KELISTRIKAN OTOMOTIF
MAKALAH TENTANG SISTEM STARTER
DISUSUN OLEH :
DHIYA’UL RO’ID ALFARIS (1841220070)
KELAS 1A
PROGRAM STUDI DIV TEKNIK OTOMOTIF
ELEKTRONIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
i
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang karena
Rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan Makalah Sistem starter ini
tepat pada waktunya, dan rasa terima kasih pada semua pihak baik dosen maupun
mahasiswa yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB IV PENUTUP
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 27. Sakelar magnet ......................................................................... 23
Gambar 28. Cara kerja pada posisi start ...................................................... 24
Gambar 29. Pinion dan ring gear berhubungan ........................................... 25
Gambar 30. Kunci kontak pada posisi “OFF” ............................................. 26
Gambar 31. Konstruksi tipe planetary ......................................................... 27
Gambar 32. Planetary gear........................................................................... 28
Gambar 33. Ring gear pada plat kopling ..................................................... 29
Gambar 34. Komponen tipe planetary ......................................................... 30
Gambar 35. Pemeriksaan hubungan singkat armature dengan massa ......... 31
Gambar 36. Pemeriksaan hubungan singkat armature dengan glower ........ 31
Gambar 37. Pemeriksaan antar segmen ...................................................... 32
Gambar 38. Pemeriksaan run out komutator ............................................... 32
Gambar 39. Pemeriksaan diameter komutator ............................................. 33
Gambar 40. Pemeriksaan kedalaman segmen.............................................. 33
Gambar 41. Pemeriksaan panjang sikat ....................................................... 34
Gambar 42. Pemeriksaan hubungan pemegang sikat .................................. 34
Gambar 43. Pemeriksaan kopling starter ..................................................... 35
Gambar 44. Pemeriksaan kumparan medan ............................................... 35
Gambar 45. Pemeriksaan kumparan medan ................................................ 35
Gambar 46. Pengetesan pull in coil ............................................................. 36
Gambar 47. Pengetesan hold in coil ............................................................ 36
Gambar 48. Pengetesan kembalinya pinion ................................................. 37
Gambar 49. Pengetesan motor starter tanpa beban ...................................... 37
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Suatu mesin tidak dapat mulai hidup (start) dengan sendirinya, maka dari
itu mesin tersebut memerlukan tenaga dari luar untuk memutarkan poros engkol
dan membantu untuk menghidupkan mesin. Hal itulah yang menyebabkan
keharusan adanya sistem starter pada kendaraan mobil. Mobil pada umumnya
menggunakan motor listrik yang digabungkan dengan magnetic switch yang
memindahkan gigi pinion yang berputar ke ring gear yang dipasangkan pada
bagian luar dari fly wheel, sehingga ring gear berputar ( begitu juga dengan
poros engkol ).
Pada zaman dahulu sebelum motor starter ditemukan untuk menghidupkan
kendaraan, dibutuhkan tenaga dari seseorang untuk memutar poros engkol,
selain itu ada juga motor starter yang meggunakan energy listrik namun masih
sangat kuno,seiring perkembangan zaman kini telah banyak ditemukan motor
starter yang lebih modern dan tentunya lebih baik
Motor starter harus dapat menghasilkan momen yang besar dari tenaga yang
kecil yang tersedia pada baterai. Hal lain yang harus diperhatikan ialah bahwa
motor starter harus sekecil mungkin. Untuk itulah , motor serie DC (arus searah)
umumnya yang dipergunakan.
1
5. Bagaimana cara merawat system starter ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa pengertian dan fungsi dari system starter.
2. Mengetahui komponen apa saja yang terdapat pada system starter.
3. Mengetahui bagaimana cara kerja system starter.
4. Mengetahui bagaimana memeriksa dan menguji motor stater
5. Mengetahui bagaimana cara merawat system starter.
1.4.Manfaat
2
BAB II
TEORI DASAR
2.1. Sejarah
Seabad yang lalu, untuk menyalakan mobil, pengemudi harus
menggunakan 'engkol tangan' yang sangat menyita waktu serta berpotensi
membuat cedera. Untung, dengan adanya starter elektrik, generasi selanjutnya
tidak perlu bersusah payah lagi untuk menyalakan mobil.
Bagaimanakah awal mula starter elektrik tersebut? Dokumen paling tua
mencatatkan konsep starter elektrik ditemukan seorang insinyur listrik
berkebangsaan Inggris pada 1896 bernama Clyde J. Coleman.
Kemudian, sebagaimana yang dikutip dari Yahoo Autos, penemuan tersebut
diaplikasikan ke mobil-mobil produksi Arnold Motor Carriage, salah satu
pabrikan otomotif tertua di dunia yang masih eksis sampai saat ini.
Sementara itu, di Amerika Serikat, pendiri Cadillac, Henry Leland memutuskan
untuk menanamkan starter elektrik pada semua mobilnya setelah salah satu
poros engkol modelnya rusak kembali dan menelan korban jiwa pada 1910.
Leland kemudian bekerja sama dengan Charles F. Kettering yang telah
mengembangkan sistem kasir listrik. Leland membayar Kettering untuk
menerapkan teknologi yang sama pada mobil. Singkat cerita, Kettering berhasil
membuat starter elektrik berbentuk tombol sebagaimana yang dipesan Leland.
Leland kemudian memasangkan starter elektrik buatan Kettering tersebut pada
mobil Cadillac Tioring Edition produksi 1912. Model ini pun sukses menembus
pasaran dan menjadi kiblat tersendiri terhadap pembangunan mobil ke depannya.
Sistem starter adalah bagian dari sistem kelistrikan pada suatu kendaraan
yang berfungsi untuk memberikan putaran awal bagi engine agar dapat
menjalankan siklus kerjanya. Dengan memutar fly wheel, engine mendapat
3
putaran awal dan selanjutnya dapat bekerja memberikan putaran dengan
sendirinya melalui siklus pembakaran pada ruang bakar.
Tipe motor starter yang pertama adalah motor starter tipe konvensional.
Pada motor starter tipe konvensional ini bekerja tanpa adanya pereduksian
roda gigi karena motor starter tipe konvensional hanya memiliki satu buah
gear yaitu pinion gear saja. Tanpa adanya pereduksian roda gigi maka
moment putar yang dihasilkan pada motor starter tipe ini kecil dan tidak
sebesar tipe motor starter lainnya. Kelebihan motor starter tipe
konvensional ini adalah konstruksinya yang sederhana dibandingkan
dengan tipe motor starter lainnya. Poros armature pada motor starter
konvensional ini langsung berhubungan dengan pinion gear, yang mana
pinion gear akan langsung memutarkan fly wheel ketika switch starter di on
kan.
4
2. Motor stater tipe reduksi
Tipe motor starter yang kedua adalah motor starter tipe reduksi. Pada motor
starter tipe reduksi ini bekerjanya dengan adanya pereduksian roda gigi.
Pada tipe motor starter ini terdapat roda-roda gigi yang saling mereduksi
sehingga akan menurunkan putaran pinion gearnya, namun akan didapatkan
momen putar yang lebih besar dibandingkan dengan motor starter tipe
konvensional. Pada motor starter tipe ini memiliki konstruksi yang lebih
rumit dibandingkan dengan motor starter tipe konvensional. Poros armature
pada motor starter tipe reduksi ini tidak langsung terhubung dengan pinion
gear, namun menggunakan tambahan roda-roda gigi reduksi untuk
memutarkan pinion gearnya
5
Tipe motor starter yang ketiga adalah motor starter tipe planetary. Cara
kerja motor starter tipe planetary ini hampir sama dengan motor starter tipe
reduksi yaitu sama-sama adanya pereduksian roda gigi untuk menambah
moment putar yang lebih besar. Pada tipe ini, pereduksian putaran
dilakukan oleh roda-roda gigi planetay. Roda gigi planetary merupakan
roda gigi yang tersusun dari sun gear, planetary gear dan ring gear.
Konstruksi motor starter tipe planetary ini sama rumitnya dengan motor
starter tipe reduksi, komponen planetary gear ini terletak diantara poros
armature dengan pinion gear. Poros armature pada tipe ini terhubung
dengan sun gear sedangkan ring gear terhubung dengan pinion gear. Fungsi
planetary gear ini adalah untuk menghasilkan momen putar yang besar saat
diawal untuk memutarkan fly wheel dan ketika fly wheel mulai berputar
maka kecepatan putaran pada motor starter akan bertambah.
6
BAB III
PEMBAHASAN
1. Elektromagnetik
7
Adapun arah medan magnet dihasilkan tergantung dari arah arus listrik
yang mengalir.
Gambar 5. dijelaskan bahwa dengan mengalirnya arus listrik yang
sesuai dengan arah tanda panah, maka akan dapat menimbulkan
medan magnet yang arahnya sama dengan arah putaran jarum jam
(kekanan).Dan selanjutnya gejala seperti ini disebut dengan kaedah sekrup
ulir kanan atau kaedah ibu jari kanan Fleming.
Apabila konduktor dipegang dengan tangan kanan maka ibu jari akan
menunjukkan arah arus listrik yang mengalir, sedangkan garis-garis
gaya magnet sesuai dengan keempat jari lainnya. Selanjutnya arah
arus yang menjauhi dan mendekati digambarkan dalam simbol
kelistrikan sebagai lingkaran dan didalamnya ada tanda dan • seperti
terlihat pada gambar 1 dan 2.
2. Gaya Elektromagnetik
8
Pada gambar 3 dijelaskan, apabila sebuah konduktor diletakkan diantara
dua kutub (N - S) dan konduktor tersebut dialiri arus listrik, maka
disekeliling konduktor akan terbentuk garis gaya magnet yang saling
berpotongan dengan garis gaya magnet pada kutub N dan S dan
menyebabkan garis gaya magnet bertambah dibagian bawah
penghantar dan bertakurang di bagian atas penghantar. Akibatnya
penghantar akan memperoleh gaya yang cenderung mendorong ke atas.
Gerakan penghantar tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan
kaedah tangan kiri "Fleming", (lihat gbr. 3).
Catatan :
9
Sebuah konduktor/kawat penghantar yang berbentuk "U" bila dialiri
arus listrik maka akan menghasilkan medan magnet yang arahnya berbeda.
Untuk konduktor yang arah arusnya menjauhi kita arah medan magnet
yang ditimbulkan akan searah jarum jam. Sedangkan sebaliknya untuk
konduktor yang arah arusnya mendekati kita • , akan menghasilkan arah
medan magnet berlawanan jarum jam.
Kemudian konduktor tersebut diletakkan diantara kutub magnet
utara dan selatan, seperti ditunjukkan gambar 5, maka timbul kombinasi
garis-garis gaya magnet. Akibatnya didaerah "kutub N" akan timbul tenaga
ke atas dan di "kutub S" akan timbul tenaga ke bawah sehingga
menimbulkan momen puntir.
Motor starter tipe ini, terdiri dari sebuah magnetic switch (solenoid),
motor elektrik, drive lever, pinion gear, starter clutch (kopling) dan lain-
lain Pinion gear ditempatkan satu poros dengan armature dan berputar dengan
kecepatan yang sama.
Drive lever yang dihubungkan dengan plunger magnetic switch
mendorong plunger berkaitan dengan ring gear.
10
Gambar 10. Konstruksi tipe konvensional
Magnetic switch terdiri dari hold-in coil dan pull-in coil. Ini dioperasikan
oleh gaya magnet yang dibangkitkan didalam kumparan dan mempunyai
sebagai berikut:
11
2. Yoke dan Pole Core
Yoke dibuat dari logam yang berbentuk silinder dan berfungsi sebagai
tempat pole core yang diikatkan dengan sekrup. Pole core berfungsi
sebagai penopang field coil dan memperkuat medan magnet yang
ditimbulkan oleh field coil saat dialiri listrik.
3. Field Coil
Pada starter biasanya digunakan empat field coil yang berarti
mempunyai empat core.
12
4. Armature
Armature terdiri dari sebatang besi yang berbentuk silindris dan diberi
slot- slot, poros, komutator serta kumparan armature. Berfungsi untuk
merubah energi listrik menjadi energi mekanik dalam bentuk gerak putar.
Brush terbuat dari tembaga lunak, dan carbon yang berfungsi untuk
meneruskan arus listrik dari field coil ke armature coil langsung ke
massa melalui komutator. Umumnya starter mempunyai empat buah
brush, yang dikelompokkan menjadi dua :
1) Dua buah disebut dengan sikat positif
13
6. Armature Brake
7. Drive Lever
14
8. Starter Clutch dan Pinion Gear
Jik
a
Hold on Ground
Ground
15
Gambar 19. Cara kerja motor starter saat posisi start
Pada saat hold-in dan pull-in coil membentuk gaya magnet dengan arah
yang sama, karena arah arus yang mengalir sama. Akibatnya plunger akan
bergerak ke arah main switch, sehingga drive lever bergerak menggeser
starter clutch ke arah posisi berkaitan dengan ring gear. Karena arus yang
mengalir ke field coil pada saat itu masih relatif kecil maka armature
berputar lambat dan memungkinkan perkaitan pinion dan ring gear
menjadi lembut. Pada saat ini kontak plate/plunger belum menutup main
switch.
Bila pinion gear sudah berkaitan penuh dengan ring gear, kontak plate/
plunger akan mulai menutup main switch. Pada saat ini arus mengalir sebagai
berikut :
16
Diterminal C/'M ada arus, maka arus dari pull-in coil tidak dapat
mengalir, tetapi kontak plate ditahan oleh kemagnetan hold-in coil saja.
Bersamaan dengan itu arus yang besar akan mengalir dari :
17
Gambar 21. Saat starter switch pada posisi ON
Karena arus pull-in coil dan hold-in berlawanan maka arah gaya magnet
yang dihasilkan juga berlawanan sehingga keduanya saling menghilangkan
gaya magnetnya, hal ini mengakibatkan kekuatan return spring
mengembalikan kontak plate ke posisi semula. Dengan demikian drive lever
menarik starter clutch dan pinion gear terlepas dari perkaitan dengan ring
gear.
18
Gambar 22. Konstruksi tipe reduksi
Motor dan reduction gear terdiri dari armature idle gear dan
clutch gear seperti ditunjukkan pada gambar 19. Putaran armature
dipindahkan ke drive pinion melalui idle gear dan clutch gear sehingga
putarannya berkurang sampai seperempat setelah melalui mekanisme
clutch.
19
Gambar 24. Starter clutch reduksi
20
sendiri yang akan maju menutup titik kontak utama magnetic switch.
Armature akan berputar, menyebabkan pinion berputar dan berkaitan
dengan ring gear. Untuk jelasnya dapat dilihat cara kerjanya pada,
gambar 20.
21
Gambar 26. Saat mesin sudah hidup
3. Sakelar Magnet
(a)
(b)
22
(c)
Sakelar magnet terdiri dari rumah, tutup solenoid, pull-in coil untuk
menarik plunger dan hold-in coil untuk menahan plunger. Plunger dipakai
untuk mendorong pinion keluar dari main kontak untuk mensuplai arus dari
batere ke motor.
Selanjutnya terminal utama akan tertutup oleh gerakan plunger seperti
terlihat pada gambar 27. Tapi waktu yang bersamaan plunger menekan pegas
(spring 1). Kontak plate dan plunger merupakan satu kesatuan. Jadi apabila
starter switch pada posisi STAR, plunger tertarik ke dalam dan plunger shaft
mendorong clutch pinion shaft ke luar, akibatnya armature berputar dan
selanjutnya pinion akan berkaitan dengan ring gear secara sempurna.
Pada gambar 27, menunjukkan bahwa pegas (spring 2) dipasang
didalam plunger yang fungsinya sama seperti drive spring seperti uraian
didepan.
Bila kunci kontak diputar pada posisi start, arus listrik mengalir dari
batere melalui terminal 50 (St) ke hold-in dan pull-in coil. Arus
mengalir lewat pull-in coil, kemudian terus ke field coil dan armature coil
melalui terminal C (M). Pada saat ini motor berputar pada kecepatan
rendah dan saat yang sama pull-in dan hold-in coil menghasilkan gaya
23
magnet dengan arah yang sama dan menekan plunger ke kiri melawan
riturn spring. Pinion gear kemudian bergeser ke kiri sampai berhubungan
dengan ring gear. Kecepatan motor yang rendah pada tahap ini
menyebabkan pinion gear dan ring gear berhubungan dengan lembut.
Aliran arusnya
24
dimana berkaitan penuh dengan ring gear, kontak plate menutup main
switch (terminal 30 dan C).
Akibat hubungan ini maka arus yang masuk ke motor cukup besar
sehingga motor berputar dengan momen yang lebih besar pula. Pada saat
yang sama, tegangan pada kedua ujung pull-in coil menjadi sama
sehingga tidak ada arus yang mengalir melalui kumparan ini. Plunger
kemudian ditahan pada posisinya hanya dengan gaya magnet yang
dihasilkan oleh hold-in coil.
Aliran arusnya
25
Bila kunci kontak dikembalikan ke posisi OFF dari posisi
START, maka arus yang mengalir ke hold-in coil akan terputus sehingga
plunger akan kembali ke posisi semula, akibat dari dorongan pegas
plunger. Dengan demikian kontak utama (Main Contact) akan terbuka dan
arus yang mengalir ke field coil akan terputus, dan armatur akan berhenti
berputar. Berhentinya armature ini dibantu dengan pengaruh pengereman
dari - gesekan antara brush (sikat) dan Commutator. Motor starter tipe ini
tidak memerlukan mekanisme brake seperti yang digunakan pada motor
starter tipe konvensional karena motor starter tipe reduksi mempunyai gaya
inertia. Armature lebih kecil bila dibandingkan dengan tipe konvensional.
26
stater jenis ini adalah lebih kompak, lebih ringan, dan output torsi yang lebih
ringan. Komponen-komponen utama motor stater tipe ini secara umum sama
dengan motor stater tipe konvensional, namun ukuran aramature, kumparan
medan dan lainnya lebih kecil. Perbedaan yang mencolok pada motor stater
tipe ini adalah komponen untuk mereduksi putaran motor dengan unit roda
gigi planetary. Unit gigi planetary terdiri dari beberapa komponen, yaitu ring
gear, gigi planetary, pembawa gigi planetary dan poros pembawa (carrier
shaft). Armature menghasilkan putaran yang tinggi. Putaran ini sebagai input
pada sistem gigi planetary. Output dari sistem roda gigi planetary adalah
putaran yang lebih lambat dibandingkan dengan putaran armature tetapi
dengan torsi yang lebih tinggi.
27
1. Planetary Gear
Gigi planetary terpasang pada poros unit gigi planetary. Dengan
demikian, putaran gigi planetary akan menyebabkan poros pembawa (
poros gigi planetary ) juga ikut berputar. Perbandingan gigi antara gigi
poros armature : gigi planetary : gigi ring gear adalah 11 : 15 : 43 yang
menghasilkan perbandingan reduksi sebesar 5, dengan demikian
kecepatan putaran poros armature akan turun menjadi 1/5 dari putaran
poros armature sebenarnya. Namun, keuntungan dari penurunan putaran
ini adalah naiknya torsi atau tenaga putar menjadi 5 kali lipat
dibandingkan dengan tenaga putar pada armature.
2. Ring Gear
Ring gear biasanya dipasang secara permanen, tetapi bila momen
yang diberikanoleh stater berlebihan , maka ring gear pada akhirnya akan
berputar untuk membuang momen yang berlebihan dan mencegah
kerusakan pada armature dan bagian-bagian lainnya. Ring gear diikatkan
pada plat kopling dan plat kopling didorong oleh spring washer. Bila
momen yang berlebihan terjadi pada ring gear, kopling akan menahan
gaya dorong spring washer dan berputar sehingga ring gear juga ikut
berputar. Dengan demikian momen yang berlebihan dapat dikurangi.
28
Gambar 33. Ring gear pada plat kopling
29
Gambar 34. Komponen tipe planetary
1. Pengetesan armature
Pemeriksaan armature yang pertama adalah pemeriksaan hubungan
singkat antara armature dengan massa. Pemeriksaan hubungan singkat
ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan ohm meter kemudian
memeriksa hubungan antara gulungan armatur dengan segmen-segmen
pada komutator. Bila terdapat hubungan singkat antara gulungan
armature denengan massa maka perlu dilakukan perbaikan atau
penggantian.
30
Gambar 35. Pemeriksaan hubungan singkat armature dengan massa
31
Gambar 37. pemeriksaan hubungan singkat antar segmen
32
Gambar 39. Pemeriksaan diameter komutator
33
Gambar 41. Pemeriksaan Panjang Sikat
h. Periksa kopling bebas dengan cara putar kopling geser searah jarum
jam maka pinion akan dapat berputar bebas, kemudian putar kopling
geser berlawanan arah jarum jam maka pinion harus terkunci.
34
Gambar 43. Pemeriksaan kopling starter
35
3.13. Pengujian Motor Starter
1. Pada saat gigi pinion maju (seperti pengetesan diatas) lepaskan kabel
negative dari terminal C.
2. Gigi pinion harus tetap maju , jika gigi pinion kembali ke posisi
semula, ganti solenoid
36
c. Pengetesan kembalinya pinion
37
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
38
DAFTAR PUSTAKA
http://sahriloto.blogspot.com/2012/01/lanjutan-sistem-stater-motor-stater.html
https://www.teknik-otomotif.com/2017/10/pemeriksaan-motor-starter.html
https://www.viarohidinthea.com/2014/11/sistem-starter-starting-system.html
Engine Group Toyota Step 2, PT. Toyota Astra Motor
Electrical Group Toyota Step 2, PT. Toyota Astra Motor
Pedoman Reparasi Mesin seri K, PT. Toyota Astra Motor, 1996
Automotive Mechanics volume 2 Edisi ke V, 1995,
39