LEMBAR PENGESAHAN
LABORATORIUM PROSES KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Materi : Elektroplating
Kelompok : 2 – Senin
Anggota : Denny Unisaputra Wiranto NIM. 21030117130086
Muhammad Fahri Pratomo NIM. 21030117140007
Tsania Rona Salsabila NIM. 21030117130104
i
P6
RINGKASAN
ii
P6
PRAKATA
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikan Laporan Praktikum Proses Kimia ini
dengan judul “Elektroplating”. Laporan Praktikum Proses Kimia ini merupakan
salah satu mata kuliah yang wajib diambil oleh semua mahasiswa. Dalam
penyusunan Laporan Praktikum Proses Kimia ini diharapkan mahasiswa mampu
melaksanakan tahapan-tahapan praktikum dengan proposal yang telah dibuat dan
disetujui.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Bapak Dr. Siswo Sumardiono, S.T., M.T. selaku Ketua Departemen
Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
3. Asisten Laboratorium Proses Kimia Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
4. Teman-teman dan pihak-pihak yang telah banyak membantu atas
terselesaikannya laporan praktikum ini.
Disadari adanya keterbatasan di dalam penyusunan laporan praktikum ini,
diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dalam laporan ini.
Diharapkan laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.
iii
P6
DAFTAR ISI
iv
P6
DAFTAR GAMBAR
v
P6
DAFTAR TABEL
vi
P6
BAB I
PENDAHULUAN
1
P6
2
P6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
P6
disekitarnya sehingga terjadi aliran ion-ion (-) dari larutan ke elektroda (+); (6).
Elektron-elektron yang dilepaskan dari ion-ion (-) mengalir ke sumber arus DC
kemudian diteruskan ke elektroda dimana terdapat ion-ion (+) yang kemudian
mengalami reduksi; (7). Akibat reduksi ini, ion (+) lain yang terdapat
disekitarnya menggantikannya sehingga terjadi aliran ion (+) dari larutan ke
elektroda (+). Jadi, jika terjadi reaksi redoks maka elektron bergerak melalui
kabel circuit (arus DC) dan ion bergerak di dalam cairan. Aliran ion dalam
cairan disebut hantaran elektrolit. Pada hantaran elektrolit, terjadinya migrasi
ion terutama karena perbedaan jumlah antara ion (+) dan ion (-) dalam
kumpulan ion (+) atau (-) sehingga tidak stabil, sehingga dalam cairan ada
kecenderungan untuk mempertahankan muatan listrik yang netral dan ini
dilakukan dengan aliran ion.
Reaksi kimia yang terjadi pada elektroda selama ada hantaran elektrolitik
disebut reaksi elektrolisis. Tempat terjadinya reaksi elektrolisis disebut sel
elektrolisis atau sel elektrolitik. Sebagai contoh pada elektrolisis larutan
CuSO4.
Reaksi – reaksi yang mungkin terjadi pada anoda adalah:
4
P6
yang belum murni digunakan sebagai anoda pada sel elektrolitik CuSO4.
Katoda terbuat dari Cu kemurnian tinggi. Proses elektrolisis dilakukan dengan
pengaturan tegangan dimana hanya Cu dan logam yang lebih aktif, seperti Fe
dan Zn yang teroksidasi. Logam Ag, Au dan Pt tidak larut tetapi jatuh dan
mengendap pada dasar sel elektrolisis. Pada katoda hanya Cu2+ yang tereduksi
sehingga terbentuk deposit Cu. Hasil keseluruhan dari preses sel elektrolisis
ini adalah :
1. Cu dipindahkan dari anoda ke katoda.
5
P6
H2 → 2H+ + 2e
Harga potensial elektroda dari reaksi ini ditetapkan 0 volt. Kemudian harga
potensial elektroda standar dari semua reaksi reduksi adalah harga yang
dibandingkan terhadap potensial elektroda standar hidrogen.
Berdasarkan harga E0 maka dapat disusun suatu deret unsur mulai dari
unsur dengan harga E0 terkecil sampai terbesar yang disebut “deret volta”,
yaitu :
K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-H-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Sifat - sifat dari deret volta ini adalah :
1. Logam yang terletak di sebelah kanan H memiliki harga E0 positif
sedangkan di sebelah kiri H mempunyai harga E0 negatif.
2. Makin ke kanan letak suatu logam pada deret volta, maka harga E0 logam
makin besar. Hal ini berarti bahwa logam – logam di sebelah kanan H
mudah mengalami reduksi atau sulit teroksidasi. Logam ini disebut
logam pasif atau logam mulia.
3. Makin ke kiri, harga E0 dari logam semakin kecil yang berarti logam
tersebut sulit tereduksi dan mudah teroksidasi. Logam ini disebut logam
aktif.
6
P6
7
P6
Bentuk persamaan laju reaksi yang lebih umum adalah : Laju = k[A]x
[B]y[C]z dan seterusnya dan orde reaksi keseluruhan merupakan jumlah semua
pangkat yang terdapat dalam persamaan laju reaksi, orde reaksi total : x + y +
z + .... dan seterusnya.
Laju reaksi = perubahan konsentrasi / waktu yang diperlukan untuk
perubahan ∆t atau Laju reaksi = ± ∆X/∆t.
Tanda negatif digunakan jika X adalah pereaksi dan tanda positif
digunakan jika X adalah produk reaksi. Laju keseluruhan dari suatu reaksi
kimia pada umumnya bertambah jika konsentrasi salah satu pereaksi
dinaikkan. Hubungan laju reaksi dan konsentrasi dapat diperoleh dari data
eksperimen. Untuk reaksi, A + B → produk, dapat diperoleh bahwa laju reaksi
dapat berbanding lurus dengan [A]x dan [B]y .
Atau ditulis dengan : Laju reaksi = k[A]x[B]y
disebut hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi, dengan k adalah
tetapan laju reaksi, x dan y merupakan bilangan bulat yang menyatakan orde
ke x terhadap A dan orde ke y terhadap B, sedangkan (x + y) adalah orde reaksi
keseluruhan. Hukum laju diperoleh secara eksperimen dan tidak bergantung
pada persamaan stoikiometri. Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi
dalam bentuk diferensial. Secara teoritis orde reaksi merupakan bilangan bulat
kecil, namun
dalam beberapa hal pecahan atau nol. Pada umumnya orde reaksi terhadap
suatu zat tertentu tidak sama dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri
reaksi. Reaksi Orde Nol Suatu reaksi disebut orde ke nol terhadap suatu
pereaksi jika laju reaksi tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi tersebut.
Jika [A] adalah konsentrasi dan [A]0 adalah konsentrasi pada saat t = 0, maka:
-d[A]/dt = k, dan hasil integral [A]0 − [A] = k.t
Suatu reaksi orde satu dapat dinyatakan dengan:
-d[A]/dt = k[A]
Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi pereaksi
terhadap waktu:
ln([A]0/[A]) = k.t
Suatu reaksi orde dua dapat dinyatakan dengan:
- d[A]/dt = k[A]2
Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi pereaksi
terhadap waktu:
1/[A] - 1/[A]0= k.t
Suatu reaski orde dua dapat dinyatakan dengan:
8
P6
-d[A]/dt = k[A]3
Hasil integral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi pereaksi
terhadap waktu:
(1/[A])2– (1/[A]0)2 = k.t
9
P6
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Larutan Limbah
Dicampur dengan
variabel C = 20 g/L
dan A = 0,12 A Larutan dimasukkan
C1 = 5,3 g/l
Hasil dianalisa C2 = 9,5 g/l
C3 = 13,5 g/l
Variabel Berubah
- Arus : 0,02 A, 0,06 A, 0,12 A Konsentrasi optimum
- Konsentrasi : 5,3 g/l, 9,5 g/l, 13,5 g/l
10
P6
11
P6
12
P6
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
13
P6
akan dioksidasi menjadi Cu2+, hal ini yang akan menyebabkan berat anoda
menjadi berkurang. Cu2+ ini larut dalam larutan, lalu akan direduksi menjadi
Cu kembali dan menempel pada katoda Zn dan mengakibatkan peningkatan
berat katoda Zn.
Sehingga semakin lama waktu elektrolisis, berat Zn yang dihasilkan
semakin besar pula. Hasil percobaan yang dilakukan telah sesuai dengan teori
yang ada.
0 4,945 7,940 0 0 0%
5 4,946 7,938 0,001 0,002 50,761 %
1
10 4,948 7,934 0,003 0,006 75,949 %
(0,02 A)
15 4,950 7,928 0,005 0,012 84,359 %
20 4,952 7,921 0,007 0,019 88,720 %
0 6,440 7,921 0 0 0%
5 6,444 7,915 0,004 0,006 67,567 %
2
10 6,449 7,902 0,009 0,019 76,0135 %
(0,06 A)
15 6,456 7,885 0,016 0,036 90,090 %
20 6,462 7,844 0,022 0,077 92,866 %
0 5,620 7,844 0 0 0%
5 5,629 7,820 0,009 0,024 76,013 %
3
10 5,639 7,742 0,019 0,102 80,203 %
(0,12 A)
15 5,6253 7,685 0,033 0,159 92,879 %
20 5,665 7,593 0,045 0,251 94,977 %
14
P6
0.05
0.045
∆wZn (gram)
0.04
0.035
0.03
0.025 Variabel 1 (0,02 A)
0.02 Variabel 2 (0,06 A)
0.015
Variabel 3 (0,12 A)
0.01
0.005
0
0 5 10 15 20 25
t (menit)
15
P6
0 4,980 7,593 0 0 0%
5 4,984 7,590 0,004 0,003 33,783 %
1
10 4,991 7,573 0,011 0,020 46,433 %
(5,3 g/l)
15 5,000 7,541 0,020 0,052 56,290 %
20 5,012 7,515 0,032 0,078 67,539 %
0 4,987 7,515 0 0 0%
5 4,995 7,502 0,008 0,013 67,567 %
2
10 5,006 7,473 0,019 0,042 80,203 %
(9,5 g/l)
15 5,019 7,440 0,032 0,075 90,574 %
20 5,031 7,381 0,044 0,134 92,866 %
0 4,974 7,381 0 0 0%
5 4,984 7,375 0,010 0,006 84,459 %
3
10 4,995 7,320 0,021 0,061 88,645 %
(13,5 g/l)
15 5,008 7,263 0,034 0,118 96,235 %
20 5,020 7,177 0,046 0,204 97,087 %
16
P6
0.05
0.045
0.04
0.035
ΔWzn (gram) 0.03
0.025 5,3 g/l
0.02 9,5 g/l
0.015 13,5 g/l
0.01
0.005
0
0 5 10 15 20 25
t (menit)
17
P6
t WZn 𝑊𝑍𝑛
Variabel ln k
(menit) (gr) 𝑊𝑍𝑛0
18
P6
0.01
0.009 y = 0,00046x
0.008 y = 0,00044x
R² = 0,9966
0.007 R² = 0,989
ln Wzn/Wzn0
0.006
0.005
0.004 y = 0,00032x
0.003 R² = 0,9485
0.002
0.001
0
0 5 10 15 20 25
t (menit)
19
P6
𝑑𝐶𝑎
∫ = ∫ 𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝑎
𝐶𝑎
ln = 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎𝑜
dimana Ca dapat dicari dengan rumus:
𝑚𝑜𝑙 𝑊 1000
𝐶= = 𝑥
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑀 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
sehingga persamaan ditulis menjadi seperti berikut
𝑊
𝑙𝑛 = 𝑘. 𝑡
𝑊𝑜
Dari persamaan diatas, dapat dilihat bahwa konsentrasi yang ditinjau dari
berat berbanding lurus dengan konstanta laju reaksi.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi CuSO4.5H2O maka Cu yang terdapat pada larutan elektrolit
semakin banyak, sehingga akan meningkatkan konstanta laju reaksi elektrolisis
dalam proses elektroplating.
20
P6
BAB V
PENUTRUP
5.1. Kesimpulan
1. Semakin lama waktu elektrolisis, berat Zn yang dihasilkan semakin besar.
Semakin besar kuat arus yang digunakan, semakin besar pula berat katoda
Zn yang didapat.
2. Kenaikan konsentrasi CuSO4.5H2O memperbesar tembaga yang melapisi Zn
serta semakin tinggi konsentrasi CuSO4.5H2O maka Cu yang terdapat pada
larutan elektrolis semakin banyak, sehingga akan meningkatkan konstanta
laju reaksi
5.2. Saran
1. Digunakan anoda dan katoda yang berbeda untuk praktikum selanjutnya
2. Pastikan proses pengeringan anoda atau katoda ketika ingin ditimbang
setelah proses elektrolisis agar berat yang ditimbang tidak berlebih
3. Digunakan larutan elektrolit yang berbeda pada praktikum selanjutnya.
21
P6
DAFTAR PUSTAKA
22