Anda di halaman 1dari 47

PANDUAN

PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Disusun:
Rudi Siswanto, M.Eng

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU 2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas anugerah dan berkat-Nya, penyusunan Panduan Praktikum Kerja Bangku
(Bench Work) Hmkk322 ini dapat terselesaikan.

Praktikum Kerja Bangku (Bench Work) Hmkk322 ini ditujukan sebagai


petunjuk dan panduan bagi mahasiswa yang akan melaksanakan praktikum
untuk memenuhi salah satu kelengkapan dalam Mata kuliah Kerja Bangku, yang
ada pada Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan Modul Praktikum Praktikum ini


masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak perbaikan penulisan ini.

Banjarbaru, September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PROSES PENGELASAN


1. Tujuan Praktikum ................................................................................ 1
2. Landasan Teori Pengelasan
2.1 Pengertian Las ............................................................................. 1
2.1.1 Pengertian Las Listrik ......................................................... 1
2.1.2 Pengertian Las Asitelin ...................................................... 15
2.2 Parameter Pengelasan ................................................................ 15
3. Prosedur Praktikum
3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................... 17
3.2 Peralatan Las ............................................................................... 17
3.3 Bahan (Material) .......................................................................... 17
3.4 Langkah Kerja .............................................................................. 18

BAB II PROSES PERMESINAN


1. Tujuan Praktikum ................................................................................ 19
2. Landasan Teori
2.1 Pendahuluan ................................................................................ 19
2.2 Macam-Macam Pembubutan ...................................................... 20
2.3 Pengertian Mesin Bubut Konvensional ....................................... 21
2.4 Mesin Bubut ................................................................................. 21
2.5 Bagian-Bagian Mesin Bubut ........................................................ 22
2.6 Model Pahat ................................................................................. 27
2.7 Jenis Pahat Bubut ........................................................................ 27
2.8 Jenis-Jenis Mesin Bubut Konvensional ....................................... 29
2.9 Proses Pembubutan Benda Kerja ............................................... 29
2.10 Parameter Mesin Bubut ............................................................... 30
2.11 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Perencanaan
Proses Bubut ............................................................................... 30

iii
3. Prosedur Praktikum
3.1 Alat dan Bahan ............................................................................ 31
3.2 Pelaksanaan Praktikum ............................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 36

iv
PRAKTIKUM I
PROSES PENGELASAN

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 1


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik kerja bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh
seseorang dalam mengerjakan benda kerja dan sebagai dasar untuk materi
teknik permesinan pada tingkat selanjutnya. Pekerjaan kerja bangku meliputi
berbagai jenis kontruksi geometris yang sesuai dengan perintah kerja.
Persyaratan kualitas terletak kepada pemahaman seseorang dalam praktek
kerja bangku dan pelaksanaannya di tempat kerja yang meliputi tingkat
keterampilan dasar penguasaaan alat tangan, tingkat kesulitan produk yang
dibuat dan tingkat kepresisian hasil kerja. Kerja bangku tidak hanya
menitikberatkan pada pencapaian hasil kerja, tetapi juga pada prosesnya.

Proses pengelasan logam merupakan salah satu bagian dari kegiatan


paraktikum kerja bangku ini. Dengan adanya praktikum mengenai
pengelasan logam ini maka mahasiswa dapat menambah kemampuannya
dibidang pengelasan selain itu juga dapat menerapkan teori-teori dasar
mengenai pengelasan logam yang berguna ketika memasuki dunia kerja
dibidang manufaktur

1.2 Tujuan Praktikum


Setelah mengikuti praktikum ini, seluruh praktikan diharapkan dapat
memahami :
1. Mengetahui peralatan dan perlengkapan las busur listrik.
2. Memperoleh pengetahuan tentang penentuan metode
pengelasan logam.
3. Mengetahui besaran heat input pengelasan dan pengaruhnya
terhadap hasil pengelasan.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 2


BAB II
LANDASAN TEORI PENGELASAN

2.1 Pengertian Las


Pengelasan secara umum adalah suatu proses penyambungan logam
dimana logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau
dapat didefinisikan sebagai akibat dari metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya
tarik menarik antara atom. Sebelum atom-atom tersebut membentuk ikatan,
permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang terserap atau
oksida-oksida.
2.1.1 Pengertian Las Listrik
Pengelasan busur listrik adalah cara pengelasan menggunakan busur
listrik atau percikan bunga api listrik akibat hubungan singkat antara dua kutub
listrik yang terionisasi dengan udara melalui penghantar batang elektroda
yang sekaligus dapat digunakan pula sebagai bahan tambah atau bahan
pengisi dalam pengelasan seperti yang terlihat dalam gambar di bawah

Gambar 2.1 Las Busur Listrik

Ada beberapa macam proses las busur listrik berdasarkan elektroda


yang digunakannya, antara lain:
1. Las busur dengan elektroda karbon, misalnya:
a. Las busur dengan elektroda karbon tunggal
b. Las busur dengan elektroda karbon ganda
2. Las busur dengan elektroda logam, misalnya:
a. Las busur dengan elektroda berselaput/ SMAW
b. Las TIG (Tungsten Inert Gas)/GTAW
c. Las MIG/GMAW
d. Las Submerged.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 3


SMAW (Shielded Metal Arc Welding) merupakan las busur yang
menggunakan elektroda. Proses las busur ini menggunakan elektroda
berselaput sebagai bahan tambah, busur listrik yang terjadi diantara ujung
elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung elektroda dan sebagian
bahan dasar, selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair dan
menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda, kawah las, busur listrik
dan daerah las sekitar busur listrik terhadap pengaruh udara luar. Di bawah ini
gambar las busur dengan elektroda berselaput.

Gambar 2.2 Las busur dengan elektroda berselaput.

Bungkus/ selaput (coating electrode) yang berfungsi sebagai fluks


akan terbakar pada waktu proses berlangsung, dan gas yang terjadi akan
melindungi proses terhadap pangaruh udara luar. Cairan pembungkus akan
terapung dan membeku pada permukaan las yang disebut slag, yang
kemudian dapat dibersihkan dengan mudah.
a. Mesin Las Listrik
Persyaratan dari proses SMAW adalah persediaan yang kontinyu
pada electric current (arus listrik), dengan jumlah ampere dan voltage
yang cukup baik kestabilan api las (Arc) akan tetap terjaga.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 4


Gambar 2.3 Proses SMAW

Di mana electric power (tenaga listrik) yang diperoleh dari welding


machine menurut jenis arus yang dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis
machine yaitu :
1. Mesin dengan arus searah (DC)
2. Mesin dengan arus bolak balik (AC)
3. Mesin dengan kombinasi arus yaitu searah dan bolak balik

b. Elektroda Las
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda
fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas
penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya
digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan
dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks
membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang
tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling
banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.
Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur
listrik manurut klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan
dengan tanda E XXXX yang artInya sebagai berikut :

E menyatakan elaktroda busur listrik


XX (dua angka) sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam
ribuan Ib/in2 lihat table.
X (angka ketiga) menyatakan posisi pangelasan.
Angka 1 untuk pengelasan segala posisi.angka 2 untuk pengelasan posisi
datar di bawah tangan

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 5


X (angka keempat) menyataken jenis selaput dan jenis arus yang cocok
dipakai untuk pengelasan lihat table.
Contoh :E 6013
Artinya :
 Kekuatan tarik minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau
42 kg/mm2
 Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi
 Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus
AC atau DC + atau DC –
-
Tabel 2.1. Perkiraan pemakaian arus yang terdapat / tertera di bungkus
elektroda.
Diameter x Panjang Daerah Arus
Polaritas lektroda
(mm) (A)
2,6 x 350 45 - 95 AC atau DC
3,2 x 350 60 – 130 AC atau DC
4 x 400 90 - 160 AC atau DC

c. Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus
dengan karet isolasi Yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu :
- kabel elektroda
- kabel massa
- kabel tenaga
Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan pesawat las
dengan elektroda.Kabel massa menghubungkan pesawat las dengan
benda kerja. Kabel tenaga adalah kabel yang menghubungkan sumber
tenaga atau jaringan listrik dengan pesawat las. Kabel ini biasanya
terdapat pada pesawat las AC atau AC - DC. Berikut tabel luas
penampang kabel massa.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 6


Tabel 2.2. Luas penampang kabel massa dan kabel elektroda

d. Pengkutuban Elektroda
1. Pengkutuban Langsung
Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang Pada
terminal negatif dan kabel massa pada terminal positif. Pengkutuban
langsung sering disebut sebagai sirkuit las listrik dengan elektroda
negatif (DC-).

Gambar 2.1 Pengkutuban Elektroda Langsung

2. Pengkutuban Terbalik
Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada
terminal positif dan kabel massa dipasang pada terminal negatif.
Pengkutuban terbalik sering disebut sirkuit las listrik dengan elektroda
positif (DC+).

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 7


Gambar 2.2. Pengkutuban Elektroda Terbalik

3. Pengaruh pengkutuban pada hasil las


Pemilihan jenis arus maupun pengkutuban pada pangelasan
bergantung pada :
- Jenis bahan dasar yang akan dilas
- Jenis elektroda yang dipergunakan
Pengaruh pengkutuban pada hasil las adalah pada penembusan
lasnya. Pengkutuban langsung akan menghasilkan penembusan yang
dangkal, sedangkan pada pengkutuban terbalik akan terjadi sebaliknya.
Pada arus bolak-balik penembusan yang dihasilkan antara keduanya.

e. Macam-macam peralatan dalam las listrik


1. Pembangkit arus listrik
2. Holder/Pemegang elektroda
3. Klem Massa
4. Meja kerja las
5. Elektroda
6. Tang penjepit
7. Palu Las
8. Sikat Baja
9. Sarung Tangan
10. Topeng Las

f. Teknik dasar Pengelasan


1. Pembentukan busur listrik pada proses penyulutan
Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub
negatif (katoda) dan mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub
positif (anoda). Dari kutub positif mengalir partikel positif (ion positif)

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 8


ke kutub negatif. Melalui proses ini ruang udara di antara anoda dan
katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk menghantar arus
listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan busur listrik.
Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda
misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah,
maka arah arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus
elektroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan dan
diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).
Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian
benda kerja yang akan dilas, berlangsung hubungan singkat didalam
rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik yang kekuatannya tinggi
mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda kerja
menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara elektroda
dengan benda kerja, dan dengan demikian tetap mengalir. Suhu
busur cahaya yang demikian tinggi akan segera melelehkan ujung
elektroda dan lokasi pengelasan.
Di dalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes,
mengisi penuh celah sambungan las dan membentuk kepompong
las. Proses pengelasan itu sendiri terdiri atas hubungan singkat yang
terjadi sangat cepat akibat pelelehan elektrodayang terus menerus
menetes.
 Proses Penyulutan
Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur
sambungandisentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak
yang pendek (garis tengahelektroda).

 Menyalakan busur listrik


Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur
(ampere) yang tepat sesuai dengan type dan ukuran elektroda,
Menyalahkan busurd dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yakni :
1. Bila pesawat Ias yang dipakai pesewat Ias AC, menyalakan
busur dilakukan dengan menggoreskan elektroda pada benda
kerja lihat gambar.
2. Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda
disentuhkan seperti pada gambar.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 9


Gambar 2.9 Menyalakan Busur Las

Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka


untuk melanjutkan pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi.
Menyalakan busur kembali ini dilakukanpada tempat kurang lebih
26 mm dimuka las berhenti seperti pada gambar. Jikabusur
berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B
untukmelanjutkan pengelasan. Bilamana busur sudah terjadi,
elektroda diangkat sedikitdari pekerjaan hingga jaraknya ± sama
dengan diameter elektroda. Untuk elektroda diameter 3,25 mm,
jarak ujung elektroda dengan permukaan bahan dasar ± 3,25 mm.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda
ke logam induk besarnya sama dengan diameter dari
penampang elektroda dan geser posisinya ke sisi logam
induk.
2. Perbesar jarak tersebut (perpanjang nyala busur) menjadi dua
kalinya untuk memanaskan logam induk.
3. Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda
dibuat sama dengan garis tengah penampang tadi.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 10


 Memadamkan busur listrik

Gambar 2.10 Teknik Pemadaman

Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh


terhadap mutu penyambungan manic las. Untuk mendapatkan
sambungan manic las yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari
logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan
baru kemudian elektroda dijauhkan dengan arah agak miring.

 Pengaruh Besar Arus


Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila
arus terlalu rendah akan menyebabkan sukarnya penyalaan busur
listrik dan busur listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang terjadi
tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar
sehingga hasilnya merupakan rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata
serta penembusan yang kurang dalam.
Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan
mencair terlalu cepat dan menghasilkan permukaan las yang lebih
lebar dan penembusan yang dalam. Besar arus untuk pengelasan
tergantung pada jenis kawat las yang dipakai, posisi pengelasan
serta tebal bahan dasar.

 Pengaruh Kecepatan elektroda pada hasil pengelasan


Kecepatan pengelasan tergantung pada jenis elektroda,
diameter inti elektroda, bahan yang dilas, geometri sambungan,
ketelitian sambungan dan lain-lainnya. Karena itu pengelasan
yang cepat memerlukan arus las yang tinggi. Bila tegangan dan
arus dibuat tetap, sedang kecepatan pengelasan dinaikkan maka
jumlah deposit per satuan panjang las jadi menurun. Tetapi
disamping itu sampai pada suatu kecepatan tertentu, kenaikan

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 11


kecepatan akan memperbesar penembusan. Bila kecepatan
pengelasan dinaikkan terus maka masukan panas per satuan
panjang juga akan menjadi kecil, sehingga pendinginan akan
berjalan terlalu cepat yang mungkin dapat memperkeras daerah
HAZ.
Kecepatan pengelasan yang rendah akan menyebabkan
pencairan yang banyak dan pembentukan manik datar yang dapat
menimbulkan terjadinya lipatan manik. Sedangkan kecepatan
yang tinggi akan menurunkan lebar manik danmenyebabkan
terjadinya bentuk manik yang cekung dan takik.

 Posisi Pengelasan
Posisi pengelasan dalam las busur ada 4 yaitu:
Dibawah Tangan

Gambar 2.11 Teknik Pengelasan Bawah Tangan

Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang


paling mudah dilakukan. Oleh sebab itu untuk menyelesaikan
setiap pekerjaan pengelasan sedapat mungkin diusahakan
pada posisi di bawah tangan. Kemiringan elektroda 10 derajat
– 20 derajat terhadap garis vertical ke arah jalan elektroda
dan 70 derajat - 80 derajat terhadap benda kerja.

Tegak (vertical)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah
pengelasannya ke atas atau ke bawah. Pengelasan ini
termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 12


yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil
dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat
terhadap vertikal dan 70 derajat - 85 derajat terhadap benda
kerja.

Datar (horizontal)
Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas
merata di mana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah
elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda
dibuat miring sekitar 5 derajat – 10 derajat terhadap garis
vertical dan 70 derajat – 80 derajat kearah benda kerja.

Di atas kepala
Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena
bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh
karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap.
Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian
atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat – 20
derajat terhadap garis vertical dan 75 derajat - 85 derajat
terhadap benda kerja.

g. Pergerakan Elektrode Pengelasan


Ada berbagai cara di dalam menggerakkan (mengayunkan)
elektrode las yaitu:
A. Elektrode digerakkan dengan melakukan maju dan mundur, metode
ini salah satu bentuk metode weaving. (lihat gambar 2.12 bagian A)
B. Bentuk weaving lainnya yaitu dengan melakukan gerakan seperti
setengah bulan. (lihat gambar 2.12 bagian B)
C. Gerakan elektrode yang menyerupai bentuk angka 8. (lihat gambar
2.12 bagian C)
D. Elektrode dengan melakukan gerakan memutar. (lihat gambar 2.12
bagian D)
E. Gerakan elektrode dengan membentuk hesitation. (lihat gambat 2.12
bagian E)

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 13


Gambar 2.12 Teknik Pergerakan elektroda

Semua gerakan mempunyai tujuan untuk mendapatkan deposit


logam las dengan permukaan rata, mulus dan terhindar dari terjadinya
takik-takik dan termasuk terak-terak, yang terpenting dalam gerakan
elektroda ini adalah ketapatan sudut dan kestabilan kecepatan. Ayunan
elektrode las agar berbentuk anyaman atau lipatan manik las maka lebar
las dibatasi sampai 3 (tiga) kali besarnya diameter elektrode.
1. Cacat Las
Dalam setiap proses pengelasan sering kali terjadi cacat pada
benda kerja.Macam-macam cacat yang timbul pada proses
pengelasan yaitu :
 Terak yang tertimbun
Cacat seperti ini dicegah dengan cara :
- Tiap-tiap lapisan harus benar-benar dibersihkan
- Ayunan elektroda jangan lebar
- Kecepatan pengelasan harus kontinyu
 Porositas (gelembung gas)
Cacat ini dapat dicegah dengan cara :
- Elektroda gas harus dikeringkan
- Gunakan panjang busur yang tepat dan tetap
- Kurangi kecepatan pengelasan
- Gunakan tipe elektroda yang lain

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 14


 Undercut
Dapat dicegah dengan :
- Mengurangi kuat arus pengelasan
- Ayunan elektroda jangan terlalu cepat
- Usahakan benda kerja agak dingin pada tiap lapisan
 Hot Cracking
Yaitu retakan yang biasanya timbul pada saat cairan las
mulai membeku karena luas penampang yang terlalu kecil
dibandingkan dengan besar benda kerja yang akan dilas,
sehingga terjadi pendinginan. Cara mengatasi dengan
menggunakan elektroda las low hidrogen yang mempunyai sifat
tegang yang relatif tinggi.
 Cold Cracking
Cara mengatasinya dengan menggunakan elektroda las
low hidrogen,disamping pemanasan awal yang akan banyak
membantu.
 Underbread Cracking
Terjadi karena adanya hidrogen atau pun karena kuatnya
konstruksipenguat sampingan. Dapat ditanggulangi dengan
menggunakanelektroda las low hidrogen atau pemanasan awal
benda kerja sampaisuhu 120 C.
 Lack of Fussion
Adalah cacat yang antara bahan dasar dengan logam las
tidak terjadiditanggulangi dengan menambah kuat arus, ayunan
las dapat ditambah.
 Lack of Penetratic
Cara penanggulangannya yaitu dengan memilih dan
mengganti elektrodadengan diameter yang cocok serta
menambah kuat arus pengelasan.
 Wearnig foult
Adalah timbunan las yang berlebihan diatasi dengan
menjagakontinuitas kecepatan pengelasan.
 Qeld Spotter
Adalah percikan las yang terlalu banyak.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 15


2.1.2 Pengertian Las Asitelin
Merupakan Salah satu jenis mesin Las , pada Las Asitelin
Pembangkitnya Berasal dari Gas Oxygent dan Gas elpiji , biasanya digunakan
untuk memotong.

2.2 Parameter Pengelasan


Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang sama
dengan elektrode yang dipakai. Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap
posisi pengelasan tidak sama. Misalnya elektrode 3 mm – 6 mm, mempunyai
tegangan 20 – 30 volt pada posisi datar, dan tegangan ini akan dikurangi
antara 2 – 5 volt pada posisi diatas kepala. Kestabilan tegangan ini sangat
menentukan mutu pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui
suara selama pengelasan.
Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan, dimana besarnya arus
listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan, geometri
sambungan pengelasan, macam elektrode dan inti elektrode.Untuk
pengelasan pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas panas
yang tinggi diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga diperlukan
tambahan panas.Sedang untuk pengelasan baja paduan, yang daerah HAZ-
nya dapat mengeras dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat,
maka untuk menahan pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi
yaitu dengan arus pengelasan yang besar.Pengelasan logam paduan, agar
untuk menghindari terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya digunakan
arus las yang sekecil mungkin.Juga pada pengelasan yang kemungkinan
dapat terjadi retak panas, misalnya pada pengelasan baja tahan karat
austenitik maka penggunaan panas diusahakan sekecil mungkin sehingga
arus pengelasan harus kecil.
Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk, jenis elektrode,
inti elektrode, geometri sambungan, ketelitian sambungan, agar dapat
mengelas lebih cepat diperlukan arus yang lebih tinggi.Polaritas listrik
mempengaruhi hasil dari busur listrik. Sifat busur listrik pada arus searah (DC)
akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC). Terdapat dua jenis polaritas
yaitu polaritas lurus, dimana benda kerja positif dan elektrode negatif
(DCEN).Polaritas balik adalah sebaliknya. Karakteristik dari polaritas balik
yaitu pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan, maka polaritas ini

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 16


mepunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibanding dengan polaritas lurus
(DCEN).Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan
gambar dibawah ini.

Gambar 2.3. Karakteristik pengelasan

Tabel 2.3. Karakteristik Pengelasan.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 17


BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum kerja bangku dilaksanakan di laboratorium Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. Praktikum dilakukan setiap
hari Senin – Jum’at mulai dari pukul 08.00 – 16.00 WITA.
3.2 Peralatan Las
Sebelum melakukan pekerjaan, persiapan sangat diperlukan agar
pekerjaan yang kita lakukan menjadi mudah dan sesuai dengan apa yang
diinginkan. Beberapa peralatan yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan
pekerjaan antara lain :
1. Peralatan Utama
a. Mesin electric arc welding
b. Elektroda
c. Kabel
d. Ground Clamp
e. Electroda Holder
2. Peralatan Bantu
a. Palu Las
b. Sikat Baja
c. Tang Jepit
d. Pelat Besi Untuk Alas
e. Meja Las
f. Ragum
g. Mesin Gerinda
3. Peralatan Keselamatan Kerja
a. Apron / Wearpack
b. Topeng Las
c. Sarung tangan Las
d. Sepatu Pengaman
4. Peralatan Ukur
a. Penggaris / jangka sorong
b. Stopwatch

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 18


3.3 Bahan (Material)
Material yang digunakan dalam proses praktikum proses manufaktur ini
adalah plat yang memiliki tebal 4 mm dengan ukuran 50 x 200 mm.

3.4 Langkah Kerja


Dalam proses praktikum Pengelasan ini ada beberapa urutan langkah
kerja yang dilakukan, yaitu :
1. Benda yang akan dilas harus diletakkan pada tempat yang datar.
2. Tentukan arus pengelasan, voltase dan efisiensi alat (alat SMAW yang
sudah umur > 10 th gunakan efisiensi = 0,65).
3. Ukurlah panjang daerah benda yang akan dilas, buat jalur pengelasan
menggunakan kapur sepanjang 150 mm sebanyak 2 jalur dibagian atas
dan 2 jalur di bagian bawah.
4. Mengelas bahan mild steel dengan las SMAW (las busur elektroda
terbungkus) jenis RD 260 dengan diameter elektroda 2,6 mm.
5. Lakukan proses pengelasan sebanyak 4 jalur, ukurlah waktu saat mulai
pengelasan sampai selesai pengelasan dalam satu jalur persatuan waktu
(detik).
6. Hitunglah heat input dengan rumus :

dengan :
E = voltase pengelasan,
I = arus pengelasan,
v = kecepatan pengelasan (mm/s)
HI= Besaran panas yang diberikan

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 19


Gambar 2.8 Benda Kerja Praktikum Pengelasan

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 20


PRAKTIKUM II
PROSES PERMESINAN

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 21


PRAKTIKUM II
PROSES PERMESINAN

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah mengikut praktikum ini, seluruh praktikan diharapkan dapat
memahami:
1. Mengetahui komponen-komponen mesin bubut serta fungsinya.
2. Mengetahui pengoperasian mesin bubut dan menguasai cara
pembubutan dengan benar.
3. Mengetahui jumlah waktu proses yang dibutuhkan dalam membuat
sebuah produk.

2. LANDASAN TEORI
2.1 Pendahuluan
Jenis-jenis produk yang berbentuk silinder banyak ditemui pada
komponen-komponen mesin dari yang ukuran kecil sampai yang ukuran
besar, misalnya dari mulai baut ukuran kecil sampai besar, berbagai jenis
poros, piston dan silinder, selongsong senjata, poros turbin, dan sebagainya.

Gambar 2.1 Berbagai Jenis Proses Pemotongan Pada Mesin Bubut


Keterangan :

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 22


1. Gambar 2.1 a-d merupakan proses bubut lurus, tirus (conical),kurva,
dan proses pembuatan alur (grooving).
2. Gambar 2.1 e-f adalah proses bubut muka (facing) yaitumeratakan
permukaan ujung benda kerja, serta untuk mebuat tempatO-ring (oil
seal).
3. Gambar 2.1 g adalah membuat bentuk benda kerja
denganbentuktertentu untuk keperluan fungsi maupun penampilan.
4. Gambar 2.1 h adalah proses pembesaran lobang dan pembuatanalur
pada bagian dalam benda kerja.
5. Gambar 2.1 i dan 2.1 j adalah proses pengeboran dan pemotongan
benda kerja.
6. Gambar 2.1 k-l adalah proses pembuatan baut dan proses knurling

2.2 Macam-Macam Pembubutan


Proses pembubutan ada beberapan macam, yaitu:
1. Bubut Silindris (Turning) dan Bubut Tirus (Cone)

2. Bubut Muka (Facing)


3. Bubut Alur (Grooving)
4. Bubut Potong (Cut Off)
5. Meluaskan Lubang (Booring)

Gambar 2.2 Pembentukan Serpih pada Pembubutan

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 23


2.3 Pengertian Mesin Bubut Konvensional
Mesin bubut (turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas
yang dalam proses kerjanya bergerak memutar benda kerja dan
menggunakan mata potong pahat (tools) sebagai alat untuk menyayat
benda kerja tersebut. Pada prosesnya benda kerja terlebih dahulu
dipasang pada chuck (pencekam) yang terpasang pada spindel mesin,
kemudian spindel dan benda kerja diputar dengan kecepatan sesuai
perhitungan. Alat potong (pahat) yang dipakai untuk membentuk benda
kerja akan disayatkan pada benda kerja yang berputar. Umumnya pahat
bubut dalam keadaan diam, pada perkembangannya ada jenis mesin
bubut yang berputar alat potongnynya, sedangkan benda kerjanya diam.
Dalam kecepatan putar sesuai perhitungan, alat potong akan mudah
memotong benda kerja sehingga benda kerja mudah dibentuk sesuai
yang diinginkan. Dikatakan konvensional karena untuk membedakan
dengan mesin- mesin yang dikontrol dengan komputer (Computer
Numerically Controlled) ataupun kontrol numerik (Numerical Control) dan
karena jenis mesin konvensional mutlak diperlukan keterampilan manual
dari operatornya.Pada kelompok mesin bubut konvensional juga terdapat
bagian-bagian otomatis dalam pergerakkannya bahkan juga ada yang
dilengkapi dengan layanan sistim otomasi baik yang dilayani dengan
sistim hidraulik, pneumatik ataupun elektrik.Ukuran mesinnyapun tidak
semata-mata kecil karena tidak sedikit mesin bubut konvensional syang
dipergunakan untuk mengerjakan pekerjaan besar seperti yang
dipergunakan pada industri perkapalan dalam membuat atau merawat
poros baling-baling kapal yang diameternya mencapai 1000 mm.

2.4 Mesin Bubut


Komponen utama dari mesin bubut terdiri dari 5 bagian, yaitu:
Landasan (bed), pembawa (carriage), head stock, tailstock, dan poros
berulir (lead screw). Landasan (bed) merupakan komponen utama mesin
bubut yang berfungsi sebagai penopang/dudukan komponen-komponen
lainnya. Landasan ini bersifat kaku dan terbuat dari besi cor dimana pada
bagian atasnya dikeraskan supaya tahan gesek dan tahan aus. Pembawa
(carriage) bergerak sepanjang landasan, komponen ini terdiri dari cross-
slide, tool post dan apron. Pahat potong dipasangkan pada tool post

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 24


dimana posisinya dapat diatur sesuai dengan arah yang diinginkan.
Headstock merupakan tempat dudukan spindle, motor pengerak dan gigi-
gigi transmisi pengatur kecepatan. Head stock juga merupakan dudukan
tempat pemegang benda kerja (chuck) yang merupakan komponen
tambahan pada mesin bubut. Tailstock merupakan tempat dudukan ujung
yang lain dari benda kerja serta berfungsi sebagai titik pusat (center) dari
benda kerja. Poros berulir berfungsi untuk meggerakan carriage (pisau
potong) dengan kecepatan yang telah diatur sesuai dengan jenis
pemotongan yang diinginkan.

2.5 Bagian-Bagian Mesin Bubut

Gambar 2.3 Mesin Bubut

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 25


Spesifikasi mesin : Ukuran maksimal H (tinggi sumbu) dari meja dikali W
(jarak center kepala tetap dan penjepit). Ukuran maksimal benda kerja
yang dapat dikerjakan 2 H x W.

2.1 Kepala Tetap dengan Pembawa

Gambar 2.4 Bentuk jenis buatan dan penempatan jantung bubut.

Keterangan :
a. Mantel pengaman
b. Pembawa massif
c. Penumpuan pembawa yang betul
d. Penumpuan yang benar bagi jarum bubut yang mengandung
bidang-bidang rata
e. Cincin pelindung
f. Pembawa bekerja sendiri.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 26


2.2 Penjepit Chuck Dependent

Gambar 2.5 Cekam Penjepit

2.3 Kepala Lepas


Kepala lepas dipasang di atas meja bubut bagian ujung kanan,
berguna untuk : Menopang benda kerja, pemasangan mata boor /snei
dan tap, serta untuk penyetalan bubut tirus panjang.

Gambar 2.6 Kepala Bebas Model Normal (Kiri dan Tengah).

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 27


2.4 Meja Mesin Bubut
Berfungsi sebagai dudukan seperangkat eretan yang meluncur
memanjang. Keausan meja mengakibatkan hasil pembubutan tidak
presisi (cembung). Perawatan / pembersihan meja seusai pembubutan
penting dilakukan untuk mencegah keausan.

Gambar 2.7 Bentuk Meja Mesin Bubut.

2.5 Transmisi Penggerak Poros Kepala Tetap

Gambar 2.8 Transmisi Penggerak Poros Kepala Tetap

2.6 Penjepit Pahat (Tools Post)


Penjepit pahat digunakan untuk menjepit atau memegang
pahat, yang bentuknya ada beberapa macam diantaranya seperti
ditunjukkan pada gambar 2.9. Jenis ini sangat praktis dan dapat

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 28


menjepit pahat 4 (empat) buah sekaligus sehingga dalam suatu
pengerjaan bila memerlukan 4 (empat) macam pahat dapat dipasang
dan disetel sekaligus.

Gambar 2.9 Penjepit pahat (Tools Post)

2.7 Eretan Atas


Eretan atas sebagaimana gambar 2.10, berfungsi sebagai
dudukan penjepit pahat yang sekaligus berfungsi untuk mengatur
besaran majunya pahat pada proses pembubutan ulir, alur, tirus,
champer dan lain-lain yang ketelitiannya bisa mencapai 0,01 mm.

Gambar 2.10 Eretan Atas

Eretan ini tidak dapat dijalankan secara otomatis, melainkan


hanya dengan cara manual. Kedudukannya dapat diatur dengan
memutarnya sampai posisi 360°, biasanya digunakan untuk
membubut tirus dan pembubutan ulir dengan pemakanan
menggunakan eretan atas.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 29


2.8 Transporter dan Sumbu pembawa
Transporter atau poros transporter adalah poros berulir segi
empat atau trapesium yang biasanya memiliki kisar 6 mm, digunakan
untuk membawa eretan pada waktu kerja otomatis, misalnya waktu
membubut ulir, alur dan atau pekerjaan pembubutan lainnya.
Sedangkan sumbu pembawa atau poros pembawa adalah poros yang
selalu berputar untuk membawa atau mendukung jalannya eretan.

Gambar 2.11 Poros Transporter Dan Sumbu Pembawa

2.6 Model Pahat

Gambar 2.12 Cara Pembuatan Gagang Pahat

Model V : Pahat bubut terbuat seluruhnya dari baja olah cepat.


Model S : Kepala penyayat dari baja olah cepat dilas tumpu dengan
gagang dari baja industri mesin.
Model P : Pelat penyayat dari baja olah cepat dilas pada tempat yang
disediakan di ujung gagang dari baja industri mesin.
Model K : Pelat penyayat dijepit.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 30


Gambar 2.13 Arah penyayatan pahat bubut R = Pahat Bubut Kanan L =
Pahat Bubut Kiri

2.7 Jenis Pahat Bubut

Gambar 2.14 Jenis-Jenis Pahat Bubut dan Kegunaannya

Keterangan:
a. Pahat kiri.
b. Pahat potong.
c. Pahat kanan.
d. Pahat rata.
e. Pahat radius.
f. Pahat alur.
g. Pahat ulir.
h. Pahat muka.
i. Pahat kasar

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 31


2.8 Jenis-Jenis Mesin Bubut Konvensional
Dilihat dari segi dimensinya, mesin bubut konvensional dibagi
dalam beberapa kategori, yaitu : mesin bubut ringan, mesin bubut
sedang, mesin bubut standar, dan mesin bubut berat. Mesin bubut berat
digunakan untuk pembuatan benda kerja yang berdimensi besar, terbagi
atas mesin bubut beralas panjang, mesin bubut lantai, mesin bubut tegak.
Adapun gambarnya dapat dilihat sebagai berikut:
1. Mesin Bubut Ringan
2. Mesin Bubut Sedang
3. Mesin Bubut Standar

2.9 Proses Pembubutan Benda Kerja


1. Kecepatan Sayat Bubut
Kecepatan ditentukan oleh besaran putaran benda kerja dan diameter
yang disayat, hubungannya adalah: Dalam prakteknya nilai kecepatan
potong ditetapkan, dan putaran mesin dicari.
2. Menghitung Angka Putaran Mesin (n)
Benda kerja
D = 35 mm,
kecepatan sayat v = 60 m/mnt

Jawaban:
Putaran mesin
n = 1000.v / Л. D
= 1000. 60 / 3,14. 35
= 171,1 rpm
Variasi putaran mesin yang tersedia adalah :
31,5 – 45 – 63 – 90 – 125 – 180– 250 – 355 – 500 – 710 – 1000 –
1400.
Oleh karena tidak terdapat n = 171,1 rpm, maka dipilih 125 rpm
(disebut ne = putaran efektif ).
Dengan demikian kecepatan sayat nyata adalah: V = 80. 3,14. 125 /
1000, V = 31,4 m / mnt.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 32


2.10 Parameter Mesin Bubut
Kecepatan pemotongan (cutting speed) adalah kecepatan
pemotongan pada permukaan kontak antara benda kerja dengan
pisau potong. V = π Do n (m/s) dimana: Do = diamater luar benda
kerja n = putaran benda kerja (rpm). Pemakanan (feed) adalah tebalnya
pemotongan setiap satu putaran benda kerja. Besarnya pemakanan ini
ditentukan oleh jenis poros berulir pada mesin bubut. Satuan dari
pemakanan adalah mm/revolution. Kedalaman pemotongan (depth of
cut) adalah tebal bahan yang dipotong setiap satu siklus pengerjaan,
satuannya adalah mm. Waktu pemotongan (cutting time) waktu yang
diperlukan untuk memotong benda kerja sepanjang L dalam satu kali
operasi, dinyatakan dengan: dimana f = pemakanan Kecepatan
pemotongan yang disarankan pada proses bubut dapat dilihat pada table
2.1.

Tabel 2.1 Kecepatan pemotongan yang disarankan

2.11 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Perencanaan Proses Bubut


Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan suatu
proses bubut diantara adalah sebagai berikut:
1. Komponen yang akan dibubut harus dirancang supaya mudah di
cekam pada chuck. Benda-benda tipis berbentuk pelat sangat

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 33


sukar ditempatkan pada chuck sehingga proses bubut untuk bahan
pelat supaya dihindari.
2. Toleransi ukuran supaya tidak terlalu kecil sehingga masih
memungkinkan dapat diproses dengan proses bubut.
3. Sudut-sudut tajam pada komponen supaya dihindari oleh karena
tidak semua bentuk sudut bisa dijangkau oleh pisau potong.
4. Ukuran material yang akan dibubut diusahakan sedekat mungkin
kepada ukuran benda kerja supaya jumlah langkah proses
pembubutan bisa dikurangi.
5. Bentuk komponen yang akan dibubut harus direncanakan agar bisa
menggunakan bentuk pahat standar yang ada di pasaran.
6. Bahan benda kerja harus dipilih dimana bahan tersebut memiliki
kemampuan mesin (machinability) yang baik.

3. PROSEDUR PRAKTIKUM
Untuk dapat mengikuti praktikum, praktikan harus mengikuti prosedur
praktikum seperti berikut :

3.1 Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan
1. Mesin Bubut.
2. Dial Indikator
3. Meteran/mistar/Jangka Sorong.
b. Bahan yang digunakan
 Besi silinder diameter 35 mm

3.2 Pelaksanaan Praktikum


1. Gunakan alat keselamatan kerja (safety).
2. Penentuan komponen yang akan dibentuk.
3. Siapkan mesin yang akan digunakan, ikuti selalu seluruh instruksi.
4. Ukur dan benda kerja sesuai dengan kebutuhan komponen.
5. Letakkan benda kerja di cekam kemudian di jepit.
6. Senter benda kerja dengan menggunakan dial indikator.
7. Setelah disenter, lalu bubut benda kerja sesuai dengan ukuran yang
ditentukan.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 34


8. Ratakan permukaan benda kerja.
9. Kemudian bubut benda kerja sampai berukuran Ø 20 dengan
panjang 30 mm.
10. Setelah itu balik posisi benda kerja, cekam dan center kembali benda
kerja.
11. Kemudian bubut benda kerja sampai Ø 20 dengan panjang 40 mm
12. Kemudian geser tool post sehingga membentuk sudut 10°, kemudian
lakukan bubut tirus dengan ukuran diameter kecil Ø 10 mm dan
diameter besar Ø 20 mm.
13. Rapihkan kembali alat-alat dan bahan yang telah digunakan.
14. Selesai

Gambar 2.15 Benda Kerja Praktikum Pembubutan

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 35


DAFTAR PUSTAKA

Harsono Wiryo Sumarto & Thosie Okumra. 1994. Teknologi Pengelasan Logam.
Pradnya Paramita.

R. Samsudin. 1977. Teknologi Mekanik/Khusus Teori dan Praktek Mesin Frais.


Graha Indonesia

Sirod Hantoro & TH. Sukardi. 1990. Teknologi Pemeliharaan Mesin Perkakas.
Liberty Yogyakarta

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 36


LAMPIRAN

TATA CARA PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM KERJA BANGKU

Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:


o Batas akhir pengumpulan laporan adalah 1 minggu sebelum pelaksanaan
Ujian akhir semester (UAS).

o Ukuran garis tepi:


Atas (top) = 3 cm
Kiri (left) = 4 cm
Kanan (right) = 3 cm
Bawah (bottom) = 3 cm

o Kertas ukuran A4 (70 gram)

o Logo Unlam ukuran 4 x 4 cm.

o Laporan ditulis tangan dengan format penyusunan sebagaimana


penyusunan laporan yang digunakan oleh Program Studi Teknik Mesin
UNLAM.

o Penulisan daftar pustaka:


Unsur daftar pustaka secara berturut-turut:
a. Nama penulis yang lebih dari suku kata ditulis dengan urutan nama
akhir, nama awal dan nama tengah (jika tiga kata) tanpa gelar
akademik.
b. Tahun penerbitan
c. Judul, termasuk subjudul
d. Tempat penerbitan
e. Nama penerbit

Jadi pustaka buku berisi unsur-unsur dengan urutan, Nama penulis, Tahun
terbit, Judul buku dengan cetak miring, Kota terbit, dan penerbit.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 1


Contoh penulisan daftar pustaka :
Gymnastiar, Abdullah. 2005. Manajemen Amanah. Bandung: Khas MQ.

Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah.
Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rujukan Kumpulan Makalah


Dardjowidjojo, Soenjono. (Ed). 1988. PELBA I: Pertemuan Linguistik
Lambaga Bahasa Atma Jaya Pertama. Jakarta: Lembaga bahasa Unika
Atma Jaya.

Rujukan Kumpulan Artikel


Hasan, M.Z. 1990. Karakteristik Penelitian Kualitatif. Dalam Aminudin (Ed).
Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Hlm.
12-25. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.

Rujukan Artikel Jurnal


Kadarisman, A. Effendi. 2005. Relativitas Bahasa dan Relatifitas Budaya.
Linguistik Indonesia 23.2: 151-170.

Rujukan Dari Surat Kabar Tanpa Nama Penulis


Suara Merdeka. 2006. Cita Rasa Melayu dalam Sagu. 57.142.7 Juli. Hlm. 5.

Rujukan Dari Internet

 Internet berupa karya individual


Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara
bertururt-turut oleh tahun, judul karya tersebut dicetak miring dengan diberi
keterangan dalam kurung (online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan
alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses
diantara tanda kurung. Contoh:
Hitchcock,S,. Carr, L. & Hall, W.1996. A Survey Of STM Online Journals,
1990-95: The Calm before the Storm, (Online),
(http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey.html,diakses 12 juni 1996).

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 2


 Internet berupa karya individual
Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara
bertururt-turut oleh tahun, judul artike, nama jurnal dicetak miring dengan
diberi keterangan dalam kurung (online), volume dan nomor, dan diakhiri
dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan
diakses diantara tanda kurung. Contoh:
Griftfith, A.I. 1995. Coordinatin Family and School: Mothering for Scholling.
Education Policy Analysis Archives, (Online), Vol. 3, No.1,
(http://olam.ed.asu.edu/epaa/, diakses 12 Februari 2013)

Contoh daftar tabel


DAFTAR TABEL

Nomor halaman
1. Banyaknya Curah Hujan dan Hari Hujan 6
2. Harga Koefisien Limpasan 13

Contoh daftar gambar

DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman
1. Peta kabupaten Tanah Laut 1 4
2. Kolam Sump 16

Cara memberikan nomor tabel dan gambar

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 3


Gambar 1. Tambang bawah tanah
Sumber:.......................
Tabel. 5 koefisien pada orifis dalam pipa

Sumber:...................................

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 4


Contoh cover depan
LAPORAN
PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR
HMKK 541

Disusun Oleh:
AFGAN
H1F109049

Dosen Pembimbing:
Aqli Mursadin, ST., MT., Ph.D

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2017

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 5


Contoh halaman pengesahan

HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS MATA KULIAH
PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR
(HMKK 541)

Diajukan sebagai syarat


Mata kuliah Praktikum Proses Manufaktur
Program Studi Teknik Mesin

Disusun Oleh:
NAMA : AFGAN
NIM : H1F10904

Banjarbaru, 2017
Mengetahui, Telah Diperiksa dan disetujui
Ketua Laboratorium Manufaktur Dosen Pembimbing Praktikum Proses
Program Studi Teknik Mesin Manufaktur

Rudi Siswanto, M.Eng Aqli Mursadin, ST., MT., Ph.D


NIP. NIP.

Mengetahui,

Ketua Program Studi


Teknik Mesin

Ach. Kusairi S, MM, MT


NIP.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 6


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

NAMA : Rifiq Ikhsan


NIM : H1F109058

No Tanggal Materi Konsultasi Tanda Tangan

Banjarbaru,............................
Dosen Pembimbing

Aqli Mursadin, ST., MT., Ph.D


NIP.

Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat 7

Anda mungkin juga menyukai