Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN

PRAKTIKUM PROSES KIMIA

Materi:

ELEKTROPLATING

Disusun Oleh:

Kelompok 7/Selasa

Nur Halimatus Sya’diyah NIM 21030118120056

Prambudi Widi Setyojati NIM 21030118130139

Risya Ulayya Maghfira NIM 21030118130195

LABORATORIUM PROSES KIMIA

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020
RINGKASAN
Kegiatan pelapisan logam menghasilkan limbah yang berbahaya dan menjadi
permasalahan yang kompleks bagi lingkungan sekitarnya. Limbah industri pelapisan
logam yang tidak dikelola dengan benar dapat mengakibatkan pencemaran
lingkungan. Air limbah industri pelapisan logam umumnya banyak mengandung
logam-logam berat, diantaranya adalah logam krom (Cr), tembaga (Cu), nikel (Ni).
Tujuan dari praktikum ini adalah mengkaji pengaruh waktu kontak, kuat arus, dan
konsentrasi larutan CuSO4 terhadap kinerja elektroplating serta mengkaji pengaruh
konsentrasi larutan CuSO4 terhadap konstanta laju elektroplating.
Reaksi elektrokimia sangat penting dalam mempelajari ilmu kimia dan juga
aktivitas sehari-hari. Reaksi elektrokimia adalah reaksi spontan reduksi-oksidasi
(reaksi redoks) yang dapat manghasilkan listrik. Melalui reaksi elektrokimia dapat
diperoleh informasi mengenai perubahan energi reaksi kimia sehingga membantu
menganalisa sistem-sistem kimia Alat yang digunakan adalah rangkaian bak
elektroplating, larutan elektrolit, power supply, kabel penghubung anoda dan kabel
penghubung katoda. Bahan yang digunakan adalah larutan elektrolit CuSO4, logam
elektroda (tembaga dan seng). Praktikum ini dilakukan dengan mencari waktu
optimum terlebih dahulu kemudian penentuan kuat arus dan konsentrasi optimum.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa
semakin lama proses elektrolisis dilakukan, semakin banyak endapan Cu yang
terbentuk. Hal ini terjadi dikarenakan semakin lama waktu yang digunakan proses
elektrolisis maka akan semakin bertambah banyak lapisan Cu yang menempel pada
Zn, semakin besar kuat arus listrik yang diberikan maka banyak ion dari anoda
sebagai bahan pelapis tereduksi dan terbawa menempel di permukaan logam induk
sebagai katoda. Karena kuat arus listrik akan menyebabkan elektron semakin reaktif,
semakin tinggi konsentrasi CuSO4 maka lapisan Cu akan semakin tebal dan akan
menambah berat katoda karena semakin tinggi konsentrasi CuSO4 maka Cu yang
tersedia dalam elektrolit akan semakin banyak , semakin besar konsentrasi reaktan
yang digunakan, laju reaksi akan meningkat. Salah satu saran untuk praktikum
adalah pada saat mengeringkan Zn dan Cu yang telah selesai di elektrolisis,
sebaiknya pastikan benar-benar kering, gunakan kipas untuk mempercepat proses
pengeringan.

iii
PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat-Nya
lah kami dapat menyusun laporan Praktikum Proses materi Elektroplating dengan
lancar dan sesuai dengan harapan kami.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengkaji proses reduksi dan
pengendapan logam-logam berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia
atau elektrolisis, mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan pengendapan logam-logam
berat dalam larutan secara reaksi elektrokimia, dan mengkaji kinetika reaksi reduksi
dan pengendapan logam-logam berat dalam larutan secara elektrokimia.
Laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan kerja sama dari
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini terima kasih disampaikan
kepada:
1. Dr. Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng selaku Koordinator Dosen Pembimbing
Praktikum Proses Kimia Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro.
2. Dr. Ir. Hargono, M.T. selaku dosen pengampu materi elektroplating.
3. Sungkowo, S.T. dan Nurfiningsih, S.T. selaku laboran Laboratorium Proses
Kimia.
4. Hasta Brian Permana selaku Koordinator Asisten Laboratorium Proses Kimia.
5. Elina Sabella Ambari dan Hasta Brian Permana, selaku Asisten Laboratorium
Proses Kimia pengampu materi Elektroplating.
6. Segenap Asisten Laboratorium Proses Kimia Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Tahun 2020.
7. Pranata Laboratorium Proses Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang Tahun 2020.
Dengan adanya praktikum ini semoga dapat menjadi tambahan pengetahuan,
keahlian dan juga menambah keilmuan di bidang teknik kimia, baik untuk pembaca,
asisten dan khususnya bagi penyusun. Kritik dan saran masih perlu diberikan kepada
penyusun agar dapat lebih baik dalam praktikum dan penyusunan laporan.

Semarang, 12 September 2020

Penyusun

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii
RINGKASAN ........................................................................................................... iii
PRAKATA ............................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3. Tujuan Praktikum ............................................................................................... 2
1.4. Manfaat Praktikum ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia................................................................... 3
2.2. Aspek Kuantitatif Reaksi Elektrokimia atau Elektrolisis ................................ 6
2.3. Kinetika Reaksi Elektrokimia atau Elektrolisis ................................................ 7
2.4. Aplikai Elektroplating pada Industri ................................................................. 8
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1. Rancangan Praktikum ...................................................................................... 11
3.1.1. Skema rancangan percobaan .............................................................. 11
3.1.2. Variabel operasi ................................................................................... 11
3.2. Bahan dan Alat yang Digunakan ..................................................................... 11
3.2.1 Bahan yang digunakan ......................................................................... 11
3.2.1. Alat yang digunakan ........................................................................... 12
3.3. Gambar Alat Utama ......................................................................................... 13
3.4. Prosedur Praktikum .......................................................................................... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Waktu Kontak terhadap Kinerja Elektroplating ............................ 15
4.2. Pengaruh Kuat Arus terhadap Kinerja Elektroplating ................................... 16
4.3. Pengaruh Konsentrasi terhadap Kinerja Elektroplating ................................. 17
4.4. Pengaruh Konsentrasi terhadap Konstanta Laju Elektroplating .................... 18
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 19
5.2. Saran.................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 20

v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hubungan lama waktu kontak dengan berat Cu dan Zn .......................... 13
Tabel C.1 Pertambahan massa Zn terhadap variabel kuat arus 0,05 A .................. C-1
Tabel C.2 Pertambahan massa Zn terhadap variabel kuat arus 0,10 A .................. C-2
Tabel C.3 Pertambahan massa Zn terhadap variabel kuat arus 0,15 A .................. C-3
Tabel C.4 Pertambahan massa Zn terhadap variabel konsentrasi 4 gr/L ............... C-4
Tabel C.5 Pertambahan massa Zn terhadap variabel konsentrasi 8 gr/L ........ ...... C-4
Tabel C.6 Pertambahan massa Zn terhadap variabel konsentrasi 12 gr/L ............. C-5

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema proses kerja percobaan elektroplating ........................................ 11
Gambar 3.2 Rangkaian alat proses elektroplating atau elektrolisis ........................... 13
Gambar 4.1 Hubungan waktu kontak terhadap kinerja elektroplating....................... 14
Gambar 4.2 Hubungan kuat arus terhadap kinerja elektroplating.............................. 15
Gambar 4.2 Hubungan konsentrasi CuSO4 terhadap kinerja elektroplating .............. 16
Gambar 4.2 Hubungan konsentrasi CuSO4 terhadap konstanta laju elektroplating....15
𝑊𝐴
Gambar C.1 Grafik hubungan t vs ln 𝑊𝐴𝑜 pada kuat arus 0,05 A ............................. C-1
𝑊𝐴
Gambar C.2 Grafik hubungan t vs ln 𝑊𝐴𝑜 pada kuat arus 0,10 A ............................. C-2
𝑊𝐴
Gambar C.3 Grafik hubungan t vs ln 𝑊𝐴𝑜 pada kuat arus 0,15 A ............................. C-3
𝑊𝐴
Gambar C.4 Grafik hubungan t vs ln 𝑊𝐴𝑜 pada konsentrasi 4 gr/l ........................... C-3
𝑊𝐴
Gambar C.5 Grafik hubungan t vs ln 𝑊𝐴𝑜 pada konsentrasi 8 gr/l ........................... C-4
𝑊𝐴
Gambar C.6 Grafik hubungan t vs ln 𝑊𝐴𝑜 pada konsentrasi 12 gr/l ......................... C-5

vii
DAFTAR LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA ................................................................................ A-1
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN ............................................................ B-1
LEMBAR PERHITUNGAN ............................................................................. C-1
REFERENSI ..................................................................................................... D-1
LEMBAR ASISTENSI

viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Elektrodeposit logam-logam pelapis seperti krom (Cr), tembaga (Cu), nikel
(Ni) dan yang lainnya banyak digunakan di industri dalam hal perbaikan kinerja.
Industri pelapisan logam akan menghasilkan limbah yang mengandung logam
berat seperti logam krom (Cr), tembaga (Cu), nikel (Ni) yang apabila tidak
dikelola dengan baik dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Peningkatan
kadar logam berat dalam air akan mengakibatkan logam berat yang semula
dibutuhkan untuk berbagai proses metabolisme akan berubah menjadi racun bagi
organisme (Yudo, 2006). Pelapisan logam-logam di atas umumnya dilakukan
dalam bak elektroplating. Pengambilan kembali logam-logam tersebut dari sisa
larutan bak elektroplating perlu dilakukan untuk mengurangi efek buruk terhadap
lingkungan.
Limbah industri pelapisan logam jika langsung dibuang ke lingkungan
tanpa pengolahan terlebih dahulu akan berdampak negatif terhadap komponen-
komponen lingkungan sehingga menurunkan kualitasnya. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Berbahaya dan Beracun, limbah logam berat yang dibuang ke
lingkungan tidak boleh melebihi batas ambang yang ditetapkan. Pengendapan
merupakan salah satu metode pengolahan limbah yang banyak digunakan untuk
memisahkan logam berat dari limbah cair. Namun, seringkali logam berat
tersebut sulit diendapkan sehingga logam-logam tersebut harus direduksi terlebih
dahulu untuk mencapai efisiensi yang tinggi.
Penelitian mengenai reduksi logam berat pada limbah industri pelapisan
logam dan proses pengendapan melalui proses elektrolisis perlu dipelajari oleh
mahasiswa Teknik Kimia. Kajian kinetika proses reduksi dan pengendapan
logam-logam berat tersebut perlu juga dipelajari sehingga diketahui kinerja
proses beserta cara peningkatan kerjanya. Kecepatan reaksi dari proses reduksi
dan pengendapan secara elektrolisis tergantung pada pH larutan elektrolitnya,
yaitu makin tinggi pH kecepatan reaksi akan turun (Andinata dkk., 2012). Agar
reduksi dan pengendapan berjalan sempurna diperlukan konsentrasi larutan
reduktor berlebih
1.2 Rumusan Masalah
Kegiatan pelapisan logam akan menghasilkan limbah yang berbahaya dan
masalah yang kompleks bagi lingkungan sekitar. Limbah industri umunya

1
mengandung logam – logam berat seperti krom (Cr), tembaga (Cu), serta nikel
(Ni). Pengolahan limbah sangatlah penting untuk dipelajari, sebagai Sarjana
Teknik Kimia diharapkan mampu mengkaji proses reduksi dan pengendapan
logam–logam berat, mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan pengendapan
logam– logam berat, serta mengkaji kinetika reaksi reduksi dan pengendapan
logam– logam berat dalam larutan secara elektrokimia.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Mengkaji pengaruh waktu kontak terhadap kinerja reaksi elektroplating
2. Mengkaji pengaruh kuat arus terhadap kinerja reaksi elektroplating
3. Mengkaji pengaruh konsentrasi terhadap kinerja reaksi elektroplating
4. Mengkaji pengaruh konsentrasi terhadap konstanta laju reaksi elektroplating.
1.4 Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses reduksi dan pengendapan Cu2+ yang
terkadnung dalam larutan CuSO4 secara elektrokimia atau elektrolisis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui kinetika reaksi reduksi dan pengendapan Cu 2+
dalam larutan CuSO4 secara elektrokimia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia
Studi hubungan antara reaksi kimia dan aliran listrik dengan menerapkan
prinsip reaksi redoks disebut elektrokimia. Sel dimana terjadi reaksi redoks
spontan yang mengakibatkan pengubahan energi kimia menjadi energi listrik
disebut dengan sel volta atau sel galvani. Sedangkan sel dimana reaksi redoks
non-spontan terjadi dengan mengalirkan arus listrik melalui sistem kimia disebut
dengan sel elektrolisis (Suryani dan Sukarmin, 2012). Perubahan yang terjadi
dalam suatu sistem kimia karena reaksi elektrolisis dan reaksi redoks dibahas
dalam reaksi elektrokimia.
Reaksi elektrokimia sangat penting dalam mempelajari ilmu kimia dan
aktivitas sehari-hari. Melalui reaksi elektrokimia dapat diperoleh informasi
mengenai perubahan energi kimia sehingga membantu menganalisa sistem-
sistem kimia. Sampai saat ini, elektrokimia masih berperan penting dalam
industri maupun rumah tangga. Pengaruh reaksi elektrokimia pada masyarakat
modern hampir ditemukan dimana-mana. Pada bidang analisis kimia,
elektrokimia diterapkan pada proses elektroanalisis, elektrosintesis,
elektrokoagulasi, elektrodialisis, elektrowinning, elektrorefining, dan
electroplating. Produk kimia seperti Al, Cl2 dan NaOH juga dihasilkan melalui
proses elektrokimia elektrolisis. Selain itu, semua sumber energi listrik kecil
(baterai) diperoleh dari reaksi elektrokimia reduksi-oksidasi.
Sebelum memahami sistem elektrokimia, perlu diketahui pula bagaimana
terjadinya hantaran listrik. Proses hantaran listrik berbeda antara logam dan
sistem kimia. Logam adalah konduktor yang mampu menggerakkan muatan
listriknya (elektron) berpindah dari satu tempat ke tempat lain jika suatu elektron
ditambahkan atau dikurangi pada salah satu ujungnya. Hantaran listrik karena
perpindahan elektron disebut hantaran logam. Leburan senyawa ion dan larutan
yang disebut elektrolit juga dapat menghantarkan listrik, walaupun di dalam
sistem ini tidak terdapat elektron bebas yang mudah bergerak. Oleh karena itu
perlu dipelajari bagaimana sistem ini dapat menghasilkan listrik dengan cara
menguji fenomena pada larutan dan elektroda dalam susunan alat elektrolisis.
Bila ada aliran listrik dari baterai (sumber arus DC) maka: (1). Katoda
mendapat muatan listrik e (-); (2). Karena kelebihan muatan listrik e (-) maka
katoda menarik ion (+) dari larutan, ion (+); (3). Pada saat yang sama, anoda
kekurangan elektron sehingga menarik ion (-) dari larutan; (4). Karena adanya
hantaran listrik maka terjadi reaksi kimia (reaksi redoks) pada elektroda; (5).

3
Pada anoda, ion (-) disekitarnya melepaskan e- sehingga terjadi oksidasi menjadi
logam. Setiap terjadi oksidasi maka ion (-) ini diganti oleh ion (-) lain
disekitarnya sehingga terjadi aliran ion-ion (-) dari larutan ke anoda; (6).
Elektron-elektron yang dilepaskan dari ion-ion (-) mengalir ke sumber arus DC
kemudian diteruskan ke katoda dimana terdapat ion-ion (+) yang kemudian
mengalami reduksi; (7). Akibat reduksi ini, ion (+) lain yang terdapat
disekitarnya menggantikannya sehingga terjadi aliran ion (+) dari larutan ke
elektroda (+). Jadi, jika terjadi reaksi redoks maka elektron bergerak melalui
kabel circuit (arus DC) dan ion bergerak di dalam cairan. Aliran ion dalam cairan
disebut hantaran elektrolit. Pada hantaran elektrolit, ketidakstabilan yang terjadi
karena migrasi ion dan perbedaan jumlah antara ion (+) dan ion (-)
mengakibatkan cairan cenderung mempertahankan muatan listrik yang netral
melalui aliran ion.
Reaksi kimia pada elektroda selama ada hantaran elektrolitik disebut reaksi
elektrolisis. Tempat terjadinya reaksi elektrolisis disebut sel elektrolisis atau sel
elektrolitik. Salah satu penggunaan elektrolisis adalah refining (memurnikan)
atau pemurnian logam Cu. Setelah dipisahkan dari bijihnya, kemurnian logam Cu
99% dengan pengotor utama Fe, Zn, Ag, Au dan Pb. Pada proses refining, Cu
yang belum murni digunakan sebagai anoda pada sel elektrolitik CuSO 4
sedangkan katoda nya berbahan Cu kemurnian tinggi. Proses elektrolisis
dilakukan dengan pengaturan tegangan dimana hanya Cu dan logam yang lebih
aktif, seperti Fe dan Zn yang teroksidasi. Logam Ag, Au dan Pt tidak larut tetapi
jatuh dan mengendap pada dasar sel elektrolisis. Pada katoda hanya Cu 2+ yang
tereduksi sehingga terbentuk deposit Cu. Hasil keseluruhan dari proses sel
elektrolisis ini adalah :
1. Cu dipindahkan dari anoda ke katoda.
2. Pengotor Fe dan Zn tetap dalam larutan sebagai Fe 2+ dan Zn2+.
3. Logam lain seperti Ag, Au, dan Pt mengendap di dasar sel.
Bila Ag, Au, dan Pt diambil kemudian dijual maka hasilnya dapat
membayar biaya listrik yang diperlukan selama elektrolisis. Logam Cu yang
diperoleh dengan proses ini mempunyai kemurnian 99,96 %.
Jika pada pembuatan Cu murni, katoda diganti dangan Fe, maka akan tetap
terbentuk endapan Cu pada katoda Fe. Proses pelapisan katoda dangan logam
lain dengan elektrolisis disebut elektroplating. Proses ini banyak digunakan
secara komersial pada pelapisan bemper mobil dengan Cr dengan tujuan
mencegah korosi dan meningkatkan estertika.

4
Reaksi redoks merupakan gabungan reaksi kimia yang terjadi pada sel
elektrokimia. Reaksi oksidasi adalah suatu perubahan kimia dimana suatu zat
melepas elektron. Reaksi reduksi adalah suatu perubahan kimia dimana suatu zat
menangkap elektron. Pada sel elektrokimia, oksidasi terjadi di anoda sedangkan
reduksi terjadi di katoda. Pada reaksi redoks, zat yang mengoksidasi disebut
oksidator, sedangkan zat yang mereduksi zat lain disebut reduktor. Suatu reaksi
reduksi dapat menimbulkan potensial listrik tertentu yang disebut potensial
elektroda (E). Semakin mudah suatu unsur mengalami reduksi, maka makin
besar potensial elektrodanya (Kurniasari dkk., 2019). Harga potensial elektroda
yang sebenarnya dalam suatu reaksi reduksi tidak dapat dihitung sebab tidak ada
reaksi reduksi yang berlangsung tanpa diikuti reaksi oksidasi. Oleh karena itu,
harga potensial elektroda yang dipakai adalah harga potensial standar, lebih
tepatnya disebut potensial reduksi standar atau potensial elektroda standar (E0).
Elektroda yang digunakan sebagai standar penentuan harga potensial elektroda
adalah elektroda hidrogen. Cara memperolehnya dengan mengalirkan gas
hidrogen murni pada elektroda platina (Pt) yang bersentuhan dengan asam (ion
H+) sehingga terjadi keseimbangan sebagai berikut:
H2 → 2H+ + 2e
Harga potensial elektroda dari reaksi ini ditetapkan 0 volt. Kemudian harga
potensial elektroda standar dari semua reaksi reduksi adalah harga yang
dibandingkan terhadap potensial elektroda standar hidrogen.
Berdasarkan harga E0 maka dapat disusun suatu deret unsur mulai dari
harga E0 terkecil sampai terbesar yang disebut “deret volta” sebagai berikut:
Li-K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-H-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Sifat - sifat dari deret volta ini adalah :
1. Logam di sebelah kanan H memiliki harga E0 positif sedangkan logam di
sebelah kiri H mempunyai harga E0 negatif.
2. Makin ke kanan letak suatu logam pada deret volta, maka harga E 0 logam
makin besar. Hal ini berarti bahwa logam – logam di sebelah kanan H
mudah mengalami reduksi atau sulit teroksidasi. Logam ini disebut logam
pasif atau logam mulia.
3. Makin ke kiri, harga E0 dari logam semakin kecil yang berarti logam
tersebut sulit tereduksi dan mudah teroksidasi. Logam ini disebut logam
aktif.

5
2.2 Aspek Kuantitatif Reaksi Elektrokimia atau Elektrolisis
Michael Faraday telah menjelaskan adanya hubungan kuantitatif antara
jumlah perubahan kimia pada reaksi elektrokimia dengan jumlah arus. Jumlah
perubahan kimia sebanding dengan jumlah mol elektron yang digunakan pada
reaksi oksidasi-reduksi. Contoh reaksi pada katoda, Ag+(aq) + e → Ag(s), bila
katoda menyuplai 1 mol elektron maka dihasilkan 1 mol endapan Ag. Pada
sistem SI, 1 mol e setara dengan 96.494 Coulomb (C) dan biasanya dianggap
96.500 C. Coloumb adalah jumlah muatan listrik yang melawati satu titik circuit
listrik bila arus 1 Ampere (A) mengalir selama 1 detik (S).
Jadi: 1 C = 1 A. 1 S
Dengan mengukur kuat arus (I) dan lamanya arus (t) dapat ditentukan
jumlah muatan Coulomb (Q), dan dari jumlah muatan Coulomb dapat ditentukan
jumlah mol elektron sehingga dapat diketahui jumlah mol zatnya.
Dalam Hukum elektrolisis, Michael Faraday menemukan :
1. Jumlah bahan yang terdekomposisi saat elektrolisa berbanding lurus dengan
kuat arus (I) dan waktu (t) dalam laruran elektrolit.
2. Jumlah perubahan kimia oleh satuan arus listrik sebanding dengan
banyaknya arus yang mengalir (I).
Pernyataan tersebut dirumuskan sebagai :
e. I. t
𝑊=
96500
dengan :
W : massa endapan pelapis (g)
I : kuat arus (A)
T : waktu (detik)
E : berat ekivalen kimia (massa atom dibagi dengan valensinya)
Dari rumus tersebut, volume endapan diperoleh dengan perhitungan :
massa endapan (gr) 𝑊
Volume (cm3) = =
densitas (gr/cm3) 𝜌

dengan :
ρ : kerapatan logam pelapis (g/cm3)
W : massa endapan (gr).
Sehingga untuk mendapatkan nilai ketebalan:
Volume (cm3 )
Ketebalan (cm) =
Luas Permukaan (cm2 )

Hukum Faraday dapat menjelaskan pengaruh penambahan waktu pada


proses elektroplating. Semakin lama waktu yang digunakan, maka lapisan logam
yang dihasilkan juga semakin besar. Ketebalan lapisan logam juga dipengaruhi

6
oleh berat equivalen kimia sebuah unsur kimia yang digunakan sebagai anoda.
Dalam persamaan juga dapat diketahui bahwa semakin besar jumlah deposit
lapisan logam (jumlah berat edapan) maka semakin besar pula ketebalan dari
lapisan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa waktu yang digunakan pada proses
pelapisan dan variasi anoda mempengaruhi jumlah deposit lapisan dan juga
ketebalan lapisan yang terbentuk.
2.3 Kinetika Reaksi Elektrokimia atau Elektrolisis
Kinetika reaksi mempelajari laju reaksi kimia secara kuantitatif beserta
faktor-faktor yang mempengaruhnya. Laju reaksi kimia adalah jumlah mol
reaktan per satuan volume yang bereaksi dalam satuan waktu tertentu. Bila
dibuat sebuah kurva penurunan konsentrasi reaktan sebagai fungsi waktu, maka
slope kurva pada setiap titik selalu negatif karena konsentrasi reaktan yang selalu
dC
menurun. Jadi laju reaksi pada setiap titik sepanjang kurva = − dt . Apabila laju

reaksi dituliskan sebagai laju pembentukan produk, maka laju reaksi akan
bernilai positif. Jika konsentrasi produk setelah reaksi berlangsung t detik adalah
𝑑𝑋
x mol dm-3, maka laju reaksinya + Laju reaksi pada setiap waktu sebanding
𝑑𝑡
dengan konsentrasi (C) yang tersisa pada setiap waktu. Secara matematik dapat
dituliskan:
dC
− dt = 𝑘. 𝐶.
dC
: differential rate expression
dt

K : konstanta/tetapan laju reaksi


Persamaan laju reaksi yang lebih umum ialah :
v = k[A]x [B]y[C]z
dengan orde reaksi total = x + y + z + ....
Perubahan Konsentrasi ∆𝑋
Laju reaksi = =±
Waktu yang diperlukan untuk perubahan ∆𝑡

Tanda negatif digunakan jika X adalah pereaksi dan tanda positif


digunakan jika X adalah produk reaksi. Laju suatu reaksi kimia pada umumnya
bertambah jika konsentrasi salah satu pereaksi dinaikkan. Hubungan laju reaksi
dan konsentrasi dapat diperoleh dari data eksperimen. Untuk reaksi A + B →
produk, dapat diperoleh bahwa laju reaksi berbanding lurus dengan [A] x dan [B]y
Laju reaksi = k[A] x[B]y
x dan y merupakan bilangan bulat yang menyatakan orde ke x terhadap A
dan orde ke y terhadap B, sedangkan (x + y) adalah orde reaksi keseluruhan.
Hukum laju reaksi diperoleh secara eksperimen dan tidak bergantung pada

7
persamaan stoikiometri. Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam
bentuk diferensial. Secara teoritis orde reaksi merupakan bilangan bulat kecil,
namun dalam beberapa hal pecahan atau nol. Pada umumnya orde reaksi suatu
zat tertentu tidak sama dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri reaksi
(Prayitno, 2007).
 Reaksi Orde Nol
Suatu reaksi disebut orde ke nol terhadap suatu pereaksi jika laju
reaksi tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi tersebut. Jika [A] adalah
konsentrasi dan [A]0 adalah konsentrasi pada saat t = 0, maka
−d(A)
=k
dt
Kemudian dintergralkan menjadi :
[A]0 − [A] = k.t
 Reaksi Orde Satu
−d[A]
= k[A]
dt
Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi
pereaksi terhadap waktu:
[𝐴]0
ln = k.t
[𝐴]

 Reaksi Orde Dua


−d[A]
= k[A]2
dt
Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi
pereaksi terhadap waktu:
1 1
− = k.t
[𝐴] [𝐴]0

 Reaksi Orde Tiga


−d[A]
= k[A]3
dt
Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi
pereaksi terhadap waktu:
1 2 1 2
( ) −( ) = k.t
[𝐴] [𝐴]𝑜

2.4 Aplikasi elektroplating pada industri


1. Pengambilan limbah cair zat warna batik di kota solo dengan elektroda
PbO2/Cu
Metode elektrodekolorisasi merupakan suatu proses elektrokimia
untuk menghilangkan zat warna dengan menggunakan arus listrik searah.

8
Katoda sel elektrokimia ini adalah batang karbon yang berasal dari baterai
bekas dan anoda besi. Besi hidroksida terhidrat yang terbentuk sebagai
hasil oksidasi anoda besi selama proses elektrolisis dapat mengadsorbsi zat
warna melalui pembentukan kompleks antara permukaan besi hidroksida
dengan zat warna.Berdasarkan hasil penelitian, metode elektrodekolorisasi
dapat digunakan untuk mendegradasi zat warna Timol Biru hingga 100%,
menggunakan. Metode elektrodekolorisasi untuk mendegradasi zat warna
rektofix merah 3. Hasil penelitian, metode elektrodekolorisasi dapat
mendegradasi zat warna proksion merah mx-8b hingga 98,58%. Kunci
penting yang mempengaruhi keberhasilan proses elektrolisis pada
elektrodekolorisasi ini adalah bahan elektroda yang digunakan.
Ketidaktersediaan suatu kutub positif (anoda) ideal dengan stabilitas dan
aktifitas sempurna merupakan suatu masalah kritis dalam proses
elektrodekolorisasi air limbah yang mengandung zat organik. Penggunaan
PbO2 sebagai anoda dapat menjawab problem tersebut (Triavia, 2016).
2. Peningktan kualitas produk industri peralatan dapur
Untuk meningkatkan daya saing produk di pasaran dan meningkatkan
kualitas produksi perlu diterapkan teknologi pengerjaan logam yang lebih
maju dan menyesuaikan permintaan pasar. Sebagian pengrajin parut telah
mengusahakan dengan menggunakan jasa pelapisan logam di Pasuruan,
Jawa Timur untuk mengerjakan pelapisan logam pada parut tradisional
tersebut. Langkah ini ditempuh karena mereka belum memiliki teknologi
pengerjaan pelapisan. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
dengan memberikan penyuluhan, pelatihan dan bantuan alat untuk
peningkatan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas. Untuk
membuat parut tradisional berkualitas tahan karat, bersih, mengkilap dan
meningkat jumlah produksinya mampu bersaing di pasaran. Peralatan
proses pengolahan yang dimaksud adalah rancang bangun alat pelapisan
parut tradisional dengan logam krom secara elektrolisa agar parut
tradisional bisa tahan karat dan mengkilap (Sumardi. 2014).
3. Penurunan kadar logam berat pada industri percetakan
Industri percetakan mempunyai potensi menghasilkan limbah cair
percetakan yang dapat mencemarkan lingkungan hidup. Pada umumnya
limbah cair industri percetakan terjadi akibat pencucian plat film dan
peralatan cetak berupa sisa-sisa tinta, terpentin, bensin, dan detergen.
Limbah cair industri percetakan banyak mengandung bahan kimia organik
yang sulit didegradasi secara langsung. Penelitian ini menggunakan metode

9
elektrolisis dengan karbon sebagai elektroda, Na2SO4 sebagai elektrolit
pendukung serta H2SO4 dan NaOH sebagai pengkondisi pH pada sampel
limbah, sedangkan variabel berubah penelitian berupa potensial aplikasi,
pH larutan, dan waktu elektrolisis. Pada penelitian pengolahan limbah cair
industri percetakan secara elektrolisis ditinjau dari parameter Chemical
Oxygen Demand, kekeruhan, dan kandungan logam Mn. Elektroda yang
digunakan yaitu karbon/karbon sebagai anoda dan katoda, karena karbon
bersifat inert dan dapat menghantarkan arus listrik dan panas dengan baik
(Ridaningtyas, 2013).

10
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Rancangan Percobaan
3.1.1 Skema Rancangan Percobaan

Menimbang berat awal elektroda dan membuat larutan CuSO4


dengan konsentrasi 12 gr/L

Memasukan larutan CuSO4 pada bak elektroplating dan mengatur


kuat arus 0,15 A pada voltmeter

Menimbang berat Cu dan Zn setiap 4 menit selama 16 menit untuk


mencari waktu optimum

Mengulangi elektrolisis dengan konsentrasi tetap namun kuat arus


berbeda yaitu 0,05 A; 0,10 A; dan 0,15 A serta menggunakan waktu
optimum untuk mencari kuat arus optimum

Mengulangi elektrolisis dengan kuat arus dan waktu yang sama


namun konsentrasi larutan CuSO4 berbeda yaitu 0,05 A; 0,10 A;
dan 0,15 A untuk mencari konsentrasi optimum

Gambar 3.1. Skema rancangan percobaan


3.1.2 Variabel Praktikum
 Variabel bebas:
1. Waktu ( 0, 4, 8, 12, dan 16 menit)
2. Kuat arus (0,05 A, 0,10 A, dan 0,15 A)
3. Konsentrasi (4 gr/L, 8 gr/L, dan 12 gr/L)
 Variabel terikat :
1. Berat anoda Cu
2. Berat katoda Zn
3. Kinerja reaksi elektroplating
4. Konstanta laju reaksi elektroplating
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan

11
3.2.1 Bahan
1. CuSO4 36 gram
2. Aquades 3,5 liter
3.2.2 Alat
1. Amperemeter
2. Voltmeter
3. Bak elektroplating
4. Seng
5. Tembaga
6. Penjepit buaya
3.3 Gambar Alat Utama

Gambar 3.1 Rangkaian alat proses elektroplating atau elektrolisis


Keterangan:
(1) Katoda
(2) Anoda
(3) Bak elektroplating dan larutan
(4)Pengatur voltase
(5)Pengatur ampere
(6)Penanda arus maksimum
(7) Display kuat arus
(8) Kabel sumber arus
3.4 Prosedur Percobaan

12
1. Mencari waktu kontak optimum
Larutan limbah atau larutan sintetis yang ada pada bak elektroplating
diambil setiap 4 menit selama 16 menit. Variabel lain yang digunakan yaitu
kuat arus pada 0,15 A dan konsentrasi 12 gr/l. Sampel yang diperoleh
dianalisa dan dihitung efisiensi penurunan kadar tembaga kemudian sampel
yang menghasilkan efisiensi tertinggi merupakan waktu kontak optimum.
Untuk proses selanjutnya waktu kontak ini yang digunakan.
2. Mencari kuat arus optimum
Larutan dimasukkan ke dalam saluran input dengan konsentrasi yang
tetap dan pada waktu kontak optimum, tetapi kuat arus yang digunakan
berbeda yaitu masing-masing 0,05 A; 0,10 A; 0,15 A. Hasil elektroplating
dianalisa, sampel yang menghasilkan efesiensi tertinggi merupakan kuat
arus yang optimum dan digunakan pada proses selanjutnya.
3. Mencari konsentrasi optimum
Larutan yang dimasukkan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 4
gr/l; 8 gr/l; 12 g/l, tetapi waktu kontak dan kuat arus yang digunakan yang
pada kondisi optimum. Hasil ketiga sampel dianalisa dan dihitung efisiensi
penurunan kadar tembaga, sampel yang menghasilkan efesiensi yang
paling tinggi merupakan konsentrasi optimum.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
Efisiensi = 𝑥100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
Berat Sesungguhnya = Wn-W0
𝐵.𝐼.𝑡
Berat Teoritis =
𝐸.96500
dengan :
I = arus (ampere) ; B = berat atom Cu (36,5 gr/mol); t = waktu (detik); E =
valensi

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Kinerja Elektroplating
Berdasarkan praktikum elektroplating yang telah dilakukan dengan kuat
arus 0,15 A dan konsentrasi CuSO4 dengan waktu yang berbeda selama 16 menit
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Pengaruh waktu terhadap perubahan massa katoda dan anoda
t (menit) WZn (gr) WCu (gr) ΔWZn (gr) ΔWCu (gr) Efisiensi (%)
0 7,893 5,890 0 0 0
4 8,195 5,853 0,302 0,037 2516,666
8 8,203 5,696 0,310 0,194 1291,667
12 8,627 5,534 0,734 0,356 2097,143
16 8,831 5,371 0,938 1,519 1995,745
Hasil percobaan diatas menunjukan pengaruh waktu terhadap perubahan
massa katoda dan anoda, katoda yang digunakan yaitu Zn dan anoda Cu. Waktu
yang digunakan untuk elektroplating berturut-turut 0, 4, 8, 12, dan 16 menit
dihasilkan massa Zn 7,893 gram, 8,195 gram, 8,203 gram, 8,627 gram, dan 8,831
gram yang menunjukan bahwa massaa Zn semakin bertambah seiring
bertambahnya waktu. Sedangkan massa Cu semakin kecil seiring bertambahnya
waktu elektroplating yaitu 5,890 gram, 5,853 gram, 5,696 gram, 5,534 gram, dan
5,371 gram.
Kurniasih (2018) mengatakan bahwa waktu elektroplating berpengaruh
terhadap massa anoda dan katoda. Efisiensi elektroplating meningkat seiring
dengan penambahan waktu elektrodeposisi. Semakin lama waktu elektrodeposisi
semakin banyak ion yang tereduksi dan menempel pada katoda. Hukum Faraday
1 menyatakan bahwa massa deposit logam sebanding dengan kuat arus dan
waktu elektrolisis, dengan rumus :
𝑒.𝑖 𝑡
W= (Kurniasih, 2018)
𝐹
Dari persamaan tersebut, dapat dilihat bahwa massa endapan logam yang
terendapkan di katoda dipengaruhi oleh valensi kation logam, arus listrik,
potensial listrik (voltase), pH larutan, suhu dan waktu elektroplating. Dapat
diketahui bahwa semakin lama waktu kontak, maka akan menghasilkan massa Zn
yang lebih besar pula, karena terjadi peningkatan massa akibat pengikatan ion
Cu2+ pada larutan CuSO4. Sedangkan pada anoda Cu massanya akan berkurang
karena logam Cu akan teroksidasi menjadi Cu2+ dan selanjutnya akan
menggantikan ion Cu2+ pada larutan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data

14
hasil percobaan sudah sesuai dengan literatur yaitu massa katoda semakin besar
seiring bertambahnya waktu elektroplating.
4.2 Pengaruh Kuat Arus terhadap Kinerja Elektroplating
Dari data hasil praktikum dengan menggunakan konsentrasi larutan CuSO4
yang sama yaitu 12 gr/L. Kuat arus yang berbeda yaitu 0,05 A, 0,10 A, dan 0,15
A dapat dibuat grafik hubungan kuat arus terhadap kinerja elektropatig sebagai
berikut:
0.5
y = 0.0339x
0.4 y = 0.0312x
ΔW WZn (gram)

R² = 0.8884
R² = 0.9156
0.3
0,05 A
0.2 y = 0.0087x
R² = 0.89 0,10 A
0.1 0,15 A

0
0 5 10 15
Waktu (menit)

Gambar 4.1 Hubungan kuat arus terhadap kinerja elektroplating


Dari gambar 4.1 terlihat bahwa dengan kuat arus 0,15 A menghasilkan
pertambahan berat Zn paling banyak yaitu pada 0, 4, 8, 12 menit berturut-turut 0;
0,176 gr; 0,298 gr; 0,489 gr. Selanjutnya disusul dengan kuat arus 0,10 A pada
waktu yang sama berturut-turut 0 gr; 0,18 gr; 0,184 gr; 0,449 gr dan pertambahan
berat Zn paling kecil pada kuat arus 0,05 A yaitu berturut-turut 0 gr; 0,001 gr;
0,058 gr; dan 0,12 gr. Dapat disimpulkan bahawa semua kurva mengalami
peningkatan berat katoda (Zn) baik pada kurva dengan kuat arus 0,05 A, 0,10 A,
dan 0,15 A, namun peningkatan paling besar terbesar terjadi pada kuat arus 0,15
A.
Berdasarkan teori, semakin besar kuat arus yang diberikan, maka rapat arus
akan semakin tinggi dan laju reaksi semakin besar sehingga jumlah muatan yang
mengalir dan menempel pada katoda Zn akan semakin banyak dan menyebabkan
lapisan yang dihasilkan semakin tebal (Purwoko, 2016). Mulyatno (2015) juga
mengatakan bahwa arus listrik merupakan salah satu bentuk pergerakan elektron
yang disebabkan karena adanya gaya listrik sebagai gaya penggeraknya, ketika
sebuah muatan q berada dalam medan listrik yang kuatnya adalah E, maka gaya
listrik tersebut dapat didefinisikan sebagai :

F = q.E (Mulyanto, 2015)


Sehingga semakin besar gaya listrik maka akan menyebabkan pergerakan
elektron yang semakin kuat dan hal ini juga akan menyebabkan porsi akumulasi

15
pergerakan elektron dan perpindahan material pada kedua elektroda juga semakin
besar sehingga akan menyebabkan peningkatan akumulasi massa Zn. Maka
apabila kita bandingkan antara hasil dan teori yang ada, dapat dilihat bahwa hasil
nya sesuai dengan teori. Semakin tinggi kuat arus yang diberikan maka laju
reaksi semakin cepat.
Namun jika dilihat dari nilai efisiensi elektroplating, efisiensi dengan kuat
arus 0,10 A lebih besar dibanding 0,15 A. Penurunan efisiensi ini disebabkan
karena pemakaian kuat arus yang terlalu besar. Arus yang terlalu besar akan
semakin memepercepat proses reaksi yang menyebabkan gelembung-gelembung
gas disekitar benda kerja terlalu banyak. Hal tersebut mengakibatkan
terhambatnya partikel-partikel logam tembaga yang akan menempel secara
sempurna pada benda kerja. Jadi meskipun pada variasi ini ketebalan lapisan
tembaga bertambah namun lebih banyak yang terbuang ke dalam larutan. Pada
saat reaksi sangat terlihat larutan elektrolit terlihat kotor (Diyanto, 2011).
Sehingga dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kuat arus optimumnya
sebesar 0,10 A.
4.3 Pengaruh Konsentrasi CuSO4 terhadap Kinerja Elektroplating
Dari data hasil praktikum dapat dibuat grafik hubungan antara konsentrasi
dengan kinerja elektroplatingdengan variasi konsentrasi elektrolit CuSO4 4 gr/L,
8 gr/L dan 12 gr/L pada waktu 0, 4, 8, dan 12 menit dengan menggunakan kuat
arus 0,15 A yaitu:
0.6
y = 0.0411x
0.5 R² = 0.9834 4 gr/L
ΔW WZn (gram)

0.4
8 gr/L
0.3
12 gr/L
0.2 y = 0.0068x
R² = 0.9106
0.1 y = 0.004x
R² = 0.9962
0
0 4 8 12
Waktu (menit)

Gambar 4.2 Hubungan konsentrasi CuSO4 dengan kinerja elektroplating


Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa dengan konsentrasi 4 gr/L
menghasilkan pertambahan berat Zn berturut-turut adalah 0; 0,016 gr; 0,03 gr;
0,049 gr. Selanjutnya dengan konsentrasi 8 gr/L pada waktu yang sama berturut-
turut 0 gr; 0,018 gr; 0,04 gr; 0,094 gr. Dan terkhir pada konsentrasi 12 gr/L
menghasilkan berat Zn berturut-turut sebesar 0 gr; 0,116 gr; 0,333 gr; dan 0,506
gr. Dapat disimpulkan bahawa semua kurva mengalami peningkatan berat katoda

16
(Zn) baik pada kurva konsentrasi 4 gr/L, 8 gr/L, dan 12 gr/L, namun peningkatan
paling besar terbesar terjadi pada konsentrasi 12 gr/L dan peningkatan terkecil
pada konsentrasi 4 gr/L.
Berdasarkan teori, tinggi konsentrasi larutan CuSO4 maka Cu yang terdapat
pada larutan elektrolit semakin banyak, sehingga kesempatan Cu melapisi Zn
semakin tinggi. Pada proses elektroplating larutan elektrolit CuSO4 akan terurai
menjadi ion Cu2+ dan ion sulfat. Pada elektrolisis CuSO4, Cu2+ lebih mudah
tereduksi daripada H2O dan H2O lebih mudah teroksidasi daripada SO42- Jadi
pada elektrolisis larutan CuSO4 terjadi reaksi sebagai berikut:
2 H2O (l) → O2 (g) + 4H + + 4e (Anoda)
Cu2+ (aq) + 2e → Cu (s) (Katoda)
2 H2O (l) + 2 Cu2+(aq) → O2 (g) + 4 H+ + 2Cu (s) (Reaksi sel)
Pada katoda, plat Zn mengalami kelebihan muatan negatif atau elektron akibat
adanya arus listrik searah dengan tegangan konstan sehingga ion Cu2+ yang
terdapat pada larutan elektrolit akan menempel pada permukaan plat Zn sehingga
plat Zn akan terlapisi oleh Cu, pada konsentrasi Cu yang tinggi, akan
menyebabkan plat Zn terlapisi dengan cepat akibat jumlah ion Cu yang tinggi.
(Hermayanti, 2011). Maka dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan sesuai
dengan fenomena dalam teori, bahwa seiring dengan peningkatan konsentrasi
CuSO4 akan terjadi peningkatan massa pada katoda Zn.
4.4 Pengaruh Konsentrasi CuSO4 terhadap Konstanta Laju Elektroplating
Dari data hasil praktikum dapat dibuat grafik hubungan antara konsentrasi
dengan konstanta laju elektroplating yaitu:
0.07
0.06 y = 0.0052x
R² = 1
0.05
ln WA/WAo

0.04
4 gr/L
0.03
8 gr/L
0.02 y = 0.0009x
R² = 0.9117 y = 0.0005x 12 gr/L
0.01 R² = 0.9964
0
0 5 10 15
Waktu (menit)

Gambar 4. 3 Hubungan konsentrasi CuSO4 terhadap konstanta laju elektroplating


Berdasarkan persamaan garis, pada variabel dengan konsentrasi CuSO4 12
gr/L didapat nilai konstanta laju reaksi 0,0052 yang merupakan laju reaksi
terbesar dibanding variabel lainnya. Pada konsentrasi CuSO4 8 gr/L

17
menghasilkan konstanta laju reaksi 0,0009. Dan pada 4 gr/L menghalikkan nilai
konstanta laju reaksi paling kecil yaitu 0,0005.
Menurut Prayitno (2007) bila konsentrasi elektrolit dinaikkan sebanyak x
kali maka kecepatan reaksi akan meningkat pula sebanyak x kali. Ini dapat
dibuktikan dengan perhitungan :
v = k . [Cd]n
karena ini merupakan reaksi orde satu maka n = 1 maka persamaan di atas
berubah menjadi :
v = k . [Cd]
bila konsentrasi dinaikkan x kali maka :
x v = k . [x Cd]
Kedua persamaan di atas bila dibandingkan maka diperoleh kesimpulan bahwa
pada reaksi yang berorde satu berlaku ketentuan kenaikan nilai konsentrasi
sebanding dengan kenaikan harga kecepatan atau dengan kata lain yang terjadi
pada “reaksi orde satu” apabila konsentrasi dinaikkan menjadi “x” kali lipat
maka kecepatan reaksi juga akan naik sebanyak “x” kali lipat pula (Prayitno,
2007). Maka fenomena hasil percobaan sesuai dengan teori bahwa seiring
bertambahnya konsentrasi CuSO4 akan meningkatkan konstanta laju reaksi
elektrolisis dalam proses elektroplating.

18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Semakin lama waktu kontak maka akan semakin banyak pula endapan Cu
yang terbentuk pada katoda Zn.
2. Semakin besar kuat arus maka akan semakin banyak pula endapan Cu yang
terbentuk pada katoda Zn.
3. Semakin tinggi konsentrasi larutan CuSO4 maka lapisan Cu akan semakin
tebal dan akan menambah berat katoda.
4. Semakin besar konsentrasi larutan CuSO4 yang digunakan, laju reaksinya
juga akan meningkat.
5.2 Saran
1. Membersihkan dan mengamplas Zn sebelum digunakan kembali.
2. Memastikan dalam penimbangan lempengan Cu dan Zn harus benar-benar
dalam keadaan kering.
3. Memastikan bahwa penjepit buaya dapat menjepit elektroda dengan baik
agar tidak ada arus listrik yang terputus.
4. Dalam pengeringan elektroda sebaiknya jangan dipanaskan dalam kompor
menghindari endapan terdekomposisi.

19
DAFTAR PUSTAKA
Andinata, Febryan. 2012. Pengaruh pH Larutan Elektrolit Terhadap Tebal Lapisan
Elektroplating Nikel Pada Baja St 37. JPHA, 2(2), 48-52.
Etching on the Metal di akses dari : http://platingcom.blogspot.co.id/2010/07/etching-
on-metal.html
Fogler, H.S. 2006. Elements of Chemical Reaction Engineering. 4th Edition. Prentice
Hall PTR.
Haryono. 2017. Analisa Kinetika Reaksi Pembentukan Kerak CaCO3-CaSO4dalam
Pipa Beraliran Laminar pada Suhu 30ºC dan 40ºC Menggunakan Persamaan
Arrhenius. Traksi, 17(2), 40–51.
Halupi, Mentik., dan Ngatin, Agustinus. 2013. Pengaruh Konsentrasi Nikel dan
Klorida terhadap Proses Elektroplating Nikel. Teknik Kimia, Politeknik
Negeri Bandung.
Hermayanti, Santi; Widodo D. S; Hastuti, Rum. 2011. Pengaruh Ligan NH3 pada
Pengambilan Logam Tembaga dari Serpihan Sisa Produksi Kuningan
Kabupaten Pati Secara Elektrolisis. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 14 (2)
(2011) : 54 – 57
Indarti, Retno. 2010. Uji Kinetika Pengurangan Kadar Nikel dari Buangan
Elektroplating NIkel dengan metode Elektrolisis.
Kurniasari, D., Simpono N. I. Dan Haqiqi, A. K. 2019. Integrasi Nilai-Nilai Keislaman
Pada Reaksi Redoks dan Elektrokimia Terhadap Rahasia Kekuatan Benteng
Besi Iskandar Zulkarnain. Walisongo Journal of Chemistry, 2(1), 26-39.
Kurniasih, Yeti; Nafida B. A; Ahmadi. 2018. Pengembangan Metode Elektrodeposisi
Untuk Pengambilan Kembali Perak Dari Limbah Fotorontgen. Indonesian
Chemistry And Application Journal (Icaj) Issn : 2549-2314; Volume : 2;
Number 2.
Martin S. Silberberg. 2006. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change,
4th Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc., ISBN 0-07-111658-3
Mordechay Schlesinger, Milan Paunovic (Editors). 2010. Modern Electroplating, 5th
Edition. John Wiley & Sons, Inc.
Prayitno. 2007. Kajian Kinetika Kimia Model Matematik Reduksi Kadmium Melalui
Laju Reaksi, Konstante dan Orde Reaksi Dalam Proses Elektrokimia.
Ganendra, 10(1).
Putri, Asti Riani dan Maruf, Anang. 2018. Energi Alternatif Dengan Menggunakan
Reaksi Elektrokimia. JIPI (Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran
Informatika). Volume 03, Nomor 01 : 62 - 68

20
Radiningtyas. Y.W., Widodo Y.S., Hastuti, Rum. 2013. Pengolahan Limbah Cair
Industri Percetakan Secara Elektrolisis Dengan Elektroda Karbo. Vol 1, No 1,
Hal 51 – 58,2013.
Sugiyarta, Bayuseno, A.P., dan Nugroho, S. 2012. Pengaruh Konsentrasi Larutan dan
Kuat Arus Terhadap Ketebalan pada Proses Pelapisan Nikel untuk Baja
Karbon Rendah. Jurnal Teknik Mesin, 1, 23-27.
Sumardi,Sriatun. 2014. Peningkatan Kualitas Produk Peralatan Dapur Dengan.
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Fakultas Sains dan Matematika,
Universitas Diponegoro Elektroplating
Suryani, Wihdati dan Sukarmin. 2012. Pengembangan E-Book Interaktif Pada Materi
Pokok Elektrokimia Kelas XII SMA. Unesa Journal of Chemical Education,
1(2), 54-62.
Topayung, Daud. 2011. Pengaruh Arus Listrik dan Waktu Proses terhadap Ketebalan
dan Massa Lapisan yang Terbentuk pada Proses Elektroplating Pelat Baja.
Jurnal Ilmiah Sains Vol. 11 No. 1
Triavia, Ina; Widodo D. S; Haris, Abdul. Elektrodekolorisasi Limbah Cair Zat Warna
Batik di Kota Solo dengan Elektroda PbO2/Cu. Jurnal Kimia Sains dan
Aplikasi 19 (1) (2016) : 11 – 14
Triyono,Eddy., Rahayu, Suparni.S., Budiarty, Vony. S.A., Sumiarso,Bambang., Amrul.
2019. Penerapan Teknologi Elektroplating Pada Industri Kecil Knalpot Di
Purbalingga. Jurnal DIANMAS, Volume 8, Nomor 2, September 2019
Wartini, N. M; Kartowasono, Ngadiran. 2016. Dampak Rangkaian Sel Elektroda Al-C
dalam Elektrokimia untuk Mendegradasi Limbah Tekstil. Reaktor, Vol. 16
No. 2, Juni Tahun 2016, Hal. 65-71
Yudo, Satmoko. 2006. Kondisi Pencemaran Logam Berat Di Perairan Sungai DKI
Jakarta. JAI, 2(1).

21
LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM PROSES KIMIA

Materi:

ELEKTROPLATING

Disusun Oleh:

Kelompok 7/Selasa

Nur Halimatus Sya’diyah NIM. 21030118120056

Prambudi Widi Setyojati NIM. 21030118130139

Risya Ulayya Maghfira NIM. 21030118130195

LABORATORIUM PROSES KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

A-1
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengkaji pengaruh waktu kontak terhadap kinerja reaksi elektroplating
2. Mengkaji pengaruh kuat arus terhadap kinerja reaksi elektroplating
3. Mengkaji pengaruh konsentrasi terhadap kinerja reaksi elektroplating
4. Mengkaji pengaruh konsentrasi terhadap konstanta laju reaksi elektroplating
II. PERCOBAAN
Bahan
1. CuSO4 ( 36 gram )
2. Aquades ( 3,5 Liter )
Alat
1. Amperemeter
2. Voltmeter
3. Bak elektroplating
4. Seng
5. Tembaga
6. Penjepit buaya
Variabel operasi:
 Variabel bebas:
4. Variasi waktu ( 0 menit, 4 menit, 8 menit, 12 menit, dan 16 menit)
5. Kuat arus (0,05 A, 0,10 A, dan 0,15 A)
6. Konsentrasi (4 gr/L, 8 gr/L, dan 12 gr/L)
 Variabel terikat :
5. Berat anoda Cu
6. Berat katoda Zn
7. Kinerja reaksi elektroplating
8. Konstanta laju reaksi elektroplating

Gambar A-1.1 Rangkaian alat proses elektroplating atau elektrolisis

A-2
Keterangan:
(1) Katoda
(2) Anoda
(3) Bak elektroplating dan larutan
(4) Pengatur voltase
(5) Pengatur ampere
(6) Penanda arus maksimum
(7) Display kuat arus
(8) Kabel sumber arus
Prosedur Percobaan
1. Mencari waktu kontak optimum
Larutan limbah atau larutan sintetis yang ada pada bak elektroplating
diambil setiap 4 menit selama 16 menit. Variabel lain yang digunakan
yaitu kuat arus pada 0,15 A dan konsentrasi 12 gr/L. Sampel yang
diperoleh dianalisa dan dihitung efisiensi penurunan kadar tembaga
kemudian sampel yang menghasilkan efisiensi tertinggi merupakan waktu
kontak optimum. Untuk proses selanjutnya waktu kontak ini yang
digunakan.
2. Mencari kuat arus optimum
Larutan dimasukkan ke dalam saluran input dengan konsentrasi yang
tetap dan pada waktu kontak optimum, tetapi kuat arus yang digunakan
berbeda yaitu masing-masing 0,05 A; 0,10 A; 0,15 A. Hasil elektroplating
dianalisa, sampel yang menghasilkan efesiensi tertinggi merupakan kuat
arus yang optimum dan digunakan pada proses selanjutnya.
3. Mencari konsentrasi optimum
Larutan yang dimasukkan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 4
gr/l; 8 gr/l; 12 gr/l, tetapi waktu kontak dan kuat arus yang digunakan yang
pada kondisi optimum. Hasil ketiga sampel dianalisa dan dihitung efisiensi
penurunan kadar tembaga, sampel yang menghasilkan efesiensi yang
paling tinggi merupakan konsentrasi optimum.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
Efisiensi = 𝑥100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑦𝑖𝑠

Berat Sesungguhnya = Wn-W0


𝐵.𝐼.𝑡
Berat Teoritis =
𝐸.96500
dengan :
I = arus (ampere) ; B = berat atom Cu (63,5 gr/mol ); t = waktu (detik); E =
valensi

A-3
III. HASIL PERCOBAAN

1. Uji Waktu Optimum (Kuat Arus : 0,15 A; Konsentrasi : 12 gr/L)


t (menit) WZn (gr) WCu (gr) Berat Teoritis (gr) Efisiensi (%)
0 7,893 5,890 0 0
4 8,195 5,853 0,012 2516,666
8 8,203 5,696 0,024 1291,667
12 8,627 5,534 0,035 2097,143
16 8,831 5,371 0,047 1995,745

2. Uji Kuat Arus Optimum (Waku: 0, 4, 8, 12 menit ; Konsentrasi: 12 gr/L )


 Kuat Arus 0,05 A
t (menit) WZn (gr) Berat Teoritis (gr) Efisiensi (%)
0 7,452 0 0
4 7,462 0,004 250,000
8 7,510 0,008 725,000
12 7,572 0,012 1016,95

 Kuat Arus 0,10 A


t (menit) WZn (gr) Berat Teoritis (gr) Efisiensi (%)
0 7,446 0 0
4 7,627 0,008 2262,500
8 7,630 0,016 1150,000
12 7,895 0,024 1870,833

 Kuat Arus 0,15 A


t (menit) WZn (gr) Berat Teoritis (gr) Efisiensi (%)
0 7,425 0 0
4 7,601 0,012 1466,666
8 7,605 0,024 750,000
12 7,823 0,035 1137,143

3. Uji Konsentrasi (Waktu: 0, 4, 8, 12 menit ; Arus : 0,10 A )


 Konsentrasi 4 gr/L
t (menit) WZn (gr) Berat Teoritis (gr) Efisiensi (%)
0 7,951 0 0
4 7,967 0,008 200,000

A-4
8 7,981 0,016 187,500
12 8,000 0,024 204,166

 Konsentrasi 8 gr/L
t (Menit) WZn (gr) Berat Teoritis (gr) Efisiensi (%)
0 7,916 0 0
4 7,934 0,008 225,000
8 7,956 0,016 250,000
12 8,010 0,024 391,666

 Konsentrasi 12 gr/L
t (Menit) WZn (gr) Berat Teoritis (gr) Efisiensi (%)
0 7,891 0 0
4 8,057 0,008 2075,000
8 8,224 0,016 2081,250
12 8,397 0,024 2108,333

21 September 2020
MENGETAHUI
PRAKTIKAN ASISTEN

Nur Halimatus Sya’diyah Prambudi Widi Setyojati Elina Sabella Ambari


NIM 21030118120056 NIM 21030118130139 NIM 21030118130173

Risya Ullaya Maghfira


NIM 21030118130195

A-5
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN
A. Menenukan Waktu dan Kuat Arus Optimum
Volume basis : 500 mL
Konsentrasi : 12 gr/L
Massa CuSO4 : Konsentrasi x Volume basis
: 12 gr/L x 0,5 L
: 6 gr
B. Menentukan Konsentrasi Optimum
1. Untuk Konsentrasi 4 gr/L
W = Konsentrasi x Volume basis
= 4 gr/L x 0,5 L
= 2 gr
2. Untuk Konsentrasi 8 gr/L
W = Konsentrasi x Volume basis
= 8 gr/L x 0,5 L
= 4 gr
3. Untuk Konsentrasi 12 gr/L
W = Konsentrasi x Volume basis
= 12 gr/L x 0,5 L
= 6 gr

B-1
LEMBAR PERHITUNGAN
A. Penurunan Kecepatan Reaksi Orde 1
Berikut ini adalah penurunan rumus kinetika laju reaksi ditinjau dari
bertambahnya produk per satuan waktu.
+dCA
= kCA
dt

CA t
dCA
∫ = k ∫ dt
CA o CA 0

C
ln CA |CAA = k t|t0
o

ln CA − ln CA o = kt
CA
ln = kt
CA o

WA
( )
BM ×V
ln WA o = kt
( )
BM ×V

Karena V = Vo, maka :


WA
ln = kt
WA o

Sehingga menghasilkan garis lurus :


y = mx + C
Maka didapat :
m=k
B. Perhitungan Laju Reaksi Pertambahan Massa Zn Terhadap Variabel Kuat
Arus
1. Kuat Arus 0,05 A
Tabel C-1 Pertambahan Zn terhadap kuat arus 0.05 A
t (x) WZn (g) ln WA/WAo (y) x.y x2
0 7,452 0 0 0
4 7,462 0,00134 0,00536 16
8 7,510 0,00775 0,06200 64
12 7,572 0,01597 0,19164 144
Σ 24 0,02506 0,25900 224

𝑛 Σ𝑥𝑦−Σ𝑥Σ𝑦
m=
𝑛Σ𝑥2 −(Σ𝑥)2
(4)(0,25900)−(24)(0,02506)
m=
(4)(224)−(24)2

m = 0,001358

C-1
0.02

0.015

ln (WA/WAo)
y = 0.0012x
R² = 0.891
0.01

0.005

0
0 4 8 12
Waktu (menit)

W
Gambar C-1 Grafik hubungan kuat arus 0,05 A terhadap ln W A
Ao

2. Kuat Arus 0,10 A


Tabel C-2 Pertambahan Zn terhadap kuat arus 0.10 A
t (x) WZn (g) ln WA/WAo (y) x.y x2
0 7,446 0 0 0
4 7,627 0,02402 0,09608 16
8 7,630 0,02441 0,19528 64
12 7,895 0,05855 0,70260 144
Σ 24 0,10698 0,99396 224

𝑛 Σ𝑥𝑦−Σ𝑥Σ𝑦
m=
𝑛Σ𝑥2 −(Σ𝑥)2
(4)(0,99396)−(24)(0,10698)
m=
(4)(224)−(24)2

m = 0,004401
0.07
0.06 y = 0.0044x
ln (WA/WAo)

0.05 R² = 0.8906
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 4 8 12
Waktu (menit)

W
Gambar C-2 Grafik Hubungan kuat arus 0,10 A terhadap ln W A
Ao

3. Kuat Arus 0,15 A


Tabel C-3 Pertambahan Zn terhadap kuat arus 0.15 A
t (x) WZn (g) ln WA/WAo (y) x.y x2
0 7,425 0 0 0
4 7,601 0,02342 0,09368 16
8 7,605 0,02395 0,19160 64

C-2
12 7,823 0,05221 0,62652 144
Σ 24 0,09958 0,91180 224

𝑛 Σ𝑥𝑦−Σ𝑥Σ𝑦
m=
𝑛Σ𝑥 2 −(Σ𝑥)2
(4)(0,91180)−(24)(0,09958)
m=
(4)(224)−(24)2

m = 0,003929
0.06
0.05 y = 0.0041x
R² = 0.9003
ln (WA/WAo)

0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Waktu (menit)

WA
Gambar C-3 Grafik hubungan kuat arus 0,15 A terhadap ln
WA o

C. Perhitungan Laju Reaksi Pertambahan Massa Zn terhadap Variabel


Konsentrasi
1. Konsentrasi 4 gr/L
Tabel C-4 Pertambahan Zn terhadap konsentrasi 4 gr/L
t (x) WZn (g) ln WA/WAo (y) x.y x2
0 7,951 0 0 0
4 7,967 0,00201 0,00804 16
8 7,981 0,00377 0,03016 64
12 8,000 0,00614 0,07368 144
Σ 24 0,01192 0,11188 224

𝑛 Σ𝑥𝑦−Σ𝑥Σ𝑦
m=
𝑛Σ𝑥 2 −(Σ𝑥)2
(4)(0,11188)−(24)(0,01192)
m=
(4)(224)−(24)2

m = 0,0005045

C-3
0.007
0.006 y = 0.0005x
R² = 0.9964

ln (WA/WAo)
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Waktu (menit)

WA
Gambar C-4 Grafik hubungan konsentrasi CuSO4 4 gr/L terhadap ln WA o

2. Konsentrasi 8 gr/L
Tabel C-5 Pertambahan Zn terhadap konsentrasi 8 gr/L
t (x) WZn (g) ln WA/WAo (y) x.y x2
0 7,916 0 0 0
4 7,934 0,00227 0,00908 16
8 7,956 0,00504 0,04032 64
12 8,010 0,01180 0,14160 144
Σ 24 0,01911 0,19100 224

𝑛 Σ𝑥𝑦−Σ𝑥Σ𝑦
m=
𝑛Σ𝑥 2 −(Σ𝑥)2
(4)(0,19100)−(24)(0,01911)
m=
(4)(224)−(24)2

m = 0,000954

0.014
0.012
y = 0.0009x
ln (WA/WAo)

0.01 R² = 0.9117
0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 4 8 12
Waktu (menit)

WA
Gambar C-5 Grafik hubungan konsentrasi CuSO4 8 gr/L terhadap ln WA o

3. Konsentrasi 12 gr/L
Tabel C-6 Pertambahan Zn terhadap konsentrasi 12 gr/L
t (x) WZn (g) ln W/Wo (y) x.y x2
0 7,891 0 0 0

C-4
4 8,057 0,02082 0,08328 16
8 8,224 0,04133 0,33064 64
12 8,397 0,06215 0,74580 144
Σ 24 0,12430 1,15972 224

𝑛 Σ𝑥𝑦−Σ𝑥Σ𝑦
m=
𝑛Σ𝑥2 −(Σ𝑥)2
(4)(1,15972)−(24)(0,1243)
m=
(4)(224)−(24)2

m = 0,005174

0.07
0.06 y = 0.0052x
R² = 1
ln (WA/WAo)

0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Waktu (menit)

WA
Gambar C-6 Grafik hubungan konsentrasi CuSO4 12 gr/L terhadap ln WA o

C-5
REFERENSI

D-1
D-2
D-3
D-4
D-5
D-6
D-7
D-8
D-9
D-10
D-11
D-12
D-13
D-14
D-15
D-16
D-17
D-18
LEMBAR ASISTENSI

Diperiksa Keterangan Tanda tangan


NO Tanggal
1. Sabtu, 19 September 2020 Cek setiap bab.
Referensi disusun berurutan
sesuai pemakaian pada tugas
tambahan dan pembahasan.
2. Minggu, 20 September 2020 Prakata, bab 3, bab 4.
3. Minggu, 20 September 2020 Referensi, bab 3, bab 4,
referensi toling lampirkan
yang jelas dan terbaca.
4. Minggu, 20 September 2020 Bab 3, referensi yang tidak
dipakai tak usah dilampirkan,
beri tanggal di lempeng dan
lapsem.
5. Senin, 21 September 2020 Bab 4
6. Senin, 21 September 2020 ACC P0
7. Selasa, 22 September 2020 P0 Dosen
8. Rabu, 23 September 2020 ACC Dosen
3.

Anda mungkin juga menyukai