Oleh
Fakultas : Teknik
MENYETUJUI
MENGESAHKAN
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam
yang selalu memberi kasih sayang tiada tara pada penulis hingga mampu
menyelesaikan laporan KP ini yang berjudul “ANALISIS LAJU PERPINDAHAN
PANAS PADA ALAT PENUKAR KALOR DI FURNACE BOILER UNIT 3
1. Kedua orang tua tercinta, I Made Gusriyanto dan Devi Susanti, serta semua
keluargaku tersayang yang senantiasa memberi dukungan dan doa hingga
penulis bisa menyelesaikan laporan KP ini.
2. Dr. M. Irsyad, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing laporan KP yang selalu
memberikan saran, motivasi, dan ilmu ilmu yang sangat bermanfaat bagi
penulis. Terima kasih atas kesabarannya selama membimbing penulis.
3. Bapak A. Yudi Eka Risano, S.T., M.Eng. selaku dosen penguji laporan KP
penulis serta atas saran-saran yang telah diberikan.
4. Bapak Alif Nur F, S.T. selaku mentor lapangan kerja praktek, terima kasih atas
kebaikan, perhatian, dan saran yang telah bapak berikan selama ini.
5. Seluruh operator dan teknisi PLTU Tarahan yang telah memberikan banyak
sekali dukungan selama penulis menyelesaikan laporan KP, baik di bidang
akademik maupun nonakademik.
6. Rekan satu tim laporan KP penulis, Tulus Oktavianus S, Wisnu Wardana, dan
Randa Admiral yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan kerja sama
dalam menyelesaikan laporan KP ini.
7. Sahabat penulis dan saudara seperjuangan, terima kasih atas cerita dan
motivasinya yang selalu memberikan inspirasi dan semangat penulis untuk
selalu menjadi lebih maju.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penulis. Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan KP ini, oleh karena itu
saran dan masukan dari semua pihak sangat penulis harapkan. Penulis berharap
semoga laporan KP ini dapat memberikan manfaat dan sumbangsih bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
SANWACANA..................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................v
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Lingkup Kerja Praktek............................................................................2
1.3. Tujuan Kerja Praktek..............................................................................2
II. PROFIL PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan.................................................................................3
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha................................................................4
2.3. Visi dan Misi Perusahaan........................................................................5
2.4. Logo Perusahaan.....................................................................................5
2.5. Letak Geografis Perusahaan....................................................................6
2.6. Daerah Pemasaran...................................................................................7
2.7. Organisasi dan Manajemen Perusahaan..................................................7
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Boiler CFB..............................................................................................14
3.2. Bagian Utama Boiler CFB......................................................................16
3.3. Bagian Pendukung Boiler CFB...............................................................19
3.4. Sistem Udara Pembakaran......................................................................30
3.5. Siklus Bahan Bakar.................................................................................31
3.6. Siklus Air dan Uap..................................................................................32
3.7. Proses Pembakaran Dalam Furnace.......................................................33
3.8. Perhitungan Efisiensi dan Perpindahan Panas........................................33
IV. METODE KERJA PRAKTEK
4.1. Proses Pembentukan Uap........................................................................36
4.2. Metode Pelaksanaan................................................................................37
4.3. Jadwal Kerja Praktek...............................................................................38
4.4. Alur Proses Kerja Praktek.......................................................................40
V. DATA DAN PEMBAHASAN
5.1. Data Pengamatan.....................................................................................41
5.2. Hasil Dan Pembahasan............................................................................43
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan..............................................................................................63
6.2. Saran........................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................65
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Boiler adalah salah satu peralatan utama dari PLTU yang berfungsi untuk
merubah air menjadi uap superheat yang bertemperatur dan bertekanan
tinggi. Proses memproduksi uap ini disebut Pembuat Uap (Steam Raising).
Unit atau alat yang digunakan untuk membuat uap disebut Boiler atau lebih
tepat Pembangkit Uap (Steam Generator). Klasifikasi Boiler secara umum
dibagi dua yaitu, boiler pipa api dan boiler pipa air. Beberapa permasalahan
utama yang akan dibahas antara lain berapa nilai koefisien perpindahan kalor
secara keseluruhan yang terjadi di dalam Furnace Boiler pada Wall tube unit
3 PLTU Tarahan, berapa nilai koefisien perpindahan kalor secara keseluruhan
pada Heat Exchanger (Evaporator dan Panel Superheater) yang terdapat di
Furnace Boiler unit 3 PLTU Tarahan dan berapa nilai kalor yang diserap di
setiap Heat Exchanger pada Furnace Boiler unit 3 PLTU Tarahan.
Beberapa permasalahan utama yang akan dibahas antara lain berapa nilai
koefisien perpindahan kalor secara keseluruhan yang terjadi di dalam Furnace
Boiler pada Wall tube unit 3 PLTU Tarahan, berapa nilai koefisien
perpindahan kalor secara keseluruhan pada Heat Exchanger (Evaporator dan
Panel Superheater) yang terdapat di Furnace Boiler unit 3 PLTU Tarahan dan
berapa nilai kalor yang diserap di setiap Heat Exchanger pada Furnace Boiler
unit 3 PLTU Tarahan.
Kerja praktek yang telah dilaksankan ini bertujuan untuk mengetahui sistem
pembakaran di Boiler yang terjadi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Tarahan unit 3, menghitung nilai koefisien perpindahan panas
keseluruhan di Furnace Boiler pada Wall tube, Evaporator dan Panel
Superheater unit 3 PLTU Tarahan serta membandingkan nilai koefisien
perpindahan panas keseluruhan serta menghitung dan membandingkan nilai
efisiensi pada furnace boiler, selama proses pengumpulan data (aktual)
dengan data–data spesifikasi (ideal) pada Furnace Boiler PLTU Tarahan unit
3.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Tarahan adalah salah satu dari
sektor pembangkit Sumatera Bagian Selatan dengan unit operasi 3 dan 4 yang
berkapasitas 2 X 100 MW. PT PLN (Persero) sektor pembangkitan Tarahan,
Lampung Selatan merupakan salah satu pemasok listrik utama di daerah
Sumatera bagian selatan, terutama Lampung yang beroperasi menggunakan
tenaga dari uap. PLTU ini berlokasi di desa Ranggai Tri Tunggal (desa
Tarahan), Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan Provinsi
Lampung dan terletak di tepi teluk Lampung yang berjarak ±15 km dari pusat
kota Bandar Lampung ke arah timur dengan lahan seluas ±62,84 Ha yang
digunakan untuk Power Plant, Intake, Discharge dan Base Camp.
Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I : Site
Preparation). Kemudian diteruskan pada tahapan pembangunan sipil yang
resmi mulai dilakukan pada tanggal 15 September 2004. Proyek ini dibiayai
oleh JBIC ODA LOAN No.IP-486 dengan alokasi sebesar 6,41 milyar JPY
atau 176,97 Juta USD, dana pendamping dari pemerintah RI ( APBN ) senilai
332,85 milyar diluar biaya perolehan tanah dan pekerjaan persiapan.
Pembangunan PLTU Tarahan ini merupakan kebijakan Pemerintah Indonesia
yang ditindak lanjuti oleh PT PLN (Persero) supaya mengembangkan
pembangkit listrik non-BBM dengan memanfaatkan batu bara berkalori
rendah. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar batu bara, PT PLN
(Persero) mengadakan kontrak pembelian dengan PT Bukit Asam supaya
menyuplai batu bara untuk PLTU Tarahan dengan pertimbangan lokasi
stockpile batu bara yang berasal dari tambang terbuka Tanjung Enim
berdekatan dengan PLTU Tarahan.
2.2.1. Air laut dirubah menjadi air tawar dengan sistem desalination.
2.2.2. Air tawar dirubah menjadi air murni dengan sistem Water Treatment
Plant
2.2.3. Air murni dipanaskan menjadi uap untuk memutar turbin yang akan
menghasilkan listrik.
Visi PLTU Tarahan ialah: “Menjadi PLTU Batubara dengan Kinerja Kelas
Dunia” Misi dari PLTU Tarahan ialah:
2.3.1. Melaksanakan tata kelola pembangkit kelas dunia didukung oleh SDM
profesional.
Logogram
Logotype
Lokasi PLTU Tarahan berlokasi di desa Ranggai Tri Tunggal (desa Tarahan),
Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung dan
terletak di tepi teluk Lampung yang berjarak ±15 km dari pusat kota Bandar
Lampung ke arah timur.
Gambar 2.2 Lokasi PLTU Tarahan
Dari Gambar 2.3 dapat dilihat bahwa pimpinan tertinggi dipegang oleh
seorang Manager dan dibantu beberapa Asisten Manager dan
Supervisior yang didalamnya telah terlihat batasan-batasan
pertanggungjawaban dari setiap bidang pekerjaan tersebut. Di samping
itu, adanya hubungan antara satu seksi dengan seksi lainnya melalui
fungsi masing-masing.
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PLTU Tarahan
2.7.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Pembagian fungsi dan tugas pokok dari tiap-tiap jabatan pada struktur
organisasi PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Sumatera Selatan di atas
adalah sebagai berikut:
1. Manajer Sektor
Adapun tugas pokok dari seorang Manager Sektor antara lain:
a. Mengelola pembangkit listrik dengan mengoptimalkan seluruh sumber
daya yang ada, serta memastikan kinerja unit yang handal, efisiensi
dan dikelola menurut manajemen operasi.
b. Ketentuan atau peraturan sebagai pedoman pelaksaan tugas.
c. Melakukan inovasi secara berkesinambungan dalam peningkatan
kinerja unit pembangkit.
d. Memantau, menganalisa dan mengevaluasi sistem serta prosedur kerja
operasi dan lingkungan.
e. Meningkatkan kualitas SDM diunit pembangkit melalui
pembinaan,pengembangan dan pelatihan berdasarkan program yang
jelas dan tepat guna, sehingga dapat tercapai SDM yang proaktif.
f. Memastikan sasaran kinerja yang ditetapkan Direksi dapat dicapai
dengan baik.
g. Memberikan masukan kepada Direksi mengenai langkah-langkah yang
perlu dilakukan dalam Rencana Strategis Perusahaan (RSP), agar
penyelenggaraan pengoperasian unit pembangkit berlangsung secara
berkesinambungan.
h. Melakukan koordinasi dengan pihak luar yang terkait dengan aspek
pengolahan pembangkit, baik pemerintah daerah maupun phak-pihak
terkait lainnya.
i. Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan
pengambilan keputusan lebih lanjut.
2. Asisten Manager Enjiniring (Asman Enjiniring)
Tugas pokok Asisten Manajer Enjiniring adalah melakukan perencanaan
dan evaluasi pengoperasian dan pemeliharaan unit-unit pembangkit
tenaga listrik. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Asisten
Manajer Enjiniring mempunyai fungsi:
a. Perencanaan pengoperasian pembangkit tenaga listrik,
b. Perencanaan pemeliharaan pembangkit tenaga listrik,
c. Pengevaluasian pengoperasian pembangkit tenaga listrik,
d. Pengevaluasian pemeliharaan pembangkit tenaga listrik,
e. Pengevaluasian masalah lingkungan dan keselamatan
ketenagalistrikan,
f. Penyelenggaran teknologi informasi.
3.2.1. Furnace
3.2.2. Cyclone
Cyclone adalah ruang pemisah antara flue gas dan batubara yang belum
habis terbakar berdasarkan berat jenis, batubara akan jatuh menuju
sealpot yang akan dimasukkan lagi ke dalam Furnace. Sedangkan flue
gas akan dihisap oleh ID Fan melalui Vortex Vendor yang akan menuju
ke Bag Pass, yang akan dimanfaatkan panasnya untuk memanaskan uap
yang keluar dari Furnace.
Back Pass adalah ruang untuk memanfaatkan kalor dari flue gas
sehingga dihasilkan uap yang sangat panas yang akan digunakan untuk
memutar turbin. Flue gas yang merupakan gas-gas sisa pembakaran
dalam furnace setelah melalui cyclone masih memiliki temperatur yang
tinggi yang selanjutnya akan dimanfaatkan untuk memanaskan uap
yang ada di Back Pass. Adapun komponen-komponen yang terdapat
dalam Back Pass adalah:
3.2.3.3. Economizer
Merupakan pemanasan awal air sebelum masuk ke steam drum, media
pemanas yang digunakan adalah flue gas sisa pembakaran dari
pembakaran bahan bakar dalam furnace.
Udara pembakaran disuplai dari dua primary air fan, dimana udara
primay ini terbagi menjadi dua aliran udara yaitu aliran udara yang
tidak melewati turbular air heater (cold air primary) dan aliran udara
yang melewati turbular air primary (hot air primary). Fungsinya
sebagai pemasokudara pembakaran yang utama.
Cold PA Aliran udara cold air primary diperoleh dari aliran udara PA
Fan yang tidak melewati air heater, dengan temperature ±570C dan
tekanan 3 kpa. Cold PA digunakan untuk menjaga aliran batubara atau
sebagai seal batubara di dalam coal feeder tidak keluar dari box feeder
serta digunakan untuk mendoron batubarapada line yang menuju
furnace dari coal feeder (Asmudi, 2010).
Hot PA Aliran udara dari PA Fan yang keluar dari turbular air heater
atau yang biasa disebut Aliran udara hot air primary dengan
temperature ±2150C dan preasure 14 kpa setelah keluar adri turbular
air heater jalurnya terbagi menjadi 2, ada yang masuk bersamaan
dengan line batubara dari coal feeder yang fungsinya untuk
mengeringkan dan menghembuskan batubara sebelum masuk ke
furnace dan ada juga line hot PA yang masuk langsung ke furnace
melalui lubang-lubang nozzle yang ada di bawah furnace yang
fungsinya adalah sebagai pemasok udara pembakaran di dalam ruang
(Furnace).
c. Damper
Karena udara primary ini terdiri dari dua buah kipas dan memiliki
satu aliran discharge (keluaran) maka digunakanlah damper yang
fungsinya sebagai penutup aliran udara apabila salah satu kipas
tidak beroperasi. Damper pada PA Fan berjumlah dua buah,
masing-masing satu pada tiap Fan. Damper ini bekerja
menggunakan sistem pneumatic.
d. Regulator
Fungsi dari regulasi damper adalah untuk mengontrol aliran udara
yang keluar dari kipas. Regulator ini dioperasikan melalui main
control room (MCR).
Gambar 3.11 Regulator Primary Air Fan
e. Motor Listrik
Motor digunakan sebagai penggerak kipas. Berikut ini spesifikasi
dari motor Primary air fan (PAF) yang di gunakan pada PLTU
Tarahan unit 3 & 4 adalah:
TECO WESTING HOUSE
Serial : 9199AA
Kecepatan : 1481 rpm
Daya : 2735 HP
Tegangan : 6000 Volt
Frekuensi : 50 Hz
Phase : 3 Phasa
Ambient : 400C
f. Bearing
Pada konstruksi primary air fan terdapat empat buah journal
bearing. Fungsi journal bearing pada Primary Air Fan adalah
sebagai tumpuan dan penahan gaya radial dan aksial.
Gambar 3.13 Bearing Primary Air Fan
g. Back Stop
Back Stop digunakan untuk menahan putaran balik pada kipas
(Fan) pada saat salah satu kipas (Fan) tidak beroperasi. Putaran
balik ini dapat mengakibatkan motor penggerak Fan rusak apabila
saat motor dioperasikan dalam keadaan putaran balik, maka
digunakan back stop agar tidak terjadi putaran balik.
adalah:
a. Kipas (Fan)
Kipas (Fan) pada ID Fan merupakan jenis kipas sentrifugal. ID Fan
ini letaknya diantara Bag House dan Stack, fungsinya untuk
menghisap dan menghembuskan flue gas menuju ke stack.
c. Regulator
Fungsi dari regulator adalah untuk mengontrol aliran flue gas yang
masuk pada kipas. Regulator ini dioperasikan melalui main control
room (MCR).
d. Motor Listrik
Motor digunakan sebagai penggerak kipas. Berikut ini spesifikasi
dari motor ID Fan yang digunakana pada PLTU Tarahan Unit 3 &
4 adalah:
TECO WESTING HOUSE
Serial : 9199BA
Kecepatan : 991 rpm
Daya : 1679 HP
Tegangan : 6000 Volt
Frekuensi : 50 Hz
Phase : 3 phasa
Ambient : 50
f. Back Stop
ID Fan menggunakan Back Stop untuk mencegah agar tidak terjadi
putaran balik pada saat salah satu fan tidak beroperasi. Putaran
balik ini dapat mengakibatkan motor penggerak kipas (Fan)
menjadi rusak akibat dioperasikan dalam putaran balik.
Udara dari fluidizing air blower juga digunakan untuk mendorong Inert
Media Bed (Pasir) pada saat pengisian ke furnace, serta sebagai
pendorong agar batubara yang belum habis terbakar dapat masuk
kembali ke dalam ruang bakar (furnace) dari cyclone.
PLTU Taran Unit 3 & 4 menggunakan jenis boiler CFB (circulating fluidized
bed) dmana pada boiler jenis CFB ini material bed (batubara) yang terbakar
didalam furnace semakin lama naik ke bagian atas furnace, karena massanya
berkurang batubara menjadi ringan dan ikut terbawa bersama flue gas menuju
cyclone. Cyclone berfungsi sebagai pemisah antara flue gas dan batubara,
batubara tersebut jatuh atau masuk ke dalam cyclone, karena batubara
didalam cyclone belum habis terbakar, maka batubara disirkulasikan kembali
ke dalam furnace, sedangkan flue gas menuju ke Back Pass.
Sistem udara pembakaran pada jenis boiler CFB disuplai dari dua aliran udara
utama yaitu udara primary dan udara secondary dan dibantu oleh udara dari
Fluidizing Air Blower serta udara dari limestone. ±60% udara pembakaran
berasal dari Primary Air Fan, ±36% dari Secondary Air Fan, ±3% udara
berasal dari Fluidizing Air Blower dan ±1% udara yang berasal dari limestone
dengan total flow udara pada beban 100 MW berkisar ±285.985,40 kg/h
sementara untuk menghisap gas-gas hasil pembakaran (flue gas) dari ruang
bakar menggunakan Induced Draft Fan.
Udara primary berasal dari udara luar yang masuk ke dalam kipas (Fan)
kemidian udara di hembuskan menuju tubular air heater dimana pada tubular
air heater terjadi pertukaran panas antara udara primary dengan flue gas.
Udara primary yang masuk ke dalam tubular air heater dengan temperatur
±570C dan keluar tubular air heater dengan temperature ±2150C, sedangkan
temperatur gas yang masuk ke dalam tubular air heater ±2850C dan
temperatur flue gas keluar tubular air heater ±1250C. Setelah melewati tubular
air heater udara primary panas masuk ke dalam air plenum yang letaknya di
bagian bawah furnace (ruang bakar), didalam air plemun udara primary
ditampung atau disimpan sebelum di hembuskan ke dalam furnace melalui
nozzle-nozzle bagian bawah didalam furnace. Udara primary ini digunakan
dengan jumlah flow yang banyak dibandingkan dengan jumlah flow udara
secondary karena fungsi udara primary ini untuk mengangkat udara didalam
furnace selain sebagai udara pembakaran.
Udara secondary juga berasal dari udara luar yang masuk ke dalam kipas
(Fan) kemudian udara secondary ini dihembuskan ke dalam tubular air heater
dengan temperatur ±460C dan keluar tubular air heater dengan temperatur
±2480C didalam tubular air heater ini terjadi perpindahan panas antara flue
gas dengan udara secondary, setelah melewati tubular air heater udara panas
secondary masuk ke dalam furnace melalui damper-damper yang letaknya di
bagiab depan yang jumlahnya delapan buah damper sedangkan di bagian
belakang jumlahnya empat buah damper, selain itu udara panas secondary
digunakan pada saat star-up burner dengan menggunakan HSD.
Selain dari udara primary dan udara secondary udara pembakaran juga
dibantu oleh udara fluidizing air blower dan udara dari limestone, udara
fluidizing air blower ini masuk ke dalam furnace bersama udara yang belum
habis terbakar pada cyclone serta udara pembakaran yang berasal dari udara
yang masuk bersama limestone. Sedangkan untuk menghisap sisa-sisa hasil
pembakaran (Flue Gas) digunakan Induce Draft Fan (IDF), IDF ini juga
berfungsi untuk menghembuskan sisa-sisa hasil pembakaran (Flue Gas)
menuju ke Stack (Jatmiko, 2011).
Batubara merupakan bahan bakar pokok dari PLTU Tarahan, yang menjadi
sumber penyuplai batubara adalah PT. Bukit Asam dengan menggukan
conveyor. Batubara yang akan dipergunakan untuk bahan bakar di PLTU
Tarahan sebelumnya telah melalui beberapa tahap seleksi, mulai dari
pemisahan logam-logam yang ikut di transfer bersama batubara. Setelah
melalui tahap itu, kemudian batubara di transfer ke coal crusher untuk di
hancurkan menjadi halus dengan ukuran yang kecil (±6mm). Selesai di
hancurkan, batubara kemudian di transfer ke coal bunker dan kemudian akan
dipergunakan untuk bahan bakar. Dilain pihak selain batubara dipergunakan
sebagai bahan bakar pokok, minyak solar pun dipergunakan sebagai bahan
bakar, tetapi untuk penggunaan solar tidak menjadi inti bahan bakar pada
PLTU Taran. Solar dipergunakan untuk star awal PLTU Tarahan, setelah
temperatur dan pressure Furnace sudah bisa untuk menggunakan batubara
maka solar di non aktifkan atau tidak dipergunakan lagi.
Prinsip kerja dari PLTU adalah dengan menggunakan siklus air –uap, air
yang merupakan suatu sistem tertutup. Air kondensat atau air dari hasil proses
pengondensasian di condensor dan air dari make up water (air yang telah
dimurnikan di water treatment) dipompa oleh Condensate Pump ke pemanas
tekanan rendah (low pressure heater). Disini air dipanasi kemudian
dimasukkan ke deaerator untuk menghilangkan gas udara (oksigen),
kemudian air ini dipompa oleh Boiler Feedwater Pump masuk ke pemanas
tekanan tinggi (high pressure heater) lalu menuju ke economizer. Dari
economizer yang selanjutnya masuk ke boiler drum, di Boiler Drum masih
terbentuk dua fasa, yakni fasa air dan fasa uap, yang masih berbentuk fasa air
di alirkan ke pipa Down Comer untuk dipanaskan pada wall tubes oleh boiler.
Uap air ini dikumpulkan kembali pada steam drum, kemudian dipanaskan
lebih lanjut ke superheater. Keluar dari superheater sudah berubah menjadi
uap kering yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi dan selanjutnya
uap ini digunakan untuk menggerakkan sudu-sudu turbin.
Material batu bara yang telah terbakar semakin lama naik ke bagian upper
furnace karena massanya berkurang, kemudian masuk ke cyclone, batubara
menabrak vortex vendor, sehingga flue gas dan fly ash terpisah dari material.
Material solid berputar menuju outlet cyclone dengan bantuan udara dari
fluidizing air blower menuju sealpot dan diinjeksikan kembali ke furnace
melalui sealpot return duct.
(3.3)
(3.5)
Dengan Th1 adalah tempratur ruang, Tc1 adalah tempratur masuk HE, Tc2
tempratur keluar ruang, Th2 tempratur keluar HE. Kemudian menentukan
nilai bilangan Reynold dan Nusselt.
(3.6)
ℎ =𝑟30.725
𝜌2.𝑔.𝑘 ( 1
4 (3.8)
0 )
𝜇.∆𝑇.𝑁.𝐷0
𝑘
ℎ = 𝑁𝑢 (3.9)
1 𝐷𝑖
Dimana h0 adalah nilai konveksi paksa pipa luar (W/m2 0C) , h1 adalah nilai
konveksi paksa pipa dalam (W/m2 0C), Nu adalah bilanagn nusselt, Di dan D0
adalah diameter dalam dan luar pipa (m), N adalah jumlah pipa pada penukar
kalor, 𝜇 adalah kerapatan fluida Kg/m3.
BAB IV
METODE KERJA PRAKTEK
4.1. Proses Pembentukan Uap Pada Alat Penukar Kalor Di Furnace Boiler
b
1 [1] Steam Drum
4 [6] Furnace
[7] Burner
Beberapa data yang diambil dan hal yang dilakukan pada saat proses kerja
praktek adalah :
b. Studi Literatur
Studi literatur merupakan metode yang dilakukan untuk mencari data
ataupun penelitian ilmiah terdahulu tentang perpindahan panas pada
Heat Exchanger Boiler. Studi literatur dilakukan dengan mencari
literatur yang bersangkutan baik itu di arsip perusahaan, buku
panduan/manual book, control room maupun yang ada di perpustakan
PLTU Tarahan.
c. Pengenalan Lapangan
Merupakan kegiatan kerja praktek dimana pengenalan terhadap
lingkungan perusahaan dengan bantuan mentor lapangan berupa
penjelasan alur proses apa saja yang terjadi pada Boiler PLTU Tarahan,
pengenalan opersional mesin dan perawatan (maintenance).
Kerja praktek yang telah saya lakukan di PT. PLN (Persero) PLTU
Tarahan dilaksanakan dari tanggal 8 Juli 2019 sampai dengan 6 Agustus
2019 selama 4 minggu. Waktu kerja praktek dilaksanakan dari hari senin
sampai dengan jumat, mulai dari pukul 08.00 sampai dengan 16.00 WIB.
Secara umum, kegiatan yang dilaksanakan selama kerja praktek adalah
sebagai berikut :
Alur proses kerja praktek yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 4.1.
Mulai
1. Studi literatur
2. Pengumpulan data
Kurang Lengkap
Data
Lengkap
Selesai
Tabel 5.3 nilai rata – rata parameter data log sheet bulan juli 2019
Adapun perhitungan dan pembahasan yang telah didapat dari proses kerja
praktek yang telah dilakukan di PT. PLN (Persero) PLTU Tarahan Unit 3
dimana HE 1 adalah wall tube HE 2 adalah evaporator dan HE 3 adalah
panel superheater adalah :
5.2.1. Hasil
13.24
𝑞𝑘 = −54 𝑥 4860.13
48.75
𝑞𝑘 = −71.277 𝐾𝑊
𝛥𝑇𝑚 (151.91)
= ln (1.3881)
𝛥𝑇𝑚 = 463.230C
c. Menentukan koefisien perpindahan secara menyeluruh untuk
mengetahui berapa panas yang diserap pada masing-masing Heat
Exchanger
1
𝜌2. 𝑔. 𝑘𝑟3 4
ℎ0 = 0.725 ( )
𝜇. ∆𝑇. 𝑁. 𝐷0
1
738.2 2𝑥9.8𝑥54 3 4
ℎ0 = 0.725 ( )
9.51𝑥13.24𝑥392𝑥0.0635
1
840,921,462,376.128 4
ℎ0 = 0.725 ( )
3,134.211
ℎ0 = 92.7886 W/m2 0C
Setelah diketahui nilai konveksi paksa pipa dalam dan konveksi paksa
pipa luar maka dengan luas pipa dalam 8.8 m2 dan luas pipa luar 9.72
m2
1
𝑈0 = 0.0317
9.72 1 1 9.72 ln ( )
0.0287
8.8 + 92.7886 + 3443.69 + 2𝜋𝑥54𝑥48.75
𝑈0 = 0.9 W/m2 0C
910.9 − 291.8
𝑄 = 0.9𝑥4860.13(305.04 − 291.8) (𝑙𝑜𝑔 )
910.9 − 305.04
619.1
𝑄 = 57913.3 (𝑙𝑜𝑔 )
605.86
𝑄 = 543.72 𝑘𝑗⁄𝑘𝑔
2. Pada HE 2 ( Evaporator )
Diketahui yaitu bilangan nusselt = 3.6669, konduktivitas thermal = 54
W/m0C, diameter dalam = 0.0575 m, maka :
54
ℎ1 = 3.6669
0.0575
ℎ1 = 3443.69 W/m2 0C
Setelah diketahui nilai konveksi paksa pipa dalam dan konveksi paksa
pipa luar maka dengan luas pipa dalam 8.8 m2 dan luas pipa luar 9.72
m2
1
𝑈0 =
9.72 1 1 9.72 ln (0.0317)
0.0287
8.8 + 155.81 + 3443.69 + 2𝜋𝑥54𝑥48.75
𝑈0 = 0.89983 W/m2 0C
947.76 − 305.04
𝑄 = 0.89983𝑥4860.13(308.37 − 305.04) (𝑙𝑜𝑔 )
947.76 − 308.37
642.72
𝑄 = 14563.05 (𝑙𝑜𝑔 )
639.39
𝑄 = 32.853 𝑘𝑗⁄𝑘𝑔
54
ℎ1 = 3.6669
0.0575
ℎ1 = 3443.69 W/m2 0C
Setelah diketahui nilai konveksi paksa pipa dalam dan konveksi paksa
pipa luar maka dengan luas pipa dalam 8.8 m2 dan luas pipa luar 9.72
m2
1
𝑈0 = 0.0317
9.72 1 1 9.72 ln ( )
0.0287
8.8 + 70.681 + 3443.69 + 2𝜋𝑥54𝑥48.75
𝑈0 = 0.893 W/m2 0C
947.76 − 404.52
𝑄 = 0.893𝑥4860.13(463.58 − 404.52) (𝑙𝑜𝑔 )
947.76 − 463.58
543.24
𝑄 = 256614.86 (𝑙𝑜𝑔 )
484.18
𝑄 = 12630.07 𝑘𝑗⁄𝑘𝑔
Dimana diketahui :
5
𝑞𝑘 = − 54 𝑥 4860.13
48.75
𝑞𝑘 = −26.917 𝐾𝑊
𝑞𝑘 = − 54 𝑥 4860.13 60
48.75
𝑞𝑘 = − 323.011 𝐾𝑊
1
738.2 2𝑥9.8𝑥54 3 4
ℎ0 = 0.725 ( )
9.51𝑥15𝑥392𝑥0.0635
1
840,921,462,376.128 4
ℎ0 = 0.725 ( )
3550.84
ℎ0 = 89.938 W/m2 0C
Setelah diketahui nilai konveksi paksa pipa dalam dan konveksi paksa
pipa luar maka dengan luas pipa dalam 8.8 m2 dan luas pipa luar 9.72
m2
1
𝑈0 = 0.0317
9.72 1 1 9.72 ln ( )
0.0287
8.8 + 89.938 + 3443.69 + 2𝜋𝑥54𝑥48.75
𝑈0 = 0.896 W/m2 0C
54
ℎ1 = 3.6669
0.0575
ℎ1 = 3443.69 W/m2 0C
Setelah diketahui nilai konveksi paksa pipa dalam dan konveksi paksa
pipa luar maka dengan luas pipa dalam 8.8 m2 dan luas pipa luar 9.72
m2
1
𝑈0 = 0.0317
9.72 1 1 9.72 ln ( )
8.8 + 140.761 + 3443.69 + 2𝜋𝑥54𝑥48.750.0287
𝑈0 = 0.88 W/m2 0C
1
738.2 2𝑥9.8𝑥54 3 4
ℎ0 = 0.725 ( )
9.51𝑥60𝑥261𝑥0.0635
1
840,921,462,376.128 4
ℎ0 = 0.725 ( )
9466.45
ℎ0 = 70.384 W/m2 0C
Setelah diketahui nilai konveksi paksa pipa dalam dan konveksi paksa
pipa luar maka dengan luas pipa dalam 8.8 m2 dan luas pipa luar 9.72
m2
1
𝑈0 = 0.0317
9.72 1 1 9.72 ln ( )
0.0287
8.8 + 70.384 + 3443.69 + 2𝜋𝑥54𝑥48.75
𝑈0 = 0.88 W/m2 0C
Dimana diketahui :
400000 X (792.258−
η bi =
236.435) x 100 % = 94.233 %
48150 X 4900
5.2.2. Pembahasan
Banyaknya kalor yang diserap untuk setiap Heat Exchanger dengan data
aktual adalah HE 1 = 543.72 W, HE 2 = 32.853 W dan HE 3 = 12630.07
W dan banyaknya kalor yang diserap untuk setiap Heat Exchanger dengan
data ideal adalah HE 1 = 689.14 W, HE 2 = 71.166 W dan HE 3 =
14026.63 W, selisih rata – rata data aktual dan ideal banyak kalor yang di
serap sebesar 18 %. Dengan banyaknya kalor yang diserap pada HE 3
juga dikarenakan material yang digunakan dan material kerja yang
berbeda, sedikitnya kalor yang diserap pada HE 2 disebabkan karena
fungsi lain dari HE 2 sebagai jalur sirkulasi dari air yang berada di water
drum boiler.
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan kerja praktek yang telah dilakukan di PLTU Tarahan
dapat disimpulkan bahwa :
Dari hasil kegiatan kerja praktek yang telah dilakukan di PLTU Tarahan
maka perlu diberikan saran antara lain :
1. Untuk mengurangi terjadinya pengikisan yang terjadi di Heat Exchanger
di Furnace Boiler PLTU Tarahan agar diperhatikan penggunaan udara
fludizing yang tidak berlebihan terlebih secara terus-menerus agar tidak
mengikis pipa HE yang dapat menurunkan kinerja Boiler tersebut.
2. Memperhatikan bed material yang digunakan pada proses pembakaran
sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan agar tidak terjadi gesekan
yang berlebihan antara pipa dan bed material.
3. Meminimalkan berbagai macam penyebab turunnya efisiensi boiler
dengan melakukan pemeliharaan secara rutin dan perbaikan secara
berkala sehingga efisiensi boiler tetap terjaga dan performa boiler
tersebut dapat bekerja secara optimal dalam menghasilkan uap/steam.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Asmudi. 2010. Analisa Unjuk Kerja Boiler Terhadap Penurunan Daya.
Jurnal Teknik Sistem Perkapalan Vol 4(2): 2 - 5.
[2] Cengel, Yunus A. 2003. Heat Transfer : A Practical Approach 2nd Edition.
Boston : McGraw-Hill.
[3] Incropera, Frank P. 2011. Fundamentals of Heat and Mass Transfer 7th
Edition. USA : John Wiley & Sons, Inc. All rights reserved.
[4] Jatmiko, Ab. 2011. Buku Pintar Pengoperasian PLTU Tarahan Tipe CFB
(Circulating Fluidized Bed). Tarahan : PT. PLN (Persero)