Anda di halaman 1dari 28

P6

LEMBAR PENGESAHAN
LABORATORIUM PROSES KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Materi : Elektroplating
Kelompok : 2 – Senin
Anggota : Denny Unisaputra Wiranto NIM. 21030117130086
Muhammad Fahri Pratomo NIM. 21030117140007
Tsania Rona Salsabila NIM. 21030117130104

Semarang, Mei 2019


Mengetahui
Asistan Pembimbing

Bayu Aji Pratama


NIM. 21030115130136

i
P6

RINGKASAN

Limbah industri pelapisan logam yang mengandung ion-ion logam berat


tersebut jika langsung dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu
akan menimbulkan dampak negatif terhadap komponen-komponen lingkungan,
sehingga akan menurunkan kualitas lingkungan. Tujuan dari praktikum ini adalah
mengkaji mekanisme reaksi reduksi pelapisan logam. Selain itu mengkaji
kecepatan reaksi pelapisan logam-logam.
Reaksi elektrolisis, dimana perubahan non-spontan terjadi dengan
mengalirkan arus listrik melalui sistem kimia, adalah termasuk elektrokimia.
Reaksi spontan reduksi-oksidasi (reaksi redoks) yang dapat manghasilkan listrik
juga termasuk elektrokimia. Perubahan yang terjadi dalam suatu sistem kimia
karena reaksi elektrolisis dan reaksi redoks dibahas dalam reaksi elektrokimia.
Jumlah perubahan kimia sebanding dengan jumlah mol elektron yang digunakan
pada reaksi oksidasi-reduksi.
Percobaan yang akan dilakukan langkahnya adalah Mencari waktu kontak
optimum, Mencari kuat arus optimum dan mencari konsentrasi optimum. Dengan
bahan yang berupa larutan CuSO4.5H2O, Aquadest dan alat yang berupa
ampremeter, voltmeter, bak elektrolisis dan lainnya.
Hasil percobaan yang didapati adalah semakin lama waktu elektrolisis,
berat Zn yang dihasilkan semakin besar. Semakin besar kuat arus yang digunakan
maka semakin besar pula katoda Zn yang didapat. Kenaikan konsentrasi larutan
elektrolis memperbesar tembaga yang melapisi Zn dan meningkatkan konstanta
laju reaksi.
Saran untuk percobaan kali ini, bisa digunakan katoda maupun anoda lain
dalam proses electroplating. Perhatikan proses pengeringan demi massa
pertambahan yang ditimbang sesuai. Dapat digunakan larutan elektrolit lainnya
dalam praktikum selanjutnya.

ii
P6

PRAKATA

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikan Laporan Praktikum Proses Kimia ini
dengan judul “Elektroplating”. Laporan Praktikum Proses Kimia ini merupakan
salah satu mata kuliah yang wajib diambil oleh semua mahasiswa. Dalam
penyusunan Laporan Praktikum Proses Kimia ini diharapkan mahasiswa mampu
melaksanakan tahapan-tahapan praktikum dengan proposal yang telah dibuat dan
disetujui.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Bapak Dr. Siswo Sumardiono, S.T., M.T. selaku Ketua Departemen
Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
3. Asisten Laboratorium Proses Kimia Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
4. Teman-teman dan pihak-pihak yang telah banyak membantu atas
terselesaikannya laporan praktikum ini.
Disadari adanya keterbatasan di dalam penyusunan laporan praktikum ini,
diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dalam laporan ini.
Diharapkan laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Semarang, Maret 2019


Penyusun

iii
P6

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i


RINGKASAN ........................................................................................................ ii
PRAKATA ............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Percobaan ............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Percobaan ........................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia ............................................................................. 3
2.2 Aspek Kuantitatif Reaksi Elektrokimia atau Elektrolisis ..................................... 6
2.3 Kinetika Reaksi Elektrokimia atau Elektrolisis ....................................................... 7
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ....................................................... 10
3.1 Rancangan Percobaan .................................................................................................. 10
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan .............................................................................. 10
3.3 Prosedur Percobaan ...................................................................................................... 11
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ................................. 13
4.1 Pengaruh Waktu Kontak terhadap Kinerja Reaksi Elektroplating.................. 13
4.2. Pengaruh Arus Listrik terhadap Kinerja Reaksi Elektroplating ...................... 14
4.3 Pengaruh Konsentrasi CuSO4.5H2O terhadap Kinerja Reaksi
Elektroplating .................................................................................................................. 16
4.4 Pengaruh Konsentrasi CuSO4.5H2O terhadap Harga Konstanta Laju
Reaksi ................................................................................................................................ 18
BAB V PENUTRUP ........................................................................................... 21
5.1. Kesimpulan ..................................................................................................................... 21
5.2. Saran ................................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22

iv
P6

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema Rancangan Percobaan............................................................ 10


Gambar 4.1. Hubungan antara waktu dan massa Zn setiap variabel .................... 15
Gambar 4.2 grafik hubungan konsentrasi CuSO4.5H2O terhadap kinerja reaksi
elektroplating ...................................................................................... 17
Gambar 4.3 grafik hubungan konsentrasi CuSO4.5H2O terhadap harga konstanta
laju reaksi elektroplating .................................................................... 19

v
P6

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Pengaruh Waktu Kontak terhadap Kinerja Reaksi Elektroplating....... 13


Tabel 4.2. Pengaruh Arus Listrik terhadap Kinerja Reaksi Elektroplating........... 14
Tabel 4.3. Pengaruh Konsentrasi CuSO4.5H2O terhadap Kinerja Reaksi
Elektroplating ....................................................................................... 16
Tabel 4.4. Pengaruh Konsentrasi CuSO4.5H2O terhadap Harga Konstanta Laju
Reaksi ................................................................................................... 18

vi
P6

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan pelapisan logam akan menghasilkan limbah yang berbahaya dan
dapat menjadi permasalahan yang kompleks bagi lingkungan sekitarnya.
Limbah industri pelapisan logam yang tidak dikelola dengan baik dan benar
dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Air limbah industri pelapisan
logam umumnya banyak mengandung logam-logam berat, diantaranya adalah
logam krom (Cr), tembaga (Cu), nikel (Ni). Limbah cair yang mengandung
logam-logam berat di atas dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan.
Elektrodeposit logam-logam pelapis seperti krom (Cr), tembaga (Cu), nikel
(Ni), dan lain-lain banyak digunakan di industri dalam hal perbaikan kinerja.
Pelapisan logam-logam di atas adalah biasa dilakukan dalam bak
electroplating. Demikian juga dengan proses pengambilan kembali logam-
logam di atas dari sisa-sisa buangan larutan dari bak electroplating perlu
dilakukan agar mengurangi efek buruk terhadap lingkungan.
Limbah industri pelapisan logam yang mengandung ion-ion logam berat
tersebut jika langsung dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu
akan menimbulkan dampak negatif terhadap komponen-komponen
lingkungan, sehingga akan menurunkan kualitas lingkungan. Menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun disebutkan bahwa limbah logam
berat yang dibuang ke lingkungan tidak boleh melebihi batas ambang yang
ditetapkan.
Dalam pengolahan limbah, pengendapan merupakan salah satu metode
pengolahan limbah yang banyak digunakan untuk memisahkan logam berat
dari limbah cair tersebut. Namun, banyak kendala dalam pengolahan limbah
tersebut bahwa kadang-kadang logam-logam berat tersebut sulit diendapkan.
Oleh karena itu, agar pengendapan dapat mencapai efisiensi yang tingg, logam-
logam berat tersebut harus direduksi terlebih dahulu.
Penelitian mengenai reduksi limbah-limbah logam berat dari industri
pelapisan logam dan proses pengendapannya melalui proses elektrolisis perlu
dikenalkan kepada mahasiswa Jurusan Teknik Kimia. Terlebih lagi kajian
kinetika dari proses reduksi dan pengendapan logam-logam berat tersebut, agar
dapat diketahui kinerja reaksinya dan dapat diketahui pula cara-cara
meningkatkan kinerja prosesnya.

1
P6

Kecepatan reaksi dari proses reduksi dan pengendapan secara elektrolisis


tergantung pada pH larutan elektrolitnya, yaitu makin tinggi pH kecepatan
reaksi akan turun. Agar reduksi dan pengendapan berjalan sempurna
diperlukan konsentrasi larutan reduktor berlebih.

1.2 Rumusan Masalah


Kegiatan pelapisan logam akan menghasilkan limbah yang berbahaya dan
masalah yang kompleks bagi lingkungan sekitar. Limbah industri umunya
mengandung logam – logam berat seperti krom (Cr), tembaga (Cu), serta nikel
(Ni). Pengolahan limbah sangatlah penting untuk dipelajari, sebagai Sarjana
Teknik Kimia diharapkan mampu mengkaji proses reduksi dan pengendapan
logam – logam berat, mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan pengendapan
logam – logam berat, serta mengkaji kinetika reaksi reduksi dan pengendapan
logam – logam berat dalam larutan secara elektrokimia.

1.3 Tujuan Percobaan


1. Mengkaji proses dan mekanisme reduksi dan pengendapan logam-logam
berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis.
2. Mengkaji kinetika reaksi reduksi dan pengendapan logam-logam berat
dalam larutan secara elektrokimia.

1.4 Manfaat Percobaan


1. Membekali mahasiswa dalam hal mengkaji proses dan mekanisme reduksi
dan pengendapan logam-logam berat yang terkandung dalam larutan secara
elektrokimia atau elektrolisis.
2. Membekali mahasiswa dalam hal mengkaji kinetika reaksi reduksi dan
pengendapan logam-logam berat dalam larutan secara elektrokimia.

2
P6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia


Studi hubungan antara reaksi kimia dan aliran listrik disebut elektrokimia.
Reaksi elektrolisis, dimana perubahan non-spontan terjadi dengan mengalirkan
arus listrik melalui sistem kimia, adalah termasuk elektrokimia. Reaksi spontan
reduksi-oksidasi (reaksi redoks) yang dapat manghasilkan listrik juga termasuk
elektrokimia. Perubahan yang terjadi dalam suatu sistem kimia karena reaksi
elektrolisis dan reaksi redoks dibahas dalam reaksi elektrokimia.
Reaksi elektrokimia sangat penting dalam mempelajari ilmu kimia dan
juga aktivitas sehari-hari. Melalui reaksi elektrokimia dapat diperoleh
informasi mengenai perubahan energi reaksi kimia sehingga membantu
menganalisa sistemsistem kimia. Pengaruh reaksi elektrokimia pada
masyarakat modern hampir ditemukan dimana-mana. Industri kimia Al, Cl2
dan NaOH serta industri elektroplating adalah contoh penerapan reaksi
elektrokimia elektrolisis. Dan semua sumber energi listrik kecil (baterai)
diperoleh dari reaksi elektrokimia reduksi-oksidasi.
Sebelum mengerti sistem elektrokimia perlu mengetahui bagaimana
terjadinya hantaran listrik. Proses hantaran listrik berbeda antara logam dan
sistem kimia. Logam adalah konduktor yang mampu menggerakkan muatan
listriknya (elektron) berpindah dari satu tempat ke tempat lain jika suatu
elektron ditambahkan atau dikurangi di salah satu ujungnya. Hantaran listrik
karena perpindahan (transport) elektron disebut hantaran logam. Leburan
senyawa ion dan larutan yang disebut elektrolit juga dapat menghantarkan
listrik, walaupun di dalam sistem ini tidak terdapat elektron bebas yang mudah
bergerak. Dengan demikian timbul pertanyaan, bagaimana sistem ini dapat
menghasilkan hantaran listrik? Jawabannya dapat diperoleh dengan menguji
apa yang terjadi pada larutan dan elektroda dalam susunan alat elektrolisis.
Bila ada aliran listrik dari baterai (sumber arus DC) maka akan terjadi: (1).
Elektroda (-) mendapat muatan listrik e (-); (2). Karena kelebihan muatan
listrik e (-) maka elektroda (-) menarik ion muatan berbeda dalam larutan, ion
(+); (3). Pada saat yang sama elektroda (+) kekurangan elektron sehingga
menarik ion muatan berbeda dalam larutan yaitu ion (-); (4). Karena adanya
hantaran listrik maka terjadi reaksi kimia (reaksi redoks) pada elektroda; (5).
Pada elektroda (+), ion (-) disekitarnya melepaskan e- sehingga terjadi
oksidasi. Setiap terjadi oksidasi maka ion (-) ini diganti oleh ion (-) lain

3
P6

disekitarnya sehingga terjadi aliran ion-ion (-) dari larutan ke elektroda (+); (6).
Elektron-elektron yang dilepaskan dari ion-ion (-) mengalir ke sumber arus DC
kemudian diteruskan ke elektroda dimana terdapat ion-ion (+) yang kemudian
mengalami reduksi; (7). Akibat reduksi ini, ion (+) lain yang terdapat
disekitarnya menggantikannya sehingga terjadi aliran ion (+) dari larutan ke
elektroda (+). Jadi, jika terjadi reaksi redoks maka elektron bergerak melalui
kabel circuit (arus DC) dan ion bergerak di dalam cairan. Aliran ion dalam
cairan disebut hantaran elektrolit. Pada hantaran elektrolit, terjadinya migrasi
ion terutama karena perbedaan jumlah antara ion (+) dan ion (-) dalam
kumpulan ion (+) atau (-) sehingga tidak stabil, sehingga dalam cairan ada
kecenderungan untuk mempertahankan muatan listrik yang netral dan ini
dilakukan dengan aliran ion.
Reaksi kimia yang terjadi pada elektroda selama ada hantaran elektrolitik
disebut reaksi elektrolisis. Tempat terjadinya reaksi elektrolisis disebut sel
elektrolisis atau sel elektrolitik. Sebagai contoh pada elektrolisis larutan
CuSO4.
Reaksi – reaksi yang mungkin terjadi pada anoda adalah:

2SO42- (aq) → S2O82- (aq) + 2e

2H2O(l) → O2 (g) + 4H+ + 4e


Reaksi pada katoda:
Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
2H2O(1) + 2e → H2 (g) + 2OH- (aq)
Dari hasil percobaan diperoleh gelembung gas O2 pada anoda dan
pelapisan logam Cu pada katoda. Jadi pada elektrolisis larutan CuSO4 terjadi
reaksi-reaksi:

2H2O(l) → O2 (g) + 4H+ + 4e (Anoda)


Cu2+(aq) + 2e → Cu(s) (Katoda)

2H2O(l) + 2Cu2+ aq) → O2 (g) + 4H+ + 2Cu(s) (Reaksi sel)

Berdasarkan hasil-hasil reaksi yang diperoleh, maka dapat disimpulkan


bahwa pada elektrolisis CuSO4, Cu2+ lebih mudah tereduksi daripada H2O dan
H2O lebih mudah teroksidasi daripada SO42-.
Salah satu penggunaan elektrolisis adalah refining (memurnikan) atau
pemurnian logam Cu. Setelah dipisahkan dari bijihnya, kemurnian logam Cu
99% dengan pengotor utama Fe, Zn, Ag, Au dan Pb. Pada preses refining, Cu

4
P6

yang belum murni digunakan sebagai anoda pada sel elektrolitik CuSO4.
Katoda terbuat dari Cu kemurnian tinggi. Proses elektrolisis dilakukan dengan
pengaturan tegangan dimana hanya Cu dan logam yang lebih aktif, seperti Fe
dan Zn yang teroksidasi. Logam Ag, Au dan Pt tidak larut tetapi jatuh dan
mengendap pada dasar sel elektrolisis. Pada katoda hanya Cu2+ yang tereduksi
sehingga terbentuk deposit Cu. Hasil keseluruhan dari preses sel elektrolisis
ini adalah :
1. Cu dipindahkan dari anoda ke katoda.

2. Pengotor Fe dan Zn tetap dalam larutan sebagai Fe2+ dan Zn2+.


3. Logam lain seperti Ag, Au, dan Pt mengendap di dasar sel.
Bila Ag, Au, dan Pt diambil kemudian dijual maka nilainya dapat
membayar biaya listrik yang diperlukan selama elektrolisis. Logam Cu yang
diperoleh dengan proses ini mempunyai kemurnian 99,96 %.
Jika pada pembuatan Cu murni, katoda diganti dangan Fe, maka akan
tetap terbentuk endapan Cu pada katoda Fe. Proses pelapisan katoda dangan
logam lain dengan elektrolisis disebut elektroplating. Proses ini banyak
digunakan secara komersial seperti pada pelapisan bemper mobil dengan Cr
dengan tujuan: (a) mencegah korosi, dan (b) agar penampilan lebih menarik.
Reaksi redoks adalah gabungan reaksi kimia yang terjadi pada sel
elektrokimia. Reaksi oksidasi adalah suatu perubahan kimia dimana suatu zat
melepas elektron. Pada sel elektrokimia oksidasi terjadi di anoda. Reaksi
reduksi adalah suatu perubahan kimia dimana suatu zat menangkap elektron.
Pada sel elektrokimia reduksi terjadi di katoda. Pada reaksi redoks, zat yang
mengoksidasi disebut oksidator, sedangkan zat yang mereduksi zat lain
disebut reduktor. Suatu reaksi reduksi dapat menimbulkan potensial listrik
tertentu, yang disebut potensial elektroda (E) dan semakin mudah suatu unsur
mengalami reduksi, maka makin besar potensial elektrodanya. Harga
potensial elektroda yang sebenarnya dalam suatu reaksi reduksi tidak dapat
dihitung, sebab tidak ada reaksi reduksi yang berlangsung tanpa diikuti rekasi
oksidasi. Oleh karena itu harga potensial elektroda yang dipakai adalah harga
potensial standar. Itulah sebabnya harga potensial elektroda lebih tepat
disebut potensial reduksi standar atau potensial elektroda standar (E0).
Elektroda yang dipakai sebagai standar dalam menentukan harga potensial
elektroda adalah elektroda hidrogen. Cara memperoleh dengan mengalirkan
gas hidrogen murni pada elektroda platina (Pt) yang bersentuhan dengan

asam (ion H+), sehingga terjadi keseimbangan sebagai berikut:

5
P6

H2 → 2H+ + 2e

Harga potensial elektroda dari reaksi ini ditetapkan 0 volt. Kemudian harga
potensial elektroda standar dari semua reaksi reduksi adalah harga yang
dibandingkan terhadap potensial elektroda standar hidrogen.
Berdasarkan harga E0 maka dapat disusun suatu deret unsur mulai dari
unsur dengan harga E0 terkecil sampai terbesar yang disebut “deret volta”,
yaitu :
K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-H-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Sifat - sifat dari deret volta ini adalah :
1. Logam yang terletak di sebelah kanan H memiliki harga E0 positif
sedangkan di sebelah kiri H mempunyai harga E0 negatif.
2. Makin ke kanan letak suatu logam pada deret volta, maka harga E0 logam
makin besar. Hal ini berarti bahwa logam – logam di sebelah kanan H
mudah mengalami reduksi atau sulit teroksidasi. Logam ini disebut
logam pasif atau logam mulia.
3. Makin ke kiri, harga E0 dari logam semakin kecil yang berarti logam
tersebut sulit tereduksi dan mudah teroksidasi. Logam ini disebut logam
aktif.

2.2 Aspek Kuantitatif Reaksi Elektrokimia atau Elektrolisis


Michael Faraday telah menjelaskan adanya hubungan kuantitatif antara
jumlah perubahan kimia yang terjadi pada reaksi elektrokimia dengan jumlah
arus. Jumlah perubahan kimia sebanding dengan jumlah mol elektron yang
digunakan pada reaksi oksidasi-reduksi. Contoh reaksi pada katoda, Ag+(aq) +
e → Ag(s), bila katoda mensuplai 1 mol elektron maka dihasilkan 1 mol
endapan Ag. Pada sistem SI, 1 mol e setara dengan 96.494 Coulomb (C) dan
biasanya digunakan, 1 mol e setara dengan 96.500 C. Coloumb adalah jumlah
muatan listrik yang melawati satu titik circuit listrik bila arus 1 Ampere (A)
mengalir selama 1 detik (S).
Jadi: 1 C = 1 A. 1 S
Dengan mengukur kuat arus (I) dan lamanya arus (t) dapat ditentukan
jumlah muatan Coulomb (Q), dan dari jumlah muatan Coulomb dapat
ditentukan jumlah mol elektron, sehingga memperoleh jumlah mol zatnya.
Dalam Hukum elektrolisis, Michael Faraday menemukan :
1. Jumlah bahan yang terdekomposisi saat elektrolisa berbanding lurus
dengan kuat arus (I) dan waktu (t) dalam laruran elektrolit.

6
P6

2. Jumlah perubahan kimia oleh satuan arus listrik sebanding dengan


banyaknya arus yang mengalir (I).
Pernyataan tersebut dirumuskan sebagai :
e. I. t
W=
96500
Dengan W : massa endapan pelapis (g); I: kuat arus (A), t: waktu (detik); e:
berat ekivalen kimia (massa atom dibagi dengan valensinya). Dari rumus
tersebut, volume endapan diperoleh dengan perhitungan :
Volume (cm3) = massa endapan (g) / densitas (g/cm3) = W/𝜌
Dengan ρ : kerapatan logam pelapis (g/cm3) dan W: massa endapan (g).
Sehingga untuk mendapatkan nilai ketebalan:
Ketebalan (cm) = Volume (cm3) / luas permukaan (cm2)
Hukum Faraday dapat menjelaskan pengaruh penambahan waktu pada
proses elektroplating. Semakin lama waktu yang digunakan, maka lapisan
logam yang dihasilkan juga semakin besar. Ketebalan lapisan logam juga
dipengaruhi oleh berat equivalen kimia sebuah unsur kimia yang digunakan
sebagai anoda. Dalam persamaan juga dapat diketahui bahwa semakin besar
jumlah deposit lapisan logam (jumlah berat edapan) maka semakin besar pula
ketebalan dari lapisan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa waktu yang
digunakan pada proses pelapisan dan variasi anoda mempengaruhi jumlah
deposit lapisan dan juga ketebalan lapisan yang terbentuk.

2.3 Kinetika Reaksi Elektrokimia atau Elektrolisis


Kinetika reaksi mempelajari laju reaksi kimia secara kuantitatif dan
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi tersebut. Laju reaksi
kimia adalah jumlah mol reaktan per satuan volume yang bereaksi dalam
satuan waktu tertentu. Bila dibuat sebuah kurva penurunan konsentrasi reaktan
sebagai
fungsi waktu, maka akan diperoleh kurva bahwa slope kurvanya pada
setiap titik selalu negatif, karena konsentrasi reaktan selalu menurun. Jadi laju
reaksi pada setiap titik sepanjang kurva = - dC/dt. Tetapi apabila laju reaksi
dituliskan sebagai laju pembentukan produk, maka laju reaksi akan bernilai
positif. Jika konsentrasi produk setelah reaksi berlangsung t detik adalah x mol
dm-3, maka laju reaksinya + dx/dt. Laju reaksi pada setiap waktu sebanding
dengan konsentrasi (C) yang tersisa pada setiap waktu. Secara matematik dapat
dituliskan – dC/dt = k.C, dan dC/dt = sering kali disebut sebagai differential
rate expression dan k = konstanta laju reaksi.

7
P6

Bentuk persamaan laju reaksi yang lebih umum adalah : Laju = k[A]x
[B]y[C]z dan seterusnya dan orde reaksi keseluruhan merupakan jumlah semua
pangkat yang terdapat dalam persamaan laju reaksi, orde reaksi total : x + y +
z + .... dan seterusnya.
Laju reaksi = perubahan konsentrasi / waktu yang diperlukan untuk
perubahan ∆t atau Laju reaksi = ± ∆X/∆t.
Tanda negatif digunakan jika X adalah pereaksi dan tanda positif
digunakan jika X adalah produk reaksi. Laju keseluruhan dari suatu reaksi
kimia pada umumnya bertambah jika konsentrasi salah satu pereaksi
dinaikkan. Hubungan laju reaksi dan konsentrasi dapat diperoleh dari data
eksperimen. Untuk reaksi, A + B → produk, dapat diperoleh bahwa laju reaksi
dapat berbanding lurus dengan [A]x dan [B]y .
Atau ditulis dengan : Laju reaksi = k[A]x[B]y
disebut hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi, dengan k adalah
tetapan laju reaksi, x dan y merupakan bilangan bulat yang menyatakan orde
ke x terhadap A dan orde ke y terhadap B, sedangkan (x + y) adalah orde reaksi
keseluruhan. Hukum laju diperoleh secara eksperimen dan tidak bergantung
pada persamaan stoikiometri. Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi
dalam bentuk diferensial. Secara teoritis orde reaksi merupakan bilangan bulat
kecil, namun
dalam beberapa hal pecahan atau nol. Pada umumnya orde reaksi terhadap
suatu zat tertentu tidak sama dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri
reaksi. Reaksi Orde Nol Suatu reaksi disebut orde ke nol terhadap suatu
pereaksi jika laju reaksi tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi tersebut.
Jika [A] adalah konsentrasi dan [A]0 adalah konsentrasi pada saat t = 0, maka:
-d[A]/dt = k, dan hasil integral [A]0 − [A] = k.t
Suatu reaksi orde satu dapat dinyatakan dengan:
-d[A]/dt = k[A]
Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi pereaksi
terhadap waktu:
ln([A]0/[A]) = k.t
Suatu reaksi orde dua dapat dinyatakan dengan:
- d[A]/dt = k[A]2
Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi pereaksi
terhadap waktu:
1/[A] - 1/[A]0= k.t
Suatu reaski orde dua dapat dinyatakan dengan:

8
P6

-d[A]/dt = k[A]3
Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi pereaksi
terhadap waktu:
(1/[A])2– (1/[A]0)2 = k.t

9
P6

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Rancangan Percobaan


3.1.1 Skema Rancangan Percobaan

Larutan Limbah

Dicampur dengan
variabel C = 20 g/L
dan A = 0,12 A Larutan dimasukkan

Hitung efisiensi Waktu kontak optimum


penurunan kadar

I1 = 0,02 A Larutan dimasukkan


I2 = 0,06 A
I3 = 0,12 A

C1 = 5,3 g/l
Hasil dianalisa C2 = 9,5 g/l
C3 = 13,5 g/l

Kuat arus optimum


Waktu kontak dan kuat
arus optimum
Gambar 3.1 Skema Rancangan Percobaan
3.1.2 Skema Rancangan Percobaan

Variabel Tetap Hasil dianalisa dan


hitung efisiensi
- Basis : 500 ml
penurunan kadar Cu
- Interval Waktu : 5 menit

Variabel Berubah
- Arus : 0,02 A, 0,06 A, 0,12 A Konsentrasi optimum
- Konsentrasi : 5,3 g/l, 9,5 g/l, 13,5 g/l

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1 Bahan
1. CuSO4.5H2O (41,75 gram)
2. Aquadest (3500 ml)
3.2.2 Alat
1. Ampermeter
2. Voltmeter
3. Bak Elektroplating
4. Seng
5. Tembaga
6. Penjepit buaya

10
P6

Gambar Alat Utama

Gambar 3.2 Rangkaian alat proses elektroplating atau elektrolisis


(1) Bak Elektroplating
(2) Larutan Elektroplating
(3) Amperemeter
(4) Voltmeter
(5) Anoda
(6) Katoda
(7) Sumber arus AC
3.3 Prosedur Percobaan
1. Mencari Waktu Kontak Optimum
Larutan limbah atau larutan sintetis yang ada pada bak elektroplating
diambil setiap 5 menit selama 20 menit. Disini variabel lain yang dipakai
yaitu kuat arus pada 0,12 A konsentrasi 13,5 g/l. Sampel yang diperoleh
dianalisa dan dihitung efisiensi penurunan kadar tembaga, sampel yang
menghasilkan efisiensi yang paling tinggi merupakan waktu kontak yang
optimum. Untuk proses selanjutnya waktu kontak ini yang digunakan.
2. Mencari Kuat Arus Optimum
Larutan dimasukkan ke dalam saluran input dengan konsentrasi yang
tetap dan pada waktu kontak optimum, tetapi kuat arus yang digunakan
berbeda yaitu masing-masing 0,02 A; 0,06 A; 0,12 A. Hasil Elektroplating
dianalisa, sampel yang menghasilkan efesiensi yang paling tinggi
merupakan kuat arus yang optimum dan digunakan pada proses selanjutnya.
3. Mencari Konsentrasi Optimum
Larutan yang dimasukkan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 5,3
g/l, 9,5 g/l dan 13,5 g/l, tetapi waktu kontak dan kuat arus yang digunakan
yang pada kondisi optimum. Hasil ketiga sampel dianalisa dan dihitung

11
P6

efisiensi penurunan kadar tembaga, sampel yang menghasilkan efesiensi


yang paling tinggi merupakan konsentrasi optimum.
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 = 𝑊𝑛 − 𝑊0
𝐵. 𝑖. 𝑡
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 =
𝐸. 96500
Dimana : I = arus (ampere) ; B = berat atom Cu; t = waktu (detik); E = valensi C

12
P6

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Waktu Kontak terhadap Kinerja Reaksi Elektroplating


Dari percobaan elektroplating yang telah dilakukan, didapatkan tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.1. Pengaruh Waktu Kontak terhadap Kinerja Reaksi Elektroplating
t WZn WCu ∆WZn ∆WCu
efisiensi
(menit) (gr) (gr) (gr) (gr)
0 4,945 7,982 0 0 0%
5 4,949 7,973 0,004 0,009 33,78 %
10 4,954 7,970 0,009 0,012 37,99 %
15 4,960 7,963 0,015 0,019 42,22 %
20 4,966 7,940 0,021 0,042 44,32 %

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa saat konsentrasi CuSO4


sebesar 13,5 gr/L dengan kuat arus sebesar 0,12 A pada menit ke-0 tidak ada
penambahan berat pada Zn. Pada menit ke-5 terdapat penambahan berat
sebesar 0,004 gr, pada menit ke-10 terdapat penambahan berat sebesar 0,009
gr, pada menit ke-15 terdapat penambahan berat sebesar 0,015, dan pada menit
ke-20 terdapat penambahan berat sebesar 0,021 gr. Sehingga, semakin lama
waktu kontak, maka penambahan berat pada Zn akan semakin besar, dan
didapat pada menit ke-20 penambahannya paling besar. Selain itu, berat Cu
mengalami penurunan selama proses elektroplating, dimana pada menit ke-0
beratnya 7,982 gr, sementara pada menit ke-20 beratnya 7,940 gr.
Menurut Hukum Faraday, bahwa massa zat yang dihasilkan selama
proses elektrolisis, berbanding lurus terhadap waktu elektrolisis. Hal ini sesuai
dengan persamaan yang dikemukakan oleh Faraday :
𝑒. 𝐼. 𝑡
𝑊 =
96500
Dimana : W = berat logam yang diendapkan (gr)
e = berat ekivalen
I = kuat arus (Ampere)
t = waktu (detik)
(Rasyad dan Budiarto, 2011)
Fenomena yang terjadi pada percobaan adalah semakin lama waktu
kontak, semakin besar massa katoda. Hal ini dikarenakan pada anoda, atom Cu

13
P6

akan dioksidasi menjadi Cu2+, hal ini yang akan menyebabkan berat anoda
menjadi berkurang. Cu2+ ini larut dalam larutan, lalu akan direduksi menjadi
Cu kembali dan menempel pada katoda Zn dan mengakibatkan peningkatan
berat katoda Zn.
Sehingga semakin lama waktu elektrolisis, berat Zn yang dihasilkan
semakin besar pula. Hasil percobaan yang dilakukan telah sesuai dengan teori
yang ada.

4.2. Pengaruh Arus Listrik terhadap Kinerja Reaksi Elektroplating


Dari percobaan reaksi elektroplating yang telah dilakukan, didapatkan
tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2. Pengaruh Arus Listrik terhadap Kinerja Reaksi Elektroplating

t WZn WCu ∆WZn ∆WCu


Variabel efisiensi
(menit) (gr) (gr) (gr) (gr)

0 4,945 7,940 0 0 0%
5 4,946 7,938 0,001 0,002 50,761 %
1
10 4,948 7,934 0,003 0,006 75,949 %
(0,02 A)
15 4,950 7,928 0,005 0,012 84,359 %
20 4,952 7,921 0,007 0,019 88,720 %
0 6,440 7,921 0 0 0%
5 6,444 7,915 0,004 0,006 67,567 %
2
10 6,449 7,902 0,009 0,019 76,0135 %
(0,06 A)
15 6,456 7,885 0,016 0,036 90,090 %
20 6,462 7,844 0,022 0,077 92,866 %
0 5,620 7,844 0 0 0%
5 5,629 7,820 0,009 0,024 76,013 %
3
10 5,639 7,742 0,019 0,102 80,203 %
(0,12 A)
15 5,6253 7,685 0,033 0,159 92,879 %
20 5,665 7,593 0,045 0,251 94,977 %

14
P6

0.05
0.045

∆wZn (gram)
0.04
0.035
0.03
0.025 Variabel 1 (0,02 A)
0.02 Variabel 2 (0,06 A)
0.015
Variabel 3 (0,12 A)
0.01
0.005
0
0 5 10 15 20 25
t (menit)

Gambar 4.1. Hubungan antara waktu dan massa Zn setiap variabel


Dari data di atas, saat konsentrasi CuSO4 sebesar 13,5 g/l dengan kuat
arus 0,02 A dan waktu optimumnya pada menit ke-20 (Variabel 1) dihasilkan
efisiensi sebesar 88,720 %, pada saat konsentrasi CuSO4 sebesar 13,5 g/l
dengan kuat arus 0,06 A dan waktu optimumnya pada menit ke-20 (Variabel
2) dihasilkan efisiensi sebesar 92,866 %, dan saat konsentrasi CuSO4 sebesar
13,5 g/l dengan kuat arus 0,12 A dan waktu optimumnya pada menit ke-20
(Variabel 3) dihasilkan efisiensi sebesar 94,977 %. Sehingga semakin besar
kuat arus, maka berat Zn yang dihasilkan akan semakin besar pula.
Menurut Hukum Faraday, bahwa massa zat yang dihasilkan selama
proses elektrolisis, berbanding lurus terhadap kuat arus yang digunakan pada
proses elektrolisis. Hal ini sesuai dengan persamaan yang dikemukakan oleh
Faraday :
𝑒. 𝐼. 𝑡
𝑊 =
96500
Dimana : W = berat logam yang diendapkan (gr)
e = berat ekivalen
I = kuat arus (Ampere)
t = waktu (detik)
(Rasyad dan Budiarto, 2011)
Jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit, akan terjadi aliran
ion-ion dalam larutan. Ion positif bermigrasi ke arah elektroda negatif (katoda)
dan ion negatif bermigrasi ke arah elektroda positif (anoda) bersamaan dengan
ini terjadi proses pemindahan muatan pada kedua elektroda (elektrolisa).
Migrasi dari ion-ion tersebut menimbulkan reaksi reduksi (yang dilakukan
katoda/benda kerja) dan reaksi oksidasi (yang dilakukan anoda). Dan semakin
besar kuat arus yang digunakan, maka berat katoda yang didapat semakin

15
P6

besar, karena proses pengendapan Cu ke katoda Zn berlangsung lebih cepat


(Rasyad dan Budiarto, 2011).
Hasil yang didapat setelah melakukan percobaan telah sesuai dengan
teori yang ada, yaitu semakin besar kuat arus yang digunakan, semakin besar
pula berat katoda Zn yang didapat.

4.3 Pengaruh Konsentrasi CuSO4.5H2O terhadap Kinerja Reaksi


Elektroplating

Dari percobaan elektroplating yang telah dilakukan, didapatkan data


hubungan konsentrasi CuSO4.5H2O terhadap kinerja reaksi elektroplating
sebagai berikut :
Tabel 4.3. Pengaruh Konsentrasi CuSO4.5H2O terhadap Kinerja Reaksi
Elektroplating

t WZn WCu ∆WZn ∆WCu


Variabel efisiensi
(menit) (gr) (gr) (gr) (gr)

0 4,980 7,593 0 0 0%
5 4,984 7,590 0,004 0,003 33,783 %
1
10 4,991 7,573 0,011 0,020 46,433 %
(5,3 g/l)
15 5,000 7,541 0,020 0,052 56,290 %
20 5,012 7,515 0,032 0,078 67,539 %
0 4,987 7,515 0 0 0%
5 4,995 7,502 0,008 0,013 67,567 %
2
10 5,006 7,473 0,019 0,042 80,203 %
(9,5 g/l)
15 5,019 7,440 0,032 0,075 90,574 %
20 5,031 7,381 0,044 0,134 92,866 %
0 4,974 7,381 0 0 0%
5 4,984 7,375 0,010 0,006 84,459 %
3
10 4,995 7,320 0,021 0,061 88,645 %
(13,5 g/l)
15 5,008 7,263 0,034 0,118 96,235 %
20 5,020 7,177 0,046 0,204 97,087 %

16
P6

0.05
0.045
0.04
0.035
ΔWzn (gram) 0.03
0.025 5,3 g/l
0.02 9,5 g/l
0.015 13,5 g/l
0.01
0.005
0
0 5 10 15 20 25
t (menit)

Gambar 4.2 grafik hubungan konsentrasi CuSO4.5H2O terhadap kinerja reaksi


elektroplating
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa seiring dengan lamanya proses
elektroplating maka semakin berat tembaga yang ada pada katoda. Pada
konsentrasi CuSO4.5H2O sebesar 5,3 g/l dengan kuat arus 0,12A didapatkan
beda berat Zn selama proses dengan berat awal. Saat waktu 5 menit beda berat
sebesar 0,004 gram, pada waktu 10 menit sebesar 0,011 gram, waktu 15 menit
beda berat sebesar 0,020 gram, pada waktu 20 menit sebesar 0,032 gram.
Sedangkan saat konsentrasi CuSO4.5H2O sebesar 9,5 g/l dengan kuat arus
0,12A beda berat pada waktu 5 menit adalah 0,008 gram, saat 10 menit 0,019
gram, saat 15 menit 0,032 gram, saat 20 menit 0,044 gram. Serta saat
konsentrasi CuSO4.5H2O sebesar 13,5 g/l dengan kuat arus 0,12A beda berat
pada waktu 5 menit adalah 0,010 gram, saat 10 menit 0,021 gram, saat 15 menit
0,034 gram, saat 20 menit 0,046 gram.
Pada anoda dan katoda terjadi perbedaan potensial setelah dialiri listrik,
yang menyebabkan tembaga terurai di dalam elektrolit yang juga mengandung
ion-ion tembaga. Melalui larutan elektrolit, ion-ion tembaga (Cu2+) akan
terbawa kemudian mengendap pada permukaan katoda dan berubah menjadi
atom-atom tembaga. Di sini terjadi reaksi reduksi ion tembaga menjadi logam
tembaga sebagai berikut :
CuSO4 ⇌ Cu++ + SO42-
H2O ⇌ H+ + OH-
Cu++ + 2e ⇌ Cu
Kemampuan atau aktivitas dari ion-ion logam ditentukan oleh konsentrasi
unsur-unsur lain yang ada di dalam larutan. Bila konsentrasi logamnya tidak
mencukupi untuk diendapkan akan terjadi endapan/lapisan yang terbakar pada
rapat arus yang relatif rendah. Bila konsentrasi logamnnya tinggi dan

17
P6

mencukupi untuk diendapkan maka lapisan yang terlapisi semakin tebal


(Sutomo, 2007). Sehingga semakin tinggi konsentrasi larutan elekrolit
(CuSO4.5H2O) akan memperbanyak tembaga yang melapisi Zn.
Berdasarkan teori yang ada, maka hasil percobaan yang dilakukan telah
sesuai yaitu kenaikan konsentrasi larutan elekrolit (CuSO4.5H2O)
memperbesar tembaga yang melapisi Zn sehingga Zn bertambah berat. Hal ini
dibuktikan dengan semakin besarnya beda berat Zn selama proses dengan Zn
saat awal.
4.4 Pengaruh Konsentrasi CuSO4.5H2O terhadap Harga Konstanta Laju
Reaksi
Dari percobaan elektroplating yang telah dilakukan, didapatkan grafik
hubungan konsentrasi CuSO4.5H2O terhadap harga konstanta laju reaksi
elektroplating sebagai berikut :
Tabel 4.4. Pengaruh Konsentrasi CuSO4.5H2O terhadap Harga Konstanta
Laju Reaksi

t WZn 𝑊𝑍𝑛
Variabel ln k
(menit) (gr) 𝑊𝑍𝑛0

0 4,980 0 3,203 x 10-4


5 4,984 0,000803 3,203 x 10-4
1
10 4,991 0,002206 3,203 x 10-4
(5,3 g/l)
15 5,000 0,004008 3,203 x 10-4
20 5,012 0,006405 3,203 x 10-4
0 4,987 0 4,4722 x 10-4
5 4,995 0,001603 4,4722 x 10-4
2
10 5,006 0,003803 4,4722 x 10-4
(9,5 g/l)
15 5,019 0,006396 4,4722 x 10-4
20 5,031 0,008784 4,4722 x 10-4
0 4,974 0 4,6412 x 10-4
5 4,984 0,002008 4,6412 x 10-4
3
10 4,995 0,004213 4,6412 x 10-4
(13,5 g/l)
15 5,008 0,006812 4,6412 x 10-4
20 5,020 0,009201 4,6412 x 10-4

18
P6

0.01
0.009 y = 0,00046x
0.008 y = 0,00044x
R² = 0,9966
0.007 R² = 0,989

ln Wzn/Wzn0
0.006
0.005
0.004 y = 0,00032x
0.003 R² = 0,9485
0.002
0.001
0
0 5 10 15 20 25
t (menit)

5,3 g/L 9,5 g/L 13,5 g/L


Linear (5,3 g/L) Linear (9,5 g/L) Linear (13,5 g/L)

Gambar 4.3 grafik hubungan konsentrasi CuSO4.5H2O terhadap harga konstanta


laju reaksi elektroplating
Dari gambar 4.3, dapat dilihat bahwa seiring dengan lamanya proses
elektroplating maka konstanta laju reaksi juga meningkat. Pada konsentrasi
CuSO4.5H2O sebesar 5,3 g/l dengan kuat arus 0,12A didapatkan nilai konstanta
laju reaksi sebesar 3,203 x 10-4. Sedangkan saat konsentrasi CuSO4.5H2O
sebesar 9,5 g/l dengan kuat arus 0,12A, konstanta laju reaksinya sebesar 4,4722
x 10-4. Serta saat konsentrasi CuSO4.5H2O sebesar 13,5 g/l dengan kuat arus
0,12A, nilai konstanta laju reaksinya yaitu 4,6412 x 10-4.
Menurut Hulupi & Ngatin (2010) mengatakan bahwa peningkatan
konsentrasi tembaga akan menaikkan laju pelapisan seng. Hal tersebut
disebabkan konsentrasi tembaga dalam larutan elektrolit semakin meningkat
berarti jumlah ion tembaga semakin banyak, sehingga gerakan ion-ion semakin
rapat, maka gerakan ion menuju katoda semakin cepat. Menurut Sugiyarta
dkk., (2014) mengatakan bahwa ketika konsentrasi meningkat maka jumlah ion
Cu yang tersedia dalam larutan elektrolit akan semakin banyak, sehingga
kesempatan Cu untuk menempel pada plat Zn menjadi lebih tinggi. Pada proses
elektroplating larutan elektrolit CuSO4 akan terurai menjadi ion Cu2+ dan
Sulfat. Pada katoda plat Zn mengalami kelebihan muatan negatif atau elektron
akibat adanya arus listrik searah dengan tegangan konstan sehingga ion Cu2+
akan menempel pada permukaan plat Zn dengan perantara larutan elektrolit
sehingga plat Zn akan terlapisi oleh Cu, pada konsentrasi Cu yang tinggi, akan
menyebabkan plat Zn terlapisi dengan cepat akibat jumlah ion Cu yang tinggi.
Hal lain juga dapat dibuktikan dari rumus berikut.
𝑑𝐶𝑎
𝑟𝐴 = = 𝑘. 𝐶𝑎
𝑑𝑡

19
P6

𝑑𝐶𝑎
∫ = ∫ 𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝑎
𝐶𝑎
ln = 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎𝑜
dimana Ca dapat dicari dengan rumus:
𝑚𝑜𝑙 𝑊 1000
𝐶= = 𝑥
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑀 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
sehingga persamaan ditulis menjadi seperti berikut
𝑊
𝑙𝑛 = 𝑘. 𝑡
𝑊𝑜
Dari persamaan diatas, dapat dilihat bahwa konsentrasi yang ditinjau dari
berat berbanding lurus dengan konstanta laju reaksi.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi CuSO4.5H2O maka Cu yang terdapat pada larutan elektrolit
semakin banyak, sehingga akan meningkatkan konstanta laju reaksi elektrolisis
dalam proses elektroplating.

20
P6

BAB V
PENUTRUP

5.1. Kesimpulan
1. Semakin lama waktu elektrolisis, berat Zn yang dihasilkan semakin besar.
Semakin besar kuat arus yang digunakan, semakin besar pula berat katoda
Zn yang didapat.
2. Kenaikan konsentrasi CuSO4.5H2O memperbesar tembaga yang melapisi Zn
serta semakin tinggi konsentrasi CuSO4.5H2O maka Cu yang terdapat pada
larutan elektrolis semakin banyak, sehingga akan meningkatkan konstanta
laju reaksi
5.2. Saran
1. Digunakan anoda dan katoda yang berbeda untuk praktikum selanjutnya
2. Pastikan proses pengeringan anoda atau katoda ketika ingin ditimbang
setelah proses elektrolisis agar berat yang ditimbang tidak berlebih
3. Digunakan larutan elektrolit yang berbeda pada praktikum selanjutnya.

21
P6

DAFTAR PUSTAKA

Fogler, H.S. 2006. Elements of Chemical Reaction Engineering. 4th Edition.


Prentice Hall PTR.
Imamah, Aisiyah Noor., 2013. Efek Variasi Bahan Elektroda Serta Variasi Jarak
Antar Elektroda Terhadap Kelistrikan yang Dihasilkan Oleh Limbah Buah
Jeruk. Jember : Universitas Jember
Indarti, Retno. 2010. Uji Kinetika Pengurangan Kadar Nikel dari Buangan
Elektroplating NIkel dengan metode Elektrolisis.
Martin S. Silberberg. 2006. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and
Change, 4th Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc., ISBN 0-07-111658-3
Mordechay Schlesinger, Milan Paunovic (Editors). 2010. Modern Electroplating,
5th Edition. John Wiley & Sons, Inc. Etching on the Metal di akses dari:
http://platingcom.blogspot.co.id/2010/07/etching-on-metal.html
Rasyad Abdul dan Budiarto., 2011. Pengaruh Waktu Elektroplating dan
Powerdercoating NiCr terhadap Sifat Mekanis Struktur Mikro Pada Baja
Karbon SPCC-SD. Tanggerang : PT. Utama Raya Motor Industri.
Sutomo, dkk., 2014. Pengaruh Arus dan Waktu Pada Pelapisan Nikel dengan
Elektroplating Untuk Bentuk Plat. Semarang : Universitas Diponegoro.

22

Anda mungkin juga menyukai