Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Konsentrasi Katalis dan Reusability Katalis pada Sintesis Triasetin (Lucky Wahyu Nuzulia S dkk)

PENGARUH KONSENTRASI KATALIS DAN REUSABILITY KATALIS


PADA SINTESIS TRIASETIN DENGAN KATALISATOR LEWATIT

Lucky Wahyu Nuzulia Setyaningsih1, Umi Mei Rizkiyaningrum2, Risky Andi3

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia1,2,3)


Jl Kaliurang Km. 14,5 Sleman, Yogyakarta 55584
E-mail : lucky.nuzulia@uii.ac.id1

ABSTRACT

Triacetin is a product from reaction between glycerol and acetic acid on acid catalyst. The use of
solid catalysts such as ion exchange Lewatit is an alternative method to ease product separation.
Synthesize of triacetin was conducted in a batch reactor with stirring speed of 175 rpm, at
temperarture of 100oC and the reactant ratio of 6 mole acetic acid / glycerol. The effect of
concentration catalyst and reusability of catalyst were investigated. The highest conversion obtained
for 84,84 % in catalyst concentration 5% to weight of glycerol. The result showed that comparison of
catalyst concentration give real effect to the conversion of glycerol into triacetin, while the reusability
catalyst does not give a significant effect on glycerol conversion be triacetin.

Keywords : Glycerol, Lewatit, Triacetin, Bio - Additive Fuel.

1. PENDAHULUAN reversible. Tanpa keberadaan asam kuat,


Gliserol merupakan hasil samping dari reaksi esterifikasi akan berjalan sangat
proses pembuatan biodiesel melalui reaksi lambat, tetapi akan mencapai kesetimbangan
transesterifikasi trigliserida dalam minyak dalam waktu singkat ketika asam kuat dan
nabati. Gliserol yang dihasilkan sekitar 10% alkohol berada dalam sistem reaksi bersama
(berat) dari produksi biodiesel (Knothe, dkk, (Fessenden & Fessenden, 1982).
2005). Semakin meningkatnya produksi
biodiesel akan diikuti dengan peningkatan 1.1. Faktor - faktor yang Mempengaruhi
jumlah gliserol sebagai hasil samping reaksi Reaksi Esterifikasi.
transesterifikasi, oleh sebab itu gliserol perlu  Suhu Reaksi
diolah menjadi produk turunannya untuk Esterifikasi adalah reaksi reversible
meningkatkan nilai ekonominya. Salah satu (dapat balik), sehingga suhu akan
produk turunan gliserol adalah triasetin, berpengaruh terhadap konstanta
triasetin dapat dimanfaatkan sebagai bahan kesetimbangan kimia.
aroma makanan, pelarut pada parfum,  Waktu Reaksi
plastisizer untuk resin, dan dapat juga Waktu reaksi berpengaruh dalam reaksi
digunakan sebagai zat aditif dalam bahan esterifikasi. Dalam industri, waktu reaksi
bakar cair untuk mengurangi knocking pada diinginkan sependek mungkin dengan
mesin (Nuryoto, dkk., 2010). Penggunaan yield produk yang tinggi guna
triasetin sebagai zat aditif dinilai sangat mengurangi biaya operasi.
menjanjikan karena triasetin berasal dari  Perbandingan Pereaksi
bahan baku yang terbarukan dan ramah Naiknya perbandingan mol reakstan
lingkungan. akan mempercepat laju reaksi, sehingga
Triasetin dapat dihasilkan melalui proses konversi reaktan membentuk produk
esterifikasi gliserol, dimana gliserol akan semakin besar.
direaksikan dengan asam organik maupun  Pengadukan
asam anorganik untuk membentuk gliserol Pengadukan bertujuan untuk
ester (Abdurrakhman, 2013). Reaksi memperbesar peluang tumbukan antar
esterifikasi dapat dilangsungkan dengan
bantuan katalis asam dan reaksinya bersifat

56
Teknoin Vol. 23 No. 1 Maret 2017 : 56-62

molekul-molekul pereaksi, hal ini akan 1.3. Katalis Lewatit


mempercepat terjadinya reaksi. Katalis lewatit yang digunakan pada
 Katalisator penelitian ini merupakan katalis padat yang
Keberadaan katalis dalam suatu reaksi termasuk ke dalam jenis resin penukar ion
akan meningkatkan laju reaksi. dengan kekuatan asam sangat kuat. Katalis
Meskipun katalis berpengaruh terhadap ini berbentuk butiran yang dapat digunakan
kecepatan reaksi, namun katalis tidak sebagai katalisator asam heterogen dalam
ikut bereaksi dan tidak mengalami berbagai reaksi organik. Resin kation
perubahan secara kimiawi pada akhir menyediakan acid site yang dibutuhkan
reaksi. Selain itu, katalisator juga sebagai katalisator dalam sintesis gliserol
berfungsi untuk menurunkan energi asetat. Penggunaan resin kation sebagai
aktivasi. Jika jumlah katalisator katalisator memiliki kelebihan yaitu
dinaikkan, maka energi aktivasi akan selektivitas reaksinya tinggi, permukaan
turun, sehingga laju reaksi akan bersifat asam, proses pemisahannya mudah
meningkat. karena tidak larut dalam larutan reaksi dan
mudah diregenerasi sehingga dapat
1.2. Katalisator digunakan berulang kali. Meskipun
Berdasarkan fasenya, katalisator dapat demikian, katalis ini juga memiliki
dibagi menjadi dua jenis yaitu katalisator kelemahan, yaitu air dapat masuk ke dalam
homogen dan katalisator heterogen. katalis sehingga akan menggangu proses
Katalisator homogen memiliki fase yang protonasi asam karboksilat (asam lemak).
sama dengan bahan pereaksinya, sedangkan Katalis Lewatit memiliki suhu operasi
katalisator heterogen memiliki fase yang maksimum 120oC, jika katalis digunakan
berbeda dengan fase pereaksinya. Katalisator pada suhu diatas suhu operasinya, maka
heterogen memiliki kelebihan pada proses katalis akan mengalami deaktivasi, sehingga
pemisahan dan recycle yang lebih mudah dan pada penelitian ini suhu operasi reaksi
murah daripada katalisator homogen. dijalankan pada 100oC.
Beberapa jenis katalis yang dapat
digunakan dalam reaksi esterifikasi antara 1.4. Sintesis Triasetin
lain, katalis asam cair, katalis asam padat, Penggunaan katalis jenis resin ion
katalis enzim dan katalis ion exchange resin. exchanger pada reaksi sintesis triasetin
Penggunaan asam sebagai katalis harus melalui reaksi esterifikasi antara gliserol dan
diimbangi dengan penggunaan reaktan yang asam asetat juga dilakukan oleh beberapa
berlebih, karena berdasarkan prinsip Le- peneliti. Nuryoto (2011) mereaksikan 1 gmol
Chatelier, penambahan reaktan akan gliserol dengan 7 gmol asam asetat untuk
menggeser reaksi ke arah produk. menghasilkan triasetin, penelitian dilakukan
Pada penggunaan enzim sebagai katalis, dalam reaktor batch dengan kecepatan
kerja enzim adalah untuk mengkatalis proses pengadukan 1000 rpm, suhu reaksi 100oC,
hidrolisis dari lemak dan minyak, sehingga katalisator yang digunakan adalah Indion 225
peran enzim dalam reaksi esterifikasi adalah Na dengan ukuran diameter katalis 0,085 cm,
pada metabolisme lemak. Salah satu enzim konsentrasi katalisator yang didapatkan pada
yang sering digunakan dalam reaksi penelitian ini untuk menghasilkan konversi
esterifikasi adalah lipase, yang memiliki optimum sebesar 41,7% pada waktu 90
kemampuan untuk mengarahkan menit adalah 3% berat asam asetat.
pembentukan senyawa tertentu. Gelosa dkk. (2003) melakukan penelitian
Pada penggunaan katalis asam padat, dengan menggunakan katalis Amberlyst-15
katalis harus memiliki sifat hidrofobik, sebesar 15 massa resin / massa gliserol,
sehingga air yang terbentuk dalam reaksi didapatkan konversi tertinggi diperoleh pada
esterifikasi tidak ikut masuk ke dalam katalis. suhu 373 K, perbandingan pereaksi 3,9 gmol

57
Pengaruh Konsentrasi Katalis dan Reusability Katalis pada Sintesis Triasetin (Lucky Wahyu Nuzulia S dkk)

asam asetat / gmol gliserol yaitu sebesar g/mL. Asam asetat (CH3COOH) dengan
50%. kemurnian 99,8% dengan rapat massa 1,05
Pada penelitian ini akan dilakukan g/mL. Katalisator Lewatit dengan densitas
proses sintesis triasetin melalui reaksi 1,28 g/mL yang memiliki gugus fungsi asam
esterifikasi dengan bahan baku gliserol dan sulfonic dan nilai kapasitas penukar kation
asam asetat menggunakan katalis lewatit. (KPK) sebesar 1,8636 mek/g.
Penggunaan katalis lewatit dimaksudkan
untuk mempermudah proses pemisahan hasil 2.2. Metode Penelitian
reaksi (Choi dkk., 1996). Selain itu, 2.2.1. Preparasi Katalis
pemanfaatan katalis lewatit yang merupakan Katalis lewatit diaktivasi dengan
resin penukar ion diharapkan mampu menggunakan larutan HCl 1 N sebanyak
memberi bahan alternatif pendukung 200% dari volum katalis. Campuran katalis
pengembangan produk turunan gliserol. diaduk menggunakan magnetic stirer selama
Pengaruh konsentrasi katalis pada reaksi 30 menit, kemudin dibilas dengan aquadest
sintesis triasetin akan dianalisa dengan hingga pH netral.
melakukan percobaan dengan variasi
konsentrasi katalis 2%, 3% dan 5% berat 2.2.2. Sintesis Triasetin
gliserol. Untuk mempelajari stabilitas katalis Alat dirangkai seperti pada Gambar 1.
lewatit, katalis yang telah digunakan akan Gliserol dengan volume tertentu serta katalis
digunakan kembali pada reaksi selanjutnya. lewatit dipanaskan di dalam labu leher tiga,
Pemakaian berulang dilakukan sebanyak 2 sedangkan asam asetat dipanaskan di tempat
kali dan 3 kali pemakaian. terpisah. Setelah suhu kedua reaktan
mencapai suhu reaksi, asam asetat
2. BAHAN DAN METODE dimasukkan dalam labu leher tiga yang berisi
PENELITIAN gliserol dan katalis. Selama reaksi
2.1. Bahan berlangsung dilakukan pengadukan dengan
Bahan yang digunakan dalam penelitian kecepatan 175 rpm dan suhu dijaga konstan
ini adalah gliserol (C3H5(OH)3) dengan sesuai suhu reaksi.
kemurnian 99% dan massa jenis 1,2483

Keterangan :
1. Pemanas Mantel.
2. Labu Leher Tiga.
3. Pengaduk Merkuri.
4. Thermometer.
5. Statif dan Klem.
6. Pendingin Balik.
7. Motor Pengaduk.

Gambar 1. Rangkaian Alat.

58
Teknoin Vol. 23 No. 1 Maret 2017 : 56-62

Tabel 1. Konversi Gliserol pada berbagai Persen Berat Katalis


Waktu Konversi Gliserol (%)
(menit) Katalis 2% Katalis 3% Katalis 5% Katalis 7%
0 0 0 0 0
15 74,40 74,69 83,7 82,78
30 76,31 78,78 84,84 81,11
45 75,55 78,8 81,39 82,95
60 77,69 77,95 83,97 83,35
75 77,12 79,24 83,17 83,78
90 73,65 81,35 83,15 83,21
Keterangan, t = 0 adalah sesaat setelah katalis ditambahkan.

Gambar 2. Hubungan antara Konversi Gliserol dan Waktu pada Berbagai


Persen Berat Katalis.

2.2.3. Variabel Penelitian Data ini selanjutnya digunakan untuk


Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi nilai konversi sebagai fungsi
memvariasikan persen berat katalis (2%, 3%, waktu. Kadar gliserol dapat dihitung dengan
5% dan 7% berat gliserol), suhu reaksi rumus sebagai berikut :
100oC, rasio mol reaktan gliserol dan asam
asetat 1 : 6 serta kecepatan pengadukan 175
rpm. Katalis yang telah digunakan, akan ...........(1)
digunakan kembali sebanyak 2 kali dan 3 kali
pemakaian untuk menganalisa stabilitas Dengan :
katalis. Sampel diambil setiap 15 menit dan B = Volume titrasi Na2S2O3 untuk larutan
reaksi dijalankan selama 90 menit. blangko (ml).
S = Volume titrasi Na2S2O3 untuk larutan
2.2.4. Analisis Hasil sampel (ml).
Data yang diperoleh dari penelitian N = Normalitas larutan Na2S2O3.
berupa kadar gliserol bebas pada setiap = Densitas aquadest (g/mL).
interval waktu 15 menit yang diperoleh pada = Berat sampel awal (g).
tiap - tiap kondisi proses. = Berat sampel pengenceran (g).

59
Pengaruh Konsentrasi Katalis dan Reusability Katalis pada Sintesis Triasetin (Lucky Wahyu Nuzulia S dkk)

Tabel 2. Perbandingan Hasil Penelitian Sintesis Triasetin pada Berat Katalis Optimumnya
Menggunakan Katalis Resin
Peneliti Katalis Berat Katalis Konversi
Penelitian ini Lewatit 5% 84,84%

Nuryoto (2011) Indion 225 Na 3% 41,7%

Gelosa, dkk. (2003) Amberlyst-15 15% 50%

Luque dkk. (2008) Starbon-400-SO3H 0,2 gram 99%

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari percobaan yang dilakukan,


3.1. Pengaruh Konsentrasi Katalis konversi tertinggi diperoleh pada persen
Nilai konversi yang didapat dari setiap berat katalis 5% dengan konversi sebesar
percobaan akan dibandingkan untuk 84,84%, sedangkan konversi terendah
mengetahui pengaruh kenaikan berat katalis diperoleh pada persen berat katalis 2%
terhadap konversi gliserol. Hubungan antara dengan konversi sebesar 73,65%. Fenomena
konversi dan waktu pada berbagai persen lain yang terlihat dari Gambar 1 adalah
berat katalis disajikan pada Tabel 1 dan kenaikan konversi gliserol sebagai fungsi
Gambar 2. waktu cukup landai dan fluktuatif. Hal ini
Dari tabel 1 dan gambar 1 terlihat bahwa disebabkan karena jumlah situs aktif yang
nilai konversi gliserol menjadi triasetin tersedia pada katalis hampir mendekati
melalui reaksi esterifikasi semakin jumlah maksimum yang dibutuhkan oleh
meningkat dengan meningkatnya konsentrasi reaktan.
katalis atau persen berat katalis yang Hal serupa juga ditunjukkan pada
digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Yadav (2012)
Rastegari (2015) menunjukkan hal yang dimana pada persen berat katalis 5% terlihat
serupa, dimana dengan meningkatnya bahwa konversi tidak mengalami
konsentrasi katalis, maka konversi peningkatan dibanding dengan penggunaan
cenderung meningkat. katalis 3% berat. Hal ini mungkin
Kecenderungan yang teramati dari disebabkan karena pada berat katalis 5%
Gambar 1 adalah pada peningkatan berat tidak terjadi pencampuran yang sempurna
katalisator dari 2% hingga 5% terjadi yang disebabkan karena kerapatan padatan
kenaikan konversi yang cukup signifikan. katalis di dalam larutan cukup besar
Sedangkan pada peningkatan berat sehingga mengurangi bidang kontak antara
katalisator dari 5% ke 7% kenaikan konversi katalis dan reaktan.
tidak terlalu signifikan, meskipun grafik Selain itu, dengan tingginya konsentrasi
yang dihasilkan mengalami fluktuasi namun padatan dalam larutan memungkinkan
secara umum dapat disimpulkan bahwa tidak terjadinya dead zone di dalam reaktor.
ada perbedaan signifikan antara berat Jagadeeswariah (2010) menyatakan bahwa
katalisator 5% dan 7%. Dengan demikian dengan sedikit jumlah katalis yang
dapat diambil kesimpulan bahwa berat mencukupi digunakan maka konversi
katalisator 5% merupakan berat katalis maksimum dapat tercapai. Berbeda dengan
optimum. selektivitas yang tidak terlalu terpengaruh
oleh perubahan berat katalis yang digunakan.
Hasil penelitian ini dapat dibandingkan
dengan penelitian terdahulu seperti yang
terlihat pada tabel 2 diatas.

60
Teknoin Vol. 23 No. 1 Maret 2017 : 56-62

Tabel 3. Konversi Gliserol pada Beberapa Kali Penggunaan Katalis


Pemakaian Konversi Gliserol (%)
1 kali 73,65
2 kali 73,07
3 kali 74,05

Gambar 3. Konversi Gliserol pada Beberapa Kali Penggunaan Katalis.

3.2. Reusability Katalis Hal serupa juga ditemukan pada


Untuk mempelajari stabilitas katalis dan penelitian yang dilakukan oleh Zhu, dkk.
pengaruh penggunaan berulang katalis, (2013). Hasil yang didapat menunjukkan
katalis Lewatit akan digunakan sampai tiga bahwa reaktivitas katalis HSiW / ZrO2
kali pemakaian, dengan beberapa variable cenderung konstan hingga empat kali
dijaga konstan, yaitu suhu operasi 100oC, pemakaian. Menurut Shanhui, stabilitas
rasio mol reaktan gliserol/asam asetat 1:6, penggunaan berulang HSiW / ZrO2
waktu reaksi 90 menit dan berat katalis 2%. disebabkan karena stabilitas hidrolitiknya
Setelah digunakan untuk reaksi, katalis pada kondisi asam yang cukup tinggi. Selain
hanya dicuci dengan menggunakan aquades itu stabilitas katalis juga didukung oleh
suhu ruang tanpa melalui perlakuan apapun. tingginya jumlah situs asam yang terdapat di
Data konversi gliserol pada menit ke 90 pada dalam katalis, sehingga akan mencegah
beberapa kali penggunaan katalis dapat terjadinya pelepasan komponen aktif selama
dilihat pada tabel 3 dan gambar 3. penggunaan berulang.
Dari tabel 3 dan gambar 3 terlihat bahwa Gao (2015) melaporkan hal serupa,
reaktivitas atau kemampuan katalistor dimana katalis Graphene Oxide (GO) yang
lewatit dalam mengkatalis reaksi sintesis telah di-recovery dapat digunakan secara
triasetin cenderung konstan meski telah berulang hingga empat kali pemakaian tanpa
digunakan sampai tiga kali pemakaian. Dari terjadi penurunan aktivitas katalis dan hasil
pemakaian pertama ke pemakaian kedua, FTIR menunjukkan bahwa struktur katalis
terjadi sedikit penurunan nilai konversi tidak mengalami perubahan dan gugus
namun pada pemakaian ketiga terjadi sedikit oksigen di dalam katalis tetap terjaga selama
kenaikan nilai konversi. Pada akhir reaksi reaksi berlangsung. Stabilitas dari katalis
konversi yang didapatkan pada pemakaian Lewatit pada reaksi esterifikasi gliserol dapat
pertama adalah 73,65 %, kemudian turun disebabkan karena sifat heterogen alami
menjadi 73,07 %, namun kembali naik yang dimiliki katalis dapat mendukung untuk
menjadi 74,05% pada pemakaian ketiga. pemulihan / recovery katalis itu sendiri.

61
Pengaruh Konsentrasi Katalis dan Reusability Katalis pada Sintesis Triasetin (Lucky Wahyu Nuzulia S dkk)

4. KESIMPULAN Gelosa, D., Ramaioli, M., Valente, G., and


Dari percobaan dan pembahasan yang Morbidelli, M., 2003
telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan Chromatographic Reactors:
bahwa : Esterification of Glycerol with
Acetic Acid Using Acidic
1. Kecenderungan yang teramati dari Polymeric Resins, Ind. Eng. Chem.
penelitian dengan variasi persen berat Res., 42, 6536-6544.
katalis adalah nilai konversi gliserol Jagadeeswaraiah, K., Balaraju, M., Sai
menjadi triasetin melalui reaksi Prasad, P., S., & Lingaiah, N.,
esterifikasi semakin meningkat dengan Selective Esterification of Glycerol
meningkatnya konsentrasi katalis atau to Bioadditives over Heteropoly
persen berat katalis yang digunakan. Tungstate Supported on Cs-
Berdasarkan hasil penelitian ini, berat containing Zirconia Catalyst,
katalis optimum yang dipilih adalah 5% Applied Catalysis A: General, 386,
berat gliserol. 166-170.
2. Dari hasil data yang diperoleh dapat Knothe, G., Van Gerpen J., & Krahl, J. 2005.
disimpulkan bahwa reaktivitas atau Encyclopedia of Chemical
kemampuan katalistor lewatit dalam Technology, (3rd ed.), vol. 11,
mengkatalis reaksi sintesis triasetin p.921, John Wiley & Sons, New
cenderung konstan meski telah York.
digunakan sampai empat kali Luque R., Budarin V., Clark J. H. and
pemakaian. Macquarrie D. J., 2008, Glycerol
Transformations on Polysaccharide
Derived Mesoporous Material,
DAFTAR PUSTAKA Appl. Catal. B: Environ., 82, 157-
162.
Abdurrakhman, Rifianto, Y., & Widayat, Nuryoto, Sulistiyo, H., Sri Rahayu, S., dan
2013. Studi Awal Proses Sutijan 2010, Esterifikasi Gliserol
Pembuatan Glycerol dan Asam dan Asam Asetat dengan
Benzoat dengan Menggunakan Katalisator Indion 225 Na, Seminar
Katalis Asam Klorida. Jurnal Nasional Perkembangan Riset dan
Teknologi Kimia dan Industri, 2, Teknologi di Bidang Industri ke-16,
30-36. PSIT UGM, Yogyakarta.
Choi, J.I., Hong, W.H., & Cham, H.N, 1996, Rastegari, H., Hassan, S., & Ghaziaskar,
Reaction Kinetics of Lactic Acid 2015, From Glycerol as The By-
with Methanol Catalyzed by Acid Product of Biodiesel Production to
Resins, Int. J. Chem. Kinet., 28, 37- Value-added Monoacetin by
41. Continuous and Selective
Fessenden, R.J. & Fessenden, J.S., 1986, Esterfication in Acetic Acid,
Kimia Organik, Edisi Ketiga, Jilid Journal of Industrial and
2, Erlangga. Engineering Chemistry, 21, 856-
Gao, X., Zhu, S., & Li, Y., 2015, Graphene 861.
oxide as a facile solid acid catalyst Zhu, Shanhui., Gao, X., G., Fang, D., Zhu,
for the production of bioadditives Y., Hongyan, Z., & Li, Y., 2013.
from glycerol esterification, Design of a highly active silver-
Catalysis Communication, 62, 48- exchanged phosphotungstic acid
51. catalyst for glycerol esterification
with acetic acid, Journal of
Catalysis, 306, 155-163.

62

Anda mungkin juga menyukai