Anda di halaman 1dari 59

PEMELIHARAAN SASIS

DAN PEMINDAH TENAGA


KENDARAAN RINGAN
(C3) KELAS XII

Penulis :
Ir. Heri Setyo Basuki, ST, MT.IPM

PT. KUANTUM BUKU SEJAHTERA


PEMELIHARAAN SASIS DAN PEMINDAH
TENAGA KENDARAAN RINGAN
SMK/MAK Kelas XII
Penulis : Ir. Heri Setyo Basuki, ST, MT.IPM
Editor : Tim Quantum Book
Perancang sampul : Tim Quantum Book
Perancang letak isi : Tim Quantum Book
Penata letak : Tim Quantum
Book
Ilustrator : Tim Quantum Book
Tahun terbit : 2019
ISBN : 978-623-7216-39-1
Alamat : Jalan Pondok Blimbing Indah Selatan X N6 No 5 Malang - Jawa Timur

Tata letak buku ini menggunakan program Adobe InDesign CS3, Adobe IIustrator CS3, dan
Adobe Photoshop CS3.
Font isi menggunakan Myriad Pro (10 pt)
B5 (17,6 × 25) cm
vi + 261 halaman

© Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang menyebarluaskan dalam bentuk apapun tanpa izin

ana Sanksi Pelanggaran.


asal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana masing- masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.00
m suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lam
Kata Pengantar

Peserta didik abad 21 memiliki karakteristik atau prinsip-prinsip: 1) pendekatan


pembelajaran yang berpusat pada peserta didik; 2) peserta didik dibelajarkan untuk mampu
berkolaborasi; 3) materi pembelajaran dikaitkan dengan permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari- hari, pembelajaran harus memungkinkan peserta didik terhubung
dengan kehidupan sehari- hari mereka; dan 4) dalam upaya mempersiapkan peserta
didik menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat mengakomodir karakteristik
pembelajaran abad 21 tersebut adalah pendekatan Science, Technology, Engineering, and
Mathematics atau disingkat dengan STEM. STEM merupakan suatu pendekatan dimana sains,
teknologi, engineering, dan matematika diintegrasikan dan fokus pada proses
pembelajaran pemecahan masalah dalam kehidupan nyata. Pembelajaran STEM
memperlihatkan kepada peserta didik bagaimana konsep-konsep, prinsip-prinsip sains,
teknologi, engineering, dan matematika digunakan secara integrasi untuk mengembangkan
produk, proses, dan sistem yang memberikan manfaat untuk kehidupan manusia.
Untuk menyiapkan peserta didik Indonesia memperoleh keterampilan abad 21,
yaitu keterampilan cara berpikir melalui berpikir kritis, kreatif, mampu memecahkan
masalah dan mengambil keputusan serta cara bekerja sama melalui kolaborasi dan komunikasi
maka pendekatan STEM diadopsi untuk menguatkan impelementasi Kurikulum 2013.
Pendekatan STEM diyakini sejalan dengan ruh Kurikulum 2013 yang dapat
diimplementasikan melalui penggunaan model pembelajaran berbasis proyek (Project
Based Learning).
Buku Pemeliharaan Sasis dan Pemindahan Tenaga Kendaraan Ringan (C3) Kelas XII
ini disusun berdasarkan tuntutan paradigma pengajaran dan pembelajaran kurikulum
2013 dan dipakai sebagai sumber belajar peserta didik karena isinya yang lengkap, padat
informasi, dan mudah dipahami.
Dalam buku ini dijelaskan teori dan praktik tentang Pemeliharaan Sasis dan
Pemindahan Tenaga Kendaraan Ringan, yaitu merupakan buku teknologi sasis dan pemindahan
tenaga, dengan buku ini diharapkan dapat untuk salah satu sumber belajar atau referensi
belajar mengenai sistem sasis dan pemindahan tenaga.
Buku Pemeliharaan Sasis dan Pemindahan Tenaga Kendaraan Ringan ini membahas
mengenai materi:
Bab 1 Sistem kopling serta sasis dan pemindahan tenaga kendaraan
ringan. Bab 2 Transmisi manual dan transmisi otomatis.
Bab 3 Sistem penggerak roda, poros propeller differential (final drive/gardan), dan poros
roda pada kendaraan ringan.
Bab 4 Sistem rem konvensional dan Antilock Break System
(ABS). Bab 5 Sistem kemudi.
Bab 6 Memperbaiki roda.
Bab 7 Sistem suspensi.
Bab 8 Spooring dan wheel alignment.
Kami menyadari buku ini masih jauh dari sempurna, untuk itu mohon saran dan
kritikan yang bersifat membangun agar kualitas buku ini sesuai yang harapan pengguna.

Malang, Februari 2019

Penulis

iii
Daftar Isi

Bab 1 Sistem Kopling serta Sasis dan Pemindahan Tenaga Kendaraan Ringan. 1
A. Prinsip Dasar Kopling serta Sasis dan Pemindahan Tenaga
Kendaraan Ringan (Menggunakan metode pembelajaran STEM)...........3
B. Jenis-Jenis Kopling serta Sasis dan Pemindahan Tenaga Kendaraan
Ringan (Menggunakan metode pembelajaran STEM).........................3
C. Hydraulic clutch (kopling hidrolis)
(Menggunakan metode pembelajaran STEM)..................................8
D. Sistem Penggerak Kopling (Menggunakan metode pembelajaran STEM) 14
E. Kopling Sistem Tarik (Menggunakan metode pembelajaran STEM).......16
F. Peredam Roda Gaya (Menggunakan metode pembelajaran STEM).......17
G. Pemeriksaan Komponen Kopling (Menggunakan metode
pembelajaran STEM)............................................................19
H. Penyetelan Pedal Kopling (Menggunakan metode pembelajaran STEM) 21
I. Diagnosis dan Perbaikan Kerusakan Kopling (Menggunakan
metode pembelajaran STEM)..................................................25
J. Perbaikan Unit Kopling (Menggunakan metode pembelajaran STEM)....26
Uji Kompetensi........................................................................30

Bab 2 Transmisi Manual dan Transmisi Otomatis.....................................35


A. Pendahuluan (Menggunakan metode pembelajaran STEM)................37
B. Prinsip Dasar Transmisi (Menggunakan metode pembelajaran STEM). . .39
C. Transmisi Manual (Menggunakan metode pembelajaran STEM)..........44
Uji Kompetensi........................................................................69

Bab 3 Sistem Penggerak Roda, Poros Propeller Differential (Final Drive/Gardan),


dan Poros Roda pada Kendaraan Ringan........................................75
A. Pengertian (Menggunakan metode pembelajaran STEM)..................77
B. Konstruksi (Menggunakan metode pembelajaran STEM)...................78
C. Cara Kerja (Menggunakan metode pembelajaran STEM)..................80
D. Pengunci Diferensial (Menggunakan metode pembelajaran STEM).......81
E. Rumah Aksel Belakang (Menggunakan metode pembelajaran STEM)....85
F. Poros Penggerak Roda Belakang
(Menggunakan metode pembelajaran STEM)................................86
Uji Kompetensi........................................................................88

Bab 4 Sistem Rem Konvensional dan Antilock Break System (ABS).........93


A. Pendahuluan (Menggunakan metode pembelajaran STEM)................95
B. Dasar Sistem Rem (Menggunakan metode pembelajaran STEM)..........95
C. Rem Tromol (Menggunakan metode pembelajaran STEM).................97
D. Rem Parker (Menggunakan metode pembelajaran STEM)................108
E. Rem Cakram (Menggunakan metode pembelajaran STEM)...............109
F. Sistem Hidrolik Rem (Menggunakan metode pembelajaran STEM).....114
G. Silinder Master (Menggunakan metode pembelajaran STEM).......................... 116
H. ABS (Antilock Braking System) (Menggunakan metode pembelajaranSTEM) 128
Uji Kompetensi ............................................................................................................................. 160

Bab 5 Sistem Kemudi ................................................................................................... 167


A. Sistem Kemudi (Menggunakan metode pembelajaran STEM) ......................... 169
B. Sistem Kemudi Rack & Pinion. (Menggunakan metode pembelajaran 172
STEM)
C. Sistem Kemudi Worm & Roll dan Kemudi Recirculating Balls. 174
(Menggunakan metode pembelajaran STEM).........................................................
D. Power Steering (Penguat Tenaga Kemudi). (Menggunakan metode
pembelajaran STEM) ......................................................................................................... 177
E. Komponen Power Steering (Menggunakan metode pembelajaran 178
STEM)
Uji Kompetensi ............................................................................................................................. 184

Bab 6 Memperbaiki Roda............................................................................................ 189


A. Roda (Menggunakan metode pembelajaran STEM) 191
.............................................
B. Pelek (Velg) (Menggunakan metode pembelajaran STEM) 192
................................
C. Ban (Menggunakan metode pembelajaran STEM)................................................ 195
Uji Kompetensi ............................................................................................................................. 206

Bab 7 Sistem Suspensi................................................................................................. 211


A. Sistem Suspensi (Menggunakan metode pembelajaran STEM) 213
.......................
B. Pegas Dan Stabilisator (Menggunakan metode pembelajaran STEM) 222
...........
C. Peredam Getaran (Shock Absorber) (Menggunakan metode 226
pembelajaran STEM) .........................................................................................................
Uji Kompetensi ............................................................................................................................. 228

Bab 8 Spooring dan Wheel Alignment ....................................................................... 233


A. Camber (Menggunakan metode pembelajaran STEM)........................................ 235
B. Caster (Menggunakan metode pembelajaran STEM) 238
...........................................
C. Toe (Menggunakan metode pembelajaran STEM) ................................................ 241
D. Sudut Belok (Menggunakan metode pembelajaran STEM) 244
...............................
E. Toe Out On Turns (TOOT) (Menggunakan metode pembelajaran STEM) 245
.....
F. Sudut King–Pin (Menggunakan metode pembelajaran STEM)......................... 246
G. Offset (Menggunakan metode pembelajaran STEM) 247
...........................................
H. Thrust Angle (Menggunakan metode pembelajaran 248
STEM)..............................
I. Hal-Hal yang Diperhatikan Sebelum Melakukan Spooring 250
(Menggunakan metode pembelajaran STEM).........................................................
Uji Kompetensi ............................................................................................................................. 253

Daftar Pustaka..................................................................................................257
Glorasium.................................................................................................259
Biodata Penulis.........................................................................................261
A dan Pemindahan Tenaga Kend
g serta Sasis

Kompetensi Dasar
3.15 Mendiagnosis kerusakan kopling.
4.15 Memperbaiki kopling.
3.28 Mengevaluasi hasil perbaikan sasis dan pemindah tenaga.
4.28 Melakukan pengujian akhir hasil perbaikan sasis dan pemindah tenaga.

10 Pemeliharaan Sasis danSistem


Pemindahan
KoplingTenaga
serta Sasis
Kendaraan
dan Pemindahan
Ringan Kelas
Tenaga
XII untuk
Kendaraan Ringan
SMK/MAK
Tujuan Pembelajaran
Setelah belajar materi bab 1 ini peserta didik diharapkan mampu menelaah, mendiagnosis, dan memahami tentang k
Mampu menjelaskan fungsi sistem kopling.
Mampu menyebutkan 5 jenis-jenis kopling sistem kopling.
Mampu menyebutkan 8 nama-nama komponen utama kopling.
Mampu menjelaskan cara kerja sistem kopling.
Mampu mendiagnosis kerusakan sistem kopling.

Peta Konsep
Prinsip Dasar Kopling serta Sasis dan Pemindahan Tenaga Kendaraan Ringan.

Jenis-Jenis Kopling serta Sasis dan Pemindahan Tenaga Kendaraan Ringan.

Komponen Kopling.

Sistem Penggerak Kopling.

Kopling Sistem Tarik.


Sistem Kopling serta Sasis dan Pemindahan Tenaga Kendaraan Ringan

Peredam Roda Gaya.

Pemeriksaan Komponen Kopling.

Penyetelan Pedal Kopling.

Diagnosis dan Perbaikan Kerusakan Kopling.

Perbaikan Unit Kopling.


Materi Pembelajaran

A. Prinsip Dasar Kopling serta Sasis dan Pemindahan Tenaga Kendaraan


Ringan (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Sebuah kopling adalah bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi
untuk menghubungkan dan memutuskan antara poros penggerak ke poros yang
digerakkan, sehingga poros yang digerakkan dapat berputar atau berhenti. Sebuah
aplikasi dari kopling adalah pada kendaraan di mana kopling digunakan untuk
menghubungkan dan memutus putaran mesin ke gear box. Sehingga memungkinkan
mesin bisa di-start tanpa ada beban dari transmisi.

Gambar 1.1 Prinsip Kopling


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Dua poros I1 dan I2 masing-masing berputar dengan kecepatan sudut ω1 dan
ω2. Pada mulanya I2 kecepatanya nol, kemudian kecepatannya sama dengan
menghubungkan bagian yang hitam. Pada mulanya terjadi slip karena dua elemen yang
berjalan pada kecepatan yang berbeda dan mengakibatkan kenaikan suhu. Seperti
pada sistem rem, kopling juga menggunakan gaya gesek dan gaya normal. Pada
materi ini dibatasi pada kopling aksial.
Kopling aksial adalah satu hubungan antara dua poros yang bergerak dalam
arah sama dengan memanfaatkan gaya gesek. Sebuah kopling aksial diilustrasikan
pada gambar di bawah. Ini terdiri dari disk penggerak terhubung ke poros driving
dan disk yang digerakkan terhubung ke poros driven. Sebuah pelat gesek terpasang
pada salah satu disk. Pegasi membuat kedua disk berhubungan sehingga putaran
dapat diteruskan dari satu poros ke poros yang lain.

Gambar 1.2 Prinsip Kerja Kopling


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

B. Jenis-Jenis Kopling serta Sasis dan Pemindahan Tenaga Kendaraan


Ringan (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Jenis kopling banyak digunakan di dalam industri otomotif. Pada dasarnya kopling
Sistem Kopling serta Sasis dan Pemindahan Tenaga Kendaraan
Ringan
3
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Pemeliharaan Sasis dan Pemindahan Tenaga Kendaraan Ringan Kelas XII untuk
4 SMK/MAK
a. Positive clutch (dog clutch) (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Dalam positive clutch, alur dibuat sedemikian rupa sehingga poros driving
dapat berhubungan dengan poros driven. Ketika posisi terhubung maka bagian-
bagian gigi dapat masukkan ke dalam alur dan berputar bersama-sama. Ketika
posisi terlepas maka masing-masing gigi keluar dari alur dan poros berputar sendiri-
sendiri tanpa ada hubungan.

Gambar 1.3 Positive Clutch (Dog Clutch)


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

b. Friction clutch (kopling gesek) (Menggunakan metode pembelajaran STEM)


Jenis clutch ini, gaya gesek digunakan untuk kopling pada posisi terhubung
atau terputus. Sebuah pelat gesekan dipasang di antara poros driving dan poros driven.
Ketika kopling pada posisi terhubung, poros driven terhubung (kontak) dengan
poros driving. Sebuah gaya gesekan bekerja di antara dua bagian tersebut sehingga
ketika poros driving berputar maka poros driven juga berputar. Jenis kopling ini
dibagi menjadi empat jenis sesuai dengan desain kopling.
1. Cone clutch (kopling konis) (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Ini adalah jenis gesekan kopling. Seperti namanya, jenis kopling ini terdiri dari
konis (kerucut) yang dipasang pada driven dan bentuk sisi roda gaya juga
berbentuk kerucut. Permukaan kontak dilapisi dengan lapisan gesekan. Kerucut
dapat terhubung dan terlepas.

Gambar 1.4 Cone Clutch (Kopling Konis)


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Single plate clutch (kopling pelat tunggal) (Menggunakan metode
pembelajaran STEM)
Pada kopling pelat tunggal flywheel adalah tetap pada poros mesin dan
pressure plate menempel pada flywheel. Pressure plate (pelat penekan) ini bebas
untuk bergerak bersama dengan flywheel. Sebuah pelat gesekan terletak antara
roda gaya dan pressure plate. Beberapa pegas dipasangkan ke dalam pressure
plate pada posisi terkompresi. Ketika posisi kopling terhubung maka pressure
plate memberikan gaya pada pelat gesekan karena tekanan pegas. Sehingga
kopling pada posisi terhubung. Ketika kopling terbebas maka pressure plate
menjauhi pelat kopling.
Gambar 1.5 Kopling Pelat Tunggal
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Multi-plate clutch (kopling pelat banyak) (Menggunakan metode
pembelajaran STEM)
Multi-plate clutch ini sama seperti pelat kopling tunggal tetapi ada dua atau lebih
pelat kopling dipasangkan antara roda gaya (flywheel) dan pressure plate.

Gambar 1.6 Multiplate Clutch (Kopling Pelat Banyak)


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
4. Diaphragm clutch (kopling pegas diafragma) (Menggunakan metode pembelajaran
STEM)
Kopling ini mirip dengan kopling pelat tunggal, pegas diafragma digunakan
sebagai pengganti koil pegas untuk menekanan pressure plate. Dalam koil
pegas, salah satu masalah besar terjadi yaitu pegas tidak mendistribusikan gaya
pegas secara seragam. Untuk menghilangkan masalah ini, pegas diafragma
digunakan pada kopling. Kopling ini dikenal sebagai kopling diafragma.

Gambar 1.7 Diaphragm Clutch (Kopling Pegas Diafragma)


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
c. Hydraulic clutch (kopling hidrolis) (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Kopling ini menggunakan cairan hidrolik untuk mengirimkan torsi. Menurut
desain clutch ini dibagi menjadi dua jenis.
1. Fluid coupling (kopling fluida) (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Ini adalah unit hidrolik yang menggantikan kopling. Dalam jenis kopling fluida tidak
ada hubungan mekanis antara driving dan driven. Sebuah pompa impeller sebagai
driving dan turbine runner sebagai driven. Kedua unit di atas disatukan dan diisi
dengan cairan. Cairan ini berfungsi sebagai pemindah torsi dari impeller ke
turbin. Ketika impeller mulai berputar maka turbin juga berputar melalui
cairan dengan gaya sentrifugal. Cairan ini kemudian memasuki turbine runner
dan memberikan gaya pada runer blade. Ini membuat runner berputar. Cairan dari
runner kemudian mengalir kembali ke dalam pompa impeller, sehingga sirkuit
tertutup. Kopling ini digunakan untuk gear box otomatis.

Gambar 1.8 Fluid Coupling (Kopling Fluida)


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Hydraulic torque converter (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Torque converter adalah sama dengan transformer listrik. Tujuan utama dari
konverter torsi adalah untuk menghubungkan driving ke driven dan meningkatkan
torsi driven. Dalam torque converter, sebuah impeller sebagai driving, turbin
sebagai driven dan stasioner guide vane ditempatkan di antara driving dan
driven tersebut. Semua komponen tersebut menjadi satu kesatuan dan diisi
dengan cairan hidrolik. Impeller berputar dengan driven dan melalui cairan dengan
daya sentrifugal. Cairan ini mengalir dari impeller ke turbine runner melalui vane
stator yang mengubah arah cair, sehingga memungkinkan meningkatkan torsi dan
kecepatan. Perbedaan torsi antara impeller dan turbin tergantung pada vabe

stator ini.
Gambar 1.9 Hydraulic Torque Converter
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

d. Menurut Metode Hubungan (Menggunakan metode pembelajaran STEM)


1. Spring types clutch (tipe kopling pegas) (Menggunakan metode
pembelajaran STEM)
Dalam kopling jenis ini, pegas heliks atau diafragma yang digunakan untuk
menekanan pressure plate untuk menghubungkan kopling. Pegas ini terletak
antara pressure plate
dan kopling (cover clutch). Pegas ini dipasangkan ke dalam posisi kompak dalam
kopling. Sehingga memberikan gaya tekanan pada pressure plate sehingga kopling
pada posisi terhubung.
2. Centrifugal clutch (kopling sentrifugal) (Menggunakan metode
pembelajaran STEM)
Seperti namanya kopling sentrifugal, menggunakan gaya sentrifugal yang
digunakan untuk menghubungkan kopling. Jenis kopling ini tidak memerlukan
pedal kopling untuk mengoperasikan kopling. Kopling dioperasikan secara
otomatis tergantung pada kecepatan mesin. Kopling ini terdiri pemberat yang
berputar pada lengan kopling. Ketika kecepatan mesin meningkat maka gaya
sentrifugal pemberat meningkat pula. Hal ini membuat kopling terhubung.

Gambar 1.10 Centrifugal Clutch (Kopling Sentrifugal)


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Semi-centrifugal clutch (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Satu masalah besar terjadi pada kopling sentrifugal adalah bahwa kopling
sentrifugal bekerja pada kecepatan yang lebih tinggi tetapi pada kecepatan
yang lebih rendah tidak bisa. Kopling semisentrifugal dapat bekerja pada
kecepatan yang lebih tinggi dan pada kecepatan yang lebih rendah. Jenis kopling
ini dikenal sebagai kopling semisentrifugal. Jenis kopling ini menggunakan gaya
sentrifugal serta gaya pegas dalam posisi terhubung. Pegas dirancang untuk
mengirimkan torsi pada kecepatan normal, sedangkan gaya sentrifugal dalam

pada kecepatan yang lebih tinggi.


Gambar 1.11 Semi-Centrifugal Clutch (Kopling Semisentrifugal)
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
4. Electro-magnetic clutch (kopling elektro magnet) (Menggunakan metode
pembelajaran STEM)
Dalam kopling elektromagnet, gaya magnet digunakan untuk memberikan
kekuatan tekanan pada pressure plate sehinggat kopling terhubung. Dalam jenis
kopling ini, pelat driving atau pelat driven terpadang kumparan listrik. Ketika
listrik mengaliri kumparan ini maka akan timbul kemagnetan dan menarik pelat
lain. Jadi kedua pelat bergabung ketika listrik mengalir dan kopling dalam posisi
terhubung. Ketika aliran listrik terputus maka kemagnetan akan menghilang dan

kopling terbebas.
Gambar 1.12 Kopling Elektro Magnet
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

C. Hydraulic clutch (kopling hidrolis) (Menggunakan metode


pembelajaran STEM)
Pada pembahasan ini hanya pada kopling kering pelat tungal karena kopling ini
yang banyak digunakan pada kendaraan ringan. Komponen utama kopling terdiri
dari:
a. Flywheel (roda gaya).
b. Pilot bearing (bantalan pilot).
c. Clutch disc (pelat kopling).
d. Clutch hub dan damper assembly (unit kopling).
e. Clutch cover assembly (pressure plate assembly).
f. Clutch release bearing dan clutch release fork (garpu pembebas kopling).
Pelat kopling terhubung ke poros input transmisi serta terletak di antara roda gaya
dan unit kopling. Roda gaya terhubung ke crankshaft mesin dan unit kopling
terpasang pada roda gaya.

Gambar 1.13 Komponen Kopling


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
a. Flywheel (roda gaya) (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Roda gaya terhubung ke crankshaft mesin. Sebuah roda gaya adalah sangat
mirip dengan cakram pada sistem rem. Ini adalah piringan logam besar yang
menyimpan dan melepaskan energi dari putaran crankshaft. Ini memutar kopling
dengan pada permukaan gesekan dengan pelat kopling. Sebagai tambahan, roda
gaya menyediakan permukaan mounting untuk unit penutup kopling dan juga
membuang panas.

Gambar 1.14 Roda Gaya


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

b. Pilot bearing (bantalan pilot) (Menggunakan metode pembelajaran STEM)


Sebuah bantalan pilot berfungsi untuk mendukung poros input sisi dari mesin.
Bantalan pilot digunakan pada kendaraan adalah berupa bantalan bola atau jarum
atau berupa bushing yang terletak di lubang di akhir crankshaft. Bantalan pilot hanya
berputar ketika kopling terbebas.

Gambar 1.15 Tiga Macam Bantalan Pilot


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

c. Clutch disc (pelat kopling) (Menggunakan metode pembelajaran STEM)


Pelat kopling adalah penghubung antara mesin dan transmisi. Sebuah pelat
kopling memberikan area permukaan besar terbuat dari bahan gesekan pada kedua
sisi. Pada posisi tengah, terpasang peredam untuk menyerap getaran torsional.
Kanvas terpaku pada pelat kopling di kedua sisi dan seperti pada kampas rem.
Pelat kopling memiliki desain bergelombang yang memungkinkan memberikan efek
melawan (menekan) ketika pelat ditekan.
Gambar 1.16 Pelat Kopling
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Alur yang ada pada pelat kopling sebagai empat kotoran atau udara yang
terperangkap pada saat kopling terhubung.

Gambar 1.17 Alur pada Pelat Kopling


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

d. Clutch Hub & Damper Assembly (Menggunakan metode pembelajaran STEM)


Hub kopling berhubungan dengan poros input transmisi, memungkinkan hub
kopling untuk bergerak maju atau mundur pada alur poros input transmisi. Pada
pelat kopling terpasang peredam untuk mengurangi atau menghilangkan getaran
torsional yang terjadi dari mesin dan drive yang tidak merata.
Selama mesin berputar, terjadi percepatan dan perlambatan. Damper
menghilangkan fluktuasi akibat dari perecepatan, yang menimbulkan getaran.
Peredam (damper) terpasang pada pelat kopling yang terdiri dari flange hub
yang berporos antara pelat disk dan pelat. Setiap pelat kopling memiliki 4—6
lubang di mana terdapat peredam torsi. Peredam torsi menyerap kejutan: pada saat
kopling terhubung, serta pada saat terjadi percepatan dan perlambatan pada
mesin.
Gambar 1.18 Peredam Torsi dari Karet
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Gambar 1.19 Pelat Kopling dengan Peredam Torsi Tunggal (Pegas Koil)
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Peredam torsi dibuat untuk karakteristik masing-masing model kendaraan. Dengan
peredam bertingkat getaran mesin secara efektif diminimalkan baik pada saat idling
atau akselerasi.

Gambar 1.20 Pelat Kopling dengan Peredam Torsi G (Pegas Koil)


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

e. Clutch Cover Assembly (Pressure Plate Assembly) (Menggunakan metode


pembelajaran STEM)
Clutch Cover Assembly terpasang pada roda gaya dan memberikan tekanan
yang diperlukan untuk memegang pelat kopling pada roda gaya untuk menyalurkan
daya yang tepat. Hal yang sangat penting bahwa clutch cover harus seimbang dan
mampu memancarkan panas yang dihasilkan ketika pelat kopling slip. Ada dua
macam clutch cover assembly (unit pelat penekan) yaitu unit plat penekan dengan
pegas diafragma dan unit pelat penekan pegas koil.
1. Unit pelat penekan pegas diafragma (Menggunakan metode pembelajaran STEM)

Gambar 1.21 Unit Pelat Penekan Pegas Diafragma


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Pelat penekan pegas diafragma (Gambar 1—21) menggunakan pegas diafragma
tunggal bukan pegas coil. Pegas diafragma adalah pelat bundar dari baja.
Pegas diafragma dibengkokkan dan memiliki segmen lingkaran dari tepi luar ke
pusat. Pegas diafragma dipasang pada pressure plate (unit pelat penekan) dengan
tepi luar menyentuh bagian belakang pressure plate. Tepi luar pegas diafragma
dihubungkan dengan pressure plate (pelat penekan) dan ditahan secara
melingkar pada sekitar 1 inci dari tepi luar. Pegas samping menghubungkan
pegas diafragma dan pressure plate. Ketika bantalan
pembebasan didorong melawan pegas diafragma, pegas diafragma tertekuk ke
dalam dan pressure plate bergerak menjauh dari pelat kopling.

Gambar 1.22 Pegas Diafragma


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Unit pelat penekan pegas coil (Menggunakan metode pembelajaran STEM)

Gambar 1.23 Unit Pelat Penekan Pegas Koil


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Pelat penekan pegas koil menggunakan pegas kecil mirip dengan pegas
katup (Gambar 1.23). Sisi belakang pelat penekan ini memiliki kantong untuk
pegas koil dan pen untuk mengait tuas pembebas. Selama kopling bekerja,
pressure plate bergerak bolak-balik di dalam kopling. Tuas pembebas yang
berengsel di dalam pressure plate untuk membebaskan atau memindahkan plat
penekan menjauh dari pelat kopling dari roda gaya.
f. Clutch Release Bearing & Clutch Release Fork (Menggunakan metode
pembelajaran STEM)
Tujuan dari bantalan pembebas kopling adalah untuk mentransfer gerakan
garpu pembebas kopling ke pegas diafragma, untuk membebaskan pelat kopling.
Ada dua jenis bantalan pembebas, yaitu:
a. Konvensional
b. Self Centering
1. Konvensional (Conventional) Release Bearing
Sebuah bantalan bola ditekan terpasang pada garpu pembebas. Hub dan
bearing pembebas bergeser di bagian lengan penahan bantalan di depan
transmisi. Pada saat pedal kopling ditekan, garpu pembebas bergerak dan
bantalan pembebasan menuju pegas diafragma. Sehingga pelat kopling
dibebaskan.
Gambar 1.24 Conventional Release Bearing
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.


Gambar 1.25 Bantalan Pembebas Kopling
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Self-Centering Release Bearing (Menggunakan metode pembelajaran
STEM) Sebuah bantalan pembebas digunakan untuk mencegah kebisingan yang
disebabkan oleh bearing pembebas menekan pegas diafragma. Kebisingan ini
terjadi ketika antara crankshaft, cover clutch, poros input transaxle, dan
bantalan pembebas tidak dalam garis yang sama. Hal ini terjadi pada transaxles
karena poros input tidak sesuai dengan bantalan pilot pada crankshaft. Self-
Centering Release Bearing mengompensasi ini dengan menyelaraskan antara
bantalan pembebas dengan garis tengah pegas diafragma. Ini membantu
mencegah suara yang terkait dengan pengoperasian kopling.
Self-Centering Release Bearing terbuat dari baja tekan. Bearing ini tidak ditekan
ke hub seperti pada bantalan pembebas konvensional. Sebuah dudukan karet,
dudukan resin, bantalan, dan ring bergelombang disatukan pada hub dengan
snap ring. Diameter bagian dalam bantalan pembebasan (B pada gambar)
adalah 1 sampai 2 mm lebih besar dari diameter luar dari hub (A pada gambar).
Jarak ini memungkinkan bantalan pembebas bergerak dengan sendirinya
terhadap garis pusat untuk menghindari keausan.
Gambar 1.26 Konstruksi Self-Centering Release Bearing
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Gambar 1.27 Self-Centering Release Bearing
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.


Gambar 1.28 Cara Kerja Self-Centering Release Bearing
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

D. Sistem Penggerak Kopling (Menggunakan metode pembelajaran


STEM)
a. Sistem Hidrolis
Dalam sistem kopling hidrolik, ada dua komponen utama:
1. Master silinder
2. Pedal kopling
Master silinder menyimpan cairan hidrolik di reservoir dan memberikan tekanan
untuk operasi sistem. Ketika pedal kopling ditekan, tekanan dibangun di master
silinder memaksa cairan ke silinder pembebasan, yang menyebabkan garpu
pembebas kopling untuk bergerak. Garpu pembebas dan bantalan pembebas
menekan pegas diafragma untuk membebaskan pelat kopling.
Gambar 1.29 Komponen Sistem Penggerak Hidrolis Kopling
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
1. Master Cylinder (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Ketika pushrod ditekan, piston hidrolik menekan cairan di ruang A dari master
silinder (seperti yang ditunjukkan pada gambar). Selama awal perjalanan
piston, lubang kompensasi dalam master silinder ditutup oleh piston.
Memungkinkan terbentuk tekanan cairan, yang diteruskan melalui saluran
hidrolis kopling ke silinder pembebas yang terletak di transmisi. Ketika pushrod
dilepaskan, piston dikembalikan ke posisi awal oleh pegas. Dengan demikian
lubang kompensasi terbuka, tekanan dalam ruang A sama dengan reservoir.

Gambar 1.30 Master Kopling


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Sistem mekanik (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Sistem kopling mekanik terdiri dari:
1. Pedal kopling dan tuas pembebas.
2. Kabel pembebas kopling.
3. Garpu pembebas.
4. Bantalan pembebas.
Pedal kopling secara mekanis terhubung ke garpu pembebas melalui kabel.
Jarak bebas pedal kopling ditunjukkan dengan celah antara bantalan pembebas
dan pegas diafragma.
Dalam sistem mekanis, pelat kopling menyebabkan jari-jari pegas diafragma
bergerak lebih dekat ke bantalan pembebas, yang akan mengurangi jarak
bebas (free play). Sebagai sehingga kopling dapat slip jika tidak ada jarak
bebas.
Penyetelan jarak bebas dilakukan dengan mengubah panjang selongsong
kabel. Memperpendek selongsong kabel kopling pedal akan memperlebar

jarak bebas.
Gambar 1.32 Sistem Penggerak Kopling Mekanis
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

E.
Kopling Sistem Tarik (Menggunakan metode pembelajaran STEM)

Pembebasan model Tarik diperkenalkan pada 1987 pada Toyota Supr. Clutch cover
unit (unit kopling) terbuat dari besi cor untuk meningkatkan kekuatan dan
kekakuan. Dengan output daya mesin yang tinggi, diperlukan tekanan pegas
diafragma yang lebih besar. Dengan menggunakan mekanisme pembebasan model
tarik, rasio tuas pegas diafragma dapat ditingkatkan untuk meminimalkan kekuatan
pedal tambahan yang diperlukan untuk membebaskan pelat kopling. Perbedaan
mekanisme pembebasan model tarik dibandingkan pembebasan model konvensional
(tekan) adalah:
a. Bantalan pembebas dan hub presisi terhadap pegas diafragma.
b. Pegas diafragma ditarik keluar bukannya didorong ke dalam.
c. Pivot point berubah untuk melepaskan pelat kopling. (Pivot poin terletak
dekat diameter luar pegas diafragma).
Gambar 1.33 Pembebasan Model Tarik
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Bantalan pembebas model tarik digunakan dengan mekanisme menarik clutch cover
unit (unit kopling). Bantalan dipasang pada hub bantalan kopling bersama dengan
ujung pegas diafragma dan plate washer (ring pelat). Sebuah snap ring digunakan
untuk mengunci bagian pada hub. Unit ini dipasang pada pegas diafragma dengan
ring pelat gelombang. Sebuah snap ring digunakan untuk mengunci unit pada pegas

diafragma.
Gambar 1.34 Komponen Bantalan Pembebas Model Tarik
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

F.
Peredam Roda Gaya (Menggunakan metode pembelajaran STEM)

Peredam roda gaya kadang-kadang disebut sebagai penyerap energi roda gaya,
atau dual mass fly wheel (DMF), dirancang untuk mengisolasi lonjakan torsi pada
crankshaft, ini terjadi pada mesin dengan rasio kompresi tinggi. Dengan memisahkan
massa pada roda gaya antara mesin dan transmisi, lunjakan torsi dapat diisolasi,
sehingga dapat menghilangkan potensi kerusakan pada gigi-gigi transmisi.
Jenis peredam roda gaya, terdiri dari mekanisme de-coupling, yang terdiri dari
pegas, yang membagi roda gaya pada mesin dan sebagian pada transmisi. Dengan
mengurangi fluktuasi torsi yang ditransmisikan dari mesin ke transmisi, pegas ini
membantu mengurangi perambatan getaran dan kebisingan. Pelat kopling adalah jenis
solid, antara hub dan pelat menjadi satu.
Peredam roda gaya dibautkan pada crankshaft melalui baut, seperti roda
gaya konvensional. Peredam roda gaya terdiri dari roda gaya primer, yang menerima
torsi langsung dari mesin, pegas busur dan pegas dalam dengan menggunakan
flange, dan sisi piring terpaku ke roda gaya sekunder. Pelat kopling dan clutch cover
(kopling) yang melekat pada roda gaya sekunder.

Gambar 1.35 Roda Gaya dengan Peredam


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Center bearing (bantalan pusat) adalah sebuah bantalan bola dengan dua baris
yang berfungsi membawa beban antara bagian dalam dan luar dari peredam roda
gaya.
Cara kerja:
Putaran mesin pertama ditransmisikan dari roda gaya utama ke Arc spring. Hal
ini kemudian ditransmisikan dari Arc spring ke flange dan inner spring, menyebabkan inner
spring ditekan terhadap pelat sisi. Kekuatan pendorong kemudian ditransmisikan ke
kopling sejak pelat sisi yang terpaku ke roda gaya sekunder.
Proses ini membantu menahan fluktuasi torsi. Inner spring dan arc spring
memberikan gaya pegas rendah secara keseluruhan, sedangkan yang memungkinkan
untuk kapasitas torsi tinggi cukup untuk semua kondisi kecepatan.

Gambar 1.36 Bagan Cara Kerja Flywheel Dumper


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Gambar 1.37 Cara Kerja Flywheel Dumper
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Peredam roda gaya tidak dapat dibongkar. Dalam kasus kerusakan, perlu
untuk menentukan apakah sumber masalah adalah di mesin, drivetrain, atau pada
peredam roda gaya itu sendiri. Untuk mengatasi masalah dan prosedur diagnostik, lihat
manual perbaikan yang sesuai. Peredam roda gaya yang rusak maka harus diganti.

G. Pemeriksaan Komponen Kopling (Menggunakan metode


pembelajaran STEM)
Teknisi yang berpengalaman mengetahui pentingnya memeriksa secara visual
setiap komponen kopling yang dibongkar. Ini membantu menentukan apakah
bagian tersebut rusak lebih awal dari yang seharusnya dan membantu menemukan
permasalahan sebelum kopling dipasang kembali.
Selama pembongkaran, roda gaya, kopling (clutch cover), pelat kopling,
bantalan pembebas, dan pilot bearing harus diperiksa untuk menentukan apakah
komponen tersebut rusak.
a. Pemeriksaan roda gaya (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Roda gaya harus memiliki permukaan datar untuk mencegah getaran dan
untuk memberikan koefisien gesekan diperlukan. Keausan permukaan gesekan
biasanya cekung. Pelat kopling datar yang baru tidak akan duduk sepenuhnya
terhadap roda gaya yang tidak rata. Hal ini dapat menyebabkan keausan yang cepat
pada pelat kopling, getaran atau bahkan kopling selip. Panas dan aus dapat terjadi jika
ada slip yang berlebihan. Roda gaya harus diperiksa dari runout yang berlebihan jika
ada getaran atau bergelombang pada hub disk atau tuas pembebas kopling.

Gambar 1.38 Pemeriksaan Runout Roda Gaya


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Clutch cover assembly inspection (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Clutch cover harus diperiksa secara visual terhadap perubahan clutch cover dan
kerusakan permukaan gesek. Permukaan gesekan dari clutch cover cenderung untuk
aus atau tergores dari penggunaan normal. Selip berlebihan dapat menyebabkan alur,
gosong, dan melengkung.
Pasang kopling (clutch cover) pada roda gaya. Permukaan roda gaya dan clutch
cover harus benar-benar merata. Periksa gap (celah), jika ada celah berarti clutch cover
mengalami perubahan. Selain itu, periksa pegas diafragma pada permukaan kontak
dengan bantalan pembebasan. Ukur lebar dan kedalaman keausan untuk menentukan
apakah masih dalam batas toleransi.

Gambar 1.39 Menukur Keausan Pegas Diafragma


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Periksa keselarasan jari-jari pegas diafragma. Tinggi jari harus 0.020 inci.
Keselarasan yang tidak benar dapat menyebabkan kebisingan antara bantalan
pembebas dan jari-jari pegas diafragma.
c. Pemeriksaan pelat kopling (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Selalu periksa ketebalan kanvas pelat kopling, kondisi pegas peredam radial,
hub spline (alur-alur hub), dan runout aksial dengan mengukur ketinggian permukaan
atas paku keling. Minimum kedalaman 0,012 inci (0.3 mm). Splines hub dan pegas
peredam radial harus diperiksa secara visual dari karat dan aus, atau pegas ada
yang hilang.

Gambar 1.40 Mengukur Ketebalan Kanvas


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

d. Runout pelat kopling (Menggunakan metode pembelajaran STEM)


Disc (pelat kopling) diperiksa kelengkungannya dengan cara memeriksa runout
aksialnya. Disc (pelat kopling) diputar sambil melihat keolengan (runout)
permukaannya. Jika lebih dari 0,031 inci (0.8 mm) atau lebih maka disc (pelat
kopling) harus diganti.
Gambar 1.41 Memeriksa Runout Pelat Kopling
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kelengkungan disc (pelat kopling) juga dapat diperiksa dengan menempatkan
disc (pelat kopling) pada roda gaya. Disc (pelat kopling) harus rata terhadap seluruh
permukaan gesek roda gaya.
e. Release bearing (bantalan pembebas) (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Bantalan pembebas diperiksa dengan perasaan dari kekasaran dan diperiksa visual.
Release Bearing (bantalan pembebas) biasanya diganti dengan disk (pelat kopling) dan
clutch cover (kopling).

Gambar 1.42 Memeriksa Release Bearing (bantalan pembebas)


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Pada self adjusting release bearings (bantalan pembebas yang dapat
menyesuaikan dengan sendiri), juga memeriksa apakah sistem pemusatan diri tidak
macet.

Gambar 1.43 Memeriksa Self Adjusting Release Bearings


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

H. Penyetelan Pedal Kopling (Menggunakan metode pembelajaran


STEM)
Pelayanan yang normal untuk kopling adalah memeriksa sistem sambungan
mekanik, tinggi pedal kopling dan jarak bebas (free play), dan memeriksa tinggi cairan
pada sistem hidrolik.
a. Tinggi pedal kopling (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Untuk memeriksa ketinggian pedal kopling, dengan mengukur jarak dari lantai
kendaraan (lembar aspal di bawah karpet) ke atas pedal kopling. Mengacu pada buku
manual perbaikan yang sesuai untuk spesifikasi kendaraan.
Jika pedal kopling memerlukan penyetelan tinggi maka setel ketinggian pedal
sesuaikan dengan spesifikasi. Selalu menyetel ketinggian pedal kopling sebelum
mengatur jarak bebas (free play) pedal kopling.
b. Jarak bebas (free play) pedal kopling (Menggunakan metode pembelajaran
STEM) Untuk memeriksa dan menyetel jarak bebas (free play) pedal kopling, dengan
mendorong pedal kopling bawah dengan tangan sampai dirasakan hambatan. Jarak dari
titik ini ke posisi
pedal atas adalah jarak bebas (free play).
Jika jarak bebas (free play) kurang dari spesifikasi hal ini berarti perlunya
menyetel panjang batang dorong (push rod) pada master silinder.
Jarak bebas (free play) terlalu kecil dapat mengakibatkan lubang kompensasi
master silinder kopling tertutup, akan mencegah kembalinya cairan hidrolis ke
reservoir master silinder kopling. Hal ini akan mengakibatkan kesulitan dalam
membleding sirkuit hidrolik dan juga dapat menyebabkan kopling selip.

Gambar 1.44 Penyetelan Jarak Bebas Sistem Hidrolis


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.


Gambar 1.45 Penyetelan Pedal Kopling
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Gambar 1.46 Pengukuran Jarak Bebas
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.


Gambar 1.47 Mekanisme Kabel Kopling
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

c. Mengecek titik pembebaan kopling (kopling mulai terhubung). (Menggunakan


metode pembelajaran STEM).
a. Untuk memeriksa titik di mana kopling mulai terhubung adalah:
1. Tarik tuas rem parkir untuk mengunci roda.
2. Hidupkan mesin.
3. Tempatkan transmisi pada gigi tinggi dan perlahan-lahan lepas pedal kopling
dari injakan.
4. Ketika kopling mulai terhubung (kecepatan mesin mulai turun), ini adalah
titik pembebasan kopling (kopling mulai terhubung).
b. Mengukur langkah dari titik pembebasan sampai posisi langkah penuh. Jarak
standar r: 0, 98 inci (25 mm) atau lebih (dari posisi akhir langkah pedal sampai
titik pembebasan). Jika jarak tidak seperti yang ditentukan, lakukan
pemeriksaan berikut:
1. Periksa ketinggian pedal.
2. Periksa jarak bebas push rod dan pedal.
3. Bleeding kopling.
4. Periksa clutc cover (kopling) dan pelat kopling.
Gambar 1.48 Titik Pemeriksaan Pembebasan Kopling
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
c. Pemeriksaan sistem start kopling, untuk memeriksa sistem start kopling:
1. Periksa apakah mesin tidak mau di-start saat pedal kopling dilepaskan
(tidak diinjak).
2. Periksa apakah mesin mau di-start ketika pedal kopling sepenuhnya tertekan.
Jika mesin tidak mau di-start, pastikan saklar start kopling pada kondisi baik,
jika perlu diganti.

Gambar 1.49 Penyetelan Jarak Bebas Sistem Kabel Kopling


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.


Gambar 1.50 Sakelar Start Kopling
Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
I. Diagnosis dan Perbaikan Kerusakan Kopling (Menggunakan metode
pembelajaran STEM)
Memelihara kopling dapat dibagi menjadi tiga jenis:
a. Pemeliharaan preventif
Memeriksa jarak bebas pedal, memeriksa tingkat cairan hidrolis, dan
melakukan penyetelan yang diperlukan untuk memastikan operasi sistem yang
benar.
b. Diagnosis masalah
Menentukan penyebab untuk menentukan prosedur perbaikan yang tepat.
c. Perbaikan.
Melakukan perbaikan atau penggantian komponen yang sesuai untuk mencapai
operasi kendaraan yang tepat. Bagian ini menjelaskan pemeliharaan normal,
penyetelan, dan prosedur diagnostik untuk masalah sistem kopling secara
umum.
Diagnosis:
1. Kopling selip.
a. Cek Diam:
1) Start kendaraan dan panaskan mesin untuk operasi suhu yang normal,
memblokir (ganjal) roda, dan aktifkan rem parkir.
2) Masukkan transmisi ke gigi tertinggi dan lepaskan pedal kopling pelan-
pelan. Jika kopling terhubung benar maka putaran mesin harus segera
turun, tetapi jika terjadi penundaan penurunan putaran mesin maka hal
ini menunjukkan kondisi kopling selip.
b. Uji jalan.
1) Setelah mesin mencapai suhu operasi normal, perlahan-lahan percepat
sampai 25—30 km per jam pada gigi transmisi tertinggi.
2) Tekan pedal gas sepenuhnya untuk kecepatan penuh.
Jika mesin rpm meningkat tanpa diikuti dengan peningkatan
kecepatan kendaraan yang signifikan, berarti kopling slip dan perlu
perbaikan.
2. Kopling berbunyi.
Bunyi kopling disebabkan oleh kopling yang slip berulang kali, akhirnya
hubungan cover clutch (pressure plate) dan permukaan roda gaya tidak normal.
Suara kopling menghasilkan getaran, detaran dapat dirasakan dan dapat diteruskan
ke bodi kendaraan dan menyebabkan kebisingan sekunder.
Kopling berbunyi bisa disebabkan oleh minyak atau lemak pada pelat kopling,
pelat kopling mengilap, longgar atau rusak retak, peredam torsi usang, bengkok
atau pelat kopling terdistorsi, clutch cover (kopling) longgar, pin pada roda gaya
hilang, atau runout roda gaya berlebihan. Hot spot pada roda gaya dapat
menyebabkan pelat kopling dijepit tidak merata mengakibatkan suara.
3. Kopling menarik (tidak mau bebas).
Kopling menarik adalah suatu kondisi di mana kopling tidak melepaskan
sepenuhnya. Gejalanya bisa berupa gigi transmisi sulit bergeser dari netral ke gigi
masuk (gigi satu). Periksa kopling pada putaran rendah:
a. Start kendaraan dan panaskan mesin dan transmisi untuk suhu operasional.
b. Dengan transmisi pada posisi netral dan jalankan mesin pada putaran idle.
c. Injak pedal kopling, tunggu sembilan detik dan masukan transmisi pada
gigi mundur.
d. Jika terdengar suara roda gigi gemeretak menunjukkan kopling belum
sepenuhnya bebas.
4. Memeriksa suara pada unit kopling.
Memeriksa kebisingan unit kopling digunakan untuk menentukan penyebab suara-
suara tersebut muncul, seperti pada saat pedal kopling ditekan. Masalah
kebisingan dapat digolongkan dalam empat kategori, yaitu:
a. Suara pada bearing transmisi—suara hilang setelah pedal kopling ditekan.
Jika kebisingan muncul pada saat pedal kopling ditekan sepenuhnya dan
roda gigi transmisi pada gigi rendah maka penyebabnya adalah bantalan
pilot atau bantalan pembebas. Untuk memastikan, gigi transmisi harus benar-
benar berhenti. Jika kebisingan menjadi sangat parah maka penyebabnya
adalah bantalan pilot, karena crankshaft (poros engkol) berputar dan poros
input transmisi berhenti.
b. Bantalan pembebas rusak-kebisingan dimulai selama pedal kopling
ditekan. Posisikan transmisi pada posisi netral dan lepaskan injakan pedal
kopling sedikit sampai gigi transmisi berputar. Pada saat ini bantalan pilot
berhenti berputar namun bantalan pembebas masih berputar. Jika suara itu
berhenti, itu menjadikan bahwa bantalan pilot rusak. Jika kebisingan terjadi
terus maka dapat dipastikan bantalan pembebas rusak.
c. Clutch cover (kopling) rusak—kebisingan dan getaran terjadi pada saat
pedal kopling ditekan setengah langkah.
Ketika mendiagnosis suara bantalan pembebas, pastikan untuk memeriksa
menyetel free play (jarak bebas) kopling. Ketinggian ujung pegas diafragma
yang tidak merata dapat menyebabkan slip antara release bearing (bantalan
pembebas) dan diafragma yang akan menimbulkan kebisingan.
d. Bantalan Pilot rusak—suara muncul setelah pedal kopling ditekan sepenuhnya.
Beberapa suara dapat disebabkan oleh getaran dan kurangnya pelumasan
pada poros dari rilis fork (garpu pembebas). Pastikan untuk melumasi
titik-titik ini dengan grease (gemuk).
Untuk mempersiapkan pemeriksaan ini, mesin harus dihidupkan pada
kecepatan idle dan sistem penggerak kopling harus disetel untuk
mendapatkan free play (jarak bebas) yang benar.

J.
Perbaikan Unit Kopling (Menggunakan metode pembelajaran STEM)

Ketika perbaikan unit kopling diperlukan maka akan memerlukan waktu yang
cukup untuk melepas dan memasang kembali unit transmisi. Pelat kopling dan
clutch cover unit (unit kopling) sering rusak dan memerlukan penggantian. Bantalan
pembebas dan pilot bearing diganti untuk memastikan operasi yang tepat untuk
kerja dari pelat kopling dan unit clutch cover (unit kopling).
a. Melepas unit kopling (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
Saat melepas kopling untuk mendiagnosis kita gunakan prosedur berikut:
1. Tandai roda gaya dan clutch cover unit (unit kopling) dengan suatu Tanda
(titik) untuk nantinya pemasangan kembali jika digunakan kembali.
2. Lepaskan baut mengamankan clutch cover unit (unit kopling) pada roda gaya
secara silang dan bertahap. Menggunakan prosedur ini untuk mencegah clutch
cover unit
(unit kopling) bengkok.
3. Gunakan puller (penarik) untuk melepas bantalan pilot dari crankshaft (poros engkol).

Gambar 1.51 Melepas Bantalan Pilot


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

b. Memasang kopling (Menggunakan metode pembelajaran STEM).


1. Periksa baut roda gaya untuk memastikan momen pengencangannya sesuai
dengan spesifikasi. Juga periksa lekukan bantalan pilot untuk memastikan hal
itu bersih. Menggunakan alat driver (pendorong) yang sesuai terhadap race
luar dari pilot bearing, mendorong bantalan pilot baru ke dalam lubang
crankshaft.
2. Tempatkan pelat kopling baru pada poros transmisi dan memastikan pelat
kopling dapat meluncur bebas di atas alur poros input transmisi. Pastikan sisi
yang benar dari pelat kopling ditempatkan terhadap roda gaya. Jika pada
pegas peredam tidak ditandai sisi roda gaya maka biasanya pada bagian pegas
peredam radial pada sisi pressure plate (pelat penekan).
3. Tempatkan center clutch (pengepas pelat kopling) pada pelat kopling dan ke
dalam bantalan pilot sehingga antarbantalan pilot dan pelat kopling atau
garis lurus (berpusat sama).

Gambar 1.52 Memasang Pelat Kopling


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
4. Pasang clutch cover unit setelah pelat kopling, dengan menyelaraskan pada
pasak dan lubang baut. Pasang baut clutch cover unit (unit kopling).
5. Kencangkan baut clutch cover unit (unit kopling) dengan cara bertahap
dan secara silang.

Gambar 1.53 Pemasangan Kopling


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
6. Terapkan grease (gemuk) suhu tinggi pada poros garpu dan area kontak
garpu. Isi alur bagian dalam kerah bantalan pembebas dengan grease
(gemuk).
7. Tempatkan bantalan pembebas pada dudukan transmisi dan periksa
gerakan kerah ujung pegas diafragma.

Gambar 1.54 Pemberian Grease


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

c. Memasang unit tansmisi (Menggunakan metode pembelajaran STEM)


1. Tempatkan grease (gemuk) tipis-tipis pada splines (alur-alur) poros pelat kopling.
2. Menyangga transmisi ketika sedang dipasang. Jangan biarkan
transmisi menggantung pada splines (alur-alur) pelat kopling.
3. Posisikan gigi transmisi pada gigi rendah dan memutar poros output atau
mengubah roda gaya untuk menyelaraskan splines poros input dengan hub
kopling.
4. Dorong transmisi ke posisi sampai bagian depan transmisi menempel blok
mesin. Jangan memaksa transmisi ke posisi tersebut.
5. Pasang baut transmisi dan kemudian kencangkan dengan torsi yang tepat.

Gambar 1.55 Pemasangan Transmisi


Sumber: Sugeng Riyadi, S.Pd. Drs. Mardjani. M.T. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Rangkuman
Sebuah kopling adalah bagian dari sistem pemindah tenaga yang digunakan
untuk menghubungkan dan memutuskan antara poros penggerak ke poros yang
digerakkan, sehingga poros yang digerakkan dapat berputar atau berhenti.
Kopling memungkinkan beban kelambanan tinggi dengan daya kecil. Sebuah
aplikasi dari kopling adalah pada kendaraan di mana kopling digunakan untuk
menghubungkan dan memutus putaran mesin ke gear box.
Seperti pada sistem rem, kopling juga menggunakan gaya gesek dan gaya
normal. Jenis-jenis kopling serta sasis dan pemindahan tenaga kendaraan
ringan.
a. Positive clutch (Dog clutch).
b. Friction clutch (kopling gesek).
c. Cone clutch (kopling konis).
d. Multiplate clutch (kopling pelat banyak)
e. Diaphragm clutch (kopling pegas disfragma).
f. Hydraulic clutch (kopling hidrolis).
1. Fluid coupling (kopling fluida).
2. Hydraulic torque converter.
g. Menurut metode hubungan spring types clutch (tipe kopling pegas).
1. Centrifugal clutch (kopling sentrifugal).
2. Semi-centrifugal clutch.
h. Electro-magnetic clutch (kopling elektro
magnet). Komponen utama kopling terdiri
dari:
1. Clutch disc (Pelat kopling).
2. Flywheel (Roda gaya).
3. Clutch cover assembly (Unit kopling).
4. Clutch release bearing (Bantalan pembebas kopling).
5. Clutch release fork (Garpu pembebas kopling).
Roda gaya adalah piringan logam besar yang menyimpan dan melepaskan
energi dari putaran crankshaft. Bantalan pilot berfungsi untuk mendukung poros
input sisi dari mesin.
Pelat kopling adalah penghubung antara mesin dan transmisi. Sebuah pelat
kopling memberikan area permukaan besar terbuat dari bahan gesekan pada kedua
sisi. Pegas diafragma berbentuk bulat, kerucut yang memberikan kekuatan
penjepit melawan pressure plate. Paku keling dipasang di kedua sisi pegas
diafragma, sebagai titik poros ketika bantalan pembebasan dipaksa melawan
pegas diafragma.
Tujuan dari bantalan pembebas kopling adalah untuk mentransfer gerakan
garpu pembebas kopling ke pegas diafragma, untuk membebaskan pelat
kopling.
Sistem penggerak kopling.
a. Sistem hidrolis.
b. Sistem mekanik.
Pemeriksaan komponen
kopling.
a. Pemeriksaan roda gaya.
b. Clutch Cover Assembly Inspection.
Pemeriksaan pelat kopling.
Runout pelat kopling.
Release Bearing (bantalan pembebas). Penyetelan pedal kopling.
Tinggi pedal kopling.
Jarak bebas (free play) pedal kopling.

Uji Kompetensi
A. Pilihlah jawaban yang paling benar! (Menggunakan HOTS)
1. Pelat kopling adalah penghubung antara… (Menggunakan HOTS)
a. Mesin dan transmisi d. Clutch dan gardan
b. Poros aksel dan gardan e. Poros Propeller dan transmisi
c. Transmisi dan clutch
2. Sebuah pelat kopling memberikan area permukaan besar terbuat dari bahan
gesekan pada… (Menggunakan HOTS)
a. Kedua sisi d. Kelima sisi
b. Ketiga sisi e. Semua sisi
c. Keempat sisi
3. Pegas diafragma berbentuk bulat, kerucut yang memberikan kekuatan penjepit
akan melawan… (Menggunakan HOTS).
a. Pressure plate d. Spiral plate
b. Pressure clutch e. Spiral clutch
c. Gas plate
4. Paku keling dipasang di kedua sisi pegas diafragma, sebagai titik poros ketika…
(Menggunakan HOTS).
a. Bantalan pembebasan dipaksa melawan pegas diafragma
b. Bantalan
c. Pembebasan pegas kopling
d. Diafragma
e. Pivet
5. Tujuan dari bantalan pembebas kopling adalah… (Menggunakan HOTS).
a. Untuk mentransfer gerakan garpu pembebas kopling ke pegas diafragma,
untuk membebaskan pelat kopling
b. Gerakan garpu
c. Pembebas kopling
d. Pegas diafragma
e. Untuk merawat pelat kopling
6. Tuliskan sistem penggerak kopling… (Menggunakan HOTS).
a. Sistem hidrolis dan sistem mekanik
b. Sistem pneumatik dan sistem fluida
c. Sistem aliran dan sistem oli
d. Sistem pegas dan sistem ulir
e. Sistem pedal dan sistem clutch
7. Tuliskan langkah pemeriksaan komponen kopling… (Menggunakan HOTS).
a. Pemeriksaan roda gaya, clutch cover assembly inspection, pemeriksaan pelat
kopling, runout pelat kopling, release bearing (bantalan pembebas)
b. Pemeriksaan kopling, pelat kopling, runout, bearing
c. Pemeriksaan clutch, pemeriksaan kopling, runout
d. Pemeriksaan roda dan kopling
e. Pemeriksaan cover assembly inspection, pemeriksaan pelat kopling
8. Tuliskan penyetelan pedal kopling… (Menggunakan HOTS).
a. Tinggi pedal kopling dan jarak bebas (free play) pedal kopling
b. Perpedal kopling dan diameter kopling
c. Pedal kopling dan pedal kopling
d. Kopling dan perpedal clutch
e. Clutch dan sasis pemindah tenaga
9. Jika kebisingan muncul pada saat pedal kopling ditekan sepenuhnya dan roda
gigi transmisi pada gigi rendah maka penyebabnya adalah… (Menggunakan
HOTS).
a. Bantalan pilot atau bantalan pembebas
b. Bantalan
c. Pilot atau bantalan
d. Pivet
e. Pegas
10. Untuk memastikan gigi transmisi harus benar-benar berhenti. Jika kebisingan
menjadi sangat parah maka penyebabnya adalah… (Menggunakan HOTS).
a. Bantalan pilot, karena crankshaft (poros engkol) berputar dan poros input
transmisi berhenti
b. Crankshaft putaran berhenti
c. Transmisi putaran berhenti
d. Bantalan pilot masih berputar
e. Transmisi masih berputar
11. Pada posisi netral lepaskan injakan pedal kopling sedikit sampai gigi transmisi
berputar. Pada saat ini bantalan pilot berhenti berputar namun bantalan
pembebas… (Menggunakan HOTS).
a. Masih berputar d. Terbakar
b. Berhenti e. Tidak bekerja
c. Netral
12. Jika kebisingan terjadi terus maka dapat dipastikan… (Menggunakan HOTS).
a. Bantalan pembebas rusak
b. Bantalan pembebas masih bekerja
c. Terjadi gesekan
d. Terjadi slip
e. Kopling rusak
13. Clutch cover (kopling) rusak—kebisingan dan getaran terjadi pada saat pedal kopling…
(Menggunakan HOTS).
a. Ditekan setengah langkah d. Berputar hand rem bekerja
b. Slip e. Ditekan langkah penuh
c. Terbakar
14. Ketika mendiagnosis suara bantalan pembebas, pastikan untuk memeriksa
menyetel free play (jarak bebas) kopling. Ketinggian ujung pegas diafragma yang
tidak merata dapat menyebabkan… (Menggunakan HOTS).
a. Slip antara release bearing (bantalan pembebas) dan diafragma yang
akan menimbulkan kebisingan
b. Release bearing berputar
c. Kebisingan
d. Clutch terbakar
e. Release bearing berhenti
15. Bantalan pilot rusak—suara muncul setelah pedal kopling ditekan
sepenuhnya. Beberapa suara dapat disebabkan oleh getaran dan kurangnya
pelumasan pada poros dari rilis fork (garpu pembebas), pastikan untuk…
(Menggunakan HOTS).
a. Melumasi titik-titik ini dengan grease (gemuk)
b. Mempersiapkan pemeriksaan ini
c. Mesin harus dihidupkan pada kecepatan idle
d. Sistem penggerak kopling harus disetel
e. Free play (jarak bebas) yang benar

B. Soal Uraian dengan jawaban singkat (Menggunakan HOTS)


1. Jelaskan fungsi dari kopling… (Menggunakan HOTS)
2. Sebutkan nama-nama komponen pada gambar di bawah… (Menggunakan HOTS)

3. Kopling memungkinkan beban kelambanan tinggi dengan daya… (Menggunakan


HOTS)
4. Sebuah aplikasi dari kopling adalah… (Menggunakan HOTS)
5. Tuliskan gaya-gaya pada kopling… (Menggunakan HOTS)
6. Tuliskan 5 jenis-jenis kopling serta sasis dan pemindahan tenaga kendaraan ringan…
(Menggunakan HOTS)
7. Tuliskan macam Hydraulic clutch (kopling hidrolis)… (Menggunakan HOTS)
8. Menurut metode hubungan tuliskanlah spring types clutch (tipe kopling pegas)…
(Menggunakan HOTS)
9. Tulliskan komponen utama dari electromagnetic clutch (kopling elektro magnet)…
(Menggunakan HOTS)
10. Roda gaya adalah… (Menggunakan HOTS)
C. Soal Uraian (Menggunakan metode pembelajaran STEM)
1. Analisis dan evaluasilah secara individu dan kelompok tentang prinsip dasar
kopling serta sasis dan pemindahan tenaga kendaraan ringan. (Menggunakan
HOTS)
2. Analisis dan evaluasilah secara individu dan kelompok tentang jenis-jenis kopling
serta sasis dan pemindahan tenaga kendaraan ringan. (Menggunakan
HOTS)
3. Analisis dan evaluasilah secara individu dan kelompok tentang positive clutch
(dog clutch). (Menggunakan HOTS)
4. Analisis dan evaluasilah secara individu dan kelompok tentang friction clutch
(kopling gesek). (Menggunakan HOTS)
5. Analisis dan evaluasilah secara individu dan kelompok tentang cone clutch
(kopling konis). (Menggunakan HOTS)

D. Lembar siswa/Tugas/Praktikum (Menggunakan metode pembelajaran STEM)


1. Praktikkanlah secara individu dan kelompok tentang single plate clutch (kopling
pelat tunggal). (Menggunakan HOTS)
2. Praktikkanlah secara individu dan kelompok tentang multiplate clutch (kopling
pelat banyak). (Menggunakan HOTS)
3. Praktikkanlah secara individu dan kelompok tentang diaphragm clutch (kopling
pegas diafragma). (Menggunakan HOTS)
4. Praktikkanlah secara individu dan kelompok tentang hydraulic clutch (kopling
hidrolis) dan hydraulic torque converter. (Menggunakan HOTS)
5. Praktikkanlah secara individu dan kelompok tentang electromagnetic clutch
(kopling elektromagnet). (Menggunakan HOTS)
34 Pemeliharaan Sasis dan Pemindahan Tenaga Kendaraan Ringan Kelas XII untuk
SMK/MAK

Anda mungkin juga menyukai