Anda di halaman 1dari 169

TEKNIK PENGELASAN

MODUL 2

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
2019
No Kode: DAR2/Profesional/Mes/007/2019

PENDALAMAN MATERI TEKNIK MESIN

MODUL 2 : TEKNIK PENGELASAN

KEGIATAN BELAJAR 1
PENGELASAN POSISI VERTIKAL OAW

Nama Penulis: Drs. Riswan Dwi Djatmiko, M.Pd.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2


DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 3
Kegiatan Belajar 1: Pengelasan Posisi Vertikal dengan OAW ............................... 4
A. PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1. Deskripsi Singkat...................................................................................... 4
2. Relevansi .................................................................................................. 4
3. Panduan Belajar ........................................................................................ 5
B. INTI .............................................................................................................. 5
1. Capaian Pembelajaran .............................................................................. 5
2. Sub Capaian Pembelajaran ....................................................................... 5
3. Pokok-Pokok Materi................................................................................. 6
4. Uraian Materi............................................................................................ 6
5. Forum Diskusi ........................................................................................ 38
C. PENUTUP .................................................................................................. 38
1. Rangkuman ............................................................................................. 38
2. Tes Formatif ........................................................................................... 39
3. Daftar Pustaka ........................................................................................ 42

2
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Peralatan Las Oxy Acetylene Welding ................................................ 7
Gambar 2. Pengelasan dengan OAW ..................................................................... 8
Gambar 3. Temperatur Nyala Brander ................................................................... 9
Gambar 4. Bentuk Dasar Sambungan Las ........................................................... 15
Gambar 5. Simbol Pekerjaan Las Menurut AWS ................................................ 17
Gambar 6. Lokasi Bagian yang Dilas .................................................................. 17
Gambar 7. Bentuk Pendeposisian Logam Las ..................................................... 18
Gambar 8. Simbol Dasar Las AWS ..................................................................... 18
Gambar 9. Contoh Penerapan Simbol Dasar Las pada Sambungan Las.............. 19
Gambar 10. Contoh Penerapan Simbol Dasar Las pada Las Fillet dan Compound
............................................................................................................................... 19
Gambar 11. Contoh Penerapan Simbol Ukuran Las pada Las Fillet ................... 20
Gambar 12. Simbol Suplemen Las....................................................................... 20
Gambar 13. Contoh Penerapan Simbol Suplemen Las ........................................ 21
Gambar 14. Contoh Lain Penerapan Simbol Suplemen Las ................................ 21
Gambar 15. Kode Posisi Las Plat DIN EN ISO 6947 .......................................... 24
Gambar 16. Kode Posisi Las Pipa DIN EN ISO 6947 ......................................... 24
Gambar 17. Kode Posisi Las Plat dengan Groove ............................................... 25
Gambar 18. Kode Las Plat Fillet Posisi Flat dan Horisontal ............................... 25
Gambar 19. Kode Las Plat Fillet Posisi Vertikal dan Over Head ........................ 26
Gambar 20. Kode Las Pipa Groove ..................................................................... 26
Gambar 21. Kode Las Pipa Fillet Menurut AWS ................................................ 27
Gambar 22. Brander dengan Pencampur Type Injeksi
(http://navybmr.com/study%20material/14250a/14250A_ch5.pdf) ..................... 28
Gambar 23. Brander dengan Pencampur Type Tekanan berimbang
(http://navybmr.com/study%20material/14250a/14250)A_ch5.pdf) .................... 28
Gambar 24. Jenis nyala brander OAW ................................................................ 31
Gambar 25. Pengelasan Pelat Posisi Vertikal (3F) dengan OAW ....................... 34
Gambar 26. Sambungan Tumpul Posisi 3 G ........................................................ 37

3
Kegiatan Belajar 1: Pengelasan Posisi Vertikal dengan OAW

A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat

Oxy acetylene welding (OAW) sering disebut las karbit tergolong


pengelasan yang dilakukan dalam kondisi cair atau Liquid state welding (LSW).
Pengelasan dengan kondisi cair memiliki beberapa kelemahan baik secara
metalurgi maupun secara dimensional, oleh karenanya dalam pengelasan OAW
diperlukan prosedur yang sudah teruji agar kualitas hasil las dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis.

Energi panas dalam proses pengelaan ini berasal dari pembakaran


campuran gas oksigen dengan acetylene. Temperatur yang bisa dicapai oleh
pembakaran kedua gas tersebut di atas bisa mencapai 3500o C. Temperatur ini
telah melebihi temperatur cair berbagai jenis logam, sehingga bisa digunakan
untuk pengelasan. Di sisi lain sisa hasil pembakaran kedua gas tersebut bisa
berfungsi sebagai gas pelindung logam pengelasan ketika kondisi cair.

2. Relevansi

Las OAW banyak digunakan pada pengelasan baja karbon yang tebalnya
tidak melebihi 3 mm, walaupun secara teknis bisa digunakan untuk mengelasan
bahan yang tebal tetapi secara ekonomis tidak menguntungkan. Berkaitan
dengan hal itu OAW banyak digunakan untuk membuat knalpot, root pass pada
sambungan pipa, repair body mobil, membrazing pahat bubut, dan pekerjaan
lainnya. Di samping itu OAW juga banyak digunakan untuk mengelas tembaga,
kuningan, dan alumunium, namun di sisi lain las jenis ini kurang baik jika
digunakan untuk mengelas stailess steel, karena unsur Cromium bergabung
dengan Carbon membentuk Crom carbida yang mengakibatkan logam tersebut
kehilangan sifat tahan karatnya.

4
3. Panduan Belajar

Prosedur pengelasan yang tertuang dalam welding prosedur specification


(WPS) berisi variable-variabel yang sangat berpengaruh dalam menentukan
kualitas sambungan las. Stake holder pengelasan harus memahami prosedur
pengelasan tersebut, untuk memahami prosedur pengelasan harus mempunyai
pengetahuan tentang konsep-konsep dasar las OAW, jenis bahan yang dilas,
jenis bahan tambah, parameter las OAW, dan prosedur pengelasan dengan
proses OAW. Untuk mengetahui tercapainya kompetensi pengelasan posisi
vertikal dengan OAW, guru dianjurkan; 1) membaca bab demi bab, 2) membaca
referensi lain yang berupa standar-satandar pekerjaan las, seperti AWS
A3.0M/A3.0, AWS D1.1, dan ASME IX, 3) melihat vidio tutorial, pembelajaran,
grafis, dan animasi yang bisa disownload dari situs kemendikbud, 4)
mengerjakan soal dan mencocokkan jawaban pada kuncinya, serta 5) berlatih
membuat WPS untuk pengelasan baja karbon dengan membuat sambungan las
dan mengujinya hingga lolos

B. INTI

1. Capaian Pembelajaran

Menguasai materi ajar pada bidang studi Teknik Mesin yang meliputi:
Teknik pemesinan; Teknik pengelasan; Teknik pengecoran Logam; Teknik
mekanik industri; Teknik perancangan dan gambar mesin; dan Teknik fabrikasi
Logam dan Manufaktur termasuk kewirausahan dan advance materials secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi),
dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat
membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang
dibutuhkan oleh DUDI.

2. Sub Capaian Pembelajaran

Menganalisis dan mengajarkan kompetensi-kompetensi terkait dengan


pengelasan Osi-Asetelin (OAW-posisi vertkal), Busur manual (SMAW- posisi

5
vertical), Gas Metal (MIG/MAG- posisi vertical), dan Gas Tungsten (TIG- posisi
vertical) yang relevan dengan kebutuhan DUDI

3. Pokok-Pokok Materi

a. Konsep Dasar OAW

b. Bahan Logam yang Bisa Dilas dengan OAW

c. Bahan Tambah OAW

d. Welding Procedure Specification (WPS)

e. Parameter OAW

f. Prosedur Pengelasan Sambungan T (T joint) Pelat Baja Karbon Posisi


Vertikal (3F) dengan OAW

4. Uraian Materi

Oxy acetylene welding (OAW) sering disebut las karbit tergolong


pengelasan yang dilakukan dalam kondisi cair atau Liquid state welding. Las
jenis ini mempunyai beberapa kelemahan yang meliputi: 1) terjadinya daerah
Heat affected zone (HAZ) yang cukup luas, 2) titik cair logam yang disambung
harus mendekati sama, dan 3) beaya pengoperasiannya cukup tinggi, terutama
jika digunakan untuk mengelas bahan dengan ketebalan melebihi 3 mm. Namun
demikian OAW mempunyai keuntungan, diantaranya adalah: 1) peralatan
sederhanan dan murah, 2) pengoperasiannya mudah, 3) perawatannya juga
mudah, dan 4) bisa digunakan untuk pemotongan bahan, proses brazing, serta
soldering.

g. Konsep Dasar OAW

Peralatan utama las OAW terdiri dari tabung gas Oksigen dan Acetylene,
regulator gas Oksigen dan Acetylene, selang gas Oksigen dan Acetylene, dan
Brander las. Lihat Gambar 1. Tabung gas berfungsi untuk menyimpan gas
dengan tekanan yang aman. Regulator gas adalah untuk mengetahui isi tabung
dan mengatur tekanan kerja. Selang gas untuk menyalurkan gas dari tabung

6
menuju Brander las. Brander berfungsi untuk mencampur gas Oksigen dengan
Acetylene sekaligus sebagai pembakar.

Cara kerja peralatan las OAW adalah sebagai berikut: Gas Oksigen dan
Acetylene dari tabung yang dibuka mengalir menuju brander. Di dalam brander
gas bercampur dengan komposisi tertentu, untuk mengatur komposisi tersebut
dilakukan dengan mengatur katup masing-masing gas. Selanjutnya setelah gas
tercampur di ruang pencampur di dalam brander menuju Tip dan dibakar. Nyala
hasil pembakaran gas dapat digunakan untuk mengelas, gas sisa bisa melindungi
logam las dari pengaruh udara.

Keterangan: J. Acetylene working pressure gauge


A Oxygen safety disc K. Acetylene regulator
B Oxygen cylinder valve L. Acetylene regulator adjusting screw
C Oxygen cylinder pressure gauge M. Acetylene hose
D Oxygen working pressure gauge N. Oxygen hose
E Oxygen regulator O. Oxygen torch valve
F Oxygen regulator adjusting screw P. Acetylene torch valve

Gambar 1. Peralatan Las Oxy Acetylene Welding

7
Gas pelindung dari

Brander
Bahan
tambah
Slag dari bahan
deoxidator
40° 40°

Bahan dasar
Deposit logam
las

Gambar 2. Pengelasan dengan OAW


Energi panas yang digunakan OAW berasal dari pembakaran campuran
gas Oksigen dengan acetylene. Komposisi campuran kedu gas ini menghasilkan
beberapa tipe bentuk nyala, yaitu: 1) nyala karburasi, 2) nyala netral, dan nyala
oksidasi. Jenis nyala ini mempengaruhi heat input dan sifat kimiawi sisa gas
pembakaran, oleh karenanya setiap jenis nyala hanya bisa digunakan untuk
mengelas logam tertentu. Namun di sisi lain gas sisa pembakaran yang
merupakan senyawa CO2 mampu melindungi deposit logam las yang sedang
mencair, sedangkan deposit logam las yang sedang membeku tidak bisa
terlindungi oleh gas sisa pembakaran ini, sehingga perlindungan deposit logam
las tersebut didapatkan dari bahan deoksidator bahan tambah las yang berupa
filler rod (lihat Gambar 2).

Nyala api yang keluar dari Brander las merupakan nyala api hasil
pembakaran gas Acetylene (C2H2) dengan Oksigen (O2). Secara teoritis rekasi
kimia yang terjadi adalah:

C2H2 + 2,5 O2  2CO2 + H2O

Reaksi kimia di atas menunjukan perbandingan Acetylene dan Oksigen


sebesar 1:2,5. Kendati demikian dalam kenyataanya pembakaran tidak berjalan
dengan sempurna, sehingga secara actual reaksi kimia yang terjadi dalam proses
pembakaran ada dua, rekasi primer dan sekunder.

8
Reaksi primer terjadi karena terdapat proses pembakaran kedua gas
secara sempurna, reaksi kimianya adalah sebagai berikut:

C2H2 + O2  2CO + H2O

Reaksi ini membutuhkan 1 volume gas Acetylene dan 1 volume gas


Oksigen, di samping itu menghasilkan 2 volume gas Karbon monoksida dan 1
volume uap air serta panas sebesar 19 MJ/m3. Reaksi primer dapat dilihat melalui
bentuk nyala yang terjadi, bentuk tersebut diberi nama nyala Inti yang wujudnya
adalah segitiga dan berwarna terang. Temperatur tertinggi yang dapat dicapai
sebesar 3500°C dan berada sekitar 3 mm di depan nyala Inti.

Reaksi tahap ke dua disebut reaksi Sekunder. Reaksi ini menghasilkan


nyala sisa yang berada di luar nyala inti. Pada reaksi sekunder, Karbon
monoksida dan Hidrogen hasil reaksi Primer terbakar oleh Oksigen yang
terdapat dalam udara luar. Reaksinya ditunjukkan pada persamaan berikut.

2CO + ¾ H2 + 1,5 O2  2CO2 + H2O

Bentuk nyala api OAW yang terlihat pada Gambar 3 adalah bentuk nyala
secara umum, namun sebenarnya pada ketika diterapkan pada pekerjaan
pengelasan, dikenal terdapat tiga jenis nyala, yaitu nyala Karburasi, nyala Netral,
dan nyala Oksidasi. Ketiga bentuk nyala tersebut berbeda karena adanya
ketidaksamaan komposisi campuran Acetylene dan Oksigen.

Gambar 3. Temperatur Nyala Brander

9
h. Bahan Logam yang Bisa Dilas dengan OAW

Setiap proses pengelasan mempunyai keuntungan dan kelemahan ketika


diterapkan untuk mengelas berbagai jenis logam. Secara teknis las OAW bisa
digunakan untuk mengelas berbagai jenis logam, tetapi untuk mendapatkan hasil
yang optimal tentunya berbagai pertimbangan harus diperhatikan, diantaranya
adalah factor efisiensi, ketebalan benda kerja, dan karakteristik bahan yang dilas.
Table 1 menunjukkan kemampuan proses las OAW dalam mengelas berbagai
jenis logam.

Tabel 1. Hubungan antara material, jenis logam, jenis nyala, dan tipe fluks
dalam proses OAW

i. Bahan Tambah OAW

Sisa pembakaran gas Oksigen dan Acetylene yang berupa senyawa CO2
berfungsi sebagai pelindung cairan logam las pada saat mencair, namun tidak
bisa melindungi logam lasan dari pengaruh udara bebas ketika membeku,
sehingga pada proses pembekuan ini perlu bahan pelindung lain. Bahan
pelindung deposit logam las ketika membeku ini didapatkan dari bahan tambah

10
OAW, oleh karenanya kita tidak boleh menggunakan bahan tambah
sembarangan karena bahan yang tidak standar tidak dilengkapi dengan bahan
deoksidator yang berfungsi seperti fluks pada las SMAW.

Bahan tambah OAW berbentuk batangan dan memiliki beberapa ukuran


diameter yang dalam penggunaannya disesuaikan dengan jenis bahan dan
ukuran (ketebalan) bahan yang dilas, untuk mengidentifikasi kita harus
mengenal standarisasi yang ada. Asosiasi las Amerika yang biasa disebut
American Welding Society (AWS) membuat standarisasi bahan tambah untuk
proses OAW dan TIG. Standarisasi dibuat untuk pengelasan berbagai jenis
bahan, Tabel 2 memaparkan kode standar bahan tambah untuk logam Baja
Karbon dan Baja Paduan Rendah.

Tabel 2. Bahan Tambah OAW dan GTAW untuk Baja Karbon dan Baja
Paduan Rendah

Kode Diskripsi Contoh penggunaan Diameter


AWS (mm)
General structural steels 1.6
Solid rod for
A5.18 Ship plates 2.0
welding general
ER70S-3 Cast steels 2.4
construction in
Pipe material 3.2
mild steel
Boiler & pressure vessel
High impact values steels
Fine grained steels
A5.18 General structural steels 1.6
Solid rod for
ER70S-6 Ship plates 2.0
welding general
Cast steels 2.4
construction in
Pipe material 3.2
mild steel Smooth
Boiler & pressure vessel
bead appearance
steels
Fine grained steels
A5.28 Solid rod for Weather resisting steels 2.4
ER80S-G welding of weather
resisting steels
Excellent
mechanical
properties

11
Kode Diskripsi Contoh penggunaan Diameter
AWS (mm)
A5.28 Solid rod for General structural steels 1.6
ER80S- welding fine Ship plates 2.0
Ni1 grained and low Cast steels 2.4
alloy nickel steels Pipe material 3.0
High impact value Fine grained steels
at low temperature
(-60°C) Typical
offshore
applications
Sumber:https://www.lincolnelectric.com/en-gb/Pages/default.aspx?locale=2057

j. Welding Procedure Specification (WPS)

WPS berfungsi sebgai pedoman juru las dalam melakukan pengelasan.


Pedoman pengelasan ini dibuat oleh seseorang yang mempunyai sertifikat
Welding Engineer/WE). WPS dibuat berdasarkan gambar kerja konstruksi las,
persyaratan teknis, dan standard yang dipakai oleh owner. Pembuatan WPS
harus juga berlandaskan Welding Procedure Qualification Record / WPQR yaitu
suatu prosedur pengujian sambungan las yang direncanakan sesuai tujuan
konstruksi dibuat. WPS berisi: 1) essential variable, 2) non essential variable,
dan 3) supplementary variable.

1) Isi welding procedure specification

Essential variable adalah variable yang berpengaruh terhadap sifat


mekanik logam las. Variabel ini meliputi: 1) property logam dasar, 2) property
logam tambah, 3) post weld heat treatment / PWHT, dan 4) jenis gas. Variable
esensial sangat menentukan kualitas hasil las, oleh karenanya jika ada perubahan
variable ini, WPS harus dibuat ulang dan dilengkapi dengan PQR lagi.

Non essential variable adalah variable yang tidak berkaitan secara


langsung terhadap sifat mekanis bahan yang dilas setelah selesai pengelasan.
Variable ini meliputi: 1) desain sambungan las, 2) ukuran bahan tambah, 3)
posisi pengelasan, 4) perlakuan panas, 5) teknik orientasi elektroda, 6) jenis
nyala, 7) teknik pembersihan sambungan las, dan 8) teknik drag atau push.

12
Supplementary variable adalah variable tambahan untuk menentukan
pengujian ketangguhan atau variable penting lainnya pada sambungan las.
Variable tersebut diantaranya adalah: 1) batas pengujian kejut, 2) batasan suhu
PWHT, 3) heat input, dan 4) jenis pass. Lihat Tabel 3.

a) Desain Sambungan Las

Salah satu aspek dalam non essential variable dalam WPS adalah joint
design, sehingga stake holder di bidang pengelasan harus tahu desain sambungan
las. Pada dasarnya sambungan las terdiri dari lima bentuk dasar sambungan las,
yaitu: 1) sambungan tumpul (butt joint), 2) sambungan sudut (corner joint), 3)
sambungan T (T joint), 4) sambungan tumpang (lap joint), dan 5) sambungan
ujung (edge joint). Lihat Gambar 4. Pada kenyataannya bentuk dasar sambungan
las tersebut sebelum pengelasan dilakukan, kedua bagaian yang akan disambung
dipersiapkan dahulu bentuk kampuhnya. Tidak semua bentuk kampuh atau alur
dapat diterapkan pada semua jenis sambungan las (AWS A3.0M/A3.0, 2010: 64).

13
Tabel 3. Variable pengelasan OAW menurut ASME IX

Sebagai contoh pada Gambar 4 Sambungan tumpul atau butt joint pada
ujung bagian yang disambung bisa dibuat alur berbentuk bevel, flare-bevel,

14
flare-V, J, square, U, V, dan braze. Sedangkan pada sambungan T, bentuk
alur/kampuh yang diterapkan terjadi perbedaan.

Gambar 4. Bentuk Dasar Sambungan Las


AWS A3.0M/A3.0:2010 An American National Standard (2010): 64

b) Kode/Simbol Pekerjaan Las

Kode pekerjaan las merupakan bagian terpenting dari pembuatan WPS,


seorang Welding engiiner / WE harus bisa menterjemahkan gambar kode
pengelasan dari gambar kerja ke dalam WPS agar tidak terjadi kesalahan mulai
dari fit-up benda kerjja, teknik pengelasan, dan posisi pengelasan yang dilakukan
oleh welder.

15
Banyaknya proses las, bentuk sambungan, bentuk kampuh, jenis dan
ketebalan bahan yang dilas, dan perlakuan setelah pengelasan dilakukan
membuat rumitnya pekerjaan las. Tidak semua orang yang terkait dengan
pekerjaan las bisa mengidentifikasi cara pengelasan dengan baik, olehkarenanya
diperlukan aturan-aturan yang ketat agar pekerjaan las secara akurat bisa
dilakukan dengan benar. Aturan-aturan itu diwujudkan dalam bentuk Welding
Procedure Spesification (WPS) yang di dalamnya sarat dengan kode-kode dan
simbul-simbul pekerjaan las.

Hampir setiap negara besar membuat kode pekerjaan las, namun dalam
buku ini, kode pekerjaan las yang disajikan adalah kode menurut American
Welding Society (AWS) yang banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan di
Indonesia. Menurut AWS, simbol las terdiri dari: 1) Garis referensi, 2) Anak
panah, 3) Simbol dasar las, 4) Dimensi dan data las, 5) Simbol suplemen, 6)
Simbol finishing, 7) Ekor, dan 8) Pekerjaan spesifik, proses, dan referensi lain.
Lihat Gambar 5.

Garis referensi berguna untuk meletakkan simbol-simbol pekerjaan las,


sedangkan anak panah berfungsi untuk menunjukkan lokasi bagian yang dilas.
Jika simbol pekerjaan las diletakkan di bawah garis referensi, maka bagian yang
dilas adalah bagian yang ditunjuk oleh anak panah, jika simbol diletakkan di atas
garis referensi, maka bagian yang dilas adalah sisi sebaliknya yang ditunjuk anak
panah. Lihat Gambar 6.

c) Penerapan Simbol / Kode Las

Jika bagian yang dilas di kedua sisi benda kerja, maka simbol las ditulis
di atas dan di bawah garis referensi, dan jika tidak ada lokasi yang secara jelas
orientasi lokasi pendeposisi logam las, maka sombol pekerjaan las dituli di
tengah-tengah garis referensi. Sebagai contoh adalah pada pengelasan spot dan
seam yang menggunakan proses Resistant welding.

16
Gambar 5. Simbol Pekerjaan Las Menurut AWS
(AWS Committee On Definitions and Symbols, 2010: 3)

Gambar 6. Lokasi Bagian yang Dilas


Sistim simbol yang dikembangkan oleh AWS, mementingkan bentuk
pendeposisian logam las. Ada tiga macam pendeposisian logam las yaitu; 1)
Fillet, 2) Groove, dan 3) Compound. Las Fillet adalah las yang pendeposisian

17
logam lasnya tidak memerlukan alur las. Las Groove membutuhkan alur las
untuk mendeposisikan logam las, sedangkan las Compound adalah teknik las
yang membutuhkan kedua hal tersebut dalam mendeposisikan logam las. Sering
kita menyalahartikan bentuk deposit sambungan dengan bentuk sambungan las,
padahal keduanya merupakan sesuatu yang berbeda. Fillet dan groove bukanlah
bentuk sambungan tetapi bentuk deposit logam las. Biasanya las fillet diterapkan
pada sambungan Lap/Tumpang dan T, sedangkan las groove kebanyakan pada
sambungan Butt/ujung. Bentuk pendeposisian logam las ini dituangkan dalam
bentuk simbol dasar las. Lihat Gambar 7.

Las fillet Las compound Las groove

Gambar 7. Bentuk Pendeposisian Logam Las

Gambar 8. Simbol Dasar Las AWS

18
Gambar 9. Contoh Penerapan Simbol Dasar Las pada Sambungan Las

Gambar 10. Contoh Penerapan Simbol Dasar Las pada Las Fillet dan
Compound
Pekerjaan las yang presisi biasanya diterapkan simbol-simbol dimensi
deposit logam las, sebagai contoh; 1) Ukuran leg, throat dan jarak las pada las
fillet, 2) Ukuran penetrasi, reinforcement, dan kedalaman alur pada las groove,
3) dan lain-lain. Semua ukuran pada Gambar 11 disajikan dalam bentuk inchi.

19
Gambar 11. Contoh Penerapan Simbol Ukuran Las pada Las Fillet
Simbol suplemen dalam AWS digunakan untuk melengkapi simbol
pekerjaan las yang belum terwadahi di dalam simbol dasar las. Simbol ini
meliputi; 1) Pekerjaan di lapangan, 2) Pengelasan keliling, 3) Kontur permukaan
las, 4) Penggunaan backing plate, 5) Pengontrolan root pass, dan 6)
Pendeposisian bahan tambah. Lihat Gambar 12.

Gambar 12. Simbol Suplemen Las

20
Gambar 13. Contoh Penerapan Simbol Suplemen Las
Gambar 13 menunjukkan penerapan simbol back weld/pengelasan sisi
balik sambungan groove sebagai gantinya root pass dan penerapan penggunaan
backing plate pada pengelasan groove. Untuk membedakan simbol las isi/plug,
simbol backing plate selalu diikuti dengan simbol groove di sisi sebaliknya.

PJP

Las

Gambar 14. Contoh Lain Penerapan Simbol Suplemen Las

21
Penerapan simbol melt through (ukuran penembusan/root pass sebesar
1/8 inchi) dan consumable insert/pengelasan pada kampuh square pada Gambar
14 di sisi balik kampuh las. Perbedaan simbol las consumable insert dengan back
weld terletak pada simbol referensi pada ekor garis referensi, simbol referensi
merujuk pada ukuran class las.

Pada Gambar 14 menunjukkan sambungan T yang dilas keliling dengan


kontur datar/flat yang pengerjaannya menggunakan proses pahat/chisel (simbol
C). Simbol PJP atau partially joint penetration mengandung pengertian bahwa
sambungan T tersebut dilas dengan penetrasi sebagian atau tidak tembus sampai
sisi sebaliknya. Tanda bendera mendeskripsikan bahwa sambungan T tersebut
proses lasnya dilakukan ketika dipasang di lapangan.

Berbeda dengan simbol proses yang dikembangkan DIN EN ISO 6947,


AWS membuat simbol proses las dengan huruf yang merupakan singkatan dari
nama proses las yang digunakan. Simbol proses las menurut DIN EN ISO 6947
bisa dilihat Gambar 15. Sebagai contoh jika proses las yang digunakan adalah
Shielded metal arc welding atau las busur listrik elektroda terbungkus, maka
simbol yang digunakan adalah SMAW yang merupakan singkatan dari Shielded
metal arc welding. Lihat Tabel 4. Dilihat dari makna, simbol proses las menurut
AWS lebih mudah dihafal dan simbol tersebut mempunyai makna karena
merupakan singkatan dari proses las tersebut.

d) Kode/Simbol Posisi Las

Sebagaian besar pekerjaan las dilakukan dengan proses LSW (Liquid


state welding) atau proses las dalam kondisi cair. Proses las yang dilakukan
dengan kondisi cair ini, posisi saat pengelasan berlangsung sangat berpengaruh
terhadap bentuk deposit logam las yang terbentuk. Tidak semua juru las mahir
di semua posisi, posisi di bawah tangan (down hand) merupakan posisi yang
paling mudah untuk dilakukan, namun ketika mengelas pipa logam dengan
posisi miring akan sangat sulit dilakukan. Juru las yang dapat melakukan
pengelasan ini adalah juru las kelas satu yang dilengkapi dengan sertifikat
standar internasional.

22
Tabel 4. Simbol Poses Las dan Brazing Menurut AWS

Dalam dunia industri posisi las diberi kode tertentu agar pada saat
pengelasan dilakukan tidak terjadi kekeliruan menentukan juru las dan prosedur
pengelasan. Ada beberapa sistim pengkodean yang banyak dikenal, diantaranya
adalah sistim yang ditetapkan oleh sistim International Standard Organisation
(ISO) dan American Welding Society (AWS).

Sistim kode posisi las yang ditetapkan DIN EN ISO 6947 berbeda dengan
AWS. Kode posisi las menurut ISO didasarkan pada posisi elektroda saat
pengelasan dilakukan, untuk pengelasan plat diberi kode PA, PB, PC, PD, PE,
dan plat pengelasan naik PF dan plat pengelasan turun PG. Sedangkan pipa datar
pengelasan naik PH, pipa datar pengelasan turun PJ, pipa miring down hill JLO
45, dan pipa miring uphill HLO 45. lihat Gambar 15 dan 16.

23
PE

PD

PC

PB
PF PG
PA

Gambar 15. Kode Posisi Las Plat DIN EN ISO 6947

HLO 45o

JLO 45o

45o
PH PJ

Gambar 16. Kode Posisi Las Pipa DIN EN ISO 6947

Berdasarkan kode yang ditetapkan oleh AWS, posisi las dikaitkan pada
jenis teknik sambungan las, jika sambungan berkampuh (groove) maka kode
posisinya dengan huruf G, untuk posisi down-hand 1G, horisontal 2G, vertikal

24
3G, over-head 4G, pipa dengan sumbu horisontal 5G, pipa miring 6G, dan pipa
miring dengan ring 6GR. Jika sambungan las tidak berkampuh/tumpul (fillet)
maka kodenya adalah F, untuk posisi down-hand 1F, horisontal 2F, pipa diputar
horisontal 2FR, vertikal 3F, over-head 4F, dan pipa fillet 5F.

Gambar 17. Kode Posisi Las Plat dengan Groove

Gambar 18. Kode Las Plat Fillet Posisi Flat dan Horisontal

25
Gambar 19. Kode Las Plat Fillet Posisi Vertikal dan Over Head

Gambar 20. Kode Las Pipa Groove

26
Gambar 21. Kode Las Pipa Fillet Menurut AWS
k. Parameter OAW

Parameter las adalah variabel yang berpengaruh terhadap heat input


proses pengelasan. Parameter las sangat penting dalam proses las, karena sangat
menentukan kualitas las. Jika heat input kurang hasil pengelasan kurang fusi,
tetapi kalo terlalu berlebih bahan dasar bisa jebol. Parameter las OAW meliputi:
1) ukuran tip brander, 2) tekanan gas Oksigen, 3) tekanan gas Acetylene, dan 4)
kecepatan pengelasan.

1) Ukuran tip Brander, tekanan gas Oksigen, dan tekanan gas Acetylene

Brander las berfungsi sebagai alat pembakar campuran gas Oksigen dan
Acetylene. Alat tersebut terdiri dari saluran gas Oksigen dan Acetylene, Katup
gas Oksigen dan Acetylene, satu unit sistim pencampur gas, dan Tip (lubang
tempat campuran gas keluar). Brander dibedakan menjadi dua macam, yaitu
sistim injeksi dan tekanan seimbang. Pengoperasian sistim injeksi tekanan gas
Oksigen lebih besar dari Acetylene, sedangkan tekanan seimbang Oksigen dan
acetylene tekanannya sama.

27
Sistim injeksi mempunyai kelebihan mudah perawatannya, namun
mempunyai kelemahan, jika terjadi sumbatan pada ujung Tip akan terjadi nyala
balik yang sangat membahayakan bila tidak ditangani secara serius. Kelemahan
dari sistim tekanan seimbang adalah perawatan ruang pencampur gas sulit
dilakukan sehingga sering terjadi sumbatan apalagi bila gas berasal dari
pembangkit gas (Cower). Kelebihannya adalah tidak terjadi nyala balik karena
tekanan gas Oksigen dan Acetylene diseting sama. Lihat Gambar 22 dan 23.

Gambar 22. Brander dengan Pencampur Type Injeksi


(http://navybmr.com/study%20material/14250a/14250A_ch5.pdf)

Gambar 23. Brander dengan Pencampur Type Tekanan berimbang


(http://navybmr.com/study%20material/14250a/14250)A_ch5.pdf)

28
Pada ujung brander las mempunyai nosel yang biasanya disebut tip. Tip
brander memiliki lubang di bagian tengahnya. Ukuran lubang tip bervariasi
mulai kecil hingga besar. Ukuran tip brander ini menunjukkan kemampuan tip
untuk mencairkan plat dengan ketebalan tertentu. Ukuran tip ini diberikan dalam
bentuk angka mulai dari 000 s.d. 3. Indentifikasi ini tergantung produsen brander
yang membuat, ada juga mulai dari nomer 1 s.d. 9, tetapi itu tidak perlu
dipermasalahkan.

Perbedaan ukuran lubang tip brander ini menyebabkan konsumsi bahan


bakar gas Oksigen dan Acetylene ini juga mengalami perbedaan. Di samping itu
tekanan kerja Oksigen dan Acetylene harus disesuaikan dengan jenis nyala, jenis
bahan, dan ketebalan bahan. Lihat Tabel 5.

Tabel 5. Ukuran tip brander, tebal plat, diameter bahan tambah, dan
tekanan gas

Metal Tip Rod Oxygen Acetylene


Thickness Size Size Pressure Pressure

In. No. In. PSI PSI


1/64 - 1/32 000 1/16 3 3
1/32 - 3/64 00 1/16 3 3

1/32 - 5/64 0 3/32 3 3

3/64 - 3/32 1 1/8 3 3

1/16 - 1/8 2 5/32 4 4

1/8 - 3/16 3 3/16-1/4 4 4

2) Jenis Nyala

Komposisi antara gas Oksigen dan Acetylene berpengaruh pada jenis


nyala yang terjadi. Secara umum telah disebutkan sebelumnya bahwa ada tiga
jenis nyala dalam OAW, yaitu nyala karburasi, nyala netral, dan nyala oksidasi.
Masing-masing jenis nyala itu mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga
penggunaanya dalam pengelasan logam pun mengalami perbedaan pula.

29
a) Nyala Karburasi

Nyala Karburasi terbentuk oleh campuran gas yang teralu banyak


Acetylene daripada Oksigen. Temperatur maksimum yang bisa dicapai sekitar
3000°C, sehingga tidak dapat digunakan untuk mengelas bahan logam yang
mempunyai titik cair lebih dari suhu tersebut, misal Baja karbon, Stainless steel,
dan sebagainya. Nyala ini biasa digunakan untuk proses Brazing dan pengelasan
Alumunium.

Nyala Karburasi mempunyai nyala Inti yang tidak focus dan panjang,
berwarna kekuningan, dan nyala Sisa yang berwarna kuning, Gambar 24
menunjukkan berbagai bentuk nyala.

b) Nyala Netral

Ketika gas Acetylene dan Oksigen dibakar dengan perbandingan sama,


maka akan terjadi nyala netral yang mempunyai nyala Inti focus, berwarna putih
kekuningan, dan nyala sisa agak pendek jika dibandingkan dengan nyala
Karburasi. Suhu tertinggi sebesar 3200°C terjadi pada jarak 3mm dari ujung
nyala Inti. Jenis nyala ini sangat cocok digunakan untuk pengelasan bahan Baja,
Alumunium, Tembaga, dan Besi tuang. (Lihat Gambar 24)

c) Nyala Oksidasi

Nyala Oksidasi terbentuk ketika valume gas Oksigen lebih banyak


daripada gas Acetylene. Gas Oksigen yang berlebih ini mengakibatkan
temperatur yang dapat dicapainya sekitar 3300°C sehingga hampir semua jenis
logam dapat dicairkan, namun kendati demikian logam yang unsur paduan
utamanya Fe seperti Baja dan Besi tuang tidak dapat dilas dengan nyala Oksidasi
karena Fe akan bereaksi dengan Oksigen membentuk Oksida besi yang dapat
menyebabkan adanya slag atau kotoran di dalam logam lasan. Nyala ini biasanya
digunakan untuk proses Brazing dan pengelasan Kuningan,

Bentuk nyala Oksidasi berbeda dengan lainnya, nyala inti berbentuk


kerucut tajam dengan warna biru dan nyala sisa lebih pendek jika dibandingkan

30
dengan nyala netral dan ada suara mendesis yang cukup keras. (Lihat Gambar
24)

3) Kecepatan Pengelasan

Salah satu parameter las OAW yang sangat tergantung pada juru las
adalah kecepatan pengelasan. Setiap juru las mempunyai karakter tersendiri,
khususnya yang berkaitan dengan kecepatan pengelasan yang ia lakukan.
Seorang juru las harus mengenali karakternya sendiri, sehingga ia bisa
menyesuaikannya dengan parameter lainnya. Kecepatan travel pengelasan
berpengaruh terhadap kualitas bentuk/profil sambungan las. Jika kecepatan las
tidak sesuai dengan parameter OAW lainnya maka akan terjadi cacat pada
sambungan las.

Gambar 24. Jenis nyala brander OAW


(https://www.pengelasan.net/nyala-api-las-oksigen-asetilen/)

Gambar 25 mendeskripsikan jika kecepatan las tinggi dan heat input


besar akan menyebabkan cacat undercut sepanjang jalur pengelasan. Jika
kecepatan las rendah dan heat input besar benda kerja mengalami melting
through. Sebaliknya jika kecepatan las tinggi dan heat input rendah akan terjadi
incomplete penetration.

31
Pembentukan rigi las (weld bead):
Pengaruh arus las terhadap logam las:
1. Zona A: heat input kecil dan kecepatan tinggi
2. Zona B: heat input tinggi dan kecepatan rendah
3. Zona C: heat input tinggi dan kecepatan

Gambar 25. Pengaruh Kecepatan Travel dengan Masukan Panas

l. Prosedur Pengelasan Sambungan T (T joint) Pelat Baja Karbon Posisi


Vertikal (3F) dengan OAW

Tujuan penyambungan logam dengan pengelasan adalah untuk


menghasilkan sambungan yang efektif dan efisien. Walaupun sambungan
dengan proses las bisa efektif dan efisien, tetapi karena prosesnya melibatkan
panas, sambungan ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah
terjadinya daerah terpengaruh panas atau heat affected zone (HAZ). HAZ ini
merupakan daerah pada logam dasar yang merupakan bagian terlemah dari
sambungan las. Di sisi lain kualitas deposit sambungan las tergantung juga pada
parameter las dan weldernya. Berkaitan dengan kelemahan ini diperlukan
prosedur pengelasan yang sudah teruji yang dituangkan dalam welding

32
procedure specification (WPS) agar kualitas sambungan las benar-benar bisa
dipertanggungjawaban secara teknis.

Pengelasan plat baja karbon posisi vertical merupakan pengelasan yang


cukup sulit, karena pada posisi ini pengaruh grafitasi yang menarik cairan
deposit logam las ke bawah, sehingga jika welder kurang terampil akan terjadi
penumpukan deposit logam las, akibatnya akan terjadi cacat terlalu tinggi
deposit logam las (execcesive reinforcement).

Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kualitas las OAW pada
sambungan T (T joint), yaitu: 1) jenis nyala inti, 2) jarak nyala inti terhadap
benda kerja, 3) posisi brander, dan 4) teknik weaving.

Pengelasan pelat baja karbon harus menggunakan nyala netral, karena


nyala ini sesuai karakteristik bahan baja karbon. Pada nyala netral, hampir semua
campuran gas acetylene dan oksigen terbakar sempurna, sehingga hanya sedikit
sisa kedua gas tersebut yang tidak terbakar, oleh karenanya sedikit sekali sisa
gas yang bereaksi terhadap logam besi (Fe) yang bisa membentuk oksida besi
sehingga tidak terjadi kekroposan pada deposit logam las.

Pada pengelasan sambungan T, jarak nyala inti dijaga antara 3 mm


sampai dengan 5 mm dari benda kerja. Kondisi ini bisa mencairkan bagian sudut
dari sambungan T. Di samping itu agar bagian tengah tersebut mencair dengan
sempurna, sudut kerja (work angle) diposisikan sebesar 45o dan sudut jalan
(travel angle) sebesar 40o. Posisi bahan tambah (filler rod) juga 40o. Lihat
Gambar 26.

Teknik weaving pada proses OAW untuk posisi pengelasan vertikal


sebaiknya menggunakan teknik weaving setengah lingkaran dengan langkah
maju (push). Lihat Gambar 26.

Prosedur pengelasan pelat baja karbon posisi vertical (2F) dengan OAW
merupakan serangkaian langkah dan persyaratan yang harus diikuti dan dipenuhi
agar kualitas sambungan las bisa dioenuhi secara teknis. Persyaratan prosedur
pengelasan berlandaskan standar yang telah ditetapkan oleh owner. Dengan

33
merujuk pada standar yang ditetapkan oleh owner, semua prosedur pengelasan
yang tertuang dalam WPS, mulai dari persyaratan peralatan, SDM pengelasan,
bahan & bahan tambah, pre heating, interpass heating, post heating, dan proses
finishing harus mengikuti standar yang telah ditetapkan tersebut. Sebagai contoh
variable dalam WPS las OAW dapat dilihat pada Tabel 3.

Table 3 tersebut mendeskripsikan variable yang harus dipenuhi dalam


pengelasan bejana tekan dengan proses OAW dengan merujuk pada standar
ASME IX. Dengasin sambungan las merujuk standar ASME IX dengan kode
QW-402, bahan dasar merujuk pada kode QW-403, bahan tambah merujuk pada
QW-404, posisi pengelasan merujuk pada QW-405, preheat merujuk QW-406,
PWHT merujuk QW-407, tekanan gas merujuk QW-408, teknik pengelasan
merujuk pada QW-410.

40o Bahan tambah

45o

Brander

45o

40o

Gambar 25. Pengelasan Pelat Posisi Vertikal (3F) dengan OAW

34
Welding procedure spesification (WPS) memuat prosedur pengelasan
yang merujuk pada salah satu standar yang dikehendaki oleh owner, namun WPS
tersebut belum memuat urutan langkah pengelasan yang harus dilakukan oleh
seorang welder, padahal jika urutan langkahnya salah, kualitas sambungan las
yang dihasilkan dipastikan tidak sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan.
Seorang welder harus menentukan langkah-langkah pengelasan setelah ia
membaca dan menganalisis WPS sambungan las.

Langkah-langkah pengelasan pelat baja karbon posisi 3F dengan OAW


meliputi: 1) persiapan sambungan las, 2) penentuan parameter OAW, 3) fit-up,
4) pengelasan posisi 3F, dan 5) proses finishing.

1) Persiapan sambungan 3 F

Persiapan sambungan las posisi vertical dimulai dari identifikasi bahan,


pemilihan bahan tambah, dan setting benda kerja. Ketiga langkah ini harus
merujuk pada standar yang ditentukan oleh owner, misalnya ASME IX
sebagaimana digambarkan pada Tabel 3. Dalam setting benda kerja harus
memperhatikan akurasi posisi dan tack weld plat yang disambung, jangan
sampai terjadi misalignment dan distorsi.

2) Penentuan parameter OAW untuk sambungan 3 F

Penentuan parameter las OAW yang berupa ukuran brander, tekanan gas
oksigen, dan tekanan gas acetylene merujuk pada Tabel 4. Untuk pengelasan
baja karbon, nyala brander harus diatur agar menghasilkan nyala Netral.

3) Fit-up sambungan 3 F

Fit-up diposisikan vertical sebagaimana Gambar 27. Pada langkah fit-up


ini, seorang welder harus mempertimbangkan postur tubuh yang meliputi tinggi
badan dan jangkauan tangannya. Hal ini penting dilakukan agar kualitas hasil las
bisa dijaga dengan baik.

35
4) Pengelasan sambungan 3 F

Jika benda kerja sudah dilakukan fit-up, welder melakukan pengelasan


dengan teknik push atau fore hand dengan posisi brander sebagaimana
digambarkan pada Gambar 27 dengan teknik weaving setengah lingkaran.

5) Proses finishing sambungan 3 F

Salah satu persyaratan pemeriksaan visual sambungan las adalah bahwa


sambungan las harus bersih dari kotoran yang biasanya dalam pengelasan OAW
berupa lapisan oksida hingga 99%. Sehubungan dengan hal itu pada proses
finishing, sambungan las harus dibersihkan dengan sikat baja mekanik sampai
mencapai kebersihan 99%.

m. Prosedur Pengelasan Sambungan Tumpul (Butt joint) Pelat Baja Karbon


Posisi Vertikal (3G) dengan OAW

Sambungan tumpul (Butt joint) posisi vertical atau 3G dengan proses


OAW banyak diterapkan pada pengelasan bejana tekan, kontainer, ataupun
pembuatan kabinet. Pengelasa dengan proses OAW ini banyak digunakan pada
pengelasan pelat dengan ketebalan di bawah 3 mm karena jika digunakan di atas
3 mm, tekanan gas harus tinggi, pengunaan gas boros, waktu lama, sehingga
kurang ekonomis. Jika OAW digunakan untuk mengelas di bawah ketebalan 3
mm, maka bentuk kampuh yang diterapkan adalah kampuh persegi (square butt
joint). Lihat Gambar 28.

1) Persiapan sambungan 3 G

Persiapan sambungan las posisi vertical dimulai dari identifikasi bahan,


pemilihan bahan tambah, dan setting benda kerja. Ketiga langkah ini harus
merujuk pada standar yang ditentukan oleh owner, misalnya ASME IX
sebagaimana digambarkan pada Tabel 3. Dalam setting benda kerja harus
memperhatikan akurasi posisi dan tack weld plat yang disambung, jangan
sampai terjadi misalignment dan distorsi.

36
90o

Root
gap

40o

Gambar 26. Sambungan Tumpul Posisi 3 G


2) Penentuan parameter OAW untuk sambungan 3 G

Penentuan parameter las OAW yang berupa ukuran brander, tekanan gas
oksigen, dan tekanan gas acetylene merujuk pada Tabel 4. Untuk pengelasan
baja karbon, nyala brander harus diatur agar menghasilkan nyala Netral.

3) Fit-up sambungan 3 G

Fit-up diposisikan vertical sebagaimana Gambar 28. Pada langkah fit-up


ini, seorang welder harus mempertimbangkan postur tubuh yang meliputi tinggi
badan dan jangkauan tangannya. Hal ini penting dilakukan agar kualitas hasil las
bisa dijaga dengan baik.

4) Pengelasan sambungan 3 G

Jika benda kerja sudah dilakukan fit-up, welder melakukan pengelasan


dengan teknik push atau fore hand dengan posisi brander sebagaimana
digambarkan pada Gambar 28 dengan teknik weaving setengah lingkaran.

37
5) Proses finishing sambungan 3 F

Salah satu persyaratan pemeriksaan visual sambungan las adalah bahwa


sambungan las harus bersih dari kotoran yang biasanya dalam pengelasan OAW
berupa lapisan oksida hingga 99%. Sehubungan dengan hal itu pada proses
finishing, sambungan las harus dibersihkan dengan sikat baja mekanik sampai
mencapai kebersihan 99%.

5. Forum Diskusi

Las OAW merupakan proses las yang banyak digunakan untuk


menyambung berbagai macam logam, namun ada beberapa logam yang sulit
dilas dengan proses ini, salah satunya adalah logam stailess steel. Silahkan
didiskusikan mengapa las OAW sulit digunakan untuk mengelas logam stainless
steel tersebut. Topik diskusi meliputi:

1. Sifat-sifat metalurgi logam stainless steel


2. Karakteristik proses las OAW
3. Pengaruh karakteristik proses OAW terhadap logam stainless steel secara
metalurgi

C. PENUTUP

1. Rangkuman

Oxy acetylene welding (OAW) yang biasa disebut las gas atau las karbit,
sampai saat ini masih banyak digunakan oleh masyarakat. Las jenis ini lebih
ekonomis jika digunakan untuk mengelas plat dengan ketebalan di bawah 3 mm.
jika ketebalan plat melebihi 3 mm lebih baik digunakan proses lainnya, seperti
SMAW, GTAW, GMAW, atau proses lainnya. Salah satu kelemahan OAW
yang perlu mendapat perhatian secara metalurgi adalah adalah penyebaran panas
yang meluas sehingga menyebabkan terjadinya distorsi dan luasnya daerah HAZ
(heat affected zone) dan ada salah satu keuntungan secara ekonomis bila
dibandingkan dengan las GTAW adalah sisa hasil pembakaran gas oksigen dan
acetyelen dapat melindungi deposit logam las baik secara langsung maupun pada
bagian sebaliknya benda kerja, sehingga jika digunaka untuk membuat root pass

38
pada pengelasan pipa, tidak perlu penyemprotan gas pelindung di bagian dalam
pipa.

Langkah pengelasan OAW meliputi: 1) persiapan sambungan las, 2)


penentuan parameter OAW, 3) fit-up, 4) pengelasan, dan 5) proses finishing.
Setiap langkah pengelasan harus mengikuti WPS pengelasan plat dengan proses
OAW.

Cacat yang sering terjadi pada proses pengelasan OAW adalah


misalignment, distorsi, dan slag yang berupa lapisan oksida. Berkaitan dengan
hal ini proses persiapan dan finishing harus benar-benar sesuai prosedur (WPS).

2. Tes Formatif

Pilihlah jawaban yang benar soal di bawah ini dengan memberi


tanda silang pada lembar jawaban!

1. Jika tanda pengelasan diletakkan di bawah garis reference, juru las harus
melakukan pengelasan pada:
a. sisi sebaliknya (other side) b. sisi yang ditunjuk (arrow side)
c. sisi vertical b. sisi horizontal
2. Lihat gambar di bawah ini.

Sambungan fillet pada gambar di atas dilas pada bagian mana?


a. sisi sebaliknya b. sisi yang ditunjuk
c. sisi vertical d. sisi horizontal

3. Garis lurus di atas tanda segi tiga pada gambar soal 2 tersebut menunjukkan
tanda apa?
a. kelurusan deposit logam las b. kelurusan jalur las
c. kontur permukaan las flat/datar d. kontur bahan dasar harus datar

39
4. Mengapa cairan logam las harus dilindungi dari pengaruh udara luar?
a. Karena gas nitrogen yang bereaksi terhadap baja dapat menyebabkan
cacat caviety pada deposit logam las.
b. Karena gas oksigen akan membentuk plasma yang dapat
menyebabkan kelebihan panas dan distorsi.
c. Karena gas oksigen yang bereaksi dengan baja menyebabkan oksida
besi yang menyebabkan deposit logam las kropos.
d. Karena gas oksigen yang bereaksi dengan unsur karbon dapat
menyebabkan cacat slag inclustion

5. Apakah yang seharusnya dilakukan jika salah satu variabel esensial OAW
ada perubahan?
a. WPS harus dibuat ulang karena perubahan variabel esensial akan
menyebabkan ada perubahan sifat mekanis bahan.
b. WPS tidak perlu dirubah karena sudah dilakukan pengujian prosedur
pengelasan yang akurat sehingga tidak merubah sifat mekanis bahan..
c. WPS harus dirubah untuk menentukan parameter las yang tepat agar
tidak terjadi cacat dimensional pada sambungan las.
d. WPS harus dirubah untuk menentukan bahan tambah yang tepat agar
tidak terjadi cacat struktural pada sambungan las
6. Gambar pada soal ini menunjukkan symbol posisi pengelasan 2 FR,
jelaskan bagaimanakah cara pengelasannya?

a. Posisi pipa tetap, welder melakukan pengelasan dengan mengelilingi


pipa.
b. Posisi pipa tetap, welder melakukan pengelasan darI bawah ke kiri
pipa dan dilanjutkan dari bawah ke kanan pipa.

40
c. Pipa diputar dan welder melakukan pengelasan dengan posisi vertikal.
d. Pipa diputar dan welder melakukan pengelasan dengan posisi di
bawah tangan.

7. Apakah yang terjadi pada sambungan las jika heat input kurang tetapi
kecepatan pengelasan tinggi?
a. Terjadi cacat undercut pada bahan dasar las
b. Terjadi cacat exessive reinforcement pada deposit logam las
c. Terjadi cacat burn throught pada sambungan las
d. Terjadi cacat incomplete penetration pada sambungan las

8. Apakah kelemahan yang mendasar pada brander OAW dengan type


injeksi?
a. Terjadi nyala balik jika terjadi sumbatan pada ujung nosel brander
b. Ruang pencampur sulit dibersihkan dengan tip cleaner.
c. Nyala brander sulit diatur karena tekanan gas Oksigen dan acetylene
berbeda
d. Sering terjadi nyala oksidasi karena tekanan kerja gas oksigen lebih
tinggi dari gas acetylele

9. Mengapa pada pengelasan baja hasilnya kurang baik jika menggunakan


nyala netral?
a. Gas nitrogen dalam udara akan membentuk nitrit, sehingga membuat
deposit logam las kemasukan kotoran
b. Gas oksigen yang tersisa banyak sehingga menyebabkan adanya
oksida besi yang mengotori deposit logam lasan.
c. Gas acetylene yang tersisa banyak sehingga temperatur api las tidak
bisa mencairkan baja.
d. Gas acetylene yang tersisa sedikit sehingga temperatur las tidak
konsisten sehingga sulit digunakan untuk pengelasan baja.

41
10. Mengapa prosedur pengelasan yang tercantum dalam WPS, P-number
bahan dasar dan F-number bahan tambah harus dalam satu grup?
a. Jika bahan dasar dan bahan tambah tidak dalam satu grup itu
tergolong dissimilar metal akan sangat sulit dilas.
b. Jika bahan dasar dan bahan tambah tidak sesuai, kedua bahan tersebut
tidak akan menyatu.
c. Jika bahan dasar dan bahan tambah tidak sesuai, sangat sulit dilas,
sehingga diperlukan prosedur khusus.
d. Jika bahan dasar dan bahan tambah tidak dalam satu grup itu
tergolong similar metal sehingga diperlukan prosedur khusus.

3. Daftar Pustaka

ASME Boiler and Pressure Vessel Committee Subcommittee on Welding,


(2007). Qualification Standard for Welding ang Brazing Procedures,
Welders, Brazer, and Welding and Brazing Operators, Three Park
Avenue: The American Society of Mechanical Engineers.
AWS A3.0M/A3.0:2010 An American National Standard, (2010). Standard
Welding Terms and Definitions, 550 N.W. LeJeune Road: American
Welding Society (AWS) A2 Committee on Definitions and Symbols.
AWS Committee On Definitions and Symbols, (1998). Standard Symbols for
Welding, Brazing, and Non Destructive Examination, , 550 N.W.
LeJeune Road: the American Welding Society Inc.
Winarto. (2010). Hanbooks Teknologi Pengelasan. Tokyo: The Japan
Welding Society.
http://navybmr.com/study%20material/14250a/14250A_ch5.pdf
https://www.lincolnelectric.com/en-gb/Pages/default.aspx?locale=2057

42
HALAMAN JUDUL

No Kode: DAR2/Profesional/Mes/007/2019

PENDALAMAN MATERI TEKNIK MESIN

MODUL 2 : TEKNIK PENGELASAN

KEGIATAN BELAJAR 2
PENGELASAN POSISI VERTIKAL SMAW

Nama Penulis: Drs. Riswan Dwi Djatmiko, M.Pd.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
Kegiatan Belajar 2: Pengelasan Posisi Vertikal dengan SMAW ............................ 1
A. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1. Deskripsi Singkat...................................................................................... 1
2. Relevansi .................................................................................................. 2
3. Panduan Belajar ........................................................................................ 2
B. INTI .............................................................................................................. 2
1. Capaian Pembelajaran .............................................................................. 2
2. Sub Capaian Pembelajaran ....................................................................... 3
3. Pokok-pokok Materi ................................................................................. 3
4. Uraian Materi............................................................................................ 3
5. Forum Diskusi ........................................................................................ 33
C. PENUTUP .................................................................................................. 36
1. Rangkuman ............................................................................................. 36
2. Test Formatif .......................................................................................... 36
3. Daftar Pustaka ........................................................................................ 38

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kontrol Catu Daya Inverter (Winarto, 2010: 21) ................................. 1


Gambar 2. Struktur Busur Listrik (Winarto, 2010: 7)............................................ 4
Gambar 3. Prinsip Kerja SMAW ........................................................................... 5
Gambar 4. Gaya Pencubitan elektromagnetik (Winarto, 2010: 8) ......................... 6
Gambar 5. Aliran Gas Plasma (Winarto, 2010: 9) ................................................. 6
Gambar 6. Fenomena Arc blow (Winarto, 2010: 10) ............................................ 7
Gambar 7. Satu Unit Peralatan SMAW ................................................................. 8
Gambar 8. Kabel & Holder Elektroda ................................................................... 9
Gambar 9. Kabel & Tang Masa ........................................................................... 10
Gambar 10. Polaritas AC ..................................................................................... 11
Gambar 11. Heat Input Arus AC ......................................................................... 12
Gambar 12. Polaritas DCSP ................................................................................. 12
Gambar 13. Polaritar DCRP................................................................................. 12
Gambar 14. Standarisasi Elektroda Baja Karbon SMAW .................................... 14
Gambar 15. Arc Lenght ........................................................................................ 19
Gambar 16. Posisi Elektroda Las ......................................................................... 33

iii
Kegiatan Belajar 2: Pengelasan Posisi Vertikal dengan SMAW

A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat

Shielded Metal Arc Welding (SMAW) yang biasanya disebut dengan las
listrik oleh masyarakat merupakan proses las yang banyak digunakan oleh
masyarakat. Beberapa alasan mengapa las jenis ini banyak digunaka,
diantaranya adalah: 1) Penyiapan mesin praktis, 2) bisa digunakan di semua
medan, 3) elektroda mudah didapat, dan 4) heat input bisa dimanipulasi oleh
welder saat pengelasan berlangsung.
Perkembangan teknologi inverter menyebabkan semakin efisiennya
penggunaan sumber tenaga pada SMAW, dengan inverter mesin SMAW
semakin kecil namun performanya semakin besar. Teknologi inverter membuat
arus DC yang dikeluarkan oleh mesin SMAW menjadi halus sehingga busur
listrik stabil dan lebih mudah dikendalikan, lihat Gambar 1. Di samping itu
mesin SMAW yang modern juga dilengkapi dengan arc force dan hot start untuk
meningkatkan kekuatan busur listrik dan memudahkan penyalaan awal
elektroda.

Gambar 1. Kontrol Catu Daya Inverter (Winarto, 2010: 21)

1
2. Relevansi

Pengoperasian SMAW dilakukan secara manual yang justeru hal ini


merupakan keuntungan SMAW karena masih banyak pekerjaan las yang belum
memungkinkan dilas secara otomatis, diantaranya: kapal, bejana tekan,
konstruksi baja, dan lain-lain. Pekerjaan-pekerjaan tersebut mempunyai
karakteristik sangat kompleks serta ukurannya yang sangat besar.

3. Panduan Belajar

Dalam Kegiatan belajar 2 ini akan dipaparkan pengelasan posisi vertikal


mulai dari konsep dasar las SMAW sampai prosedur pengelasan posisi vertikal.
Pemaparan materi dalam kegiatan belajar ini juga dilengkapi dengan paparan
presentasi dan beberapa vidio. Untuk mengetahui tercapainya kompetensi
pengelasan posisi vertikal dengan SMAW, guru dianjurkan; 1) membaca bab
demi bab, 2) membaca referensi lain yang berupa standar-satandar pekerjaan las,
seperti AWS A3.0M/A3.0, AWS D1.1, dan ASME IX, 3) melihat vidio tutorial,
pembelajaran, grafis, dan animasi yang bisa disownload dari situs kemendikbud,
4) mengerjakan soal dan mencocokkan jawaban pada kuncinya, serta 5) berlatih
membuat WPS untuk pengelasan baja karbon dengan membuat sambungan las
dan mengujinya hingga lolos.

B. INTI

1. Capaian Pembelajaran

Menguasai materi ajar pada bidang studi Teknik Mesin yang meliputi:
Teknik pemesinan; Teknik pengelasan; Teknik pengecoran Logam; Teknik
mekanik industri; Teknik perancangan dan gambar mesin; dan Teknik fabrikasi
Logam dan Manufaktur termasuk kewirausahan dan advance materials secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi),
dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat

2
membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang
dibutuhkan oleh DUDI.

2. Sub Capaian Pembelajaran

Menganalisis dan mengajarkan kompetensi-kompetensi terkait dengan


pengelasan Oksi-Asetelin (OAW-posisi vertkal), Busur manual (SMAW- posisi
vertical), Gas Metal (MIG/MAG- posisi vertical), dan Gas Tungsten (TIG-
posisi vertical) yang relevan dengan kebutuhan DUDI

3. Pokok-pokok Materi

a. Konsep Dasar SMAW


b. Pemilihan Elektroda SMAW

c. Penentuan Parameter SMAW

d. Prosedur Pengelasan Sambungan Pelat Baja Karbon dengan Proses SMAW

4. Uraian Materi

e. Konsep Dasar SMAW

Mesin SMAW didesain untuk pengoperasian secara manual.


Karakteristik suplay catu daya untuk pengoperasian manual tersebut dibuat
dengan sistim constant current. Sistim ini memungkinkan heat input bisa diatur
oleh seorang welder dengan cara memperpanjang dan memperpendek busur
atau menjauhkan dan mendekatkan jarak antara elektroda dengan benda kerja
(arc length). Jika arc length panjang, voltage akan naik sementara perubahan
arus las relatif kecil, heat input akan besar dan sebaliknya jika arc length pendek
perubahan arus las juga relatif kecil, sehingga heat input akan kecil, lihat
Gambar 2.

Karakteristik constant current (CC) juga disebut drooping arc voltage


(DAV) karena jika elektroda didekatkan ke benda kerja voltase akan turun
bahkan jika menempel voltasenya mendekati nol dan tidak dapat mencairkan
elektroda. Fenomena ini menyebabkan sulitnya menyalakam elektroda pada
mensin SMAW konvensional, tetapi mesin yang modern sudah ada fitur hot

3
start yang menaikkan volatse pada saat elektroda menyentu pertama kali pada
benda kerja sehingga memudahkan penyalaan.

Prinsip kerja SMAW adalah ketika mesin dihidupkan terjadi arus listrik
yang mengalir melalui elektroda dengan bahan dasar. Jika ada celah antara
ujung elektroda dengan bahan dasar akan terjadi loncatan busur listrik. Loncatan
busur listrik menimbulkan panas yang dapat mencairkan kedua bahan tersebut.
Pada saat bahan elektroda mencair dan bercampur dengan bahan dasar terjadi
pembentukan gas hydrogen yang berfungsi melindungi cairan logam lasan dan
ketika membeku bahan fluks yang menjadi terak menutupi permukaan logam
lasan sehingga terlindung dari pengaruh udara luar. Lihat Gambar 3.

Gambar 2. Struktur Busur Listrik (Winarto, 2010: 7)

4
Gambar 3. Prinsip Kerja SMAW
1) Karakteristik Busur Listrik (arc)

Proses pencairan bahan dasar dan bahan tambah dalam Las SMAW
didasarkan pada loncatan electron dari katoda ke anoda yang menyebabkan
pemanasan dan pencairan pada kedua bahan yang disambung tersebut. Ketika
elektroda dialiri arus listrik dan mengalami pemanasan, pada bagian ujung
diameternya akan menyusut dan akan melepaskan cairan elektroda ke bbahan
dasar (benda kerja). penyusutan ini disebabkan karena adanya gaya pencubitan
elektromagnetik (electromagnetic pinch force), lihat Gambar 4.

Dalam fenomena gaya elektromanetik yang diinduksi oleh arus listrik


ini juga menyebabkan densitas arus listrik pada ujung elektroda lebih tinggi dari
benda kerja, akibatnya aliran gas plasma tertarik ke kolom busur. Gas ini
menambah masukan panas pada benda kerja, lihat Gambar 5.

5
Gambar 4. Gaya Pencubitan elektromagnetik (Winarto, 2010: 8)

Fenomena busur listrik lainnya yang perlu diketahui adalah adanya arc
blow (busur teralihkan) karena pengaruh gaya asimetris medan magnet. Gaya
asimetris medan magnet terinduksi oleh asimetris arus las sirkuit dan medan
magnet sisa atau keduanya. Busur teralihkan dapat menyebabkan busur sulit
dikendalikan dan menghasilkan kualitas sambungan las kurang baik , lihat
Gambar 6. Cara mengatasi fenomena arc blow adalah dengan mengubah letak
kabel masa dan menghindari benda logam yang bisa ditarik medan magnit
dengan masa yang berat atau dengan try and error.

Gambar 5. Aliran Gas Plasma (Winarto, 2010: 9)

6
Gambar 6. Fenomena Arc blow (Winarto, 2010: 10)
2) Peralatan SMAW

Peralatan SMAW terdiri dari tiga macam: 1) Mesin las, 2) Peralatan


bantu las, dan 3) Peralatan keselamatan kerja. Peralatan bantu digunakan untuk
membantu pekerjaan las dan peralatan keselamatan kerja digunakan untuk
melindungi diri dari bahaya pekerjaan las telah dibahas pada bab terdahulu.
Mesin las digunakan untuk membangkitkan energi panas. Secara umum mesin
SMAW terdiri dari: 1) Transformator dan pengatur arus listrik, 2) Kabel &
holder elektroda, dan 3) Kabel & tang massa. Lihat Gambar 7.

a) Transformator

Pada dasarnya mesin las SMAW adalah transformator step down.


Mesin las dengan tipe Constant Current (CC), arus las relative sama. Mesin jenis
ini juga disebut Drooping Arc Voltage (DAV) karena ketika tegangan
maksimum arus sama dengan nol dan ketika tegangan minimum arus akan
maksimum dan kedua parameter tersebut berkaitan dengan besar kecilnya arc
length, sehingga heat input dapat dimanipulasi oleh Juru las dengan mengatur
besar arc length, sehingga cocok untuk pengoperasian secara manual. Mesin
SMAW dan las TIG menggunakan sistim ini.

7
Kabel & Holder
Elektroda

Mesin Las
(Transformator)

Kabel &
Tang Masa

Gambar 7. Satu Unit Peralatan SMAW

b) Kabel & Holder Elektroda

Kabel elektroda berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari mesin las
ke elektroda. Holder berfungsi untuk memegang elektroda. Kedua alat tersebut
harus memenuhi standar pekerjaan las. Pemasangan kabel las harus
disesuaikan dengan kapasitas mesin las dan panjang kabel yang dibutuhkan
dalam pekerjan las. Tabel 5 menunjukkan jika kapasitas arus listrik mesin las
sebesar 350 Ampere dan kabel yang digunakan sepanjang 20 meter, maka luas
penampang kabel tersebut minimal sebesar 53 mm2, namun jika menggunakan
kabel yang panjangnya 50 meter, luas penampangnya minimal 107 mm2 ,lihat
Tabel 1.

Kabel penghantar arus ini dirancang khusus untuk pengelasan, dan


harus mampu mengalirkan arus listrik yang besar dengan baik dari mesin las
ke pemegang elektroda maupun ke penjepit benda kerja. Inti kabel terbuat dari
kawat tembaga yang dipintal, dibungkus dengan isolator dan diberi penguat
agar tidak mudah patah dan terkelepas. Kabel ini harus fleksibel, tidak kaku
supaya gerakan tangan operator tidak terganggu. Lihat Gambar 8.

8
Tabel 1. Hubungan antara Arus Mesin las, Panjang dan Luas
Penampang Kabel Las

Gambar 8. Kabel & Holder Elektroda

c) Kabel & Tang Masa


Tang massa berfungsi untuk menghubungkan kabel massa ke benda
kerja atau ke meja kerja. Tang massa juga berfungsi sebagai alat untuk
mengalirkan arus listrik dari kabel massa ke benda kerja atau meja kerja. Oleh
karena itu, tang massa harus dijepitkan pada bagian yang bersih dan mampu
menghantarkan arus listrik dengan baik. Lihat Gambar 10.

9
3) Polaritas Arus

Mesin SMAW dirancang dua macam jenis arus, yaitu arus bolak
balik/Alternating Current (AC) dan arus searah/Direct Current (DC). Polaritas
arus AC tidak banyak berpengaruh terhadap heat input benda kerja, namun
tidak demikian dengan arus DC, pembalikan polaritas arus DC sangat
berpengaruh terhadap heat input pada benda kerja.

Gambar 9. Kabel & Tang Masa

a) Polaritas Arus AC

Di dalam arus AC, electron berubah arah setiap 1/120 detik, jadi
elektroda dan benda kerja setiap 1/120 detik berubah dari anoda menjadi katoda
dan proses ini selalu terjadi secara kontinyu. Kejadian ini menyebabkan panas
pengelasan didistribusikan dengan harga yang sama antara elektroda dengan
benda kerja, setengah ke elektroda dan sisanya ke benda kerja. Lihat Gambar
11 dan 12.

b) Polaritas Arus DC

Mesin las DC dapat diseting dua polaritas, yaitu polaritas lurus/Direct


Current Staight Polatity/DCSP) dan polaritas terbalik/Direct Current Reverse
Polarity (DCRP).

10
(1) Polaritas DCSP

Di dalam DCSP atau polaritas lurus, elektroda dihubungkan dengan


kutub negative mesin las dan benda kerja disambung dengan kutub positif, oleh
karenanya polaritas lurus ini juga disebut dengan Direct Current Electrode
Negative (DCEN). Panas yang diterima benda kerja sebesar 2/3 bagian dan
elektroda 1/3 bagian. Lihat Gambar 13.

1/60
detik

1/120 1/120
detik detik

Gambar 10. Polaritas AC

(2) Polaritas DCRP

Polaritas DCRP merupakan polaritas terbalik, di mana elektroda


dihubungkan dengan kutub positif, sedangkan benda kerja dihubungkan
dengan kutub negative. Sistim rangkaian ini dinamakan juga Direct Current
Electrode Positive (DCEP).

Berbeda dengan polaritas DCSP, panas yang diterima benda kerja


sebesar 1/3 bagian dari panas yang ditimbulkan oleh busur nyala (Arc length),
sedangkan elektroda menerima 2/3 panas. Lihat Gambar 14.

11
Panas 50%

~
Elektroda

Sumber Power
Bahan Induk

Panas 50%

Gambar 11. Heat Input Arus AC

Neg (-).
Elektroda 1/3 panas

Sumber Power

Bahan Induk

Pos (+). 2/3 panas

Gambar 12. Polaritas DCSP

Neg (-).

Elektroda 2/3 panas

Sumber Power
Bahan Induk

1/3 panas
Pos (+).

Gambar 13. Polaritar DCRP

f. Pemilihan Elektroda SMAW

Elektroda las SMAW termasuk elektroda terumpan (Consumable


electrode), oleh karenanya di samping berfungsi sebagai penghantar arus listrik

12
juga berfungsi sebagai bahan tambah las. Elektroda ini terdiri dari dua bagian
yang meliputi kawat las dan fluks. Ketika terjadi busur listrik, kawat las mencair
membentuk deposit logam las, demikian juga fluks yang ikut mencair dan pada
saat pencairan akan membentuk selubung gas CO, CO2, dan H2 yang
melindungi logam cair dari pengaruh udara luar serta membentuk slag atau
terak yang dapat melindungi deposit logam las saat pembekuan.

Di dalam proses pengelasan, kawat las harus disesuaikan dengan jenis


bahan yang dilas, sedangkan fluks berhubungan dengan posisi pengelasan, tipe
arus yang digunakan, teknik pengelasan, dan perlu tidaknya penambahan unsure
logam dalam deposit logam las.

Di samping hal di atas, fluks juga berfungsi untuk: 1) melindungi


deposit logam las sehingga tidak terbentuk oksid dan nitrid, 2) menghambat
pendinginan cepat (speed cooling) yang dapat membentuk struktrur mikro
martensite yang menyebabkan kegetasan pada logam las, 3) menambah unsur
paduan pada deposit logam las, 4) penyetabil busur listrik, 5) mempengaruhi
kekentalan cairan logam kawat elektroda yang memungkinkan pengelasan
dilakukan secara efisien.

Fluks biasanya terdiri dari bahan-bahan tertentu denga perbandingan


yang tertentu pula. Bahan-bahan yang digunakan dapat digolongkan dalam
bahan pemantapan busur, pembuat terak, penghasil gas, deoksidator, unsur
padua dan bahan pengikat. Bahan-bahan tersebut antara lain oksida-oksida
logam, karbonat, silikat, fluoride, zat organic, baja paduan dan serbuk besi.

1) Standarisasi Elektroda SMAW

Elektroda perlu diidentifikasi dengan benar, karena pengelasan dengan


proses Liquid State Welding dibutuhkan kesamaan antara bahan dasar dengan
bahan tambah (elektroda untuk SMAW). Untuk mengenali dengan baik
diperlukan standarisasi. Hampir setiap Negara industri mempunyai standar
tersendiri, namun yang banyak dikenal atau digunakan secara luas adalah
standar DIN, JIS, AWS, dan ASME. Di dalam buku ini tidak mungkin

13
dipaparkan semua jenis standar elektroda, namun agar buku ini dapat dijadikan
referensi yang dijelaskan adalah standar AWS (American Welding Society).

Menurut AWS, standar elektroda untuk Baja Karbon terdiri dari


Mandatory Classification Designators (MCD) dan Optional Supplemental
Designators (OSD). MCD merupakan standar utama yang harus diperhatikan
dalam pemilihan elektroda, sedangkan OSD hanya pilihan yang biasanya jarang
disebutkan dalam penggunaan sehari-hari.

KODE MCD
Kode elektroda
Kode kekuatan tarik dalam
Kode posisi, type fluks, type

AWS E XX YY-1 HZ R KODE OSD


Kode persyaratan
Kode persyaratan difusitas gas
Hydrogen
(rerata difusi gas H2 tidak melebihi ‘Z’mL

Kode perbaikan toughness & ductility


bahan elektroda

Gambar 14. Standarisasi Elektroda Baja Karbon SMAW

Gambar 15 mendeskripsikan bahwa dua digit awal yaitu XX adalah


kode dari kekuatan tarik kawat elektroda dalam bentuk deposit logam las
sebesar per 1000 psi. Kode YY, Y pertama menunjukkan posisi pengelasan, Y
kedua adalah kode bahan fluks. Kode angka 1 jika elektroda disyaratkan
mempunyai sifat keras dan liat. HZ adalah kode diperlukan pengujian difusitas
hydrogen. Kode R merupakan kode elektroda yang digunakan untuk
penyerapan uap air dalam proses las, namun demikian kode yang biasa tertera
pada bungkus elektroda adalah kode yang berkaitan dengan Mandatory
Classification Designators.

14
2) Tipe Elektroda SMAW Baja Karbon

Kode di atas adalah kode secara umum, dalam praktik di lapangan


seorang juru las harus mengenali tipe elektroda yang berkaitan dengan
penggunaan dalam proses pengelasan. Elektroda dikelompokkan menjadi
empat, yaitu: a) cellulose, b) rutile, c) acid, dan d) basic. Lihat Tabel 6.

Tabel 2. Tipe Elektroda Baja Karbon

Type Formula Keterangan

20-60% rutile, 10- 1. Menaikan pelindung gas


Cellulose 20% cellulose, 15- pada daerah busur.
30% quartz, 0-15% Hydrogen menambah panas
E XXX0 carbonates, 5-10% pada las (isi 30-100 ppm).
E XXX1 ferro-manganese 2. Penetrasi dalam,
pendinginan cepat.
40-60% rutile, 15-
Rutile 20% quartz, 0-15% 1. Isi Hydrogen agak tinggi
carbonates, 10-14% (15-30 ppm).
E XXX2 ferro-manganese, 0- 2. Hydrogen bercampur dalam
E XXX3 5% organics logam las tinggi.

Biji besi, biji


Acid mangansese, pasir, 1. Berisi Hydrogen agak tinggi.
E XXX4 silikat komplek, 2. Banyak slag dalam logam
carbonates, ferro- las.
manganese

Basic 20-50% calsium 1. Level Hydrogen agak rendah


carbonate, 20-40% (< 10 ppm), biasanya
E XXX5 fluorspar, 0-5% digunakan untuk pengelasan
E XXX6 pasir, 0-10% rutile, baja konstruksi low alloy.
E XXX7 5-10% ferro-alloys 2. Tingkat inclusi Hydrogen
E XXX8 rendah.

15
3) Klasifikasi Elektroda SMAW Baja Karbon Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan sifat pembekuan dan laju airannya , elektroda SMAW


dibedakan menjadi empat golongan: a) Fast Fill Electrodes, b) Fast Freeze
Electrodes, c) Fill Freeze Electrodes, dan d) Low Hydrogen Electrodes.

a) Fast Fill Electrodes

Elektroda jenis ini digunakan untuk pendepositan cepat, pembekuan


lasan agak lambat sehingga sesuai untuk pengelasan flat. Ciri-cirinya: 1)
Penetrasi dangkal dengan minimum admixture, 2) Untuk pengelasan pelat
dengan tebal > 3/16, 3) Untuk flat fillet, horizontal fillet, lap dan grove butt
weld, 4) Untuk pengelasan medium carbon steel yang sensitif terhadap
keretakan, 5) Bila tidak menggunakan elektroda low hidrogen maka harus
dilakukan pre heat, 6) Jenis elektroda ini mengandung 50% iron powder, dan
8) Arus pengelasan lebih besar dari elektroda jenis lain. Elektroda tersebut
adalah: E 7024, E 6027, dan E 7020.

b) Fast Freeze Electrodes

Adalah jenis elektroda pembekuan cepat, digunakan khususnya untuk


posisi pengelasan seperti: vertikal dan overhead. Jenis ini walaupun termasuk
jenis pengelasan lambat tetapi menuntut ketrampilan juru las lebih tinggi.

Fast-Freeze electrodes menghasilkan penetrasi dangkal dengan


maksimum admixture. Slag tipis dan busur mudah dikendalikan dan cocok
untuk pengelasan vertikal. Elektroda ini meliputi: E 6010, jenis basic fast-
freeze, DCEP vertikal uphill, E 6011, AC/DCEP vertikal down, E 7010A-1
untuk high strenght pipa x52/x56, dan E 7010-G.

c) Fill-Freeze Electrodes

Merupakan perpaduan dari fast-freeze dan fast-fill, medium deposit dan


penetrasi, penggunaan untuk semua posisi pengelasan seperti: Down hill fillet,
Lasan pendek-pendek dengan perubahan arah las, dan Fast-fill joint bila
kondisi fit up jelek. Contoh: E 6012, E 6013 (baik pada listrik AC), E 7014

16
d) Low Hydrogen Electrodes

Elektroda dikemas dalam bungkus hermetic dan bila pembungkusnya


dibuka, elektroda harus segera dimasukkan ke dalam dry storage 90-150C:
elektoda yang lembab akan berpengaruh terhadap hasil las, uap air dalam
jumlah kecil menyebabkan internal porositi, bila pengelasan dilakukan
terhadap material dengan hardenability tinggi maka porositi tersebut akan
menyebabkan under cracking, dan uap air dalam jumlah besar akan
menyebabkan porositi, under bead, cracking dan weld crack. Contoh: E7018,
E7016, E7028 dll.

g. Penentuan Parameter SMAW

Parameter SMAW yang berkaitan dengan masukan panas adalah: 1)


arus listrik, 2) tegangan, 3) panjang busur (arc length), dan 4) kecepatan travel.

1) Arus Listrik

Besar arus yang dipakai berdasarkan penyetelan pada amper meter yang
ada pada mesin las dan harus disesuaikan dengan besar diameter elektroda yang
akan dipakai untuk pengelasan. Besar arus biasanya dapat dilihat pada
bungkusan elektroda yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Jika pada
bungkusan elektroda tidak tercantum dapat dilihat pada tabel 7.

Besar arus sangat mempengaruhi panas yang diperlukan, untuk


mencairkan benda kerja dan elektroda. Di mana panas yang ditimbulkan busur
listrik tinggi antara 6000º F sampai 10.000º F, panas ini terjadi akibat adanya
lompatan elektron diantara jarak benda kerja ke ujung elektroda dan sebaliknya.
Jadi apabila arus listrik kurang memenuhi, maka busur tidak stabil sehingga
mengakibatkan panas yang dibutuhkan berkurang dan menyebabkan pencairan
benda kerja dan elektroda tidak rata.

2) Tegangan Listrik

Besar tegangan (voltage) dapat diukur sewaktu proses pengelasan


sedang berlangsung, dimana voltage dari sumber yang masuk ke travo las
adalah 220/240 volt diturunkan menjadi sekitar 40-50 volt. Pada waktu

17
pemakaian voltage akan turun sekitar 18 sampai 36 volt, agar aman dalam
pemakaian.

Tabel 3. Hubungan Ketebalan Bahan, Elektroda, dan Arus

Diameter Elektroda Ketebalan Benda Kerja Arus


(mm) (mm) (ampere)
2,4 1,6 25 – 65
3,2 3,2 60 – 110
4 4,8 110 – 170
4,8 6,4 150 – 225
6,4 9,5 150 – 350
6,4 12,7 190 – 350
8 19 200 – 450
8 25,4 200 - 450

Tegangan tergantung dari panjang busur yang ada, dan juga tergantung
dari mesin las/travo dan panjang kabel las yang dipakai, apabila voltage rendah,
ini akan mempengaruhi pemasukan panas pada benda kerja dan elektroda.
Selain besar kecilnya panjang busur tegangan juga dipengaruhi oleh: a)
pembungkus elektroda, b) komposisi inti elektroda, c) diameter elektroda, dan
d) besar arus listrik.

3) Panjang Busur Listrik (arc length)

Untuk mendapatkan panjang busur antara benda kerja (base metal) dan
ujung elektroda adalah sangat penting. Karena panjang busur secara langsung
sangat menentukan masukan panas baik terhadap benda kerja maupun
elektroda yang diperlukan dalam proses pengelasan.

Transformator mesin SMAW yang dirancang berdasarkan sistim


Constant Current (CC) atau Drooping Arc Voltage (DAV) berhubungan erat
dengan jarak busur listrik (arc length). Arus pengelasan dan besar tegangan las
tergantung dari panjang arc length, sehingga semaking dekat arc length
terhadap benda kerja, semakin kecil masukan panas (heat input), begitu pula
sebaliknya dan akan mempengaruhi pendepositan logam las. Lihat Gambar 16.

18
Gambar 15 memperlihatkan pengaruh arc length terhadap
pendepositan logam las. Pada jarak arc length sangat pendek menyebabkan
heat input kecil dan mengakibatkan bentuk deposit logam las kecil dan kurang
fusi. Sebaliknya jika terlalu tinggi, heat input besar dan mengakibatkan deposit
logam las melebar, terjadi under cut, dan banyak spatter. Jarak arc lenght yang
terbaik adalah yang di tengah, besarnya tergantung dari tipe elektroda. Lihat
Tabel 4.
Elektroda

Deposit Under
Arc
Logam Cut
Lenght
Lasan
spatter

Bahan
Dasar

Gambar 15. Arc Lenght


Tabel 4. Hubungan Arc Length dengan Jenis Elektroda

Tipe Elektroda Arc Lenght

Celullose ½ Ø elektroda
Rutile 1 Ø elektroda
Acid 1 ½ Ø elektroda
Basic ½ Ø elektroda

4) Kecepatan Pengelasan (Welding Speed)


Kecepatan penarikan kawat elektroda oleh juru las (welder) sangat
berpengaruh terhadap masukan panas dan bentuk deposit logam lasan.
Biasanyan setiap juru las mempunyai karakter tersendiri yang berkaitan dengan
hal itu, oleh karenanya pengaturan para meter las tergantung dari juru las itu
sendiri. Kendati demikian kecepatan penarikan kawat las yang baik sekitar 2

19
cm per detik. Kecepatan penarikan elektroda berpengaruh terhadap kekerasan
dan kekuatan Tarik sambungan las. Hal ini disebabkan karena kecepatan
penarikan elektroda tersebut berkaitan dengan masukan panas pada sambungan
las.

h. Prosedur Pengelasan Sambungan Pelat Baja Karbon dengan Proses


SMAW

1) Variabel SMAW dalam WPS

Pada dasarnya seoarang welder membuat sambungan las harus


mengikuti serangkaian prosedur (WPS) yang sudah dibuat oleh seorang welder
engineer (WE). WPS dibuat mengacu pada standar tertentu, misal AWS,
ASME, atau standar lainnya.
Sebagaimana dijelaskan pada kegiatan belajar 1, bahwa WPS terdiri
dari essential variable, supplementary variable, dan non essential variable.
Ketiga variabel tersebut berbeda pada setiap jenis proses pengelasan. Menurut
standar ASME IX Untuk proses SMAW, variable dalam WPS tersebut dapat
dilihat pada Tabel 5.
a) Paragraf QW-402
Paragraf QW-402 merupakan standar desain sambungan las yang berisi
24 standar, untuk SMAW non essential variable yang harus dipertimbangkan
adalah standar 1, 4, 10, dan 11.
(1) Paragraf QW-402.1
Standar QW-402.1 berkaitan dengan perubahan type kampuh (groove),
lihat Gambar 9 pada kegiatan belajar 1.
(2) Paragraf QW-402.4
Standar QW-402.4 adalah tentang peniadaan backing plat pada
sambungan las single groove (pengelasan satu sisi).

20
Tabel 5. Variabel WPS Proses SMAW.

(3) Paragraf QW-402.10


QW 402.10 berupa standar perubahan ukuran root gap.
(4) Paragraf QW-402.11
QW 402.11 berisi penambahan atau pengurangan penahan non metalik.
Dalam pengelasan pelat baja karbon yang menggunakan proses SMAW,
paragraf ini tergolong dalam variabel non essential.

21
b) Paragraf QW-403
Paragraf QW-403 berisi 27 standar yang berhubungan dengan logam
dasar (base metal). Dalam proses SMAW tidak semua elemen standar
digunakan. Adapun elemen 5 dan 6 tergolong suplement variable, sedangkan
elemen 8, 9, 11, dan 13 merupakan essential variable.
(1) QW-403.5
Penentuan bahan dasar pada WPS disyaratkan mengikuti elemen
standar ASME QW-403.5. Menurut elemen standar ini, base metal (bahan
dasar) harus sama, termasuk type atau grade dalam proses pengelasan. Untuk
pengelasan baja, P-number dan Group number dianjurkan mengikuti Tabel
QW/QB-422, lihat Tabel 10. Bahan dasar sebelum dilas dan setelah dilas harus
diuji kekuatan mekaniknya. Jika ada penggantian bahan dasar yang yang
disambung dengan group number yang berbeda harus dilakukan uji ulang, lihat
Tabel 6.
(2) QW-403.6
Ketebalan logam dasar minimum yanag memenuhi syarat untuk
dilakukan uji mekanik adalah 5∕8 inci (16 mm) tidak boleh kurang. Namun, jika
kurang dari 1∕4 inci (6 mm), ketebalan minimum yang memenuhi syarat adalah
1∕2 T. Keterbatasan ini tidak berlaku ketika WPS memenuhi syarat dengan
PWHT di atas suhu transformasi atau ketika suatu bahan austenitic adalah
larutan yang dianil setelah pengelasan.

(3) QW-403.8

Perubahan ketebalan logam dasar di luar kisaran yang memenuhi syarat


dalam QW-451, kecuali jika diizinkan oleh QW-202.4 (b). Elemen standar
ASME QW-451 berisi persyaratan prosedur batasan ketebalan pelat dan benda
uji, lihat Tabel 7. Sedangkan ASME QW-202.4 (b) merupakan persyaratan uji
mekanik pada sambungan las dengan ketebalan base metal yang berbeda. Pada
P-No. 8, P-No. 41, P-No. 42, P-No. 43, PNo. 44, P-No. 45, P-No. 46, P-No. 49,
P-No. 51, P-No. 52, P-No. 53, P-No. 61, dan P-No. 62 jika ketebalan di atas 6

22
mm, perbedaan ketebalan bagian yang disambung tidak perlu pembatasan atau
perubahan persyaratan.

Tabel 6. Standar Base Metal Menurut ASME QW-422

Tabel 7. Persyaratan Batas Ketebalan dan Benda Uji

23
(4) QW-403.9

Untuk pengelasan single-pass atau multipass di mana setiap pass


lebih besar dari 1 ∕ 2 in. (13 mm) tebal, peningkatan ketebalan logam dasar
melebihi 1,1 kali lipat dari uji kualifikasi

(5) QW-403.11

Logam dasar yang ditentukan dalam WPS harus dikualifikasikan


dengan prosedur uji kualifikasi yang dibuat menggunakan logam dasar sesuai
dengan QW-424. QW-424 mendeskripsikan logam dasar diberikan P- atau S-
Numbers pada tabel QW / QB-422; logam yang tidak muncul dalam tabel QW
/ QB422 dianggap logam yang tidak ditentukan kecuali sebagaimana
ditentukan dalam QW-420.1 untuk logam dasar yang memiliki nomor UNS
yang sama. Logam yang tidak ditentukan harus diidentifikasi dalam WPS dan
pada PQR dengan spesifikasi, jenis dan kelas, atau dengan analisis kimia dan
sifat mekanik. Kekuatan tarik minimum harus ditentukan oleh organisasi yang
menentukan logam yang tidak ditugaskan jika kekuatan tarik logam itu tidak
ditentukan oleh spesifikasi material.
(6) QW-403.13
Perubahan dari satu P-No. 5 ke P-No lainnya. 5 (yaitu P-No. 5A ke P-
No. 5B atau P-No. 5C atau sebaliknya). Perubahan dari P-No. 9A ke P-No. 9B
tetapi tidak sebaliknya. Perubahan dari satu P-No. 10 ke P-No lainnya. 10
(yaitu P-No. 10A ke P-No. 10B atau P-No. 10C, dll., Atau sebaliknya).

c) Paragraf QW-404

Paragraf QW-404 mendeskripsikan persyaratan penerapan bahan


tambah (filler material) pada logam dasar yang dilas. Penerapan bahan tambah
pada logam las harus mempunyai kesamaan sifat-sifat mekanis agar kualitas
sambungan las bisa dipertanggungjawabkan. Paragraph ini memiliki elemen
standar sebanyak 52 butir. Untuk pengelasan SMAW elemen standar filler
material yang perlu dipertimbangkan adalah: 4, 5, 6, 7, 12, 30, dan 33. Elemen

24
4 dan 5 tergolong essentiall variable, 6 dan 33 termasuk nonessential variable,
serta 7 dan 12 merupakan supplement variable.

(1) Paragraf QW-404.4

Elemen QW 404.4 berisi tentang perubahan dari satu F-Number dalam


tabel QW-432 ke siapa pun F-Number atau ke logam filler lainnya yang tidak
tercantum dalam tabel QW-432, lihat Tabel 8.

(2) Paragraf QW-404.5

Elemen QW 404.5 Hanya berlaku untuk logam besi.) Perubahan


komposisi kimia dari deposit lasan dari satu A-Number ke A-Number lainnya
dalam tabel QW-442, lihat Tabel 9. Kualifikasi dengan A-No. 1 akan
memenuhi syarat untuk A-No. 2 dan sebaliknya. Elemen QW 404.5-b Untuk
SMAW, GTAW, dan PAW - dari analisis kimiawi deposit lasan yang disiapkan
sesuai dengan spesifikasi logam pengisi, atau dari komposisi kimia seperti yang
dilaporkan dalam spesifikasi logam pengisi atau sertifikat pabrikan atau
pemasok dari sertifikasi yang disyaratkan.

(3) Paragraf QW-404.6

Elemen QW 404.6 berisi tentang perubahan ukuran nominal elektroda


atau elektroda yang ditentukan dalam WPS.

(4) Paragraf QW-404.7

Elemen QW 404.7 Perubahan diameter nominal elektroda menjadi


lebih dari 1∕4 in. (6 mm). Keterbatasan ini tidak berlaku ketika WPS
dikualifikasikan dengan PWHT di atas suhu transformasi atas atau ketika
bahan austenitic adalah larutan yang dianil setelah pengelasan.

(5) Paragraf QW-404.12

Elemen QW 404.12 Perubahan dalam klasifikasi logam pengisi dalam


spesifikasi SFA atau logam pengisi yang tidak tercakup oleh spesifikasi SFA,
atau dari satu logam pengisi yang tidak tercakup oleh spesifikasi SFA ke logam
filler lain yang tidak tercakup oleh spesifikasi SFA.

25
Tabel 8. Pengelompokan Elektroda dan Bahan Tambah Batangan

Tabel 9. Klasifikasi Logam Tambah Besi untuk Kualifikasi Prosedur

26
Ketika logam pengisi sesuai dengan klasifikasi logam pengisi dalam
spesifikasi SFA, kualifikasi ulang tidak diperlukan jika perubahan dilakukan
pada salah satu dari yang berikut: (a) dari logam pengisi yang ditunjuk sebagai
tahan air dengan yang tidak ditunjuk sebagai tahan lembab dan sebaliknya
(yaitu, dari E7018R ke E7018), (b) dari satu tingkat hidrogen difus ke yang lain
(yaitu, dari E7018-H8 ke E7018-H16), (c) serat karbon, serat karbon rendah,
dan baja tahan karat yang memiliki kekuatan tarik minimum yang sama. dan
komposisi kimia nominal yang sama, perubahan dari satu jenis pelapisan
hidrogen rendah ke jenis pelapisan hidrogen rendah lainnya (yaitu, perubahan
antara EXX15, 16, atau 18 atau EXXX15, 16, atau 17 klasifikasi (d) dari satu
posisi-kegunaan penunjukan ke yang lain untuk elektroda berinti-fluks (yaitu,
perubahan dari E70T-1 ke E71T-1 atau sebaliknya), (e) dari klasifikasi yang
memerlukan pengujian dampak ke klasifikasi yang sama yang memiliki sufiks
yang menunjukkan bahwa pengujian dampak dilakukan pada suhu yang lebih
rendah atau menunjukkan ketangguhan yang lebih besar pada suhu yang
diperlukan atau keduanya, dibandingkan dengan klasifikasi yang digunakan
selama prosedur kualifikasi (yaitu, perubahan dari E7018 ke E7018-1), dan (f)
dari klasifikasi yang dikualifikasikan ke logam pengisi lainnya dalam
spesifikasi SFA yang sama ketika logam las dikecualikan dari Pengujian
Dampak oleh Bagian lain. Pengecualian ini tidak berlaku untuk permukaan
yang keras dan tahan korosi.

(6) Paragraf QW-404.30

Elemen QW 404.30 berisi tentang perubahan dalam ketebalan logam


las di luar kisaran yang memenuhi syarat dalam QW-451 untuk kualifikasi
prosedur atau QW-452 untuk kualifikasi kinerja, kecuali sebagaimana yang
diizinkan dalam QW-303.1 dan QW-303.2. Ketika seorang tukang las
dikualifikasi menggunakan radiografi, rentang ketelitian tabel QW-452.1 (b)
berlaku.

27
(7) Paragraf QW-404.33

Elemen QW 404.33 Perubahan klasifikasi logam pengisi dalam


spesifikasi SFA, atau, jika tidak sesuai dengan klasifikasi logam pengisi dalam
spesifikasi SFA, pergantian pabrik pembuat barang jadi untuk nama pabrik.
Ketika penanda tambahan opsional, seperti yang menunjukkan ketahanan
kelembaban (yaitu, XXXXR), hidrogen difusi (yaitu, XXXX H16, H8, dll.),
Dan pengujian dampak tambahan (yaitu, XXXX-1 atau EXXXXM),
ditentukan pada WPS, hanya logam pengisi yang sesuai dengan klasifikasi
dengan perancang tambahan opsional yang ditentukan pada WPS yang akan
digunakan.

d) Paragraf QW-405

Paragraph QW-405 merupakan persyaratan posisi pengelasan yang


mengacu pada standart ASME. Standar ini mempunyai empat elemen, namun
untuk SMAW harus mengikuti elemen 1, 2, dan 3.

(1) Paragraf QW-405.1

Elemen QW-405.1 penambahan posisi pengelasan lainnya selain yang


sudah dikualifikasi. Lihat QW-120, QW-130, dan QW-303.

(2) Paragraf QW-405.2

Elemen QW-405.2 Perubahan dari posisi mana saja ke posisi vertikal,


naik ke atas. Perkembangan vertikal-menanjak (mis., Posisi 3G, 5G, atau 6G)
memenuhi syarat untuk semua posisi. Dalam perkembangan menanjak,
perubahan dari stringer bead ke weave bead. Keterbatasan ini tidak berlaku
ketika WPS dikualifikasikan dengan PWHT di atas suhu transformasi atas atau
ketika bahan austenitic adalah larutan yang dianil setelah pengelasan.

(3) Paragraf QW-405.3

Elemen QW-405.3 Perubahan dari atas ke bawah, atau dari bawah ke


atas, dalam progresi yang ditentukan untuk setiap lasan dari lasan vertikal,
kecuali bahwa penutup atau lintasan pencucian mungkin naik atau turun. Root

28
pass juga dapat dijalankan ke atas atau ke bawah ketika root pass dilepas ke
logam las bunyi dalam persiapan untuk pengelasan sisi kedua.

e) Paragraf QW-406
Paragraf QW-406 berisi tentang kualifikasi preheat sambungan las
(preheat). Paragraph ini terdiri dari 11 elemen kualifikasi preheating
sambungan las, namun untuk proses SMAW elemen yang diikuti adalah: 1, 2,
dan 3.

(1) Paragraf QW-406.1

QW-406.1 Penurunan lebih dari 100 ° F (55 ° C) dalam suhu prapanas


memenuhi syarat. Suhu minimum untuk pengelasan harus ditentukan dalam
WPS.

(2) Paragraf QW-406.2

QW-406.2 Perubahan perawatan atau pengurangan panas pada saat


selesai pengelasan sebelum perlakuan panas pasca-las yang diperlukan.

(3) Paragraf QW-406.3

QW-406.3 Peningkatan lebih dari 100 ° F (55 ° C) pada suhu interpass


maksimum yang tercatat pada PQR. Keterbatasan ini tidak berlaku ketika WPS
dikualifikasikan dengan PWHT di atas suhu transformasi atas atau ketika
bahan austenitic adalah larutan yang dianil setelah pengelasan.

f) Paragraf QW-407

Paragraf ini merupakan kualifikasi postweld heat treatment (PWHT).


Paragraf QW-407 berisi elemen standar sebanyak delapan, namun untuk
SMAW cukup mempertimbangkan elemen 1, 2, 4.

(1) Paragraf QW-407.1

QW-407.1 Kualifikasi prosedur pemisahan diperlukan untuk masing-


masing kondisi sebagai berikut:

29
(a) Untuk P-No. 1, P-No. 3, P-No. 4, P- No. 5, P- No. 6, P- No. 9, P- No. 10,
dan P-No. 11 bahan, penerapan PWHT mengikuti kondisi berikut:

(1) tidak ada PWHT

(2) PWHT di bawah suhu transformasi yang lebih rendah

(3) PWHT di atas suhu transformasi atas (mis., Normalisasi)

(4) PWHT di atas suhu transformasi atas diikuti oleh perlakuan panas di bawah
suhu transformasi yang lebih rendah (mis., Normalisasi atau pendinginan
diikuti dengan tempering)

(5) PWHT antara suhu transformasi atas dan bawah (b) Untuk semua bahan
lain, berlaku kondisi perlakuan panas pascabangan berikut:

(a) tidak ada PWHT

(b) PWHT dalam kisaran suhu yang ditentukan

(2) Paragraf QW-407.2

QW-407.2 Perubahan perlakuan panas pasca-las (lihat QW-407.1) suhu


dan rentang waktu prosedur uji kualifikasi harus dikenakan PWHT yang pada
dasarnya setara dengan yang ditemui dalam pembuatan lasan produksi,
termasuk setidaknya 80% dari waktu agregat pada suhu ( s ). Waktu total
PWHT pada suhu dapat diterapkan dalam satu siklus pemanasan.

(3) Paragraf QW-407

QW-407.4 Untuk logam dasar besi selain P-No. 7, P-No. 8, dan P-No.
45, ketika prosedur kualifikasi uji mekanik menerima perlakuan panas di atas
suhu transformasi, ketebalan logam dasar maksimum yang memenuhi syarat,
T tidak boleh melebihi 1,1 kali ketebalan speciment uji mekanik.

g) Paragraf QW-409

Paragraf QW-409 berisi kualifikasi tentang electrical characteristics.


Yang berpengaruh sekali terhadap heat input. Paragraf ini memiliki elemen
kualifikasi 29 buah, untuk SMAW elemen yang digunakan adalah 1, 4, dan 8.

30
(1) QW-409.1

Elemen 1 tergolong suplement variable yang berisi kualifikasi heat


input. peningkatan input panas, atau peningkatan volume logam las yang
disetor per satuan panjang las, melebihi kualifikasi tersebut. Peningkatan ini
dapat ditentukan oleh salah satu dari berikut ini:

(a) Masukan panas [J / in. (J / mm)]

(b) Volume logam las diukur dengan, 1) peningkatan ukuran manik (lebar x
tebal), atau 2) penurunan panjang manik las per satuan panjang elektroda

Persyaratan untuk mengukur input atau volume panas dari logam las
yang disimpan tidak berlaku ketika WPS dikualifikasikan dengan PWHT di
atas suhu transformasi atas atau ketika bahan austenitik adalah larutan yang
dianil larutan setelah pengelasan.

(2) QW-409.4

Perubahan dari AC ke DC, atau sebaliknya; dan pada pengelasan DC,


perubahan dari elektroda negatif (polaritas lurus) menjadi elektroda positif
(polaritas terbalik), atau sebaliknya. Elemen standar in tergolong dalam
suplement variable dan nonessential variable.

(3) QW-409.8

Elemen standar QW-409.8 ini tergolong nonessential variable yang


berisi perubahan dalam kisaran ampere, atau kecuali untuk pengelasan SMAW
dan GTAW, perubahan dalam rentang tegangan. Perubahan dalam kisaran
kecepatan umpan kawat elektroda dapat digunakan sebagai alternatif ampere.

h) Paragraf QW-410

Paragraf QW-410 berisi persyaratan kualifikasi teknis pelaksanaan


pengelasan. Paragraf ini berisi 65 buah elemen persyaratan kualifikasi
sambungan las, untuk SMAW harus mempertimbangkan elemen nomer 1, 5, 6,
9, 25, 26, dan 64.

31
(1) QW-410.1

Untuk pengelasan manual atau semi otomatis, perubahan dari teknik


stringer bead menjadi teknik weave bead, atau sebaliknya.

(2) QW-410.5

Perubahan metode pembersihan awal dan interpass (menyikat,


menggiling, dll.).

(3) QW-410.6

Perubahan metode penggalian (gouging) kembali.

(4) QW-410.9

Perubahan dari multipass per sisi ke singlepass per sisi. Batasan ini
tidak berlaku ketika WPS dikualifikasikan dengan PWHT di atas suhu
transformasi atas atau ketika bahan austenitic adalah larutan yang dianil setelah
pengelasan.

(5) QW-410.25

Perubahan dari manual atau semi otomatis ke mesin atau pengelasan


otomatis dan sebaliknya.

(6) QW-410.26

Penambahan atau penghapusan peening

(7) QW-410.64

Untuk kapal atau bagian dari kapal yang dibangun dengan P-No. 11A
dan P-No. 11B logam dasar, alur las dengan ketebalan kurang dari 5 ∕ 8 in. (16
mm) harus disiapkan oleh proses termal saat proses tersebut digunakan selama
pembuatan. Persiapan alur ini juga harus mencakup gouging belakang,
grooving belakang, atau penghilangan logam las yang tidak baik dengan proses
termal saat proses ini harus dilakukan selama fabrikasi.

32
5. Forum Diskusi

Dalam pengelasan sambungan T sebagaimana Gambar 16, kualitas


sambungan las ditentukan oleh banyak factor, diantaranya adalah teknik yang
digunakan. Teknik pengelasan menjadi faktor yang sangat menentukan
keberhasilan pengelasan. Silahkan didiskusikan, apakah yang akan terjadi jika
teknik pengelasan tersebut tidak bisa dipenuhi dengan baik. Adapun teknik
pengelasan yang didiskusikan meliputi:

1. Teknik stringre/weave
2. Cleaning methode
3. Multiple/single pass
4. Manual/automatic

45o

75o – 85o

Gambar 16. Posisi Elektroda Las

33
2) Prosedur Pengelasan Sambungan T (T Joint) Pelat Baja Karbon Posisi
Vertikal (3F) dengan SMAW

WELDING PROCEDURE SPESIFICATION (WPS)


(Section IX ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Edition: 2007)

Comp. Name :….. By : Supporting PQR N0.


001/PQR/ASME/…./2019
WPS No. : 001 / WPS / ASME/…./2019 Date : 23 September 2019
Rev. No. :0
Welding Process : GMAW Type : Manual
JOINT (QW-402)
Joint design : Fillet

2
Sketches, Production Drawing, Weld symbol or
Written Description should show the general 1
arrangement of the parts to be welded. Where
applicable, the root spacing and the details of 1
weld groove may be specified. (At the option the
1
Manufacturer, sketches may be attached to
ilustrate joint design, weld layers and bead Electrode
sequences, (e.g., for notch toughness procedure, Pass Diameter Ampere Polarity
for multiple process procedure, etc) (mm)
1 3.2 100-110 DCEP
2 3.2 90-100 DCEP
3 3.2 90-100 DCEP

BASE METALS (QW-403)


P-No. : 1 Group No. : 1 to P-No. :1 Group No. :1
Specification Type and Grade : SA 1548
To specification Type and Grade : SA 1548

FILLER METALS (QW-404)


Spec. No. (SFA) : A 5.1 (SMAW)
AWS No. ( Class) : E 7018
F- No :1
A. No. :1
Size of Filler Metal : 3,2 mm
Deposite Weld Metal :
Thickness Range : 12 mm
Groove :-
Fillet : All

POSISITION (QW-405)
POSTWELD HEAT TREATMENT (QW-407)
Position of Groove :-
Temperature Range : N/A
Welding Progresssion : Up Hill
Time Range : N/A
Position of Fillet :3F
Manufacturer of Plant Process Equipment
Plant Mechanical, Civil, Electrical
Head Office
:..............................................................................

34
3) Prosedur Pengelasan Sambungan Tumpul (Butt Joint) Pelat Baja
Karbon Posisi Vertikal (3G) dengan SMAW

WELDING PROCEDURE SPESIFICATION (WPS)


(Section IX ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Edition: 2007)

Company Name :…..


By : Supporting PQR N0. 001/PQR/ASME/…./2019
WPS No. :
Date : 23 September 2019
001/WPS/ASME/…./2019
Revision No. :0
Welding Process : SMAW Type : Manual

JOINT (QW-402)
Joint design : Groove
Backing : N/A

Sketches, Production Drawing, Weld


symbol or Written Description should 3
show the general arrangement of the
parts to be welded. Where applicable,
the root spacing and the details of
weld groove may be specified. (At the 1 2
option the Manufacturer, sketches
Diameter
may be attached to ilustrate joint Pass Ampere Polarity
(mm)
design, weld layers and bead
sequences, (e.g., for notch toughness 1 (Root) 2.6 65-70 DCEN
procedure, for multiple process 2 (Filler) 3.2 90-100 DCEP
procedure, etc) 3 (Cover) 3.2 100-110 DCEP

BASE METALS (QW-403)


P-No. : 1 Group No. : 1 to P-No. :1 Group No. :1
Specification Type and Grade : SA 1548
To specification Type and Grade : SA 1548
Thickness Range :
Base metal Groove : All Fillet :-
FILLER METALS (QW-404)
Spec. No. (SFA) : A 5.1 (SMAW)
AWS No. ( Class) : E 7016 (Root), E7018 (Filler & Cover)
F- No :1
A. No. :1
Size of Filler Metal : E 7016 (2.6 mm), E7018 (3.2 mm)
Deposite Weld Metal
Thickness Range : 12 mm
Groove : All
Fillet :-
POSISITION (QW-405)
POSTWELD HEAT TREATMENT (QW-407)
Position of Groove : 3G
Temperature Range : N/A
Welding Progresssion : Up Hill
Time Range : N/A
Position of Fillet :-

Manufacturer of Plant Process


Equipment Plant Mechanical, Civil,
Electrical
Head Office : ........................

35
C. PENUTUP

1. Rangkuman

Proses pengelasan SMAW penggunaannya sangat luas. Las jenis ini bisa
digunakan di semua kondisi, di dalam ruang, di luar ruang, atau bahkan di dalam
air. Sampai saat ini proses las SMAW masih diaplikasikan secara manual, oleh
karenanya persyaratan welder pada proses ini sangat ketat.
Pengelasan SMAW dipersyaratkan mengikuti prosedur standar (WPS)
yang sudah baku yang ditentukan oleh asosiasi profesi di bidang pengelasan,
seperti AWS, ASME, JIS, atau lainnya. WPS berisi tiga variabel, meliputi: 1)
essensial variable, 2) suplementary variable, dan 3) nonessential variable.
Di sisi lain WPS juga berisi beberapa aspek aplikasi proses pengelasan
yang meliputi: 1) desain sambungan las, 2) karakteristik bahan dasar, 3)
pemilihan bahan tambah, 4) Posisi pengelasan, 5) Preheat, 6) PWHT, 7)
Karakteristik elektrik, dan 8) Teknik pengelasan.

2. Test Formatif

Pilihlah jawaban yang tepat pada soal di bawah ini


1. Bagaimanakah persyaratan ukuran leg pada sambungan T?

a. Ukuran leg minimal sama dengan tebal bahan dasar.

b. Ukuran Throat minimal sama dengan tebal bahan dasar

c. Ukuran leg maksimal sama dengan tebal bahan dasar

d. .Ukuran Throat maksimal setebal bahan dasar.

2. Elektroda jenis apakah yang sesuai untuk pengelasan root pass?

a. AWS E 6026 b. AWS E 6013

c. AWS E 7018 d. AWS E 6010

3. Mesin SMAW yang dirangkai dengan polaritas lurus (direct current straight
polarity), holder elektroda dihubungkan dengan kutup?

a. kutub positif b. kutub negative

36
c. ground d. body mesin

4. Spatter yang melekat pada bahan dasar dan deposit logam las sebaiknya
dibersihkan dengan alat apa?

a. sikat tangan b. gerinda

c. sikat mekanik d. pahat

5. Elektroda jenis apakah yang paling sesuai untuk mengelas baja SA 1548 pada
bagian root pass?

a. AWS CIN-3 b. AWS E 6013

c. AWS E 7016 d. AWS E 7018

6. Baja dengan ASME nomer SA 1548 tergolong jenis baja apakah?

a. Baja Tahan Karat b. Baja Karbon

c. Baja Alat d. Baja Tahan Panas

7. Jika salah satu dari dua bahan yang dilas ada perubahan dari WPS sebelumnya
yang mempunyai P-number sama tetapi Group number tidak sama, apakah yang
harus dilakukan oleh seorang Welder engineer (WE) ?

a. Melakukan uji mekanis ulang untuk melihat apakah kekuatan mekanis


sambungan baru sesuai dengan persyaratan.

b. Melakukan serangkaian pengujian sambungan las untuk memenuhi


persyaratan kualifikasi standar yang ditentukan dalam WPS.

c. Mengubah F-number bahan tambah agar ada kesesuaian karakteristiknya


dengan bahan dasar.

d. Melakukan penggantian juru las agar kompetensinya sesuai dengan


persyaratan kualifikasi sambungan las yang baru.

8. Mesin SMAW sebagaimana gambar di bawah ini dirangkai dengan polaritas


apa?

37
a. DCSP b. DCRP
c. DCEN d. AC

9. Jika dalam membuat root pass sambungan las posisi 3 G menggunakan elektroda
diameter 2,6 mm, sebaiknya besar arusnya berapa?

a. 65-70 ampere b. 70-80 ampere


c. 75-80 ampere d. 80-90 ampere

10. Sebaiknya besar arusnya berapa menggunakan teknik ayunan elektroda apa
dalam membuat root pass?

a. weaving Z b. pull
c. push d. Whipping

3. Daftar Pustaka

ASME Boiler and Pressure Vessel Committee Subcommittee on Welding,


(2007). Qualification Standard for Welding ang Brazing Procedures,
Welders, Brazer, and Welding and Brazing Operators, Three Park
Avenue: The American Society of Mechanical Engineers.
AWS A3.0M/A3.0:2010 An American National Standard, (2010). Standard
Welding Terms and Definitions, 550 N.W. LeJeune Road: American
Welding Society (AWS) A2 Committee on Definitions and Symbols.
AWS Committee On Definitions and Symbols, (1998). Standard Symbols for
Welding, Brazing, and Non Destructive Examination, , 550 N.W.
LeJeune Road: the American Welding Society Inc.
Winarto, (2010). Hanbooks Teknologi Pengelasan. Tokyo: The Japan Welding
Society.

38
HALAMAN JUDUL

No Kode: DAR2/Profesional/Mes/007/2019

PENDALAMAN MATERI TEKNIK MESIN

MODUL 2 : TEKNIK PENGELASAN

KEGIATAN BELAJAR 3
PENGELASAN POSISI VERTIKAL MIG/MAG

Nama Penulis: Drs. Riswan Dwi Djatmiko, M.Pd.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
Kegiatan Belajar 3: Pengelasan Posisi Vertikal dengan MIG/MAG ...................... 1
A. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1. Deskripsi Singkat...................................................................................... 1
2. Relevansi .................................................................................................. 1
3. Panduan Belajar ........................................................................................ 2
B. INTI .............................................................................................................. 2
1. Capaian Pembelajaran .............................................................................. 2
2. Sub Capaian Pembelajaran ....................................................................... 2
3. Pokok-pokok Materi ................................................................................. 2
4. Uraian Materi............................................................................................ 3
5. Forum Diskusi ........................................................................................ 42
C. PENUTUP .................................................................................................. 42
1. Rangkuman ............................................................................................. 42
2. Test Formatif .......................................................................................... 43
3. Daftar Pustaka ........................................................................................ 46

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Prinsip Kerja GMAW........................................................................... 4


Gambar 2. Karakteristik Mesin GMAW ................................................................ 5
Gambar 3. Bentuk Transfer Logam Las ................................................................. 5
Gambar 4. Pengaruh Gas dan Arus terhadap Bentuk Transfer Logam Las ........... 6
Gambar 5. Gaya Repulsive pada Cairan Logam Las ............................................. 6
Gambar 6. Las MIG/MAG dengan Arus Pulsa ...................................................... 7
Gambar 7. Satu Unit Mesin GMAW ................................................................... 10
Gambar 8. Mekanisme Wire Feeder .................................................................... 10
Gambar 9. Welding Gun....................................................................................... 11
Gambar 10. Pengaruh Jenis Gas terhadap Deposit Lasan .................................... 12
Gambar 11. Flow Meter ....................................................................................... 13
Gambar 12. Tabung Gas Helium ......................................................................... 14
Gambar 13. Gas Mixer ......................................................................................... 14
Gambar 14. Mesin MIG/MAG dengan Gas Mixer .............................................. 15
Gambar 15. Elektroda Las GMAW. .................................................................... 16
Gambar 16. Kode Elektroda Menurut AWS ........................................................ 16
Gambar 17. Hubungan Arus Las dengan Kecepatan Kawat ................................ 21
Gambar 18. Tip To Work Distance ...................................................................... 22
Gambar 19. Pengaruh TTWD terhadap Besar Arus Las ..................................... 22
Gambar 20. Bevel Angle, Root Face, dan Root Gap ........................................... 24
Gambar 21. Single & Multiple Pass..................................................................... 24
Gambar 22. Cover, Filler, dan Root Pass ............................................................ 25
Gambar 23. Teknik Drag dan Push pada Stringe Bead ....................................... 25
Gambar 24. Teknik Drag dan Push pada Whipping ............................................ 26
Gambar 25. Teknik Weaving Setengah Lingkaran .............................................. 27
Gambar 26. Teknik Weaving Lingkaran .............................................................. 27
Gambar 27. Teknik Weaving Zikzak ................................................................... 28
Gambar 28. Teknik Weaving Segitiga ................................................................. 28
Gambar 29. Teknik Weaving U ........................................................................... 28
Gambar 30. Teknik Weaving U Patah-patah ....................................................... 29
Gambar 31. Teknik Weaving U Pohon Cemara................................................... 29
Gambar 32. Posisi Welding Gun MIG/MAG ...................................................... 42

iii
Kegiatan Belajar 3: Pengelasan Posisi Vertikal dengan MIG/MAG

A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat

Gas Metal Arc Welding (GMAW) atau MIG/MAG adalah merupakan


proses penyambungan yang banyak digunakan untuk menyambung logam tipis
dan pengelasan secara otomatis. Prosedur las GMAW terdiri dari dua macam
tergantung dari jenis gas yang digunakan. Ada dua jenis gas yang digunakan,
yaitu Gas lemas (Inert gas) dan gas Aktif (Active gas). Jika dalam proses las
menggunakan gas lemas, maka las tersebut dinamakan las MIG, namun jika
gas yang dipakai adalah gas Aktif, las ini disebut las MAG (Metal Active Gas).

Kelebihan las GMAW adalah dapat digunakan pengelasan dalam tiga


mode pendepositan logam las, yaitu: 1) Spot welding; 2) Interval welding, dan
3) Continues welding. Di samping itu juga dapat diterapkan dalam Robotic
welding yang dapat deprogram secara otomatis. Pengelasan secara otomatis ini
banyak digunakan oleh industri otomotif. Namun jika digunakan di tempat
terbuka las jenis ini kurang efektif karena adanya hembusan angina yang kuat
menyebabkan gas pelindung tidak dapat bekerja secara optimal.

2. Relevansi

GMAW juga memiliki kempuan untuk mengelas dengan cepat dan bisa
digunakan untuk mengelas logam dengan ketebalan 1 mm hingga di atas 1
inchi, oleh karenanya penggunaanya sangat luas. Las jenis ini banyak
digunakan di perusahaan manufaktur seperti pembuatan mobil, motor,
peralatan rumah tangga, pembuatan root pass pada plat maupun pipa, dan lain-
lain.

1
3. Panduan Belajar

Untuk mengetahui tercapainya kompetensi pengelasan posisi vertikal


dengan GMAW, guru dianjurkan; 1) membaca bab demi bab, 2) membaca
referensi lain yang berupa standar-satandar pekerjaan las, seperti AWS
A3.0M/A3.0, AWS D1.1, dan ASME IX, 3) melihat vidio tutorial,
pembelajaran, grafis, dan animasi yang bisa disownload dari situs
kemendikbud, 4) mengerjakan soal dan mencocokkan jawaban pada kuncinya,
serta 5) berlatih membuat WPS untuk pengelasan baja karbon dengan membuat
sambungan las dan mengujinya hingga lolos

B. INTI

1. Capaian Pembelajaran

Menguasai materi ajar pada bidang studi Teknik Mesin yang meliputi:
Teknik pemesinan; Teknik pengelasan; Teknik pengecoran Logam; Teknik
mekanik industri; Teknik perancangan dan gambar mesin; dan Teknik fabrikasi
Logam dan Manufaktur termasuk kewirausahan dan advance materials secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi),
dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat
membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang
dibutuhkan oleh DUDI.

2. Sub Capaian Pembelajaran

Menganalisis dan mengajarkan kompetensi-kompetensi terkait dengan


pengelasan Oksi-Asetelin (OAW-posisi vertkal), Busur manual (SMAW- posisi
vertical), Gas Metal (MIG/MAG- posisi vertical), dan Gas Tungsten (TIG-
posisi vertical) yang relevan dengan kebutuhan DUDI

3. Pokok-pokok Materi

a. Konsep Dasar SMAW


b. Pemilihan elektroda GMAW
c. Penentuan parameter las GMAW
d. Teknik Pengelasan

2
e. Prosedur Pengelasan Sambungan Pelat Baja Karbon dengan Proses
GMAW.

4. Uraian Materi

a. Konsep Dasar SMAW

1) Definisi GMAW

GMAW adalah pengelasan dua logam atau lebih dengan cara pencairan
bagian yang disambung menggunakan busur listrik dari elektroda gulungan dan
bahan pelindung inert gas atau active gas sehingga menjadi sambungan yang
menyatu dan permanen. Las GMAW yang menggunakan bahan pelindung inert
gas dinamakan las Metal Inert Gas (MIG), sedangkan yang menggunakan
bahan pelindung active gas disebut las Metal Active Gas (MAG).

2) Prinsip Kerja GMAW

Satu unit mesin GMAW terdiri dari Transformer, wire feeder,


seperangkat alat kontrol, kabel masa, dan satu unit welding gun. Jika mesin di-
on-kan, arus listrik mengalir ke benda kerja bersamaan dengan laju kawat
elektroda dan gas pelindung. Arus listrik yang mengalir menyebabkan
terjadinya busur listrik (arc length) yang dapat mencairkan kawat elektroda dan
benda kerja. Pencairan kawat elektroda dan bahan dasar ini membentuk deposit
logam las dan bersamaan dengan pembentukan deposit lasan tersebut gas
pelindung mengalir diatasnya sehingga melindunginya dari pengaruh udara
luar. Lihat Gambar 1.

3
Torch
Shielded
Gas

Gambar 1. Prinsip Kerja GMAW

3) Karakteristik Mesin GMAW

Mesin GMAW mempunyai karakteristik constant voltage. Mesin las


yang mempunyai karakter seperti ini, panjang arc length tidak berpengaruh
terhadap perubahan tegangan las, tetapi berpengaruh cukup signifikan terhadap
besar arus pengelasan. Lihat Gambar 2.

Gambar 2 mendeskripsikan jika arc length berubah dari Lo ke L1, arus


dan tegangan pengelasan juga berubah, namun demikian perubahan arus lebih
besar daripada tegangan lasnya, bahkan perubahan tegangan las relative kecil,
sehingga bisa dikatakan relative tetap. Berkaitan dengan fenomena ini, kualitas
sambungan las bergantung pada pengaturan parameter awal GMAW, karena
heat input tidak dapat dimanipulasi pada saat pengelasan berlangsung
sebagaimana SMAW.

4
Gambar 2. Karakteristik Mesin GMAW
4) Fenomena Perpindahan Logam Tambah pada GMAW

Ada empat jenis bentuk transfer logam las pada GMAW, yaitu: 1) short
circuiting transfer, 2) globular transfer (repeled transfer), 3) globular transfer
(drop transfer), dan 4) spray transfer, lihat Gambar 46. Bentuk transfer logam
tersebut dipengaruhi oleh jenis gas pelindung, arus pengelasan, dan arc force.

Gambar 3. Bentuk Transfer Logam Las

5
Gambar 4. Pengaruh Gas dan Arus terhadap Bentuk Transfer Logam
Las
Jenis gas pelindung dan arus sangat berperan dalam pembentukan
transfer deposit logam las. Pada penggunaan CO2 sebagai gas pelindung
mengakibatkan tidak akan terjadi spray transfer, kendatipun arus
pengelasannya tinggi. Hal ini disebabkan oleh gaya repulsive dari arc force
yang mengenai cairan logam tidak merata, lihat Gambar 5.

Gambar 5. Gaya Repulsive pada Cairan Logam Las

6
Gambar 6. Las MIG/MAG dengan Arus Pulsa
Pada saat ini gelombang listrik las GMAW bisa dipulsakan. Tujuannya
adalah agar busur listrik mudah dikendalikan dan memberikan kesempatan beku
pada cairan logam las, sehingga pendeposisian logam las lebih mudah dilakukan
dan juga bisa digunakan untuk mengelas bahan yang tipis. Biasanya arus
diseting dalam dua besaran, yaitu arus puncak (peak current) dan arus dasar
(base current). Tetesan logam tambah terjadi pada arus puncak, sehingga setiap
pulsa menghasilkan satu tetes logam cair dari bahan tambah. Lihat Gambar 6.

5) Kelebihan GMAW

GMAW banyak digunakan pada industri manufaktur. Kemampuan


pengelasan dalam pendepositan logam las dengan berbagai bentuk
menyebabkan las jenis ini banyak dipilih dalam proses produksi. Kelebihan-
kelebihan mesin las jenis ini adalah:

a) Sangat efisien dan proses pengerjaan yang cepat


b) Dapat digunakan untuk semua posisi pengelasan (welding position)
c) Tidak menghasilkan slag atau terak,layaknya terjadi pada las SMAW
d) Memiliki angka deposisi (deposition rates) yang lebih tinggi
dibandingkan SMAW
e) Proses pengelasan GMAW sangat cocok untuk pengelasan otomatis
dan semi otomatis
f) Membutuhkan sedikit pembersihan post-weld

7
g) Dapat digunakan pengelasan dengan tiga mode, yaitu: 1) kontinyu, 2)
spot, dan 3) interval.
h) Dapat digunakan untuk menyambung bahan yang tipis.

6) Kelemahan GMAW

Proses GMAW yang menggunakan pelindung logam lasan dengan gas


dan polaritas DCEP menyebabkan las GMAW memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya adalah:

a) Wire-feeder yang memerlukan pengontrolan yang kontinyu


b) Sewaktu waktu dapat terjadi Burnback
c) Cacat las porosity sering terjadi akibat pengunaan kualitas gas pelindung
yang tidak baik.
d) Busur yang tidak stabil, akibat ketrampilan operator yang kurang baik.
e) Pada awalnya set-up pengelasan merupakan permulaan yang sulit
f) Heat input sulit diatur karena mesin las menggunakan transformer
dengan sistim Constant Voltage.
g) GMAW sulit digunakan di tempat terbuka karena laju gas tidak dapat
melawan angin yang bertiup kencang.
h) Polaritas arus yang digunakan adalah DCEP, oleh karenanya jika
pengaturan arus pengelasan tidak tepat akan terjadi bahan elektroda
sudah mencair tetapi bahan yang dilas kurang mencair sehingga timbul
cacat lack of fusion.
i) Sensitive terhadap arc blow.

7) Peralatan GMAW
a) Mesin GMAW
Mesin GMAW terdiri dari Transformer, Tabung gas, dan seperangkat
alat kontrol laju kawat, laju gas, bentuk pendepositan logam las, dan besar arus
pengelasan. Transformer atau inverter yang digunakan pada mesin GMAW
memiliki sistim Constant Voltage (CV).

8
Mesin las yang dirancang dengan sistim CV menghasilkan busur nyala
yang stabil karena besar arc length tidak mempengaruhi besar tegangan listrik,
namun juru las harus trampil untuk mengatur arus pengelasan pada awal
pengelasan. Arus pengelasan yang tidak tepat mengakibatkan sambungan las
tidak sempurna karena heat input tidak dapat diatur pada saat pengelasan
dilakukan. Lihat Gambar 7.

b) Wire Feeder
Wire feeder adalah satu unit peralatan yang digunakan untuk mengatur
kecepatan pengumpanan kawat elektroda las GMAW. Laju pengumpanan
kawat elektroda merupakan salah satu parameter dalam GMAW. Laju kawat
harus disesuaikan dengan besarnya arus pengelasan yang digunakan.
Mekanisme pengaturan laju kawat tersebut merupakan bagian dari unti mesin
GMAW atau merupakan bagian tersendiri. Gambar 8 menunjukkan mekanisme
pengatur laju kawat (Wire feeder) yang menjadi satu dalam satu unit mesin
GMAW.

c) Welding Gun
Welding gun memegang peranan yang sangat penting dalam las
GMAW, melalui alat ini deposit logam lasan dibentuk. Komponen Welding gun
terdiri dari Handle, Nozzle, Gas diffuser, dan Saklar. Welding gun tersambung
dengan kabel las, selang gas, dan kabel control. Lihat Gambar 9.

9
Gambar 7. Satu Unit Mesin GMAW

Rol Penggerak

Baut Pengatur
Tekanan Rol
Kawat Elektroda

Gambar 8. Mekanisme Wire Feeder

10
Saklar

Gambar 9. Welding Gun

Pada saat pengelasan dilakukan, komponen yang bersentuhan secara


langsung adalah Nozzle. Spatter (percikan las) sering menempel pada bagian
dalam komponen ini dan dapat mengganggu laju aliran gas pelindung. Pada
beberapa kasus spatter ini juga dapat menempel pada contact tube yang bias
menyebabkan macetnya laju kawat las, oleh karenanya bagian dalam nozzle
harus sering dibersihkan dengan menggunakan cairan pembersih agar
permasalahan tersebut bisa diatasi.

d) Gas Pelindung
Gas pelindung yang digunakan dalam proses GMAW adalah gas lemas
dan gas aktif. Gas tersebut dapat digunakan secara mandiri atau dicampur
dengan komposisi tertentu untuk mendapatkan performa yang lebih baik, oleh
karenanya dibutuhkan flow meter (Regulator gas) yang dilengkapi dengan gas
mixer. Gas lemas yang terdiri dari Argon dan Helium menyebabkan penetrasi
yang dalam, sedangkan gas aktif (CO2) membuat deposit lasan lebar namun
penetrasinya dangkal. Untuk memperbaiki kondisi ekstrem tersebut diperlukan
campuran gas dengan komposisi tertentu tergantung jenis bahan yang dilas.
Lihat Gambar 10.

11
Sehubungan dengan karakteristik gas terhadap penetrasi pada logam
dasar, maka diperlukan campuran dengan komposisi tertentu agar menghasilkan
penetrasi sesuai keinginan. Tabel 1. menunjukkan pemakaian gas pelindung
dengan komposisi sesuai dengan jenis bahan dasar yang dilas. Penggunaan gas
pelindung ini diterapkan dengan menggunakan pertimbangan metalurgi bahan
dan keekonomisan proses las. Alumunium harus menggunakan gas pelindung
argon atau helium murni karena secara metalurgi logam Alumunium mudah
bereaksi dengan udara. Sebaliknya penggunaan gas CO2 pada pengelasan baja
karbon lebih ditekankan karena keekonomisan proses.

Secara umum gas pelindung yang mepunyai sifat tidak terbakar diberi
kode warna hitam, namun biasanya tabung gas Argon diberi warna hijau, CO2
berwarna putih, dan Helium berwarna hitam. Lihat Gambar 12.

Pengaruh
Gas Campur

Pengaruh Pengaruh
Gas Lemas Gas Aktif

Gambar 10. Pengaruh Jenis Gas terhadap Deposit Lasan

Tabung gas pelindung dilengkapi dengan flow meter, yaitu alat untuk
mengatur laju aliran gas sesuai dengan arus dan ketebalan benda kerja. Pada
dasarnya prinsip kerja alat ini sama dengan regulator gas, namun gas yang keluar
diukur berdasarkan laju gas yang keluar berbeda dengan regulator gas yang
keluar diukur dengan tekanannya. Lihat Gambar 11.

Salah satu variabel yang ikut menentukan kualitas sambungan las


GMAW adalah komposisi campuran gas pelindung. Pengaturan komposisi gas
pada las ini dilakukan oleh alat yang disebut Mixer. Alat ini berfungsi untuk
mengatur laju gas pelindung dan komposisi gas tersebut sesuai yang

12
dikehendaki. Lubang input gas pada Mixer dihubungkan dengan selang gas ke
dua atau tiga tabung gas, sedangkan lubang output gas dihubungkan dengan
kontrol mesin GMAW. Gambar mixer dapat dilihat pada Gambar 13 dan gambar
rangkaian satu unit mesin las GMAW yang dilengkapi dengan mixer dapat
dilihat pada Gambar 14.

Tabel 1. Komposisi Gas Pelindung

Gambar 11. Flow Meter

13
Gambar 12. Tabung Gas Helium

Gambar 13. Gas Mixer

14
mixer

Nozel

Shielding
gas
Elektrod
e
Arc Slag Wire feeder

Deposit
las

Mesin
las

Gambar 14. Mesin MIG/MAG dengan Gas Mixer

b. Pemilihan elektroda GMAW

Elektroda las GMAW termasuk elektroda terumpan (consumable


electrode), artinya di samping berfungsi sebagai pembangkit busur nyala, kawat
elektroda juga berfungsi sebagai bahan tambah las. Bentuk elektroda las
GMAW adalah gulungan dan pejal, sehingga dalam kode standar las AWS
diberi kode S.

Proses las GMAW yang menerapkan pelindung logam cair dengan gas
memiliki kelemahan yaitu gas pelindung tidak dapat secara sempurna
melindungi deposit logam lasan yang sedang membeku. Jika deposit logam
lasan yang sedang membeku ini tidak terlindungi secara sempurna akan terjadi
oksidasi atau nitridasi akibat pengaruh udara luar. Hal ini dapat diatasi dengan

15
memasukkan bahan deoksidasi pada bahan kawat elektroda. Bahan yang biasa
dipakai adalah Silicon (Si) atau bahan lain yang mempunyai sifat yang sama.
Lihat Gambar 15.

Gambar 15. Elektroda Las GMAW.


1) Type Elektroda

Bahan elektroda las GMAW harus disesuaikan dengan jenis bahan


yang akan dilas, oleh karenanya dibutuhkan identifikasi untuk mengenalinya.
Biasanya bahan elektroda las MIG/MAG mengandung bahan deoksidator yang
digunakan untuk melindungi deposit logam las dari pengaruh udara luar.
Indentifikasi elektroda dilakukan dengan mengenali kode-kode standarisasi
elektroda yang dikeluarkan oleh berbagai asosiasi profesi atau industri. Salah
satu kode standarisasi yang banyak dikenal di Negara kita adalah kode yang
dikeluarkan oleh American Welding Society (AWS), kode ini dapat dilihat pada
Gambar 16.

ELEKTRODA ATAU WELDING ROD


SOLID ATAU ROD

ERXXS-X
KOMPOSISI KIMIA
KEKUATAN TARIK (X 1000 psi)

Gambar 16. Kode Elektroda Menurut AWS

16
a) Elektroda Baja Karbon
(1) ER70S-1
Memiliki persentase silikon terkecil diantara elektroda baja padat.
Biasanya digunakan dengan gas pelindung argon dan terkadang dengan
tambahan sedikit oksigen.
(2) ER70S-2 (SPOOLARC 65)
Elektroda ini mengandung elemen deoksidasi yang sangat berat,
mengandung kombinasi zirconium, titanium dan alumunium deoksidasi dengan
jumlah total 0,2% dan karbon 0,07 % berat. Elektroda ini cocok untuk jenis
pengelasan dengan transfer logam arus pendek. Elektroda ini dirancang untuk
proses pengelasan dengan gas pelindung campuran argon dan oksigen 1 hingga
5 % atau dengan gas pelindung CO2.
(3) ER70S-3 (SPOOLARC 29S dan SPOOLARC 82)
Elektroda dengan klasifikasi ini paling banyak dipakai. Elektroda ini
dapat menggunakan gas pelindung campuran argon-oksigen atau CO2.
Kekuatan tarik pada pengelasan single-pass pada baja karbon rendah dan
medium akan melebihi dari logam dasarnya (benda kerja). Pada pengelasan
multi-pass kekuatan tarik antara 65.000 hingga 85.000 psi tergantung dilusi
logam dasar dan jenis gas pelindung.
(4) ER70S-4 (SPOOLARC 85)
Elektroda ini mengandung lebih banyak mangan (1,50 %) dan silikon
(0,85 %) dibandingkan elektroda sebelumnya. Gas pelindung yang dapat
digunakan adalah Ar-O2; Ar-CO2 dan CO2. elektroda ini biasanya digunakan
pasa proses pengelasan dengan transfer logam spray atau arus pendek.
(5) ER70S-5n
Elektroda ini mengandung tambahan mangan dan silikon, selain itu
juga mengandung alumunium (0,5 % hingga 0,9%) yang berfungsi sebagai
elemen deoksidasi. Elektroda ini dapat digunakan untuk pengelasan untuk
permukan yang telah berkarat. Gas plindung yang dapat digunakan adalah CO2.
jenis pengelasan ini terbatas hanya pada posisi datar (flat).

17
(6) ER70S-6 (SPOOLARC 86)
Elektroda pada kelas ini memiliki kandungan silikon terbesar (1,15 %)
dan mangan yang besar (1,85 %) sebagai elemen doksidasi. Pada umumnya
untuk baja karbon rendah menggunakan gas pelindung CO2 dan arus listrik
yang tinggi.
(7) ER70S-7 (SPOOLARC 87HP)
Elektroda ini multi fungsi dan memiliki performa yang tinggi,
digunakan untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Elektroda ini
mengandung sekitar 2 % atau lebih mangan. Dapat menggunakan berbagai jenis
gas pelindung.
(8) ER80S-D2 (SPOOLARC 83)
Elektroda ini mengandung silikon dan mangan sebagai doksidasi dan
molybdnum (0,4 hingga 0,6 %) untuk meningkatkan kekuatan. Dapat digunakan
untuk berbagai jenis posisi pengelasan, menggunakan gas pelindung Ar-CO2
dan CO2. dapat menghasilkan logam las yang memiliki kekuatan tarisk hingga
lebih dari 80.000 psi (552 MPa).

Komposisi kimia dan sifat-sifat mekanis bahan kawat elektroda dapat


dilihat pada Tabel 2 dan 3. Berdasarkan tabel tersebut kita dapat menentukan
jenis elektroda sesuai dengan jenis bahan dasar yang kita las.

Tabel 2. Komposisi Kimia Elektroda Besi Karbon

18
Tabel 3. Sifat Mekanis Elektroda Besi Karbon

b) Elektroda Stainles Steel


Elektroda stainless steel menggunakan penomoran dengan standar
AWS A5.9. Dalam memilih elektroda yang cocok untuk proses pengelasan
stainless steel, ada beberapa faktor yang mmpengaruhinya : 1) Gas pelindung
argon-O2 1 % untuk jenis pengelasan menggunakan transfer logam spray dan
A-1025 untuk proses pengelasan menggunakan transfer logam arus pendek, 2)
Elektroda yang dipilih harus memiliki kandungan kimia yang hampir sama
dengan logam dasar/benda kerja, dan 3) Batas deoksidasi tidak terlalu penting.
(1) ER308L (ARCALOY 308/308L)
Jenis elektroda ini dapat digunakan untuk mengelas stainless steel 304.
Kandungan krom dan nikel hampir sama. Kandungan karbon yang rendah akan
mengurangi kemungkinan korosi pada batas butir. Kandungan karbon kurang
dari 0,04 %.

19
(2) ER308L Si (Arcaloy 308Si/308LSi )
Digunakan untuk mengelas stainless steel 304. perbedaannya dengan
ER 308L adalah kandungan silikon yang lebih tinggi, yang akan meningkatkan
karakteristik wetting dan logam las (weld metal). Biasanya menggunakan gas
pelindung Ar-O2 1 %.
(3) ER309l (Arcaloy 309/309L )
Digunakan untuk mengelas jenis stainless steel 309.
(4) ER316L (Arcaloy 316/316L)
Digunakan untuk mengelas Stainless Steel 316. tambahan
molybdenum menjadikan elektroda ini dapat digunakan untuk proses
pengelasan yang membutuhkan ketahanan creep. Kandungan karbon kurang
dari 0,04 %.

Molybdenum merupakan unsur paduan yang dapat menambah sifat tahan


terhadap panas dari bahan Stainless Steel, sehingga crep yang pada dasarnya
pemuluran bahan akibat panas dapat dieliminasi dengan baik. Komposisi
kimiawi elektroda ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Kimia Elektroda Stainless Steel

c. Penentuan parameter las GMAW

Setelah memilih elektroda dan gas pelindung, maka kondisi


pengoperasian harus dipilih. Parameter yang paling penting dalam pengelasan
adalah arus las, ekstensi elektroda, tegangan las dan kecepatan pengelasan
(arc travel speed). Parameter ini akan mempengaruhi hasil las secara langsung.

20
1) Arus Las

Arus las adalah arus listrik yang digunakan untuk melakukan proses
pengelasan. Dalam proses pengelasan GMAW, arus las secara langsung
berhubungan dengan kecepatan wirefeed. Jika arus las dinaikkan maka
kecepatan wire feed juga seharusnya naik. Hubungan ini biasanya disebut
karakteristik “burn-off”.

Gambar 17. Hubungan Arus Las dengan Kecepatan Kawat


2) Tip To Work Distance (TTWD)

Tip to work distance (TTWD) adalah jarak antara titik terujung dari
contact tip ke benda kerja, biasanya sebesar 2-3 cm.

Berbeda dengan SMAW yang besarnya arus dipengaruhi oleh besarnya


celah elektroda dengan benda kerja, GMAW tidak demikian, besarnya celah
tersebut tidak berpengaruh terhadap arus las, namun panjangnya jarak ujung tip
(elekroda ekstensi) ini sangat berpengaruh terhadap besar arus las. Semakin jauh
jarak tersebut semakin kecil arus yang dihasilkan. Lihat Gambar 18.

21
Gambar 18. Tip To Work Distance

Gambar 19. Pengaruh TTWD terhadap Besar Arus Las

3) Tegangan Las

Telah diterangkan pada bab sebelumnya bahwa penetapan tegangan


akan secara langsung mengatur panjang dari busur las. Tegangan las ini erat
kaitannya dengan arus pengelasan, tebal bahan, dan diameter elektroda. Lihat
Tabel 5.

4) Kecepatan Pengelasan

Kecepatan pengelasan berbanding secara linier dengan pergerakan


busur las sepanjang benda kerja. Parameter ini biasanya dinyatakan dalam meter
per menit. Pernyataan yang berhubungan dengan kecepatan penglasan: 1)
dengan meningkatnya ketebalan material, kecepatan harus diturunkan, 2)

22
dengan material dan jenis penyambungan yang sama, jika arus listrik meningkat,
maka kecepatan pengelasan juga harus meningkat, dan 3) kecepatan pengelasan
yang lebih tinggi dapat menggunakan teknik pengelasan maju (forehand
technique).

5) Kecepatan Bahan Tambah Las

Kecepatan bahan tambah las (kawat las) dapat diatur melalui wire
fedder. Kecepatan kawat las disesuaikan dengan besar arus las, tegangan,
kecepatan pengelasan, dan ketebalan bahan dasar.

6) Penggunaan Gas Pelindung

Gas pelindung sangat berpengaruh terhadap jenis bahan dasar, ionisasi


gas, dan cacat las. Jenis gas peilimndung tergantung pada bahan dasar yang
digunakan. Pada pengelasan baja karbon bisa menggunakan semua jenis gas
pelindung, tetapi tidak dengan logam titanium. Logam ini harus menggunakan
gas argon dengan kadar minimal 99,995 persen.

Tabel 5. Hubungan Diameter Kawat, Arus, Tegangan, dan Tebal Bahan

Diameter
Arus Tegangan Tebal Bahan
Kawat
(Ampere) (Volt) (mm)
(mm)
0,6 50 – 80 13 – 14 0,5 – 1,0
0,8 60 – 150 14 – 22 0,8 – 2,0
0,9 70 – 220 15 – 25 1,0 – 10
1,0 100 – 290 16 – 29 3,0 – 12
1,2 120 – 350 18 – 32 6,0 – 25
1,6 160 – 390 18 – 34 12,0 – 50

d. Teknik Pengelasan

1) Persiapan Sambungan

Langkah awal dalam pengelasan adalah persiapan sambungan las.


Langkah ini dilakukan berdasarkan prosedur yang tercantum dalam WPS,
khususnya pada variable joint design. Persiapan sambungan dilakukan dengan

23
langkah sebagai berikut: 1) pembuatan bevel angle, 2) pembuatan root face, dan
3) tack weld dengan root gap antara 0-3 mm, lihat Gambar 20.

Keterangan:
1) Bevel angle : 30o s.d. 35o
2) Root face : 1,8 mm s.d. 2 mm
3) Root gap : 0 mm s.d. 3 mm

Gambar 20. Bevel Angle, Root Face, dan Root Gap


2) Jenis Pass

Pengelasan sambungan las baik pendeposisian fillet maupun groove


membutuhkan satu atau beberapa lapisan deposit logam las. Jika dalam satu
kampuh hanya membutuhkan satu lapis pendeposisian logam itu disebut single
pass, sedangkan yang membutuhkan beberapa lapisan dikatakan multiple pass,
lihat Gambar 21. Dalam pengelasan multiple pass ada tiga jenis pass, yaitu: root
pass, filler pass, dan cover pass.

a. Single pass

b. Multiple pass

Gambar 21. Single & Multiple Pass

24
Filler pass Cover pass

Root pass

Gambar 22. Cover, Filler, dan Root Pass


3) Teknik Ayun Elektroda

Secara garis besar ada tiga teknik ayun elektroda, yaitu: stringe bead,
whipping, dan weaving. Teknik ayun ini dipilih berdasarkan tujuan pengelasan,
misalnya untuk membuat root, filler, atau cover pass.
a) Teknik Stringre
Teknik stringre yang dilakukan dengan hanya menarik (drag) atau
menekan (push) elektroda tanpa melakukan pengayunan ini sering digunakan
untuk membuat root pass, terutama pada pengelasan dengan posisi di atas kepala
(over head). Biasanya teknik drag digunakan pada proses SMAW, sedangkan
push pada FCAW dan GMAW. Di samping itu juga sering digunakan untuk
pengelasan dengan teknik multiple pass untuk menghindari distorsi.

Gambar 23. Teknik Drag dan Push pada Stringe Bead

25
Stringre bead dengan teknik push lazim digunakan pada proses
GMAW, agar hasil las tidak kropos sebaiknya ketika melakukan push, busur
listrik tidak boleh mendahuluhi laju pendeposisian logam cair pada kawah las.
b) Teknik Whipping
Teknik whipping dilakukan dengan menggerakkan elektroda maju dan
mundur atau seperti melecutkan cambuk. Gerakan ini sering digunakan untuk
membuat root pass pada sambungan tumpul (butt joint) di semua posisi
pengelasan, khususnya jika kita menggunakan SMAW.

Gerakan whipping dilakukan dengan langkah maju sebesar satu


diameter elektroda dan mundur setengah diameter elektroda. Gerakan maju
berguna untuk membuat key hold (lubang kunci) dan mundur untuk
menutupnya, sehingga penetrasi (penembusan) bisa sempurna.

Gambar 24. Teknik Drag dan Push pada Whipping


c) Teknik Weaving
Teknik weaving berkembang di lapangan oleh welder, variasinya
cukup banyak, namun ada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan welder untuk
posisi tertentu menggunakan teknik weaving tertentu pula. Teknik weaving yang
sering dilakukan diantaranya adalah:

26
(1) Weaving Setengah Lingkaran
Gerakan setengah lingkaran dilakukan dengan mengayun elektroda
atau brander dengan lintasan setengah lingkaran. Teknik ini sederhana dan
mudah dilakukan, tetapi untuk posisi pengelasan selain di bawah tangan
menyebabkan permukaan cover pass (reinforcement) tinggi, bahkan bisa
melebihi acceptant criteria yang telah ditentukan oleh standar las. Lihat Gambar
25.

Teknik weaving ini dilakukan dengan holding time di tepi dengan dua
hitungan dan bagian tengah satu hitungan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
cacat undercut pada sambungan las. Jika teknik diterapkan pada pengelasan
posisi horizontal, sebaiknya holding time diterapkan pada bagian atas saja.

Gambar 25. Teknik Weaving Setengah Lingkaran


(2) Weaving Lingkaran
Teknik weaving lingkaran dilakukan dengan mengayunkan elektroda
atau brander dengan lintasan lingkaran anti clockwise. Teknik ini biasanya
digunakan untuk membuat filler dan cover pass pada sambungan T posisi
horizontal dengan holding time pada bagian atas lingkaran, lihat Gambar 26.

Gambar 26. Teknik Weaving Lingkaran


(3) Weaving Zikzak
Teknik weaving zikzak bisa diterapkan pada semua posisi pengelasan.
Teknik ini merupakan teknik yang sederhana dan mudah dilakukan. Di samping
itu tinggi reinforcement deposit logam las yang dihasilkan tidak terlalu tinggi.

27
Teknik ini dilakukan dengan mengayunkan elektroda dengan lintasan seperti
huruf Z, lihat Gambar 27.

Gambar 27. Teknik Weaving Zikzak


(4) Weaving Segitiga
Teknik weaving segitiga ini biasanya digunakan untuk mendapatkan
kontur datar pada permukaan cover pass pada sambungan yang menggunakan
pendeposisian logam fillet. Teknik ini dilakukan dengan mengayunkan
elektroda atau brander dengan lintasan segitiga dengan holding time pada bagian
tepi sebanyak 2 sampai 3 ketukan, lihat Gambar 28.

Gambar 28. Teknik Weaving Segitiga


(5) Weaving U
Teknik U dilakukan dengan cara mengayun elektroda atau brander
dengan lintasan seperti huruf U. Biasanya teknik ini digunakan untuk membuat
root pass pada sambungan tumpul (butt joint) posisi vertical. Lihat Gambar 29.

Gambar 29. Teknik Weaving U

28
(6) U Patah-patah
Teknik ayun U patah-patah ini bisa digunakan untuk mendapatkan
kontur datar pada cover pas posisi pengelasan di atas kepala (over head). Teknik
ini dilakukan dengan mengayunkan elektroda atau brander dengan lintasan U
patah-patah dengan holding time 2 ketuk di bagian tepi, lihat Gambar 30.

Gambar 30. Teknik Weaving U Patah-patah

(7) Pohon Cemara


Teknik weaving pohon cemara sering digunakan untuk pengelasan
sambungan T posisi vertical. Kelebihan teknik ini adaalah bisa mengisi logam
las dengan cepat dan kontur las tidak mendekati datar.

Teknik weaving pohon cemara dilakukan dengan mengayunkan


elektroda dengan lintasan seperti pohon cemara dengan perbandingan lama
pengayunan antara tepid an tengah sebanyak 2 : 1. Lihat Gambar 31.

Gambar 31. Teknik Weaving U Pohon Cemara


e. Prosedur Pengelasan Sambungan Pelat Baja Karbon dengan Proses
GMAW.

Pengelasan logam yang menggunakan proses GMAW baik dengan


menggunakan MIG/MAG harus mempertimbangkan berbagai variabel
pengelasan agar kualitas sambungan las bisa dipertanggungjawabkan secara

29
teknis. Kendatipun sesama las busur listrik, variable pengelasan GMAW sedikit
berbeda dengan las SMAW, ini dikarenakan ada perbedaan karakteritik proses
keduanya.

1) Variabel las GMAW dalam WPS

Tabel 5 menunjukkan variable las dalam GMAW, paragraf 402 yang


berkaitan dengan desain sambungan las dan paragraph 403 tentang bahan dasar
sama dengan SMAW. Demikian juga paragraf tentang posisi las (QW-405),
preheat (QW-406), dan PWHT (QW-407), oleh karenanya pada sub bab ini tidak
perlu dijelaskan, penjelasannya bisa dilihat pada variable WPS SMAW.

Paragraf yang berbeda dengan SMAW adalah tentang bahan tambah


(QW-404), gas pelindung (QW-408), karakteristik elektrik (QW-409), dan
teknik pengelasan (QW-410).
a) Paragraf QW-404
Paragraf QW-404 berisi pemilihan bahan tambah pada GMAW.
Bentuk bahan tambah GMAW dan Flux Core Arc Welding (FCAW) ada
kemiripan, yaitu berupa kawat gulungan, yang membedakan adalah kalo
elektroda GMAW kawat berbentuk pejal tetapi FCAW di bagian tengah berisi
fluks.

Paragraf QW-404 berisi 52 standar yang mengatur pemilihan bahan


tambah, namun untuk pengelasan dengan proses GMAW elemen yang diikuti
adalah, elemen 4, 5, 6, 12, 23, 24, 27, 30, 32, dan 33. Elemen 4, 5, 6, 12, 30, dan
33 sudah dibahas pada KB 2 SMAW. Pada sub bab ini akan dibahas elemen 23,
24, dan 32.
(1) QW-404.23
Paragraf ini berisi perubahan ketebalan logam dasar di luar rentang
yang memenuhi syarat dalam tabel QW-453. Lihat Tabel 6.

30
Tabel 5. Variabel Pengelasan GMAW

31
32
Tabel 6. Prosedur /Kualifikasi Batas Ketebalan, dan Benda Uji untuk Hard-
facing dan Lapisan Anti Korosi

Keterangan:

(1) Uji kualifikasi bahan dasar harus terdiri dari logam tidak kurang dari 150 mm
x150 mm. Lapisan las harus berukuran lebar minimum 38 mm dari panjang 150
mm tersebut. Untuk kualifikasi pada pipa, panjang pipa harus minimum 6 in.
(150 mm), dan diameter minimum untuk memungkinkan jumlah spesimen uji
yang diperlukan. Lapisan las harus kontinyu di sekitar keliling benda uji. Untuk
proses (hanya kualifikasi kinerja) yang mendepositkan lebar manik las yang
lebih besar dari 13 mm, lapisan las harus terdiri dari minimal tiga manik-manik
las pada lapisan pertama.

(2) Logam dasar uji harus memiliki dimensi minimum lebar 6 in. (150 mm) x
panjang sekitar 6 in. (150 mm) dengan lapisan keras lebar minimum 1,5 in. (38
mm) x 6 in. (150 mm) panjangnya. Ketebalan minimum lapisan keras harus
seperti yang ditentukan dalam WPS. Sebagai alternatif, kualifikasi dapat

33
dilakukan pada kupon logam dasar uji yang mewakili ukuran bagian produksi.
Untuk kualifikasi pada pipa, panjang pipa harus minimum 6 in. (150 mm), dan
diameter minimum untuk memungkinkan jumlah spesimen uji yang diperlukan.
Lapisan las harus kontinyu di sekeliling benda uji.

(3) Cover pass harus diperiksa dengan metode penetran cair dan harus memenuhi
standar penerimaan dalam QW-195.2 atau sebagaimana ditentukan dalam WPS.
Pengondisian permukaan sebelum pemeriksaan cairan penetran diizinkan.

(4) Permukaan yang tahan korosi harus diperiksa dengan metode cairan penetran
dan harus memenuhi standar penerimaan sebagaimana ditentukan dalam QW-
195.

Pemeriksaan penetran cair dalam QW-214 untuk lapisan logam las tahan korosi
harus memenuhi persyaratan Bagian V, Pasal 6. Standar penerimaan QW-195.2
harus dipenuhi (QW-195.1).

Indikasi (cacat yang tampak) yang relevan: indikasi dengan dimensi utama
lebih besar dari 1 ∕ 16 in. (1,5 mm). indikasi linier: indikasi yang memiliki
panjang lebih besar dari tiga kali lebarnya. indikasi bulat: indikasi bentuk
melingkar atau elips dengan panjang sama dengan atau kurang dari tiga kali
lebarnya (QW-195.2.1).

Standar Penerimaan. Prosedur dan uji kinerja yang diperiksa dengan teknik
penetran cair harus dinilai tidak dapat diterima ketika pemeriksaan menunjukkan
indikasi lebih dari batas yang ditentukan sebagai berikut: (a) indikasi linier yang
relevan, (b) indikasi bulat yang relevan lebih besar dari 3∕16 in. (5 mm ), dan (c)
empat atau lebih indikasi bulat yang relevan dalam satu garis yang dipisahkan
oleh 1 ∕ 16 in. (1,5 mm) atau kurang (ujung ke ujung) (QW-195.2.2).

(5) Setelah pengujian penetran cair, empat uji side bend harus dilakukan
berdasarkan QW-161. Spesimen uji harus dipotong sehingga ada dua spesimen
paralel dan dua spesimen tegak lurus terhadap arah pengelasan, atau empat
spesimen tegak lurus terhadap arah pengelasan. Untuk specimen test yang
tebalnya kurang dari 3∕8 in. (10 mm), lebar spesimen side bend test dapat

34
dikurangi hingga sama tebalnya dengan bahan dasar las. Spesimen side bend test
harus dihilangkan dari lokasi yang ditentukan dalam QW462.5 (c) atau QW-
462.5 (d).

(6) benda kerja harus dibelah untuk membuat spesimen side bend test tegak lurus
terhadap arah pengelasan sesuai dengan QW-161. Spesimen uji harus
dipindahkan di lokasi yang ditentukan dalam QW-462.5 (c) atau QW-462.5 (d).

(7) Setelah pengkondisian permukaan dengan ketebalan minimum yang


ditentukan dalam WPS, minimal tiga pembacaan kekerasan harus dilakukan
pada masing-masing spesimen dari lokasi yang ditunjukkan pada QW-462.5 (b)
atau QW-462.5 (e). Semua bacaan harus memenuhi persyaratan WPS.

(8) Logam dasar harus dipotong melintang memotong permukaan hard facing.
Permukaan hard facing harus dipoles dan dietsa dengan etsa yang sesuai dan
harus diperiksa secara visual dengan perbesaran 5 kali untuk keretakan pada
logam dasar atau zona yang terkena panas, kurang fusi, atau cacat linear lainnya.
Lapisan las dan logam dasar harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam
WPS. Semua permukaan yang terbuka harus diperiksa. Lihat QW-462.5 (b)
untuk pipa dan QW-462.5 (e) untuk pelat.

(9) Ketika komposisi kimia ditentukan dalam WPS, spesimen analisis kimia
harus dihilangkan di lokasi yang ditentukan dalam QW-462.5 (b) atau QW-462.5

(e). Analisis kimia harus dilakukan sesuai dengan QW-462.5 (a) dan harus dalam
kisaran yang ditentukan dalam WPS. Analisis kimia ini tidak diperlukan ketika
komposisi kimia tidak ditentukan pada WPS.

(10) Pada ketebalan lebih besar dari atau sama dengan ketebalan minimum yang
ditentukan dalam WPS, permukaan lasan harus diperiksa dengan metode
penetran cair dan harus memenuhi standar penerimaan dalam QW-195.2 atau
sebagaimana ditentukan dalam WPS. Pengondisian permukaan sebelum
pemeriksaan cairan penetran diizinkan.

35
(2) QW-404.24
Penambahan, penghapusan, atau perubahan lebih dari 10% dalam
volume logam pengisi tambahan.
(3) QW-404.32
Untuk jenis hubungan arus pendek tegangan rendah dari proses busur
logam gas ketika ketebalan logam las yang disetor kurang dari 1 ∕ 2 in. (13 mm),
peningkatan ketebalan logam las yang disetor melebihi 1,1 kali lipat dari uji
kualifikasi yang disimpan las ketebalan logam. Untuk ketebalan logam lasan 1 ∕
2 in. (13 mm) dan lebih besar, gunakan tabel QW-451.1, tabel QW-451.2, atau
tabel QW-452.1, sebagaimana berlaku.
b) Paragraf QW-408
Paragraf ini berisi tentang gas pelindung yang digunakan dalam proses
pengelasan yang terdiri dari 24 elemen standar. Elemen yang digunakan untuk
proses GMAW meliputi: 1, 2, 3, 5, 9, dan 10.
(1) QW-408.1
Penambahan atau penghapusan gas pelindung trailing dan / atau
perubahan komposisinya
(2) QW-408.2
Kualifikasi prosedur terpisah diperlukan untuk masing-masing kondisi
berikut: (a) perubahan dari gas pelindung tunggal ke gas pelindung tunggal
lainnya, (b) perubahan dari gas pelindung tunggal ke campuran gas pelindung,
dan sebaliknya, (c) perubahan dalam komposisi persentase tertentu dari
campuran gas pelindung, dan (d) penambahan atau penghilangan gas pelindung.
Klasifikasi AWS dari SFA-5.32 dapat digunakan untuk menentukan komposisi
gas pelindung.
(3) QW-408.3
Perubahan dalam besaran laju aliran gas pelindung atau campuran gas.

36
(4) QW-408.5
Penambahan atau penghapusan dukungan gas, perubahan komposisi
gas dukungan, atau perubahan dalam kisaran laju aliran spesifik gas dukungan
(5) QW-408.9
Untuk lasan alur pada P-No. 41 sampai P-No. 49 dan semua lasan P-
No. 10I, P-No. 10J, P-No. 10K, P-No. 51 sampai P-No. 53, dan P-No. 61 hingga
P-No. 62 logam, penghapusan gas pelindung atau perubahan komposisi nominal
dari gas pelindung dari gas inert ke campuran termasuk gas non-inert (es)
(6) QW-408.10
Untuk P-No. 10I, P-No. 10J, P-No. 10K, P-Tidak. 51 sampai P-No. 53,
dan P-No. 61 hingga P-No. 62 logam, penghilangan gas pelindung, atau
perubahan komposisi nominal gas inert ke gas campuran termasuk gas non-
inert, atau penurunan 10% atau lebih kapasitas gas pelindung.
c) Paragraf QW-409
Paragraf QW-409 berisi tentang karakteristik elektrik yang terdiri dari 29
elemen, untuk GMAW elemen yang digunakan adalah: 1, 2, 4, dan 8.
(1) QW-409.1
Peningkatan input panas, atau peningkatan volume logam las yang
disetor per satuan panjang las, melebihi kualifikasi tersebut. Peningkatan ini
dapat ditentukan oleh salah satu dari berikut ini:

o Heat input:

J Voltage X Amperage X 60
Heat input 𝑚𝑚
mm 𝑇𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙 𝑠𝑝𝑒𝑒𝑑
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

o Volume logam las diukur dengan:

- Penambahan ukuran manik las (lebar X tebal)

- Penurunan panjang manik las per satuan panjang elektroda

Persyaratan untuk mengukur masukan panas atau volume logam las


yang dideposisikan tidak berlaku ketika WPS dikualifikasikan dengan PWHT

37
di atas suhu transformasi atas atau ketika bahan austenitik adalah larutan yang
dianil larutan setelah pengelasan
(2) QW-409.2
Perubahan dari busur semprot (spray arc), busur globular, atau busur
berdenyut (pulsating arc) ke busur hubung singkat (short circuiting arc), atau
sebaliknya
(3) QW-409.4
Perubahan dari AC ke DC, atau sebaliknya; dan pada pengelasan DC,
perubahan dari elektroda negatif (polaritas lurus) menjadi elektroda positif
(polaritas terbalik), atau sebaliknya.
(4) QW-409.8
Perubahan dalam rentang ampere yang dijinkan, atau kecuali untuk
pengelasan SMAW dan GTAW, perubahan dalam rentang tegangan. Perubahan
dalam rentang kecepatan umpan kawat elektroda dapat digunakan sebagai
alternatif antisipasi perubahan ampere. Hal ini dikarenakan sistim catu daya
pada GMAW mengikuti sistim constant voltage.
d) Paragraf QW-410
Paragraf QW-410 berisi tentang persyaratan teknik pengelasan yang
meliputi 65 elemen standar, untuk GMAW elemen yang digunakan adalah: 1, 3,
5, 6, 7, 8, 9 10, 15, 25, 26, dan 64.
(1) QW-410.1
Untuk pengelasan manual atau semi otomatis, perubahan dari teknik
stringer bead menjadi teknik weave bead, atau sebaliknya.
(2) QW-410.3
Perubahan ukuran lubang, cup, atau nozzle

(3) QW-410.5
Perubahan metode pembersihan awal dan interpass (menyikat,
menggiling, dll.)

(4) QW-410.6
Perubahan metode back gouging.

38
(5) QW-410.7
Untuk mesin atau proses pengelasan otomatis, perubahan lebar,
frekuensi, atau waktu tinggal teknik osilasi
(6) QW-410.8
Perubahan tabung kontak untuk jarak kerja.
(7) QW-410.9
Perubahan dari multipass per sisi ke lintasan tunggal per sisi.
Keterbatasan ini tidak berlaku ketika WPS dikualifikasikan dengan PWHT di
atas suhu transformasi atas atau ketika bahan austenitic adalah larutan yang
dianil setelah pengelasan
(8) QW-410.10
Perubahan dari elektroda tunggal ke beberapa elektroda, atau
sebaliknya, hanya untuk mesin atau pengelasan otomatis. Keterbatasan ini tidak
berlaku ketika WPS dikualifikasikan dengan PWHT di atas suhu transformasi
atas atau ketika bahan austenitic adalah larutan yang dianil setelah pengelasan
(9) QW-410.15
Perubahan jarak beberapa elektroda untuk mesin atau pengelasan
otomatis
(10) QW-410.25
Perubahan dari manual atau semi otomatis ke mesin atau pengelasan
otomatis dan sebaliknya
(11) QW-410.26
Penambahan atau penghapusan peening.
(12) QW-410.64
Untuk bejana tekan atau bagian dari bejana tekan yang dibangun
dengan P-No. 11A dan P-No. Logam dasar 11B, alur las dengan ketebalan
kurang dari 5 ∕ 8 in. (16 mm) harus disiapkan oleh proses termal ketika proses
tersebut harus digunakan selama fabrikasi. Persiapan alur ini juga harus
mencakup gouging belakang, grooving belakang, atau penghilangan logam las
yang tidak sehat dengan proses termal saat proses ini harus dilakukan selama
fabrikasi.

39
2) Prosedur Pengelasan Sambungan T Pelat Baja Karbon Posisi Vertikal
(3F) dengan GMAW

WELDING PROCEDURE SPESIFICATION (WPS)


(Section IX ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Edition: 2007)
Comp. Name :…..
By : Supporting PQR N0. 002/PQR/ASME/…./2019
WPS No. : 002 / WPS /
Date : 23 September 2019
ASME/…./2019
Rev. No. :0
Welding Process : GMAW Type : Manual
JOINT (QW-402)
Joint design : Fillet

3
Sketches, Production Drawing, Weld
symbol or Written Description should 2
show the general arrangement of the
parts to be welded. Where applicable, 12
the root spacing and the details of
weld groove may be specified. (At the
option the Manufacturer, sketches 12
may be attached to ilustrate joint 1
design, weld layers and bead Wire feed Gas flow
sequences, (e.g., for notch toughness Pass Ampere Polarity
(m/mnt) (L/mnt)
procedure, for multiple process 1 (Root) 100-110 5 5 DCEP
procedure, etc) 2 (Filler) 100-110 5 5 DCEP
3 (Cover) 110-120 6 5 DCEP

BASE METALS (QW-403)


P-No. : 1 Group No. : 1 to P-No. :1 Group No. :1
Specification Type and Grade : SA 1548
To specification Type and Grade : SA 1548

FILLER METALS (QW-404)


Spec. No. (SFA) : A 5.18 (GMAW)
AWS No. ( Class) : ER 70S-2
F- No :1
A. No. :1
Size of Filler Metal : 1 mm
Deposite Weld Metal :
Thickness Range : 12 mm
Groove :-
Fillet : All

POSISITION (QW-405)
POSTWELD HEAT TREATMENT (QW-407)
Position of Groove :-
Temperature Range : N/A
Welding Progresssion : Up Hill
Time Range : N/A
Position of Fillet :3F
Manufacturer of Plant Process
Equipment Plant Mechanical, Civil,
Electrical
HeadOffice : ...................

40
3) Prosedur Pengelasan Sambungan Tumpul Pelat Baja Karbon Posisi
Vertikal (3G) dengan GMAW
WELDING PROCEDURE SPESIFICATION (WPS)
(Section IX ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Edition: 2007)

Company Name :…..


By : Supporting PQR N0. 002/PQR/ASME/…./2019
WPS No. :
Date : 23 September 2019
002/WPS/ASME/…./2019
Revision No. :0
Welding Process : SMAW Type : Manual

JOINT (QW-402)
Joint design : Groove
Backing : N/A

Sketches, Production Drawing, Weld


symbol or Written Description should 3
show the general arrangement of the
parts to be welded. Where applicable,
the root spacing and the details of
weld groove may be specified. (At the 1 2
option the Manufacturer, sketches
Wire feed Gas flow
may be attached to ilustrate joint Pass Ampere Polarity
(m/mnt) (L/mnt)
design, weld layers and bead
sequences, (e.g., for notch toughness 1 (Root) 80-90 4 5 DCEP
procedure, for multiple process 2 (Filler) 100-110 5 5 DCEP
procedure, etc) 3 (Cover) 110-120 6 5 DCEP

BASE METALS (QW-403)


P-No. : 1 Group No. : 1 to P-No. :1 Group No. :1
Specification Type and Grade : SA 1548
To specification Type and Grade : SA 1548
Thickness Range :
Base metal Groove : All Fillet :-
FILLER METALS (QW-404)
Spec. No. (SFA) : A 5.18 (GMAW)
AWS No. ( Class) : ER 70S-2
F- No :1
A. No. :1
Size of Filler Metal : 1 mm
Deposite Weld Metal
Thickness Range : 12 mm
Groove : All
Fillet :-
POSISITION (QW-405)
POSTWELD HEAT TREATMENT (QW-407)
Position of Groove : 3G
Temperature Range : N/A
Welding Progresssion : Up Hill
Time Range : N/A
Position of Fillet :-

Manufacturer of Plant Process


Equipment Plant Mechanical, Civil,
Electrical
Head Office : ................................

41
5. Forum Diskusi

Benda
Kerja

Welding
Gun

45o

75o – 85o

Gambar 32. Posisi Welding Gun MIG/MAG


Gambar 32 mendeskripsikan pengelasan sambungan T posisi vertikal
baja karbon rendah. Untuk menghasilkan sambungan las dengan kualitas teknis
yang bisa dipertanggungjawabkan, silahkan didiskusikan langkah-langkah
pengelasan dengan proses MAG yang meliputi:

1. Persiapan sambungan
2. Proses fit-up
3. Teknik pengelasan mulai dari pembuatan root, filler, dan cover pass
4. Proses finishing

C. PENUTUP

1. Rangkuman

GMAW merupakan proses las yang sangat efisien, pendeposisian


logam cepat, bisa dioperasikan secara manual dan otomatis, bisa digunakan
untuk menyambung bahan yang tipis hingga tebal, dan mempunyai mode spot,
interval, dan kontinyu. Kelebihan-kelebihan inilah yang membuat las jenis ini

42
penggunaannya sangat luas, mulai dari industry manufacture, rumah tangga,
bahkan bisa juga di perusahaan-perusahaan jasa konstruksi.

Karakteristik mesin GMAW yang constant voltage membuat heat


input tidak dapat dimanipulasi ketika proses pengelasan berlangsung, sehingga
GMAW lebih baik digunakan untuk [emngelasan semi otomatis maupun
otomatis (robotic), namun jika digunakan secara manual, pengaturan parameter
awal sangat menentukan hasil pengelasan.

Prosedur pengelasan logam dengan GMAW harus ,memperhatikan


beberapa variable pengelasan, diantaranya adalah, desain sambungan las,
pemilihan bahan dasar, pemilihan bahan tambah (consumable) yang meliputi
kawat las dan gas pelindung, pemilihan parameter las, dan proses perlakuan
panas.

2. Test Formatif

Kerjakanlah soal di bawah in dengan memilih jawaban yang saudara


nggap tepat!

1. Apakah kelebihan sistim catu daya constant voltage pada mesin GMAW?

a. Bisa dioperasikan secara otomatis


b. Bisa dioperasikan secara manual
c. Bisa mengatur heat input saat proses berjalan
d. Besar arus bisa menyesuaikan dengan kecepatan las

2. Mengapa pada proses pengelasan GMAW yang menggunakan gas


pelindung CO2 tidak terjadi spray transfer?

43
a. Penggunaan CO2 menyebabkan tidak terjadinya aliran plasma pada
benda kerja
b. Penggunaan CO2 menyebabkan gaya pencubitan pada elektroda
sangat kecil
c. Penggunaan CO2 mengakibatkan gaya repulsive arc force tidak
merata
d. Penggunaan gas CO2 menyebabkan butiran cairan logam berukuran
besar

3. Pengelasan logam Alumunium dengan GMAW sebaiknya menggunakan


gas pelindung argon atau helium 100 %, mengapa demikian?

a. Karena gas Argon tidak bereaksi dengan O2 sehingga dapat


melindungi logam Alumunium secara sempurna
b. Karena gas Argon harganya murah sehingga proses pengelasan sangat
ekonomis
c. Karena gas Argon merupakan gas lemas yang bisa melindungi logam
dasar saat pengelasan
d. Karena logam Alumunium dapat bereaksi dengan udara maka perlu
dilindungi dengan gas Argon

4. Apakah yang jadi pertimbangan penggunaan gas CO2 pada pengelasan Baja
karbon dengan GMAW?

a. Perubahan sifat baja karbon ketika dilas


b. Pertimbangan ekonomis penggunaan gas
c. Pertimbangan metalurgi saat pengelasan
d. Pembentukan daerah heat affected zone (HAZ)
5. Mengapa penggunaan jenis gas menjadi variable utama (essential variable)
dalam WPS GMAW?

44
a. Jenis gas berpengaruh terhadap teknik pengelasan
b. Jenis gas secara metalurgi berpengaruh terhadap logam dasar
c. Jenis gas berpengaruh terhadap pembekuan logam dasar
d. Jenis gas mempengaruhi bentuk transfer deposit logam las
6. Apakah kandungan utama baja SA 1548?
a. Nikel
b. Chromium
c. Karbon
d. Molybdenum
7. Bahan tambah (filler metal) GMAW apakah yang sesuai dengan bahan
tersebut?

a. ER-70S-2
b. ER-80S
c. ER-60S-1
d. ER-50S

8. Apa yang harus dilakukan jika P-number pada dua bahan yang disambung
sama, tetapi ada perbedaan group number-nya pada salah satu bahan yang
disambung?

a. Tidak perlu dilakukan pengujian mekanik pada kedua base metal


b. Perlu pengujian mekanik pada kedua base metal
c. Tidak apa-apa karena P-number-nya sama
d. Perlu ada pengujian mekanik pada sambungan las

9. Untuk membuat root pass dengan GMAW sebaiknya menggunakan teknik


pengayunan elektroda jenis apa?

45
a. Teknik stringer dengan di-drag
b. Teknik stringer dengan di-push
c. Teknik weaving U dengan di-drag
d. Teknik whipping dengan di-push

10. Ketika WPS dipersyaratkan PWHT di atas suhu transformasi bahan dasar
sebagaimana disebutkan dalam QW-409-1, penambahan heat input tidak
perlu diperhitungkan, mengapa demikian?

a. Karena ketika PWHT di atas suhu transformasi bahan dasar,


penambahan heat input tidak berpengaruh terhadap sifat bahan
b. Karena ketika PWHT di atas suhu tranformasi bahan dasar,
penambahan heat input tidak berpengaruh terhadap distorsi
c. Karena ketika PWHT di atas suhu tranformasi bahan dasar,
penambahan heat input tidak mempengaruhi keretakan bahan
d. Karena ketika PWHT di atas suhu tranformasi bahan dasar,
penambahan heat input, tidak mempengaruhi cacat las

3. Daftar Pustaka

ASME Boiler and Pressure Vessel Committee Subcommittee on Welding,


(2007). Qualification Standard for Welding ang Brazing Procedures,
Welders, Brazer, and Welding and Brazing Operators, Three Park
Avenue: The American Society of Mechanical Engineers.
AWS A3.0M/A3.0:2010 An American National Standard, (2010). Standard
Welding Terms and Definitions, 550 N.W. LeJeune Road: American
Welding Society (AWS) A2 Committee on Definitions and Symbols.
AWS Committee On Definitions and Symbols, (1998). Standard Symbols for
Welding, Brazing, and Non Destructive Examination, , 550 N.W.
LeJeune Road: the American Welding Society Inc.
Winarto, (2010). Hanbooks Teknologi Pengelasan. Tokyo: The Japan Welding
Society.

46
HALAMAN JUDUL

No Kode: DAR2/Profesional/Mes/007/2019

PENDALAMAN MATERI TEKNIK MESIN


MODUL 2 : TEKNIK PENGELASAN

KEGIATAN BELAJAR 4
PENGELASAN POSISI VERTIKAL MIG/MAG

Nama Penulis: Drs. Riswan Dwi Djatmiko, M.Pd.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
Kegiatan Belajar 3: Pengelasan Posisi Vertikal dengan TIG .................................. 1
A. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1. Deskripsi Singkat...................................................................................... 1
2. Relevansi .................................................................................................. 1
3. Panduan Belajar ........................................................................................ 1
B. INTI .............................................................................................................. 2
1. Capaian Pembelajaran .............................................................................. 2
2. Sub Capaian Pembelajaran ....................................................................... 2
3. Pokok-Pokok Materi................................................................................. 2
4. Uraian Materi............................................................................................ 3
5. Forum Diskusi ........................................................................................ 23
C. PENUTUP .................................................................................................. 23
1. Rangkuman ............................................................................................. 23
2. Test Formatif .......................................................................................... 24
3. Daftar Pustaka ........................................................................................ 26
4. Kunci Jawaban Tes Formatif .................................................................. 33
5. Test Sumatif ........................................................................................... 27
6. Kunci Jawaban Test Sumatif .................................................................. 32

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sistem Pengelasan TIG ........................................................................ 4


Gambar 2. Prinsip Kerla Las TIG .......................................................................... 5
Gambar 3. Mesin Las TIG ..................................................................................... 6
Gambar 4. Welding Gun......................................................................................... 7
Gambar 5. Komponen Welding Gun ...................................................................... 8
Gambar 6. Bentuk-bentuk Tungsten ...................................................................... 9
Gambar 7. Pembentukan Tungsten ........................................................................ 9
Gambar 8. Kode Bahan Tambah Las TIG & OAW ............................................. 11
Gambar 9. Pengaruh Polaritas pada Pengelasan TIG........................................... 13
Gambar 10. Stickout dan Electrode Eextension................................................... 15
Gambar 11. Posisi TIG Welding Gun................................................................... 15
Gambar 12. Posisi Welding Gun las TIG............................................................. 23

iii
Kegiatan Belajar 3: Pengelasan Posisi Vertikal dengan TIG

A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat

Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) adalah proses penyambungan


logam dengan las yang menggunakan elektroda tak terumpan dan gas lemas
(inert gas) sebagai bahan pelindung deposit logam las. Proses las ini dikenal
oleh masyarakat dengan sebutan las TIG (Tungsten Inert Gas). Biasanya proses
las ini digunakan untuk mengelas bahan logam non ferro, stainless steel, dan
logam-logam yang menghendaki presisi tinggi. Sebenarnya las TIG dapat
digunakan untuk mengelas semua logam, namun karena biaya pengelasan yang
relative tinggi, maka sering digunakan untuk mengelas logam tersebut.

2. Relevansi

Salah satu kelebihan GTAW atau las TIG adalah heat input bisa
dikendalikan oleh seorang welder ketika proses pengelasan berjalan, sehingga
secara teknis kualitas las bisa terjaga. Di sisi lain rigi-rigi las (weld bead) bisa
dibentuk rapi dan mempunyai pola yang unik, oleh karenanya proses las TIG
banyak digunakan pada pengelasan barang-barang yang tanpa finishing
lanjutan. Las TIG banyak digunakan untuk pengelasan pipa-pipa Alumunium
dan Stinless steel serta bahan-bahan logam non fero lainnya.

3. Panduan Belajar

Untuk mengetahui tercapainya kompetensi pengelasan posisi vertikal


dengan GTAW, guru dianjurkan; 1) membaca bab demi bab, 2) membaca
referensi lain yang berupa standar-satandar pekerjaan las, seperti AWS
A3.0M/A3.0, AWS D1.1, dan ASME IX, 3) melihat vidio tutorial,
pembelajaran, grafis, dan animasi yang bisa disownload dari situs
kemendikbud, 4) mengerjakan soal dan mencocokkan jawaban pada kuncinya,
serta 5) berlatih membuat WPS untuk pengelasan baja karbon dengan membuat
sambungan las dan mengujinya hingga lolos.

1
B. INTI

1. Capaian Pembelajaran

Menguasai materi ajar pada bidang studi Teknik Mesin yang meliputi:
Teknik pemesinan; Teknik pengelasan; Teknik pengecoran Logam; Teknik
mekanik industri; Teknik perancangan dan gambar mesin; dan Teknik fabrikasi
Logam dan Manufaktur termasuk kewirausahan dan advance materials secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi),
dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat
membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang
dibutuhkan oleh DUDI.

2. Sub Capaian Pembelajaran

Menganalisis dan mengajarkan kompetensi-kompetensi terkait dengan


pengelasan Oksi-Asetelin (OAW-posisi vertkal), Busur manual (SMAW- posisi
vertical), Gas Metal (MIG/MAG- posisi vertical), dan Gas Tungsten (TIG-
posisi vertical) yang relevan dengan kebutuhan DUDI.

3. Pokok-Pokok Materi

a. Konsep Dasar GTAW


b. Keuntungan dan Kerugian Las TIG
c. Peralatan Las TIG
d. Bahan Tambah Las TIG
e. Pengaruh Polaritas terhadap Heat Input
f. Posisi Welding Gun.
g. Prosedur Pengelasan Sambungan Pelat Baja Karbon dengan Proses
GTAW.

2
4. Uraian Materi

a. Konsep Dasar GTAW

1) Definisi GTAW

Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) adalah proses penyambungan


logam dua atau lebih dengan elektroda tak terumpan dan gas lemas (inert gas)
sebagai bahan pelindung deposit logam las. Elektroda dalam las TIG berfungsi
sebagai pembangkit busur listrik bukan sebagai bahan tambah.

Teknik pengelasan logam dengan las TIG hamper sama dengan las
OAW, yaitu menggunakan teknik push dengan mendorong cairan logam las dan
membentuknya hingga rugi-riginya rapi.

2) Prinsip Kerja GTAW

Skema dari las TIG dapat dilihat dalam Gambar 1. Seperti tampak
dalam gambar, busur listriknya timbul antara batang Wolfram dan logam induk
dan dilindungi oleh gas Argon. Pada jenis ini logam pengisi dimasukkan ke
dalam daerah arus busur sehingga mencair dan terbawa ke logam induk. Tetapi
untuk mengelas pelat yang sangat tipis kadang-kadang tidak diperlukan logam
pengisi. Las TIG dapat dilaksanakan dengan tangan atau secara otomatis dengan
mengotomatisasikan cara pengumpanan logam pengisi.

Penggunaan las TIG mempunyai dua keuntungan, yaitu pertama


kecepatan pengumpanan logam pengisi dapat diatur terlepas dari besarnya arus
listrik sehingga penetrasi ke dalam logam induk dapat diatur semaunya. Cara
pengaturan ini memungkinkan las TIG dapat digunakan dengan memuaskan
baik untuk pelat baja tipis maupun pelat baja yang tebal. Kedua adalah kwalitas
yang lebih baik dari daerah las. Tetapi sebaiknya bila dibandingkan dengan las
MIG, efisiensinya masih lebih rendah dan biaya operasinya masih lebih tinggi.
Karena hal-hal di atas maka las TIG biasanya digunakan untuk mengelas baja-
baja kwalitas tinggi seperti baja tahan karat, baja tahan panas dan untuk
mengelas logam-logam bukan baja.

3
Gambar 1. Sistem Pengelasan TIG
b. Keuntungan dan Kerugian Las TIG
1) Keuntungan Las TIG

Keuntungan las TIG diantaranya yaitu :

a) Kualitas tinggi dan presisi


b) Kontrol titik yang baik
c) Manik-manik pengelasan yang estetis
d) Tidak ada Flux ataupun terak
e) Tidak berasap ataupun beruap
f) Dapat mengelas bermacam logam dan logam campuran dibanding proses
pengelasan yang lain

4
Gambar 2. Prinsip Kerla Las TIG
2) Kerugian Las TIG

Kerugian las TIG diantaranya yaitu :

a) Kecepatan pengelasan relatif lama dibanding proses yang lain


b) Rata-rata pengendapan logam pengisi relatif rendah
c) Dibutuhkan keahlian koordinasi antara mata dan tangan
d) Sinar UV lebih terang dari proses pengelasan yang lain
e) Harga peralatan lebih mahal dari prosess yang lain

c. Peralatan Las TIG

1) Mesin Las TIG

Mesin las TIG tergolong jenis Constan Current, sehingga heat input
dapat dimanipulasi dengan mengatur jarak stick-out. Namun hal yang harus
diperhatikan adalah semakin besar stick-out mengakibatkan busur nyala tidak
fokus. Berkaitan dengan karakter mesin yang demikian, maka diperlukan juru
las yang trampil. Lihat Gambar 3.

5
Gambar 3. Mesin Las TIG
1) Gas Pelindung

Gas pelindung yang digunakan pada saat pengelasan adalah Gas lemas
(inert gas) yang meliputi Argon dan Helium. Terkadang untuk mendapatkan
hasil yang baik diperlukan campuran gas antar keduanya dengan komposisi
tertentu. Lihat Tabel 1 yang menunjukkan hubungan antara jenis bahan dengan
jenis gas.

2) Welding Gun

Welding gun pada las TIG berbeda dengan Las MIG/MAG. Pada las
MIG, kawat elektroda tidak terikat di Contac Tube, tetapi pad alas TIG elektroda
tersebut terikat, Hal ini disebabkan karena eketroda pada las TIG tergolong
elektroda tidak terumpan yang hanya berfungsi sebagai pembangkit busur nyala
(tidak berfungsi sebagai bahan tambah).

Welding gun pada las TIG berfungsi untuk membangkitkan busur nyala
yang digunakan pada saat pengelasan. Welding gun terdiri dari Nozzle, Isolator,
Contact tube, Elektroda, Pengikat elektroda, dan Saklar. Lihat Gambar 5.

6
Tabel 1. Kesesuaian Jenis Gas dan Jenis Bahan

Jenis Gas
Logam Keuntungan
pengelasan Pelindung
Lebih baik arc starting clening
Alluminium Argon action, kualitas las dan gas
dan Manual yang dipakai lebih sedikit.
paduannya
Helium Memungkin kecepatan
mengelas tinggi
Magnesium
Argon- Aliaran gas dapat lebih rendah
dan Mesin
Helium dari yang diperlukan dengan
paduannya
Helium murni
Penetrasi terkontrol.
Magnesium < 16” Argon Pembersihan baik aliran gas
dan rendah.
paduannya > 16 ” Helium Penetrasi baik terbaik untuk
pengelasan DC
Aliran gas kecil, mudah
Mild steel Spot welding Argon penyalaan, bentuk las lebih
baik

Gambar 4. Welding Gun

7
Keterangan:

A. Nozzle
B. Isolator
C. Contact tube
D. Elektroda
E. Pengikat
F. Saklar

Gambar 5. Komponen Welding Gun


3) Elektroda Las TIG

Bahan yang dipakai untuk elektoda ini ialah Tungsten atau paduan
Tungsten, karena logam ini mempunyai suhu lebih tinggi (3410oC atau 6170oF).
Ukuran dan klasifikasinya dan klasifikasi elektroda diatur dalm AWS spec.
A5.12

Elektroda yang digunakan dalam las TIG biasanya dibuat dari Wolfram
murni atau paduan antara Wolfram-Torium yang berbentuk batang dengan garis
tengah antara 1,0 samapi 4,8 mm. dalam banyak hal elektroda dari Wolfram-
Torium lebih baik dari pada elektroda dari Wolfram murni terutama dalam
ketahanan ausnya.

Gas yang dipakai untuk pelindung adalah gas Argon murni, karena
pencampuran dengan O2 atau CO2 yang bersifat oksidator akan mempercepat
keausan ujung elektroda. Penggunaan logam pengisi tidak ada batasnya,
biasanya logam pengisi diambil logam yang mempunyai komposisi yang sama
dengan logam induk.

Bentuk ujung elekroda siseuaikan dengan jenis bahan, untuk mengelas


logam baja sebaiknya menggunakan elektroda dengan ujung berbentuk runcing,
sedangkan untuk mengelas logam alumunium yang menggunakan arus AC
disarankan memilih elektroda yang berujung bulat. Lihat Gambar 6.

8
Gambar 6. Bentuk-bentuk Tungsten

Gambar 7. Pembentukan Tungsten


Pembentukan ujung elektroda tidak boleh sembarangan, harus
mengikuti prosedur pembentukan yang benar. Cara mengasah yang benar adalah
searah sumbuh elektroda agar arus listrik tidak terhambat oleh alur yang
berlawanan sumbuh elektroda. Lihat Gambar 7.

Elektroda las TIG terdiri dari beberapa jenis bahan yaitu


Wolfram/Tungsten murni, Campuran unsur Wolfran dengan Thorium, dan

9
campuran Wolfram dengan Zirconium. Menurut standard AWS, elektroda ini
diklasifikasikan menjadi ketiga kelompok campuran tersebut. Lihat Tabel 3 dan
4.
Tabel 3. Komposisi kimia dan identitas elektroda Tungsten

Unsur
Klasifikas Tungsten Thoria Zirkonia
lain Warna
AWS % Min % %
%

EWP 99,5 - - 0,5 Hijau


EWTh-1 98,5 0,8-1,2 - 0,5 Kuning
EWTh-2 97,5 1,7-2,2 - 0,5 Merah
EWTh-3 98,95 0,13-0,55 - 0,5 Biru
EWZn 99,2 - 0,15-0,40 0,5 Coklat

Tabel 4. Standar ukuran diameter dan panjang elektroda Tungsten

Toleransi Toleransi
Diameter Panjang
Dia. Panjang
Inchi mm Inchi mm Inchi Inchi mm
0,010 0,3 0,001 0,025 3
0,020 0,5 0,002 0,05
0,040 1,0 0,003 0,08 6 1/16 1,6
0,060 1,6 0,003 0,08
0,93(1/16 ) 2,4 0,003 0,08 7
0,125(1/8) 3,2 0,003 0,08 12
0,156(5/32) 4,0 0,003 0,08
0,187(3/16) 4,8 0,003 0,08 18 1/8 3,2
0,250(1/4) 6,4 0,003 0,08 24

d. Bahan Tambah Las TIG

Bahan tambah las TIG yang biasa disebut filler rod berbentuk
batangan. Bahan tambah ini juga digunakan pada Oxy Acetylene Welding
(OAW). Filler rod harus sesuai dengan bahan dasar yang dilas, untuk
mengenalinya kita merujuk pada kode standarisasi yang telah ada. Menurut

10
American Welding Society (AWS), kode standar filler rod dapat dilihat pada
gambar 8 dan Tabel 5.

Elemen utama dalam kode standar AWS menunjukkan jenis bahan


filler rod, misalnya logam stainless steel ditunjukkan dengan kode jenis bahan
dengan angka 308. Kode spesifikasi menujukkan spesifikasi khusus dari filler
rod, misalnya ukuran diameter bahan tanbah tersebut, misalnya angka 063
menunjukkan diameter filler rod sebesar 1,6 mm.

Gambar 8. Kode Bahan Tambah Las TIG & OAW

Tabel 5. Tabel Standarisasi Filler Rod Menurut AWS

Diameter
No Jenis Bahan Kode
(mm)
1 ER70S6-063 1,6 mm
2 Mild Steel ER80S6-094 2,4 mm
3 ER60S6-125 3,2 mm
4 Stainless Steel ER308L-063 1,6 mm
5 R4043-094 2,4 mm
Alumunium
6 R5356-125 3,2 mm

e. Pengaruh Polaritas terhadap Heat Input

Sumber listrik yang digunakan untuk pengelasan TIG dapat berupa


listrik DC atau listrik AC. Dalam hal listrik DC rangkaian listriknya dapat
dengan polaritas lurus di mana kutup positip dihubungkan dengan logam induk

11
dan kutup negatip dengan batang elektroda (DCEN/DCSP) atau rangkaian
sebaliknya yang disebut polaritas balik (DCEP/DCRP).

Dalam polaritas lurus electron bergerak dari elektroda dan menumbuk


logam induk dengan kecepatan yang tinggi sehingga dapat terjadi penetrasi yang
dalam. Karena pada elektroda tidak terjadi tumbukan electron maka secara
relatif suhu elektroda tidak terlalu tinggi, karena itu dengan polaritas ini dapat
digunakan arus yang besar. Sebaliknya dalam polaritas balik elektroda menjadi
panas sekali, sehingga arus listrik yang dapat dialirkan mejadi rendah.

Untuk ukuran elektroda yang sama dalam polaritas balik kira-kira


hanya 1/10 arus pada polaritas lurus yang dapat dialirkan. Bila arus terlalu besar
maka ujung elektroda akan turut mencair dan merubah komposisi logam cair
yang dihasilkan. Dengan polaritas balik penetrasi ke dalam logam induk menjadi
dangkal dan lebar. Di samping itu terjadi proses ionisasi pada gas Argon yang
menyelubunginya dan terbentuk ion-ion Ar+ positip, yang menumbuk logam
dasar dan dapat melepaskan lapisan oksida yang ada di permukaannya. Karena
sifatnya yang dapat membersihkan maka peristiwa ini dinamakan aksi
pembersihan. Pengaruh polaritas terhadap proses pengelasan TIG dapat dilihat
dalam Gambar 9.

Bila dipergunakan listrik AC maka proses yang terjadi akan sama


dengan menggunakan arus searah dengan polaritas lurus dan polaritas balik
yang digunakan secara bergantian. Karena hal ini maka dengan penggunaan arus
bolak-balik, hasil pengelasan akan terletak antara hasil pengelasan dengan arus
searah dengan polaritas lurus dan polaritas balik. Pada umumnya busur yang
dihasilkan dengan listrik DC kurang begitu mantap dan untuk memantapkannya
perlu ditambahkan listrik AC dengan frekwensi tinggi.

Berdasarkan keterangan di atas, maka biasanya arus searah dengan


polaritas lurus dipakai untuk pengelasan baja, sedangkan untuk Aluminium
karena permukaannya selalu dilapisi dengan oksida yang mempunyai titik cair
yang tinggi, maka sebaiknya memakai arus bolak-balik biasa yang ditambah
dengan arus bolak-balik frekwensi tinggi.

12
Gambar 9. Pengaruh Polaritas pada Pengelasan TIG
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa dengan las TIG dapat
dilakukan pengelasan dengan tangan dan pengelasan otomatis. Pada umumnya
dalam pengelasan TIG sumber listrik yang dipergunakan mempunyai
karakteristik yang lamban, sehingga dalam hal menggunakan listrik DC untuk
memulai memunculkan busur perlu ditambah dengan listrik AC frekwensi
tinggi.

f. Posisi Welding Gun

Posisi welding gun sangat berpengaruh terhadap kualitas sambungan


las. Untuk mendapatkan bentuk deposit logam lasan yang baik, posisi work
angle dan travel angle harus tepat. Work angle yang baik sebesar 90° dan travel
angle sebesar 75°. Di samping sudut welding gun, sudut filler rod juga harus
sebesar 15° agar bentuk deposit logam lasan menjadi sempurna. Lihat Gambar
10.

13
Tabel 6. Pemakaian jenis polaritas dalam pengelasan logam

Listrik AC Listrik DC
Listrik DC
Logam frekwensi polaritas
polaritas balik
tinggi lurus
Baja Terbatas Sesuai -

Baja tahan karat Terbatas Sesuai -

Besi cor Terbatas Sesuai -

Aluminium dan Dapat untuk pelat


Sesuai -
paduannya tipis
Magnesium dan Dapat untuk pelat
Sesuai -
paduannya tipis
Tembaga dan
Terbatas Sesuai -
paduannya
Aluminium
Sesuai Terbatas -
brons

Dalam melakukan pengelasan dengan las TIG juga harus


memperhatikan jarak ujung nosel dengan ujung elektroda (stick out). Jarak nosel
terhadap ujung elektroda yang terbaik adalah sebesar 2 s.d. 3 kali diameter
elektroda, lihat Gambar 10. Stickout ini berkaitan dengan electrode extension,
lihat Gambar 10. Jika electrode extension ini terlalu panjang akan
mengakibatkan mencairnya ujung elektroda dan mencemari deposit logam las.
Jika ini terjadi sambungan las mengalami cacat metal inclution atau deposit
logam las kemasukan pecahan elektroda yang tidak akan menyatu dengan
deposit logam las tersebut, sehingga harus digali dan diperbaiki.

Besar busur nyala dapat diatur melalui celah antara ujung elektroda
dengan benda kerja. Pengaturan ini bisa dilakukan dengan cara tersebut
disebabkan karena Tranformator las TIG dirancang dengan sistim Constant
Current sebagaimana las SMAW. Busur nyala akan semakin besar jika celah
antara ujung elektroda dengan benda kerja semakin lebar, begitu pula
sebaliknya, semakin kecil celah semakin kecil busur nyala.

14
Gambar 10. Stickout dan Electrode Eextension
g. Prosedur Pengelasan Sambungan Pelat Baja Karbon dengan Proses
GTAW.

Pengelasan logam dengan proses GTAW/las TIG harus


memperhatikan karakter mesin las, parameter las, jenis desain sambungan las,
bahan dasar, bahan tambah, dan gas pelindung agar kualitas hasil las bisa
dipertanggungjawabkan secara teknis.

Min. 60o

Maks. 30o

Gambar 11. Posisi TIG Welding Gun


1) Variabel las GTAW dalam WPS

WPS GTAW/las TIG terdiri dari tiga variable, yaitu: 1) essential


variable, 2) supplementary variable, dan 3) non essential variable. Variabel

15
esensial las TIG meliputi: 1) jenis logam dasar/bahan yang dilas, 2) pre heat, 3)
PWHT, 4) gas pelindung, dan 5) teknik pengelasan. Variabel tambahannya
adalah: 1) logam dasar, 2) bahan tambah, 3) posisi pe ngelasan, 4) pre heating,
5) PWHT, 6) karakteristik elektrik, dan 7) teknik. Sedangkan variabel bukan
utama (non essential variable) meliputi: 1) desain sambungan las, 2) logam
tambah, 3) gas pelindung, 4) karakteristik elektrik, dan 5) teknik pengelasan.
Lihat Tbael 7.
a) Paragraf 402
Secara umum Paragraph 402 merupakan standar desain sambungan las.
Pada proses las SMAW dan GMAW mempunyai elemen standar yang sama
yaitu elemen 1, 4, 10, dan 11. Sedangkan untuk GTAW atau las TIG memiliki
sedikit perbedaan, yaitu: elemen 1, 5, 10, dan 11. Dalam sub bab ini hanya
elemen 5 yang dijelaskan, untuk elemen 1, 10, dan 11 dapat dilihat pada
Kegiatan Belajar 2 dan 3.

Tabel 7. Variabel Las TIG dalam WPS

16
17
Elemen 5 membahas perubahan backing plate atau perubahan dalam
komposisi nominal. Jika hal tersebut dilakukan maka perlu pengujian kekuatan
mekanis ulang. Apakah kekuatannya sesuai dengan desain awal sambungan las.
b) Paragraf 403
Paragraph 403 berisi tentang standar logam dasar yang berisi 27
elemen, untuk proses las TIG hanya menggunakan elemen 5, 6, 8, 11, dan 13.
Dalam sub bab ini tidak dibahas, karena semua elemen tersebut sudah dibahas
pada Kegiatan Belajar 3 yang membahas las MIG/MAG.
c) Paragraf 404
Paragraf ini membahas standar logam tambah yang terdiri dari 52
elemen standar. Elemen standar yang digunakan las TIG meliputi elemen 3, 4,
5, 12, 14, 22, 23, 30, 33, dan 50. Pada sub bab ini akan dibahan elemen standar
3, 14, 22, dan 50. Sedangkan elemen 4, 12, 23, 30, dan 33 dapat dilihat pada
Kegiatan Belajar 3 yang membahas pengelasan dengan GMAW atau las MIG
dan MAG.
(1) QW-404.3
Elemen standar ini menjelaskan jika ada perubahan jenis logam
pengisi/logam tambah, perlu juga dilakukan uji kekuatan mekanis ulang agar
seuai dengan persyaratan teknis.
(2) QW-404.14
Berbeda dengan elemen standar QW-404.3 yang menjelaskan tentang
perubahan jenis logam pengisi, QW-4040.14 membahas perubahan ukuran
logam pengisi yang mensyaratkan uji kekuatan mekanis ulang pada sambungan
las.
(3) QW-404.22
Penghilangan atau pemberian bahan tambah. Kualifikasi dalam
sambungan tumpul satu sisi, dengan atau tanpa bahan tambah, memenuhi syarat
untuk las pengelasan fillet dan sambungan tumpul pengelasan satu sisi dengan
backing atau sambungan tumpul pengelasan dua sisi. Bahan tambah yang sesuai
dengan SFA-5.30, kecuali bahwa analisis kimia dari bahan tambah sesuai

18
dengan analisis untuk setiap kawat las yang diberikan dalam spesifikasi SFA
atau Klasifikasi AWS, harus dianggap memiliki Nomor F yang sama dengan
bahan tambah sebagaimana diberikan pada tabel QW-432
(4) QW-404.50
Penambahan atau penghapusan fluks pada permukaan sambungan las
untuk tujuan mempengaruhi penetrasi las
d) Paragraf 405
Paragraf 405 yang berisi tentang posisi pengelasan untuk elemen 1, 2,
dan 3 seperti yang dibutuhkan dalam WPS las TIG telah dijelaskan pada
Kegiatan Belajar 3 GMAW atau las MIG/MAG.
e) Paragraf 406
Paragraf 406 yang membahas preheat pada sambungan las telah
dijelaskan pada Kegiatan Belajar 3 tentang GMAW atau las MIG/MAG.
f) Paragraf 407
Isi Paragraf 407 adalah penerapan PWHT (Post Weld Heat Treatment)
telah dibahas pada Kegiatan Belajar 3 tentang GMAW atau las MIG/MAG
g) Paragraf 408
Paragraf 408 berisi tentang penggunaan gas pelindung. Pada paragraf
ini pembahasan penggunaan gas pelindung tidak hanya menyangku jenis gas
saja, tetapi lebih dari itu meliputi, komposisi gas, campuran gas, dan
penggunaan perlindungan gas dari sisi belakang benda kerja yang biasa
diterapkan pada pengelasan pipa dari bahan baja paduan atau bahan yang sa ngat
reaktif dengan udara ketika berada pada temperatur tinggi.

Pengelasan dengan proses las TIG yang isinya sama dengan GMAW,
olehkarenanya untuk penjelasan bisa dilihat pada Kegiatan Belajar 3 tentang
GMAW.
h) Paragraf 409
Paragraf 409 menjelaskan tentang karakteristik elektrik yang meliputi
besar arus, tegangan, polaritas, heat input, dan bentuk transfer logam yang
semuanya berpengaruh terhadap perubahan property bahan yang dilas. Pada

19
proses pengelasan perubahan properti bahan ini menjadi perhatian utama.
Adanya perubahan property bahan yang meliputi kekuatan tarik, kekuatan
tekan, kegetasan, live time yang berkaitan dengan fatiq, dan termasuk juga
perubahan struktur bahan akan berpengaruh pada kualitas sambungan las secara
teknis.

Paragraf ini berisi 29 elemen standar, untuk las TIG meliputi elemen 1,
3, 4, 8, dan 12. Elemen 1, 4, dan 8 sudah dijelaskan pada Kegiatan Belajar 3
tentang GMAW. Pda sub bab ini hanya akan dijelaskan elemen 3 dan 12 saja.
(1) QW-409.3
QW-409.3 berisi tentang Penambahan atau penghapusan arus pulsa ke
sumber daya DC. Jika hal ini dilakukan, maka harus dilakukan uji kekuatan
mekanik ulang pada sambungan las.
(2) QW-409.12
Elemen QW-409.12 berisi tentang perubahan jenis atau ukuran
elektroda tungsten.
i) Paragraf 410
Paragraf 410 membahas teknik pengelasan yang berisi 65 elemen
standar, untuk las TIG elemen yang digunakan adalah 1, 3, 5, 6, 9, 10, 11, 15,
25, 26, dan 64. Pada sub bab ini yang akan dibahas adalah elemen 11, sedangkan
yang lain bisa dilihat pada Kegiatan Belajar 3 tentang GMAW.
(3) QW-410.11
Perubahan dari ruang tertutup ke ruang terbuka dengan welding gun
konvensional pada bahan P-No. 51 sampai P-No. 53 diperbolehkan, tetapi tidak
sebaliknya.

20
2) Prosedur Pengelasan Sambungan T Pelat Baja Karbon Posisi Vertikal
(3F) dengan GTAW atau las TIG

WELDING PROCEDURE SPESIFICATION (WPS)


(Section IX ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Edition: 2007)
Comp. Name :…..
By : Supporting PQR N0. 003/PQR/ASME/…./2019
WPS No. : 003 / WPS /
ASME/…./2 Date : 23 September 2019
019
Rev. No. :0
Weld Process : GTAW/TIG Type : Manual
JOINT (QW-402)
Joint design : Fillet

Sketches, Production 3
Drawing, Weld symbol or
Written Description should
show the general arrangement 2
of the parts to be welded. 12
Where applicable, the root
spacing and the details of
weld groove may be 12
specified. (At the option the 1
Manufacturer, sketches may Cosumable Heat Gas
be attached to ilustrate joint Run diameter Ampere Polarity input flow
design, weld layers and bead (mm) (Kj/mm) (L/mnt)
sequences, (e.g., for notch 1 2.4 100-110 DCEN 1.2 5
toughness procedure, for
2 2.4 100-110 DCEN 1.2 5
multiple process procedure,
3 2.4 110-120 DCEN 1.5 5
etc)

BASE METALS (QW-403)


P-No. : 1 Group No. : 1 to P-No. :1 Group No. :1
Specification Type and Grade : SA 1548
To specification Type and Grade : SA 1548

FILLER METALS (QW-404) Size of Filler Metal : ᴓ 2.4 mm


Spec. No. (SFA) : A 5.18 Deposite Weld Metal :
AWS No. ( Class) : ER 70S-2 Thickness Range : 12 mm
F- No :1 Groove : N/A
A. No. :1 Fillet : All

POSISITION (QW-405)
Position of Groove :- POSTWELD HEAT TREATMENT (QW-407)
Welding Progresssion : Up Temperature Range : N/A
Hill Time Range : N/A
Position of Fillet :3F
Manufacturer of Plant
Process Equipment Plant
Mechanical, Civil, Electrical
HeadOffice : ...................

21
3) Prosedur Pengelasan Sambungan Tumpul Pelat Baja Karbon Posisi
Vertikal (3G) dengan GMAW
WELDING PROCEDURE SPESIFICATION (WPS)
(Section IX ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Edition: 2007)

Company Name :…..


By : Supporting PQR N0. 003/PQR/ASME/…./2019
WPS No. :
Date : 23 September 2019
003/WPS/ASME/…./2019
Revision No. :0
Welding Process : SMAW Type : Manual

JOINT (QW-402)
Joint design : Groove
Backing : N/A

Sketches, Production
Drawing, Weld symbol or 3
Written Description should
show the general
arrangement of the parts to
be welded. Where
applicable, the root spacing 1 2
and the details of weld
groove may be specified. (At Cosumable Heat Gas
the option the Manufacturer, Run diameter Ampere Polarity input flow
sketches may be attached to (mm) (Kj/mm) (L/mnt)
ilustrate joint design, weld 1 2.4 70-80 DCEN 1.2 5
layers and bead sequences, 2 2.4 90-100 DCEN 1.4 5
(e.g., for notch toughness 3 2.4 100-110 DCEN 1.5 5
procedure, for multiple
process procedure, etc)

BASE METALS (QW-403)


P-No. : 1 Group No. : 1 to P-No. :1 Group No. :1
Specification Type and Grade : SA 1548
To specification Type and Grade : SA 1548
Thickness Range :
Base metal Groove : All Fillet :-
FILLER METALS (QW-404) Size of Filler Metal : ᴓ 2.4 mm
Spec. No. (SFA) : A 5.18 (GMAW) Deposite Weld Metal
AWS No. ( Class) : ER 70S-2 Thickness Range : 12 mm
F- No :1 Groove : All
A. No. :1 Fillet :-
POSISITION (QW-405)
Position of Groove :
3G POSTWELD HEAT TREATMENT (QW-407)
Welding Progresssion : Temperature Range : N/A
Up Hill Time Range : N/A
Position of Fillet :
N/A
Manufacturer of Plant
Process Equipment Plant
Mechanical, Civil,
Electrical
Head Office :
................................

22
5. Forum Diskusi

Benda
Kerja

Welding
Gun

45o

60o – 70o

Gambar 12. Posisi Welding Gun las TIG


Kualitas sambungan T plat baja karbon tergantung pada beberapa
faktor. Silahkan didiskusikan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kualitas
sambungan T tersebut dan beri penjelasan mengapa faktor-fakor tersebut
mempengaruhi kualitas sambungan las tersebut!

C. PENUTUP

1. Rangkuman

Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) yang biasanya disebut las


Tungsten Inert Gas (TIG) merupakan yang sangat presisi dan menghasilkan
sambungan las yang berkualitas tinggi banyak digunakan untuk menyambung
logam-logam non ferro dan baja paduan. Beaya pengoperasiannya cukup tinggi,
tetapi kendatipun demikian las jenis ini banyak dibutuhkan oleh masyarakat
karena kelebihannya tersebut. Berkaitan denganh hal tersebut sebaiknya las TIG

23
tidak digunakan untuk mengelas baja karbon, karena beaya pengoperasiannya
tidak sesuai dengan ongkos yang didapat.

2. Test Formatif

Kerjakanlah soal di bawah in dengan memilih jawaban yang


saudara anggap tepat!
1. Mengapa elektroda las TIG bisa meleleh atau pecah?
a. Karena polaritas tidak sesuai dengan jenis elektroda
b. Karena besar arus tidak sesuai dengan diameter elektroda
c. Karena voltase tidak sesuai dengan jenis elektroda
d. Karena bentuk ujung elektroda tidak sesuai dengan ukuran bahan
2. Untuk mengelas logam alumunium sebaiknya menggunakan polaritas apa?
a. AC atau DCEP
b. AC atau DCEN
c. AC atau DC
d. AC atau DCSP
3. Untuk mengelas baja karbon sebaiknya menggunakan arus apa?
a. AC saja
b. DC saja
c. AC, DCEP, dan DCEN
d. DCEP dan DCEN
e. DCRP, DCEP, dan AC
4. Berapa besar sudut work angle untuk mengelas sambungan ujung (Butt
joint)?
a. 60°
b. 70°
c. 80°
d. 90°
5. Berapa besar sudut travel angle untuk pengelasan posisi vertikal?
a. 65°
b. 75°

24
c. 85°
d. 95°
6. Mengapa pengelasan logam Alumunium harus menggunakan arus AC atau
DCEP?
a. Karena arus AC dan DCEP dapat merobek lapisan oksida yang bersuhu
lebih tinggi dari logam aslinya
b. Karena logam alumunium mempunyai sifat konduktor yang baik,
sehingga perlu arus AC atau DCEP
c. Karena logam alumunium tidak dapat menarik magnet, sehingga arus
AC dan DCEP sesuai untuk kondisi tersebut
d. Karena arus AC atau DCEP menghasilkan heat input yang sedikit,
sehingga cocok dengan suhu cair alumunium
7. Bagaimana sebaiknya arah menggerinda ujung elektroda las TIG?
a. Ke arah tegak lurus terhadap sumbuh elektroda
b. Ke arah searah dengan sumbuh elektroda
c. Ke arah sembarang diperbolehkan
d. Tidak ada persyaratan khusus dalam menggerinda
8. Apakah yang terjadi jika pembentukan ujung elektroda las TIG searah
dengan sumbuh elektroda?
a. Aliran elektron akan terhambat
b. Aliran arus tidak ada hambatan
c. Loncatan elektron akan menyebar
d. Loncatan elektron akan terfokus
9. Berapakah besar arus pengelasan untuk membuat root pass pada sambungan
tumpul pelat baja ketebalan 12 mm dengan bahan tambah diameter 2,4 mm?
a. 65 s.d 100 Ampere
b. 90 s.d 100 Ampere
c. 70 s.d. 80 Ampere
d. 100 s.d. 110 Ampere

25
10. Berapakah besar arus pengelasan untuk membuat filler pass pada
sambungan tumpul pelat baja ketebalan 12 mm dengan bahan tambah
diameter 2,4 mm?
a. 65 s.d 100 Ampere
b. 90 s.d 100 Ampere
c. 70 s.d. 80 Ampere
d. 100 s.d. 110 Ampere

3. Daftar Pustaka

ASME Boiler and Pressure Vessel Committee Subcommittee on Welding,


(2007). Qualification Standard for Welding ang Brazing Procedures,
Welders, Brazer, and Welding and Brazing Operators, Three Park
Avenue: The American Society of Mechanical Engineers.
AWS A3.0M/A3.0:2010 An American National Standard, (2010). Standard
Welding Terms and Definitions, 550 N.W. LeJeune Road: American
Welding Society (AWS) A2 Committee on Definitions and Symbols.
AWS Committee On Definitions and Symbols, (1998). Standard Symbols for
Welding, Brazing, and Non Destructive Examination, , 550 N.W.
LeJeune Road: the American Welding Society Inc.
Winarto, (2010). Hanbooks Teknologi Pengelasan. Tokyo: The Japan Welding
Society.

26
4. Test Sumatif

Kerjakanlah soal di bawah in dengan memilih jawaban yang


saudara anggap tepat!
1. Apakah kelemahan yang mendasar dari Oxy Acetylene Welding (OAW)?
a. Adanya gas sisa yang mengandung elemen CO2
b. Panas yang ditimbulkan tidak bisa mencairkan baja tebal
c. Panasnya menyebar sehingga bisa mengakibatkan distorsi
d. Kualitas sambungan las kurang memenuhi standar las
2. Mengapa bahan tambah OAW harus menggunakan bahan yang standar?
a. Karena bahan tambah standar mempunyai kandungan deoxidator
b. Karena kualitas sambungan las ditentukan oleh bahan tambah standar
c. Bahan standar dirancang dengan komposisi yang sesuai bahan dasar
d. Karena sudah ada ketentuan dari WPS
3. Sebaiknya menggunakan nyala apa pada pengelasan baja karbon?
a. Nyala karburasi
b. Nyala netral
c. Nyala oksidasi
d. Nyala acetylene
4. Kode bahan tambah ER70S-3 digunakan untuk mengelas jenis bahan
apa?
a. Tembaga
b. Kuningan
c. Alumunium
d. Baja karbon
5. Paragraf QW-402 elemen 1 yang berkaitan dengan desain alur
sambungan las termasuk dalam variabel apa ?
a. Essensial variable
b. Non essential variable
c. Suplement variable
d. Aditional variable

27
6. Dalam pengoperasian secara manual SMAW mempunyai kelebihan di
antara proses pengelasan lainnya, apakah kelebihan tersebut?
a. Parameter las bisa diatur sebelumnya
b. Parameter las bisa diatur saat pengelasan
c. Heat input tidak bisa berubah
d. Heat input bisa diatur saat pengelasan
7. Apakah pengaruh karakter constant current pada mesin SMAW terhadap
arc lengt atau panjang busur?
a. Semakin pendek busur las, semakin kecil tegangan las
b. Semakin pendek busur las, semakin besar tegangan las
c. Semakin panjang busur las, semakin kecil arus las
d. Semakin panjang busur las, semakin besar arus las
8. Tunjukkan salah satu contoh fenomena busur teralihkan akibat gaya
asimetris medan magnet?
a. Busur listrik berbelok mendekati benda ferro yang mempunyai masa
yang lebih besar dari benda yang dilas
b. Busur listrik berbelok mendekati benda ferro yang mempunyai masa
yang lebih kecil dari benda yang dilas
c. Busur listrik berbelok mendekati benda non ferro yang mempunyai
masa yang lebih besar dari benda yang dilas
d. Busur listrik berbelok mendekati benda non ferro yang mempunyai
masa yang lebih kecil dari benda yang dilas

9. Berapakah ukuran kabel out put las pada mesin SMAW berkapasitas 350
Ampere jika panjang kabel 20 meter?
a. 60 mm2
b. 53 mm2
c. 45 mm2
d. 30 mm2
10. Elektroda jenis apakah yang sesuai untuk pembuatan root pass pada baja
SA 1548?

28
a. Baja karbon dengan kode AWS E 7016
b. Baja karbon dengan kode AWS E 6010
c. Baja karbon dengan kode AWS E 6011
d. Baja karbon dengan kode AWS E 7018
11. Pengelasan logam stainless steel yang mempunyai kadar karbon rendah
dengan proses GMAW atau MIG, elektroda dengan kode apakah yang
sesuai?
a. AWS ER 70S-6
b. AWS ER 70S-3
c. AWS ER 308 L
d. AWS ER 308
12. Berapakah diameter elektroda las MIG yang paling sesuai digunakan
untuk mengelas baja karbon dengan ketebalan 5 mm?
a. Diameter 0,8 mm
b. Diameter 0,9 mm
c. Diameter 1,0 mm
d. Diameter 1,2 mm
13. Teknik weaving apakah yang paling baik digunakan untuk membuat root
pass sambungan tumpul (butt joint) dengan proses GMAW/las MIG?
a. Zik zak yang di tekan (push)
b. Zik zak yang di tarik (drag)
c. Stringe yang di tekan (push)
d. Stringe yang di tarik (drag)
14. Paragraf 403 yang membahas logam dasar pada proses GMAW/las MIG,
P-number termasuk variable apa?
a. Essential
b. Non essential
c. Suplement
d. Aditional

29
15. Paragraf 403 yang membahas logam dasar pada proses GMAW/las MIG,
jika terjadi perubahan P-number, apakah yang harus dilakukan oleh
seorang welding engineer?
a. Melakukan uji ulang kekuatan mekanis
b. Melakukan uji NDT sambungan las
c. Melakukan uji DT sambungan las
d. Melakukan uji radographi sambungan las
16. Untuk menimbulkan efek pembersihan pada cairan logam las dalam
proses las TIG, sebaiknya digunakan polaritas apa?
a. AC
b. DCEP
c. DCEN
d. DCSP
17. Polaritas arus apakah yang sesuai untuk pengelasan baja tahan karat?
a. AC
b. DCEP
c. DCRP
d. DCSP
18. Berapakah jarak terbaik stickout pada proses las TIG?
a. 1 sampai 2 kali diameter elektroda
b. 1 sampai 2 cm
c. 2 sampai 3 kali diameter elektroda
d. 2 sampai 3 cm
19. Apakah yang terjadi jika jarak stickout terlalu panjang pada proses las
TIG?
a. Benda kerja akan mengalami over heated
b. Elektroda akan mengalami over heated
c. Ionisasi gas pelindung akan terhambat
d. Elektroda akan mencair dan mencemari logam las
20. Bagaimanakah posisi baham tambah pada pengelasan dengan proses las
TIG?

30
a. Maksimum 35o
b. Maksimum 30o
c. Minimum 35o
d. Minimum 30o

31
5. Kunci Jawaban Test Sumatif

No Jawaban No Jawaban

1 C 11 C

2 A 12 C

3 B 13 C

4 D 14 A

5 B 15 A

6 D 16 B

7 A 17 D

8 A 18 C

9 B 19 D

10 A 20 B

1. Kunci Jawaban Tes Formatif KB 1

No Jawaban No Jawaban
1 B 6 D
2 A 7 D
3 C 8 A
4 C 9 B
5 A 10 A

32
2. Kunci Jawaban Tes Formatif KB 2

No Jawaban No Jawaban
1 A 6 B
2 D 7 B
3 B 8 B
4 C 9 A
5 C 10 D

3. Kunci Jawaban Tes Formatif KB 3

No Jawaban No Jawaban

1 A 6 C

2 C 7 A

3 A 8 D

4 B 9 B

5 D 10 A

4. Kunci Jawaban Tes Formatif KB 4

No Jawaban No Jawaban

1 B 6 A

2 A 7 B

3 C 8 D

4 D 9 C

5 A 10 B

33

Anda mungkin juga menyukai