TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
58
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
66
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
tugas akhir.
Penulisan Tugas Akhir ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik oleh
penulis tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
penting sebagai orang tua bagi penulis yang telah berkenan meluangkan
2. Bapak Muhammad Faisal, ST, MT dan Bapak Robi Arianta Sembiring, ST,
3. Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia selaku koordinator tugas akhir sub
jurusan sumber daya air, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan izin dalam mewujudkan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Medis Sejahtera Surbakti, ST, MT, selaku Ketua Departemen
5. Bapak Ir. Andi Putra Rambe, MBA, selaku Sekretaris Departemen Teknik
66
Universitas Sumatera Utara
6. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Pembantu Dekan I Fakultas
7. Kedua orang tua saya Alm. H. Bahran Efendy Nasution BA dan Dra. Hj
dan doanya selama ini serta abang/kakak dan adikku Sutan Bajora, Efrida
’08, ’10, adik-adik stambuk ’16, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan
ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
sehingga dapat menyempurnakan Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat
66
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Daftar Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR NOTASI ........................................................................................... viii
66
Universitas Sumatera Utara
2.4.1.2. Pengambilan Bebas .................................................. 19
2.4.1.3. Pengambilan dari Waduk ......................................... 19
2.4.1.4. Stasiun Pompa ......................................................... 19
2.4.2. Bangunan Pembawa .............................................................. 20
2.4.3. Bangunan Bagi dan Sadap ..................................................... 21
2.4.4. Bangunan Pengatur dan Pengukur ........................................ 21
2.4.5. Bangunan Drainase ............................................................... 22
2.4.6. Bangunan Pelengkap ............................................................. 23
2.5. Analisa Hidrologi ............................................................................ 23
2.5.1. Curah Hujan Regional ........................................................... 23
2.5.2. Kesetimbangan Air ................................................................ 27
2.5.2.1. Metode Dr. F. J. Mock ............................................. 27
2.5.3. Debit ...................................................................................... 31
2.5.3.1. Debit Air .................................................................. 31
2.5.3.2. Pengukuran Debit .................................................... 32
2.5.3.3. Debit Andalan .......................................................... 39
2.6. Analisa Kebutuhan Air untuk Irigasi .......................................... 40
2.7. Kebutuhan Air Padi di Sawah .................................................... 41
2.7.1. Kebutuhan Air Untuk Pengolahan Lahan Padi ................ 42
2.7.2. Penggunaan Konsumtif .................................................... 43
2.7.3. Perkolasi ........................................................................... 45
2.7.4. Penggantian Lapisan Air .................................................. 46
2.7.5. Curah Hujan Efektif ......................................................... 46
2.7.6. Efisiensi Irigasi ................................................................. 47
2.7.7. Efektifitas Irigasi .............................................................. 48
2.7.8. Kebutuhan Air Sawah ....................................................... 48
66
Universitas Sumatera Utara
3.2. Data Teknis Lapangan ................................................................ 52
3.2.1. Jaringan Irigasi Paya Sordang .......................................... 52
3.3. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 52
3.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data ....................................... 53
3.4.1. Analisis Hidrologi ............................................................ 53
3.4.2. Mengukur Debit Aliran .................................................... 53
3.4.3. Analisis Tingkat Efisiensi ................................................. 54
3.4.4. Analisis Tingkat Efektifitas .............................................. 55
66
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.2. Peta Lokasi Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara, Kota Padang
Sidimpuan ...................................................................................... 51
66
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.6. Tingkat Efisiensi Pada Saluran Pada Jaringan Irigasi ....................... 48
66
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR NOTASI
Notasi Halaman
ET = Evapotranspirasi ............................................................................... 40
66
Universitas Sumatera Utara
M = Kebutuhan Air untuk Mengganti Kehilangan Air ........................... 42
R = Hujan Bulnan.................................................................................... 28
66
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
padi, sebagai suatu komuditas di Indonesia pada dasarnya dapat dilakukan melalui
Peningkatan produksi pangan dalam jangka waktu pendek dapat dilakukan secara
ada, pada usaha tani padi sawah optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dapat
dilakukan antara lain melalui pemanfaatan air irigasi secara efisien dan efektif.
pangan khususnya padi adalah turunnya produktivitas lahan. Hal ini diakibatkan
oleh over intensifikasi pada lahan sawah terkait dengan intensitas tanam yang
Selain itu, banyak lahan yang mengalami kekurangan air akibat dari menurunnya
irigasi diantaranya terjadi karena alih fungsi lahan dari lahan sawah kebentuk
kurangnya kebutuhan air untuk sawah. Dampak penurunan kinerja irigasi akan
66
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi komitmen petani untuk tetap mempertahankan ekosistem sawah.
Hal ini disebabkan oleh buruknya kinerja irigasi yang mengakibatkan lahan
dan perbaikan atau akibat terjadinya perubahan lingkungan terutama wilayah hulu
sehingga jaringan irigasi rusak. Penilaian keadaan fisik irigasi dapat dilakukan
dengan jumlah total bangunan irigasi yang ada pada daerah irigasi.
pada saat ini mempunyai sasaran yang lebih jauh yaitu hanya sekedar perubahan
kapasitas yang cukup tinggi pada tingkat jaringan irigasi primer, sekunder, tersier
dan kuarter.
penilaian terhadap kinerja jaringan irigasi tersebut. Daerah Irigasi Paya Sordang
Padang Sidempuan. Dalam hal ini petani yang memanfaatkan irigasi Paya
Sordang sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan air di areal pertanian
banyak yang mengalami kekurangan air, hal ini diduga kerena menurunnya
66
Universitas Sumatera Utara
1.2. Tujuan Penelitian
Sordang.
2. Mengetahui kebutuhan air irigasi yang terdapat pada irigasi Paya Sordang.
Sordang.
jaringan irigasi dan menjadi masukan bagi daerah lain untuk memperbaiki
jaringan irigasi agar dapat bekerja optimal. Selain daripada itu tugas akhir ini
jaringan irigasi.
jaringan irigasi dan menjadi masukan bagi daerah lain untuk memperbaiki
jaringan irigasi agar dapat bekerja optimal. Selain daripada itu tugas akhir ini
jaringan irigasi.
66
Universitas Sumatera Utara
2. Mengumpulkan data primer berupa dokumentasi lokasi penelitian dan
penyaluran air.
3. Mengumpulkan data sekunder berupa data curah hujan , dan skema jaringan
irigasi. Data sekunder merupakan data dari instansi, lembaga masyarakat, dan
andalan, mengatur pola tanam dan menghitung kebutuhan air dengan metode
F.J. Mock.
6. Membuat kesimpulan dan saran. Secara garis besar metode dan tahapan
66
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisa Data
Hasil
Selesai
66
Universitas Sumatera Utara
1.5.Pembatasan Masalah
adalah :
1. Perhitungan terhadap debit andalan dan kebutuhan air irigasi dalam mengairi
2. Analisa efektifitas dan efisiensi jaringan irigasi yang dilakukan hanya pada
66
Universitas Sumatera Utara
1.6. Sistematika Penulisan
Bab I. Pendahuluan
penelitian.
curah hujan, analisis debit andalan, kebutuhan air irigasi, efisiensi dan
66
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bumi dari suatu tempat ke tempat lainnya hingga kembali ke tempat asalnya.
Air naik ke udara dari permukaan laut atau dari daratan melalui evaporasi. Air di
atmosfer dalam bentuk uap air atau awan bergerak dalam massa yang besar di atas
benua dan dipanaskan oleh radiasi tanah. Panas membuat uap air lebih naik lagi
sehingga cukup tinggi dan dingin untuk terjadi kondensasi. Uap air berubah jadi
embun dan seterusnya jadi hujan atau salju. Curahan (precipitation) turun ke
bawah, ke daratan atau langsung ke laut. Air yang tiba di daratan kemudian
Sebagian dari air hujan yang turun dari awan menguap sebelum tiba di
(intercception) dan menguap dari permukaan daun-daun. Air yang tiba di tanah
dapat mengalir terus ke laut, namun ada juga yang meresap dulu ke dalam tanah
(infiltration) dan sampai ke lapisan batuan sebagai air tanah. Sebagian dari air
menguap atau sebaliknya, sebagian air mengalir di atas permukaan tanah melalui
parit, sungai, hingga menuju ke laut (surface run off), sebagian lagi infiltrasi ke
66
Universitas Sumatera Utara
dasar danau dan bergabung di dalam tanah sebagai air tanah yang pada akhirnya
ke luar sebagai mata air. Siklus hidrologi dibedakan ke dalam tiga jenis yaitu:
(Limantara, 2010)
berubah menjadi butir-butir air yang halus atau awan dan selanjutnya hujan
2. Siklus Sedang : Air laut menguap lalu dibawa oleh angin menuju daratan dan
melalui proses kondensasi berubah menjadi awan lalu jatuh sebagai hujan di
daratan dan selanjutnya meresap ke dalam tanah lalu kembali ke laut melalui
3. Siklus Panjang : Air laut menguap, setelah menjadi awan melalui proses
kondensasi, lalu terbawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi di daratan
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan suatu
kesatuan dengan sungai dan anak – anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di
laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.
66
Universitas Sumatera Utara
Air pada DAS merupakan aliran air yang mengalami siklus hidrologi
secara alamiah. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari
laut yang tidak pernah berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan sementara di
sungai, danau, dan dalam tanah. Pembagian daerah aliran sungai berdasarkan
fungsi hulu, tengah dan hilir yaitu: (KP Irigasi 01, 2010)
antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS,
2. Bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelolah
untuk memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara
menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana
3. Bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelolah
untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang
ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih,
66
Universitas Sumatera Utara
Bentuk daerah aliran sungai terbagi atas tiga jenis, yaitu: (Suripin, 2005)
1. Daerah aliran sungai (DAS) dengan pola bulu burung, di daerah aliran sungai
ini selain terdapat sungai utama, tidak jauh dari sungai utama tersebut, di
sebelah kirinya dan kanan terdapat pola-pola sungai kecil atau anak-anak
sungai.
2. Daerah aliran sungai (DAS) dengan pola radial atau melebar, di daerah aliran
sungai ini pun terdapat sungai utama (besar dengan beberapa anak
3. Daerah aliran sungai (DAS) dengan pola paralel atau sejajar, daerah aliran
sungai ini memiliki 2 jalur daerah aliran, yang memang paralel, yang di
Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan
berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari
66
Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi
jaringan irigasi dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:(KP Irigasi 01, 2010)
dan mengatur
debit
terpisah
66
Universitas Sumatera Utara
Efisiensi secara 50-60% 40-50% <40%
keseluruhan
batasan
mudah untuk mengalirkan dan membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah
sama namun jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain:
2. Air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih
subur.
lama. Ilustrasi jaringan irigasi sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.1.
66
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Skematis Contoh Jaringan Irigasi Sederhana.( KP Irigasi 01,
2010)
Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen atau
pun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan
mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan
Ilustrasi jaringan irigasi semi teknis sebagai bentuk pengembangan dari jaringan
66
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Skematis Contoh Jaringan Irigasi Semi Teknis.( KP Irigasi 01,
2010)
Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping
itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan
disusun suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder,
petak tersier, petak kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil. Gambar 2.3.
66
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Skematis Contoh Jaringan Irigasi Teknis. ( KP Irigasi 01, 2010)
tersier sebaiknya mempunyai batas--batas yang jelas, misalnya jalan, parit, batas
desa dan batas-batas lainnya. Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi
pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas
petak tersier antara lain jumlah petani, topografi dan jenis tanaman. Apabila
66
Universitas Sumatera Utara
atau segi empat. Hal ini akan memudahkan dalam pengaturan tata letak dan
saluran primer. Sedapat mungkin dihindari petak tersier yang terletak tidak secara
dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari
bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak
sekunder pada urnumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran
di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang
langsung airdari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer
saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap
66
Universitas Sumatera Utara
air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi
daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran
primer.
pengaturan air irigasi Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam
1. Bangunan utama
2. Bangunan pembawa
6. Bangunan pelengkap.
1. Bendung
2. Pengambilan bebas
4. Stasiun pompa.
66
Universitas Sumatera Utara
2.4.1.1. Bendung
dibangun melintang dengan sungai yang sengaja dibuat dengan maksud untuk
meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai
elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan
tanggul banjir.
air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan dengan
tinggi muka air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air, secara gravitasi muka air
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi
kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya,
66
Universitas Sumatera Utara
waduk dapat bersifat multi guna. Pada urnumnya waduk dibangun memiliki
pariwisata, dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka
pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi
pemberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik
waduk.
upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik
dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi
dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi
saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan
pernbawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran
Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang
terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran
yang ada dalam suatu sistern irigasi yaitu: (KP Irigasi 01, 2010)
66
Universitas Sumatera Utara
1. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder
dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
2. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.
3. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier
terkahir.
4. Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier
menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas
sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran
yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi ini
masing masing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap tersier
mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier
penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung
menjadi satu rangkaian bangunan. Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada
umumnya mempunyai 3 (tiga) bagian utama, yaitu: (KP Irigasi 01, 2010)
66
Universitas Sumatera Utara
1. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan
2. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju
gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang
primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan
sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka
air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang
pangatur. Beberapa contoh bangunan pengukur debit diberikan pada Tabel 2.2.
66
Universitas Sumatera Utara
Romijn Aliran atas Ya
sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran
1. Mengeringkan sawah.
atasnya atau dari saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pernbuang tersier
66
Universitas Sumatera Utara
2.4.6. Bangunan Pelengkap
bangunan lainnya.
Curah hujan wilayah yang terdapat pada suatu daerah aliran sungai (DAS)
irigasi, mengetahui neraca air dalam suatu lahan dan untuk mengetahui besarnya
Curah hujan regional di dapat melalui penakaran curah hujan yang terdapat
suatu titik pengamatan. Ada tiga cara untuk menghitung hujan rata-rata daearah
Metode ini adalah metode yang paling sederhana untuk menghitung hujan
rerata pada suatu daerah. Pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam
66
Universitas Sumatera Utara
waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun.
Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan biasanya adalah berada di dalam
DAS, tetapi stasiun di luar DAS yang masih berdekatan juga bisa diperhitungkan.
di mana R = area rainfall (mm), n = jumlah stasiun pengamat dan R1 ,R2 , ..., Rn
2. Metode Thiessen
mewakili luasan disekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa
hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan
yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan
apabila penyebaran stasiun hujan didaerah yang ditinjau tidak merata. Hitungan
curah hujan rerata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap
a. Stasiun pencatat hujan digambarkan pada peta DAS yang ditinjau termasuk
66
Universitas Sumatera Utara
c. Dibuat garis berat pada sisi-sisi segitiga.
Tiap stasiun mewakili luasan yang dibentuk oleh poligon. Untuk stasiun yang
berada didekat batas DAS, garis batas DAS membentuk batas tertutup dari
poligon.
e. Luas tiap poligon di ukur dan kemudian dikalikan dengan kedalaman hujan di
f. Jumlah dari hitungan pada butir e untuk semua stasiun dibagi dengan luas
daerah yang ditinjau menghasilkan hujan rerata daerah tersebut yang dalam
P= 2-2
3. Metode Isohyet
yang sama. Pada metode isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di
antara dua garis isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rerata dari kedua
garis isohyet tersebut. Pembuatan garis isohyet dilakukan dengan prosedur berikut
ini:
a. Lokasi stasiun hujan dan kedalaman hujan digambarkan pada peta daerah
yang ditinjau.
66
Universitas Sumatera Utara
b. Dari kedua nilai kedalaman hujan di stasiun yang berdampingan dibuat
d. Diukur luas daerah antara dua isohyet yang berurutan dan kemudian
e. Jumlah dari hitungan pada butir d untuk seluruh garis isohyet dibagi dengan
P = 2-3
di mana P = curah hujan wilayah, I1,I2,...In= garis isohyet ke 1,2, dan 3 dan
A1,A2,...An= luas daerah yang dibatasi oleh garis isohyet ke1,2 dan 3.
Metode ini ditemukan oleh Dr. F.J. Mock. Metode ini dikembangkan
untuk menghitung debit bulanan rata-rata. Dengan metode ini, besarnya aliran dari
dapat dihitung. Pada dasarnya metode ini adalah hujan yang jatuh pada catchment
menjadi aliran permukaan (direct run off) dan sebagian lagi akan masuk kedalam
66
Universitas Sumatera Utara
kemudian menjadi perkolasi membentuk air bawah tanah (ground water) yang
nantinya akan keluar ke sungai sebagai aliran dasar (base flow). Prinsip Metode
F.J.Mock adalah:
storage).
2. Dalam sistem mengacu pada waterbalance, volume air total yang berada di
1. Data meteorologi
a. Data presipitasi dalam hal ini adalah curah hujan bulanan dan data curah
hujan harian.
“Penman Modifikasi“
Ea = Eto – E 2-6
66
Universitas Sumatera Utara
m=Perbandingan permukaan tanah tanah yang tidak tertutup dengan tumbuh-
tumbuhan penahan hujan koefisien yang tergantung jenis areal dan musiman
dalam %.
berikut:
ΔS = R – Ea 2- 7
Bila harga positif (R>Ea) maka air akan masuk ke dalam tanah bila
(surface runoff).
Bila harga tanah ΔS negatif (R>Ea), air hujan tidak dapat masuk
kedalam tanah (infiltrasi) tetapi air tanah akan keluar dan tanah akan
b. Perubahan kandungan air tanah (soil storage) tergantung dari harga ΔS.
lapisan tanah atas dari daerah pengaliran. Biasanya diambil 50 s/d 250
66
Universitas Sumatera Utara
mm, yaitu kapasitas kandungan air didalam tanah per m3. Semakin besar
WS = ΔS - Tampungan tanah 2- 8
4. Limpasan dan penyimpanan air tanah (Run off dan Ground Water storage).
a. Infiltrasi (i)
dari tanah. Misalnya kerikil mempuyai daya infiltrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanah liat yang kedap air. Untuk lahan yang terjal
dimana air sangat cepat menipis diatas permukaan tanah sehingga air tidak
kelebihan air.
Vn = k. (Vn-1) + ½ (1 + k ) in 2-10
66
Universitas Sumatera Utara
Dimana Vn= volume simpanan ait tanah periode n ( m3), Vn-1= volume
simpanan air tanah periode n – 1 (m3), k= qt/qo = faktor resesi aliran air
berkisar antara 0 s/d 1, qt = aliran tanah pada waktu t (bulan ke t), qo=
aliran tanah pada awal (bulan ke 0) dan in= Infiltrasi bulan ke n (mm).
mengikuti persamaan:
ΔVn = Vn – Vn-1 2- 11
Air hujan atau presipitasi akan menempuh tiga jalur menuju kesungai.
kedalam tanah lalu mengalir ke kiri dan kananya membentuk aliran antara.
lapisan air tanah. Aliran permukaan tanah serta aliran antara sering
BF = I - (Δ Vn ) 2-12
Dro = WS – I 2-13
66
Universitas Sumatera Utara
Qn = Ron x A 2-15
2.5.3. Debit
mengalir dari suatu sumber persatu-satuan waktu, biasanya diukur dalam satuan
liter / detik. Pengukuran debit dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
3. Pengukuran kecepatan aliran dan luas penampang melintang, dalam hal ini
dengan kincir.
debit air di daerah bendung harus lebih cukup untuk disalurkan ke saluran-saluran
penyaluran air pengairan ke suatu areal lahan pertanaman dapat diatur dengan
66
Universitas Sumatera Utara
tersebut, maka masalah kebutuhan air pengairan selalu dapat diatasi tanpa
tinggi maupun pada kecepatan yang sangat rendah. Alat ukur arus adalah alat
untuk mengukur kecepatan aliran. Apabila alat ini ditempatkan pada suatu titik
kedalaman tertentu maka kecepatan aliran pada titik tersebut akan dapat
menggunakan alat ukur arus maka pengukuran dapat dilakukan dengan alat
metoda apung. Caranya dengan menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam
di permukaan aliran sungai untuk jarak tertentu dan mencatat waktu yang
diperlukan oleh benda apung tersebut bergerak dari suatu titik pengamatan ke titik
pengamatan lain yang telah ditentukan. Kecepatan aliran juga bisa diukur dengan
dihubungkan dengan kotak pencatat (alat monitor yang akan mencatat jumlah
66
Universitas Sumatera Utara
dalam sungai yang akan diukur kecepatan alirannya. Bagian ekor alat tersebut
menyerupai sirip dan akan berputar karena gerakan aliran sungai. Tiap putaran
ekor tersebut akan mencatat oleh alat monitor, dan kecepatan aliran sungai akan
ditentukan oleh jumlah putaran per detik untuk kemudian dihitung dengan
menggunakan persamaan matematik yang khusus dibuat untuk alat tersebut untuk
Kemampuan
Tipe Alat Ukur Mengukur Dengan
Mengatur
Dalam hal ini berbagai alat pengukur yang telah biasa digunakan yaitu:
66
Universitas Sumatera Utara
Ambang dari pintu Romijn dalam pelaksanaan pengukuran dapat dinaik
Alat ukur tipe ini ditentukan oleh lebar dari bagian penyempitan,yang
artinya debit air diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang
menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai
air,secara langsung, dengan pintu ukur romijin, sekat ukur tipe cipoletti
66
Universitas Sumatera Utara
dan sekat ukur tipe Thompsonbiasanya lebih mudah karena untuk itu
terdapat dua tipe pelampung yang digunakan yaitu pelampung permukaan dan
pelampung tangkai.
Pada permukaan debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan
Pengukuran dilakukan pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak
tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampunh untuk jarak
tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang dibanding
lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan rata- rata yang
besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air. Dalam
tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat
66
Universitas Sumatera Utara
air kedua penampang melintang yang diukur pada waktu bersama-sama disusun
pertengahan garis – garis horizontal dan vertikal dari penampang itu, jika terdapat
tiga penampang melintang, maka mula – mula dibuat penampang melintang rata –
rata antara penampang melintang rata – rata yang diperoleh dari penampang
Q = C . Vp Ap 2-16
yang digunakan, Vp = kecepatan rata – rata pelampung dan Ap = luas aliran rata –
rata.
Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang diterima
detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter unit
rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap – tiap propeller. Pada jenis
bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat berupa : mangkok, bilah dan
sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya aliran
Q=VxA 2-17
66
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur
kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap
a. Bentuk saluran
b. Kekasaran saluran
kecepatan ini amat penting. Hal ini bertalian dengan penentuan kecepatan aliran
yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan pada bidang tersebut. Dari hasil
penelitian “United Stated Geological Survey” aliran air di saluran (stream) dan
b. Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air
rata-rata nya.
bentuk:
66
Universitas Sumatera Utara
dimana V = kecepatan aliran, n = koefisien kekasaran Manning, R = jari-jari
jenis saluran yang berbeda, harga-harga n berikut ini umumkan disarankan untuk
2 Kayu 0,011-0,014
6 Beton 0,012-0,017
2.5.3.3.Debit Andalan
kebutuhan air dengan resiko yang telah diperhitungkan. Tujuan utama untuk
diharapkan selalu tersedia di sungai sepanjang tahun. Dalam penelitian ini debit
66
Universitas Sumatera Utara
probabilitas 80% adalah debit yang memiliki kemungkinan terlampaui sebesar
80% dari 100% kejadian. Jumlah kejadian yang dimaksud adalah jumlah data
yang diperlukan untuk analisis adalah lima tahun dan pada umumnya untuk
memperoleh nilai yang baik data yang digunakan hendaknya berjumlah 10 tahun
data.
dalam perhitungan debit andalan digunakan metode Dr. F.J.Mock. Sebagai data
Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang
tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada
suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air
nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air
yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan
KAI = ET + KA + KK 2-19
66
Universitas Sumatera Utara
Misalnya evapotranspirasi suatu tanaman pada suatu lahan tertentu pada
suatu periode adalah 5 mm per hari, kehilangan air ke bawah (perkolasi) adalah 2
mm per hari dan kebutuhan khusus untuk penggantian lapis air adalah 3 mm per
hari maka. kebutuhan air pada periode tersebut dapat dihitung sebagai berikut
KAI = 5 + 2 + 3
KAI = 10 mm perhari
Untuk memenuhi kebutuhan air ingasi terdapat dua sumber utama. Yaitu
pernberian air irigasi (PAI) dan hujan efektif (HE). Disamping itu terdapat sumber
lain yang dapat dimanfaatkan adalah kelengasan yang ada di daerah perakaran
serta kontribusi air bawah permukaan. Pemberian Air Irigasi dapat dipandang
sebagai kebutuhan air dikurangi hujan efektif dan sumbangan air tanah.
di mana PAI = Pemberian air irigasi, KAI = Kebutuhan air, HE = Hujan efektif
Sebagai contoh misalnya kebutuhan air pada suatu periode telah dihitung
sebesar 10 mm per hari, sumbangan hujan efektif pada periode tersebut juga telah
dihitung sebesar 3 mm per hari dan kontribusi air tanah adalah 1 mm per ha, maka
1. Pengolahan lahan
66
Universitas Sumatera Utara
2. Penggunaan konsumtif
3. Perkolasi
6. Efisiensi irigasi
7. Efektifitas irigasi
faktor hujan efektif. Kebutuhan air di sawah dapat dinyatakan dalam satuan
suatu proyek irigasi. Ada 2 faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan
selama penyiapan lahan salah satunya adalah metode yang dikembangkan oleh
van de Goor dan Zijlstra(1968). Metode ini didasarkan pada laju air konstan
IR = M. ek/(ek – 1) 2-21
M = Eo + P 2-22
66
Universitas Sumatera Utara
K = MT/S 2-23
kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di
= kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yakni 250
dimana air yang dihisap oleh akar diteruskan lewat tubuh tanaman dan diuapkan
yaitu evapotranspirasi yang terjadi apabila tersedia cukup air. Kebutuhan air untuk
Etc = Kc x Eto 2- 24
66
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan air konsumtif ini dipengaruhi oleh jenis dan usia tanaman
jenis yang sama juga berbeda menurut varietasnya.Harga dari koefisien tanam
Padi Palawija
4,5 0,55*
66
Universitas Sumatera Utara
1. Kebutuhan air irigasi selama jangka waktu penyiapan lahan
IR = M.ek/(ek – 1) 2-25
evaporasi, M=Eo+P, E0= Evaporasi air terbuka yang diambil dari 1,1 x ET0
IR = NFR/e 2-27
2.7.3. Perkolasi
karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3
mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.
Untuk menentukan laju perkolasi, perlu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya.
66
Universitas Sumatera Utara
2.7.4. Penggantian lapisan air
bulan dan dua bulan setelah transplantasi (atau 3,3 mm/hari selama 1/2 bulan).
Analisa curah hujan yang dimaksud adalah curah hujan efektif untuk
menghitung kebutuhan air irigasi. Curah hujan efektif atau andal adalah bagian
dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air
irigasi.
merupakan curah hujan yang besarnya dapat dilampaui sebanyak 80% atau
dengan kata lain dilampauinya 8 kali kejadian dari 10 kali kejadian. Artinya,
bahwa besarnya curah hujan yang terjadi lebih kecil dari R80 mempunyai
R80 = (n/5) + 1 2- 28
di mana Reff= curah hujan efektif 80% (mm/hari), (n/5)+1 = rangking curah
hujan efektif dihitung dari curah hujan terkecil dan n = jumlah data.
Untuk menghitung curah hujan efektif padi digunakan persamaan sebagai berikut:
di mana Reff= curah hujan efektif 80 % dan R = curah hujan minimum pada
tengah bulanan.
66
Universitas Sumatera Utara
2.7.6. Efisiensi Irigasi
Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata
yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang
keluar dari pintu pengambilan (intake). Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi
pengaliran yang pada umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan
sekunder yaitu dari bangunan pembagi sampai petak sawah. Efisiensi irigasi
didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di
operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier, sekunder dan primer.
saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah.
Besarnya nilai efisiensi irigasi ini dipengaruhi oleh jumlah air yang hilang selama
di perjalanan. Efisiensi kehilangan air pada saluran primer, sekunder dan tersier
primer 80%, sekunder 90% dan tersier 90%. Sehingga efisiensi irigasi total = 90%
x 90% x 80% = 65 %.
DebitPangkal DebitUjung
Debit Hilang = x100%
DebitPangkal
66
Universitas Sumatera Utara
Standarisasi tingkat efisiensi pada jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel
2.6.
Irigasi.
Jaringan Efisiensi
Saluran Primer 90 %
Saluran Sekunder 90 %
Saluran Tersier 80 %
Tingkat efektifitas jaringan irigasi terutama pada jaringan irigasi induk dan
IA = X 100 % 2-31
jaringan irigasi.
tanaman, jenis tanah, cara pemberiaan airnya, cara pengolahan tanah, banyak
turun curah hujan, waktu penanaman, iklim, pemeliharaan saluran dan bangunan
66
Universitas Sumatera Utara
Banyaknya air pada petak sawah dapat dirumuskan sebagai berikut :
pintu pengambilan (lt/det/Ha) A = luas areal irigasi rencana (ha) dan e = efisiensi
irigasi.
66
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
66
Universitas Sumatera Utara
3.1.2 Lokasi Studi
yang merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kota Padang Sidimpuan.
Topografi wilayahnya yang berupa lembah yang dikelilingi oleh Bukit Barisan,
sehingga kalau dilihat dari jauh, wilayah kota Padang Sidempuan tak ubahnya
seperti cekungan yang meyerupai danau. Puncak tertinggi dari bukit dan gunung
yang mengelilingi kota ini adalah Gunung Lubuk Raya dan Bukit (Tor)
puncak bukit yang terkenal di kota padang Sidimpuan yaitu Bukit (Tor)
Simarsayang. Juga terdapat banyak sungai yang melintasi kota ini, antara lain
sungai Batang Ayumi, Aek Sangkumpal Bonang (yang sekarang menjadi nama
pusat perbelanjaan di tengah kota ini), Aek Rukkare yang bergabung dengan Aek
Peta lokasi Kecamatan Padang Sidimpuan Tenggara dapat dilihat pada Gambar
3.2.
66
Universitas Sumatera Utara
Lokasi Penelitian
Padang Sidimpuan
antara 23°C – 32°C dan Kelembaban udara berkisar dari 79% hingga 84%.
66
Universitas Sumatera Utara
3.2. Data Teknis di Lapangan
Sumber Daerah Irigasi Paya Sordang Berasal dari Sungai Batang Angkola .
3. Saluran tersier
sadap tersier di petak ini terdapat beberapa kelompok bangunan kecil yaitu
boks bagi tersier, boks bagi kuarter, gorong-gorong, sipon dan flume.
mempelajari buku, jurnal atau literatur lain yang berhubungan dengan judul yang
dibahas dan mengumpulkan data data yang diperlukan untuk menjadi referensi.
a. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengukuran
Inflow – Outflow untuk setiap saluran pegamatan . Hal ini dapat dilakukan
66
Universitas Sumatera Utara
dengan mengukur debit inflow pada pangkal saluran dan debit outflow pada
b. Data Sekunder. Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap pengambilan data
hidrologi.
Q=VxA
66
Universitas Sumatera Utara
3.4.3 Analisis Tingkat Efisiensi
Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata
yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang
keluar dari pintu pengambilan (intake). Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi
pengaliran yang pada umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan
sekunder yaitu dari bangunan pembagi sampai petak sawah. Efisiensi irigasi
didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di
operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier, sekunder dan primer.
saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah.
Besarnya nilai efisiensi irigasi ini dipengaruhi oleh jumlah air yang hilang
selama di perjalanan. Efisiensi kehilangan air pada saluran primer, sekunder dan
saluran primer 80%, sekunder 90% dan tersier 90%. Sehingga efisiensi irigasi
66
Universitas Sumatera Utara
3.4.4 Analisis Tingkat Efektifitas
Tingkat efektifitas jaringan irigasi terutama pada jaringan irigasi induk dan
2-31.
IA = X 100 %
pengolahan jaringan irigasi. Berikut ini dapat dilihat alur pengerjaan dan
66
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Data
Persamaan Manning
F.J. Mock
V=
Debit Andalan
Debit Air
Q=VxA Efektifitas Jaringan
Kebutuhan Air Jenis Tanaman IA = x 100 %
Irigasi
Hasil
Selesai
66
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
curah hujan yang terjadi di DAS Batang Angkola, untuk mengetahui curah hujan
maksimum dan minimum yang terjadi pada daerah aliran sungai Batang Angkola
setiap bulannya. Data yang digunakan adalah dari stasiun penakaran yang berada
66
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Curah Hujan Regional DAS Batang Angkola
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Tahun
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2010 57 42 38 35 25 31 20 25 37 38 6 42 45 50 28 49 28 13 35 44 31 40 55 52
2011 50 32 32 80 35 32 35 24 32 35 13 45 48 45 23 50 30 18 36 40 40 31 52 46
2012 43 50 28 45 26 42 26 23 36 40 5 40 25 32 25 60 21 15 40 42 35 35 45 51
2013 48 53 30 32 30 45 29 21 41 42 10 51 26 34 18 55 26 21 41 52 38 43 43 47
2014 51 25 36 46 28 30 34 17 42 41 8 48 27 60 27 54 27 20 34 48 35 46 53 38
2015 71 78 40 32 31 57 47 26 40 47 0 50 47 0 31 52 39 11 40 42 30 38 50 53
2016 45 20 26 51 0 32 17 19 35 47 11 43 24 70 19 63 29 10 31 45 37 39 69 45
Max 71 78 40 80 35 57 47 26 42 47 13 51 48 70 31 63 39 21 41 52 40 46 69 53
Rata-rata 52.1 42.9 32.9 45.9 25 38.4 29.7 22.14 37.57 41.4 7.57 45.6 34.6 41.6 24.4 54.7 28.57 15.43 36.7 44.7 35.1 38.86 52.4 47.43
Min 43 20 26 32 0 30 17 17 32 35 0 40 24 0 18 49 21 10 31 40 30 31 43 38
58
Universitas Sumatera Utara
Sumber : hasil perhitungan
66
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil perhitungan curah hujan regional di atas, terlihat bahwa curah
hujan maksimum rata-rata terjadi di akhir bulan Agustus sebesar 54,7 mm dan
Curah hujan efektif adalah bagian dari curah hujan total yang digunakan
oleh tanaman selama masa pertumbuhan. Besarnya jumlah curah hujan efektif
dipengaruhi oleh cara pemberian air irigasi, laju pengurangan air genangan,
kedalaman lapisan air yang dipertahankan, jenis tanaman dan tingkat ketahanan
tanaman terhadap kekurangan air. Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif
dengan mengurutkan data curah hujan bulanan dari yang terbesar hingga terkecil
rekapitulasi dari perhitungan curah hujan efektif dapat dilihat pada Tabel 4.2.
58
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Ranking Curah Hujan Regional
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Tahun
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 43 20 26 32 0 30 17 17 32 35 0 40 24 0 18 49 21 10 31 40 30 31 43 38
2 45 25 28 32 25 31 20 19 35 38 5 42 25 32 19 50 26 11 34 42 31 35 45 45
3 48 32 30 35 26 32 26 21 36 40 6 43 26 34 23 52 27 13 35 42 35 38 50 46
4 50 42 32 45 28 32 29 23 37 41 8 45 27 45 25 54 28 15 36 44 35 39 52 47
5 51 50 36 46 30 42 34 24 40 42 10 48 45 50 27 55 29 18 40 45 37 40 53 51
6 57 53 38 51 31 45 35 25 41 47 11 50 47 60 28 60 30 20 40 48 38 43 55 52
7 71 78 40 80 35 57 47 26 42 47 13 51 48 70 31 63 39 21 41 52 40 46 69 53
R80 46.2 27.8 28.8 33.2 25.4 31.4 22.4 19.8 35.4 38.8 5.4 42.4 25.4 32.8 20.6 50.8 26.4 11.8 34.4 42 32.6 36.2 47 45.4
R50 50.5 46 34 45.5 29 37 31.5 23.5 38.5 41.5 9 46.5 36 47.5 26 54.5 28.5 16.5 38 44.5 36 39.5 52.5 49
58
Universitas Sumatera Utara
Curah hujan efektif tanaman padi diperoleh dengan menggunakan
digunakan.
Reff = R80
= 2,371 mm/hari
Reff = R80
= 1,465 mm/hari
Menghitung curah hujan efektif tanaman padi pada bulan yang lain,
digunakan cara yang sama seperti contoh diatas. Hasil perhitungan curah hujan
1 46.2 2.156
Januari
2 27.8 1.297
1 28.8 1.344
Februari
2 33.2 1.549
58
Universitas Sumatera Utara
2 31.4 1.465
1 22.4 1.045
April
2 19.8 0.924
1 35.4 1.652
Mei
2 38.8 1.811
1 5.4 0.252
Juni
2 42.4 1.979
1 25.4 1.185
Juli
2 32.8 1.531
1 20.6 0.961
Agustus
2 50.8 2.371
1 26.4 1.232
September
2 11.8 0.551
1 34.4 1.605
Oktober
2 42 1.960
1 32.6 1.521
November
2 36.2 1.689
1 47 2.193
Desember
2 45.4 2.119
66
Universitas Sumatera Utara
4.1.3 Daerah Aliran Sungai Batang Angkola
dalam sungai. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi yang berarti
ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah
tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan
tingkat pemakaian.
Luas DAS Batang Angkola yaitu 331 km2. Sedangkan luas areal sawah
4.1.4 Evapotranspirasi
dipenuhi oleh sistem irigasi yang bersangkutan untuk menjamin suatu tingkat
iklim.
yang meliputi :
1. Temperatur udara
2. Kelembaban udara,
4. Kecepatan angin.
66
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Rekapitulasi Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (mm/hari)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
3.38 3.34 3.19 3.09 3.33 3.32 3.04 2.91 2.94 2.93 2.83 2.74
Dalam menentukan besarnya ketersediaan air atau debit andalan pada DAS
Batang Gadis, digunakan Metode F.J.Mock. Data yang menjadi parameter dalam
Adapun langkah perhitungan ketersedian air atau debit andalan pada DAS
Batang Angkola dengan Metode F.J.Mock dapat dilihat pada contoh perhitungan
1. Data Meteorologi
66
Universitas Sumatera Utara
= Eto x (m/20) x (18-n)/100
= 1,31 mm/15hari
3. Keseimbangan air
PF = R x 0,05 maka PF = 0
d. Kapasitas kelembaban air tanah. Jika SS=0, maka kelembaban air tanah=
tanah.
66
Universitas Sumatera Utara
BF = I - Vn = 17,35 – (- 26,1) = 43,47 mm/15hari
Q = Tro x A
= 17,75 m3/dt
m3/s pada akhir Agustus. perhitungan debit andalan metode F.J. Mock dapat di
66
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Perhitungan Debit Andalan Metode F.J. Mock
58
Universitas Sumatera Utara
Grafik debit andalan metode F.J. Mock dapat dilihat pada Gambar 4.1.
25
20
15
10
Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa debit andalan maksimum berada pada
bulan Agustus yaitu 17,75 m3/det dengan persentase 80% dan debit andalan
minimum terjadi pada bulan Juni yaitu 9,68 m3/det dengan persentase 80%.
Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk
tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang di berikan oleh alam melalui
68
1. Penyiapan lahan
2. Penggunaan konsumtif
Kebutuhan air irigasi Paya Sordang dihitung berdasarkan pola tanam yang
dilakukan pada masa tanam awal Agustus. Analisa kebutuhan air irigasi adalah
sebagai berikut :
= 5,201 mm/hari
b. Menghitung konstanta
K = =
= 0,78015
NFR = LP-Re
NFR = M. - Re
70
DR =
lt/dt/ha
seperti diatas.
=1,08
Etc = Eto x C
= 2,91 x 1,08
= 3,1428 mm/hari
= 3,8718 mm/hari
70
= 0,7 lt/dt/ha
70
diperoleh dengan cara menghitung kehilangan air yang terjadi pada saluran
pengukuran debit saluran dilapangan, sehingga dapat diketahui jumlah air yang
Paya Sordang yaitu, lebar saluran irigasi, tinggi saluran irigasi, dan tinggi
manning untuk mengetahui kecepatan aliran yang terjadi, dan untuk mengukur
persamaan 2-33. Sehingga dapat diketahui besarnya kehilangan air yang terjadi.
72
Universitas Sumatera Utara
Dari perhitungan yang dilakukan menggunakan persamaan Manning maka didapat
1. Saluran Sekunder
a. BPS12-BPS13 Inflow
h H
B = 1,00 m
H = 0,90 m
Kemiringan ( I ) = 0,0001071
A = B x h = 1 x 0,75 = 0,75m2
b. Keliling Basah
P = B + 2h = 2,5 m
c. Kecepatan Aliran
R = A/P = 0,3 m
Q = A x V = 0,139 m3/s
B = 1,00 m
H = 0,90 m
Kemiringan ( I ) = 0,0001071
A = B x h = 0,7 m2
b. Keliling Basah
P = B + 2 h = 2,4 m
c. Kecepatan Aliran
R = A/P = 0,292 m
Q = A x V = 0,127 m3/s
a. BPS13–BPS14 Inflow
h H
B = 1,00 m
H = 0,80 m
Kemiringan ( I ) = 0,0001071
A = B x h = 0,63 m2
b. Keliling Basah
P = B + 2 h = 2,26 m
c. Kecepatan Aliran
R = A/P = 0,279 m
Q = A x V = 0,111 m/s
h H
B = 1,00 m
H = 0,80 m
Kemiringan ( I ) = 0,0001071
A = B x h = 0,6 m2
b. Keliling Basah
P = B + 2 h = 2,2 m
c. Kecepatan Aliran
R = A/P = 0,273 m
Q = Ax V = 0,104 m3/s
a. BPS14-BPS15 Inflow
h H
B = 1,00 m
H = 0,70 m
h = 0,55 m
Kemiringan ( I ) = 0,0001071
A = B x h = 0,55 m2
b. Keliling Basah
P = B + 2 h = 2,1 m
c. Kecepatan Aliran
R = A/P = 0,262 m
Q = Ax v = 0,093 m3/s
h H
B = 1,00 m
H = 0,70 m
h = 0,50 m
Kemiringan ( I ) = 0,0001071
A = B x h = 0,5 m2
b. Keliling Basah
P=B+2h=2m
c. Kecepatan Aliran
R = A/p = 0,25 m
Q = Ax v = 0,082 m3/s
Debit hilang =
= x 100 %
= 8,403%
= 100 – 8,403
= 91,597 %
Debit Hilang =
= x 100
= 6,141 %
= 100 – 6,141
= 93,859 %
Debit Hilang =
= x 100 %
= 11,867 %
= 100 – 11,867
= 88,133 %
Dari perhitungan diatas untuk efisiensi saluran sekunder pada irigasi Paya
0.010 91.1962
Sordang adalah sebesar 8,804 % dari efisiensi pada saluran sekunder pada
kehilangan air pada saluran sekunder ini adalah evaporasi, rembesan dan karena
saluran yang dilapisi bahan kedap air sudah rusak. Kondisi saluran juga
besar pula kehilangan airnya, begitu juga dengan lebar saluran. Di sekitar saluran
antara luas areal terairi terhadap luas rancangan. Dalam hal ini semakin tinggi
efektifitas akan diukur dari nilai Indek Luas Areal (IA), dengan rumusan berikut :
IA = X 100 %
IA = x 100 %
IA = 28,322 %
terhadap rancangan luas areal mencapai 28,322 %. Artinya dari seluruh target
areal yang akan diairi terdapat 71.678 % yang tidak terairi jika pada musim
IA = X 100 %
IA = x 100 %
IA = 71.678 %
Artinya dari seluruh target areal yang akan diairi terdapat 28.322 % yang
tidak terairi.
5.1. Kesimpulan
1. Dari hasil perhitungan kebutuhan air pada pola tanam yang dimulai pada awal
maksimum pada daerah aliran sunga ( DAS ) Batang Angkola adalah sebesar
3. Dari tabel 4.6, efisiensi saluran sekunder di irigasi Paya Sordang sebesar
rancangan luas areal mencapai 28,322 % areal yang akan diairi dan terdapat
71.678 % yang tidak terairi jika pada musim kering, dan untuk pada musim
hujan 71.678 % areal yang teraliri dan 28.322 % yang tidak terairi.
5.2. Saran.
kebutuhan air yang diperlukan oleh tanaman di Daerah Irigasi Paya Sordang.
hasil tanaman.
Hariany, Susi, dkk. 2011. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Di Saluran Sekunder
Pada Berbagai Tingkat Pemberian Air Di Pintu Ukur. Jurnal Rekayasa,
Vol.15 Nomor 3: Lampung
JF, Ortega, Tarjuelo JM, de Juan JA. 2002. Evaluation Of Irrigation Performance
In Localized Irrigation Systems Of Semiarid Regions (Castilla-La Mancha,
Spain). Agricultural Engineering International: The Cigr Journal of
Scientific Research and Development Manuscript LW 01 007. Vol
IV:Spain.
Subarkah, Ir. Iman. 1978. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Idea
Dharma:Bandung.
Gambar Bendungan
Gambar Intake