OLEH :
KHOLIS KARIMIL
E1D016066
Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Satria Putra Utama, M.Sc
19600612 198609 1 001
Oleh :
Nama : Kholis Karimil
NPM : E1D016066
Mengetahui,
Ketua Lab. Sosial Ekonomi Pertanian
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan dan menyusun laporan akhir
magang yang berjudul ” Pengolahan Getah Karet Menjadi (SIR 20) di PT. Bukit
Angkasa Makmur Bengkulu Tengah”. Kegiatan magang ini dilaksanakan
selama 21 hari kerja, dimulai pada tanggal 17 Februari s/d 11 Maret 2019 di
PT. Bukit Angkasa Makmur Bengkulu Tengah. Laporan ini merupakan
pertanggung jawaban penulis selama melaksanakan kegiatan magang
berlangsung.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada
Dr. Ir. Satria Putra Utama, M.Sc selaku dosen pembimbing magang, Bapak
Bursamin. S.S., M. ling., M. NNLP., C. PS. selaku pembimbing lapangan dan
Bapak Dickyanto selaku manajer PT. Bukit Angkasa Makmur Bengkulu Tengah,
yang telah memberikan saran, wawasan, semangat dan kebaranian bagi penulis
dan atas bantuan pemikiran serta kesediaan untuk meluangkan waktu sehingga
penulisan laporan magang ini dapat diselesaikan.
Laporan pertanggung jawaban ini yang penulis tuangkan dalam bentuk
tulisan ilmiah masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh Karena itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembahas untuk kemajuan
makalah ini di masa mendatang. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih,
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
Kholis karimil
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 22
5.1 Kegiatan Magang di PT. BAM Bengkulu Tengah ....................... 22
5.2 Sosialisasi Perusahaan Kepada Peserta Magang .......................... 24
5.3 Pengenalan Lingkungan Perusahaan ............................................ 24
5.4 Proses Pengolahan SIR 20 ............................................................ 25
5.4.1 Proses Pengolahan Basah ................................................... 25
5.4.2 Proses Pengolahan Kering .................................................. 33
5.5 Penerapan Fungsi Manajemen Dalam Pengolahan Getah Karet . 39
BAB VI PENUTUP .................................................................................... 42
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 42
6.2 Saran ............................................................................................. 42
DARTAR PUSTAKA ............................................................................... 43
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tanaman kelapa sawit. Karet juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di
wilayah-wilayah pengembangannya. Selain sebagai penghasil devisa negara, karet
mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat
Indonesia yaitu sebagai tempat persediaan lapangan kerja bagi penduduk dan
sumber pendapatan lebih dari 10 juta petani serta ±1,7 juta tenaga kerja (Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2015). Tercatat total ekspor komoditas
perkebunan yang memberikan nilai sebesar US$ 10,9 milyar, sekitar 70% berasal
dari ekspor komoditas kelapa sawit, karet dan kakao. Pendapatan devisa dari
komoditi karet pada tahun 2015 sebesar US$ 2,9 milyar yang menyumbang 20%
dari pendapatan devisa non-migas (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016).
Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh
rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat
masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan
negara dan swasta samasama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan
pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas
areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu
hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada
sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik
pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan
akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk
menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi
bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi
untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal,
sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut.
Karet ini tergolong ke dalam karet spesifikasi teknis, karena penilaian
mutunya didasarkan pada sifat teknis dari parameter dan besaran nilai yang
dipersyaratkan dalam penetapan mutu karet remah tercantum dalam skema SIR.
Jenis karet yang menggunakan bahan baku koagulum kebun digolongkan pada
kualitas mutu karet tersebut, Seperti SIR 3 CV, SIR 3L, SIR 3 WF, SIR 5, SIR 10,
SIR 20, yang umumnya diproduksi dari bahan baku olahan koagulum. Bahan
baku biasanya dipasok oleh suatu perkebunan besar yang bersifat terintegrasi
secara baik antara pemasok bahan olahan dan pabrik pengolah. Bahan baku untuk
2
menghasilkan karet SIR 20 umumnya mudah dikendalikan dari segi mutu maupun
kesinambungan pasokan bahan baku, karena telah terintegrasi secara baik, akan
tetapi sebaliknya bahan baku yang berasal dari kebun rakyat sangat beragam dan
banyak jumlahnya, keadaan ini mengakibatkan penanganan bahan olah di
lapangan umumnya masih sangat bervariasi sehingga kurang mendukung mutu
karet.
Pengolahan getah karet merupakan faktor penting dalam memperoleh kualitas
dan kuantitas SIR 20 yang sesuai dengan standar pabrik pengolahan yang telah
ditetapkan. Sehingga diperlukan informasi yang akurat tentang pengolahan getah
karet di PT. Bukit Angkasa Makmur Bengkulu Tengah.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mempelajari lebih
lanjut mengenai pengolahan getah karet dari awal sampai akhir pengolahan, maka
dari itu penulis mengangkat judul “Manajemen Pengolahan getah karet
menjadi (SIR 20) di PT. Bukit Angkasa Makmur Bengkulu Tengah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengolahan getah karet menjadi SIR 20 yang ada di PT. Bukit
Angkasa Makmur Bengkulu Tengah?
2. Bagaimana penerapan fungsi manajemen dalam pengolahan getah karet menjadi
SIR 20 di PT. Bukit Angkasa Makmur Bengkulu Tengah?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengolahan getah karet menjadi SIR 20 yang ada di PT. Bukit
Angkasa Makmur Bengkulu Tengah?
2. Untuk mengetahui penerapan fungsi manajemen dalam pengolahan getah karet
menjadi SIR 20 di PT. Bukit Angkasa Makmur Bengkulu Tengah?
3
BAB II
LINGKUP MAGANG
4
untuk mendapatkan hasil yang lebih detail.
Hingga saat ini pengembangan teknis terus dilanjutkan dan termasuk tehnik
pengolahan baru untuk lateks terus dikembangkan. Penjelasan singkat dari proses
tersebut adalah sebagai berikut:
2.2.1.1 Karet Lembaran
Lateks dari berbagai sumber awalnya dikumpulkan dan dicampur dalam
suatu tangki besar yang disebut dengan tempat pencampuran. Proses pencampuran
ini penting untuk memastikan keseragaman dan konsistensi dari karet alam itu
nantinya. Setelah itu dilakukan proses penggumpalan atau biasa disebut dengan
proses koagulasi. Proses ini dipengaruhi atau tergantung oleh penambahan
koagulan (bahan penggumpal), seperti asam format atau asetat. Dalam pabrik
pengolahan skala kecil, proses koagulasi dilakukan di tangki kecil, di mana lateks
pertama diencerkan dengan air kemudian dilakukan pengentalan lateks yang
dibagi-bagi dalam penampung sekitar 4-5 liter per tempat penampungan.
Kemudian hasil dalam tiap penampungan itu dilakukan proses penggilingan untuk
menghasilkan lembar karet dengan ketebalan yang seragam. Selanjutnya
lembaran-lembaran karet alam tersebut dilakukan proses pengeringan dengan cara
dijemur atau dilakukan proses pengasapan dengan kondisi suhu yang diatur
perubahannya makin lama makin tinggi. Pada petani kecil, lembar karetalam
sering dikeringkan dengan proses ventilasi alami dan kemudian dijual ke pengepul
dengan harga yang disepakati oleh para pengepul tersebut. Proses pembuatan
karet lembaran relatif sederhana dan masih umum digunakan pada perkebunan
rakyat dan perkebunan kecil.
2.2.1.2 Crepes
Karet dalam bentuk crepes diproses baik dari lateks maupun dari hasil
mangkuk karet. Metode tradisional pengolahan karet untuk menghasilkan karet
crepe mirip dengan karet lembaran. Langkah tambahan penting dalam membuat
karet crepe adalah penghapusan pigmen karotenoid kuning dalam lateks. Selain
itu, lateks digumpalkan dengan proses koagulasi yang bertahap yaitu:
- Tahap pertama adalah menghasilkan produk yang stabil.
- Tahap kedua biasa disebut dengan fraksi, di proses ini bahan baku kuning diolah
menjadi crepe warna pucat di mana crepe memiliki kelas yang relatif rendah.
5
Gumpalan karet alam yang terbentuk kemudian dicuci dan dimasukkan ke
mesin rol berputar dengan kecepatan yang berbeda dan menghasilkan atau
memproduksi karet alam menjadi crepes tipis. Crepes yang dihasilkan kemudian
dikeringkan baik dalam ruang pengeringan panas atau dikeringkan pada area
terbuka.
2.2.1.3 Blok Karet
Sejak pertengahan tahun 1960-an, proses baru telah dikembangkan untuk
memproduksi karet alam yang memiliki tingkatan teknis yang bervariasi dari
bahan baku lateks yang direaksikan dengan koagulan atau penggumpal. Produksi
blok karet ini melibatkan mesin yang relatif lebih canggih dan membutuhkan daya
atau tenaga yang lebih besar.
Proses produksi blok karet atau flow chart dari lateks dapat dilakukan
sebagai berikut:
Lateks yang dikumpulkan dari beberapa sumber atau lokasi yang berbeda
pertama-tama dicampur dalam suatu tangki besar. Bahan kimia ditambahkan
untuk mengatur keseragaman kekentalan / viskositas dan warna. Lateks kemudian
digumpalkan dengan menambahkan koagulan (asam format). Gumpalan lateks
yang terbentuk kemudian diolah menjadi potongan-potongan kecil yang teratur
dan memiliki kondisi fisik yang sudah diatur atau diharapkan. Proses pengolahan
ini melewati beberapa tahapan dan kondisi tertentu, seperti proses penghancuran
atau penggilingan hingga menjadi remah-remah melewati mesin hammermill yang
kemudian masuk ke proses penggilingan melalui mesin ekstruder. Dalam
beberapa kasus karet remah-remah tersebut mendapat tambahan minyak yang
bersifat tidak menyatu atau tidak kompatibel di mana hanya berfungsi sebagai
pembasah atau wetting saja. Pada kondisi tersebut akan dilakukan proses
pengeringan dengan menggunakan udara panas. Karet kering yang dihasilkan
akhirnya dicampurkan, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses tekanan
hidrolik dan kemudian dilakukan pembungkusan dengan menggunakan plastik
untuk mencegah terjadinya adhesi atau lengketnya antara karet blok di peti.
2.2.2 Pengolahan Karet Menjadi SIR 20
Standars Indonesian Rubber (SIR) adalah karet alam yang diperoleh dengan
pengolahan bahan olah karet yang berasal dari getah pohon karet (Havea
6
brasiliensis) secara mekanis dengan penggumpalan secara alamiah atau
menggunakan bahan kimia dengan mutu akhir yang ditentukan berdasatkan
spesifikasi teknis (Setyamidjaya, 1993).
Karet alam SIR-20 berasal dari koagulum (lateks yang sudah digumpalkan)
atau hasil olahanseperti lum,sit angin, getah keeping sisa, yang diperoleh dari
perkebunan rakyat dengan asal bahan baku yang sama dengan koagulum. Secara
umum prinsip tahapan proses pengolahan karet alam SIR-20 yaitu :
-Sortasi bahan baku
-Pembersihan dan pencampuran
-Peremahan
-Pengeringan
-Pengepressan
-Pengemasan
Perbedaan SIR 5, SIR 10, dan SIR 20 adalah pada standar spesifikasi mutu
kadar kotoran, kadar abu dan kadar zat menguap yang sesuai dengan Standar
Indonesia Rubber. Langkah proses pengolahan karet alam SIR 20 bahan baku
koagulum (lum mangkok, sleb, sit angin, getah sisa). Disortasi dan dilakukan
pembersihan dan pencampuran mikro, pengeringan gantung selama 10 hari
sampai 20 hari, peremahan, pengeringan, pengempaan bandela, (setiap bandela 33
Kg atau 35 Kg), pengemasan dan karet alam SIR-20 siap untuk diekspor
(Ompusunngu, 1987).
2.2.3 Penerapan Fungsi Pengolahan Karet Menjadi SIR 20
Tahapan pengolahan karet menjadi SIR 20 sehingga dapat digunakan yaitu
meliputi sebagai berikut :
· Sortasi
Sortasi bahan baku bertujuan untuk pemilihan dan pengelompokan bahan
baku yang relatif sama mutunya terutama KKK, tingkat kebersihannya
dan umurnya. Pelaksanaan sortasi bahan baku ini sangat penting untuk
dapat mengatur proporsi campuran bahan baku yang akan diolah
sehingga dapat dihasilkan SIR yang bermutu konsisten dan memenuhi
standar skema SIR Bahan baku yang dapat diolah menjadi SIR 5, harus
memenuhi kriteria koagulum segar, bersih dan umurnya maksimum 3
7
hari setelah penderesan. Kesegaran dan kebersihan bahan baku untuk
pengolahan SIR 20 harus di awasi secara ketat agar dapat menghasilkan
SIR 5 dengan kadar kotoran maksimum 0,05 dan kadar abu maksimum
0,50, umur bahan baku dibatasi maksimum 3 hari setelah deres agar PRI
yang dihasilkan dapat mencapai standar minimum 70. Sortasi bahan baku
dilakukan saat penerimaan di pabrik, dimana koagulum yang tingkat
kebersihan, mutu umur yang sama ditimbun dalam satu kelompok
terpisah dari yang lainnya, agar mudah diatur percampurannya dan
proses pengolahan, sehingga dapat dihasilkan SIR yang mutunya baik
dan konsisten.
· Pembersihan dan Pencampuran
Koagulum di pecah menggunakan alat Prebreaker atau Hammermill
sambil di semprot dengan air sehingga kotoran yang menempel pada
bahan olah karet akan terlepas. Pemisahan kotoran seperti tanah, pasir
akan lebih mudah terjadi dengan memasukkan koagulum yang telah
pecah ke dalam bak yang telah berisi air sambil diaduk dan disemprot
dengan air secara sirkulasi. Kotoran akan mengendap dan cacahan
koagulum mengapung di permukaan air, disamping pembersihan, akan
terjadi percampuran bahan baku makroblending akibat pengadukan.
· Peremahan
Komponen yang telah mengalami penuntasan selama 10-15 hari
diremahkan dalam granulator. Peremahan bertujuan untuk mendapatkan
remahan yang siap untuk dikeringkan. Sifat yang dihasilkan oleh
peremahan adalah mudah dikeringkan sehingga dicapai kapasitas
produksi yang lebih tinggi dan kematangan remah yang sempurna.
· Pengeringan
Komponen yang terlah mengalami peremahan selanjutnya dikeringkan
dalam dryer selama 3 jam. Pemasukan kotak pengering kedalam dryer 12
menit sekali, suhu pengering 122oC untuk bahan baku kompo dan 110oC
untuk proses WF. Suhu produk yang keluar dari dryer dibawah 40oC.
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air sampai batas aman
simpan baik dari serangan serangga maupun mikrobiologis, enzimatis
8
dan hidrolis. Dalam pengeringan faktor yang dapat memepengaruhi hasil
adalah lamanya penuntasan, ketinggian remahan, suhu dan lama
pengeringan.
· Pengepressan
Pengepresan merupakan pembentukan bandela-bandela dari remah karet
kering. Bahan yang keluar dari pengering kemudian ditimbang seberat
35kg/bandela yang akan dikemas dalam kemasan SW dan
33,5kg/bandela untuk kemasan. Setelah itu produk dipress dengan
menggunakan mesin press bandela. Ukuran hasil pengepresan 60 x 30 x
17 cm.
· Pengemasan
Pengemasan dimaksudkan untuk menghindari penyerapan uap air dari
lingkungan serta bebas kontaminan lain. Setelah produk dipress,
kemudian disimpan diatas meja alumunium untuk penyortiran dengan
menggunakan pengutip. Setelah itu produk dibungkus dengan plastik
transparan tebal 0,03 mm dan titik leleh 108oC. Bandela yang telah
dibungkus, kemudian dimasukkan dalam peti kemas dengan susunan
saling mengunci.
2.2.4 Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses dimana sebuah perusahaan atau
organisasi dalam melakukan suatu usaha harus mempunyai prinsip-prinsip
manajemen dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan
dalam mencapai tujuan perusahaan.
Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi menurut Sofjan Assauri
(2008:12), mengatakan bahwa: “Manajemen Produksi dan Operasi yaitu kegiatan
yang mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang
berupa manusia, alat dan dana serta bahan, secara efektif dan efisien untuk
menciptakn dan menambah kegunaan utility sesuatu barang atau jasa”.
Menurut Fogarty yang diterjemahkan oleh Eddy Herjanto (2008:20),
pengertian dari Manajemen Produksi dan Operasi yaitu: “Suatu proses yang
secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi manajemen untuk
mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai
9
tujuan”. Beberapa definisi diatas, maka dapat dikatakan bahwa manajemen
operasi adalah suatu desain operasi dan perbaikan sistem produksi serta perubahan
dari sumber daya yang dimiliki perusahaan (meliputi tanah, tenaga kerja, modal,
dan input manajemen) menjadi output berupa barang atau jasa yang diinginkan.
10
BAB III
METODE MAGANG
11
2. Visi dan Misi Perusahaan
3. Sejarah Perusahaan
4. Struktur Organisasi
5. Lain-lain yang dianggap penting.
3.3.2 Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam pelaksanaan magang adalah
metode deskriptif yaitu member gambaran tentang Manajemen Pengolahan Getah
Karet Menjadi SIR 20 pada PT. Bukit Angkasa Makmur.
3.4 Kegiatan Magang
Adapun rencana kegiatan magang di PT. Bukit Angkasa Makmur, dengan
mengikuti magang yang di mulai dari hari senin sampai hari sabtu selama hari
kerjadi mulai tanggal 17 Februari hingga 11 Maret 2020.
12
yang diarahkan oleh
pembimbing lapangan
- Isoma 12.00-13.00 WIB
- Pulang 13.00 WIB
4. Kamis, 20 - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
februari 2020 magang Angkasa
- Mengikuti kegiatan 08.00-12.00 WIB Makmur
yang dilakukan atas
perintah dari
pembimbing lapangan
untuk mengetahui
kondisi umum dan
organisasi perusahaan
- Isoma 12.00-13.00 WIB
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
5. Jumat, 21 - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
februari 2020 magang Angkasa
- Mengamati dan 08.00-12.00 WIB Makmur
berpartisipasi dalam
penimbangan karet
- Isoma 11.30-13.00 WIB
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
6. Sabtu, 22 - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
februari 2020 magang Angkasa
- Mengikuti kegiatan 08.00-12.00 WIB Makmur
proses penimbangan
karet
- Isoma 12.00-13.00 WIB
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
7. Senin, 24 - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
februari 2020 magang Angkasa
- Mengkikuti kegiatan 08.00-12.00 WIB Makmur
tahap penyortiran bahan
baku
- Isoma 12.00-13.00 WIB
13
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
8. Selasa, 25 - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
februari 2020 magang Angkasa
- Mengkikuti kegiatan 08.00-12.00 WIB Makmur
tahap penyortiran bahan
baku
- Isoma 12.00-13.00 WIB
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
9. Rabu, 26 - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
februari 2020 magang Angkasa
- Mengkikuti kegiatan 08.00-12.00 WIB Makmur
proses pada tahap
pengadukan
- Isoma 12.00-13.00 WIB
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
10. Kamis, 27 - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
februari 2020 magang Angkasa
- Mengkikuti kegiatan 08.00-12.00 WIB Makmur
proses pada tahap
pengadukan
- Isoma 12.00-13.00 WIB
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
11. Jumat, 28 - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
februari 2020 magang Angkasa
- Mengkikuti kegiatan 08.00-12.00 WIB Makmur
proses pada tahap
pencucian
- Isoma 11.30-13.00 WIB
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
12. Sabtu, 29 - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
februari 2020 magang Angkasa
- Mengkikuti kegiatan 08.00-12.00 WIB Makmur
proses pada tahap
14
pencampuran
- Isoma 12.00-13.00 WIB
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
13. Senin, 2 maret - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
2020 magang Angkasa
- Mengkikuti kegiatan 08.00-12.00 WIB Makmur
proses pada tahap
penggilingan
- Isoma 12.00-13.00 WIB
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
14. Selasa, 3 maret - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
2020 magang Angkasa
- Mengikuti kegiatan 08.00-12.00 WIB Makmur
proses pada tahap
penggilingan
- Isoma 12.00-13.00 WIB
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
15. Rabu, 4 maret - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
2020 magang Angkasa
- Mengikuti kegiatan 08.00-12.00 WIB Makmur
proses pada tahap
pemeraman
- Isoma 12.00-13.00 WIB
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
16. Kamis, 5 maret - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
2020 magang Angkasa
- Mengikuti kegiatan 08.00-12.00 WIB Makmur
proses pada tahap
peremahan
- Isoma 12.00-13.00 WIB
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
17. Jumat, 6 maret - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
2020 magang Angkasa
15
- Mengikuti kegiatan 08.00-12.00 WIB Makmur
proses pada tahap
peremahan
- Isoma 11.30-13.00 WIB
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
18. Sabtu, 7 maret - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
2020 magang Angkasa
- Mengikuti kegiatan 08.00-12.00 WIB Makmur
proses pada tahap
pengeringan
- Isoma 12.00-13.00 WIB
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
19. Senin, 9 maret - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
2020 magang Angkasa
- Mengikuti kegiatan 08.00-12.00 WIB Makmur
proses pada tahap
pengepakan
- Isoma 12.00-13.00 WIB
- Melanjutkan kegiatan 13.00-16.00 WIB
- Pulang 16.00 WIB
20. Selasa, 10 maret - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
2020 magang Angkasa
- Mengumpulkan data- 08.00-12.00 WIB Makmur
data yang diperlukan
- Pulang 12.00 WIB
21. Rabu, 11 maret - Mengisi absensi 07.00-07.15 WIB PT. Bukit
2020 magang Angkasa
- Melakukan perpisahan 08.00-12.00 WIB Makmur
dengan seluruh
karyawan PT. Bukit
Angkasa Makmur
- Pulang 12.00 WIB
16
BAB IV
GAMBARAN UMUM PT. BAM BENGKULU TENGAH
17
PT Bukit Angkasa Makmur Terletak di Jalan Raya Bengkulu Curup Desa
Kembang Seri Kecamatan Talang Empat Km 14 Kabupaten Bengkulu Tengah,
dengan geografi lahan mendatar dalam batas administratif wilayah Sebelah
Selatan berbatasan langsung dengan pemukiman, sebelah utara berbatasan
dengan daerah aliran sungai (DAS) air Bengkulu, sebelah timur berbatasan
dengan daerah aliran sungai (DAS) air Bengkulu, dan sebelah barat berbatasan
perkebunan rakyat dengan luas lahan 4,7 hektar dengan jarak dari jalan lintas
±50 meter serta pengolahan limbah aktif.
4.3 Lokasi PT. Bukit Angkasa Makmur
18
4.4.1 Visi Perusahaan
Menjadi Perusahaan Crumb Rubber Yang Berupaya Untuk Menjadi
Perusahaan Yang Dikenal Dan Mendapat Kepercayaan Yang Tinggi Di Skala
Nasional Dan Internasional Dengan Menitik Beratkan Pada Profesionalisme,
Ketepatan Waktu, Standardisasi Mutu Dan Kepuasan Pelanggan.
4.4.2 Misi Perusahaan
Menghasilkan Produk Dengan Komitmen, Kepercayaan Dan Menunjukan
Hasil Yang Sesuai Dengan Keinginan Dan Persyaratan Pelanggan.
19
4.5 Struktur Organisasi PT. Bukit Angkasa Makmur
20
4.6 Uraian Tugas Dan Wewenang PT. Bukit Angkasa Makmur
Tabel 2. Uraian Tugas Dan Wewenang PT. Bukit Angkasa Makmur
21
2.5.1.2. Daftar dokumen
eksternal
PRODUKSI/ OPERASIONAL
5.1. SOP atau IK
operasional/Produksi
5.1.1. Menjelaskan
proses
operasional/produksi
5.1.2. Monitoring
jadwal
produksi/operasional
5.2. Sasaran mutu dan tabel risiko
5.2.1. Menjelaskan sasaran
mutu dan risiko proses sales
22
− Mengendalikan purchasing
sistem
manajemen 6.2. Seleksi Supplier
pengadaan bahan 6.2.1. Form Seleksi supplier
baku 6.2.2. Kriteria seleksi
− Memonitoring 6.3. Evaluasi Supplier
proses 6.3.1. Form Evaluasi
penerimaan dan Supllier
penilaian mutu 6.3.2. Kriteria supplier
bahan baku 6.4. Sasaran mutu dan tabel risiko
6.4.1. Menjelaskan sasaran
mutu dan risiko proses sales
23
− Bahan kesepakatan SOP/IK/WI
penolong pengadaan bahan Penyimpanan
plastic penolong 9.1.2. Stock op-name
− Bahan − Perencanaan 9.1.3. FIFO
pendukung pembelian bahan 9.2. Sasaran mutu dan tabel Risiko
kemasan penolong Menjelaskan sasaran mutu dan
− Mengendalikan risiko proses sales
sistem
manajemen
pergudangan
bahan penolong
− Mengkoordinasi
kan persyaratan
dan spesifikasi
bahan penolong
− Mengendalikan
sistem
manajemen k3
pergudangan
− Mengendalikan
sistem
manajemen
perubahan
24
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
25
Hari kesebelas, Jumat 28 Februari 2020 kegiatan yang dilakukan mahasiswa
magang yaitu mengkikuti kegiatan proses pada tahap pencucian.
Hari kedua belas, Sabtu 29 Februari 2020 kegiatan yang dilakukan mahasiswa
magang yaitu mengkikuti kegiatan proses pada tahap pencampuran.
Hari ketiga belas, Senin 2 Maret 2020 kegiatan yang dilakukan mahasiswa
magang yaitu mengkikuti kegiatan proses pada tahap penggilingan.
Hari keempat belas, Selasa 3 Maret 2020 kegiatan yang dilakukan mahasiswa
magang yaitu masih mengikuti kegiatan pada tahap proses penggilingan.
Hari kelima belas, Rabu 4 Maret 2020 kegiatan yang dilakukan mahasiswa
magang yaitu mengikuti kegiatan proses pada tahap pemeraman.
Hari keenam belas, Kamis 5 Maret 2020 kegiatan yang dilakukan mahasiswa
magang yaitu mengikuti kegiatan proses pada tahap peremahan.
Hari ketujuh belas, Jumat 6 Maret 2020 kegiatan yang dilakukan mahasiswa
magang yaitu masih dalam tahap peremahan.
Hari kedelapan belas, Sabtu 7 Maret 2020 kegiatan yang dilakukan yaitu
mahasiswa magang mengikuti kegiatan proses pada tahap pengeringan.
Hari kesembilan belas, Senin 9 Maret 2020 kegiatan yang dilakukan
mahasiswa magang mengikuti kegiatan proses pada tahap pengepakan.
Hari kedua puluh, Selasa 10 Maret 2020 kegiatan yang dilakukan mahasiswa
magang yaitu mengumpulkan data-data yang diperlukan sebagai bahan untuk
menyusun laporan akhir.
Hari kedua puluh satu, Rabu 11 Maret 2020 kegiatan yang dilakukan
mahasiswa magang yaitu melakukan perpisahan dengan seluruh karyawan PT.
Bukit Angkasa Makmur.
5.2 Sosialisasi Perusahaan Kepada Peserta Magang
Kegiatan ini terdiri atas sosialisasi kegiatan magang serta pengenalan struktur
organisasi perusahaan. Sosialisasi kegiatan magavng ini merupakan suatu kegiatan
pengenal maksud dan tujuan dari kegiatan magang dilakukan di PT. Bukit
Angkasa Makmur sehingga tujuan dari magang dapat tercapai sesuai dengan yang
ditentukan. Sedangkan pengenalan struktur organisasi perusahaan, merupakan
suatu upaya untuk mengetahui manajemen perusahaan lebih jauh yang bertujuan
untuk memperlancar proses magang pada perusahaan tersebut. Pada kegiatan ini
26
para Staff dan Karyawan PT. Bukit Angkasa Makmur Bengkulu Tengah
memberikan gambaran terlebih dahulu kepada peserta magang mengenai sejarah
dan gambaran umum berdirinya pabrik tersebut.
5.3 Pengenalan Lingkungan Perusahaan
Kegiatan awal magang dimulai pada tanggal 17 februari tepatnya pada hari
senin. Penulis berkumpul di ruang rapat PT. Bukit Angkasa Makmur Bengkulu
Tengah untuk melakukan perkenalan kepada petinggi yaitu bapak Dikiyanto
selaku manajer dan bapak Bursamin. SS., M. ling. M. Nlp selaku pembimbing
lapangan. Setelah melakukan perkenalan, penulis menjelaskan mengenai topik
dan tujuan magang yang akan dilaksanakan. Kemudian penulis diarahkan untuk
melakukan perkenalan dengan seluruh pegawai PT. Bumi Angkasa Makmur
Bengkulu Tengah dan diberikan penjelasan secara umum mengenai pengetahuan
dasar pengolahan getah karet. PT. Bukit Angkasa Makmur Bengkulu Tengah
dalam satu minggu memiliki 6 hari kerja dengan lama waktu 8 jam/hari dan per
gari nya dibagi menjadi 2 shifth.
5.4 Proses Pengolahan SIR 20
Proses pengolahan SIR 20 dibagi menjadi dua, yaitu Pengolahan Basah dan
Pengolahan Kering. Berikut adalah tahapan pengolahan basah dan kering :
5.4.1 Proses Pengolahan Basah
Proses basah merupakan proses pengolahan karet menjadi lembaran yang
biasa disebut crepe. Inti dari proses ini adalah pencucian, sehingga didapatkan
Bokar dengan sedikit kontaminasi. Hal ini berpengaruh dalam kualitas Bokar itu
sendiri. Kapasitas mesin dalam proses pengolahan basah sebesar 4 ton dan waktu
yang dibutuhkan selama 1 jam.
27
Penerimaan Bahan Sortasi Slab Curter Hummer
Baku Mil I
28
Gambar 3. Penerimaan Bahan Baku
Sumber: PT. Bukit Angkasa Makmur (2020)
b. Sortasi
Sortasi bahan baku bertujuan untuk pemilihan dan pengelompokan bahan
baku yang relatif sama mutunya terutama KKK, tingkat kebersihannya dan
umurnya. Pelaksanaan sortasi bahan baku ini sangat penting untuk dapat
mengatur proporsi campuran bahan baku yang akan diolah sehingga dapat
dihasilkan SIR 20 yang bermutu konsisten dan memenuhi standar skema SIR 20.
Sortasi dilakukan pada saat bahan baku berada di loading ramp dengan
cara memotong bokar untuk mengetahui grade dari bahan baku tersebut. Bahan
baku karet dari pembelian memiliki tiga grade, yaitu grade A, B, dan C. Grade A
adalah bahan baku yang memiliki <5% tatal, grade B dengan 30% tatal, dan
grade C dengan 50% tatal. Sedangkan untuk bahan baku yang berasal dari kebun
inti, yaitu Low grade.
Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara acak yang mewakili
bahan baku yang diterima di pabrik setiap kendaraan pengangkut lebih kurang 25
kg untuk pengujian KKK (kadar kering karet). Sampel bahan baku kemudian
ditimbang dan melalui tiga proses penggilingan. Penggilingan pertama
menggunakan mesin creper 1 yang dilakukan sebanyak satu kali giling dan
ditambahkan air yang bertujuan untuk memecahkan tatal (bekas kulit sadapan)
yang menempel pada bahanbaku bokar. Penggilingan kedua menggunakan mesin
creper 2 yang dilakukan sebanyak 8 gilingan, 5 kali gilingan pertama digiling
kepang atau lembar dua dan 3 kali gilingan kedua digiling selembar untuk
membentuk lembaran panjang yang dialiri dengan bantuan air. Penggilingan
29
ketiga menggunakan mesin creper 3 yang dilakukan sebanyak tiga kali giling
tanpa menggunakan air yang bertujuan untuk memipihkan kembali dan
mengeringkan lembaran crepe dengan ketebalan 2 mm. Tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam pengujian KKK ini yaitu sebanyak 4 orang. Peralatan yang
dibutuhkan yaitu pisau pemotong sampel, ember, timbangan duduk, grobak, dan
alat pelindung diri.
Grade A
Grade B
Grade C
Gambar 4. Sortasi
Sumber: PT. Bukit Angkasa Makmur (2020)
Perhitungan KKK dilakukan dengan menggunakan rumus yaitu sebagai berikut :
B x FP
KKK = x 100%
A
30
c. Slab cutter/ breaker ( pencacah)
Sebelum proses pencacahan menggunakan slab cutter, bokar inti+plasma
diletakkan di atas konveyor. Bokar yang diolah harus menggunakan system FIFO
(first in first out). Proses pencacahan bahan baku bertujuan untuk memotong atau
mencacah dengan ukuran maksimal ± 50 x 50 cm menjadi remahan ukuran ± 5 –
10 cm, serta memisahkan kotoran dan kontaminan untuk memudahkan proses
selanjutnya. Dimana karet yang sudah dikelompokkan akan dipotong-potong oleh
mesin slab cutter disertai dengan air yang mengalir deras agar kotoran pada box
slab cutter terdorong. Setelah itu masuk ke bak blending agar kotoran seperti
pasir, lumpur dan kulit kayu (tatal) terbuang. Bak blending ini merupakan proses
pencucian/memisahkan kontaminan serta untuk menghomogenkan remahan karet
sebelum masuk ke proses selanjutnya. Tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu
sebanyak 1 orang.
31
3 – 5 cm, selanjutnya melewati alat Hammer mil II yang merupakan proses
pencacahan dari ukuran ± 3 – 5 cm menjadi ukuran ± 1,5 –3 cm.
32
unit creper selanjutnya. Tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu sebanyak 2 orang.
Gambar 9. Macerator
Sumber: PT. Bukit Angkasa Makmur (2020)
g. Creper jumbo I, Creper jumbo II, Creper jumbo III, Creper finisher
I, dan Creper finisher II
Mesin creper jumbo bertujuan untuk memecahkan butiran karet, memadatkan,
menyeragamkan, menipiskan, membuang kotoran dan membentuk lembaran crepe
yang tidak terputus-putus.
Creper jumbo I merupakan alat penggilingan untuk proses pembentukan
crepe yang digiling selembar dengan celah roll creper 0,8 mm. Selanjutnya
melalui proses pada alat Creper jumbo II yang merupakan alat penggilingan untuk
proses pembentukan crepe yang digiling selembar dengan celah roll creper 0,6
mm. Kemudian melewati Creper jumbo III merupakan alat penggilingan untuk
proses pembentukan crepe yang digiling dua lembar atau dikepang dengan celah
roll creper 0,5 mm. Pada proses ini harus menggunakan air yang mengalir deras
untuk membuang sisa kotoran selama proses penggilingan. Ketiga alat ini
berfungsi untuk menghomogenkan crepe.Tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu
sebanyak 3-4 orang.
Selanjutnya melewati proses pada alat Creper finisher I dan Creper
finisher II bertujuan untuk menipiskan dan memecahkan butiran karet serta
membentuk lembaran crepe. Alat ini membentuk lembaran crepe dengan
ketebalan ± 8-10 mm. Proses penggilingan dengan digiling dua lembar atau
dikepang pada alat creper finisher I dengan celah roll 0,2 mm sedangkan pada alat
creper finisher II digiling selembar dengan celah roll 0,2 mm. Selama proses
penggilingan menggunakan air yang mengalir deras untuk membuang sisa
33
kotoran. Tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu sebanyak 6 orang.
Gambar 10. Creper jumbo I, Creper jumbo II, Creper jumbo III, Creper finisher
I, dan Creper finisher II
Sumber: PT. Bukit Angkasa Makmur (2020)
h. Timbangan blanket dan Lift
Penimbangan gulungan crepe bertujuan untuk mengetahui berat lembaran
crepe yang dihasilkan per unit gulungan sehingga diketahui produksi setiap shift
per hari.
Proses selanjutnya yakni pencatatan berat gulungan crepe yang sudah
digulung dengan roll penggulung dengan berat ± 200-215 Kg menggunakan
timbangan crepe dan kemudian gulungan crepe dibawa ke ruang jemur
menggunakan alat yang bernama lift.
34
pengeringan crepe pada ruang jemur yang bertujuan untuk menurunkan kadar air
dari lembaran crepe. Proses penjemuran lembaran crepe tidak boleh langsung
terkena sinar matahari agar tidak megurangi kadar nilai Po dan PRI. Ruang
penjemuran memiliki 72 ruang dimana pada setiap lantai memiliki 24 ruang dan
dibagi menjadi dua ruang yaitu ruang A dan ruang B. Ruang jemur crepe dengan
masa tinggal minimal 12 hari jemur yang mana lembaran crepe digantung secara
berurutan, tidak terlipat dan rapih. Jarak gantungan lembaran crepe dengan lantai I
yaitu antara ± 40 – 70 cm dari lantai, lantai II dan III yaitu antara ± 20 – 50 cm
dari lantai.
Ruang penjemuran memiliki kapasitas 600 ton kering dengan kapasitas per
ruang sebanyak 12 ton basah sebelum dikering anginkan selama 12 hari, agar
kadar air menurun dan terjadi penyusutan berat sebesar 4 ton sehingga kapasitas
per ruang menjadi 8 ton kering yang siap diolah pada pengolahan kering. Tenaga
kerja yang dibutuhkan yaitu sebanyak 6 orang.
Gudang Ekspor/Lokal
35
Sumber: PT. Bukit Angkasa Makmur (2020)
a. Shredder
Mesin shredder bertujuan untuk mencacah atau memotong lembaran crepe
yang sudah berumur minimal 12 hari agar menjadi butiran-butiran remahan
dengan ukuran 2 - 2,5mm untuk memudahkan dikeringkan dalam proses
pengeringan di dryer. Lembaran crepe yang dimasukkan ke dalam shredder
sebanyak 1 – 2 lembar secara kontinu.Setelah itu, butiran-butiran remahan masuk
kedalam bak shredder untuk membersihkan kontaminasi yang terdapat pada
butiran-butiran remahan.Tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu sebanyak 4 orang.
36
trolly yaitu 6 menit/trolly dengan lama waktu pengeringan yaitu 2,5 jam. Mesin
dryer menggunakan temperature suhuyaitu sebesar 118°C-130°C. Pengaturan
waktu dan pengaturan suhu pada dryer tidak diperbolehkan diubah-ubah ketika
dryer sedang beroperasi, kecuali bila keadaan memaksa atau tergantung dengan
kondisi dan sifat karet. Tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu 1 orang.
37
Gambar 16. Timbangan dan Press bale
Sumber: PT. Bukit Angkasa Makmur (2020)
d. Metal Detector
Metal detector merupakan alat yang bertujuan untuk mendeteksi bale SIR
20 bebas dari kontaminasi serpihan logam. Apabila terdapat kontaminasi bahan
logam, periksa bale SIR 20 dengan cara membelah bale setiap kelipatan 6 yang
mana dalam 1 palet berisi 36 bale dan memiliki 6 shaft sampai titik karet yang
terkontaminasi ditemukan, dan benda logam yang ditemukan dibuang pada wadah
yang telah disediakan.
38
Analisa kadar kotoran,kadar abu,kadar zat menguap, PRI, Po, dan kadar
nitrogen bertujuan untuk menentukan kadar kotoran, kadar abu, kadar zat
menguap, PRI, PO, dan kadar nitrogen yang terkandung dalam contoh uji karet
SIR 20 dengan parameter kadar kotoran pada produk SIR 20 yaitu maksimal
0,20% ; parameter kadar abu pada produk SIR 20 yaitu maksimal 1,00% ;
parameter kadar zat menguap pada produk SIR 20 yaitu maksimal 0,80% ;
parameter nilai PRI (Plasticity Retention Index) pada produk SIR 20 yaitu minima
l 50 ; parameter nilai Po untuk produk SIR 20 yaitu minimal 30 ; dan parameter
kadar nitrogen pada produk SIR 20 yaitu maksimal 0,60%. Sampel yang
digunakan pada setiap analisis seberat 20-25 gram dari contoh yang telah
diseragamkan.
39
Tabel 3. Parameter Mutu SIR 20
Uraian Sasaran Keterangan
Parameter Mutu Produksi :
- Kadar Kotoran Maksimal 0,20% Sesuai Skema
- Kadar Abu Maksimal 1,00% Persyaratan Mutu
- Kadar Zat Menguap Maksimal 0,80% Standar Indonesia
- PRI Minimal 50 Rubber (SNI 06-
- Po Minimal 30 1903-2000)
- Kadar Nitrogen Maksimal 0,60%
Sumber: PT. Bukit Angkasa Makmur Tahun (2020)
f. Packaging
Pengemasan SIR bertujuan untuk mengemas dan menyusun bale kedalam
forming box atau pallet sesuai SNI 06-19003-2000 (standard Indonesian rubber).
Selain itu pengemasan bertujuan untuk perlindungan dari bahaya fisik,
perlindungan dari kondisi iklim mikro luar kemasan dan pemberian informasi
karena kemasan dapat diberikan label yang mencantumkan berbagai informasi
termasuk jenis produk.
` Pengemasan dilakukan setelah bale melewati metal detector dengan
menggunakan plastic bungkus 0,03 mm untuk setiap bale. Kemudian bale tersebut
ditumpuk dalam box dan dibawa ke gudang penyimpanan. Di gudang
penyimpanan, bale yang berada di dalam box di press kembali menggunakan besi
tindih dengan berat 2 ton selama 1-2 hari agar efisien dalam penyimpanan dan
pengangkutan. Setelah itu, dilakukan penyortiran kembali untuk melihat white
spot dan black spot yang terdapat di setiap bale. Setiap satu pallet berisi 36 bale
dengan berat 35 kg per bale. Kemudian pallet di bungkus menggunakan plastic
bendyzer atau pasang plastic sungkup dengan ketebalan 0,1 mm dan dipanaskan
menggunakan api atau blower agar plastic merekat. Selanjutnya, pallet di letakkan
sesuai dengan nomor lot masing masing. Setiap lot terdiri dari 8 pallet yang siap
untuk dibawa dan dipasarkan.
40
Gambar 19. Packging
Sumber: PT. Bukit Angkasa Makmur (2020)
g. Gudang dan Pemasaran
Produk SIR 20 di bawa menuju pelabuhan Boom Baru palembang untuk
dilakukan penyimpanan sebelum didistribusikan. Setelah proses produksi selesai
SIR 20 dapat dipasarkan ke perusahaan terkait karena perusahaan sudah
melakukan kerjasama dengan perusahaan terkait.
41
1. Planning (Perencanaan)
PT. Bukit Angkasa Makmur dalam merencanakan tenaga kerja untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara tahap demi tahap. Dalam
penyusunan perencanaan tenaga kerja ditentukan oleh selaku Pimpinan PT. Bukit
Angkasa Makmur dimana setiap perencanaan tenaga kerja ditetapkan secara
rasional serta memperhatikan situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang
memadai. Jumlah tenaga kerja di PT. Bukit Angkasa Makmur Bengkulu Tengah
yang terlibat dalam proses pengolahan getah karet menjadi SIR 20 sebanyak 318
orang. Tenaga kerja ditempatkan sesuai dengan bidang kemampuan masing-
masing.
Perencanaan berapa besaran karet yang ada di loading ramp sudah
direncanakan dalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) yang
merupakan rencana kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk fisik
ataupun rupiah dalam satu tahun yang berfungsi sebagai pedoman pelakanaan
kerja, sebagai alat pengendalian dan pengawasan.
Dalam penyusunan RKAP sudah di sesuaikan dengan keadaan atau
kemampuan internal dan eksternal perusahaan itu sendiri yang juga
mempertimbangkan pengaruh musim kering dan musim hujan, karena pada saat
musim hujan hasil sadapan karet akan menurun. Kondisi lain yang juga
dipertimbangkan adalah kedaan tanaman, daun setelah mengalami gugur dan
kemudian semi kembali juga berpengaruh, keluaran lateks akan menurun karena
pertumbuhan akan terfokus dulu kepada pertumbuhan daun.
Bahan baku yang digunakan di PT. Bukit Angkasa Makmur berasal dari
perkebunan rakyat. Karet alam dari perkebunan rakyat PT. Bukit Angkasa
Makmur sebanyak 10 ton per hari. Dimana setiap pengeluaran bahan baku yang
akan mengalami proses produksi diawasi secara ketat sehingga bahan baku yang
akan diproses selanjutnya benar-benar terjamin kualitas dan kuantitasnya. Metode
yang digunakan dalam pengaturan bahan baku dari gudang bahan baku
menggunakan sistem FIFO. Dalam sistem ini, setiap bahan baku yang pertama
masuk maka keluar pertama untuk diproduksi.
PT. Bukit Angkasa Makmur memiliki target bahan baku yang akan diolah
setiap hari sebanyak 20 ton. Namun dengan kodisi yang tidak mampu memenuhi
42
target karena dalam dua tahun terakhir produksi getah karet menurun. Untuk
memenuhi target bahan baku yang akan diolah PT. Bukit Angkasa Makmur
melakukan pembelian dari perkebunan rakyat.
2. Organizing (Pengorganisasian)
PT. Bukit Angkasa Makmur mempunyai 10 kepala asisten yang dipimpin
oleh seorang direktur. Setiap asisten juga membawahi para mandor yang masing-
masing bertanggung jawab terhadap tugas yang ditetapkan. Pembagian tugas yang
tepat dalam setiap penggal proses memiliki peranan penting di sini, karena untuk
menjadikan SIR 20 harus melalui beberapa tahap terlebih dahulu. Yaitu tahap
penerimaan, sortrasi, pencacahan, pencucian, penjemuran, pengeringan,
pengepresan, dan pengemasan. Jika seseorang yang bersangkutan dalam setiap
penggal proses tidak saling berkoordinasi dan menyadari akan tugas dan
wewenang yang telah diemban masing-masing anggota maka mustahil akan
memperoleh produk dengan standar mutu yang baik.
Ketika masih dalam proses penerimaan bahan baku yang diperoleh dari kebun
rakyat sampai di pengolahan. Asisten Teknik dan Pengolahan sudah memegang
penuh wewenangnya terhadap pencapaian target produksi sesuai dengan lump
yang diterima. Memastikan peralatan, bahan baku dan bahan pembantu yang
digunakan pada proses pengolahan sesuai dengan RKAP (Rencana Kerja
Anggaran Pendapatan). Dan untuk memudahkan pelaksanaan tugas di pabrik
Asisten Teknologi dan Pengolahan di bantu oleh seorang mandor besar yang
mempunyai wewenang terhadap mandor pengolahan, mandor pnggilingan dan
mandor sortasi bahan baku.
3. Actuating (Penggerak/Pelaksanaan)
Setelah proses perencanaan yang baik dan pengorganisasian yang tepat hal
selanjutnya yang juga menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai taget adalah
pelaksanaan yang baik dan maksimal dalam hal ini pelaksanaan yang memegang
peran penting dari seluruh tahap fungsi manajerial. PT. Bukit Angkasa Makmur
membagi dua shift dalam tahap pengolahan. Shift pertama dan kedua masing-
masing mengolah 10 ton. Pada tahap ini mandor pengolahan harus membimbing
para pekerja untuk mendapatkan produk SIR yang sempurna. Mutu lump yang
baik namun apabila dalam proses pengolahannya yang kurang tepat juga akan
43
membuat SIR 20 yang dihasilkan menurun.
Berikut adalah manajemen proses PT. Bukit Angkasa Makmur :
44
4. Controling (Pengawasan)
Pada tahap pengawasan (controlling) mahasiswa magang tidak boleh
mengikuti serta berpartisipasi dalam proses tersebut dikarenakan sudah ada
karyawan yang sudah mengambil ahli proses tersebut dan juga konsep yang
diambil dalam judul magang hanya proses pengolahan karet, seperti proses
ekspor, laboratorium, audit internal, pembiayaan, dan customer.
Adapun kegiatan pengawasan kerja yang dilaksanakan antara lain adalah:
a. Pengawasan Langsung
Pengawasan yang dilakukan dengan cara mendatangi dan melakukan
pemeriksaan ditempat terhadap objek yang di awasi secara langsung oleh manajer,
dengan memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui apakah
hasil-hasilnya seperti yang dikehendaki dengan cara inspeksi langsung, observasi
ditempat maupun laporan ditempat. Seperti pengawasan yang dilakukan oleh
kepala asisten sumber daya manusia yang melakukan pengawasan secara langsung
dengan mengawasi karyawan di tempat pelaksanaan kerja.
b. Pengawasan tak langsung
Dalam hal ini para kepala urusan membuat laporan secara berkala atas
pelaksanaan kerja urusan yang di pimpinnya, kemudian dilaporkan kepada
manajer sebagai bukti pertanggung jawaban atas tugas dan tanggung jawab yang
di berikan kepadanya.
Sanksi atau hukuman disiplin yang merupakan suatu tindakan korektif,
pengarahan dan pembinaan atau hukuman yang dilakukan oleh Perusahaan
terhadap sikap atau tingkah laku karyawan PT. Bukit Angkasa Makmur yang
terbukti melakukan pelanggaran disiplin. Karyawan yang telah terbukti
melakukan pelanggaran disiplin akan dijatuhi sanksi hukuman yang berupa :
1. Teguran lisan
2. Teguran tertulis
3. Surat peringatan pertama
4. Surat peringatan kedua
5. Surat peringatan ketiga
6. Pemutusan Hubungan kerja
o Sistem Kompensasi di PT. BAM
45
Sistem kompensasi dinilai sangat penting bagi Karyawan dan juga bagi suatu
perusahaan, karena besarnya kompensasi juga menentukan ukuran nilai bagi suatu
perusahaan. Sistem kompensasi di PT. BAM meliputi: gaji, premi, lembur, dan
bonus.
1. Gaji
Gaji ialah sejumlah uang yang diterima oleh kayawan atau pekerja sebagai
imbalan dari perusahaan atas pekerjaan yang dibebankan kepadanya setelah
melaksanakan tugas, yang terdiri dari gaji pokok dan komponen tunjangan
tetap yang diterimakan dalam bentuk uang.
2. Premi
Premi adalah suatu penghargaan yang diberkan oleh perusahaan kepada
pekerja yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik, sesuai dengan
peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan.
3. Lembur
Lembur adalah kerja yang dilakukan keryawan atau pekerja yang melebihi
jam kerja yang telah ditetapkan atau pada hari istirahat mingguan dan atau
pada hari libur resmi berdasarkan ketentuan Undang-Undang atau peraturan
Pemerintah Republik Indonesia. Perhitungan lembur jika sewaktu-waktu perlu
penambahan jadwal produksi.
4. Bonus
Bonus adalah sejumlah uang yang diberikan kepada Karyawan/Pekerja
sesuai dengan kemampuan perusahaan dan dibayarkan.
46
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari semua kegiatan magang yang sudah berlangsung
adalah:
1. Bahan baku yang digunakan merupakan karet alam hasil dari perkebunan
rakyat. Pada proses pengolahan karet dipabrik pengolahan karet PT. Bukit
Angkasa Makmur Bengkulu Tengah dibagi menjadi dua tahapan, yakni :
proses pengolahan basah dan proses pengolahan kering. Proses
pengolahan basah adalah proses pengolahan karet menjadi karet lembaran
yang akan dijemur terlebih dahulu yang selanjutnya akan mengikuti
tahapan proses pengolahan kering. Sedangkan proses pengolahan kering
adalah proses pengolahan karet lembaran hasil proses dan menjadi
produk karet remah kualitas SIR 20 (Crumb Rubber SIR 20).
Kemudian produk SIR 20 yang diproduksi PT. Bukit Angkasa Makmur
Bengkulu Tengah diantar oleh truk menuju pelabuhan Boom Baru
palembang.
2. Ruang lingkup dari penerapan fungsi manajemen dalam pengolahan gertah
karet terdiri dari planning ( Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),
Actuating (Penggerak/Pelaksanaan), Dan Controlling (Pengawasan).
6.2 Saran
1. Menjaga kualitas bahan baku yang digunakan serta kualitas produk yang
dihasilkan.
2. Sebaiknya perusahaan memperketat peraturan yang berhubungan dengan
kesehatan dan keselamatan kerja karyawan terutama yang bekerja di
pabrik bidang pengolahan.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
L
49
PROSES PENERIMAAN BAHAN BAKU
50
KRITERIA BAHAN BAKU
51
PENYIMPANAN BAHAN BAKU
52
KOMPOSISI BAHAN BAKU
PROSES PEMBELAHAN/
BREAKER
PROSES PENCUCIAN/
OVERFLOW
PROSES PENCACAHAN/
HAMMARMILL 1-2
Page 4
of 21
53
PEMILIHAN KONTAMINAN/ BELT CONV
54
PENENTUAN SPESIFIKASI KKK BLANKET
55
PROSES PENIMBANGAN SIR
PRESSING BANDELA
56
PENDETEKSIAN METAL CHIP
KETIDAKSESUAIAN PRODUK
SIR
PACKING/ PEMBUNGKUSAN
BALE
57
58
Km.14
Bengkulu
Tengah
SURAT KETERANGAN
Di Berikan Kepada:
KHOLIS KARIMIL
NIM. E1D016066
Telah Melakukan Praktik Kerja Lapangan Pada Tanggal
17 Februari s/d 11 Maret 2020
59