dari sabun cair, sehingga
kulit mudah kering, sabun padat mengandung gliserin, baik untuk penderita
masalah kulit ekstrim. Sementara kelemahan dari sabun padat itu sendiri yakni
boros air apabila untuk penyembuhan luka, sabun padat lebih menghambat proses
tersebut, ada kemungkinan terkontaminasi bakteri sehingga kemungkinan timbul
penyakit lebih besar dan kurang praktis (Winda, 2009).
Sifat-sifat sabun yang dihasilkan dapat diketahui dengan memilih jenis lemak
yang digunakan untuk membuat sabun, karena setiap jenis asam lemak
memberikan sifat yang berbeda pada sabun Oleh karena itu pemilihan minyak
atau bahan baku sangat penting untuk membuat sabun yang berkualitas
(Widyasanti dkk., 2016).
Menurut SNI No. 06-.3532-1996, sabun yang baik mempunyai persyaratan
seperti yang tercantum pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Standar Mutu Sabun Padat sesuai SNI No. 06-.3532-1996
Kriteria Uji Satuan Syarat
pH - 8-11
Tinggi Busa Mm 13-220
Kadar Air % fraksi massa Maks. 15,0
Total Lemak % fraksi massa Min. 65,0
Alkali Bebas
% fraksi massa Maks. 5,0
(dihitung sebagai NaOH)
Asam Lemak Bebas
% fraksi massa Maks. 2,5
(dihitung sebagai Asam Oleat)
Bahan Tak Larut dalam Etanol % fraksi massa Maks. 5,0
Catatan: Alkali bebas atau asamlemak bebas merupakan pilihan bergantung
pada sifat asam atau basa.
Sumber: Badan Satandarisasi Nasional, 2017
Ada dua proses yang terlibat dalam pembuatan sabun, yaitu proses
saponifikasi dan proses netralisasi. Proses saponifikasi merupakan
hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa.
Pembuat kondisi basa yang biasanya digunakan adalah NaOH dan KOH.
Asam lemak yang berikatan dengan natrium atau kalium inilah yang
kemudian dinamakan sabun.
Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air
dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Hasil lain dari
reaksi saponifikasi ialah gliserol. Namun jika proses yang dilakukan tidak
ingin menghasilkan gliserol perlu dilakukan proses netralisasi yang
merupakan reaksi asam lemak dengan basa dan tidak menghasilkan
produk samping berupa gliserol.
Reaksi Kimia yang terjadi pada proses saponifikasi dapat dilihat dari
Gambar 2.2
2.1.3. Karakteristik
Karakteristik sabun lembaran bertujuan untuk mengetahui kualitas dari
sabun yang diahasilkan. Kualitas sabun lembaran tergantung dari jenis bahan
baku, ekstrak tanaman yang digunakan, tambahan bahan adiktif pelengkap untuk
membuat fisik sabun lebih mirip kertas. Maka dari itu terdapat beberapa
parameter yang digunakan untuk menentukan mutu sabun lembaran, yaitu sebagai
berikut.
a. Pengukuran pH
pH merupakan karakteristik fisik yang penting dimiliki sabun, dimana
jika nilai pH sabun sangat tinggi atau sangat rendah dapat menyebabkan
absorb kulit sehingga memungkinkan terjadinya iritasi pada kulit. pH yang
merupakan derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau tingkat kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Menurut
SNI No. 06-.3532-1994 Standar pH untuk sabun cuci tangan berkisar
antara 8-11.
b. Uji Ketinggian Busa
Uji tinggi busa adalah salah satu parameter terpenting untuk
menentukan kualitas sabun. Busa adalah struktur yang relatif tidak stabil
yang terdiri dari kantong udara yang digulung menjadi lapisan tipis,
masing-masing dispersi di dalam cairan distabilkan dengan bahan
pembusa. Busa dalam sabun meningkatkan produksi minyak atau sebum
pada kulit.
Jika terlalu banyak busa akan mengeringkan kulit, dan jika terlalu
sedikit busa, tidak akan efektif menghilangkan minyak dan kotoran dari
kulit. Tingkat pembentukan busa dan stabilitas busa penting dalam produk
pembersih tubuh (kebersihan tangan dalam penelitian ini). Menurut SNI
(1996), standar tinggi busa sabun adalah 13-220 mm (1,3-20,2 cm).
8
Dimana:
a = berat sabun lembaran mula-mula (gr)
b = berat sabun lembaran setelah dikeringkan (gr)
d. Uji Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas merupakan asam lemak yang ada di dalam sabun
yang tidak terikat sebagai senyawa natrium atau senyawa trigliserida.
Asam lemak bebas yang melimpah dalam sabun akan mengurangi
keefektifannya sabun murni, hal ini dikarenakan asam lemak bebas tidak
diinginkan dalam pembersihan.
Jika sabun yang mengandung asam lemak bebas digunakan sabun tidak
langsung menarik kotoran (minyak), tetapi sabun akan menarik asam
lemak bebas yang masih ada dalam sabun yang berakibat mengurangi daya
pembersih sabun. Trigliserida dalam reaksi dengan air menghasilkan
gliserol dan asam lemak bebas (Fauziah, 2011). Acuan pemeriksaan nilai
ALB sesuai dengan SNI 06-3532-1994.
9
Dimana:
Bst asam oleat bernilai 205 gr/mol atau setara dengan asam laurat
e. Uji Alkali Bebas
Alkali bebas merupakan alkali dalam sabun yang tidak dimasukkan ke
dalam suatu komposisi. Kandungan alkali berlebih dalam sabun mandi
tidak boleh melebihi 0,14% dengan sabun Kalium (Kamikaze, 2002),
dikarenakan sifatnya yang basa keras dan dapat menyebabkan iritasi kulit.
Alkali tambahan dalam kandungan sabun karena konsentrasi alkali yang
terlalu pekat atau penambahan alkali dalam proses saponifikasi terlalu
banyak. Alkali dalam jumlah besar dalam sabun dapat menggolongkan
sabun tersebut kedalam sabun cuci (Kamikaze, 2002). Referensi Uji alkali
bebas adalah SNI 06-3532-1994. Implementasi dasar kelebihan basa/alkali
yang ada dalam sabun dihitung sebagai alkali bebas. Reaksi alkali bebas
dengan HCL dengan tambahan indikator pp:
KOH + HCl → KCl + H2O
Alkali bebas dapat dihitung dengan rumus:
𝑉 𝐻𝐶𝑙 ×𝑁 𝐻𝐶𝑙 ×𝐵𝑠𝑡 𝑎𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖−𝑏
Alkali Bebas = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Dimana:
Bst alkali bernilai 40 gr/mol atau setara dengan berat molekul NaOH
.
Sumber: Google.com, 2023
Gambar 2.4 Minyak Kelapa
Komposisi asam lemak yag terkandung di dalam minyak kelapa dapat dilihat pada
Tabel 2.2
Tabel 2.2 Kadar Asam Lemak Minyak Kelapa
Asam Lemak Rumus Molekul Persentase (%)
Asam Palmitat C51H98O6 7 - 12
Asam Stereat C18H36O2 1,5 - 5
Asam Oleat C18H34O2 4 - 10
Asam Linolenat C18H30O2 ≤ 0,2
Asam Miristat C14H28O2 15 - 20
Asam Linoleat C18H32O2 1-3
Asam Kaprat C10H20O2 4-9
Asam Kaprilat C8H16O2 5 - 11
Asam Kaproat C6H12O2 ≤ 1,5
Sumber: Rowe dkk, Handbook of Pharmaceutical,2009
Menurut Bilal (2012) dalam Aswoko (2019) taksonomi dan gambar dari
tanaman kemangi adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Oncimum
Spesies : basilicum
Nama binomial : Oncimum basilicum
Kebanyakan orang Indonesia menyukai daun kemangi dan membuat lalapan
dengan cara memakannya. Namun daun kemangi masih memiliki kegunaan lain
yang relatif sedikit, sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut. Karena daun
kemangi mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid,
saponin, fenol dan tanin, dengan senyawa tersebut daun kemangi dapat digunakan
sebagai ekstrak tambahan dalam pembuatan sabun.
Senyawa alkali adalah garam terlarut dari logam alkali seperti kalium dan
natrium. Alkalin digunakan sebagai bahan kimia dasar yang bereaksi dan
menetralkan asam. Alkali yang biasa digunakan adalah NaOH atau KOH. NaOH
banyak digunakan dalam pembuatan sabun padat karena tidak mudah larut dalam
air (Rohman, 2009).
NaOH putih, massa cair, dalam bentuk butiran, serpih atau batangan atau
dalam bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan dengan pecahan kristal. Jika
terkena udara, dengan cepat menyerap karbon dioksida dan menjadi lembab.
NaOH membentuk basa kuat ketika dilarutkan dalam air. Senyawa ini sangat
mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida (Rahayu, 2012).
12
Untuk memahami lebih lanjut berikut merupakan sifat kimia dan fisika
dari NaOH,
Kristal NaOH adalah zat higroskopis, sehingga harus disimpan rapat rapat
untuk mengurangi konsentrasi basa yang dibutuhkan. NaOH adalah jenis basa,
dan KOH dan NaOH harus dibuat dalam dosis yang tepat. Jika terlalu pekat atau
lebih, basa bebas tidak akan mengikat trigliserida, atau asam lemak akan terlalu
tinggi untuk mengiritasi kulit. Sebaiknya terlalu encer atau jumlahnya terlalu
sedikit, sabun yang dihasilkan banyak mengandung asam lemak bebas, asam
lemak bebas pada sabun dapat mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran
pada saat penggunaan sabun. (Kamikaze, 2002).
Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari
lemak sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam
heksadekanoat, C16H32O2 (DepKes RI, 1995).
2.6. Etanol
Etanol sering digunakan sebagai pelarut di laboratorium karena memiliki
kelarutan yang relatif baik dan bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan
komponen lain. Etanol memiliki titik didih yang rendah, sehingga memudahkan
pemisahan minyak dari pelarut dalam proses distilasi.
Rama (2008) ada 2 jenis etanol, etanol sintetik sering disebut metanol atau
metil alkohol atau alkohol kayu yang terbuat dari etilen, minyak bumi atau
turunan batubara. Mengingat penggunaan bioetanol/etanol berbeda-beda, maka
kadar etanol yang digunakan harus berbeda-beda tergantung penggunaannya.
Untuk etanol mutu 90-96,5% dapat digunakan dalam industri, sedangkan
etanol mutu 96-99,5% dapat digunakan sebagai campuran alkohol dan bahan
dasar farmasi. Jumlah etanol grade yang digunakan sebagai campuran bahan
bakar kendaraan adalah 99,5-100%. Perbedaan ukuran kelas mempengaruhi
proses konversi karbohidrat menjadi gula larut air (glukosa) (Indyah, 2007).
2.7. Gliserol
Penambahan plasticizer dapat meningkatkan kekuatan molekul internal,
fleksibilitas dan mengurangi sifat penghalang pelapis yang dapat dimakan
(Krochta dan McHugh, 1994). Penambahan plasticizer pada sabun lembaran
cukup penting untuk membuat sabun yang dihasilkan mempunyai fisik yang
cukup lentur.
Gliserol adalah salah satu plasticizer dengan titik didih tinggi, larut dalam
air, tidak mudah menguap, polar dan dapat bercampur dengan protein. Gliserol
memiliki berat molekul rendah, mudah memasuki rantai protein, dan dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan gugus reaktif protein. Oleh karena itu,
gliserol sering digunakan sebagai plasticizer (Galiettaet dkk., 1998).
HPMC adalah agen pembentuk gel yang sering digunakan dalam kosmetik
dan obat-obatan karena memberikan gel bening yang mudah larut dalam air dan
memiliki toksisitas rendah. HPMC larut dalam air di bawah 0°C atau dalam etanol
70%, tidak larut dalam air panas, tetapi mengembang menjadi gel.
Pembuatan sabun lembaran dengan ekstrak daun kemangi ini terdiri dari
empat tahapan yakni, persiapan sampel, skirining fitokimia pada sampel,
pembuatan sabun lembaran, dan analisa kandungan di dalam sabun. Pelaksanaan
penelitian dilakukan selama ±1 bulan yaitu Maret 2023 s/d April 2023 yang
dilaksanakan di laboratorium Satuan Proses Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Sriwijaya Palembang 2023.
16
17
Flavonoid
Saponin
Tanin
21
4.2. Jadwal Kegiatan Penelitian
22
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. (1994). Standar Mutu Sabun Mandi, SNI 06-3532-
1994, Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Dewi Marlina, M. W. (2022). Formula dan Uji Antibakteri Sabun Kertas Ekstrak
Etanol dari Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata P.) dan Daun
Lidah Buaya (Aloe vera L.). Jurnal kesehatan Poltekkes Palembang, 23-
29.
Fiskia, E. (2021). Formulasi dan Evaluasi Sediaan Sabun Kertas Ekstrak Etanol
Fuli Buah Pala (Myritica fragrans Houtt). Kieraha medical Journal, 120-
127.
Habibah, Ainun., G.C Eka Darma., Amila G. (2017). Pengaruh Natrium Alginat
dan HPMC Sebagai Basis Terhadap Karakteristik Fisik Sediaan Film Soap
Yang Mengandung Serai Wangi (Cymbopogon winterianus Jowitt),
Prosiding Farmasi Universitas Islam Bandung, Vol. 3 No. 1,
Surahmaida. (2019). Studi Fitokimia Ekstrak Daun Kemangi dan Daun Kumis
Kucing Menggunakan Pelarut Metanol. Indonesian Chemistry and
Application Journal, 1-6.
Wahyuni, S. (2016). Esterifikasi Gliserol dan Asam Lemak Jenuh Sawit Dengan
Katalis Mesa. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 333-342.
Wati, F. (2020). Kajian formulasi dan Aplikasi Sediaan Paper Soap. Prosiding
Farmasi, 456-460.
24