Menyetujui
Dosen Pembimbing Kerja Praktek
Menyetujui
Koordinator Program Studi Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Udayana
ii
LEMBAR PENGESAHAN REVISI
Menyetujui
Dr.Ida Bagus Gede Manuaba,ST.,MT I Nyoman Satya Kumara, ST, Msc, PhD
NIP. 19690109 199703 1 003 NIP. 19700201 199702 1 002
Mengetahui
Dosen Pembimbing Kerja Praktek
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LAPANGAN
Menyetujui
Pembimbing Lapangan Kerja Praktek
I Wayan Murdana
NIP. 6485282JA
iv
KATA PENGANTAR
v
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu
pelaksanaan dan penyelesaian laporan kerja praktek.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
1.1.3 Tujuan, Visi, Misi dan Motto PT. Indonesia Power UP Bali ............ 4
2.2.3 Pirolisis............................................................................................ 17
vii
2.3 Bagian-bagian Utama PLTD Gasifier ....................................................... 19
2.3.1 Gasifier ............................................................................................ 19
BAB V................................................................................................................... 70
5.1 Simpulan ................................................................................................... 70
5.2 Saran .......................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN ......................................................................................................... 72
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 2. 27 Ilustrasi Langkah Kompresi ........................................................... 38
Gambar 2. 28 Ilustrasi Langkah Usaha ................................................................. 38
Gambar 2. 29 Ilustrasi Langkah Buang................................................................. 39
Gambar 2. 30 Generator ........................................................................................ 40
Gambar 2. 31 Komponen Generator ..................................................................... 41
Gambar 2. 32 Slip Ring ......................................................................................... 41
Gambar 2. 33 Kumparan Rotor ............................................................................. 42
Gambar 2. 34 Poros Rotor ..................................................................................... 42
Gambar 2. 35 Rangka Stator ................................................................................. 42
Gambar 2. 36 Inti Stator ........................................................................................ 43
Gambar 2. 37 (a) Alur Terbuka; (b) Alur Setengah Terbuka; (c) Alur Tertutup .. 43
Gambar 2. 38 Kumparan Stator ............................................................................ 43
Gambar 2. 39 Panel Kontrol.................................................................................. 44
x
Gambar 4. 18 Local Control Panel Genset ........................................................... 59
Gambar 4. 19 Overview Modul DeepSea 6010 ..................................................... 60
Gambar 4. 20 Mengganti Mode Stand By ke Mode Manual................................. 60
Gambar 4. 21 MCCB pada Posisi On ................................................................... 61
Gambar 4. 22 Panel Kontrol Genset (PKG) .......................................................... 61
Gambar 4. 23 Overview Modul Easygen 2300 ..................................................... 62
Gambar 4. 24 Mode Selektor Base Load .............................................................. 63
Gambar 4. 25 Mode Stop ke Manual .................................................................... 63
Gambar 4. 26 Start Genset .................................................................................... 63
Gambar 4. 27 (a) Breaker Mode Close; (b) Indikator Mode Close Menyala ....... 64
Gambar 4. 28 (a) Pilih Setpoint; (b) Tombol Enter .............................................. 64
Gambar 4. 29 (a) Menaikkan KW; (b) Menurunkan KW ..................................... 64
Gambar 4. 30 (a) Menu; (b) Menaikkan; dan (c) Menurunkan Cos Phi ............... 65
Gambar 4. 31 (a) Memilih Menu Alarm; (b) Me-reset Alarm.............................. 65
Gambar 4. 32 Grafik Perbandingan BBM Solar dan Syngas ................................ 69
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR SINGKATAN
UP = Unit Pembangkitan
NV NIGM = Naamloze Vennootschap Nederlandsche Indische Gas
Maatschappij
MSW = Municipal Sludge Waste
PLN = Perusahaan Listrik Negara
PLTA = Pusat Listrik Tenaga Air
PLTDG = Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas
PLTD Gasifier = Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gasifier
IK = Instruksi Kerja
O&M = Operasi dan Pemeliharaan
K3 = Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan
SERP = System Equipment Reliability Prioritization
MPI = Maintenance Prioritization Index
FMEA = Failure Modes and Effect Analysis
FDT = Failure Defense Task
EDP = Ecosystem Damage Potential
RLA = Remaining Life Assesment
LCM = Life Cycle Management
TMA = Titik Mati Atas
TMB = Titik Mati Bawah
PKG = Panel Kontrol Generator
LCP = Local Control Panel
BBM = Bahan Bakar Minyak
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengelola delapan Unit Pembangkit, masing-masing Suralaya, Saguling, Mrica,
Priok, Perak dan Grati, Bali, Semarang, Kamojang dan satu Unit Bisnis Jasa
Pemeliharaan. Berdasarkan Surat Keputusan Mentri Kehakiman Republik
Indonesia Nomor C212396 HT.01.01.TH.1995, PT. Pembangkitan Jawa Bali I (PT
PJB I) merupakan anak perusahaan PT. PLN (Persero) yang bergerak dalam usaha
pembangkitan tenaga listrik didirikan pada 3 Oktober 1995. Nama itu kemudian
berubah menjadi PT. Indonesia Power pada tangal 3 Oktober 2000. Perubahan
nama tersebut mengukuhkan penetapan tujuan perusahaan untuk sepenuhnya
berorientasi pada bisnis dan mengantisipasi kecenderungan pasar yang senantiasa
berkembang.
PT. Indonesia Power telah berkembang dengan cepat melalui kinerja usaha
yang meyakinkan dalam kurun waktu belasan tahun. PT. Indonesia Power
mengoperasikan delapan Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) yang tersebar di UBH
lokasi-lokasi strategis Jawa-Bali, dan Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan, dengan total
kapasitas terpasang sebesar 8996 MW dari 133 unit pembangkit listriknya.
Selanjutnya Perseroan mengembangkan sayap dengan pendirian empat anak
perusahaan, yaitu PT. Cogindo Daya Bersama (CDB) pada tahun 1997 untuk
mendukung usaha pembangkitan, outsourcing dan kajian energi, serta PT. Artha
Daya Coalindo (ADC) pada 1998 yang bergerak di bidang manajemen dan
perdagangan batubara serta bahan bakar lainnya. Sebagai perusahaan terbesar di
bidang pembangkitan tenaga listrik di Indonesia, PT. Indonesia Power siap
memasuki era pertumbuhan baru seiring prospek bisnis yang menjanjikan dan
penuh tantangan di masa depan.
Unit Pembangkitan Bali merupakan salah satu unit pembangkit milik PT.
Indonesia Power yang menyediakan tenaga listrik khusus untuk Pulau Bali dengan
total kapasitas terpasang 557 MW. Pada tahun 1973 Unit Pembangkitan dan Jasa
Pembangkitan Bali bernama sektor Pesanggaran, di bawah PLN wilayah XI, dan
pada tahun 1978 berubah menjadi sektor Bali di bawah PLN wilayah XI dan
Penyaluran Jawa bagian Timur dan Bali. Sejak tahun 1995 Menjadi bagian dari PT.
Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Bali (PT IP UPJP
Bali).
2
Pada bulan April 2014 UBP Bali membawahi mengelola pembangkit serta
Operasi dan Pemeliharaan di berbagai lokasi dan selanjutnya UBP Bali berubah
nama menjadi PT. Indonesia Power UBPOH Bali. Pada Bulan Februari 2015,
UBPOH Bali berubah menjadi Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan (UPJP)
yang membawahi PLTG Gilimanuk, PLTG Pemaron, UJP PLTU Jeranjang, UJP
PLTU Sanggau, dan UJP PLTU Barru dan PLTDG Pesanggaran. Selanjutnya pada
tahun 2016 UPJP Bali berubah menjadi Unit Pembangkitan (UP) Bali yang
membawahi PLTDG dan PLTG Pesanggaran, PLTG Gilimanuk, dan PLTGU
Pemaron.
3
1.1.3 Tujuan, Visi, Misi dan Motto PT. Indonesia Power UP Bali
Demi terciptanya semangat dan gairah guna memajukan perusahaan, PT.
Indonesia Power Unit Pembangkitan Bali mempunyai tujuan, visi, misi dan motto
perusahaan yaitu:
A. Tujuan Perusahaan
1. Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus-menerus dalam
penggunaan sumber daya perusahaan.
2. Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan
bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang
berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
3. Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari
berbagai sumber yang saling menguntungkan.
4. Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai
standar kelas dunia dalam hal keamanan, keandalan, efisiensi maupun
kelestarian lingkungan.
5. Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat diatas saling menghargai antar
karyawan dan mitra kerja, serta mendorong terus kekokohan integritas pribadi
dan profesionalisme.
B. Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan energi terpercaya yang tumbuh berkelanjutan.
C. Misi Perusahaan
Menyelenggarakan bisnis pembangkitan tenaga listrik dan jasa terkait yang
bersahabat dengan lingkungan.
D. Motto Perusahaan
“Trust us for power excellence”
4
1.1.4 Struktur Organisasi
PT. Indonesia Power memiliki struktur organisasi yang menjelaskan alur
tugas kerja dan wewenang kepemimpinan dan bawahan. Struktur organisasi
perusahaan menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tahap hubungan
di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian, dan posisi maupun orang-orang yang
menunjukkan kedudukan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda
dalam suatu struktur organisasi. Dari struktur organisasi tersebut akan membentuk
suatu kerja sama yang baik antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, serta
bawahan yang satu dengan yang lainnya. PT. Indonesia Power UP Bali
menggunakan struktur organisasi yang bersifat struktural. Gambar 1.2 merupakan
struktur organisasi PT. Indonesia Power UP Bali sesuai dengan SK
No.205.K/010/IP/2014 tentang Organisasi Unit Bisnis Pembangkit dan Operasi
Pemeliharaan Bali dan SK No. 206.K/010/IP/2014 tentang Bagan Susunan Jabatan,
Tingkat Jabatan, dan Formasi Jabatan UP Bali.
GENERAL
MANAGER
AHLI TATA
KELOLA
PEMBANGKIT
5
Tanggung jawab General Manajer yaitu:
1. Tersedianya rencana kerja dan anggaran unit bisnis pembangkitan jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
2. Terintegrasinya kegiatan operasional unit pembangkit.
3. Terkoordinasinya kegiatan komunikasi internal dan eksternal.
4. Terkoordinasinya kegiatan inovasi/perkembangan teknologi unit pembangkit.
5. Terkoordinasinya kegiatan manajemen mutu unit pembangkit.
6. Terbinanya unit pembangkit PLTDG Pesanggaran, PLTG Gilimanuk dan
PLTG Pemaron
C. Manajer Enjiniring
Tugas pokok Manajer Enjiniring yaitu:
1. Merencanakan, memonitor dan mengendalikan Rencana Kerja dan Anggaran
tahunan, jangka menengah dan jangka panjang.
2. Menjaga dan meningkatkan keandalan dan efisiensi mesin-mesin pembangkit
eksisting dan mesin pembangkit jasa operasi dan pemeliharaan (O&M) yang
menjadi kewenangannya.
6
3. Menyusun dan mengembangkan sistem dan prosedur pengoperasian dan
rekayasa enjiniring pembangkit.
4. Menyusun dan mengembangkan sistem prosedur tata kelola asset management
dan basic communication antara asset owner, asset manager, dan asset operator
terkait kegiatan enjiniring.
5. Mengelola kegiatan penyusunan Rencana Jangka Panjang Unit Bisnis.
6. Mendesain, menurunkan Key Performance Indicator ke dalam Performance
Indicator dan mengevaluasi kinerja Unit Bisnis.
7. Menyusun rencana kegiatan dan anggaran pemeliharaan khusus dan investasi.
8. Mengelola kegiatan reliability meliputi penyusupan System Equipment
Reliability Prioritization (SERP), Maintenance Prioritization Index (MPI),
Failure Modes and Effect Analysis (FMEA), Failure Defense Task (FDT) dan
strategi pemeliharaan mesin pembangkit.
9. Melaksanakan kajian dan menyusun rencana kegiatan evaluasi dan
pengembangan investasi, Ecosystem Damage Potential (EDP), Remaining Life
Assesment (RLA), Life Cycle Management (LCM), standard job, asset
wellness, modifikasi dan rehabilitasi peralatan pembangkit.
10. Mengelola kegiatan kajian permasalahan mesin pembangkit yang berulang
(chronic problem).
11. Merencanakan dan menganalisa penyiapan kebutuhan, menyususn jadwal
pemeliharaan pembangkit dengan menerapkan outage management system
secara optimal.
12. Mengelola kegiatan knowledge management dan inovasi Unit Bisnis.
13. Mengelola sistem manajemen terpadu Unit Bisnis.
14. Mengelola kontrak bisnis jasa operasi dan pemeliharaan (O&M).
15. Membina kegiatan enjiniring jasa operasi dan pemeliharaan (O&M).
16. Mengelola sistem informasi Unit Bisnis.
17. Membina kompetensi enjiniring di Unit Bisnis Pembakitan Bali.
18. Mengkoordinasikan kegiatan manajemen risiko Unit Bisnis dan mengelola
risiko kegiatan Bagian Enjiniring.
7
D. Manajer Administrasi
Manajer Audit Administrasi adalah melakukan audit internal perusahaan pada
bidang administrasi sesuai dengan kaidah normatif audit. Audit internal pada
bidang administrasi tersebut mengacu pada kebijaksanaan yang diterapkan oleh
direksi. Tujuan audit internal dalam bidang administrasi adalah untuk menjamin
accountability kegiatan – kegiatan di PT. Indonesia Power UBP Bali.
8
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya Kerja Praktek di PT. Indonesia Power Unit
Pembangkitan Bali adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sistem operasi tenaga listrik di PT. Indonesia Power Unit
Pembangkitan Bali.
2. Mengetahui cara pengoperasian PLTD Gasifier di PT. Indonesia Power Unit
Pembangkitan Bali.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biomassa
Biomassa merupakan materi organik yang hidup atau baru mati yang dapat
digunakan sebagai sumber bahan bakar atau untuk produksi industrial. Biomassa
tidak mencakup materi organik yang telah tertransformasi oleh proses geologis
menjadi zat seperti batu bara atau minyak bumi. Keuntungan biomassa sebagai
bahan bakar adalah ketersediannya yang melimpah dan dapat diperbarui serta tidak
menghasilkan emisi yang merusak lingkungan.
10
limbah organik atau sampah organik. Hasil pemanenan biomassa ini jika dibiarkan
sampai tertimbun di tanah, secara teori, setelah jangka waktu yang lama akan
menjadi bahan bakar fosil. Secara alternatif, sumber energi biomassa dapat
dimanfaatkan untuk dikonversi menjadi energi lain.
11
Gambar 2. 1 Teknologi Konversi Pemanfaatan Biomassa
(Sumber: Akhdiyatul, 2018)
12
proses termokimia memiliki laju reaksi yang besar, namun selektivitas bahannya
rendah, berbagai jenis bahan dapat diproses, tidak hanya karbohidrat, tetapi juga
lignin, lipid, protein, dan senyawa organik lainnya. Dengan demikian, proses
termokimia menawarkan pemrosesan yang cepat, bahan baku yang beragam,
termasuk bahan baku yang sulit bereaksi dan berkarakter unik, dalam hal
memproduksi bahan bakar, bahan kimia, dan daya (Brown, 2011). Aplikasi yang
menerapkan proses ini antara lain, direct combustion, gasifikasi, pirolisis, dan
hidrotermal. Direct combustion atau pembakaran biomassa secara langsung
menghasilkan energi panas bersuhu sedang hingga tinggi (800 – 1600 oC) yang
cocok untuk pembangkit tenaga listrik. Gasifikasi menghasilkan energi panas
bersuhu sedang (700 – 1000 oC) dan campuran gas yang mudah terbakar yang
umumnya dikenal sebagai syngas, yang dapat digunakan untuk menghasilkan
tenaga listrik atau untuk mensintesis bahan bakar atau bahan kimia lainnya
menggunakan katalis atau bahkan mikroorganisme (fermentasi syngas). Pirolisis
terjadi pada suhu sedang (450 – 550 oC) adalah proses dekomposisi secara termal
senyawa organik tanpa adanya oksigen untuk menghasilkan uap dan aerosol yang
dapat dicairkan menjadi bio-oil. Bio-oil dapat dibakar untuk menghasilkan tenaga
listrik atau diolah menjadi hidrogen melalui steam reforming atau menjadi
hidrokarbon cair melalui hydro processing. Pirolisis juga menghasilkan sejumlah
kecil gas yang mudah terbakar atau syngas dan arang padat, yang dikenal sebagai
char atau kadang-kadang biochar. Pemrosesan hidrotermal adalah pemberian
termal pada biomassa basah dengan tekanan tinggi untuk menghasilkan
karbohidrat, hidrokarbon cair, atau produk gas tergantung pada kondisi yang
diberikan (Brown, 2011).
Proses konversi biokimia menggunakan enzim dan mikroorganisme untuk
menghasilkan bahan yang dapat diperbarui, bahan bakar, dan bahan kimia. Proses
biokimia lebih modern daripada kedua proses konversi sebelumnya karena selain
menggunakan teknologi maju untuk mencapai kualitas dan efisiensi yang tinggi,
proses konversi ini lebih ramah lingkungan. Teknologi yang digunakan pada
pemrosesan biokimia merupakan penerapan integrasi antara bioteknologi modern,
teknologi informasi, dan teknologi rekayasa. Biomassa dipecah menjadi molekul
13
yang lebih kecil, seperti hidrogen, biogas, etanol, aseton, butanol, asam organik
(piruvat, laktat, asam oksalat, asam levulinic, asam sitrat), 2,3-butanediol, 1,4-
butanadiol, isobutanol, xylitol, mannitol, dan xanthan gum dengan memilih
mikroorganisme atau enzim yang berbeda dalam proses konversi biokimia (Chen,
2010). Contoh pengaplikasian dari proses biokimia pada biomassa adalah
pencernaan anaerob dan fermentasi hidrolisis. Pencernaan anaerob merupakan
proses fermentasi yang mengubah bahan organik menjadi biogas, yang sebagian
besar metana (60%) dan karbon dioksida (40%) menjadi biogas. Fermentasi
hidrolisis merupakan proses fermentasi untuk menghasilkan bahan bakar cair atau
biofuel, yang paling umum adalah bioethanol dan biodiesel. Bioethanol berasal dari
fermentasi alkohol sukrosa atau gula sederhana yang diperoleh dari biomassa.
Biodiesel merupakan bahan bakar diesel biodegradable alternatif yang diproduksi
dari minyak nabati, lemak hewani, dan minyak goreng bekas, termasuk trigliserida.
Trigliserida diperoleh dari transesterifikasi dengan metanol dan etanol. Biodiesel
lebih baik daripada bahan bakar diesel dalam hal kandungan sulfur, titik nyala,
konten aromatik, dan biodegradabilitas.
2.2 Gasifikasi
Gasifikasi secara bahasa dapat diartikan sebagai pembuatan gas. Secara
definisi yang sebenarnya, gasifikasi adalah proses konversi energi secara
termokimia dari bahan bakar yang mengandung karbon (padat ataupun cair)
menjadi gas yang disebut producer gas yang memiliki nilai bakar dengan cara
oksidasi parsial pada temperatur tinggi. Proses gasifikasi membutuhkan media
untuk reaksi, yang bisa berupa gas atau air superkritis (bukan air biasa pada kondisi
subkritis). Media gas meliputi udara, oksigen, uap subkritis, atau campurannya
(Basu, 2010).
Gasifikasi memiliki proses yang sama dengan combustion yaitu
pembakaran dengan membutuhkan oksigen untuk mengubah bahan berkarbon
menjadi gas produk, tetapi ada beberapa perbedaan penting. Gas produk
combustion tidak memiliki nilai kalor seperti gas produk dari gasifikasi. Gasifikasi
menangkap energi dan mengemasnya dalam bentuk ikatan kimia sementara
14
combustion melepaskannya. Gasifikasi terjadi pada kondisi reduksi (kekurangan
oksigen) yang membutuhkan panas; combustion terjadi pada kondisi oksidasi yang
mengeluarkan panas (Basu, 2010).
Gasifikasi mengonversi biomassa menjadi bahan bakar gas yang disebut
syngas. Syngas merupakan gas mampu bakar karena memiliki nilai kalor. Pada
pengaplikasiannya, proses gasifikasi menghasilkan produk gas permanen, cair
(termasuk uap yang dapat dikondensasikan) dan padat. Produk cair disebut tar,
produk padat disebut char. Pemrosesan terjadi secara termokimia sehingga dapat
mengonversi sebagian besar bahan baku biomassa tanpa memperhatikan struktur
komponen biomassa.
Proses yang terjadi dibagi atas empat bagian; oksidasi, pengeringan,
pirolisis, dan reduksi. Adapun langkah tambahan, yaitu dekomposisi tar, dapat juga
dimasukkan untuk menjelaskan pembentukan hidrokarbon ringan karena
dekomposisi molekul tar besar. Tahapan proses gasifikasi dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
15
2.2.1 Oksidasi
Tahap oksidasi pada proses gasifikasi termasuk proses endoterm atau
membutuhkan oksigen untuk memasukkan kalor ke dalam sistem sehingga
menghasilkan energi termal yang digunakan untuk mencapai suhu operasi yang
diperlukan gasifier. Suhu operasi tergantung pada jenis reaktor gasifier yang dapat
dilihat pada nameplate. Tahap ini disebut juga tahap pembakaran parsial (partial
combustion) karena proses pembakaran dilakukan dengan kondisi oksigen dibatasi
oleh rasio stoikiometrik untuk mengoksidasi hanya sebagian bahan bakar.
Reaksi utama yang terjadi selama tahap oksidasi, yaitu:
Char combustion C + O2 ⟶ CO2 △H = -394 MJ/kmol ……..(2.2)
Partial Oxidation C + 1/2O2 → CO △H = -111 MJ/kmol ….....(2.3)
Hydrogen Combustion H2 +1/2O2 → H2O △H = -242 MJ/kmol ……..(2.4)
2.2.2 Pengeringan
Setiap bahan bakar, termasuk biomassa, menyimpan kandungan air dalam
persentase tertentu yang disebut moisture content. Pengeringan adalah proses
penguapan untuk mengurangi atau menghilangkan moisture content yang
terkandung dalam bahan baku biomassa. Panas yang digunakan diperoleh dari tahap
oksidasi. Meningkatnya suhu saat oksidasi mengeringkan biomassa segar yang
masuk. Kelembaban yang terkandung secara fisik dalam biomassa diuapkan. Pada
tahap ini bahan bakar tidak mengalami penguraian unsur kimia. Pengeringan dapat
dianggap lengkap ketika suhu 150 °C tercapai.
16
2.2.3 Pirolisis
Tahap pirolisis terjadi pada suhu 150 – 700 °C. Bahan kering hasil dari
proses pengeringan mengalami proses pirolisis, yaitu dekomposisi termal yang
cepat dari biomassa tanpa adanya oksigen. Semakin tinggi suhu semakin cepat pula
prosesnya berlangsung. Proses ini disertai dengan pelepasan volatil, yang meliputi
air yang timbul dari dekomposisi kimiawi dari biomassa, gas permanen (yang tidak
mengembun saat didinginkan), dan uap tar (yang mengembun saat pendinginan),
dan pembentukan zat padat berpori dan berkarbon yang dikenal sebagai char. Gas
permanen termasuk karbon monoksida, karbondioksida, hidrogen, dan hidrokarbon
ringan, terutama metana. Lignoselulosa dalam biomassa padat, di bawah pengaruh
suhu tinggi atau sumber energi yang cukup kuat, terurai menjadi produk pirolisis.
Selulosa yang dikonversi membentuk volatil yang mudah terbakar dan tidak mudah
terbakar, yaitu air dan karbondioksida, sedangkan lignin yang membentuk char
(Klass, 1998). Pirolisis merupakan reaksi endotermik dan seperti pada tahap
pengeringan, panas yang dibutuhkan berasal dari tahap oksidasi. Proses
keseluruhan pirolisis membentuk persamaan:
Biomassa ⟶ H2 + CO + CO2 + CH4 + H2O (g) + tar + char……….(2.5)
2.2.4 Reduksi/Gasifikasi
Langkah reduksi melibatkan semua produk dari tahap pirolisis dan oksidasi
sebelumnya; campuran gas dan char bereaksi satu sama lain menghasilkan produk
akhir syngas.
Reduksi terbagi atas dua bagian reaksi, gas-solid reactions dan gas-phase
reaction. Setelah tahap pirolisis, selanjutnya diikuti tahap gas–solid reactions. Gas-
solid reaction terdiri atas empat reaksi utama dimana karbon padat dikonversi
menjadi produk gas; carbon–oxygen reaction, Boudouard reaction, carbon–water
reaction / reforming of the char, dan carbon hydrogenation reaction.
Carbon-oxygen reaction C + 1/2O2 ↔ CO △H = -110.5 MJ/kmol…...(2.6)
Boudouard reaction C + CO2 ↔ 2CO △H = 172.4 MJ/kmol…...(2.7)
Carbon-water reaction C + H2O ↔ CO + H2 △H = 131.3 MJ/kmol…..,(2.8)
Hydrogenation reaction C + 2H2 ↔ CH4 △H = 74.8 MJ/kmol……...(2.9)
17
Carbon-oxygen reaction merupakan reaksi eksoterm bertujuan untuk
memasok energi untuk mendorong proses endoterm saat pemanasan dan
pengeringan serta pirolisis. Selain itu juga menyediakan energi panas untuk
melakukan Boudouard reaction dan carbon-water reaction yang penting dalam
mengubah char menjadi karbonmonoksida dan hidrogen. Hydrogenation reaction
juga membantu menyediakan energi untuk reaksi endoterm. Namun konsentrasi
hidrogen yang relatif rendah menjadikannya hanya sumbangan kecil dibandingkan
dengan carbon-oxygen reaction. Jika keseimbangan kimia dicapai dalam sistem,
semua karbon dalam char akan dikonversi menjadi produk gas. Dalam praktiknya,
waktu kontak antara char dan reaktan gas pada suhu tinggi biasanya tidak memadai
untuk mencapai keseimbangan, sehingga tidak semua biomassa dikonversi menjadi
gas, 10% berat biomassa muncul sebagai char.
Reaksi reduksi yang selanjutnya yaitu gas-phase reaction. Volatil yang
dilepaskan selama pirolisis berpartisipasi dalam reaksi ini selama kondisi tetap pada
suhu tinggi. Terdapat dua reaksi yang terjadi pada bagian ini yang menentukan
komposisi akhir syngas; water-gas shift reaction dan methanation.
Water-gas shift reaction CO + H2O ↔ CO2 +H2 △H =–41.1 MJ/kmol...(2.10)
Methanation CO + 3H2 ↔ CH4 + H2O △H =-206.1 MJ/kmol....(2.11)
18
2.3 Bagian-bagian Utama PLTD Gasifier
Suatu unit PLTD Gasifier terdiri dari tiga peralatan utama pada sistem
pembangkitan listriknya, yaitu; gasifier, genset, dan panel kontrol.
2.3.1 Gasifier
Alat yang melakukan proses gasifikasi disebut gasifier. Adapun model
gasifier yang beredar berbeda-beda, tergantung metode, kebutuhan, dan kondisi
masing-masing meskipun tujuannya sama.
2.3.1.1 Komponen Gasifier
Gasifier terbagi atas komponen utama dan komponen auxiliary. Komponen-
komponen pada gasifier dapat dilihat pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4.
19
Komponen utama pada gasifier adalah sebagai berikut.
1. Reaktor
Reaktor merupakan tabung tempat terjadinya pembakaran biomassa.
2. Tar Separator
Tar separator atau pemisah tar berfungsi untuk memisahkan tar yang
terbawa dan tidak tersaring oleh air.
3. Gas Cooler
Gas cooler berfungsi untuk mendinginkan gas sesuai temperatur ruangan
dan untuk membuang kandungan air di dalam gas.
4. Tar filter
Tar filter berfungsi untuk menyaring sisa tar yang terbawa oleh gas atau uap
air (embun) yang terbawa oleh gas.
5. Gas filter
Gas filter berfungsi untuk menyaring partikel-partikel halus yang tidak
tersaring oleh air separator dan tar filter. Gas filter memastikan bahwa gas yang
masuk ke mesin benar benar bersih.
6. Safety Sight Tube (Selang Pengaman)
Safety sight tube merupakan detektor pertama untuk melihat gas
terkontaminasi tar atau tidak. Terbuat dari selang bening yang memungkinkan tar
akan terlihat bila terbawa oleh gas.
Komponen auxiliary pada gasifier adalah sebagai berikut.
1. Deashing Handle
Deashing handle atau tuas pengaduk untuk melakukan deashing. Deashing
merupakan proses membuang sisa abu dan arang pembakaran dari reaktor gasifier.
Deashing dilakukan dengan cara memutar tuas ke kanan atau ke kiri sampai arang
bekas terbuang sesuai yang ditentukan.
2. Sight Glasses
Sight glasses atau kaca pengintip berfungsi untuk melihat seberapa tinggi
api (bara api) pembakaran biomassa.
20
3. Handhole
Handhole berfungsi untuk memasukkan batu gasifier ke reaktor dengan cara
membuka penutupnya.
4. Cooling Water By Pass Valve
Katup yang mengatur jumlah air yang masuk ke reaktor. Semakin katup
ditutup semakin banyak air yang masuk ke dalam reaktor, sehingga suhu reaktor
semakin turun. Tinggi rendah dan batasan suhu reaktor terlihat dari indikator di
panel kontrol.
21
2. Steam/Oxygen-Blown Gasifiers
Kekurangan pada air-blown gasifier karena hadirnya produk nitrogen
diatasi dengan steam/oxygen-blown gasifier. Syngas yang dihasilkan mengandung
konsentrasi hidrogen dan karbonmonoksida yang jauh lebih tinggi sehingga
kandungan energinya menjadi lebih tinggi. Steam/oxygen-blown gasifier dipasang
dengan reaktor downdraft serta dioperasikan pada suhu yang sangat tinggi (1300 –
1800 oC). Temperatur ini cukup tinggi untuk membuat sisa abu meleleh menjadi
cairan terak panas di dalam reaktor. Di daerah dekat masukan reaktor, terdapat
tabung dengan air pendingin yang melapisi dinding reaktor mendinginkan cairan
terak panas. Cairan terak tersebut awalnya mengembun pada tabung, membentuk
lapisan terak padat yang melapisi dinding reaktor dan melindunginya dari panas.
Cairan terak yang tidak ikut mengembun mengalir ke bawah, di atas lapisan terak
padat, sampai mencapai pot penampung terak di bagian bawah reaktor. Desain unik
ini memungkinkan reaktor untuk menahan suhu ekstrem tanpa menggunakan bahan
refraktori untuk melindungi dinding reaktor. Tidak adanya refraktori dalam desain
ini berarti reaktor dapat dinyalakan dan dimatikan dengan cepat. Bahan bakar
dengan kadar abu tinggi dapat ditoleransi dengan baik oleh desain ini. Temperatur
operasi yang tinggi memadai untuk mendorong reaksi gasifikasi mendekati
kesetimbangan termodinamika, menghasilkan syngas yang mengandung sangat
sedikit tar, arang, atau hidrokarbon ringan.
22
gas produk indirectly heated gasifiers mengandung jauh lebih sedikit nitrogen dan
karbondioksida daripada produk steam/oxygen-blown gasifier.
23
Keunggulan tipe ini adalah dapat dioperasikan pada skala sangat kecil dan kontruksi
bagian pemurnian producer gas seperti siklon dan baghouse filter-nya relatif
sederhana.
24
2. Bubbling Fluidized-Bed Gasifier
Alur fluidisasi pada bubbling fluidized-bed gasifier (BFB) yaitu gas
mengalir ke atas melalui reaktor granular yang mengalir bebas pada kecepatan gas
yang cukup tinggi untuk mengguncangkan gas menjadi emulsi partikel yang
melayang dan gelembung gas. BFB menyerupai cairan mendidih dan memiliki sifat
fisik yang sama dengan cairan. Material reaktor yang biasa digunakan meliputi
pasir, olivin, batu kapur, dolomit, atau alumina kemudian dindingnya dilapisi
dengan udara, oksigen, dan uap. Biomassa dimasukkan ke dalam reaktor melalui
saluran di atas reaktor. Biomassa yang masuk ke dalam BFB panas secara lamgsung
didevolasikan.
Fluidized-bed gasifiers memiliki keuntungan yaitu pencampuran gas yang
sangat baik dan memiliki tingkat perpindahan panas yang tinggi. Perbedaan yang
mencolok adalah bahwa karbondioksida yang terbentuk dalam pembakaran tidak
termasuk dalam syngas. Bubbling fluidized-bed gasifier biasanya dirancang untuk
membawa abu sepenuhnya, mengharuskan penggunaan siklon atau jenis pemisah
inersia lainnya untuk kontrol partikulat. Reaktor BFB dapat diskalakan ke ukuran
yang sangat besar. BFB biasanya dioperasikan antara 790 – 870 oC. Suhu yang lebih
tinggi akan menghasilkan konversi karbon yang lebih tinggi dan pengurangan tar,
tetapi suhu reaktor harus dijaga untuk mencegah terbentuknya gumpalan partikel
yang dapat mengendap di reaktor.
25
Gambar 2. 7 Ilustrasi Bubbling Fluidized-Bed Gasifier
(Sumber: Brown, 2011)
26
4. Entrained Flow Gasifier
Entrained-flow gasifiers lebih dianjurkan untuk instalasi siklus gabungan
gasifikasi terpadu (IGCC). Reaktor tipe ini biasanya beroperasi pada suhu 1400 ° C
dan tekanan 20 hingga 70 bar. Bahan bakar bubuk dimasukkan dalam media
gasifikasi dengan cara disuntikkan ke dalam aliran medium oksigen atau uap
berkecepatan tinggi. Suhu tinggi cukup untuk mencairkan sebagian besar sisa bahan
anorganik dalam biomassa, yang mengalir sebagai terak cair. Temperatur yang
sangat tinggi menghasilkan penghancuran tar yang hampir sempurna, dan
komposisi gas mendekati komposisi kesetimbangan serta mengandung tingkat
metana dan hidrokarbon ringan yang sangat rendah.
27
2.3.2 Diesel Generator Set
Diesel generator set atau yang sering disingkat genset terdiri atas generator
dan mesin diesel sebagai motor penggerak atau prime mover yang dipasang
bersama membentuk satu peralatan yang dapat menghasilkan listrik. Mesin diesel
menghasilkan energi mekanik yang diubah menjadi energi listrik oleh generator.
Genset terdiri atas komponen utama dan komponen auxiliary. Komponen utama
genset adalah engine yaitu mesin diesel dan alternator yaitu generator. Komponen
auxiliary terdiri atas fuel system, voltage regulator, cooling & exhaust systems,
lubrication system, battery charger, control panel, dan main assembly frame.
Fuel system merupakan tangki bahan bakar yang terhubung ke mesin
melalui pipa. Ukuran tangki bahan bakar menentukan berapa lama generator dapat
tetap aktif beroperasi. Voltage regulator berfungsi untuk mengatur output tegangan
generator tetap stabil meskipun terjadi perubahan beban. Cooling & exhaust
systems berfungsi untuk mencegah panas berlebih pada generator dengan menyerap
semua panas melalui heat exchanger. Lubrication system melekat pada mesin dan
memompakan oli ke semua bagian mesin agar dapat beroperasi dengan lancar dan
tidak saling bergesekan. Battery charger digunakan untuk memberi catu daya pada
motor listrik sebagai penggerak mula.
28
2.3.2.1 Mesin Diesel
Mesin Diesel berfungsi untuk mengubah energi kimia (bahan bakar)
menjadi energi mekanis dengan proses pembakaran. Melalui gerak lurus (translasi)
pada piston diubah menjadi gerak putar (rotasi) pada poros engkol. Proses
pembakaran terjadi di dalam mesin itu sendiri, yaitu pada silinder (internal
combustion engine). Pembakaran mesin diesel bekerja dengan menghisap udara
luar murni, kemudian dikompresikan ke dalam ruang bakar atau silinder sehingga
udara mencapai tekanan dan temperatur yang tinggi. Sesaat sebelum mencapai
TMA, bahan bakar diinjeksikan dengan tekanan yang sangat tinggi dalam bentuk
butiran-butiran halus dan lembut. Kemudian butiran-butiran lembut bahan bakar
tersebut bercampur dengan udara bertemperatur tinggi dalam ruang bakar dan
menghasilkan pembakaran. Pembakaran yang berupa ledakan akan menghasilkan
panas mendadak naik dan tekanan menjadi tinggi di dalam ruang bakar. Tekanan
ini mendorong piston ke bawah yang menyebabkan poros engkol berputar. Proses
pembakaran pada mesin diesel memiliki beberapa tahapan yang seperti Gambar
2.11.
29
1. Tahapan Pertama
Tahapan dimulai dari titik 1 sampai titik 2 yaitu bahan bakar mulai
disemprotkan. Periode ini disebut periode persiapan pembakaran atau delay period.
Periode keterlambatan penyalaan ini juga tergantung dari beberapa faktor antara
lain pada mutu penyalaan bahan bakar dan beberapa kondisi, misalnya kecepatan
mesin dan perbandingan kompresi.
2. Tahapan Kedua
Periode ini terjadi antara titik 2 dan 3. Pada titik 2 bahan bakar mulai
terbakar dengan cepat sehingga tekanan naik dengan cepat pula dan sementara
piston juga masih bergerak menuju TMA. Selain itu bahan bakar yang terbakar juga
makin banyak, sehingga walaupun piston mulai bergerak menuju TMB tapi tekanan
masih naik sampai titik 3. Periode ini disebut periode cepat.
3. Tahapan Ketiga
Tahap ini dinamai periode pembakaran terkendali, yaitu antara titik 3 dan 4.
Pada periode ini meskipun bahan bakar lebih cepat terbakar, namun jumlah bahan
bakar sudah tidak banyak lagi dan proses pembakaran langsung pada volume ruang
bakar yang bertambah besar.
4. Tahapan Keempat
Tahap keempat yaitu periode pembakaran masih berlangsung karena adanya
sisa bahan bakar yang belum terbakar dari tahap sebelumnya walaupun sudah tidak
ada pemasukan bahan bakar.
30
Gambar 2. 12 Kepala Silinder
(Sumber: http://harayauto.en.gasgoo.com, diakses 20 Maret 2019)
2. Perangkat katup (valve gear), merupakan pengatur masuk dan keluarnya udara
masuk dan gas buang yang terdiri atas:
a. Valve guide, berfungsi untuk menjaga gerakan katup agar tegak lurus pada
dudukannya.
31
b. Poros bubungan (camshaft), berfungsi sebagai pengatur masuknya udara
pembakaran, keluarnya gas bekas pembakaran, dan pengatur urutan
pembakaran (firing order).
Gambar 2. 15 Camshaft
(Sumber: https://www.indiamart.com, diakses 20 Maret 2019)
32
a. Piston, berfungsi untuk merapatkan ruang silinder dari bagian dalam,
memampatkan udara, menerima tekanan pembakaran pada saat proses kerja,
meneruskan tekanan pembakaran ke poros engkol melalui batang penghubung
(connecting rod). Selain itu bagian permukaan piston menyerap panas selama
proses berlangsung.
Gambar 2. 18 Piston
(Sumber: https://www.indiamart.com, diakses 20 Maret 2019)
b. Ring piston, berfungsi sebagai penyekat ruangan antara piston dan dinding
silinder, mencegah gas pembakaran bertekanan tinggi atau udara masuk ke
ruang karter dan minyak pelumas masuk ke ruang bakar, serta menyalurkan
panas dari piston ke air pendingin melewati dinding silinder.
33
Gambar 2. 20 Connecting Rod
(Sumber: https://www.alibaba.com, diakses 20 Maret 2019)
5. Poros engkol (crank shaft), berfungsi untuk enerima gaya inersia yang tinggi
pada puncak tekanan gas diatas piston dan mengubah gerak bolak-balik
(translasi) menjadi gerak putar (rotasi). Crank shaft asembly, terdiri dari dari
bantalan utama (main bearing), counter weight, roda gila (fly wheel), dan
penyerap getaran (vibration damper). Fungsi main bearing untuk mendukung
bagian-bagian yang bergerak sehingga bagian-bagian tersebut tetap berada pada
posisi yang diinginkan. Fungsi counter weight untuk mengurangi getaran yang
diterima oleh rangka mesin akibat manuver piston dengan gaya sentrifugal
34
poros engkol. Fungsi fly wheel yaitu menerima putaran yang bervariasi selama
proses kerja masih berlangsung, membatasi timbul dan hilangnya penambahan
putaran akibat perubahan mendadak, menyimpan dan menerima tenaga sewaktu
langkah kerja dan digunakan pada waktu langkah kosong, membantu
memindahkan putaran pada waktu start, dan meletakkan tanda positif top piston
untuk setiap silinder. Fungsi vibration damper untuk menyerap getaran
torsional yang diakibatkan oleh gaya ritmik pada piston dan crankshaft.
7. Pompa Injeksi Bahan Bakar dan Injektor, fungsi pompa injeksi bahan bakar
untuk menginjeksikan (memasukkan dengan tekanan tinggi) bahan bakar yang
sudah tersedia menuju ke injektor, kemudian dikabutkan ke silinder pada
waktunya. Fungsi injektor untuk mengabutkan bahan bakar ke ruang bakar agar
terjadi pengabutan yang sempurna dan terjadi pembakaran merata pada ruang
bakar dalam waktu singkat.
35
Gambar 2. 24 Komponen Sistem Injeksi Bahan Bakar
(Sumber: https://www.autoexpose.org, diakses 20 Maret 2019)
36
Gambar 2. 25 Diagram P-V
(Sumber: Samlawi, 2018)
1. Langkah Isap
Piston bergerak dari TMA ke TMB atau ke bawah oleh perputaran poros
engkol dan secara praktis katup masuk terbuka dan katup buang tertutup. Volume
di dalam silinder akan bertambah, tekanan turun lebih kecil dari tekanan udara luar
(vacuum) menyebabkan udara masuk ke dalam silinder melalui katup masuk.
37
2. Langkah Kompresi
Piston bergerak dari TMB ke TMA, katup masuk dan katup buang akan
menutup, volume silinder mengecil sedangkan temperatur dan tekanan udara
kompresi akan bertambah. Beberapa saat sebelum akhir langkah kompresi, bahan
bakar diinjeksikan ke dalam silinder, maka akan terjadi atomisasi bahan bakar di
dalam silinder karena semprotan bahan bakar yang sangat cepat. Campuran
terbentuk karena atomisasi atau uap bahan bakar dan udara panas dapat mengawali
pembakaran. Pada waktu piston hampir mencapai TMA, campuran bahan bakar
dengan udara di dalam silinder akan terbakar dengan cepat.
3. Langkah Usaha
Pada akhir langkah kompresi dan setelah terjadi pembakaran spontan, piston
akan, untuk kedua kalinya, bergerak dari TMA ke TMB. Tekanan gas di dalam
silinder relatif tinggi sehingga piston didorong ke bawah, piston bergerak ke bawah
dan volume ruang di dalam silinder bertambah, tekanan dan temperatur gas akan
berkurang dengan cepat. Energi panas akan diubah menjadi energi mekanik yang
dapat memutar poros engkol.
38
4. Langkah Buang
Sebelum piston mencapai TMB, katup buang terbuka sehingga gas
pembakaran akan mengalir keluar melalui katup buang menuju saluran
pembuangan selanjutnya ke udara luar. Dengan terbukanya katup buang sebelum
akhir langkah usaha, maka gas bekas akan mengalir keluar, pada waktu yang
bersamaan piston kembali bergerak menuju TMA. Selama langkah buang, katup
buang terbuka dan sisa gas bekas akan terdorong keluar oleh desakan piston. Karena
tekanan di dalam silinder lebih besar dibanding udara luar, maka diperlukan energi
untuk menggerakkan piston, energi tersebut disuplai oleh fly wheel atau dari silinder
lainnya.
39
2.3.2.5 Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energi mekanik yang dalam hal ini
dihasilkan oleh mesin diesel menjadi energi listrik. Energi listrik ini timbul akibat
adanya medan magnet pada kumparan generator. Kumparan medan yang terdapat
pada rotor dihubungkan dengan sumber eksitasi tertentu yang akan mensuplai arus
searah terhadap kumparan medan. Dengan adanya arus searah yang mengalir
melalui kumparan medan maka akan menimbulkan fluks yang besarnya terhadap
waktu adalah tetap. Penggerak mula (prime mover) yang sudah terkopel dengan
rotor segera dioperasikan sehingga rotor akan berputar pada kecepatan nominalnya.
Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang dihasilkan
oleh kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan pada rotor akan diinduksikan
pada kumparan jangkar sehingga pada kumparan jangkar yang terletak di stator
akan menghasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah besarnya terhadap waktu.
Adanya perubahan fluks magnetik yang melingkupi suatu kumparan akan
menimbulkan ggl induksi pada ujung-ujung kumparan tersebut. Untuk generator
sinkron tiga fase, digunakan tiga kumparan jangkar yang ditempatkan di stator yang
disusun dalam bentuk tertentu, sehingga susunan kumparan jangkar yang
sedemikian akan membangkitkan tegangan induksi pada ketiga kumparan jangkar
yang besarnya sama tapi berbeda fase 1200 satu sama lain. Setelah itu ketiga
terminal kumparan jangkar siap dioperasikan untuk menghasilkan energi listrik.
Gambar 2. 30 Generator
(Sumber: https://www.amazon.com, diakses 21 Maret 2019)
40
2.3.2.6 Komponen Generator
Komponen utama generator terdiri atas rotor dan stator.
1. Rotor atau induktor merupakan bagian yang berputar. Rotor terdiri dari tiga
komponen utama, yaitu:
a. Slip ring, merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi
dipisahkan oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasang ke slip ring
ini kemudian dihubungkan ke sumber arus searah melalui sikat (brush) yang
letaknya menempel pada slip ring.
41
Gambar 2. 33 Kumparan Rotor
(Sumber: https://www.indiamart.com, 21 Maret 2019)
c. Poros rotor, merupakan tempat meletakkan kumparan medan. Pada poros rotor
tersebut telah dibentuk slot-slot secara parallel terhadap poros rotor.
2. Stator atau bagian yang diam. Stator adalah bagian yang berfungsi sebagai
tempat untuk menerima induksi magnet dari rotor. Arus AC yang menuju ke
beban disalurkan melalui stator. Komponen ini berbentuk sebuah rangka
silinder dengan lilitan kawat konduktor yang sangat banyak. Stator terdiri dari
beberapa komponen utama, yaitu:
a. Rangka stator, merupakan rumah atau kerangka yang menyangga inti jangkar
generator.
42
b. Inti stator, terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi magnetik
khusus terpasang ke rangka stator.
c. Alur (slot) dan gigi, merupakan tempat meletakkan kumparan stator. Ada tiga
bentuk alur stator yaitu terbuka, setengah terbuka, dan tertutup seperti pada
Gambar 2.37.
43
2.3.3 Panel Kontrol
Panel kontrol merupakan salah satu komponen pembangkitan listrik yang
berisi instrumen kendali yang dirancang dan digunakan untuk mengontrol peralatan
listrik. Masing-masing dirancang untuk pengaturan peralatan tertentu seperti start,
running, stop, dan emergency stop. Selain itu panel kontrol dilengkapi dengan
perlindungan, proteksi, alat ukur dan monitor pemantau mesin yang memungkinkan
operator untuk mengontrol peralatan tertentu.
Local panel control merupakan panel kontrol yang terpasang langsung pada
unit genset sehingga fungsinya hanya untuk mengontrol dan memonitor genset.
PKG atau panel kontrol genset merupakan panel kontrol yang mengatur
pengoperasian genset yang letaknya terpisah dari unit genset. Pada panel ini
terpasang peralatan kontrol berupa parameter-parameter ukur, relay-relay
proteksi/pengaman, sistem sinkronisasi dan semua peralatan yang berhubungan
dengan genset.
44
BAB III
LAPORAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK
45
BAB IV
PEMBAHASAN
46
yang akan masuk ke mesin diesel sudah steril. Sebelum masuk ke mesin, gas akan
diuji pada gas tester. Gas tester memastikan syngas dapat menyalakan api.
Cooling tank merupakan bak penampungan air dan residu gasifikasi. Air
akan di-recycle dengan beberapa tahah penyaringan untuk dimanfaatkan kembali
menjadi cooling water yang mendinginkan gasifier dan genset. Sedangkan residu
yang tersaring akan dijadikan bahan baku pupuk organik.
47
Mesin diesel generator set berjenis dual fuel atau menggunakan dua bahan
bakar yaitu syngas dan solar. Solar digunakan untuk mesin starting sebagai injeksi
awal, apabila mesin sudah beroperasi optimum, syngas mulai diinjeksikan. Dalam
keaadan idealnya, solar yang digunakan hanya 40% dan syngas 60%. Semakin
besar persentase syngas yang dipakai daripada solar maka semakin baik.
Setelah mesin beroperasi optimal, valve pipa dibuka, syngas mengalir
melalui pipa paralon yang terhubung dari output gasifier ke input mesin diesel yaitu
blower. Pipa yang digunakan jenis paralon karena syngas yang dihasilkan
bertekanan negatif. Bertekanan negatif maksudnya tekanan syngas lebih kecil
daripada tekanan standar atmosfer sehingga blower akan menyedot atau menghisap
syngas masuk ke dalam mesin diesel. Mesin diesel generator akan menghasilkan
listrik. Keluaran generator ini langsung diparalelkan dengan jaringan bus sistem
smart grid yang di-install di PT. Indonesia Power UP Bali melalui panel kontrol
PKG.
48
Gambar 4. 6 Nameplate Gasifier
49
Spesifikasi genset di PLTD Gasifier PT. Indonesia Power UP Bali adalah
sebagai berikut :
Merk : Yamagen-Yanmar
Generator Model : YTG65TLV-0
Generator Serial Number : Y50V16040180
Engine Model : 4TNV106-GGE
Engine Serial Number : V24947
Alternator Model : UCI224D1
Alternator Serial Number : X14J435464
Weight : 1100 kg
50
Year of Manufacture Date : 2016
Manufactured By : SAE
Stand By : 44 KW
55.0 KVA
Prime : 40 KW
50.0 KVA
Voltage : 380/220 V
Amphere : 75.97 A
Frequency : 50 Hz /1500 rpm
Phase and Wire : 3-phase and 4 wires
Power Factor : 0.8 (lagging)
Voltage Regulation : within ±1.5%
Excitation : Brushless, Rotating Exciter (with AVR)
Insulation : Class ‘F’/’H’
Type of Combustion Chamber : Direct Injected
Starting System : Electric Starting Motor
Cooling System : Radiator with Fan
Lubricating System : Forced Lubrication with Trochoid Pump
51
4.3.1 Proses Peletisasi
Konsep reduce, reuse, dan recycle (3R) merupakan sebuah upaya
pengelolaan sampah terpadu ramah lingkungan dan berbasis masyarakat. Arti dari
reduce yaitu mengurangi produk sampah, reuse yaitu menggunakan kembali
sampah, dan recyle yaitu mendaur ulang sampah. PT. Indonesia Power UP Bali,
sebagai perusahaan peraih Penghargaan Proper Emas, berorentasi juga kepada
konsep 3R, lalu dimodifikasi lebih lanjut khususnya untuk sampah organik
dimanfaatkan menjadi pelet biomassa disebut waste to fuel dengan melewati proses
yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu pyeumisasi, pencacahan, dan peletisasi.
PT. Indonesia Power UP Bali mengolah sampahnya di tempat yang disebut
Tempat Olahan Sampah Sementara atau TOSS. TOSS merupakan wadah untuk
menyimpan dan melakukan treatment sampah terlebih dahulu sebelum digunakan
untuk keperluan lainnya. PT. Indonesia Power UP Bali memperoleh sumber
sampah dari limbah plant dan lingkungan perkantoran di perusahaan itu sendiri,
serta yang dibawa oleh masing-masing pegawai. Sampah dikumpulkan dan dipilah
untuk memisahkan organik dan anorganik. Sampah anorganik akan dijual kembali.
Sampah organik diolah menjadi bahan bakar biomassa.
52
dan massa sampah akan berkurang sebanyak 50%. Proses ini dilakukan di dalam
kotak penampung sampah terbuat dari bambu berukuran 2x1x1 m yang disebut bak
pyeum sehingga proses keseluruhan ini dinamakan dengan pyeumisasi.
53
Tahap kedua yaitu pencacahan. Tekstur sampah organik yang sudah
lembek, mudah untuk dihancurkan akan dihaluskan menggunakan mesin pencacah
menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus.
54
Tahap ketiga yaitu peletisasi atau briketisasi. Peletisasi merupakan proses
pemadatan sampah menggunakan mesin khusus pelet dan briket. Sampah yang
sudah halus dipadatkan menjadi pelet. Sampah halus dicampur air agar mudah
dibentuk, lalu diproses di dalam mesin peletisasi menghasilkan pelet basah.
55
menerapkan proses drying di mana pelet dijemur di bawah sinar matahari agar
kandungan moisture content-nya berkurang.
Pelet kemudian diuji kembali untuk memastikan bahwa pelet sudah sesuai
standar yaitu memiliki nilai kalor tinggi sebagai energi untuk bahan bakar. Setelah
itu pelet biomassa siap menjadi bahan bakar gasifier.
56
4.3.2 Prosedur Pengoperasian Peralatan PLTD Gasifier
A. Prosedur Pengoperasian Gasifier
1. Tutup semua valve pada pipa dan filter gasifier.
2. Hidupkan mesin pompa air pendingin dan pastikan sudah lancar. Periksa
sirkulasi air pendingin posisi normal. Kapasitas mesin pompa air yaitu 60
ltr/menit. Kontrol valve pompa air supaya tidak terlalu banyak air masuk ke
dalam reaktor.
3. Hidupkan mesin blower. Atur valve udara blower supaya hisapan gas dari
gasifier stabil. Atur valve udara blower dan periksa air pada selang supaya tidak
terlalu tinggi akibat hisapan blower yang terlalu keras.
4. Buka valve uji gas pada keluaran blower dan pastikan udara jalan. Periksa udara
output dari blower. Pastikan udara sudah keluar lancar. Amati dan pastikan air
pada selang tidak melebihi batas. Apabila air pada selang terlalu tinggi, kecilkan
valve udara pada blower sampai air pada selang stabil.
5. Hidupkan thermo control pada gasifier. Catat temperatur sebelum dan disaat
pengoperasian. Amati temperatur dan bunyi alarm. Apabila temperatur reaktor
naik atau bunyi alarm, alirkan air pendingin (bypass valve pump) yang menuju
ke reaktor sampai temperatur stabil di titik 39-40 oC. Pastikan listrik safety valve
terhubung dan terbuka. Apabila temperatur reaktor atau gas meningkat, safety
valve akan tertutup. Amati dan jaga temperatur pada control panel supaya tidak
melebihi dan supaya sensor safety valve tidak tertutup apabila temperatur tinggi.
6. Siapkan bahan bakar pelet. Pastikan bahan bakar pelet dalam keadaan kering
dan bersih.
7. Masukkan bahan bakar pelet ke dalam reaktor. Setiap memasukkan bahan bakar
ke dalam reaktor pastikan permukaan bahan bakar di dalam reaktor merata.
Masukkan bahan bakar 10 kg atau kira kira tinggi dari permukaan reaktor 10-
20 cm untuk starting dan supaya mempercepat pembakaran awal dengan cara
penyiraman solar pada permukaan bahan bakar. Bakar menggunakan api dan
kertas. Setelah bara pada permukaan bahan bakar merata, masukkan bahan
bakar sampai setinggi 42 cm. Jaga ketinggian bahan bakar di 42 cm dengan
memasukkan bahan bakar secara bertahap dan berkelanjutan.
57
Gambar 4. 17 Memasukkan Pelet ke Reaktor
8. Uji gas pada pipa output blower. Periksa apakah gas keluaran dari gasifier sudah
ada dan bagus dengan pemantik. Pastikakan keluaran gas dari gasifier stabil.
Selanjutnya lakukan pemutaran untuk menurunkan abu 1 jam sekali atau dilihat
dari penurunan bahan bakar 17-20 cm secara bertahap dan kontinyu.
9. Deashing atau penurunan abu menuju cooling water. Pemutaran abu dilakukan
apabila pelet yang ada pada reaktor sudah jadi abu. Pemutaran dilakukan
dengan cara mengecek teropong kaca pada dinding reaktor gasifier. Apabila
teropong kaca terlihat gelap dan setelah dibuka penutup kaca terlihat bara
berarti pelet yang di dalam reaktor sudah menjadi abu. Selain mengecek
keadaan dari teropong dapat juga mengukur waktu kapan harus memutar untuk
menurunkan abu.
B. Prosedur Deashing
Prosedur deashing apabila gasifier masih terus dipakai adalah sebagai
berikut.
1. Penuhi kembali reaktor dengan pelet.
2. Putar pegangan pembuangan di atas reaktor sampai arang turun kurang lebih 15
cm.
3. Penuhi kembali reaktor dengan pelet.
58
Prosedur deashing apabila gasifier akan berhenti operasi adalah sebagai
berikut.
1. Buka penuh katup udara, tutup penuh katup gas.
2. Pastikan sirkulasi air tidak berhenti, putar pegangan pembuangan sampai arang
dan pelet habis.
3. Tunggu kurang lebih 5 menit, lepas beban genset, kemudian matikan genset.
59
Gambar 4. 19 Overview Modul DeepSea 6010
60
5. Tekan tombol start sekali maka genset akan crank dan running.
6. Cek parameter generator dan engine dengan tombol display view kondisi naik
atau turun.
7. Circuit breaker/MCCB pada posisi on, maka genset siap untuk
dibebani/parallel dengan bus melalui panel kontrol genset (PKG).
61
Keterangan Gambar 4.22:
1) Lampu indikator fase R, S, dan T
2) Modul Easygen 2300 untuk start/stop genset dan sinkron
3) Ampere dan voltage battery charger
4) Tombol Emergency Stop
5) Synchron mode
6) Indikator breaker close atau open
62
1. Modul start-up power akan stand by pada posisi stop.
2. Jika akan sinkron genset dengan PLN maka pilih mode selector switch di Base
Load.
3. Tekan tombol manual (3) hingga pada display berubah mode dari stop ke man.
4. Untuk start genset, tekan tombol start (9) sekali dan tunggu hingga genset start
dan running. Tegangan dan frekuensi akan terbaca pada display modul.
5. Tekan tombol (10) untuk mengubah breaker menjadi mode close, modul akan
secara otomatis mengatur tegangan dan frekuensi sama dengan tegangan dan
frekuensi PLN. Setelah tegangan, frekuensi, dan fase sama maka secara
otomatis breaker akan close yang ditandai dengan lampu indikator close
menyala.
63
(a) (b)
Gambar 4. 27 (a) Breaker Mode Close; (b) Indikator Mode Close Menyala
(a) (b)
Gambar 4. 28 (a) Pilih Setpoint; (b) Tombol Enter
8. Untuk menaikkan setpoint KW, maka pilih KW, tekan tombol (+) untuk
menambah beban KW, tekan tombol (-) untuk mengurangi beban KW. Sekali
tekan tombol maka akan merespon penambahan/pengurang 0,5 KW.
(a) (b)
Gambar 4. 29 (a) Menaikkan KW; (b) Menurunkan KW
9. Untuk menaikkan setpoint cos phi, maka pilih cos phi, tekan tombol (+) untuk
menambah beban cos phi, tekan tombol (-) untuk mengurangi cos phi set di 1
Lag.
64
(a) (b) (c)
Gambar 4. 30 (a) Menu; (b) Menaikkan; dan (c) Menurunkan Cos Phi
10. Setelah diset KW sesuai keinginan, maka secara otomatis modul akan
mempertahankan setpoint tersebut walaupun ada perubahan di sisi jaringan
PLN.
11. Untuk me-reset alarm tekan tombol (5) sampai muncul deskripsi alarm yang
terjadi. Alarm dengan tulisan tajam dan tidak ada tanda seru dapat di-reset
dengan menekan tombol (8), tunggu sampai alarm clear satu persatu secara
manual.
(a) (b)
Gambar 4. 31 (a) Memilih Menu Alarm; (b) Me-reset Alarm
12. Jika akan melepas beban atau melepas sinkron dengan jaringan maka tekan
tombol stop, maka sacara otomatis modul akan unload atau mengurangi beban
sampai kurang lebih 3% dari kapasitas genset. Breaker akan mode open, genset
akan cooling down dan berhenti.
65
6. Buka katup pembuangan di tabung pendingin gas, tar filter, safety filter, dan
gas filter. Jika terdapat banyak air dan kotoran, periksa dan ganti kantong filter.
F. Prosedur Pemeliharaan
1. Setiap 200 hingga 250 jam
Lepaskan tar filter primer dan ganti dengan kantong tar filter dari tar filter
sekunder. Selanjutnya ganti tar filter sekunder dengan kantong tar filter baru.
Ganti oli mesin genset.
2. Setiap 250 jam
a. Bongkar pemisah tar untuk memeriksa dan membersihkan saluran outlet
reaktor.
b. Buka penutup samping tabung reaktor dan periksa kotoran yang menempel di
batu gasifier. Jika kotoran yang menempel pada batu berlebihan di antara batu-
batu gasifier, bersihkan dan cuci dengan bantuan semprot air bertekanan
c. Periksa dan bersihkan lubang lubang air di reaktor jika tersumbat.
d. Periksa lubang-lubang pembuangan arang di dalam reaktor.
e. Periksa tabung pendingin dari kotoran yang menyumbat.
f. Periksa gas filter dan safety filter, bersihkan.
g. Periksa dan bersihkan pipa-pipa gas.
3. Setiap 1000 jam
Ganti kantong safety filter
4. Setiap 2000 jam
a. Ganti kantong gas filter
b. Bersihkan batu gasifier dengan sikat kawat atau air panas, atau dengan bantuan
semprotan air bertekanan.
66
4.4 Pembuatan Laporan
1. Hasil pelaksanaan pengoperasian mesin pembangkit harus ditulis didalam
lembar laporan sebagaimana format yang tersedia (check list & logsheet).
2. Data-data yang meliputi produksi KWH, pemakaian bahan bakar minyak,
pemakaian minyak pelumas, jam kerja, jam start dan jam stop harus ditulis
dengan jelas.
3. Jika ada penyimpangan yang terjadi selama operasi harus dilaporkan dan ditulis
dengan jelas pada laporan harian PLTD sehingga dapat dijadikan bahan
evaluasi untuk penanganan lebih lanjut.
67
Berdasarkan Persamaan 4.1 dan Persamaan 4.2 dapat dihitung perbandingan
persentase BBM solar dengan syngas pada 2 Januari 2019.
0,178 𝐿/𝑘𝑊𝐻
% 𝐵𝐵𝑀 = × 100% = 65.92593%
0,27 𝐿/𝑘𝑊𝐻
% 𝑆𝑦𝑛𝑔𝑎𝑠 = 100% − 65,93% = 34.07407%
Hal yang sama dilakukan untuk menghitung perbandingan persentase BBM
solar dengan syngas hari lainnya sehingga diperoleh hasil pada Tabel 4.1.
Tabel 4. 1 Perbandingan Persentase BBM Solar dan Syngas
Tanggal SFC BBM Solar + Syngas BBM Syngas
(L/kWH) (%) (%)
2 Januari 2019 0.178 65.92593 34.07407
3 Januari 2019 0.13 48.14815 51.85185
7 Januari 2019 0.139 51.48148 48.51852
8 Januari 2019 0.147 54.44444 45.55556
9 Januari 2019 0.134 49.62963 50.37037
14 Januari 2019 0.14 51.85185 48.14815
15 Januari 2019 0.159 58.88889 41.11111
21 Januari 2019 0.181 67.03704 32.96296
22 Januari 2019 0.156 57.77778 42.22222
Rata Rata 56.13169 43.86831
68
Perbandingan Persentase BBM Solar dan Syngas
Bulan Januari 2019
100%
90%
80%
70%
Persentase
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2 3 7 8 9 14 15 21 22
Hari ke-
% BBM %Syngas
69
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Proses pembangkitan listrik tenaga diesel gasifier dengan menggunakan
bahan bakar biomassa yaitu dengan mengubah sampah organik menjadi
pelet, lalu dilakukan proses gasifikasi untuk menghasilkan syngas,
kemudian syngas bersama BBM solar dibakar dalam genset untuk
menghasilkan listrik.
2. Persentase penggunaan rata-rata bahan bakar pada bulan Januari 2019 yaitu
BBM solar sebesar 56.13169% dan penggunaan syngas sebesar 43.86831%.
5.2 Saran
1. Ada baiknya ditambahkan data logger tentang detail pembebanan PLTD
Gasifier.
2. Ada baiknya untuk PT. Indonesia Power UP Bali menambahkan beberapa
indikator parameter seperti laju aliran gas dan laju aliran pembakaran yang
dihasilkan untuk memberikan data yang spesifik yang digunakan dalam
pengukuran untuk penelitian dan pembelajaran lebih lanjut.
3. Ada baiknya untuk PT. Indonesia Power UP Bali melakukan analisa
komposisi syngas dengan menggunakan Gas Cromatograph (GC), hasil
analisa tersebut dapat memberikan gambaran kompoisi syngas hasil
produksi gasifier. Data ini dapat dijadikan feed back untuk menenetukan
sebaik apakah proses gasifikasi berlangsung.
4. Menambahkan steam pada outlet reaktor sehingga dapat terjadi reaksi
water-gas shift untuk memaksimalkan produksi hidrogen, meng-install
blower untuk menyuplai udara ke dalam reaktor agar pembakaran di reaktor
dapat berlangsung lebih baik dan dapat membuat aliran syngas terdorong
tidak hanya bergantung pada isapan mesin, dan menambahkan syngas
accumulator pada outlet gas filter untuk menampung syngas yang telah
terproduksi sehingga aliran syngas yang masuk ke genset dapat lebih stabil
70
DAFTAR PUSTAKA
71
LAMPIRAN
72
Lampiran A
A.1 Data pengoperasian PLTD Gasifier Bulan Januari 2019
Tabel A. 1 Data pengoperasian PLTD Gasifier Bulan Januari 2019
Hari Waktu Operasi Load Produksi Energi Listrik Pemakaian Bahan Bakar
ke- Aktif Stand Reaktif Stand BBM Solar Pelet
Start Stop Durasi Min Max Volume SFC Solar Massa SFC Pelet
(kWH) (kWh) (KVArh) (KVArh)
(ltr) (Ltr/kWH) (kg) (kg/kWh)
1
2 9:30 14:00 4:30 25 30 118 2,271 32 639 21 0.178 100 0.847
3 8:30 13:00 4:30 20 28 123 2,394 36 675 16 0.13 95 0.772
4
5
6
7 9:45 14:05 4:20 25 25 108 2,502 33 708 15 0.139 105 0.972
8 10:00 14:10 4:10 25 25 102 2,604 29 737 15 0.147 110 1.078
9 9:15 13:20 4:35 25 25 112 2,716 31 768 15 0.134 115 1.027
10
11
12
13
14 9:00 12:00 3:00 25 25 43 2,759 12 780 6 0.14 40 0.93
15 9:00 13:10 4:10 26 26 104 2,863 33 813 17 0.159 95 0.913
16
17
18
73
Tabel A. 1 Data pengoperasian PLTD Gasifier Bulan Januari 2019 (Lanjutan)
19
20
21 10:30 14:45 4:15 20 30 102 2,965 29 842 19 0.181 85 0.833
22 9:40 14:00 4:20 25 25 106 3,071 31 876 17 0.156 100 0.944
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Total 13:50 918 918 140 0.152 845 0.92
74
Lampiran B
75
Lampiran C
76
77
Lampiran D
78