PRAKTIKUM PENGELASAN
Disusun oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Praktikum Pengelasan dengan tepat
waktu.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Pengelasan Kelas C.
Selain itu, Penulis mengaharapkan semoga nantinya laporan ini dapat berguna bagi ketuntasan
nilai penulis dalam mata kuliah Praktek Pengelasan Kelas C, serta penulis juga berharap
semoga laporan ini bermanfaat untuk semua pembaca dan dapat dimengerti dengan mudah..
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ari Wibawa Budi Santosa, ST, M.Si
selaku dosen pengampu mata kuliah Praktek Pengelasan Kelas C. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
pemberian saran dan kritik yang membangun diharapkan dapat diberikan demi kesempurnaan
laporan ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 40
B. Saran ..................................................................................................................... 41
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sampai yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan keterbukaan
yang menuntut setiap individu untuk ikut serta didalamnya, sehingga sumberdaya
manusia harus menguasai, serta mampu mengaplikasikannya dalam setiap kehidupan.
Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan industri
karena memegang peranan utama dalam rekayasa dan reparasi produksi logam. Hampir
semua pembangunan suatu pabrik tanpa melibatkan unsur pengelasan.
Pada era industrialisasi dewasa ini teknik pengelasan telah banyak
dipergunakan secara luas pada penyambungan batang-batang pada konstruksi
bangunan baja dan konstruksi mesin. luasnya pengguanaan teknologi ini disebabkan
karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik penyambungan menjadi ringan
dan lebih sederhana dalam proses.
Pembuatanya lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam bidang konstruksi
sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, pipa saluran dan lain
sebagainya. Di samping itu proseslasdapatjuga dipergunakan untuk reparasi misalnya,
lubang-lubang pada coran, membuat lapisan keras pada perkakas, mempertebal bagian-
bagian yang sudah aus dan lain-lain. Pengelasan bukan tujuan utama darikonstruksi,
tetapi merupakan sarana untuk mencapai pembuatan yang lebih baik. karena itu
rancangan las harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu
kekuatan dari sambungan dan memperhatikan sambungan yang akan dilas, sehingga
hasil dari pengelasan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam memilih proses
pengelasan harus dititik beratkan pada proses yang paling sesuai untuk tiap-tiap
sambungan las yang ada pada konstruksi. Dalam hal ini dasarnya adalah efisiensi yan
tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh
mungkin. Dari hasil pengelasan di samping tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri
dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaan pengelasan, karena
pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan
menggunakan energi panas.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok permasalahan yang terdapat dilatar belakang, maka
pemahasan ini terdapat rumusan masalah yaitu
1. Apa pengertian pengelasan SMAW?
2. Bagaimana penggunaan mesin pengelasan SMAW?
3. Bagaimana prosedur keselamatan kerja dalam pengelasan SMAW?
4. Bagaimana cara menyambungkan dua plat baja dalam pengelasan SMAW?
5. Bagaimana hasil Uji Tarik dari baja yang telah dilas menggunakan pengelasan
SMAW?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka maksud dan tujuan dari penulisan
ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengelasan SMAW
2. Untuk mengetahui Teknik pengelasan SMAW
3. Untuk mengetahui apa saja peralatan dari pengelasan SMAW
4. Untuk mengetahui prosedur keselamatan kerja saat pengelasan SMAW
5. Untuk mengetahui hasil kekuatan Tarik dari dua plat baja yang telah dilas
menggunakan pengelasan SMAW
D. Manfaat Penulisan
1. Memberikan informasi tentang alat dan bahan yang dibutuhkan dalam melakukan
pengelasan
2. Memberikan informasi dalam proses pengelasan
3. Sebagai salah satu referensi mengenai prosedur atau cara pengelasan
4. Terciptanya mahasiswa yang mempunyai keterampilan dalam kerja las.
5. Mahasiswa dapat menerapkan praktek kerja las dalam kehidupan sehari-hari
6. Mahasiswa dapat membuat alur las yang baik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
mempunyai kekuatan mekanis. Adapun untuk mencegah hal tersebut maka bahan
penambah las dilindungi dengan selapis zat pelindung yang disebut flux atau slag
yang ikut mencair ketika pengelasan. Tetapi karena berat jenisnya lebih ringan dari
bahan metal yang dicairkan, cairan flux akan mengapung di atas cairan metal,
sekaligus mengisolasi metal tersebut sehingga tidak beroksidasi dengan udara luar.
Pada pengelasan dengan metode SMAW, pengelasan dimulai saat sebuah busur
listrik dipukul dengan membuat kontak antara ujung elektroda dan system kerja. Panas
intens busur mencairkan ujung elektroda dan permukaan kerja dekat dengan busur.
Gelembung-gelembung kecil logam cair dengan cepat terbentuk di ujung elektroda,
kemudian ditransfer melalui sungai busur ke dalam kolam las cair. Dengan cara ini,
logam pengisi disimpan sebagai elektroda yang dikonsumsi. Busur digerakan sesuai
dengan panjang sistem kerja dan kecepatan perjalanan, titik lebur dan sekering sebagian
logam dasar dan terus menambahkan logam pengisi. Saat busur menjadi sumber panas
dengan suhu di atas 9000 ° F (5000 ° C), pencairan logam dasar terjadi hampir seketika.
Jika pengelasan dilakukan baik dalam posisi datar atau horizontal, transfer logam
disebabkan oleh gaya gravitasi, ekspansi gas, listrik dan kekuatan elektromagnetik, dan
tegangan permukaan. Sedangkan pada posisi las yang lain, gravitasi bekerja terhadap
kekuatan lain.
Perlu diketahui juga klasifikasi AWS dari elektroda SMAW dilambangkan dengan
susunan kode sebagai berikut:
4
Tabel 1. Jenis Elektroda
EXXX
E : menyatakan elektroda
X : diisi kode yang menunjukkan selulosa – tipe dari arus dan lapisan
5
Penerapan pengelasan SMAW dalam kehidupan sehari – hari sangat luas. Hal
ini dapat kita temukan melalui banyaknya barang atau benda hasil dari penerapan
pengelasan SMAW yang berupa perbaikan, pengerjaan konstruksi, dan sebagainya.
Dalam kenyataan memang masih banyak ditemukan adanya kekurangan disana – sini
yang menyangkut masalah kualitas dari hasil las itu sendiri. Misalnya masalah korosi,
retak, deformasi dan sebagainya namun hal itu tidak mengurangi penggunaan
pengelasan. SMAW untuk menangani pekerjaan – pekerjaan yang berkaitan dengan
pembuatan suatu konstruksi dengan cara pengelasan.
Sampai saat ini las SMAW masih banyak digunakan dan masih menjadi
andalan untuk mengerjakan pekerjaan – pekerjaan konstruksi baik untuk volume besar,
sedang, dan kecil oleh karena itu las jenis ini termasuk perangkat las yang praktis,
artinya tidak memerlukan banyak perangkat, karena itulah sampai saat ini las SMAW
masih menjadi sebuah pilihan.
B. Mesin Las
Mesin las memegang peranan penting dalam pekerjaan pengelasan. Ini dapat
dibuktikan bilamana mesin las sering mengalami gangguan (trouble) pasti proses
pengelasan akan terganggu. Mesin las SMAW yang baik akan menghasilkan arus yang
stabil baik untuk bekerja pada ampere rendah ataupun ampere tinggi, sehingga
memudahkan pengaturan arus.
6
Selain itu , mesin las yang baik juga akan tahan jika digunakan untuk bekerja
dengan waktu lama. Karena mesin las yang baik biasanya sudah dilengkapi dengan
perangkat pendingin (cooler) yang berupa kipas atau cairan pendingin yang berfungsi
mendinginkan kumparan pada trafo, sehingga mesin akan tahan untuk kerja berjam -
jam tanpa berhenti.
Proses pengelasan dengan metode SMAW dibedakan berdasarkan jenis
arusnya meliputi arus AC dan DC, dimana arus DC dibedakan atas DCEN (straight
polarity- polaritas langsung) dan DCEP (reverse polarity – polaritas terbalik).
Perbedaan antara SMAW dengan arus AC dan DC adalah sebagai berikut.
1. Mesin Las AC
7
Kabel massa dan kabel elektroda dapat ditukar tanpa mempengaruhi perubahan
panas yang ditimbulkan
2. Mesin Las DC
Mesin Las ini berupa sebuah generator atau dinamo yang dilengkapi dengan
perangkat alat las busur listrik. Arus listrik yang dihasilkan oleh generator dapat
digunakan untuk mengelas. Generator berfungsi sebagai sumber tenaga atau arus listrik.
Mesin las jenis ini biasanya digunakan oleh operator las yang tempat kerjanya selalu
berpindah pindah. pada arus DC (Direct Current), voltage drop sensitif terhadap
panjang kabel sependek mungkin, dapat dipakai untuk arus kecil dengan diameter
elektroda kecil, semua jenis elektrode dapat dipakai, arc starting lebih mudah terutama
untuk arus kecil, pole dapat dipertukarkan, arc bow sensitif pada bagian ujung, sudut
atau bagian yang banyak lekukanya.
Selanjutnya untuk DCEN (Straight Polarity), material dasar atau material yang
akan dilas disambungkan dengan kutub positif (+) dan elektrodenya disambungkan
dengan kutub negatif (-) pada mesin las DC. Dengan cara ini busur listrik bergerak dari
elektrode ke material dasar sehingga tumbukan elektron berada di material dasar yang
berakibat 2/3 panas berada di material dasar dan 1/3 panas berada di elektroda. Cara ini
akan menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak dibanding elektrodenya
8
sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga baik digunakan pada
pengelasan yang lambat, wilayah yang sempit dan untuk pelat yang tebal.
C. Cacat Pengelasan
1. Cacat Las Undercut
9
Gambar 5. Cacat Las Undercut
Undercut adalah sebuah cacat las yang berada di bagian permukaan atau akar,
bentuk cacat ini seperti cerukan yang terjadi pada base metal atau logam induk. Jenis
cacat pengelasan ini dapat terjadi pada semua sambungan las, baik fillet, butt, lap,
corner dan edge joint. Penyebab cacat las Undercut:
10
Gambar 6. Cacat Porositas
Cacat Porositas adalah sebuah cacat pengelasan yang berupa sebuah lubang
lubang kecil pada weld metal (logam las), dapat berada pada permukaan maupun
didalamnya. Porosity ini mempunyai beberapa tipe yaitu Cluster Porosity, Blow Hole
dan Gas Pore. Penyebab cacat las Porositas:
11
Gambar 7. Slag Inclusion
Welding Defect Slag Inclusion adalah cacat yang terjadi pada daerah dalam
hasil lasan. Cacat ini berupa slag (flux yang mencair) yang berada dalam lasan, yang
sering terjadi pada daerah stop and run (awal dan berhentinya proses pengelasan).
Untuk melihat cacat ini kita harus melakukan pengujian radiografi atau bending.
Penyebab cacat las Slag Inclusion:
a. Pastikan lasan benar benar berseih dari slag sebelum mengelas ulang.
b. Ampere disesuaikan dengan prosedur.
c. Busur las disesuaikan.
d. Sudut pengelasan harus sesuai.
e. Sudut kampuh lebih dibesarkan (50-70 derajat).
12
kesehatan kerjanya, hal-hal tersebut diantaranya memakai wearpack yang berbahan
dasar kulit hewan/kain yang tebal yang berlapis atau baju dan celana panjang yang
berbahan dasar kain levis untuk melindungi tubuhnya dari percikan bunga api dan efek
radiasi sinar ultra violet dan ultra merah yang dapat membahayakan keselamatan
kesehatan kerjanya.
Gambar 8. Wearpack
1. Menggunakan sarung tangan, kedua alat ini berfungsi hampir sama dengan
Wearpack yaitu melindungi dari percikan bunga api dan efek radiasi sinar ultra
violet dan ultra merah yang ditimbulkan oleh las listrik dan untuk memudahkan
pemegangan elektroda.
3. Memakai sepatu las, untuk melindungi kaki dari percikan bunga api, hal ini
tidak terlalu penting apabila welder telah menggunakan celana panjang yang
berbahan dasar kain tebal seperti kain levis serta memakai sepatu safety yang
standar untuk pengelasan, tetapi tidak ada salahnya jika digunakan.
14
untuk membantu memadamkan kebakaran dalam tahap awal sebelum api
membesar dan menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Fungsi utama APAR
adalah untuk menyediakan alat pemadam api yang mudah digunakan dan efektif
untuk memadamkan kebakaran sebelum kebakaran itu membesar dan tidak
dapat dikendalikan.
15
Gambar 13. Kotak K3
6. Respirator (alat bantu pernafasan), untuk menjaga pernafasan agar tetap stabil
pada saat melakukan proses pengelasan las listrik dari asap las, dan untuk
melindungi asap dan debu yang beracun masuk ke paru-paru, hal ini boleh tidak
dilakukan apabila kamar las telah mempunyai sistem pembuangan asap dan
debu-debu beracun (blower) yang baik, tetapi tidak ada salahnya jika
digunakan, karena pernafasan sangat penting dalam proses metabolisme
manusia.
7. Hal yang perlu lainnya seperti “kamar las”, agar welder dapat bekerja tanpa
gangguan apapun yang mengelilinginya dan dapat berkonsentrasi dengan
maksimal, kamar las juga berfungsi agar orang-orang disekelilingnya tidak
terganggu oleh yang diakibatkan oleh las listrik.
16
Tabel 3. Panduan Pemilihan Jenis Filter/Lensa
Dalam hal lain welder juga harus memperhatikan mesin las yang dipakai agar dapat
terus digunakan sesuai dengan fungsinya, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain
adalah:
Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.
17
Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran/polusi kebisingan
dianggap istimewa dalam hal :
Pelat baja merupakan komponen yang sangat sering digunakan dalam industri
terutama dalam industri otomotif, industri perkapalan, alat transportasi, keperluan alat
rumah tangga bahkan keperluan bangunan. Pelat baja memiliki ketahanan unggul
terhadap korosi dimana dapat mengurangi kontaminasi minimum. Pelat baja
difungsikan sebagai luasan bidang yang akan terkena beban atau tekanan terhadap
kondisi rancang bangun yang sedang dijalankan atau dipergunakan.
Untuk mendapatkan kualitas dan kekuatan sambungan yang baik tidak mudah
untuk dilakukan. Karena parameter-parameter proses pengelasan harus disesuaikan
dengan jenis sambungan yang sesuai dengan WPS (Welding Procedure Specification)
yang meliputi material yang disambung, desain manufaktur, dan material tool. Pada
bagian yang akan diteliti adalah bagian hasil lasan yaitu kekuatan ditempat
18
diberikannya pengelasan dengan beberapa variasi arus, sehingga dapat diketahui
bagaimana perubahan yang terjadi pada bagian pengelasan tersebut. Dalam penelitian
ini menggunakan baja karbon ASME SA-36.
Prosedur menyambungkan dua pelat baja menjadi satu, dengan membuat tack
weld dibagian ujung pelat. Agar pelat yang kanan dan kiri sejajar. Setelah mentack weld
kan pelat, dilanjutkan untuk memulai menyambungkan kedua pelat dengan cara
pengelasan.
Pengujian tarik material adalah salah satu metode pengujian fisik yang
dilakukan untuk mengevaluasi sifat mekanik dari suatu bahan atau material, khususnya
ketahanan atau kekuatan suatu bahan terhadap tegangan atau beban yang diterapkan
padanya dalam arah tarik. Pengujian tarik material biasanya dilakukan pada sampel
bahan atau material yang telah dipotong atau dibentuk dalam bentuk uji tertentu.
19
Beberapa tujuan dilakukan Uji Tarik suatu material
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik
suatu bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan mendapatkan profil
tarikan yang lengkap yang berupa kurva yang menunjukkan hubungan antara gaya
tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang
memakai bahan tersebut.
20
Gambar 16. Gambaran Singkat Uji Tarik dan Datanya
21
BAB III
PEMBAHASAN
b. Kabel Las
22
Kabel las atau Lead superfleksibel adalah alat untuk menghantar
arus dari mesin pengelasan ke benda kerja dan sebaliknya. Kabel las
terdiri dari Lead dengan lapisan karet, kain, dan penguat lapisan
fabric holder elektroda atau Lead elektroda. Lead dari benda kerja
ke mesin dikenal sebagai Lead benda kerja. Tegangan pada
Lead bervariasi antara 14 dan 80 Volt. Lead memilikibeberapa ukuran,
yang semakin kecil nomornya, semakin besar diameter Lead. Sebuah
Lead harus fleksibel agar bisa mereduksi regangan pada tangan welder
dan untuk memudahkan instalasi kabel sehingga dapat digunakan 800
sampai 2500 kawat pada masing masing kabel. Lead elektroda maupun
Lead benda kerja harus menggunakan kabel listrik yang berdiameter
sama karena panjang Lead mempengaruhi ukuran kapasitas mesin las.
c. Palu Las
23
untuk menahan elektroda logam atau karbon. Handle pemegang terbuat
dari bahan pelapis yang mempunyai tahanan panas tinggi dan tahanan
listrik yang rendahdan dibuat untuk menyeimbangkan pegangan
tangan.
e. Klem Massa
f. Sikat Kawat
24
Gambar 23. Tang Penjepit Plat
i. Penggaris
26
Spidol Putih digunakan untuk memberikan tanda pada plat sebelum
dipotong dan nama pada hasil plat yang telah dilas.
27
n. Magnetic Particle Flaw Detector
28
Uji Tarik digunakan untuk mengukur sifat mekanik suatu bahan atau
material, seperti kekuatan tarik, kekuatan luluh, regangan, modulus
elastisitas, dan sebagainya. Data hasil pengujian ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi apakah bahan atau material tersebut memenuhi standar atau
persyaratan teknis yang dibutuhkan dalam aplikasi tertentu.
2. Bahan
a. Plat Baja
B. Prosedur K3
Alat keselamatan kerja las listrik hanyalah salah satu bagian dari sistem
keamanan dan keselamatan kerja. Pemahaman terhadap resiko pekerjaan las listrik dan
kesadaran dalam mematuhi prosedur kerjanya akan sangat membantu kelancaran dan
keberhasilan pekerjaan. Diantara hal untuk mencapai keselamatan kerja ialah:
1. Wearpack
29
Gambar 34. Wearpack
Memakai wearpack yang berbahan dasar kulit hewan/kain yang tebal yang
berlapis atau baju dan celana panjang yang berbahan dasar kain levis untuk
melindungi tubuhnya dari percikan bunga api dan efek radiasi sinar ultra violet
dan ultra merah yang dapat membahayakan keselamatan kesehatan kerjanya.
2. Helm/Topeng Las
Helm/ topeng las melindungi mata dari pancaran busur listrik berupa
sinar ultra violet dan inframerah yang menyala terang dan kuat. Sinar las ini
tidak boleh dilihat secara langsung dengan mata telanjang sampai jarak 15
meter.
Alat keselamatan kerja ini memiliki 3 lapisan kaca, yang terdiri dari satu
kaca las khusus yang diapit oleh 2 kaca bening. kaca bening berfungsi
melindungi kaca khusus tersebut agar tidak mudah rusak dan pecah.
30
Kaca las memiliki klasifikasi berbeda berdasarkan besar arus listrik yang
dapat diatur pada mesin lasnya, sebagai berikut :
b. Kaca las no.6 dan no. 7 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 30
Ampere
c. Kaca las no.8 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 30 Ampere –
75 Ampere
d. Kaca las no.10 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 75 ampere –
200 Ampere
e. Kaca las no.12 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 200 Ampere
– 400 Ampere
f. Kaca las no.14 dipakai untuk pengelasan menggunakan arus sebesar diatas
400 Ampere.
Sarung tangan terbuat dari kulit atau asbes lunak sehingga tidak
menghalangi pergerakkan jari-jari tangan saat memegang penjepit elektroda
atau peralatan lainnya. Sepasang sarung tangan harus selalu dipakai agar tangan
tidak tidak terkena percikkan bunga api atau benda panas yang dilas.
31
C. Prosedur Kerja
1. Penjelasan mengenai peralatan, bahan dan teknik pengelasan yang digunakan
untuk pengelasan.
2. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
3. Memakai peralatan keselamatan saat pengelasan.
4. Lalu, mengukur pelat baja sepanjang 10 cm.
5. Memotong pelat baja dengan ukuran 10 cm, setiap mahasiswa mendapat 2 buah
pelat baja.
6. Setelah itu, menyalakan mesin las listrik dan mengatur kuat arus dengan range
50-60 ampere, agar mahasiswa dapat menyesuaikan ampere yang pas saat
melakukan pengelasan.
7. Menjepit kabel masa pada baja agar menghantarkan arus ke pelat yang ingin di
las.
8. Menjepit elektroda pada tang penjepit membentuk sudut 90 derajat.
9. Menyalakan elektroda, mengetes elektroda pada pelat.
10. Melakukan teknik tack-welding pada kedua buah pelat dan dilakukan di dua sisi
berbeda, untuk menempelkan dua buah pelat.
11. Mulai mengelas pada kedua sisi sambungan dengan arsiran zigzag dengan
durasi yang pas (tidak terburu-buru).
12. Setelah melakukan pengelasan pada pelat, lalu hilangkan kerak pada pelat
menggunakan palu penetak dan mengosok plat dengan sikat kawat agar sisa-
sisa kotoran pengelasan hilang.
13. Mencuci plat untuk membersihkan sisa kerak dan berfungsi untuk mengurangi
suhu pelat yang panas.
32
D. Hasil Kerja
33
Menurut saya hasil pengelasan yang telah saya lakukan kurang baik karena
memiliki cacat porositas dibagian kedua ujung pengelasan, hal ini bisa dibuktikan
dengan adanya lubang-lubang kecil pada weld metal (logam las), yang terdapat pada bagian
ujung plat. Cacat las ini dapat terjadi karena arus pengelasan terlalu rendah, kecepatan las
terlalu tinggi, dan sudut pengelasan yang salah. Cacat porositas bisa diatasi dengan atur tinggi
busur kurang lebih 1,5 x diameter kawat las, ampere disesuaikan dengan prosedur atau
rekomendasi dari produsen elektroda, sudut pengelasan harus sesuai, dan sudut kampuh
lebih dibesarkan (50-70 derajat)
34
Gambar 40. Hasil Las Setelah Disemprot cairan pengembang
35
Dari hasil pengujian Magnetic Particle Flaw Detector TCJE dapat
disimpulkan bahwa hasil las tidak memiliki cacat kebocoan dan keretakan. Setelah diuji
menggunkan Magnetic Particle Flaw Detector TCJE kemudian hasil dua plat yang
telah dilas dipotong dari arah samping dengan panjang 10 mm dengan diukur
menggunakan jangka sorong.
Dihasilkan:
36
3. Pengaturan beban yaitu diletakkan sebesar 100.000 N
4. Jarum skala dinolkan terlebih dahulu
5. Pada waktu dilakukan penarikan diadakan pembacaan setiap 100 N untuk plat
6. Dilakukan penarikan sampai plat putus dan petambahan Panjang dibaca pada
jangka soron sebagai extensiometer
7. Dari data dibuat grafik stress-strain
8. Setelah putus plat disambung kembali untuk mengukur panjang akhir
Hubungan antara penambahan beban dengan perubahan regangan
dapat digambarkan dalam suatu kurva yang dikenal dengan kurva stress –
strain. Berikut merupakan hasil uji tarik dari specimen plat baja awal yang belum dilas:
Result:
maximum
area maximum force
order strength
(mm) (kn)
(Mpa)
Tabel 4. Hasil Uji Tarik Dari Specimen Plat Baja Awal Yang Belum Dilas
37
Result:
maximum
maximum force
order area strength
(kn)
(Mpa)
11 20 65,17 6517,00
Tabel 5. Hasil Uji Tarik Dari Plat Baja Yang Sudah Dilas
38
Dari hasil uji Tarik tersebut maka dapat disimpulkan:
39
BAB IV
A. Kesimpulan
Pengelasan adalah suatu proses menyatukan 2 buah logam atau lebih menjadi
suatu bentuk sambungan dengan menggunakan proses panas. Panas tersebut diperlukan
untuk mencairkan bagian logam yang akan disambung dengan elektroda sebagai bahan
tambah atau filler (Suwahyo 2011). Elektroda yang berfungsi sebagai bahan pengisi
mencair bersama dengan benda kerja dan setelah dingin akan menjadi satu kesatuan
yang sukar dipisahkan dan membentuk paduan logam las atau weld metal. Pengelasan
merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan industri karena
memegang peranan utama dalam rekayasa dan reparasi produksi logam. Hampir semua
pembangunan suatu pabrik tanpa melibatkan unsur pengelasan. Pengelasan yang
didapat saat latihan dan ujian praktik, membuat saya mengetahui bawa mengelas
memiliki teknik-teknik dasar dan jenisnya. Semakin mengetahui apa saja teknik dan
jenisnya, semakin mengerti bahwa mengelas memiliki berbagai macam cara. Dari 1-
6G dan 1-4F, dan cara pengelasan zigzag membuat ruang yang tidak terkena las,
tertutup oleh lasan berikutnya. Berikut merupakan kesimpulan dari pratikum
pengelasan kali ini:
1. Hasil pengelasan yang telah saya lakukan kurang baik karena memiliki cacat
porositas dibagian kedua ujung pengelasan, hal ini bisa dibuktikan dengan
adanya lubang-lubang kecil pada weld metal (logam las), yang terdapat pada bagian
ujung plat.
2. Dari hasil penyemprotan cairan penetrant dan developen maka dapat
disimpulkan bahwa hasil pengelasan tersebut memiliki beberapa crack atau
bolong namun tidak terlalu besar dan tidak terlalu banyak.
3. Dari hasil pengujian Magnetic Particle Flaw Detector TCJE dapat disimpulkan
bahwa hasil las tidak memiliki cacat kebocoan dan keretakan.
4. Hasil uji Tarik dari plat baja awal yang belum dilas dengan hasil uji Tarik dari
plat baja yang sudah dilas memiliki perbedaan regangan yaitu sebesar 14,32%
40
B. Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Munir Lubis. 2014. “Laporan Teknik Pengelasan”. diakses pada 11 April 2023 pukul
15.34.
Dedi, Darmawan. 2018. “Praktikum Las 1”. Diakses pada 10 Maret 2022 pukul 16.17.
Sukaini, Tarkina, dan Fandi, 2013, Teknik Las SMAW, Kementerian Pendidikan &
Kebudayaan, Malang
Andrew D. Althouse, Carl H. Turnquist, dkk. 2013. Modern Welding, 11th Edition. The
Goodheart-Willcox Co., Inc. H53X+CC Tinley Park, Illinois, USA.
Sonawan, H, 2003, Las Listrik SMAW dan Pemeriksaan Hasil Pengelasan, Alfabeta, Bandung.
42