MODUL 2
KEGIATAN BELAJAR 1
PENGELASAN POSISI VERTIKAL OAW
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Peralatan Las Oxy Acetylene Welding ................................................ 7
Gambar 2. Pengelasan dengan OAW ..................................................................... 8
Gambar 3. Temperatur Nyala Brander ................................................................... 9
Gambar 4. Bentuk Dasar Sambungan Las ........................................................... 15
Gambar 5. Simbol Pekerjaan Las Menurut AWS ................................................ 17
Gambar 6. Lokasi Bagian yang Dilas .................................................................. 17
Gambar 7. Bentuk Pendeposisian Logam Las ..................................................... 18
Gambar 8. Simbol Dasar Las AWS ..................................................................... 18
Gambar 9. Contoh Penerapan Simbol Dasar Las pada Sambungan Las.............. 19
Gambar 10. Contoh Penerapan Simbol Dasar Las pada Las Fillet dan Compound
............................................................................................................................... 19
Gambar 11. Contoh Penerapan Simbol Ukuran Las pada Las Fillet ................... 20
Gambar 12. Simbol Suplemen Las....................................................................... 20
Gambar 13. Contoh Penerapan Simbol Suplemen Las ........................................ 21
Gambar 14. Contoh Lain Penerapan Simbol Suplemen Las ................................ 21
Gambar 15. Kode Posisi Las Plat DIN EN ISO 6947 .......................................... 24
Gambar 16. Kode Posisi Las Pipa DIN EN ISO 6947 ......................................... 24
Gambar 17. Kode Posisi Las Plat dengan Groove ............................................... 25
Gambar 18. Kode Las Plat Fillet Posisi Flat dan Horisontal ............................... 25
Gambar 19. Kode Las Plat Fillet Posisi Vertikal dan Over Head ........................ 26
Gambar 20. Kode Las Pipa Groove ..................................................................... 26
Gambar 21. Kode Las Pipa Fillet Menurut AWS ................................................ 27
Gambar 22. Brander dengan Pencampur Type Injeksi
(http://navybmr.com/study%20material/14250a/14250A_ch5.pdf) ..................... 28
Gambar 23. Brander dengan Pencampur Type Tekanan berimbang
(http://navybmr.com/study%20material/14250a/14250)A_ch5.pdf) .................... 28
Gambar 24. Jenis nyala brander OAW ................................................................ 31
Gambar 25. Pengelasan Pelat Posisi Vertikal (3F) dengan OAW ....................... 34
Gambar 26. Sambungan Tumpul Posisi 3 G ........................................................ 37
3
Kegiatan Belajar 1: Pengelasan Posisi Vertikal dengan OAW
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
2. Relevansi
Las OAW banyak digunakan pada pengelasan baja karbon yang tebalnya
tidak melebihi 3 mm, walaupun secara teknis bisa digunakan untuk mengelasan
bahan yang tebal tetapi secara ekonomis tidak menguntungkan. Berkaitan
dengan hal itu OAW banyak digunakan untuk membuat knalpot, root pass pada
sambungan pipa, repair body mobil, membrazing pahat bubut, dan pekerjaan
lainnya. Di samping itu OAW juga banyak digunakan untuk mengelas tembaga,
kuningan, dan alumunium, namun di sisi lain las jenis ini kurang baik jika
digunakan untuk mengelas stailess steel, karena unsur Cromium bergabung
dengan Carbon membentuk Crom carbida yang mengakibatkan logam tersebut
kehilangan sifat tahan karatnya.
4
3. Panduan Belajar
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Menguasai materi ajar pada bidang studi Teknik Mesin yang meliputi:
Teknik pemesinan; Teknik pengelasan; Teknik pengecoran Logam; Teknik
mekanik industri; Teknik perancangan dan gambar mesin; dan Teknik fabrikasi
Logam dan Manufaktur termasuk kewirausahan dan advance materials secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi),
dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat
membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang
dibutuhkan oleh DUDI.
5
vertical), Gas Metal (MIG/MAG- posisi vertical), dan Gas Tungsten (TIG- posisi
vertical) yang relevan dengan kebutuhan DUDI
3. Pokok-Pokok Materi
e. Parameter OAW
4. Uraian Materi
Peralatan utama las OAW terdiri dari tabung gas Oksigen dan Acetylene,
regulator gas Oksigen dan Acetylene, selang gas Oksigen dan Acetylene, dan
Brander las. Lihat Gambar 1. Tabung gas berfungsi untuk menyimpan gas
dengan tekanan yang aman. Regulator gas adalah untuk mengetahui isi tabung
dan mengatur tekanan kerja. Selang gas untuk menyalurkan gas dari tabung
6
menuju Brander las. Brander berfungsi untuk mencampur gas Oksigen dengan
Acetylene sekaligus sebagai pembakar.
Cara kerja peralatan las OAW adalah sebagai berikut: Gas Oksigen dan
Acetylene dari tabung yang dibuka mengalir menuju brander. Di dalam brander
gas bercampur dengan komposisi tertentu, untuk mengatur komposisi tersebut
dilakukan dengan mengatur katup masing-masing gas. Selanjutnya setelah gas
tercampur di ruang pencampur di dalam brander menuju Tip dan dibakar. Nyala
hasil pembakaran gas dapat digunakan untuk mengelas, gas sisa bisa melindungi
logam las dari pengaruh udara.
7
Gas pelindung dari
Brander
Bahan
tambah
Slag dari bahan
deoxidator
40° 40°
Bahan dasar
Deposit logam
las
Nyala api yang keluar dari Brander las merupakan nyala api hasil
pembakaran gas Acetylene (C2H2) dengan Oksigen (O2). Secara teoritis rekasi
kimia yang terjadi adalah:
8
Reaksi primer terjadi karena terdapat proses pembakaran kedua gas
secara sempurna, reaksi kimianya adalah sebagai berikut:
Bentuk nyala api OAW yang terlihat pada Gambar 3 adalah bentuk nyala
secara umum, namun sebenarnya pada ketika diterapkan pada pekerjaan
pengelasan, dikenal terdapat tiga jenis nyala, yaitu nyala Karburasi, nyala Netral,
dan nyala Oksidasi. Ketiga bentuk nyala tersebut berbeda karena adanya
ketidaksamaan komposisi campuran Acetylene dan Oksigen.
9
h. Bahan Logam yang Bisa Dilas dengan OAW
Tabel 1. Hubungan antara material, jenis logam, jenis nyala, dan tipe fluks
dalam proses OAW
Sisa pembakaran gas Oksigen dan Acetylene yang berupa senyawa CO2
berfungsi sebagai pelindung cairan logam las pada saat mencair, namun tidak
bisa melindungi logam lasan dari pengaruh udara bebas ketika membeku,
sehingga pada proses pembekuan ini perlu bahan pelindung lain. Bahan
pelindung deposit logam las ketika membeku ini didapatkan dari bahan tambah
10
OAW, oleh karenanya kita tidak boleh menggunakan bahan tambah
sembarangan karena bahan yang tidak standar tidak dilengkapi dengan bahan
deoksidator yang berfungsi seperti fluks pada las SMAW.
Tabel 2. Bahan Tambah OAW dan GTAW untuk Baja Karbon dan Baja
Paduan Rendah
11
Kode Diskripsi Contoh penggunaan Diameter
AWS (mm)
A5.28 Solid rod for General structural steels 1.6
ER80S- welding fine Ship plates 2.0
Ni1 grained and low Cast steels 2.4
alloy nickel steels Pipe material 3.0
High impact value Fine grained steels
at low temperature
(-60°C) Typical
offshore
applications
Sumber:https://www.lincolnelectric.com/en-gb/Pages/default.aspx?locale=2057
12
Supplementary variable adalah variable tambahan untuk menentukan
pengujian ketangguhan atau variable penting lainnya pada sambungan las.
Variable tersebut diantaranya adalah: 1) batas pengujian kejut, 2) batasan suhu
PWHT, 3) heat input, dan 4) jenis pass. Lihat Tabel 3.
Salah satu aspek dalam non essential variable dalam WPS adalah joint
design, sehingga stake holder di bidang pengelasan harus tahu desain sambungan
las. Pada dasarnya sambungan las terdiri dari lima bentuk dasar sambungan las,
yaitu: 1) sambungan tumpul (butt joint), 2) sambungan sudut (corner joint), 3)
sambungan T (T joint), 4) sambungan tumpang (lap joint), dan 5) sambungan
ujung (edge joint). Lihat Gambar 4. Pada kenyataannya bentuk dasar sambungan
las tersebut sebelum pengelasan dilakukan, kedua bagaian yang akan disambung
dipersiapkan dahulu bentuk kampuhnya. Tidak semua bentuk kampuh atau alur
dapat diterapkan pada semua jenis sambungan las (AWS A3.0M/A3.0, 2010: 64).
13
Tabel 3. Variable pengelasan OAW menurut ASME IX
Sebagai contoh pada Gambar 4 Sambungan tumpul atau butt joint pada
ujung bagian yang disambung bisa dibuat alur berbentuk bevel, flare-bevel,
14
flare-V, J, square, U, V, dan braze. Sedangkan pada sambungan T, bentuk
alur/kampuh yang diterapkan terjadi perbedaan.
15
Banyaknya proses las, bentuk sambungan, bentuk kampuh, jenis dan
ketebalan bahan yang dilas, dan perlakuan setelah pengelasan dilakukan
membuat rumitnya pekerjaan las. Tidak semua orang yang terkait dengan
pekerjaan las bisa mengidentifikasi cara pengelasan dengan baik, olehkarenanya
diperlukan aturan-aturan yang ketat agar pekerjaan las secara akurat bisa
dilakukan dengan benar. Aturan-aturan itu diwujudkan dalam bentuk Welding
Procedure Spesification (WPS) yang di dalamnya sarat dengan kode-kode dan
simbul-simbul pekerjaan las.
Hampir setiap negara besar membuat kode pekerjaan las, namun dalam
buku ini, kode pekerjaan las yang disajikan adalah kode menurut American
Welding Society (AWS) yang banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan di
Indonesia. Menurut AWS, simbol las terdiri dari: 1) Garis referensi, 2) Anak
panah, 3) Simbol dasar las, 4) Dimensi dan data las, 5) Simbol suplemen, 6)
Simbol finishing, 7) Ekor, dan 8) Pekerjaan spesifik, proses, dan referensi lain.
Lihat Gambar 5.
Jika bagian yang dilas di kedua sisi benda kerja, maka simbol las ditulis
di atas dan di bawah garis referensi, dan jika tidak ada lokasi yang secara jelas
orientasi lokasi pendeposisi logam las, maka sombol pekerjaan las dituli di
tengah-tengah garis referensi. Sebagai contoh adalah pada pengelasan spot dan
seam yang menggunakan proses Resistant welding.
16
Gambar 5. Simbol Pekerjaan Las Menurut AWS
(AWS Committee On Definitions and Symbols, 2010: 3)
17
logam lasnya tidak memerlukan alur las. Las Groove membutuhkan alur las
untuk mendeposisikan logam las, sedangkan las Compound adalah teknik las
yang membutuhkan kedua hal tersebut dalam mendeposisikan logam las. Sering
kita menyalahartikan bentuk deposit sambungan dengan bentuk sambungan las,
padahal keduanya merupakan sesuatu yang berbeda. Fillet dan groove bukanlah
bentuk sambungan tetapi bentuk deposit logam las. Biasanya las fillet diterapkan
pada sambungan Lap/Tumpang dan T, sedangkan las groove kebanyakan pada
sambungan Butt/ujung. Bentuk pendeposisian logam las ini dituangkan dalam
bentuk simbol dasar las. Lihat Gambar 7.
18
Gambar 9. Contoh Penerapan Simbol Dasar Las pada Sambungan Las
Gambar 10. Contoh Penerapan Simbol Dasar Las pada Las Fillet dan
Compound
Pekerjaan las yang presisi biasanya diterapkan simbol-simbol dimensi
deposit logam las, sebagai contoh; 1) Ukuran leg, throat dan jarak las pada las
fillet, 2) Ukuran penetrasi, reinforcement, dan kedalaman alur pada las groove,
3) dan lain-lain. Semua ukuran pada Gambar 11 disajikan dalam bentuk inchi.
19
Gambar 11. Contoh Penerapan Simbol Ukuran Las pada Las Fillet
Simbol suplemen dalam AWS digunakan untuk melengkapi simbol
pekerjaan las yang belum terwadahi di dalam simbol dasar las. Simbol ini
meliputi; 1) Pekerjaan di lapangan, 2) Pengelasan keliling, 3) Kontur permukaan
las, 4) Penggunaan backing plate, 5) Pengontrolan root pass, dan 6)
Pendeposisian bahan tambah. Lihat Gambar 12.
20
Gambar 13. Contoh Penerapan Simbol Suplemen Las
Gambar 13 menunjukkan penerapan simbol back weld/pengelasan sisi
balik sambungan groove sebagai gantinya root pass dan penerapan penggunaan
backing plate pada pengelasan groove. Untuk membedakan simbol las isi/plug,
simbol backing plate selalu diikuti dengan simbol groove di sisi sebaliknya.
PJP
Las
21
Penerapan simbol melt through (ukuran penembusan/root pass sebesar
1/8 inchi) dan consumable insert/pengelasan pada kampuh square pada Gambar
14 di sisi balik kampuh las. Perbedaan simbol las consumable insert dengan back
weld terletak pada simbol referensi pada ekor garis referensi, simbol referensi
merujuk pada ukuran class las.
22
Tabel 4. Simbol Poses Las dan Brazing Menurut AWS
Dalam dunia industri posisi las diberi kode tertentu agar pada saat
pengelasan dilakukan tidak terjadi kekeliruan menentukan juru las dan prosedur
pengelasan. Ada beberapa sistim pengkodean yang banyak dikenal, diantaranya
adalah sistim yang ditetapkan oleh sistim International Standard Organisation
(ISO) dan American Welding Society (AWS).
Sistim kode posisi las yang ditetapkan DIN EN ISO 6947 berbeda dengan
AWS. Kode posisi las menurut ISO didasarkan pada posisi elektroda saat
pengelasan dilakukan, untuk pengelasan plat diberi kode PA, PB, PC, PD, PE,
dan plat pengelasan naik PF dan plat pengelasan turun PG. Sedangkan pipa datar
pengelasan naik PH, pipa datar pengelasan turun PJ, pipa miring down hill JLO
45, dan pipa miring uphill HLO 45. lihat Gambar 15 dan 16.
23
PE
PD
PC
PB
PF PG
PA
HLO 45o
JLO 45o
45o
PH PJ
Berdasarkan kode yang ditetapkan oleh AWS, posisi las dikaitkan pada
jenis teknik sambungan las, jika sambungan berkampuh (groove) maka kode
posisinya dengan huruf G, untuk posisi down-hand 1G, horisontal 2G, vertikal
24
3G, over-head 4G, pipa dengan sumbu horisontal 5G, pipa miring 6G, dan pipa
miring dengan ring 6GR. Jika sambungan las tidak berkampuh/tumpul (fillet)
maka kodenya adalah F, untuk posisi down-hand 1F, horisontal 2F, pipa diputar
horisontal 2FR, vertikal 3F, over-head 4F, dan pipa fillet 5F.
Gambar 18. Kode Las Plat Fillet Posisi Flat dan Horisontal
25
Gambar 19. Kode Las Plat Fillet Posisi Vertikal dan Over Head
26
Gambar 21. Kode Las Pipa Fillet Menurut AWS
k. Parameter OAW
1) Ukuran tip Brander, tekanan gas Oksigen, dan tekanan gas Acetylene
Brander las berfungsi sebagai alat pembakar campuran gas Oksigen dan
Acetylene. Alat tersebut terdiri dari saluran gas Oksigen dan Acetylene, Katup
gas Oksigen dan Acetylene, satu unit sistim pencampur gas, dan Tip (lubang
tempat campuran gas keluar). Brander dibedakan menjadi dua macam, yaitu
sistim injeksi dan tekanan seimbang. Pengoperasian sistim injeksi tekanan gas
Oksigen lebih besar dari Acetylene, sedangkan tekanan seimbang Oksigen dan
acetylene tekanannya sama.
27
Sistim injeksi mempunyai kelebihan mudah perawatannya, namun
mempunyai kelemahan, jika terjadi sumbatan pada ujung Tip akan terjadi nyala
balik yang sangat membahayakan bila tidak ditangani secara serius. Kelemahan
dari sistim tekanan seimbang adalah perawatan ruang pencampur gas sulit
dilakukan sehingga sering terjadi sumbatan apalagi bila gas berasal dari
pembangkit gas (Cower). Kelebihannya adalah tidak terjadi nyala balik karena
tekanan gas Oksigen dan Acetylene diseting sama. Lihat Gambar 22 dan 23.
28
Pada ujung brander las mempunyai nosel yang biasanya disebut tip. Tip
brander memiliki lubang di bagian tengahnya. Ukuran lubang tip bervariasi
mulai kecil hingga besar. Ukuran tip brander ini menunjukkan kemampuan tip
untuk mencairkan plat dengan ketebalan tertentu. Ukuran tip ini diberikan dalam
bentuk angka mulai dari 000 s.d. 3. Indentifikasi ini tergantung produsen brander
yang membuat, ada juga mulai dari nomer 1 s.d. 9, tetapi itu tidak perlu
dipermasalahkan.
Tabel 5. Ukuran tip brander, tebal plat, diameter bahan tambah, dan
tekanan gas
2) Jenis Nyala
29
a) Nyala Karburasi
Nyala Karburasi mempunyai nyala Inti yang tidak focus dan panjang,
berwarna kekuningan, dan nyala Sisa yang berwarna kuning, Gambar 24
menunjukkan berbagai bentuk nyala.
b) Nyala Netral
c) Nyala Oksidasi
30
dengan nyala netral dan ada suara mendesis yang cukup keras. (Lihat Gambar
24)
3) Kecepatan Pengelasan
Salah satu parameter las OAW yang sangat tergantung pada juru las
adalah kecepatan pengelasan. Setiap juru las mempunyai karakter tersendiri,
khususnya yang berkaitan dengan kecepatan pengelasan yang ia lakukan.
Seorang juru las harus mengenali karakternya sendiri, sehingga ia bisa
menyesuaikannya dengan parameter lainnya. Kecepatan travel pengelasan
berpengaruh terhadap kualitas bentuk/profil sambungan las. Jika kecepatan las
tidak sesuai dengan parameter OAW lainnya maka akan terjadi cacat pada
sambungan las.
31
Pembentukan rigi las (weld bead):
Pengaruh arus las terhadap logam las:
1. Zona A: heat input kecil dan kecepatan tinggi
2. Zona B: heat input tinggi dan kecepatan rendah
3. Zona C: heat input tinggi dan kecepatan
32
procedure specification (WPS) agar kualitas sambungan las benar-benar bisa
dipertanggungjawaban secara teknis.
Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kualitas las OAW pada
sambungan T (T joint), yaitu: 1) jenis nyala inti, 2) jarak nyala inti terhadap
benda kerja, 3) posisi brander, dan 4) teknik weaving.
Prosedur pengelasan pelat baja karbon posisi vertical (2F) dengan OAW
merupakan serangkaian langkah dan persyaratan yang harus diikuti dan dipenuhi
agar kualitas sambungan las bisa dioenuhi secara teknis. Persyaratan prosedur
pengelasan berlandaskan standar yang telah ditetapkan oleh owner. Dengan
33
merujuk pada standar yang ditetapkan oleh owner, semua prosedur pengelasan
yang tertuang dalam WPS, mulai dari persyaratan peralatan, SDM pengelasan,
bahan & bahan tambah, pre heating, interpass heating, post heating, dan proses
finishing harus mengikuti standar yang telah ditetapkan tersebut. Sebagai contoh
variable dalam WPS las OAW dapat dilihat pada Tabel 3.
45o
Brander
45o
40o
34
Welding procedure spesification (WPS) memuat prosedur pengelasan
yang merujuk pada salah satu standar yang dikehendaki oleh owner, namun WPS
tersebut belum memuat urutan langkah pengelasan yang harus dilakukan oleh
seorang welder, padahal jika urutan langkahnya salah, kualitas sambungan las
yang dihasilkan dipastikan tidak sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan.
Seorang welder harus menentukan langkah-langkah pengelasan setelah ia
membaca dan menganalisis WPS sambungan las.
1) Persiapan sambungan 3 F
Penentuan parameter las OAW yang berupa ukuran brander, tekanan gas
oksigen, dan tekanan gas acetylene merujuk pada Tabel 4. Untuk pengelasan
baja karbon, nyala brander harus diatur agar menghasilkan nyala Netral.
3) Fit-up sambungan 3 F
35
4) Pengelasan sambungan 3 F
1) Persiapan sambungan 3 G
36
90o
Root
gap
40o
Penentuan parameter las OAW yang berupa ukuran brander, tekanan gas
oksigen, dan tekanan gas acetylene merujuk pada Tabel 4. Untuk pengelasan
baja karbon, nyala brander harus diatur agar menghasilkan nyala Netral.
3) Fit-up sambungan 3 G
4) Pengelasan sambungan 3 G
37
5) Proses finishing sambungan 3 F
5. Forum Diskusi
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Oxy acetylene welding (OAW) yang biasa disebut las gas atau las karbit,
sampai saat ini masih banyak digunakan oleh masyarakat. Las jenis ini lebih
ekonomis jika digunakan untuk mengelas plat dengan ketebalan di bawah 3 mm.
jika ketebalan plat melebihi 3 mm lebih baik digunakan proses lainnya, seperti
SMAW, GTAW, GMAW, atau proses lainnya. Salah satu kelemahan OAW
yang perlu mendapat perhatian secara metalurgi adalah adalah penyebaran panas
yang meluas sehingga menyebabkan terjadinya distorsi dan luasnya daerah HAZ
(heat affected zone) dan ada salah satu keuntungan secara ekonomis bila
dibandingkan dengan las GTAW adalah sisa hasil pembakaran gas oksigen dan
acetyelen dapat melindungi deposit logam las baik secara langsung maupun pada
bagian sebaliknya benda kerja, sehingga jika digunaka untuk membuat root pass
38
pada pengelasan pipa, tidak perlu penyemprotan gas pelindung di bagian dalam
pipa.
2. Tes Formatif
1. Jika tanda pengelasan diletakkan di bawah garis reference, juru las harus
melakukan pengelasan pada:
a. sisi sebaliknya (other side) b. sisi yang ditunjuk (arrow side)
c. sisi vertical b. sisi horizontal
2. Lihat gambar di bawah ini.
3. Garis lurus di atas tanda segi tiga pada gambar soal 2 tersebut menunjukkan
tanda apa?
a. kelurusan deposit logam las b. kelurusan jalur las
c. kontur permukaan las flat/datar d. kontur bahan dasar harus datar
39
4. Mengapa cairan logam las harus dilindungi dari pengaruh udara luar?
a. Karena gas nitrogen yang bereaksi terhadap baja dapat menyebabkan
cacat caviety pada deposit logam las.
b. Karena gas oksigen akan membentuk plasma yang dapat
menyebabkan kelebihan panas dan distorsi.
c. Karena gas oksigen yang bereaksi dengan baja menyebabkan oksida
besi yang menyebabkan deposit logam las kropos.
d. Karena gas oksigen yang bereaksi dengan unsur karbon dapat
menyebabkan cacat slag inclustion
5. Apakah yang seharusnya dilakukan jika salah satu variabel esensial OAW
ada perubahan?
a. WPS harus dibuat ulang karena perubahan variabel esensial akan
menyebabkan ada perubahan sifat mekanis bahan.
b. WPS tidak perlu dirubah karena sudah dilakukan pengujian prosedur
pengelasan yang akurat sehingga tidak merubah sifat mekanis bahan..
c. WPS harus dirubah untuk menentukan parameter las yang tepat agar
tidak terjadi cacat dimensional pada sambungan las.
d. WPS harus dirubah untuk menentukan bahan tambah yang tepat agar
tidak terjadi cacat struktural pada sambungan las
6. Gambar pada soal ini menunjukkan symbol posisi pengelasan 2 FR,
jelaskan bagaimanakah cara pengelasannya?
40
c. Pipa diputar dan welder melakukan pengelasan dengan posisi vertikal.
d. Pipa diputar dan welder melakukan pengelasan dengan posisi di
bawah tangan.
7. Apakah yang terjadi pada sambungan las jika heat input kurang tetapi
kecepatan pengelasan tinggi?
a. Terjadi cacat undercut pada bahan dasar las
b. Terjadi cacat exessive reinforcement pada deposit logam las
c. Terjadi cacat burn throught pada sambungan las
d. Terjadi cacat incomplete penetration pada sambungan las
41
10. Mengapa prosedur pengelasan yang tercantum dalam WPS, P-number
bahan dasar dan F-number bahan tambah harus dalam satu grup?
a. Jika bahan dasar dan bahan tambah tidak dalam satu grup itu
tergolong dissimilar metal akan sangat sulit dilas.
b. Jika bahan dasar dan bahan tambah tidak sesuai, kedua bahan tersebut
tidak akan menyatu.
c. Jika bahan dasar dan bahan tambah tidak sesuai, sangat sulit dilas,
sehingga diperlukan prosedur khusus.
d. Jika bahan dasar dan bahan tambah tidak dalam satu grup itu
tergolong similar metal sehingga diperlukan prosedur khusus.
3. Daftar Pustaka
42
HALAMAN JUDUL
No Kode: DAR2/Profesional/Mes/007/2019
KEGIATAN BELAJAR 2
PENGELASAN POSISI VERTIKAL SMAW
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
Kegiatan Belajar 2: Pengelasan Posisi Vertikal dengan SMAW ............................ 1
A. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1. Deskripsi Singkat...................................................................................... 1
2. Relevansi .................................................................................................. 2
3. Panduan Belajar ........................................................................................ 2
B. INTI .............................................................................................................. 2
1. Capaian Pembelajaran .............................................................................. 2
2. Sub Capaian Pembelajaran ....................................................................... 3
3. Pokok-pokok Materi ................................................................................. 3
4. Uraian Materi............................................................................................ 3
5. Forum Diskusi ........................................................................................ 33
C. PENUTUP .................................................................................................. 36
1. Rangkuman ............................................................................................. 36
2. Test Formatif .......................................................................................... 36
3. Daftar Pustaka ........................................................................................ 38
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
Kegiatan Belajar 2: Pengelasan Posisi Vertikal dengan SMAW
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) yang biasanya disebut dengan las
listrik oleh masyarakat merupakan proses las yang banyak digunakan oleh
masyarakat. Beberapa alasan mengapa las jenis ini banyak digunaka,
diantaranya adalah: 1) Penyiapan mesin praktis, 2) bisa digunakan di semua
medan, 3) elektroda mudah didapat, dan 4) heat input bisa dimanipulasi oleh
welder saat pengelasan berlangsung.
Perkembangan teknologi inverter menyebabkan semakin efisiennya
penggunaan sumber tenaga pada SMAW, dengan inverter mesin SMAW
semakin kecil namun performanya semakin besar. Teknologi inverter membuat
arus DC yang dikeluarkan oleh mesin SMAW menjadi halus sehingga busur
listrik stabil dan lebih mudah dikendalikan, lihat Gambar 1. Di samping itu
mesin SMAW yang modern juga dilengkapi dengan arc force dan hot start untuk
meningkatkan kekuatan busur listrik dan memudahkan penyalaan awal
elektroda.
1
2. Relevansi
3. Panduan Belajar
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Menguasai materi ajar pada bidang studi Teknik Mesin yang meliputi:
Teknik pemesinan; Teknik pengelasan; Teknik pengecoran Logam; Teknik
mekanik industri; Teknik perancangan dan gambar mesin; dan Teknik fabrikasi
Logam dan Manufaktur termasuk kewirausahan dan advance materials secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi),
dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat
2
membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang
dibutuhkan oleh DUDI.
3. Pokok-pokok Materi
4. Uraian Materi
3
start yang menaikkan volatse pada saat elektroda menyentu pertama kali pada
benda kerja sehingga memudahkan penyalaan.
Prinsip kerja SMAW adalah ketika mesin dihidupkan terjadi arus listrik
yang mengalir melalui elektroda dengan bahan dasar. Jika ada celah antara
ujung elektroda dengan bahan dasar akan terjadi loncatan busur listrik. Loncatan
busur listrik menimbulkan panas yang dapat mencairkan kedua bahan tersebut.
Pada saat bahan elektroda mencair dan bercampur dengan bahan dasar terjadi
pembentukan gas hydrogen yang berfungsi melindungi cairan logam lasan dan
ketika membeku bahan fluks yang menjadi terak menutupi permukaan logam
lasan sehingga terlindung dari pengaruh udara luar. Lihat Gambar 3.
4
Gambar 3. Prinsip Kerja SMAW
1) Karakteristik Busur Listrik (arc)
Proses pencairan bahan dasar dan bahan tambah dalam Las SMAW
didasarkan pada loncatan electron dari katoda ke anoda yang menyebabkan
pemanasan dan pencairan pada kedua bahan yang disambung tersebut. Ketika
elektroda dialiri arus listrik dan mengalami pemanasan, pada bagian ujung
diameternya akan menyusut dan akan melepaskan cairan elektroda ke bbahan
dasar (benda kerja). penyusutan ini disebabkan karena adanya gaya pencubitan
elektromagnetik (electromagnetic pinch force), lihat Gambar 4.
5
Gambar 4. Gaya Pencubitan elektromagnetik (Winarto, 2010: 8)
Fenomena busur listrik lainnya yang perlu diketahui adalah adanya arc
blow (busur teralihkan) karena pengaruh gaya asimetris medan magnet. Gaya
asimetris medan magnet terinduksi oleh asimetris arus las sirkuit dan medan
magnet sisa atau keduanya. Busur teralihkan dapat menyebabkan busur sulit
dikendalikan dan menghasilkan kualitas sambungan las kurang baik , lihat
Gambar 6. Cara mengatasi fenomena arc blow adalah dengan mengubah letak
kabel masa dan menghindari benda logam yang bisa ditarik medan magnit
dengan masa yang berat atau dengan try and error.
6
Gambar 6. Fenomena Arc blow (Winarto, 2010: 10)
2) Peralatan SMAW
a) Transformator
7
Kabel & Holder
Elektroda
Mesin Las
(Transformator)
Kabel &
Tang Masa
Kabel elektroda berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari mesin las
ke elektroda. Holder berfungsi untuk memegang elektroda. Kedua alat tersebut
harus memenuhi standar pekerjaan las. Pemasangan kabel las harus
disesuaikan dengan kapasitas mesin las dan panjang kabel yang dibutuhkan
dalam pekerjan las. Tabel 5 menunjukkan jika kapasitas arus listrik mesin las
sebesar 350 Ampere dan kabel yang digunakan sepanjang 20 meter, maka luas
penampang kabel tersebut minimal sebesar 53 mm2, namun jika menggunakan
kabel yang panjangnya 50 meter, luas penampangnya minimal 107 mm2 ,lihat
Tabel 1.
8
Tabel 1. Hubungan antara Arus Mesin las, Panjang dan Luas
Penampang Kabel Las
9
3) Polaritas Arus
Mesin SMAW dirancang dua macam jenis arus, yaitu arus bolak
balik/Alternating Current (AC) dan arus searah/Direct Current (DC). Polaritas
arus AC tidak banyak berpengaruh terhadap heat input benda kerja, namun
tidak demikian dengan arus DC, pembalikan polaritas arus DC sangat
berpengaruh terhadap heat input pada benda kerja.
a) Polaritas Arus AC
Di dalam arus AC, electron berubah arah setiap 1/120 detik, jadi
elektroda dan benda kerja setiap 1/120 detik berubah dari anoda menjadi katoda
dan proses ini selalu terjadi secara kontinyu. Kejadian ini menyebabkan panas
pengelasan didistribusikan dengan harga yang sama antara elektroda dengan
benda kerja, setengah ke elektroda dan sisanya ke benda kerja. Lihat Gambar
11 dan 12.
b) Polaritas Arus DC
10
(1) Polaritas DCSP
1/60
detik
1/120 1/120
detik detik
11
Panas 50%
~
Elektroda
Sumber Power
Bahan Induk
Panas 50%
Neg (-).
Elektroda 1/3 panas
Sumber Power
Bahan Induk
Neg (-).
Sumber Power
Bahan Induk
1/3 panas
Pos (+).
12
juga berfungsi sebagai bahan tambah las. Elektroda ini terdiri dari dua bagian
yang meliputi kawat las dan fluks. Ketika terjadi busur listrik, kawat las mencair
membentuk deposit logam las, demikian juga fluks yang ikut mencair dan pada
saat pencairan akan membentuk selubung gas CO, CO2, dan H2 yang
melindungi logam cair dari pengaruh udara luar serta membentuk slag atau
terak yang dapat melindungi deposit logam las saat pembekuan.
13
dipaparkan semua jenis standar elektroda, namun agar buku ini dapat dijadikan
referensi yang dijelaskan adalah standar AWS (American Welding Society).
KODE MCD
Kode elektroda
Kode kekuatan tarik dalam
Kode posisi, type fluks, type
14
2) Tipe Elektroda SMAW Baja Karbon
15
3) Klasifikasi Elektroda SMAW Baja Karbon Berdasarkan Sifatnya
c) Fill-Freeze Electrodes
16
d) Low Hydrogen Electrodes
1) Arus Listrik
Besar arus yang dipakai berdasarkan penyetelan pada amper meter yang
ada pada mesin las dan harus disesuaikan dengan besar diameter elektroda yang
akan dipakai untuk pengelasan. Besar arus biasanya dapat dilihat pada
bungkusan elektroda yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Jika pada
bungkusan elektroda tidak tercantum dapat dilihat pada tabel 7.
2) Tegangan Listrik
17
pemakaian voltage akan turun sekitar 18 sampai 36 volt, agar aman dalam
pemakaian.
Tegangan tergantung dari panjang busur yang ada, dan juga tergantung
dari mesin las/travo dan panjang kabel las yang dipakai, apabila voltage rendah,
ini akan mempengaruhi pemasukan panas pada benda kerja dan elektroda.
Selain besar kecilnya panjang busur tegangan juga dipengaruhi oleh: a)
pembungkus elektroda, b) komposisi inti elektroda, c) diameter elektroda, dan
d) besar arus listrik.
Untuk mendapatkan panjang busur antara benda kerja (base metal) dan
ujung elektroda adalah sangat penting. Karena panjang busur secara langsung
sangat menentukan masukan panas baik terhadap benda kerja maupun
elektroda yang diperlukan dalam proses pengelasan.
18
Gambar 15 memperlihatkan pengaruh arc length terhadap
pendepositan logam las. Pada jarak arc length sangat pendek menyebabkan
heat input kecil dan mengakibatkan bentuk deposit logam las kecil dan kurang
fusi. Sebaliknya jika terlalu tinggi, heat input besar dan mengakibatkan deposit
logam las melebar, terjadi under cut, dan banyak spatter. Jarak arc lenght yang
terbaik adalah yang di tengah, besarnya tergantung dari tipe elektroda. Lihat
Tabel 4.
Elektroda
Deposit Under
Arc
Logam Cut
Lenght
Lasan
spatter
Bahan
Dasar
Celullose ½ Ø elektroda
Rutile 1 Ø elektroda
Acid 1 ½ Ø elektroda
Basic ½ Ø elektroda
19
cm per detik. Kecepatan penarikan elektroda berpengaruh terhadap kekerasan
dan kekuatan Tarik sambungan las. Hal ini disebabkan karena kecepatan
penarikan elektroda tersebut berkaitan dengan masukan panas pada sambungan
las.
20
Tabel 5. Variabel WPS Proses SMAW.
21
b) Paragraf QW-403
Paragraf QW-403 berisi 27 standar yang berhubungan dengan logam
dasar (base metal). Dalam proses SMAW tidak semua elemen standar
digunakan. Adapun elemen 5 dan 6 tergolong suplement variable, sedangkan
elemen 8, 9, 11, dan 13 merupakan essential variable.
(1) QW-403.5
Penentuan bahan dasar pada WPS disyaratkan mengikuti elemen
standar ASME QW-403.5. Menurut elemen standar ini, base metal (bahan
dasar) harus sama, termasuk type atau grade dalam proses pengelasan. Untuk
pengelasan baja, P-number dan Group number dianjurkan mengikuti Tabel
QW/QB-422, lihat Tabel 10. Bahan dasar sebelum dilas dan setelah dilas harus
diuji kekuatan mekaniknya. Jika ada penggantian bahan dasar yang yang
disambung dengan group number yang berbeda harus dilakukan uji ulang, lihat
Tabel 6.
(2) QW-403.6
Ketebalan logam dasar minimum yanag memenuhi syarat untuk
dilakukan uji mekanik adalah 5∕8 inci (16 mm) tidak boleh kurang. Namun, jika
kurang dari 1∕4 inci (6 mm), ketebalan minimum yang memenuhi syarat adalah
1∕2 T. Keterbatasan ini tidak berlaku ketika WPS memenuhi syarat dengan
PWHT di atas suhu transformasi atau ketika suatu bahan austenitic adalah
larutan yang dianil setelah pengelasan.
(3) QW-403.8
22
mm, perbedaan ketebalan bagian yang disambung tidak perlu pembatasan atau
perubahan persyaratan.
23
(4) QW-403.9
(5) QW-403.11
c) Paragraf QW-404
24
4 dan 5 tergolong essentiall variable, 6 dan 33 termasuk nonessential variable,
serta 7 dan 12 merupakan supplement variable.
25
Tabel 8. Pengelompokan Elektroda dan Bahan Tambah Batangan
26
Ketika logam pengisi sesuai dengan klasifikasi logam pengisi dalam
spesifikasi SFA, kualifikasi ulang tidak diperlukan jika perubahan dilakukan
pada salah satu dari yang berikut: (a) dari logam pengisi yang ditunjuk sebagai
tahan air dengan yang tidak ditunjuk sebagai tahan lembab dan sebaliknya
(yaitu, dari E7018R ke E7018), (b) dari satu tingkat hidrogen difus ke yang lain
(yaitu, dari E7018-H8 ke E7018-H16), (c) serat karbon, serat karbon rendah,
dan baja tahan karat yang memiliki kekuatan tarik minimum yang sama. dan
komposisi kimia nominal yang sama, perubahan dari satu jenis pelapisan
hidrogen rendah ke jenis pelapisan hidrogen rendah lainnya (yaitu, perubahan
antara EXX15, 16, atau 18 atau EXXX15, 16, atau 17 klasifikasi (d) dari satu
posisi-kegunaan penunjukan ke yang lain untuk elektroda berinti-fluks (yaitu,
perubahan dari E70T-1 ke E71T-1 atau sebaliknya), (e) dari klasifikasi yang
memerlukan pengujian dampak ke klasifikasi yang sama yang memiliki sufiks
yang menunjukkan bahwa pengujian dampak dilakukan pada suhu yang lebih
rendah atau menunjukkan ketangguhan yang lebih besar pada suhu yang
diperlukan atau keduanya, dibandingkan dengan klasifikasi yang digunakan
selama prosedur kualifikasi (yaitu, perubahan dari E7018 ke E7018-1), dan (f)
dari klasifikasi yang dikualifikasikan ke logam pengisi lainnya dalam
spesifikasi SFA yang sama ketika logam las dikecualikan dari Pengujian
Dampak oleh Bagian lain. Pengecualian ini tidak berlaku untuk permukaan
yang keras dan tahan korosi.
27
(7) Paragraf QW-404.33
d) Paragraf QW-405
28
pass juga dapat dijalankan ke atas atau ke bawah ketika root pass dilepas ke
logam las bunyi dalam persiapan untuk pengelasan sisi kedua.
e) Paragraf QW-406
Paragraf QW-406 berisi tentang kualifikasi preheat sambungan las
(preheat). Paragraph ini terdiri dari 11 elemen kualifikasi preheating
sambungan las, namun untuk proses SMAW elemen yang diikuti adalah: 1, 2,
dan 3.
f) Paragraf QW-407
29
(a) Untuk P-No. 1, P-No. 3, P-No. 4, P- No. 5, P- No. 6, P- No. 9, P- No. 10,
dan P-No. 11 bahan, penerapan PWHT mengikuti kondisi berikut:
(4) PWHT di atas suhu transformasi atas diikuti oleh perlakuan panas di bawah
suhu transformasi yang lebih rendah (mis., Normalisasi atau pendinginan
diikuti dengan tempering)
(5) PWHT antara suhu transformasi atas dan bawah (b) Untuk semua bahan
lain, berlaku kondisi perlakuan panas pascabangan berikut:
QW-407.4 Untuk logam dasar besi selain P-No. 7, P-No. 8, dan P-No.
45, ketika prosedur kualifikasi uji mekanik menerima perlakuan panas di atas
suhu transformasi, ketebalan logam dasar maksimum yang memenuhi syarat,
T tidak boleh melebihi 1,1 kali ketebalan speciment uji mekanik.
g) Paragraf QW-409
30
(1) QW-409.1
(b) Volume logam las diukur dengan, 1) peningkatan ukuran manik (lebar x
tebal), atau 2) penurunan panjang manik las per satuan panjang elektroda
Persyaratan untuk mengukur input atau volume panas dari logam las
yang disimpan tidak berlaku ketika WPS dikualifikasikan dengan PWHT di
atas suhu transformasi atas atau ketika bahan austenitik adalah larutan yang
dianil larutan setelah pengelasan.
(2) QW-409.4
(3) QW-409.8
h) Paragraf QW-410
31
(1) QW-410.1
(2) QW-410.5
(3) QW-410.6
(4) QW-410.9
Perubahan dari multipass per sisi ke singlepass per sisi. Batasan ini
tidak berlaku ketika WPS dikualifikasikan dengan PWHT di atas suhu
transformasi atas atau ketika bahan austenitic adalah larutan yang dianil setelah
pengelasan.
(5) QW-410.25
(6) QW-410.26
(7) QW-410.64
Untuk kapal atau bagian dari kapal yang dibangun dengan P-No. 11A
dan P-No. 11B logam dasar, alur las dengan ketebalan kurang dari 5 ∕ 8 in. (16
mm) harus disiapkan oleh proses termal saat proses tersebut digunakan selama
pembuatan. Persiapan alur ini juga harus mencakup gouging belakang,
grooving belakang, atau penghilangan logam las yang tidak baik dengan proses
termal saat proses ini harus dilakukan selama fabrikasi.
32
5. Forum Diskusi
1. Teknik stringre/weave
2. Cleaning methode
3. Multiple/single pass
4. Manual/automatic
45o
75o – 85o
33
2) Prosedur Pengelasan Sambungan T (T Joint) Pelat Baja Karbon Posisi
Vertikal (3F) dengan SMAW
2
Sketches, Production Drawing, Weld symbol or
Written Description should show the general 1
arrangement of the parts to be welded. Where
applicable, the root spacing and the details of 1
weld groove may be specified. (At the option the
1
Manufacturer, sketches may be attached to
ilustrate joint design, weld layers and bead Electrode
sequences, (e.g., for notch toughness procedure, Pass Diameter Ampere Polarity
for multiple process procedure, etc) (mm)
1 3.2 100-110 DCEP
2 3.2 90-100 DCEP
3 3.2 90-100 DCEP
POSISITION (QW-405)
POSTWELD HEAT TREATMENT (QW-407)
Position of Groove :-
Temperature Range : N/A
Welding Progresssion : Up Hill
Time Range : N/A
Position of Fillet :3F
Manufacturer of Plant Process Equipment
Plant Mechanical, Civil, Electrical
Head Office
:..............................................................................
34
3) Prosedur Pengelasan Sambungan Tumpul (Butt Joint) Pelat Baja
Karbon Posisi Vertikal (3G) dengan SMAW
JOINT (QW-402)
Joint design : Groove
Backing : N/A
35
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Proses pengelasan SMAW penggunaannya sangat luas. Las jenis ini bisa
digunakan di semua kondisi, di dalam ruang, di luar ruang, atau bahkan di dalam
air. Sampai saat ini proses las SMAW masih diaplikasikan secara manual, oleh
karenanya persyaratan welder pada proses ini sangat ketat.
Pengelasan SMAW dipersyaratkan mengikuti prosedur standar (WPS)
yang sudah baku yang ditentukan oleh asosiasi profesi di bidang pengelasan,
seperti AWS, ASME, JIS, atau lainnya. WPS berisi tiga variabel, meliputi: 1)
essensial variable, 2) suplementary variable, dan 3) nonessential variable.
Di sisi lain WPS juga berisi beberapa aspek aplikasi proses pengelasan
yang meliputi: 1) desain sambungan las, 2) karakteristik bahan dasar, 3)
pemilihan bahan tambah, 4) Posisi pengelasan, 5) Preheat, 6) PWHT, 7)
Karakteristik elektrik, dan 8) Teknik pengelasan.
2. Test Formatif
3. Mesin SMAW yang dirangkai dengan polaritas lurus (direct current straight
polarity), holder elektroda dihubungkan dengan kutup?
36
c. ground d. body mesin
4. Spatter yang melekat pada bahan dasar dan deposit logam las sebaiknya
dibersihkan dengan alat apa?
5. Elektroda jenis apakah yang paling sesuai untuk mengelas baja SA 1548 pada
bagian root pass?
7. Jika salah satu dari dua bahan yang dilas ada perubahan dari WPS sebelumnya
yang mempunyai P-number sama tetapi Group number tidak sama, apakah yang
harus dilakukan oleh seorang Welder engineer (WE) ?
37
a. DCSP b. DCRP
c. DCEN d. AC
9. Jika dalam membuat root pass sambungan las posisi 3 G menggunakan elektroda
diameter 2,6 mm, sebaiknya besar arusnya berapa?
10. Sebaiknya besar arusnya berapa menggunakan teknik ayunan elektroda apa
dalam membuat root pass?
a. weaving Z b. pull
c. push d. Whipping
3. Daftar Pustaka
38
HALAMAN JUDUL
No Kode: DAR2/Profesional/Mes/007/2019
KEGIATAN BELAJAR 3
PENGELASAN POSISI VERTIKAL MIG/MAG
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
Kegiatan Belajar 3: Pengelasan Posisi Vertikal dengan MIG/MAG ...................... 1
A. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1. Deskripsi Singkat...................................................................................... 1
2. Relevansi .................................................................................................. 1
3. Panduan Belajar ........................................................................................ 2
B. INTI .............................................................................................................. 2
1. Capaian Pembelajaran .............................................................................. 2
2. Sub Capaian Pembelajaran ....................................................................... 2
3. Pokok-pokok Materi ................................................................................. 2
4. Uraian Materi............................................................................................ 3
5. Forum Diskusi ........................................................................................ 42
C. PENUTUP .................................................................................................. 42
1. Rangkuman ............................................................................................. 42
2. Test Formatif .......................................................................................... 43
3. Daftar Pustaka ........................................................................................ 46
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
Kegiatan Belajar 3: Pengelasan Posisi Vertikal dengan MIG/MAG
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
2. Relevansi
GMAW juga memiliki kempuan untuk mengelas dengan cepat dan bisa
digunakan untuk mengelas logam dengan ketebalan 1 mm hingga di atas 1
inchi, oleh karenanya penggunaanya sangat luas. Las jenis ini banyak
digunakan di perusahaan manufaktur seperti pembuatan mobil, motor,
peralatan rumah tangga, pembuatan root pass pada plat maupun pipa, dan lain-
lain.
1
3. Panduan Belajar
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Menguasai materi ajar pada bidang studi Teknik Mesin yang meliputi:
Teknik pemesinan; Teknik pengelasan; Teknik pengecoran Logam; Teknik
mekanik industri; Teknik perancangan dan gambar mesin; dan Teknik fabrikasi
Logam dan Manufaktur termasuk kewirausahan dan advance materials secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi),
dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat
membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang
dibutuhkan oleh DUDI.
3. Pokok-pokok Materi
2
e. Prosedur Pengelasan Sambungan Pelat Baja Karbon dengan Proses
GMAW.
4. Uraian Materi
1) Definisi GMAW
GMAW adalah pengelasan dua logam atau lebih dengan cara pencairan
bagian yang disambung menggunakan busur listrik dari elektroda gulungan dan
bahan pelindung inert gas atau active gas sehingga menjadi sambungan yang
menyatu dan permanen. Las GMAW yang menggunakan bahan pelindung inert
gas dinamakan las Metal Inert Gas (MIG), sedangkan yang menggunakan
bahan pelindung active gas disebut las Metal Active Gas (MAG).
3
Torch
Shielded
Gas
4
Gambar 2. Karakteristik Mesin GMAW
4) Fenomena Perpindahan Logam Tambah pada GMAW
Ada empat jenis bentuk transfer logam las pada GMAW, yaitu: 1) short
circuiting transfer, 2) globular transfer (repeled transfer), 3) globular transfer
(drop transfer), dan 4) spray transfer, lihat Gambar 46. Bentuk transfer logam
tersebut dipengaruhi oleh jenis gas pelindung, arus pengelasan, dan arc force.
5
Gambar 4. Pengaruh Gas dan Arus terhadap Bentuk Transfer Logam
Las
Jenis gas pelindung dan arus sangat berperan dalam pembentukan
transfer deposit logam las. Pada penggunaan CO2 sebagai gas pelindung
mengakibatkan tidak akan terjadi spray transfer, kendatipun arus
pengelasannya tinggi. Hal ini disebabkan oleh gaya repulsive dari arc force
yang mengenai cairan logam tidak merata, lihat Gambar 5.
6
Gambar 6. Las MIG/MAG dengan Arus Pulsa
Pada saat ini gelombang listrik las GMAW bisa dipulsakan. Tujuannya
adalah agar busur listrik mudah dikendalikan dan memberikan kesempatan beku
pada cairan logam las, sehingga pendeposisian logam las lebih mudah dilakukan
dan juga bisa digunakan untuk mengelas bahan yang tipis. Biasanya arus
diseting dalam dua besaran, yaitu arus puncak (peak current) dan arus dasar
(base current). Tetesan logam tambah terjadi pada arus puncak, sehingga setiap
pulsa menghasilkan satu tetes logam cair dari bahan tambah. Lihat Gambar 6.
5) Kelebihan GMAW
7
g) Dapat digunakan pengelasan dengan tiga mode, yaitu: 1) kontinyu, 2)
spot, dan 3) interval.
h) Dapat digunakan untuk menyambung bahan yang tipis.
6) Kelemahan GMAW
7) Peralatan GMAW
a) Mesin GMAW
Mesin GMAW terdiri dari Transformer, Tabung gas, dan seperangkat
alat kontrol laju kawat, laju gas, bentuk pendepositan logam las, dan besar arus
pengelasan. Transformer atau inverter yang digunakan pada mesin GMAW
memiliki sistim Constant Voltage (CV).
8
Mesin las yang dirancang dengan sistim CV menghasilkan busur nyala
yang stabil karena besar arc length tidak mempengaruhi besar tegangan listrik,
namun juru las harus trampil untuk mengatur arus pengelasan pada awal
pengelasan. Arus pengelasan yang tidak tepat mengakibatkan sambungan las
tidak sempurna karena heat input tidak dapat diatur pada saat pengelasan
dilakukan. Lihat Gambar 7.
b) Wire Feeder
Wire feeder adalah satu unit peralatan yang digunakan untuk mengatur
kecepatan pengumpanan kawat elektroda las GMAW. Laju pengumpanan
kawat elektroda merupakan salah satu parameter dalam GMAW. Laju kawat
harus disesuaikan dengan besarnya arus pengelasan yang digunakan.
Mekanisme pengaturan laju kawat tersebut merupakan bagian dari unti mesin
GMAW atau merupakan bagian tersendiri. Gambar 8 menunjukkan mekanisme
pengatur laju kawat (Wire feeder) yang menjadi satu dalam satu unit mesin
GMAW.
c) Welding Gun
Welding gun memegang peranan yang sangat penting dalam las
GMAW, melalui alat ini deposit logam lasan dibentuk. Komponen Welding gun
terdiri dari Handle, Nozzle, Gas diffuser, dan Saklar. Welding gun tersambung
dengan kabel las, selang gas, dan kabel control. Lihat Gambar 9.
9
Gambar 7. Satu Unit Mesin GMAW
Rol Penggerak
Baut Pengatur
Tekanan Rol
Kawat Elektroda
10
Saklar
d) Gas Pelindung
Gas pelindung yang digunakan dalam proses GMAW adalah gas lemas
dan gas aktif. Gas tersebut dapat digunakan secara mandiri atau dicampur
dengan komposisi tertentu untuk mendapatkan performa yang lebih baik, oleh
karenanya dibutuhkan flow meter (Regulator gas) yang dilengkapi dengan gas
mixer. Gas lemas yang terdiri dari Argon dan Helium menyebabkan penetrasi
yang dalam, sedangkan gas aktif (CO2) membuat deposit lasan lebar namun
penetrasinya dangkal. Untuk memperbaiki kondisi ekstrem tersebut diperlukan
campuran gas dengan komposisi tertentu tergantung jenis bahan yang dilas.
Lihat Gambar 10.
11
Sehubungan dengan karakteristik gas terhadap penetrasi pada logam
dasar, maka diperlukan campuran dengan komposisi tertentu agar menghasilkan
penetrasi sesuai keinginan. Tabel 1. menunjukkan pemakaian gas pelindung
dengan komposisi sesuai dengan jenis bahan dasar yang dilas. Penggunaan gas
pelindung ini diterapkan dengan menggunakan pertimbangan metalurgi bahan
dan keekonomisan proses las. Alumunium harus menggunakan gas pelindung
argon atau helium murni karena secara metalurgi logam Alumunium mudah
bereaksi dengan udara. Sebaliknya penggunaan gas CO2 pada pengelasan baja
karbon lebih ditekankan karena keekonomisan proses.
Secara umum gas pelindung yang mepunyai sifat tidak terbakar diberi
kode warna hitam, namun biasanya tabung gas Argon diberi warna hijau, CO2
berwarna putih, dan Helium berwarna hitam. Lihat Gambar 12.
Pengaruh
Gas Campur
Pengaruh Pengaruh
Gas Lemas Gas Aktif
Tabung gas pelindung dilengkapi dengan flow meter, yaitu alat untuk
mengatur laju aliran gas sesuai dengan arus dan ketebalan benda kerja. Pada
dasarnya prinsip kerja alat ini sama dengan regulator gas, namun gas yang keluar
diukur berdasarkan laju gas yang keluar berbeda dengan regulator gas yang
keluar diukur dengan tekanannya. Lihat Gambar 11.
12
dikehendaki. Lubang input gas pada Mixer dihubungkan dengan selang gas ke
dua atau tiga tabung gas, sedangkan lubang output gas dihubungkan dengan
kontrol mesin GMAW. Gambar mixer dapat dilihat pada Gambar 13 dan gambar
rangkaian satu unit mesin las GMAW yang dilengkapi dengan mixer dapat
dilihat pada Gambar 14.
13
Gambar 12. Tabung Gas Helium
14
mixer
Nozel
Shielding
gas
Elektrod
e
Arc Slag Wire feeder
Deposit
las
Mesin
las
Proses las GMAW yang menerapkan pelindung logam cair dengan gas
memiliki kelemahan yaitu gas pelindung tidak dapat secara sempurna
melindungi deposit logam lasan yang sedang membeku. Jika deposit logam
lasan yang sedang membeku ini tidak terlindungi secara sempurna akan terjadi
oksidasi atau nitridasi akibat pengaruh udara luar. Hal ini dapat diatasi dengan
15
memasukkan bahan deoksidasi pada bahan kawat elektroda. Bahan yang biasa
dipakai adalah Silicon (Si) atau bahan lain yang mempunyai sifat yang sama.
Lihat Gambar 15.
ERXXS-X
KOMPOSISI KIMIA
KEKUATAN TARIK (X 1000 psi)
16
a) Elektroda Baja Karbon
(1) ER70S-1
Memiliki persentase silikon terkecil diantara elektroda baja padat.
Biasanya digunakan dengan gas pelindung argon dan terkadang dengan
tambahan sedikit oksigen.
(2) ER70S-2 (SPOOLARC 65)
Elektroda ini mengandung elemen deoksidasi yang sangat berat,
mengandung kombinasi zirconium, titanium dan alumunium deoksidasi dengan
jumlah total 0,2% dan karbon 0,07 % berat. Elektroda ini cocok untuk jenis
pengelasan dengan transfer logam arus pendek. Elektroda ini dirancang untuk
proses pengelasan dengan gas pelindung campuran argon dan oksigen 1 hingga
5 % atau dengan gas pelindung CO2.
(3) ER70S-3 (SPOOLARC 29S dan SPOOLARC 82)
Elektroda dengan klasifikasi ini paling banyak dipakai. Elektroda ini
dapat menggunakan gas pelindung campuran argon-oksigen atau CO2.
Kekuatan tarik pada pengelasan single-pass pada baja karbon rendah dan
medium akan melebihi dari logam dasarnya (benda kerja). Pada pengelasan
multi-pass kekuatan tarik antara 65.000 hingga 85.000 psi tergantung dilusi
logam dasar dan jenis gas pelindung.
(4) ER70S-4 (SPOOLARC 85)
Elektroda ini mengandung lebih banyak mangan (1,50 %) dan silikon
(0,85 %) dibandingkan elektroda sebelumnya. Gas pelindung yang dapat
digunakan adalah Ar-O2; Ar-CO2 dan CO2. elektroda ini biasanya digunakan
pasa proses pengelasan dengan transfer logam spray atau arus pendek.
(5) ER70S-5n
Elektroda ini mengandung tambahan mangan dan silikon, selain itu
juga mengandung alumunium (0,5 % hingga 0,9%) yang berfungsi sebagai
elemen deoksidasi. Elektroda ini dapat digunakan untuk pengelasan untuk
permukan yang telah berkarat. Gas plindung yang dapat digunakan adalah CO2.
jenis pengelasan ini terbatas hanya pada posisi datar (flat).
17
(6) ER70S-6 (SPOOLARC 86)
Elektroda pada kelas ini memiliki kandungan silikon terbesar (1,15 %)
dan mangan yang besar (1,85 %) sebagai elemen doksidasi. Pada umumnya
untuk baja karbon rendah menggunakan gas pelindung CO2 dan arus listrik
yang tinggi.
(7) ER70S-7 (SPOOLARC 87HP)
Elektroda ini multi fungsi dan memiliki performa yang tinggi,
digunakan untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Elektroda ini
mengandung sekitar 2 % atau lebih mangan. Dapat menggunakan berbagai jenis
gas pelindung.
(8) ER80S-D2 (SPOOLARC 83)
Elektroda ini mengandung silikon dan mangan sebagai doksidasi dan
molybdnum (0,4 hingga 0,6 %) untuk meningkatkan kekuatan. Dapat digunakan
untuk berbagai jenis posisi pengelasan, menggunakan gas pelindung Ar-CO2
dan CO2. dapat menghasilkan logam las yang memiliki kekuatan tarisk hingga
lebih dari 80.000 psi (552 MPa).
18
Tabel 3. Sifat Mekanis Elektroda Besi Karbon
19
(2) ER308L Si (Arcaloy 308Si/308LSi )
Digunakan untuk mengelas stainless steel 304. perbedaannya dengan
ER 308L adalah kandungan silikon yang lebih tinggi, yang akan meningkatkan
karakteristik wetting dan logam las (weld metal). Biasanya menggunakan gas
pelindung Ar-O2 1 %.
(3) ER309l (Arcaloy 309/309L )
Digunakan untuk mengelas jenis stainless steel 309.
(4) ER316L (Arcaloy 316/316L)
Digunakan untuk mengelas Stainless Steel 316. tambahan
molybdenum menjadikan elektroda ini dapat digunakan untuk proses
pengelasan yang membutuhkan ketahanan creep. Kandungan karbon kurang
dari 0,04 %.
20
1) Arus Las
Arus las adalah arus listrik yang digunakan untuk melakukan proses
pengelasan. Dalam proses pengelasan GMAW, arus las secara langsung
berhubungan dengan kecepatan wirefeed. Jika arus las dinaikkan maka
kecepatan wire feed juga seharusnya naik. Hubungan ini biasanya disebut
karakteristik “burn-off”.
Tip to work distance (TTWD) adalah jarak antara titik terujung dari
contact tip ke benda kerja, biasanya sebesar 2-3 cm.
21
Gambar 18. Tip To Work Distance
3) Tegangan Las
4) Kecepatan Pengelasan
22
dengan material dan jenis penyambungan yang sama, jika arus listrik meningkat,
maka kecepatan pengelasan juga harus meningkat, dan 3) kecepatan pengelasan
yang lebih tinggi dapat menggunakan teknik pengelasan maju (forehand
technique).
Kecepatan bahan tambah las (kawat las) dapat diatur melalui wire
fedder. Kecepatan kawat las disesuaikan dengan besar arus las, tegangan,
kecepatan pengelasan, dan ketebalan bahan dasar.
Diameter
Arus Tegangan Tebal Bahan
Kawat
(Ampere) (Volt) (mm)
(mm)
0,6 50 – 80 13 – 14 0,5 – 1,0
0,8 60 – 150 14 – 22 0,8 – 2,0
0,9 70 – 220 15 – 25 1,0 – 10
1,0 100 – 290 16 – 29 3,0 – 12
1,2 120 – 350 18 – 32 6,0 – 25
1,6 160 – 390 18 – 34 12,0 – 50
d. Teknik Pengelasan
1) Persiapan Sambungan
23
langkah sebagai berikut: 1) pembuatan bevel angle, 2) pembuatan root face, dan
3) tack weld dengan root gap antara 0-3 mm, lihat Gambar 20.
Keterangan:
1) Bevel angle : 30o s.d. 35o
2) Root face : 1,8 mm s.d. 2 mm
3) Root gap : 0 mm s.d. 3 mm
a. Single pass
b. Multiple pass
24
Filler pass Cover pass
Root pass
Secara garis besar ada tiga teknik ayun elektroda, yaitu: stringe bead,
whipping, dan weaving. Teknik ayun ini dipilih berdasarkan tujuan pengelasan,
misalnya untuk membuat root, filler, atau cover pass.
a) Teknik Stringre
Teknik stringre yang dilakukan dengan hanya menarik (drag) atau
menekan (push) elektroda tanpa melakukan pengayunan ini sering digunakan
untuk membuat root pass, terutama pada pengelasan dengan posisi di atas kepala
(over head). Biasanya teknik drag digunakan pada proses SMAW, sedangkan
push pada FCAW dan GMAW. Di samping itu juga sering digunakan untuk
pengelasan dengan teknik multiple pass untuk menghindari distorsi.
25
Stringre bead dengan teknik push lazim digunakan pada proses
GMAW, agar hasil las tidak kropos sebaiknya ketika melakukan push, busur
listrik tidak boleh mendahuluhi laju pendeposisian logam cair pada kawah las.
b) Teknik Whipping
Teknik whipping dilakukan dengan menggerakkan elektroda maju dan
mundur atau seperti melecutkan cambuk. Gerakan ini sering digunakan untuk
membuat root pass pada sambungan tumpul (butt joint) di semua posisi
pengelasan, khususnya jika kita menggunakan SMAW.
26
(1) Weaving Setengah Lingkaran
Gerakan setengah lingkaran dilakukan dengan mengayun elektroda
atau brander dengan lintasan setengah lingkaran. Teknik ini sederhana dan
mudah dilakukan, tetapi untuk posisi pengelasan selain di bawah tangan
menyebabkan permukaan cover pass (reinforcement) tinggi, bahkan bisa
melebihi acceptant criteria yang telah ditentukan oleh standar las. Lihat Gambar
25.
Teknik weaving ini dilakukan dengan holding time di tepi dengan dua
hitungan dan bagian tengah satu hitungan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
cacat undercut pada sambungan las. Jika teknik diterapkan pada pengelasan
posisi horizontal, sebaiknya holding time diterapkan pada bagian atas saja.
27
Teknik ini dilakukan dengan mengayunkan elektroda dengan lintasan seperti
huruf Z, lihat Gambar 27.
28
(6) U Patah-patah
Teknik ayun U patah-patah ini bisa digunakan untuk mendapatkan
kontur datar pada cover pas posisi pengelasan di atas kepala (over head). Teknik
ini dilakukan dengan mengayunkan elektroda atau brander dengan lintasan U
patah-patah dengan holding time 2 ketuk di bagian tepi, lihat Gambar 30.
29
teknis. Kendatipun sesama las busur listrik, variable pengelasan GMAW sedikit
berbeda dengan las SMAW, ini dikarenakan ada perbedaan karakteritik proses
keduanya.
30
Tabel 5. Variabel Pengelasan GMAW
31
32
Tabel 6. Prosedur /Kualifikasi Batas Ketebalan, dan Benda Uji untuk Hard-
facing dan Lapisan Anti Korosi
Keterangan:
(1) Uji kualifikasi bahan dasar harus terdiri dari logam tidak kurang dari 150 mm
x150 mm. Lapisan las harus berukuran lebar minimum 38 mm dari panjang 150
mm tersebut. Untuk kualifikasi pada pipa, panjang pipa harus minimum 6 in.
(150 mm), dan diameter minimum untuk memungkinkan jumlah spesimen uji
yang diperlukan. Lapisan las harus kontinyu di sekitar keliling benda uji. Untuk
proses (hanya kualifikasi kinerja) yang mendepositkan lebar manik las yang
lebih besar dari 13 mm, lapisan las harus terdiri dari minimal tiga manik-manik
las pada lapisan pertama.
(2) Logam dasar uji harus memiliki dimensi minimum lebar 6 in. (150 mm) x
panjang sekitar 6 in. (150 mm) dengan lapisan keras lebar minimum 1,5 in. (38
mm) x 6 in. (150 mm) panjangnya. Ketebalan minimum lapisan keras harus
seperti yang ditentukan dalam WPS. Sebagai alternatif, kualifikasi dapat
33
dilakukan pada kupon logam dasar uji yang mewakili ukuran bagian produksi.
Untuk kualifikasi pada pipa, panjang pipa harus minimum 6 in. (150 mm), dan
diameter minimum untuk memungkinkan jumlah spesimen uji yang diperlukan.
Lapisan las harus kontinyu di sekeliling benda uji.
(3) Cover pass harus diperiksa dengan metode penetran cair dan harus memenuhi
standar penerimaan dalam QW-195.2 atau sebagaimana ditentukan dalam WPS.
Pengondisian permukaan sebelum pemeriksaan cairan penetran diizinkan.
(4) Permukaan yang tahan korosi harus diperiksa dengan metode cairan penetran
dan harus memenuhi standar penerimaan sebagaimana ditentukan dalam QW-
195.
Pemeriksaan penetran cair dalam QW-214 untuk lapisan logam las tahan korosi
harus memenuhi persyaratan Bagian V, Pasal 6. Standar penerimaan QW-195.2
harus dipenuhi (QW-195.1).
Indikasi (cacat yang tampak) yang relevan: indikasi dengan dimensi utama
lebih besar dari 1 ∕ 16 in. (1,5 mm). indikasi linier: indikasi yang memiliki
panjang lebih besar dari tiga kali lebarnya. indikasi bulat: indikasi bentuk
melingkar atau elips dengan panjang sama dengan atau kurang dari tiga kali
lebarnya (QW-195.2.1).
Standar Penerimaan. Prosedur dan uji kinerja yang diperiksa dengan teknik
penetran cair harus dinilai tidak dapat diterima ketika pemeriksaan menunjukkan
indikasi lebih dari batas yang ditentukan sebagai berikut: (a) indikasi linier yang
relevan, (b) indikasi bulat yang relevan lebih besar dari 3∕16 in. (5 mm ), dan (c)
empat atau lebih indikasi bulat yang relevan dalam satu garis yang dipisahkan
oleh 1 ∕ 16 in. (1,5 mm) atau kurang (ujung ke ujung) (QW-195.2.2).
(5) Setelah pengujian penetran cair, empat uji side bend harus dilakukan
berdasarkan QW-161. Spesimen uji harus dipotong sehingga ada dua spesimen
paralel dan dua spesimen tegak lurus terhadap arah pengelasan, atau empat
spesimen tegak lurus terhadap arah pengelasan. Untuk specimen test yang
tebalnya kurang dari 3∕8 in. (10 mm), lebar spesimen side bend test dapat
34
dikurangi hingga sama tebalnya dengan bahan dasar las. Spesimen side bend test
harus dihilangkan dari lokasi yang ditentukan dalam QW462.5 (c) atau QW-
462.5 (d).
(6) benda kerja harus dibelah untuk membuat spesimen side bend test tegak lurus
terhadap arah pengelasan sesuai dengan QW-161. Spesimen uji harus
dipindahkan di lokasi yang ditentukan dalam QW-462.5 (c) atau QW-462.5 (d).
(8) Logam dasar harus dipotong melintang memotong permukaan hard facing.
Permukaan hard facing harus dipoles dan dietsa dengan etsa yang sesuai dan
harus diperiksa secara visual dengan perbesaran 5 kali untuk keretakan pada
logam dasar atau zona yang terkena panas, kurang fusi, atau cacat linear lainnya.
Lapisan las dan logam dasar harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam
WPS. Semua permukaan yang terbuka harus diperiksa. Lihat QW-462.5 (b)
untuk pipa dan QW-462.5 (e) untuk pelat.
(9) Ketika komposisi kimia ditentukan dalam WPS, spesimen analisis kimia
harus dihilangkan di lokasi yang ditentukan dalam QW-462.5 (b) atau QW-462.5
(e). Analisis kimia harus dilakukan sesuai dengan QW-462.5 (a) dan harus dalam
kisaran yang ditentukan dalam WPS. Analisis kimia ini tidak diperlukan ketika
komposisi kimia tidak ditentukan pada WPS.
(10) Pada ketebalan lebih besar dari atau sama dengan ketebalan minimum yang
ditentukan dalam WPS, permukaan lasan harus diperiksa dengan metode
penetran cair dan harus memenuhi standar penerimaan dalam QW-195.2 atau
sebagaimana ditentukan dalam WPS. Pengondisian permukaan sebelum
pemeriksaan cairan penetran diizinkan.
35
(2) QW-404.24
Penambahan, penghapusan, atau perubahan lebih dari 10% dalam
volume logam pengisi tambahan.
(3) QW-404.32
Untuk jenis hubungan arus pendek tegangan rendah dari proses busur
logam gas ketika ketebalan logam las yang disetor kurang dari 1 ∕ 2 in. (13 mm),
peningkatan ketebalan logam las yang disetor melebihi 1,1 kali lipat dari uji
kualifikasi yang disimpan las ketebalan logam. Untuk ketebalan logam lasan 1 ∕
2 in. (13 mm) dan lebih besar, gunakan tabel QW-451.1, tabel QW-451.2, atau
tabel QW-452.1, sebagaimana berlaku.
b) Paragraf QW-408
Paragraf ini berisi tentang gas pelindung yang digunakan dalam proses
pengelasan yang terdiri dari 24 elemen standar. Elemen yang digunakan untuk
proses GMAW meliputi: 1, 2, 3, 5, 9, dan 10.
(1) QW-408.1
Penambahan atau penghapusan gas pelindung trailing dan / atau
perubahan komposisinya
(2) QW-408.2
Kualifikasi prosedur terpisah diperlukan untuk masing-masing kondisi
berikut: (a) perubahan dari gas pelindung tunggal ke gas pelindung tunggal
lainnya, (b) perubahan dari gas pelindung tunggal ke campuran gas pelindung,
dan sebaliknya, (c) perubahan dalam komposisi persentase tertentu dari
campuran gas pelindung, dan (d) penambahan atau penghilangan gas pelindung.
Klasifikasi AWS dari SFA-5.32 dapat digunakan untuk menentukan komposisi
gas pelindung.
(3) QW-408.3
Perubahan dalam besaran laju aliran gas pelindung atau campuran gas.
36
(4) QW-408.5
Penambahan atau penghapusan dukungan gas, perubahan komposisi
gas dukungan, atau perubahan dalam kisaran laju aliran spesifik gas dukungan
(5) QW-408.9
Untuk lasan alur pada P-No. 41 sampai P-No. 49 dan semua lasan P-
No. 10I, P-No. 10J, P-No. 10K, P-No. 51 sampai P-No. 53, dan P-No. 61 hingga
P-No. 62 logam, penghapusan gas pelindung atau perubahan komposisi nominal
dari gas pelindung dari gas inert ke campuran termasuk gas non-inert (es)
(6) QW-408.10
Untuk P-No. 10I, P-No. 10J, P-No. 10K, P-Tidak. 51 sampai P-No. 53,
dan P-No. 61 hingga P-No. 62 logam, penghilangan gas pelindung, atau
perubahan komposisi nominal gas inert ke gas campuran termasuk gas non-
inert, atau penurunan 10% atau lebih kapasitas gas pelindung.
c) Paragraf QW-409
Paragraf QW-409 berisi tentang karakteristik elektrik yang terdiri dari 29
elemen, untuk GMAW elemen yang digunakan adalah: 1, 2, 4, dan 8.
(1) QW-409.1
Peningkatan input panas, atau peningkatan volume logam las yang
disetor per satuan panjang las, melebihi kualifikasi tersebut. Peningkatan ini
dapat ditentukan oleh salah satu dari berikut ini:
o Heat input:
J Voltage X Amperage X 60
Heat input 𝑚𝑚
mm 𝑇𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙 𝑠𝑝𝑒𝑒𝑑
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
37
di atas suhu transformasi atas atau ketika bahan austenitik adalah larutan yang
dianil larutan setelah pengelasan
(2) QW-409.2
Perubahan dari busur semprot (spray arc), busur globular, atau busur
berdenyut (pulsating arc) ke busur hubung singkat (short circuiting arc), atau
sebaliknya
(3) QW-409.4
Perubahan dari AC ke DC, atau sebaliknya; dan pada pengelasan DC,
perubahan dari elektroda negatif (polaritas lurus) menjadi elektroda positif
(polaritas terbalik), atau sebaliknya.
(4) QW-409.8
Perubahan dalam rentang ampere yang dijinkan, atau kecuali untuk
pengelasan SMAW dan GTAW, perubahan dalam rentang tegangan. Perubahan
dalam rentang kecepatan umpan kawat elektroda dapat digunakan sebagai
alternatif antisipasi perubahan ampere. Hal ini dikarenakan sistim catu daya
pada GMAW mengikuti sistim constant voltage.
d) Paragraf QW-410
Paragraf QW-410 berisi tentang persyaratan teknik pengelasan yang
meliputi 65 elemen standar, untuk GMAW elemen yang digunakan adalah: 1, 3,
5, 6, 7, 8, 9 10, 15, 25, 26, dan 64.
(1) QW-410.1
Untuk pengelasan manual atau semi otomatis, perubahan dari teknik
stringer bead menjadi teknik weave bead, atau sebaliknya.
(2) QW-410.3
Perubahan ukuran lubang, cup, atau nozzle
(3) QW-410.5
Perubahan metode pembersihan awal dan interpass (menyikat,
menggiling, dll.)
(4) QW-410.6
Perubahan metode back gouging.
38
(5) QW-410.7
Untuk mesin atau proses pengelasan otomatis, perubahan lebar,
frekuensi, atau waktu tinggal teknik osilasi
(6) QW-410.8
Perubahan tabung kontak untuk jarak kerja.
(7) QW-410.9
Perubahan dari multipass per sisi ke lintasan tunggal per sisi.
Keterbatasan ini tidak berlaku ketika WPS dikualifikasikan dengan PWHT di
atas suhu transformasi atas atau ketika bahan austenitic adalah larutan yang
dianil setelah pengelasan
(8) QW-410.10
Perubahan dari elektroda tunggal ke beberapa elektroda, atau
sebaliknya, hanya untuk mesin atau pengelasan otomatis. Keterbatasan ini tidak
berlaku ketika WPS dikualifikasikan dengan PWHT di atas suhu transformasi
atas atau ketika bahan austenitic adalah larutan yang dianil setelah pengelasan
(9) QW-410.15
Perubahan jarak beberapa elektroda untuk mesin atau pengelasan
otomatis
(10) QW-410.25
Perubahan dari manual atau semi otomatis ke mesin atau pengelasan
otomatis dan sebaliknya
(11) QW-410.26
Penambahan atau penghapusan peening.
(12) QW-410.64
Untuk bejana tekan atau bagian dari bejana tekan yang dibangun
dengan P-No. 11A dan P-No. Logam dasar 11B, alur las dengan ketebalan
kurang dari 5 ∕ 8 in. (16 mm) harus disiapkan oleh proses termal ketika proses
tersebut harus digunakan selama fabrikasi. Persiapan alur ini juga harus
mencakup gouging belakang, grooving belakang, atau penghilangan logam las
yang tidak sehat dengan proses termal saat proses ini harus dilakukan selama
fabrikasi.
39
2) Prosedur Pengelasan Sambungan T Pelat Baja Karbon Posisi Vertikal
(3F) dengan GMAW
3
Sketches, Production Drawing, Weld
symbol or Written Description should 2
show the general arrangement of the
parts to be welded. Where applicable, 12
the root spacing and the details of
weld groove may be specified. (At the
option the Manufacturer, sketches 12
may be attached to ilustrate joint 1
design, weld layers and bead Wire feed Gas flow
sequences, (e.g., for notch toughness Pass Ampere Polarity
(m/mnt) (L/mnt)
procedure, for multiple process 1 (Root) 100-110 5 5 DCEP
procedure, etc) 2 (Filler) 100-110 5 5 DCEP
3 (Cover) 110-120 6 5 DCEP
POSISITION (QW-405)
POSTWELD HEAT TREATMENT (QW-407)
Position of Groove :-
Temperature Range : N/A
Welding Progresssion : Up Hill
Time Range : N/A
Position of Fillet :3F
Manufacturer of Plant Process
Equipment Plant Mechanical, Civil,
Electrical
HeadOffice : ...................
40
3) Prosedur Pengelasan Sambungan Tumpul Pelat Baja Karbon Posisi
Vertikal (3G) dengan GMAW
WELDING PROCEDURE SPESIFICATION (WPS)
(Section IX ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Edition: 2007)
JOINT (QW-402)
Joint design : Groove
Backing : N/A
41
5. Forum Diskusi
Benda
Kerja
Welding
Gun
45o
75o – 85o
1. Persiapan sambungan
2. Proses fit-up
3. Teknik pengelasan mulai dari pembuatan root, filler, dan cover pass
4. Proses finishing
C. PENUTUP
1. Rangkuman
42
penggunaannya sangat luas, mulai dari industry manufacture, rumah tangga,
bahkan bisa juga di perusahaan-perusahaan jasa konstruksi.
2. Test Formatif
1. Apakah kelebihan sistim catu daya constant voltage pada mesin GMAW?
43
a. Penggunaan CO2 menyebabkan tidak terjadinya aliran plasma pada
benda kerja
b. Penggunaan CO2 menyebabkan gaya pencubitan pada elektroda
sangat kecil
c. Penggunaan CO2 mengakibatkan gaya repulsive arc force tidak
merata
d. Penggunaan gas CO2 menyebabkan butiran cairan logam berukuran
besar
4. Apakah yang jadi pertimbangan penggunaan gas CO2 pada pengelasan Baja
karbon dengan GMAW?
44
a. Jenis gas berpengaruh terhadap teknik pengelasan
b. Jenis gas secara metalurgi berpengaruh terhadap logam dasar
c. Jenis gas berpengaruh terhadap pembekuan logam dasar
d. Jenis gas mempengaruhi bentuk transfer deposit logam las
6. Apakah kandungan utama baja SA 1548?
a. Nikel
b. Chromium
c. Karbon
d. Molybdenum
7. Bahan tambah (filler metal) GMAW apakah yang sesuai dengan bahan
tersebut?
a. ER-70S-2
b. ER-80S
c. ER-60S-1
d. ER-50S
8. Apa yang harus dilakukan jika P-number pada dua bahan yang disambung
sama, tetapi ada perbedaan group number-nya pada salah satu bahan yang
disambung?
45
a. Teknik stringer dengan di-drag
b. Teknik stringer dengan di-push
c. Teknik weaving U dengan di-drag
d. Teknik whipping dengan di-push
10. Ketika WPS dipersyaratkan PWHT di atas suhu transformasi bahan dasar
sebagaimana disebutkan dalam QW-409-1, penambahan heat input tidak
perlu diperhitungkan, mengapa demikian?
3. Daftar Pustaka
46
HALAMAN JUDUL
No Kode: DAR2/Profesional/Mes/007/2019
KEGIATAN BELAJAR 4
PENGELASAN POSISI VERTIKAL MIG/MAG
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
Kegiatan Belajar 3: Pengelasan Posisi Vertikal dengan TIG .................................. 1
A. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1. Deskripsi Singkat...................................................................................... 1
2. Relevansi .................................................................................................. 1
3. Panduan Belajar ........................................................................................ 1
B. INTI .............................................................................................................. 2
1. Capaian Pembelajaran .............................................................................. 2
2. Sub Capaian Pembelajaran ....................................................................... 2
3. Pokok-Pokok Materi................................................................................. 2
4. Uraian Materi............................................................................................ 3
5. Forum Diskusi ........................................................................................ 23
C. PENUTUP .................................................................................................. 23
1. Rangkuman ............................................................................................. 23
2. Test Formatif .......................................................................................... 24
3. Daftar Pustaka ........................................................................................ 26
4. Kunci Jawaban Tes Formatif .................................................................. 33
5. Test Sumatif ........................................................................................... 27
6. Kunci Jawaban Test Sumatif .................................................................. 32
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
Kegiatan Belajar 3: Pengelasan Posisi Vertikal dengan TIG
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
2. Relevansi
Salah satu kelebihan GTAW atau las TIG adalah heat input bisa
dikendalikan oleh seorang welder ketika proses pengelasan berjalan, sehingga
secara teknis kualitas las bisa terjaga. Di sisi lain rigi-rigi las (weld bead) bisa
dibentuk rapi dan mempunyai pola yang unik, oleh karenanya proses las TIG
banyak digunakan pada pengelasan barang-barang yang tanpa finishing
lanjutan. Las TIG banyak digunakan untuk pengelasan pipa-pipa Alumunium
dan Stinless steel serta bahan-bahan logam non fero lainnya.
3. Panduan Belajar
1
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Menguasai materi ajar pada bidang studi Teknik Mesin yang meliputi:
Teknik pemesinan; Teknik pengelasan; Teknik pengecoran Logam; Teknik
mekanik industri; Teknik perancangan dan gambar mesin; dan Teknik fabrikasi
Logam dan Manufaktur termasuk kewirausahan dan advance materials secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi),
dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat
membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang
dibutuhkan oleh DUDI.
3. Pokok-Pokok Materi
2
4. Uraian Materi
1) Definisi GTAW
Teknik pengelasan logam dengan las TIG hamper sama dengan las
OAW, yaitu menggunakan teknik push dengan mendorong cairan logam las dan
membentuknya hingga rugi-riginya rapi.
Skema dari las TIG dapat dilihat dalam Gambar 1. Seperti tampak
dalam gambar, busur listriknya timbul antara batang Wolfram dan logam induk
dan dilindungi oleh gas Argon. Pada jenis ini logam pengisi dimasukkan ke
dalam daerah arus busur sehingga mencair dan terbawa ke logam induk. Tetapi
untuk mengelas pelat yang sangat tipis kadang-kadang tidak diperlukan logam
pengisi. Las TIG dapat dilaksanakan dengan tangan atau secara otomatis dengan
mengotomatisasikan cara pengumpanan logam pengisi.
3
Gambar 1. Sistem Pengelasan TIG
b. Keuntungan dan Kerugian Las TIG
1) Keuntungan Las TIG
4
Gambar 2. Prinsip Kerla Las TIG
2) Kerugian Las TIG
Mesin las TIG tergolong jenis Constan Current, sehingga heat input
dapat dimanipulasi dengan mengatur jarak stick-out. Namun hal yang harus
diperhatikan adalah semakin besar stick-out mengakibatkan busur nyala tidak
fokus. Berkaitan dengan karakter mesin yang demikian, maka diperlukan juru
las yang trampil. Lihat Gambar 3.
5
Gambar 3. Mesin Las TIG
1) Gas Pelindung
Gas pelindung yang digunakan pada saat pengelasan adalah Gas lemas
(inert gas) yang meliputi Argon dan Helium. Terkadang untuk mendapatkan
hasil yang baik diperlukan campuran gas antar keduanya dengan komposisi
tertentu. Lihat Tabel 1 yang menunjukkan hubungan antara jenis bahan dengan
jenis gas.
2) Welding Gun
Welding gun pada las TIG berbeda dengan Las MIG/MAG. Pada las
MIG, kawat elektroda tidak terikat di Contac Tube, tetapi pad alas TIG elektroda
tersebut terikat, Hal ini disebabkan karena eketroda pada las TIG tergolong
elektroda tidak terumpan yang hanya berfungsi sebagai pembangkit busur nyala
(tidak berfungsi sebagai bahan tambah).
Welding gun pada las TIG berfungsi untuk membangkitkan busur nyala
yang digunakan pada saat pengelasan. Welding gun terdiri dari Nozzle, Isolator,
Contact tube, Elektroda, Pengikat elektroda, dan Saklar. Lihat Gambar 5.
6
Tabel 1. Kesesuaian Jenis Gas dan Jenis Bahan
Jenis Gas
Logam Keuntungan
pengelasan Pelindung
Lebih baik arc starting clening
Alluminium Argon action, kualitas las dan gas
dan Manual yang dipakai lebih sedikit.
paduannya
Helium Memungkin kecepatan
mengelas tinggi
Magnesium
Argon- Aliaran gas dapat lebih rendah
dan Mesin
Helium dari yang diperlukan dengan
paduannya
Helium murni
Penetrasi terkontrol.
Magnesium < 16” Argon Pembersihan baik aliran gas
dan rendah.
paduannya > 16 ” Helium Penetrasi baik terbaik untuk
pengelasan DC
Aliran gas kecil, mudah
Mild steel Spot welding Argon penyalaan, bentuk las lebih
baik
7
Keterangan:
A. Nozzle
B. Isolator
C. Contact tube
D. Elektroda
E. Pengikat
F. Saklar
Bahan yang dipakai untuk elektoda ini ialah Tungsten atau paduan
Tungsten, karena logam ini mempunyai suhu lebih tinggi (3410oC atau 6170oF).
Ukuran dan klasifikasinya dan klasifikasi elektroda diatur dalm AWS spec.
A5.12
Elektroda yang digunakan dalam las TIG biasanya dibuat dari Wolfram
murni atau paduan antara Wolfram-Torium yang berbentuk batang dengan garis
tengah antara 1,0 samapi 4,8 mm. dalam banyak hal elektroda dari Wolfram-
Torium lebih baik dari pada elektroda dari Wolfram murni terutama dalam
ketahanan ausnya.
Gas yang dipakai untuk pelindung adalah gas Argon murni, karena
pencampuran dengan O2 atau CO2 yang bersifat oksidator akan mempercepat
keausan ujung elektroda. Penggunaan logam pengisi tidak ada batasnya,
biasanya logam pengisi diambil logam yang mempunyai komposisi yang sama
dengan logam induk.
8
Gambar 6. Bentuk-bentuk Tungsten
9
campuran Wolfram dengan Zirconium. Menurut standard AWS, elektroda ini
diklasifikasikan menjadi ketiga kelompok campuran tersebut. Lihat Tabel 3 dan
4.
Tabel 3. Komposisi kimia dan identitas elektroda Tungsten
Unsur
Klasifikas Tungsten Thoria Zirkonia
lain Warna
AWS % Min % %
%
Toleransi Toleransi
Diameter Panjang
Dia. Panjang
Inchi mm Inchi mm Inchi Inchi mm
0,010 0,3 0,001 0,025 3
0,020 0,5 0,002 0,05
0,040 1,0 0,003 0,08 6 1/16 1,6
0,060 1,6 0,003 0,08
0,93(1/16 ) 2,4 0,003 0,08 7
0,125(1/8) 3,2 0,003 0,08 12
0,156(5/32) 4,0 0,003 0,08
0,187(3/16) 4,8 0,003 0,08 18 1/8 3,2
0,250(1/4) 6,4 0,003 0,08 24
Bahan tambah las TIG yang biasa disebut filler rod berbentuk
batangan. Bahan tambah ini juga digunakan pada Oxy Acetylene Welding
(OAW). Filler rod harus sesuai dengan bahan dasar yang dilas, untuk
mengenalinya kita merujuk pada kode standarisasi yang telah ada. Menurut
10
American Welding Society (AWS), kode standar filler rod dapat dilihat pada
gambar 8 dan Tabel 5.
Diameter
No Jenis Bahan Kode
(mm)
1 ER70S6-063 1,6 mm
2 Mild Steel ER80S6-094 2,4 mm
3 ER60S6-125 3,2 mm
4 Stainless Steel ER308L-063 1,6 mm
5 R4043-094 2,4 mm
Alumunium
6 R5356-125 3,2 mm
11
dan kutup negatip dengan batang elektroda (DCEN/DCSP) atau rangkaian
sebaliknya yang disebut polaritas balik (DCEP/DCRP).
12
Gambar 9. Pengaruh Polaritas pada Pengelasan TIG
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa dengan las TIG dapat
dilakukan pengelasan dengan tangan dan pengelasan otomatis. Pada umumnya
dalam pengelasan TIG sumber listrik yang dipergunakan mempunyai
karakteristik yang lamban, sehingga dalam hal menggunakan listrik DC untuk
memulai memunculkan busur perlu ditambah dengan listrik AC frekwensi
tinggi.
13
Tabel 6. Pemakaian jenis polaritas dalam pengelasan logam
Listrik AC Listrik DC
Listrik DC
Logam frekwensi polaritas
polaritas balik
tinggi lurus
Baja Terbatas Sesuai -
Besar busur nyala dapat diatur melalui celah antara ujung elektroda
dengan benda kerja. Pengaturan ini bisa dilakukan dengan cara tersebut
disebabkan karena Tranformator las TIG dirancang dengan sistim Constant
Current sebagaimana las SMAW. Busur nyala akan semakin besar jika celah
antara ujung elektroda dengan benda kerja semakin lebar, begitu pula
sebaliknya, semakin kecil celah semakin kecil busur nyala.
14
Gambar 10. Stickout dan Electrode Eextension
g. Prosedur Pengelasan Sambungan Pelat Baja Karbon dengan Proses
GTAW.
Min. 60o
Maks. 30o
15
esensial las TIG meliputi: 1) jenis logam dasar/bahan yang dilas, 2) pre heat, 3)
PWHT, 4) gas pelindung, dan 5) teknik pengelasan. Variabel tambahannya
adalah: 1) logam dasar, 2) bahan tambah, 3) posisi pe ngelasan, 4) pre heating,
5) PWHT, 6) karakteristik elektrik, dan 7) teknik. Sedangkan variabel bukan
utama (non essential variable) meliputi: 1) desain sambungan las, 2) logam
tambah, 3) gas pelindung, 4) karakteristik elektrik, dan 5) teknik pengelasan.
Lihat Tbael 7.
a) Paragraf 402
Secara umum Paragraph 402 merupakan standar desain sambungan las.
Pada proses las SMAW dan GMAW mempunyai elemen standar yang sama
yaitu elemen 1, 4, 10, dan 11. Sedangkan untuk GTAW atau las TIG memiliki
sedikit perbedaan, yaitu: elemen 1, 5, 10, dan 11. Dalam sub bab ini hanya
elemen 5 yang dijelaskan, untuk elemen 1, 10, dan 11 dapat dilihat pada
Kegiatan Belajar 2 dan 3.
16
17
Elemen 5 membahas perubahan backing plate atau perubahan dalam
komposisi nominal. Jika hal tersebut dilakukan maka perlu pengujian kekuatan
mekanis ulang. Apakah kekuatannya sesuai dengan desain awal sambungan las.
b) Paragraf 403
Paragraph 403 berisi tentang standar logam dasar yang berisi 27
elemen, untuk proses las TIG hanya menggunakan elemen 5, 6, 8, 11, dan 13.
Dalam sub bab ini tidak dibahas, karena semua elemen tersebut sudah dibahas
pada Kegiatan Belajar 3 yang membahas las MIG/MAG.
c) Paragraf 404
Paragraf ini membahas standar logam tambah yang terdiri dari 52
elemen standar. Elemen standar yang digunakan las TIG meliputi elemen 3, 4,
5, 12, 14, 22, 23, 30, 33, dan 50. Pada sub bab ini akan dibahan elemen standar
3, 14, 22, dan 50. Sedangkan elemen 4, 12, 23, 30, dan 33 dapat dilihat pada
Kegiatan Belajar 3 yang membahas pengelasan dengan GMAW atau las MIG
dan MAG.
(1) QW-404.3
Elemen standar ini menjelaskan jika ada perubahan jenis logam
pengisi/logam tambah, perlu juga dilakukan uji kekuatan mekanis ulang agar
seuai dengan persyaratan teknis.
(2) QW-404.14
Berbeda dengan elemen standar QW-404.3 yang menjelaskan tentang
perubahan jenis logam pengisi, QW-4040.14 membahas perubahan ukuran
logam pengisi yang mensyaratkan uji kekuatan mekanis ulang pada sambungan
las.
(3) QW-404.22
Penghilangan atau pemberian bahan tambah. Kualifikasi dalam
sambungan tumpul satu sisi, dengan atau tanpa bahan tambah, memenuhi syarat
untuk las pengelasan fillet dan sambungan tumpul pengelasan satu sisi dengan
backing atau sambungan tumpul pengelasan dua sisi. Bahan tambah yang sesuai
dengan SFA-5.30, kecuali bahwa analisis kimia dari bahan tambah sesuai
18
dengan analisis untuk setiap kawat las yang diberikan dalam spesifikasi SFA
atau Klasifikasi AWS, harus dianggap memiliki Nomor F yang sama dengan
bahan tambah sebagaimana diberikan pada tabel QW-432
(4) QW-404.50
Penambahan atau penghapusan fluks pada permukaan sambungan las
untuk tujuan mempengaruhi penetrasi las
d) Paragraf 405
Paragraf 405 yang berisi tentang posisi pengelasan untuk elemen 1, 2,
dan 3 seperti yang dibutuhkan dalam WPS las TIG telah dijelaskan pada
Kegiatan Belajar 3 GMAW atau las MIG/MAG.
e) Paragraf 406
Paragraf 406 yang membahas preheat pada sambungan las telah
dijelaskan pada Kegiatan Belajar 3 tentang GMAW atau las MIG/MAG.
f) Paragraf 407
Isi Paragraf 407 adalah penerapan PWHT (Post Weld Heat Treatment)
telah dibahas pada Kegiatan Belajar 3 tentang GMAW atau las MIG/MAG
g) Paragraf 408
Paragraf 408 berisi tentang penggunaan gas pelindung. Pada paragraf
ini pembahasan penggunaan gas pelindung tidak hanya menyangku jenis gas
saja, tetapi lebih dari itu meliputi, komposisi gas, campuran gas, dan
penggunaan perlindungan gas dari sisi belakang benda kerja yang biasa
diterapkan pada pengelasan pipa dari bahan baja paduan atau bahan yang sa ngat
reaktif dengan udara ketika berada pada temperatur tinggi.
Pengelasan dengan proses las TIG yang isinya sama dengan GMAW,
olehkarenanya untuk penjelasan bisa dilihat pada Kegiatan Belajar 3 tentang
GMAW.
h) Paragraf 409
Paragraf 409 menjelaskan tentang karakteristik elektrik yang meliputi
besar arus, tegangan, polaritas, heat input, dan bentuk transfer logam yang
semuanya berpengaruh terhadap perubahan property bahan yang dilas. Pada
19
proses pengelasan perubahan properti bahan ini menjadi perhatian utama.
Adanya perubahan property bahan yang meliputi kekuatan tarik, kekuatan
tekan, kegetasan, live time yang berkaitan dengan fatiq, dan termasuk juga
perubahan struktur bahan akan berpengaruh pada kualitas sambungan las secara
teknis.
Paragraf ini berisi 29 elemen standar, untuk las TIG meliputi elemen 1,
3, 4, 8, dan 12. Elemen 1, 4, dan 8 sudah dijelaskan pada Kegiatan Belajar 3
tentang GMAW. Pda sub bab ini hanya akan dijelaskan elemen 3 dan 12 saja.
(1) QW-409.3
QW-409.3 berisi tentang Penambahan atau penghapusan arus pulsa ke
sumber daya DC. Jika hal ini dilakukan, maka harus dilakukan uji kekuatan
mekanik ulang pada sambungan las.
(2) QW-409.12
Elemen QW-409.12 berisi tentang perubahan jenis atau ukuran
elektroda tungsten.
i) Paragraf 410
Paragraf 410 membahas teknik pengelasan yang berisi 65 elemen
standar, untuk las TIG elemen yang digunakan adalah 1, 3, 5, 6, 9, 10, 11, 15,
25, 26, dan 64. Pada sub bab ini yang akan dibahas adalah elemen 11, sedangkan
yang lain bisa dilihat pada Kegiatan Belajar 3 tentang GMAW.
(3) QW-410.11
Perubahan dari ruang tertutup ke ruang terbuka dengan welding gun
konvensional pada bahan P-No. 51 sampai P-No. 53 diperbolehkan, tetapi tidak
sebaliknya.
20
2) Prosedur Pengelasan Sambungan T Pelat Baja Karbon Posisi Vertikal
(3F) dengan GTAW atau las TIG
Sketches, Production 3
Drawing, Weld symbol or
Written Description should
show the general arrangement 2
of the parts to be welded. 12
Where applicable, the root
spacing and the details of
weld groove may be 12
specified. (At the option the 1
Manufacturer, sketches may Cosumable Heat Gas
be attached to ilustrate joint Run diameter Ampere Polarity input flow
design, weld layers and bead (mm) (Kj/mm) (L/mnt)
sequences, (e.g., for notch 1 2.4 100-110 DCEN 1.2 5
toughness procedure, for
2 2.4 100-110 DCEN 1.2 5
multiple process procedure,
3 2.4 110-120 DCEN 1.5 5
etc)
POSISITION (QW-405)
Position of Groove :- POSTWELD HEAT TREATMENT (QW-407)
Welding Progresssion : Up Temperature Range : N/A
Hill Time Range : N/A
Position of Fillet :3F
Manufacturer of Plant
Process Equipment Plant
Mechanical, Civil, Electrical
HeadOffice : ...................
21
3) Prosedur Pengelasan Sambungan Tumpul Pelat Baja Karbon Posisi
Vertikal (3G) dengan GMAW
WELDING PROCEDURE SPESIFICATION (WPS)
(Section IX ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Edition: 2007)
JOINT (QW-402)
Joint design : Groove
Backing : N/A
Sketches, Production
Drawing, Weld symbol or 3
Written Description should
show the general
arrangement of the parts to
be welded. Where
applicable, the root spacing 1 2
and the details of weld
groove may be specified. (At Cosumable Heat Gas
the option the Manufacturer, Run diameter Ampere Polarity input flow
sketches may be attached to (mm) (Kj/mm) (L/mnt)
ilustrate joint design, weld 1 2.4 70-80 DCEN 1.2 5
layers and bead sequences, 2 2.4 90-100 DCEN 1.4 5
(e.g., for notch toughness 3 2.4 100-110 DCEN 1.5 5
procedure, for multiple
process procedure, etc)
22
5. Forum Diskusi
Benda
Kerja
Welding
Gun
45o
60o – 70o
C. PENUTUP
1. Rangkuman
23
tidak digunakan untuk mengelas baja karbon, karena beaya pengoperasiannya
tidak sesuai dengan ongkos yang didapat.
2. Test Formatif
24
c. 85°
d. 95°
6. Mengapa pengelasan logam Alumunium harus menggunakan arus AC atau
DCEP?
a. Karena arus AC dan DCEP dapat merobek lapisan oksida yang bersuhu
lebih tinggi dari logam aslinya
b. Karena logam alumunium mempunyai sifat konduktor yang baik,
sehingga perlu arus AC atau DCEP
c. Karena logam alumunium tidak dapat menarik magnet, sehingga arus
AC dan DCEP sesuai untuk kondisi tersebut
d. Karena arus AC atau DCEP menghasilkan heat input yang sedikit,
sehingga cocok dengan suhu cair alumunium
7. Bagaimana sebaiknya arah menggerinda ujung elektroda las TIG?
a. Ke arah tegak lurus terhadap sumbuh elektroda
b. Ke arah searah dengan sumbuh elektroda
c. Ke arah sembarang diperbolehkan
d. Tidak ada persyaratan khusus dalam menggerinda
8. Apakah yang terjadi jika pembentukan ujung elektroda las TIG searah
dengan sumbuh elektroda?
a. Aliran elektron akan terhambat
b. Aliran arus tidak ada hambatan
c. Loncatan elektron akan menyebar
d. Loncatan elektron akan terfokus
9. Berapakah besar arus pengelasan untuk membuat root pass pada sambungan
tumpul pelat baja ketebalan 12 mm dengan bahan tambah diameter 2,4 mm?
a. 65 s.d 100 Ampere
b. 90 s.d 100 Ampere
c. 70 s.d. 80 Ampere
d. 100 s.d. 110 Ampere
25
10. Berapakah besar arus pengelasan untuk membuat filler pass pada
sambungan tumpul pelat baja ketebalan 12 mm dengan bahan tambah
diameter 2,4 mm?
a. 65 s.d 100 Ampere
b. 90 s.d 100 Ampere
c. 70 s.d. 80 Ampere
d. 100 s.d. 110 Ampere
3. Daftar Pustaka
26
4. Test Sumatif
27
6. Dalam pengoperasian secara manual SMAW mempunyai kelebihan di
antara proses pengelasan lainnya, apakah kelebihan tersebut?
a. Parameter las bisa diatur sebelumnya
b. Parameter las bisa diatur saat pengelasan
c. Heat input tidak bisa berubah
d. Heat input bisa diatur saat pengelasan
7. Apakah pengaruh karakter constant current pada mesin SMAW terhadap
arc lengt atau panjang busur?
a. Semakin pendek busur las, semakin kecil tegangan las
b. Semakin pendek busur las, semakin besar tegangan las
c. Semakin panjang busur las, semakin kecil arus las
d. Semakin panjang busur las, semakin besar arus las
8. Tunjukkan salah satu contoh fenomena busur teralihkan akibat gaya
asimetris medan magnet?
a. Busur listrik berbelok mendekati benda ferro yang mempunyai masa
yang lebih besar dari benda yang dilas
b. Busur listrik berbelok mendekati benda ferro yang mempunyai masa
yang lebih kecil dari benda yang dilas
c. Busur listrik berbelok mendekati benda non ferro yang mempunyai
masa yang lebih besar dari benda yang dilas
d. Busur listrik berbelok mendekati benda non ferro yang mempunyai
masa yang lebih kecil dari benda yang dilas
9. Berapakah ukuran kabel out put las pada mesin SMAW berkapasitas 350
Ampere jika panjang kabel 20 meter?
a. 60 mm2
b. 53 mm2
c. 45 mm2
d. 30 mm2
10. Elektroda jenis apakah yang sesuai untuk pembuatan root pass pada baja
SA 1548?
28
a. Baja karbon dengan kode AWS E 7016
b. Baja karbon dengan kode AWS E 6010
c. Baja karbon dengan kode AWS E 6011
d. Baja karbon dengan kode AWS E 7018
11. Pengelasan logam stainless steel yang mempunyai kadar karbon rendah
dengan proses GMAW atau MIG, elektroda dengan kode apakah yang
sesuai?
a. AWS ER 70S-6
b. AWS ER 70S-3
c. AWS ER 308 L
d. AWS ER 308
12. Berapakah diameter elektroda las MIG yang paling sesuai digunakan
untuk mengelas baja karbon dengan ketebalan 5 mm?
a. Diameter 0,8 mm
b. Diameter 0,9 mm
c. Diameter 1,0 mm
d. Diameter 1,2 mm
13. Teknik weaving apakah yang paling baik digunakan untuk membuat root
pass sambungan tumpul (butt joint) dengan proses GMAW/las MIG?
a. Zik zak yang di tekan (push)
b. Zik zak yang di tarik (drag)
c. Stringe yang di tekan (push)
d. Stringe yang di tarik (drag)
14. Paragraf 403 yang membahas logam dasar pada proses GMAW/las MIG,
P-number termasuk variable apa?
a. Essential
b. Non essential
c. Suplement
d. Aditional
29
15. Paragraf 403 yang membahas logam dasar pada proses GMAW/las MIG,
jika terjadi perubahan P-number, apakah yang harus dilakukan oleh
seorang welding engineer?
a. Melakukan uji ulang kekuatan mekanis
b. Melakukan uji NDT sambungan las
c. Melakukan uji DT sambungan las
d. Melakukan uji radographi sambungan las
16. Untuk menimbulkan efek pembersihan pada cairan logam las dalam
proses las TIG, sebaiknya digunakan polaritas apa?
a. AC
b. DCEP
c. DCEN
d. DCSP
17. Polaritas arus apakah yang sesuai untuk pengelasan baja tahan karat?
a. AC
b. DCEP
c. DCRP
d. DCSP
18. Berapakah jarak terbaik stickout pada proses las TIG?
a. 1 sampai 2 kali diameter elektroda
b. 1 sampai 2 cm
c. 2 sampai 3 kali diameter elektroda
d. 2 sampai 3 cm
19. Apakah yang terjadi jika jarak stickout terlalu panjang pada proses las
TIG?
a. Benda kerja akan mengalami over heated
b. Elektroda akan mengalami over heated
c. Ionisasi gas pelindung akan terhambat
d. Elektroda akan mencair dan mencemari logam las
20. Bagaimanakah posisi baham tambah pada pengelasan dengan proses las
TIG?
30
a. Maksimum 35o
b. Maksimum 30o
c. Minimum 35o
d. Minimum 30o
31
5. Kunci Jawaban Test Sumatif
No Jawaban No Jawaban
1 C 11 C
2 A 12 C
3 B 13 C
4 D 14 A
5 B 15 A
6 D 16 B
7 A 17 D
8 A 18 C
9 B 19 D
10 A 20 B
No Jawaban No Jawaban
1 B 6 D
2 A 7 D
3 C 8 A
4 C 9 B
5 A 10 A
32
2. Kunci Jawaban Tes Formatif KB 2
No Jawaban No Jawaban
1 A 6 B
2 D 7 B
3 B 8 B
4 C 9 A
5 C 10 D
No Jawaban No Jawaban
1 A 6 C
2 C 7 A
3 A 8 D
4 B 9 B
5 D 10 A
No Jawaban No Jawaban
1 B 6 A
2 A 7 B
3 C 8 D
4 D 9 C
5 A 10 B
33