Universitas Diponegoro
Semarang
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Sulaiman, AT, MT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas laporan ini. Tidak
lupa juga Saya ucapkan terima kasih kepada dosen PRAKTIKUM PENGELASAN Sulaiman
AT, MT yang telah membimbing Saya agar dapat mengerti tentang bagaimana cara
menyusun laporan ini. Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
PRAKTIKUM PENGELASAN, yang saya sajikan berdasarkan praktik yang telah di lakukan.
Dengan penuh kesabaran laporan ini dapat terselesaikan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pelajar ataupun, umum khususnya pada diri saya sendiri dan semua
yang membaca laporan ini, Dan mudah mudahan juga dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca .
Dalam penyelesaian tugas ini kami banyak menerima bantuan dan dukungan dari
banyak pihak, dan kesempatan ini kami berterimakasih kepada :
Kedua orang tua kami yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan baik Moril
maupun Materiil sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir ini. Pihak-pihak yang
terkait dalam pembuatan laporan ini.
Akhir kata kami sebagai penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Dari kami mungkin masih ada kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan praktik
ini.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.2Tujuan Praktikum.................................................................................................................1
3.1.1 Alat...................................................................................................................................7
3.1.2 Bahan...............................................................................................................................7
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................11
4.1Kesimpulan.........................................................................................................................11
4.2Saran...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktikum
Pada era serba teknologi ini teknik pengelasan sangat diperlukan untuk berbagai
proses pengerjaan industri seperti, pemotongan logam dan penyambungannya, konstruksi
bangunan baja, dan konstruksi permesinan yang memang tidak dapat dipisahkan dengan
teknologi manufaktur. Teknologi pengelasan termasuk yang paling banyak digunakan karena
memiliki beberapa keuntungan seperti bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik
pengelasan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatannya. Kualitas dari
hasil pengelasan sangat tergantung pada keahlian dari penggunanya dan persiapan sebelum
pelaksanaan pengelasaan.
Melaksanakan rutinitas dasar pengelasan dengan proses las SMAW (Shield Metal Arc
Welding) ,erupakan salah satu dari beberapa proses pengelasan dan posisi pengelasan dimana
pengelasan rutinitas dsar ini merupakan proses pengelasan yang biasa dipergunakan dalam
proses pengelasan tingkat dasar yaitu posisi mendatar atau dibawah tangan dari sambungan
2F (Fillet Joint) dan sambungan tumpul 1G (Butt Joint), dilakukan untuk membentuk suatu
knstruksi dan merupakan posisi pengelasan yang paling banyak digunakan pada dunia
pengelasan. Pengelasan dengan proses las SMAW atau disebut dengan pengelasan busur
listrik yang mengalir sebagai pemanas dalam kawat las (Electrode). Kawat las yang
digunakan berbentuk potongan kawat baja dengan ukuran tertentu yang dilapisi flux padat.
Melaksanakan praktikum pengelasan dengan proses las busur manual (SMAW) ini bertujuan
agar mahasiswa mampu untuk melaksanakan sesuai dengan SOP (Standar Operasional
Prosedur)
1
BAB II
LANDASAN TEORI
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dikenal juga dengan istilah Manual Metal Arc
Welding (MMAW) atau Las elektroda terbungkus adalah suatu proses penyambungan dua
keping logam atau lebih, menjadi suatu sambungan yang tetap, dengan menggunakan sumber
panas listrik dan bahan tambah/pengisi berupa elektroda terbungkus. Pada proses las
elektroda terbungkus, busur api listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan logam
induk/benda kerja (base metal) akan menghasilkan panas.
Panas inilah yang mencairkan ujung elektroda (kawat las) dan benda kerja secara
setempat. Busur listrik yang ada dibangkitkan oleh mesin las.Elektroda yang dipakai berupa
kawat yang dibungkus oleh pelindung berupa fluks. Dengan adanya pencairan ini maka
kampuh las akan terisi oleh logam cair yang berasal dari elektroda dan logam induk,
terbentuklah kawah cair, lalu membeku maka terjadilah logam lasan (weldment) dan terak
(slag), Tegangan yang digunakan pada las busur listrik sangat menentukan terjadinya
loncatan bunga api, semakin besar tegangan semakin mudah terjadi loncatan bunga api listrik.
Hal yang perlu diperhatikan, bahwa tegangan yang tinggi akan membahayakan operator las,
karena tubuh manusia hanya mampu menderita tegangan listrik sekitar 42 volt. Selain
penggunaan arus dan tegangan yang bisa membahayakan operator, nyala busur listrik juga
memancarkan sinar ultra violet dan sinar infra merah yang berinteraksi sangat tinggi.
Pancaran atau radiasi dari sinar tersebut sangat membahayakan mata maupun kulit manusia
(Bintoro, 1999).
Keuntungan pengelasan busur listrik atau Shield Metal Arc Welding (SMAW)
Kekurangan dari pengelasan busur listrik atau Shield Metal Arc Welding (SMAW)
2
3. Pada low hydrogen electrode perlu penyimpanan khusus
1. Kabel tenaga
2. Trafo las
Pemilihan trafo las pada saat akan membeli, harus dipertimbangkan tentang
kebutuhan maksimal (beban pekerjaan yang akan dikenakan kepada trafo las tersebut.
Apabila beban pekerjaannya besar maka langkah pemilihannya adalah dapat dipertimbangkan
tentang tegangan input: 3PH, 2PH atau 1PH; Ampere output, dipertimbangkan dari diameter
elektroda yang akan digunakan. dan yang paling penting adalah duty cycle dari trafo tersebut.
dalam hal ini pilihlah trafo las yang memiliki duty cycle yang tinggi untuk ampere yang
tinggi, misal duty cycle 100% untuk arus sampai dengan 200 A. langkah berikutnya gunakan
tang ampere untuk mengecek kesesuaian out put arus pengelasan pada indikator dengan
kenyataannya yang terlihat pada tang ampere.
Jenis trafo las juga perlu dipertimbangkan apakah trafi AC atau DC. hal ini terkait
dengan jenis elektroda yang akan digunakan. jika menggunakan multi electrode, pilihlah trafo
DC. Cara mengoperasikan trafo las terlebih dahulu harus dilihat instalasinya. Kabel tenaga ke
trafo las, kabel massa, kabel elektroda dan kondisi trafo sendiri, apakah pada tempat yang
kering atau basah. setelah diketahui instalasinya baik, maka saklar utama pada kabel tenaga
di on kan, selanjutnya saklar pada trafo las di on kan. pastikan kabel massa dan kabel
elektroda tidak dalam kondisi saling berhubungan. atur arus pengelasan yang dibutuhkan dan
selanjutnya gunakan untuk mengelas. Apabila proses pengelasan telah selesai, trafo las
dimatikan kembali.
3
3. Kabel elektroda dan kabel massa
Kabel elektroda dan kabel massa harus menggunakan kabel serabut sehingga lentur
dengan ukuran disesuaikan dengan ampere maksimum trafo las (lihat ketentuan pada tabel)
kabel las. Kabel elektroda dan kabel massa harus terkoneksi )terinstall dengan kuat dengan
trafo las agar aliran arus pengelasan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam indikator
ampere pada trafo las. Penggunaan kabel elektroda dan kabel massa pada saat pengelasan
harus disiapkan dengan benar, yaitu dalam kondisi terurai, tidak tertekuk dan saling berlilitan.
Dengan kondisi semacam ini maka aliran arus pengelasan akan maksimal. Jika sudah tidak
dipakai, trafo las dimatikan dan kabel las digulung dan diletakkan dengan benar tidak saling
berbelit agar mudah dalam penggunaan di waktu yang lain.
Penjepit elektroda dan penjepit massa dibuat dari bahan yang mudah menghantarkan
arus listrik. bahan yang biasa digunakan adalah tembaha. Pada pemegang elektroda pada
mulutnya sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan tukang las
memasang/menjepit pada pemegang elektroda. Dalam penggunaannya elektroda harus
ditempat pada sela-sela yang ada, dapat diposisikan dengan sudut 180 derajat, 90 derajat atau
45 derajat terhadap pemegang elektroda. Sedang pada penjepit massa dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat mencengkeram dengan kuat pada benda kerja.
Penjepit elektroda maupun penjepit massa tidak diperkenankan terkena busur las.
Pada penjepit elektroda, penggunaan elektroda disisakan 1 inch sehingga tidak sampai habis
menyentuh pemegang elektroda. Sedangkan pemegang massa tidak diperkenankan untuk
menjadi tempat mencopa elektroda/menyalaka elektroda agar tidak rusak. Penjepit benda
kerja ditempatkan pada dekat benda kerja atau meja las dengan kuat agar aliran listrik dapat
maksimal/tidak banyak arus yang terbuang.
Alat-alat bantu las harus digunakan dengan benar sesuai fungsinya dan dengan teknik
yang benar pula. Di samping itu cara penyimpanannya harulah ditempatkan sedemikian rupa
sehingga tidak saling bertumpukan dan saling bergesekan satu sama lain.
1. Meja las
Meja las adalah tempat untuk menempatkan benda kerja pada posisi yang
dipersyaratkan. Meja las harus diletakkan sedemikian rupa dan tidak mudah bergerak saat
4
tersenggol atau saat welder melakukan pengelasan. Gunakan benda kerja lain saat mencoba
penyalaan elektroda dan jangan dilakukan di meja las.
2. Palu terak
Palu terak adalah alat untuk membersihkan terak dari hasil pengelasan. Dalam
menggunakan palu terak ini jangan sampai membuat luka pada hasil pengelasan maupun
pada base metalnya. karena luka bekas pukulan adalah merupakan cacat pengelasan. Palu
terak sebelum digunakan dicek ketajamannya dan kondisinya. Apabila sudah tumpul, maka
harus ditajamkan dengan menggerindanya. Setelah selesai menggunakannya, tempatkan palu
terak pada tempatnya secara rapi.
3. Palu konde
Palu konde secara standar yang digunakan adalah berkapasitas 2 kg. penggunaan palu
konde adalah untuk membantu meluruskan, meratakan permukaan benda kerja yang berkelok
atau melengkung, untuk membentuk sudut pada benda kerja dengan tujuan mengurangi atau
meniadakan distorsi. atau ditunakan untuk tujuan membantu persiapan pengelasan. Palu
konde juga harus dikontrol kondisinya agar tidak kocak serta dalam penyimpananya harus
tertata rapi dan tidak saling bertumpukan atau bergesekan dengan alat lainnya.
4. Gerinda tangan
Gerinda tangan ini berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di las berupa
penyiapan kampuh las. Gerinda ini juga digunakan untuk membantu dalam proses pengelasan
khususnya dalam pembersihan lasan sebelum di sambung atau sebelum ditumpuki dengan
lasan lapis berikutnya. gerinda tangan ini juga digunakan untuk membantu dalam
memperbaiki cacat las yang memerlukan penggerindaan dalam persiapannya sebelum
diperbaiki cacat pengelasan tadi.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendukung hasil las yang mulus,
1. Parameter Pengelasan yang meliputi panjang busur, arus listrik, dan ketebalan benda
2. Menyalakan dan mematikan busur listrik
a. Scratcing Methode
b. Tapping method
3. Geraka elektroda
5
c. Gerakan melebar (weaving motion)
4. Menyambung las
b. Lengkung listrik dinyalakan dengan jarak kira-kira setengah inchi didepan kawah las
c. Elektroda digerakan ke kawah las dan diisi hingga sama besar dengan jalur ls
sebelumnya
Kawat Elektroda terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang berselaput (fluks) dan tidak
berselaput yang merupakan pangkal untuk menjepitkan tang las, yang ditunjukan pada
Gambar. Sedangkan fungsi fluks sendiri adalah untuk melindungi logam cair dari lingkungan
udara, menghasilkan gas pelindung, menstabilkan busur.
Kawat elektroda dibedakan menjadi elektroda untuk baja lunak, baja karbon tinggi,
baja paduan, besi tuang, dan logam non ferro. Bahan elektroda harus mempunyai kesamaan
sifat dengan logam (Suharto, 1991). Pemilihan elektroda pada pengelasan baja karbon sedang
dan baja karbon tinggi harus benarbenar diperhatikan apabila kekuatan las diharuskan sama
dengan kekuatan material.
Klasifikasi kawat elektroda diatur berdasarkan standar American Welding Society (AWS)
dan American Society Testing Material (ASTM).
Menurut standar AWS penomoran kawat elektroda dengan kode EXXYZ adalah sebegai
berikut :
6
BAB III
LAPORAN PRAKTIKUM
Fasilitas Alat – alat yang kami gunkan saat praktikum di workshop DIII – Teknik Perkapalan
antara lain :
3.1.2 Bahan
Bahan yang disediakan oleh workshop DIII – Teknik Perkapalan antara lain :
7
3.2.2 Proses Persiapan alat
1. Memastikan arus polaritas yang digunakan pada mesin las sudah sesuai dengan standar
(polaritas DC EN)
2. Menyetel arus pengelasan sampai dengan 100 A, tebal plat 5 mm
3. Membersihkan permukaan plat strip
4. Mengatur plat strip secara merata pada meja kerja
5. Menyalakan busur las
Ketukan ujung elektroda pada material dan pertahanankan jarak terhadap plat strip
kurang lebih 2 – 3 mm
Goreskan elektroda pada plat strip dan pertahankan jarak antara plat strip kurang lebih
2 – 3 mm
8
6. Selanjutnya proses pengelasan menggunakan posisi 1G
Posisi pengelasan 1G adalah posisi pengelasan dibawah tangan (handdown) sama
Seperti 1F tetapi dengan posisi benda kerja yang horiszontal pada pengelasan ini posisi
elektroda membentuk sudut 30osampai 50o dengan menggunakan settingan kuat arus 50A s/d
60A untuk elektroda yang digunakan dengan kode E6010
9
Langkah kerja posisi pengelasan 1F/2F
1) Siapkan 2 bahan las dengan ukuran masing-masing 10cm, kikir/ grinda bagian-bagian
yang tajam.
2) Dekatkan 2 plat yang akan dilas kemudian tempatkan dimeja las
3) Atur amper pengelasan
4) Buat pelat yang satu tagk di tempatkan di tengah-tengah pelat satunya,buat las titik
dibagian kedua ujung benda yang akan disambung
5) Bersihkan kerak hasil las titik tersebut dengan palu, setelah bersih dari kerak lakukan
pengelasan pada sambungan plat besi.
6) Dinginkan dan bersihkan bahan sebelum diserahkan pada Instruktor/ pembimbing.
7) Periksakan hasil las yang dikerjakan pada Instruktor/ pembimbing
8) Lakukan pengelasan ulang sesuai petunjuk Instruktor/ pembimbing, jika belum
mencapai kriteria
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mengacu pada pembahasan pada bab tersebut proses pengelasan menggunakan las
busur listrik atau las SMAW (Shield Metal Arc Welding) didapat beberapa kesimpulan,
antara lain Untuk dapat mengelas dengan hasil lasan yang baik, perlu latihan dalam jangka
waktu yang tidak singkat. Dan mengetahui berbagai macam posisi pengelasan yang sering di
gunakan dalam pengelasan contohnya seperti posisi pengelasan 1G dan 1F/2F.
4.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
http://fahum.uinsby.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/PEDOMAN-
PENULISANSKRIPSISI.pdf
http://lookallup.blogspot.com/2011/11/alat-keselamatankerjalaslistrik.html
http://maskurmuslim.blogspot.com/2014/01/peralatan-las-listrikkimia-zat.html
https://www.google.co.id/search?rlz=1C1ASRM_enID602ID602&sourceid=chrome&iUTF-
8&q=las+smaw+pdf&gws_rd=ssl
http://akmalchaka.blogspot.com/2010/04/smaw-shielded-metal-arcwelding.html
12