Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN

PRAKTIKUM PENGELASAN

Dosen Pengampu : Ari Wibawa Budi Santosa, ST, M.Si

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Pengelasan Kelas C

Disusun oleh :

Nugroho Catur Mulyawanto (21090121140115)

DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Praktikum Pengelasan dengan tepat
waktu.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Pengelasan Kelas C.
Selain itu, Penulis mengaharapkan semoga nantinya laporan ini dapat berguna bagi ketuntasan
nilai penulis dalam mata kuliah Praktek Pengelasan Kelas C, serta penulis juga berharap
semoga laporan ini bermanfaat untuk semua pembaca dan dapat dimengerti dengan mudah..

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ari Wibawa Budi Santosa, ST, M.Si
selaku dosen pengampu mata kuliah Praktek Pengelasan Kelas C. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
pemberian saran dan kritik yang membangun diharapkan dapat diberikan demi kesempurnaan
laporan ini.

Semarang, 08 April 2023

Nugroho Catur Mulyawanto

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3

A. Pengertian Pengelasan SMAW .............................................................................. 3


B. Mesin Las .............................................................................................................. 6
C. Cacat Pengelasan ................................................................................................... 9
D. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengelasan ....................................................... 12
E. Penyambungan Dua Plat ........................................................................................ 18
F. Kekuatan Uji Tarik ................................................................................................ 19

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................ 22

A. Persiapan Alat dan Bahan ...................................................................................... 22


B. Prosedur K3........................................................................................................... 29
C. Prosedur Kerja ....................................................................................................... 32
D. Hasil Kerja ............................................................................................................ 33
E. Prosedur Uji Tarik ................................................................................................. 36

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 40

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 40
B. Saran ..................................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 42

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sampai yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan keterbukaan
yang menuntut setiap individu untuk ikut serta didalamnya, sehingga sumberdaya
manusia harus menguasai, serta mampu mengaplikasikannya dalam setiap kehidupan.
Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan industri
karena memegang peranan utama dalam rekayasa dan reparasi produksi logam. Hampir
semua pembangunan suatu pabrik tanpa melibatkan unsur pengelasan.
Pada era industrialisasi dewasa ini teknik pengelasan telah banyak
dipergunakan secara luas pada penyambungan batang-batang pada konstruksi
bangunan baja dan konstruksi mesin. luasnya pengguanaan teknologi ini disebabkan
karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik penyambungan menjadi ringan
dan lebih sederhana dalam proses.
Pembuatanya lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam bidang konstruksi
sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, pipa saluran dan lain
sebagainya. Di samping itu proseslasdapatjuga dipergunakan untuk reparasi misalnya,
lubang-lubang pada coran, membuat lapisan keras pada perkakas, mempertebal bagian-
bagian yang sudah aus dan lain-lain. Pengelasan bukan tujuan utama darikonstruksi,
tetapi merupakan sarana untuk mencapai pembuatan yang lebih baik. karena itu
rancangan las harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu
kekuatan dari sambungan dan memperhatikan sambungan yang akan dilas, sehingga
hasil dari pengelasan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam memilih proses
pengelasan harus dititik beratkan pada proses yang paling sesuai untuk tiap-tiap
sambungan las yang ada pada konstruksi. Dalam hal ini dasarnya adalah efisiensi yan
tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh
mungkin. Dari hasil pengelasan di samping tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri
dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaan pengelasan, karena
pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan
menggunakan energi panas.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok permasalahan yang terdapat dilatar belakang, maka
pemahasan ini terdapat rumusan masalah yaitu
1. Apa pengertian pengelasan SMAW?
2. Bagaimana penggunaan mesin pengelasan SMAW?
3. Bagaimana prosedur keselamatan kerja dalam pengelasan SMAW?
4. Bagaimana cara menyambungkan dua plat baja dalam pengelasan SMAW?
5. Bagaimana hasil Uji Tarik dari baja yang telah dilas menggunakan pengelasan
SMAW?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka maksud dan tujuan dari penulisan
ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengelasan SMAW
2. Untuk mengetahui Teknik pengelasan SMAW
3. Untuk mengetahui apa saja peralatan dari pengelasan SMAW
4. Untuk mengetahui prosedur keselamatan kerja saat pengelasan SMAW
5. Untuk mengetahui hasil kekuatan Tarik dari dua plat baja yang telah dilas
menggunakan pengelasan SMAW

D. Manfaat Penulisan
1. Memberikan informasi tentang alat dan bahan yang dibutuhkan dalam melakukan
pengelasan
2. Memberikan informasi dalam proses pengelasan
3. Sebagai salah satu referensi mengenai prosedur atau cara pengelasan
4. Terciptanya mahasiswa yang mempunyai keterampilan dalam kerja las.
5. Mahasiswa dapat menerapkan praktek kerja las dalam kehidupan sehari-hari
6. Mahasiswa dapat membuat alur las yang baik.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengelasan SMAW


Proses pengelasan (welding) merupakan salah satu proses penyambungan
material (material joining). Adapun untuk definisi dari proses pengelasan yang
mengacu pada AWS (American Welding Society), proses pengelasan adalah proses
penyambungan antara metal atau non-metal yang menghasilkan satu bagian yang
menyatu, dengan memanaskan material yang akan disambung sampai pada suhu
pengelasan tertentu, dengan atau tanpa penekanan, dan dengan atau tanpa logam
pengisi. Meskipun dalam metode proses pengelasan tidak hanya berupa proses
penyambungan, tetapi juga bisa berupa proses pemotongan dan brazing. Proses
pengelasan dibedakan menjadi beberapa jenis, dan SMAW merupakan salah satu
proses pengelasan yang umum digunakan, utamanya pada pengelasan singkat dalam
produksi, pemeliharaan dan perbaikan, dan untuk bidang konstruksi.
SMAW (Shielded Metal Arc Welding) adalah proses pengelasan dengan
mencairkan material dasar yang menggunakan panas dari listrik antara penutup metal
(elektroda).

Gambar 1. Pengelasan SMAW

Sebagaimana dalam AWS (American Welding Society), prinsip dari SMAW


adalah menggunakan panas dari busur untuk mencairkan logam dasar dan ujung
sebuah consumable elektroda tertutup dengan tegangan listrik yang dipakai 23-45
Volt, dan untuk pencairan digunakan arus listrik hingga 500 ampere yang umum
digunakan berkisar antara 80–200 ampere. Dimana dalam proses SMAW dapat terjadi
oksidasi, hal ini perlu dicegah karena oksidasi metal merupakan senyawa yang tidak

3
mempunyai kekuatan mekanis. Adapun untuk mencegah hal tersebut maka bahan
penambah las dilindungi dengan selapis zat pelindung yang disebut flux atau slag
yang ikut mencair ketika pengelasan. Tetapi karena berat jenisnya lebih ringan dari
bahan metal yang dicairkan, cairan flux akan mengapung di atas cairan metal,
sekaligus mengisolasi metal tersebut sehingga tidak beroksidasi dengan udara luar.

Pada pengelasan dengan metode SMAW, pengelasan dimulai saat sebuah busur
listrik dipukul dengan membuat kontak antara ujung elektroda dan system kerja. Panas
intens busur mencairkan ujung elektroda dan permukaan kerja dekat dengan busur.
Gelembung-gelembung kecil logam cair dengan cepat terbentuk di ujung elektroda,
kemudian ditransfer melalui sungai busur ke dalam kolam las cair. Dengan cara ini,
logam pengisi disimpan sebagai elektroda yang dikonsumsi. Busur digerakan sesuai
dengan panjang sistem kerja dan kecepatan perjalanan, titik lebur dan sekering sebagian
logam dasar dan terus menambahkan logam pengisi. Saat busur menjadi sumber panas
dengan suhu di atas 9000 ° F (5000 ° C), pencairan logam dasar terjadi hampir seketika.
Jika pengelasan dilakukan baik dalam posisi datar atau horizontal, transfer logam
disebabkan oleh gaya gravitasi, ekspansi gas, listrik dan kekuatan elektromagnetik, dan
tegangan permukaan. Sedangkan pada posisi las yang lain, gravitasi bekerja terhadap
kekuatan lain.

Proses pengelasan dengan metode SMAW dibedakan berdasarkan jenis arusnya


meliputi arus AC dan DC, dimana arus DC dibedakan atas DCEN (straight polarity-
polaritas langsung) dan DCEP (reverse polarity – polaritas terbalik).

Pada DCEP (Reversed Polarity), material dasar disambungkan dengan kutub


negatif (-) dan elektrodenya disambungkan dengan kutub positif (+) dari mesin las DC,
sehingga busur listrik bergerak dari material dasar ke elektrode dan tumbukan elektron
berada di elektrode yang berakibat 2/3 panas berada di elektroda dan 1/3 panas berada
di material dasar. Cara ini akan menghasilkan pencairan elektrode lebih banyak
sehingga hasil las mempunyai penetrasi dangkal, serta baik digunakan pada pengelasan
pelat tipis dengan manik las yang lebar.

Perlu diketahui juga klasifikasi AWS dari elektroda SMAW dilambangkan dengan
susunan kode sebagai berikut:

4
Tabel 1. Jenis Elektroda

EXXX

Dengan keterangan bahwa:

E : menyatakan elektroda

XX : diisi kode yang menunjukkan daya rentang bahan (strength)

X : diisi kode yang menunjukkan posisi dari pengelasan

X : diisi kode yang menunjukkan selulosa – tipe dari arus dan lapisan

Tabel 2. Jenis Amper

5
Penerapan pengelasan SMAW dalam kehidupan sehari – hari sangat luas. Hal
ini dapat kita temukan melalui banyaknya barang atau benda hasil dari penerapan
pengelasan SMAW yang berupa perbaikan, pengerjaan konstruksi, dan sebagainya.
Dalam kenyataan memang masih banyak ditemukan adanya kekurangan disana – sini
yang menyangkut masalah kualitas dari hasil las itu sendiri. Misalnya masalah korosi,
retak, deformasi dan sebagainya namun hal itu tidak mengurangi penggunaan
pengelasan. SMAW untuk menangani pekerjaan – pekerjaan yang berkaitan dengan
pembuatan suatu konstruksi dengan cara pengelasan.

Keberhasilan penanganan pekerjaan las tidak hanya didukung oleh kondisi


peralatannya akan tetapi juga ditentukan oleh sumber daya manusia (SDM) yang ada.
SDM yang memiliki pengetahuan luas dan banyak pengalaman pada diri operator las
sangat diperlukan untuk dapat menangani persoalan – persoalan dalam pekerjaan las.
Pekerjaan las dikatakan berhasil baik tidak hanya ditentukan dari teknik pengelasannya
saja akan tetapi juga dari langkah persiapan yang memang tepat dalam mengambil
pilihan atau keputusan. Dari SDM yang berpengetahuan luas dan banyak pengalaman
inilah dapat ditemukan pilihan – pilihan dan keputusan - keputusan yang tepat yang
sangat bermanfaat untuk menangani pekerjaan – pekerjaan las, misalnya tentang
memilih jenis elektroda, jenis salutan, ukuran elektroda, jenis bahan, bentuk alur
sambungan, posisi pengelasan, teknik mengelas, dan sebagainya yang semuanya akan
sangat berpengaruh terhadap efesiensi dan kualitas pekerjaan.

Sampai saat ini las SMAW masih banyak digunakan dan masih menjadi
andalan untuk mengerjakan pekerjaan – pekerjaan konstruksi baik untuk volume besar,
sedang, dan kecil oleh karena itu las jenis ini termasuk perangkat las yang praktis,
artinya tidak memerlukan banyak perangkat, karena itulah sampai saat ini las SMAW
masih menjadi sebuah pilihan.

B. Mesin Las
Mesin las memegang peranan penting dalam pekerjaan pengelasan. Ini dapat
dibuktikan bilamana mesin las sering mengalami gangguan (trouble) pasti proses
pengelasan akan terganggu. Mesin las SMAW yang baik akan menghasilkan arus yang
stabil baik untuk bekerja pada ampere rendah ataupun ampere tinggi, sehingga
memudahkan pengaturan arus.

6
Selain itu , mesin las yang baik juga akan tahan jika digunakan untuk bekerja
dengan waktu lama. Karena mesin las yang baik biasanya sudah dilengkapi dengan
perangkat pendingin (cooler) yang berupa kipas atau cairan pendingin yang berfungsi
mendinginkan kumparan pada trafo, sehingga mesin akan tahan untuk kerja berjam -
jam tanpa berhenti.
Proses pengelasan dengan metode SMAW dibedakan berdasarkan jenis
arusnya meliputi arus AC dan DC, dimana arus DC dibedakan atas DCEN (straight
polarity- polaritas langsung) dan DCEP (reverse polarity – polaritas terbalik).
Perbedaan antara SMAW dengan arus AC dan DC adalah sebagai berikut.
1. Mesin Las AC

Gambar 2. Mesin Las AC

Mesin las ini biasanya digunakan ditempat pengelasan yang tetap,tidak


berpindah – pindah dan ditempat itu sudah tersedia instalasi listrik sebagai sumber
tenaga. Untuk arus AC (Alternating Current), pada voltage drop panjang kabel tidak
banyak pengaruhnya, kurang cocok untuk arus yang lemah, tidak semua jenis
elektroda dapat dipakai, arc starting lebih sulit untuk diameter kecil. Keuntungan
menggunakan mesin las AC:

 Busur nyala kecil, sehingga memperkecil kemungkinan timbulnya keropos pada


rigi – rigi las.
 Perlengkapan dan perawatan lebih murah

7
 Kabel massa dan kabel elektroda dapat ditukar tanpa mempengaruhi perubahan
panas yang ditimbulkan
2. Mesin Las DC

Gambar 3. Mesin Las DC

Mesin Las ini berupa sebuah generator atau dinamo yang dilengkapi dengan
perangkat alat las busur listrik. Arus listrik yang dihasilkan oleh generator dapat
digunakan untuk mengelas. Generator berfungsi sebagai sumber tenaga atau arus listrik.
Mesin las jenis ini biasanya digunakan oleh operator las yang tempat kerjanya selalu
berpindah pindah. pada arus DC (Direct Current), voltage drop sensitif terhadap
panjang kabel sependek mungkin, dapat dipakai untuk arus kecil dengan diameter
elektroda kecil, semua jenis elektrode dapat dipakai, arc starting lebih mudah terutama
untuk arus kecil, pole dapat dipertukarkan, arc bow sensitif pada bagian ujung, sudut
atau bagian yang banyak lekukanya.

Selanjutnya untuk DCEN (Straight Polarity), material dasar atau material yang
akan dilas disambungkan dengan kutub positif (+) dan elektrodenya disambungkan
dengan kutub negatif (-) pada mesin las DC. Dengan cara ini busur listrik bergerak dari
elektrode ke material dasar sehingga tumbukan elektron berada di material dasar yang
berakibat 2/3 panas berada di material dasar dan 1/3 panas berada di elektroda. Cara ini
akan menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak dibanding elektrodenya

8
sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga baik digunakan pada
pengelasan yang lambat, wilayah yang sempit dan untuk pelat yang tebal.

Pada DCEP (Reversed Polarity), material dasar disambungkan dengan kutub


negatif (-) dan elektrodenya disambungkan dengan kutub positif (+) dari mesin las DC,
sehingga busur listrik bergerak dari material dasar ke elektrode dan tumbukan elektron
berada di elektrode yang berakibat 2/3 panas berada di elektroda dan 1/3 panas berada
di material dasar. Cara ini akan menghasilkan pencairan elektrode lebih banyak
sehingga hasil las mempunyai penetrasi dangkal, serta baik digunakan pada pengelasan
pelat tipis dengan manik las yang lebar.

Keuntungan menggunakan mesin las DC :

 Busur nyala stabil.


 Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut.
 Dapat mengelas pelat yang tipis dalam hubungan DCRP.
 Bisa digunakan pada daerah – daerah yang belum ada sumber listrik dan bisa
berpindah – pindah.

Gambar 4. Pengkutuban Langsung dan Tidak Langsung

C. Cacat Pengelasan
1. Cacat Las Undercut

9
Gambar 5. Cacat Las Undercut

Undercut adalah sebuah cacat las yang berada di bagian permukaan atau akar,
bentuk cacat ini seperti cerukan yang terjadi pada base metal atau logam induk. Jenis
cacat pengelasan ini dapat terjadi pada semua sambungan las, baik fillet, butt, lap,
corner dan edge joint. Penyebab cacat las Undercut:

a. Arus pengelasan yang digunakan terlalu besar.


b. Travel speed / kecepatan las terlalu tinggi.
c. Posisi elektroda kurang tepat.
d. Ayunan tangan kurang merata, waktu ayunan pada saat disamping terlalu cepat .

Cara mencegah cacat las Undercut:

a. Menyesuaikan arus pengelasan, kita dapat melihat ampere yang direkomendasikan


di bungkus elektroda atau WPS (Welding Procedure Specification).
b. Kecepatan las diturunkan.
c. Panjang busur diperpendek atau setinggi 1,5 x diameter elektroda.

2. Cacat Las Porosity (Porositas)

10
Gambar 6. Cacat Porositas

Cacat Porositas adalah sebuah cacat pengelasan yang berupa sebuah lubang
lubang kecil pada weld metal (logam las), dapat berada pada permukaan maupun
didalamnya. Porosity ini mempunyai beberapa tipe yaitu Cluster Porosity, Blow Hole
dan Gas Pore. Penyebab cacat las Porositas:

a. Elektroda yang digunakan masih lembab atau terkena air.


b. Busur las terlalu panjang.
c. Arus pengelasan terlalu rendah.
d. Travel Speed terlalu tinggi.

Cara Mengatasi Cacat Las Porositas:

a. Pastikan elektroda yang digunakan sudah dioven (jika disyaratkan), jangan


sampai kawat las terkena air atau lembab.
b. Atur tinggi busur kurang lebih 1,5 x diameter kawat las.
c. Ampere disesuaikan dengan prosedur atau rekomendasi dari produsen elektroda.
d. Persiapan pengelasan yang benar, memastikan tidak ada pengotor dalam benda
kerja.
e. Untuk material tertentu panas tidak boleh terlalu tinggi, sehingga perlu
perlakukan panas.

3. Cacat Las Slag Inclusion

11
Gambar 7. Slag Inclusion

Welding Defect Slag Inclusion adalah cacat yang terjadi pada daerah dalam
hasil lasan. Cacat ini berupa slag (flux yang mencair) yang berada dalam lasan, yang
sering terjadi pada daerah stop and run (awal dan berhentinya proses pengelasan).
Untuk melihat cacat ini kita harus melakukan pengujian radiografi atau bending.
Penyebab cacat las Slag Inclusion:

a. Proses pembersihan Slag kurang, sehingga tertumpuk oleh lasan.


b. Ampere terlalu rendah.
c. Busur las terlalu jauh.
d. Sudut pengelasan salah.
e. Sudut kampuh terlalu kecil.

Cara Mencegah Cacat Slag Inclusion:

a. Pastikan lasan benar benar berseih dari slag sebelum mengelas ulang.
b. Ampere disesuaikan dengan prosedur.
c. Busur las disesuaikan.
d. Sudut pengelasan harus sesuai.
e. Sudut kampuh lebih dibesarkan (50-70 derajat).

D. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengelasan


Pada proses pengelasan las listrik terdapat hal-hal yang perlu di perhatikan
seorang welder dan semua pihak yang terkait didalamnya terutama dalam keselamatan

12
kesehatan kerjanya, hal-hal tersebut diantaranya memakai wearpack yang berbahan
dasar kulit hewan/kain yang tebal yang berlapis atau baju dan celana panjang yang
berbahan dasar kain levis untuk melindungi tubuhnya dari percikan bunga api dan efek
radiasi sinar ultra violet dan ultra merah yang dapat membahayakan keselamatan
kesehatan kerjanya.

Gambar 8. Wearpack

1. Menggunakan sarung tangan, kedua alat ini berfungsi hampir sama dengan
Wearpack yaitu melindungi dari percikan bunga api dan efek radiasi sinar ultra
violet dan ultra merah yang ditimbulkan oleh las listrik dan untuk memudahkan
pemegangan elektroda.

Gambar 9. Sarung Tangan Pengelasan


13
2. Helm las listrik, helm ini dilengkapi dengan dua kaca hitam dan putih atau satu
kaca hitam yang berfungsi untuk melindungi kulit muka dan mata dari efek
radiasi sinar ultra violet dan ultra merah yang dapat merusak kulit maupun mata,
dimana sinar yang ditimbulkan oleh las listrik tidak boleh dilihat langsung
dengan mata telanjang sampai dengan jarak minimal 16 meter.

Gambar 10. Helm Pengelasan

3. Memakai sepatu las, untuk melindungi kaki dari percikan bunga api, hal ini
tidak terlalu penting apabila welder telah menggunakan celana panjang yang
berbahan dasar kain tebal seperti kain levis serta memakai sepatu safety yang
standar untuk pengelasan, tetapi tidak ada salahnya jika digunakan.

Gambar 11. Sepatu Pengelasan

4. APAR (Alat Pemadam Api Ringan), dibutuhkan dalam ruangan pengelasan


ketika terjadi percikan api yang menimbulkan kebakaran. Alat ini dirancang

14
untuk membantu memadamkan kebakaran dalam tahap awal sebelum api
membesar dan menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Fungsi utama APAR
adalah untuk menyediakan alat pemadam api yang mudah digunakan dan efektif
untuk memadamkan kebakaran sebelum kebakaran itu membesar dan tidak
dapat dikendalikan.

Gambar 12. APAR

5. Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (K3), merupakan perlengkapan


pertolongan pertama yang wajib ada pada laboratorium pengelasan. Supaya
memudahkan ketika menangani luka bakar akibat percikan api pengelasan.
Yang harus ada dalam kotak K3 yaitu perban, kain kasa gulung dan steril,
sarung tangan lateks, pinset, gunting, larutan povidone-iodine untuk disinfektan
luka, tisu pembersih bebas alcohol, cairan untuk membersihkan benda asing
pada luka, krim atau salep antiseptic, salep luka bakar, plester luka,obat tetes
mata.

15
Gambar 13. Kotak K3

6. Respirator (alat bantu pernafasan), untuk menjaga pernafasan agar tetap stabil
pada saat melakukan proses pengelasan las listrik dari asap las, dan untuk
melindungi asap dan debu yang beracun masuk ke paru-paru, hal ini boleh tidak
dilakukan apabila kamar las telah mempunyai sistem pembuangan asap dan
debu-debu beracun (blower) yang baik, tetapi tidak ada salahnya jika
digunakan, karena pernafasan sangat penting dalam proses metabolisme
manusia.
7. Hal yang perlu lainnya seperti “kamar las”, agar welder dapat bekerja tanpa
gangguan apapun yang mengelilinginya dan dapat berkonsentrasi dengan
maksimal, kamar las juga berfungsi agar orang-orang disekelilingnya tidak
terganggu oleh yang diakibatkan oleh las listrik.

Gambar 14. Bilik Pengelasan

16
Tabel 3. Panduan Pemilihan Jenis Filter/Lensa

Dalam hal lain welder juga harus memperhatikan mesin las yang dipakai agar dapat
terus digunakan sesuai dengan fungsinya, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain
adalah:

1. Percikan bunga api sebaiknya tidak mengenai mesin las listrik.


2. Mesin las listrik sebaiknya dimatikan apabila telah selesai digunakan.
3. Kawat elektroda yang masih aktif dijauhkan atau sebaiknya dihindarkan dari mesin
las listrik.
4. Tidak menaruh benda apapun diatas atau didekat sekitar mesin las listrik.
5. Mesin las listrik dibersihkan dari kotoran dan debu setelah selesai digunakan agar
kotoran dan bebu tidak mengendap didalam mesin las listrik. ¾ Melakukan
perawatan khusus (shut down) secara berkala agar mesin dapat berfungsi standart.
6. Sebaiknya tidak melakukan penggerindaan disekitar mesin las listrik, karena hal
tersebut akan menyebabkan serbuk-serbuk besi masuk kedalam mesin las listrik.

Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.

Kebisingan juga mempengaruhi baik buruknya suatu proses produksi dalam


pengelasan las listrik, karena Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak
dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan
sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.

17
Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran/polusi kebisingan
dianggap istimewa dalam hal :

1. Penilaian pribadi dan subjektif sangat menentukan untuk mengenali suara


sebagai pencemaran kebisingan atau tidak,
2. Kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan pencemaran udara
dan pencemaran air dan bising pesawat merupakan pengecualian.
3. Mutu suara yang dipengaruhi oleh kasarnya permukaan-permukaan sehingga
memantulkan suara.
E. Penyambungan Dua Plat

Pelat baja merupakan komponen yang sangat sering digunakan dalam industri
terutama dalam industri otomotif, industri perkapalan, alat transportasi, keperluan alat
rumah tangga bahkan keperluan bangunan. Pelat baja memiliki ketahanan unggul
terhadap korosi dimana dapat mengurangi kontaminasi minimum. Pelat baja
difungsikan sebagai luasan bidang yang akan terkena beban atau tekanan terhadap
kondisi rancang bangun yang sedang dijalankan atau dipergunakan.

Dalam industri perkapalan, pelat baja merupakan komponen yang memiliki


peran penting dalam pembuatan rancang bangun terutama pada bagian lambung kapal.
Pembuatan pelat baja harus memenuhi proses tahapan agar mendapatkan kualitas yang
baik. Proses tersebut meliputi Open hearth proses merupakan proses peleburan bijih
besi dalam tungku besar yang mana untuk memproduksi baja dalam jumlah besar.
Setelah open hearth proses dilanjutkan dengan tahapan electic funance yang mana
difungsikan sebagai penyulingan bahan untuk memberikan komposisi yang
dibutuhkan. Kemudian Oxygen proses yang dilakukan dengan cara sebuah jet oksigen
dengan kemurnian tinggi diarahkan ke permukaan logam cair untuk memperbaiki
stuktur baja tersebut. Proses terakhir adalah chemical additional to steel yang mana
proses ini adalah penambahan bahan kimia yang berfungsi untuk menjadikan kualitas
baja ini menjadi lebih baik dengan komposisi yang sesuai.

Untuk mendapatkan kualitas dan kekuatan sambungan yang baik tidak mudah
untuk dilakukan. Karena parameter-parameter proses pengelasan harus disesuaikan
dengan jenis sambungan yang sesuai dengan WPS (Welding Procedure Specification)
yang meliputi material yang disambung, desain manufaktur, dan material tool. Pada
bagian yang akan diteliti adalah bagian hasil lasan yaitu kekuatan ditempat

18
diberikannya pengelasan dengan beberapa variasi arus, sehingga dapat diketahui
bagaimana perubahan yang terjadi pada bagian pengelasan tersebut. Dalam penelitian
ini menggunakan baja karbon ASME SA-36.

Prosedur menyambungkan dua pelat baja menjadi satu, dengan membuat tack
weld dibagian ujung pelat. Agar pelat yang kanan dan kiri sejajar. Setelah mentack weld
kan pelat, dilanjutkan untuk memulai menyambungkan kedua pelat dengan cara
pengelasan.

F. Kekuatan Uji Tarik

Pengujian tarik material adalah salah satu metode pengujian fisik yang
dilakukan untuk mengevaluasi sifat mekanik dari suatu bahan atau material, khususnya
ketahanan atau kekuatan suatu bahan terhadap tegangan atau beban yang diterapkan
padanya dalam arah tarik. Pengujian tarik material biasanya dilakukan pada sampel
bahan atau material yang telah dipotong atau dibentuk dalam bentuk uji tertentu.

Pengujian tarik material biasanya dilakukan dengan menggunakan mesin uji


tarik, yang memiliki kemampuan untuk menerapkan beban secara perlahan pada
sampel bahan atau material dalam arah tarik, dan secara simultan memonitor tegangan
dan regangan yang terjadi pada sampel tersebut. Sampel bahan atau material ditarik
dengan kecepatan yang konstan, hingga sampel tersebut patah atau rusak.

Gambar 15. Mesin Uji Tarik

19
Beberapa tujuan dilakukan Uji Tarik suatu material

1. Mengukur sifat mekanik: Pengujian tarik material dilakukan untuk mengukur


sifat mekanik suatu bahan atau material, seperti kekuatan tarik, kekuatan luluh,
regangan, modulus elastisitas, dan sebagainya. Data hasil pengujian ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi apakah bahan atau material tersebut memenuhi
standar atau persyaratan teknis yang dibutuhkan dalam aplikasi tertentu.
2. Menentukan kualitas produk: Pengujian tarik material dapat digunakan untuk
menentukan kualitas produk atau material tertentu, baik dalam proses produksi
maupun dalam pengujian produk jadi. Misalnya, pengujian tarik material dapat
dilakukan pada baja atau logam yang digunakan dalam produksi kendaraan,
untuk memastikan bahwa material tersebut memiliki kekuatan dan ketahanan
yang memadai.
3. Membandingkan kualitas material: Pengujian tarik material juga dapat
digunakan untuk membandingkan kualitas material yang berbeda, seperti baja
dengan aluminium, atau kayu dengan plastik. Data hasil pengujian dapat
digunakan untuk menentukan material mana yang lebih cocok untuk aplikasi
tertentu, atau untuk mengevaluasi performa material dalam kondisi yang
berbeda.
4. Mengembangkan material baru: Pengujian tarik material dapat digunakan
sebagai bagian dari proses pengembangan material baru. Data hasil pengujian
dapat membantu para insinyur dan peneliti untuk memahami sifat mekanik
material baru yang mereka kembangkan, dan untuk mengevaluasi apakah
material tersebut memenuhi persyaratan teknis yang dibutuhkan dalam aplikasi
tertentu.

Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik
suatu bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan mendapatkan profil
tarikan yang lengkap yang berupa kurva yang menunjukkan hubungan antara gaya
tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang
memakai bahan tersebut.

Biasanya yang menjadi focus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan


tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut “Ultimate Tensile
Strength” disingkat UTS, dalam Bahasa Indonesia disebut tegangan Tarik maksimum.

20
Gambar 16. Gambaran Singkat Uji Tarik dan Datanya

21
BAB III

PEMBAHASAN

A. Persiapan Alat dan Bahan


1. Alat
a. Las Listrik

Gambar 17. Mesin Las Listrik

Las listrik adalah metode pengelasan yang sudah sering digunakan


oleh pekerja las. Las listrik sendiri terdapat 2 macam, yaitu las tahanan
listrik dan las busur nyala listrik. Las tahanan listrik yaitu
dengan mengalirkan arus listrik melalui bidang suatu benda yang akan
disambung, kemudian diberi tekanan sampai kedua bahan akan
menyatu. Las busur nyala listrik adalah teknik las dengan cara
mengubah arus listrik menjadi panas untuk melelehkan permukaan
benda kerja dengan membangkitkan busur nyala listrik melalui
elektroda. Selain itu ada beberapa alat las yang harus fleksibel agar bisa
mereduksi regangan pada tangan welder dan untuk memudahkan
instalasi kabel sehingga dapat digunakan 800 sampai 2500 kawat pada
masing masing kabel.

b. Kabel Las

Gambar 18. Kabel Las

22
Kabel las atau Lead superfleksibel adalah alat untuk menghantar
arus dari mesin pengelasan ke benda kerja dan sebaliknya. Kabel las
terdiri dari Lead dengan lapisan karet, kain, dan penguat lapisan
fabric holder elektroda atau Lead elektroda. Lead dari benda kerja
ke mesin dikenal sebagai Lead benda kerja. Tegangan pada
Lead bervariasi antara 14 dan 80 Volt. Lead memilikibeberapa ukuran,
yang semakin kecil nomornya, semakin besar diameter Lead. Sebuah
Lead harus fleksibel agar bisa mereduksi regangan pada tangan welder
dan untuk memudahkan instalasi kabel sehingga dapat digunakan 800
sampai 2500 kawat pada masing masing kabel. Lead elektroda maupun
Lead benda kerja harus menggunakan kabel listrik yang berdiameter
sama karena panjang Lead mempengaruhi ukuran kapasitas mesin las.

c. Palu Las

Gambar 19. Palu Las

Palu las digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan kerak las


pada jalur las dengan cara memukulkan atau menggoreskan pada daerah las.

d. Pemegang kawat las (Holder Electrode)

Gambar 20. Holder Electrode

Pemegang kawat las atau holder elektroda adalah peralatan las


busur yang dipegang oleh welder ketika mengelas. Holder ini digunakan

23
untuk menahan elektroda logam atau karbon. Handle pemegang terbuat
dari bahan pelapis yang mempunyai tahanan panas tinggi dan tahanan
listrik yang rendahdan dibuat untuk menyeimbangkan pegangan
tangan.

Ada sejumlah metode yang digunakan untuk menjepit elektroda


dalam holder yang salah satunya adalah konstruksi pincer dan pegas
untuk menghasilkan tekanan sehinnga diperoleh sambungan yang baik.

e. Klem Massa

Gambar 21. Klem Massa

Klem massa sebagai alat untuk menghubungkan kabel masa ke


benda kerja yang terbuat dari bahan yang menghantar dengan baik
(tembaga). Sebuah klem masa dilengkapi dengan pegas yang kuat, yang
dapat menjepit benda kerja dengan baik.

f. Sikat Kawat

Gambar 22. Sikat Kawat

Sikat kawat yang digunakan untuk membersihkan benda kerja


yang akan dilas dan kerak las yang sudah dilepas dari jalur las oleh
pukulan palu las.

g. Tang Penjepit Plat

24
Gambar 23. Tang Penjepit Plat

Tang Penjepit Plat digunakan untuk memindahkan plat baja yang


telah dilas.
h. Gerinda Potong

Gambar 24. Gerinda Potong

i. Penggaris

Gambar 25. Penggaris


25
Penggaris digunakan untuk mengukur Panjang plat dan membagi
plat sebelum dipotong
j. Kain Lap

Gambar 26. Kain Lap


Kain Lap digunakan untuk membersihkan plat yang telah disemprot
cairan penetrant.
k. Spidol Putih

Gambar 27. Spidol Putih

26
Spidol Putih digunakan untuk memberikan tanda pada plat sebelum
dipotong dan nama pada hasil plat yang telah dilas.

l. Cairan Dye Penetrant

Gambar 28. Cairan Dye Penetrant


Cairan Dye Penetrant digunakan untuk mempenetrasi crack atau
untuk mengetahui adanya celah yang bolong dalam hasil pengelasan
m. Jangka Sorong

Gambar 29. Jangka Sorong

Jangka sorong digunakan untuk mengukur Panjang dan tebal plat


ketika sudah dipotong.

27
n. Magnetic Particle Flaw Detector

Gambar 30. Magnetic Particle Flaw Detector


Magnetic Particle Flaw Detector untuk mendeteksi permukaan las
yang cacat seperti kebocoran dan keretakan.
o. Mesin Uji Tarik

Gambar 31. Mesin Uji Tarik

28
Uji Tarik digunakan untuk mengukur sifat mekanik suatu bahan atau
material, seperti kekuatan tarik, kekuatan luluh, regangan, modulus
elastisitas, dan sebagainya. Data hasil pengujian ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi apakah bahan atau material tersebut memenuhi standar atau
persyaratan teknis yang dibutuhkan dalam aplikasi tertentu.
2. Bahan
a. Plat Baja

Gambar 32. Plat Baja

Dikatakan besi plate karena besi ini berbentuk Batangan ramping.


Berongga dengan penampang berbentuk segi empat sehingga sering juga
disebut dengan pipa kotak.

b. Kawat Las (Elektroda)

Gambar 33. Elektroda

Kawat las atau elektroda digunakan dalam proses penyambungan logam.


Material tersebut memiliki fungsi sebagai pembakar, sehingga membuat busur
menyala.

B. Prosedur K3
Alat keselamatan kerja las listrik hanyalah salah satu bagian dari sistem
keamanan dan keselamatan kerja. Pemahaman terhadap resiko pekerjaan las listrik dan
kesadaran dalam mematuhi prosedur kerjanya akan sangat membantu kelancaran dan
keberhasilan pekerjaan. Diantara hal untuk mencapai keselamatan kerja ialah:
1. Wearpack

29
Gambar 34. Wearpack

Memakai wearpack yang berbahan dasar kulit hewan/kain yang tebal yang
berlapis atau baju dan celana panjang yang berbahan dasar kain levis untuk
melindungi tubuhnya dari percikan bunga api dan efek radiasi sinar ultra violet
dan ultra merah yang dapat membahayakan keselamatan kesehatan kerjanya.

2. Helm/Topeng Las

Gambar 35. Helm/Topeng Las

Helm/ topeng las melindungi mata dari pancaran busur listrik berupa
sinar ultra violet dan inframerah yang menyala terang dan kuat. Sinar las ini
tidak boleh dilihat secara langsung dengan mata telanjang sampai jarak 15
meter.

Alat keselamatan kerja ini memiliki 3 lapisan kaca, yang terdiri dari satu
kaca las khusus yang diapit oleh 2 kaca bening. kaca bening berfungsi
melindungi kaca khusus tersebut agar tidak mudah rusak dan pecah.

30
Kaca las memiliki klasifikasi berbeda berdasarkan besar arus listrik yang
dapat diatur pada mesin lasnya, sebagai berikut :

a. Kaca las no.6 dipakai untuk las titik (tack weld)

b. Kaca las no.6 dan no. 7 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 30
Ampere

c. Kaca las no.8 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 30 Ampere –
75 Ampere

d. Kaca las no.10 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 75 ampere –
200 Ampere

e. Kaca las no.12 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 200 Ampere
– 400 Ampere

f. Kaca las no.14 dipakai untuk pengelasan menggunakan arus sebesar diatas
400 Ampere.

3. Sarung Tangan (Welding Gloves)

Gambar 36. Sarung Tangan Pengelasan

Sarung tangan terbuat dari kulit atau asbes lunak sehingga tidak
menghalangi pergerakkan jari-jari tangan saat memegang penjepit elektroda
atau peralatan lainnya. Sepasang sarung tangan harus selalu dipakai agar tangan
tidak tidak terkena percikkan bunga api atau benda panas yang dilas.

31
C. Prosedur Kerja
1. Penjelasan mengenai peralatan, bahan dan teknik pengelasan yang digunakan
untuk pengelasan.
2. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
3. Memakai peralatan keselamatan saat pengelasan.
4. Lalu, mengukur pelat baja sepanjang 10 cm.
5. Memotong pelat baja dengan ukuran 10 cm, setiap mahasiswa mendapat 2 buah
pelat baja.
6. Setelah itu, menyalakan mesin las listrik dan mengatur kuat arus dengan range
50-60 ampere, agar mahasiswa dapat menyesuaikan ampere yang pas saat
melakukan pengelasan.
7. Menjepit kabel masa pada baja agar menghantarkan arus ke pelat yang ingin di
las.
8. Menjepit elektroda pada tang penjepit membentuk sudut 90 derajat.
9. Menyalakan elektroda, mengetes elektroda pada pelat.
10. Melakukan teknik tack-welding pada kedua buah pelat dan dilakukan di dua sisi
berbeda, untuk menempelkan dua buah pelat.
11. Mulai mengelas pada kedua sisi sambungan dengan arsiran zigzag dengan
durasi yang pas (tidak terburu-buru).
12. Setelah melakukan pengelasan pada pelat, lalu hilangkan kerak pada pelat
menggunakan palu penetak dan mengosok plat dengan sikat kawat agar sisa-
sisa kotoran pengelasan hilang.
13. Mencuci plat untuk membersihkan sisa kerak dan berfungsi untuk mengurangi
suhu pelat yang panas.

32
D. Hasil Kerja

Gambar 37. Proses Pengelasan

Berdasarkan proses pengelasan yang telah dilakukan maka dapat dihasilkan


pengelasan sebagai berikut:

Gambar 38. Hasil Pengelasan Tampak Depan dan Belakang

33
Menurut saya hasil pengelasan yang telah saya lakukan kurang baik karena
memiliki cacat porositas dibagian kedua ujung pengelasan, hal ini bisa dibuktikan
dengan adanya lubang-lubang kecil pada weld metal (logam las), yang terdapat pada bagian
ujung plat. Cacat las ini dapat terjadi karena arus pengelasan terlalu rendah, kecepatan las
terlalu tinggi, dan sudut pengelasan yang salah. Cacat porositas bisa diatasi dengan atur tinggi
busur kurang lebih 1,5 x diameter kawat las, ampere disesuaikan dengan prosedur atau
rekomendasi dari produsen elektroda, sudut pengelasan harus sesuai, dan sudut kampuh
lebih dibesarkan (50-70 derajat)

Setelah proses pengelasan penyambungan dua plat selesai maka langkah


selanjutnya yaitu memberikan semprotan Dye Penetrant yang berfungsi untuk
mempenetrasi crack atau untuk mengetahui adanya celah yang bolong dalam hasil
pengelasan tersebut.

Gambar 39. Hasil Las Setelah Disemprot Penetrant

Setelah disemprot dengan penetrant maka langkah selanjutnya yaitu


membersihkan cairan penetrant tersebut menggunakan kain lap dan kemudian
disemprot kembali menggunakan Developen (cairan pengembang) yang berfungsi
mengangkat penetrant dari dalam crack yang dilakukan pengetesan agar bisa menuju
ke permukaan.

34
Gambar 40. Hasil Las Setelah Disemprot cairan pengembang

Dari hasil penyemprotan cairan penetrant dan developen maka dapat


disimpulkan bahwa hasil pengelasan tersebut memiliki beberapa crack atau bolong
namun tidak terlalu besar dan tidak terlalu banyak.

Setelah pengujian crack maka langkah selanjutnya yaitu pengujian Magnetic


Particle Flaw Detector TCJE untuk mendeteksi permukaan las yang cacat seperti
kebocoran dan keretakan:

Gambar 41. Pengujian Magnetic Particle Flaw Detector TCJE

35
Dari hasil pengujian Magnetic Particle Flaw Detector TCJE dapat
disimpulkan bahwa hasil las tidak memiliki cacat kebocoan dan keretakan. Setelah diuji
menggunkan Magnetic Particle Flaw Detector TCJE kemudian hasil dua plat yang
telah dilas dipotong dari arah samping dengan panjang 10 mm dengan diukur
menggunakan jangka sorong.

Gambar 42. Potongan Plat Setelah Dipotong 10 mm Dari Samping

Dihasilkan:

1. Panjang plat keseluruhan : 97.85 mm

2. Panjang tepi plat : 23,50 mm

3. Panjang bagian las tengah : 23,80 mm

E. Prosedur Uji Tarik


Potongan plat yang telah dipotong kemudian diberikan beban tarik yang
continue sampai bahan atau logam tersebut mengalami perpatahan. Perpatahan beban
tarik ini akan menimbulkan perubahan regangan. Berikut prosedur cara
pengujian tarik dari plat yang telah di las:
1. Plat dilakukan pengukuran diameter awal, Panjang ukur awal dan Panjang
proporsional
2. Kemudian plat diletakkan pada alat uji tarik

36
3. Pengaturan beban yaitu diletakkan sebesar 100.000 N
4. Jarum skala dinolkan terlebih dahulu
5. Pada waktu dilakukan penarikan diadakan pembacaan setiap 100 N untuk plat
6. Dilakukan penarikan sampai plat putus dan petambahan Panjang dibaca pada
jangka soron sebagai extensiometer
7. Dari data dibuat grafik stress-strain
8. Setelah putus plat disambung kembali untuk mengukur panjang akhir
Hubungan antara penambahan beban dengan perubahan regangan
dapat digambarkan dalam suatu kurva yang dikenal dengan kurva stress –
strain. Berikut merupakan hasil uji tarik dari specimen plat baja awal yang belum dilas:

Result:
maximum
area maximum force
order strength
(mm) (kn)
(Mpa)

1 100 74,50 7450,00

Tabel 4. Hasil Uji Tarik Dari Specimen Plat Baja Awal Yang Belum Dilas

Hasil Uji Tarik dari plat baja yang sudah dilas:

37
Result:
maximum
maximum force
order area strength
(kn)
(Mpa)

11 20 65,17 6517,00

Tabel 5. Hasil Uji Tarik Dari Plat Baja Yang Sudah Dilas

38
Dari hasil uji Tarik tersebut maka dapat disimpulkan:

Gambar 43. Plat Setelah Diuji Tarik

1. Panjang plat keseluruhan mengalami regangan/stress sebesar 1,28% yang


sebelumnya memiliki Panjang awal 97,85 mm kemudian setelah dilakukan uji
Tarik panjangnya menjadi 99,10 mm
2. Panjang tepi plat mengalami menyusutan sebesar 0,43% yang sebelumnya
memiliki Panjang awal 23,50 mm mm kemudian setelah dilakukan uji Tarik
panjangnya menjadi 23,40 mm
3. Panjang bagian las tengah mengalami menyusutan sebesar 5,54% yang
sebelumnya memiliki Panjang awal 23,80 mm kemudian setelah dilakukan uji
Tarik panjangnya menjadi 22,55 mm
4. Hasil pengelasan kurang baik karena lelehan elektroda tidak menyerap sampai
ke dalam dua plat yang disambung, hal ini bisa disebabkan karena pada saat
pengelasan dilakukan terlalu cepat
5. Hasil uji Tarik dari plat baja awal yang belum dilas dengan hasil uji Tarik dari
plat baja yang sudah dilas memiliki perbedaan regangan yaitu sebesar 14,32%

39
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pengelasan adalah suatu proses menyatukan 2 buah logam atau lebih menjadi
suatu bentuk sambungan dengan menggunakan proses panas. Panas tersebut diperlukan
untuk mencairkan bagian logam yang akan disambung dengan elektroda sebagai bahan
tambah atau filler (Suwahyo 2011). Elektroda yang berfungsi sebagai bahan pengisi
mencair bersama dengan benda kerja dan setelah dingin akan menjadi satu kesatuan
yang sukar dipisahkan dan membentuk paduan logam las atau weld metal. Pengelasan
merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan industri karena
memegang peranan utama dalam rekayasa dan reparasi produksi logam. Hampir semua
pembangunan suatu pabrik tanpa melibatkan unsur pengelasan. Pengelasan yang
didapat saat latihan dan ujian praktik, membuat saya mengetahui bawa mengelas
memiliki teknik-teknik dasar dan jenisnya. Semakin mengetahui apa saja teknik dan
jenisnya, semakin mengerti bahwa mengelas memiliki berbagai macam cara. Dari 1-
6G dan 1-4F, dan cara pengelasan zigzag membuat ruang yang tidak terkena las,
tertutup oleh lasan berikutnya. Berikut merupakan kesimpulan dari pratikum
pengelasan kali ini:

1. Hasil pengelasan yang telah saya lakukan kurang baik karena memiliki cacat
porositas dibagian kedua ujung pengelasan, hal ini bisa dibuktikan dengan
adanya lubang-lubang kecil pada weld metal (logam las), yang terdapat pada bagian
ujung plat.
2. Dari hasil penyemprotan cairan penetrant dan developen maka dapat
disimpulkan bahwa hasil pengelasan tersebut memiliki beberapa crack atau
bolong namun tidak terlalu besar dan tidak terlalu banyak.
3. Dari hasil pengujian Magnetic Particle Flaw Detector TCJE dapat disimpulkan
bahwa hasil las tidak memiliki cacat kebocoan dan keretakan.
4. Hasil uji Tarik dari plat baja awal yang belum dilas dengan hasil uji Tarik dari
plat baja yang sudah dilas memiliki perbedaan regangan yaitu sebesar 14,32%

40
B. Saran

Mengerjakan las seharusnya dilakukan dengan tidak terburu-buru agar


menghasilkan hasil yang memuaskan. Dan memakai elektroda dan kuat arus yang
cukup agar hasilnya sesuai dengan yang kita inginkan. Selain itu ketika praktek sedang
dilakukan sebisa mungkin harus lebih teliti dalam melihat ukuran, tidak bercanda saat
melakukan pengelasan serta melakukan praktek sesuai prosedur praktek dan
memahami keselamatan dan Kesehatan kerja (K3).

41
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Munir Lubis. 2014. “Laporan Teknik Pengelasan”. diakses pada 11 April 2023 pukul
15.34.
Dedi, Darmawan. 2018. “Praktikum Las 1”. Diakses pada 10 Maret 2022 pukul 16.17.
Sukaini, Tarkina, dan Fandi, 2013, Teknik Las SMAW, Kementerian Pendidikan &
Kebudayaan, Malang
Andrew D. Althouse, Carl H. Turnquist, dkk. 2013. Modern Welding, 11th Edition. The
Goodheart-Willcox Co., Inc. H53X+CC Tinley Park, Illinois, USA.
Sonawan, H, 2003, Las Listrik SMAW dan Pemeriksaan Hasil Pengelasan, Alfabeta, Bandung.

42

Anda mungkin juga menyukai